28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan senyawa hidrokarbon. Rantai karbon yang menyusun Batubara memiliki jenis yang beragam dan tentunya dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Sifat dan karakteristik dasar Batubara inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya bagi Batubara itu sendiri pada pengolahannya. Hal ini juga akan mempengaruhi jenis produk yang dihasilkan dari pengolahan Batubara. Pengetahuan tentang Batubara sangat penting untuk kita ketahui, mengingat Batubara adalah suatu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita sehari-hari cakupannya sangat luas dan cukup memegang peranan penting atau menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh Batubara digunakan sebagai sumber energi yang banyak digunakan untuk industri, kedua bahan 1

BAB I

  • Upload
    cited

  • View
    419

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan senyawa

hidrokarbon. Rantai karbon yang

menyusun Batubara memiliki jenis yang

beragam dan tentunya dengan sifat dan

karakteristik masing-masing. Sifat dan

karakteristik dasar Batubara inilah yang

menentukan perlakuan selanjutnya bagi

Batubara itu sendiri pada

pengolahannya. Hal ini juga akan mempengaruhi jenis produk yang

dihasilkan dari pengolahan Batubara.

Pengetahuan tentang Batubara sangat penting untuk kita ketahui,

mengingat Batubara adalah suatu sumber energi yang tidak dapat

diperbaharui, sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan

kita sehari-hari cakupannya sangat luas dan cukup memegang peranan

penting atau menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh

Batubara digunakan sebagai sumber energi yang banyak digunakan untuk

industri, kedua bahan bakar tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa

tumbuhan.

Sisa-sisa tumbuhan itu mengendap di dasar bumi kemudian

ditutupi lumpur. Lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan

karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu dengan

meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa

tumbuhan sehingga menjadi batubara.

1

Page 2: BAB I

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

Untuk mendalami pengetahuan penulis terkait Batubara

Untuk mengetahui proses pembentukan Batubara

Untuk mengetahui Analisis proximat pada batubara.

1.3 Manfaat

Manfaat Pembuatan Makalah batubara ini adalah :

Dapat mengetahui serta mendalami pengetahuan penulis terkait

Batubara

Dapat mengetahui proses pembentukan Batubara

Dapat mengetahui Analisis proximat pada Batubara

BAB II

2

Page 3: BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki

riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Beberapa ahli sejarah yakin bahwa

batubara pertama kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang

menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan batu bara

untuk mencairkan  tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar tahun

1000 SM. Bahkan  petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal

dari filsuf dan  ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya

arang seperti  batu. Abu batu bara yang ditemukan di reruntuhan bangunan

bangsa Romawi  di Inggris juga menunjukkan bahwa batubara telah

digunakan oleh bangsa Romawi pada tahun 400 SM. 

Batubara adalah benda padat yang mengandung karbon, hidrogen, dan

oksigen dalam kombinasi kimia dengan sedikit kandungan unsur sulfur dan

nitrogen, yang terdapat di dalam lapisan kulit bumi yang berasal dari sisa-sisa

tumbuhan yang telah mengalami metamorphosis dalam kurun waktu yang

lama.

Raharjo, (2006a) mengatakan bahwa batu bara adalah mineral organik

yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap

yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang

berlangsung selama jutaan tahun. Karena itulah, batu bara termasuk dalam

kategori bahan bakar fosil.

Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller

(1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan

mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya.

BAB III

3

Page 4: BAB I

PEMBAHASAN

3.1 Pembentukan Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa

tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat

proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena

itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang

mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan

(coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan

jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah

dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan

dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan

menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh

karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan

batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

 

Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara

(Sumber: Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, 2004) 

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon

(Carboniferous Period) –dikenal sebagai zaman batu bara pertama– yang

berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari

setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu

pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya,

endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah

4

Page 5: BAB I

menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown

coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.

Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama

jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara

bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda

menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan

fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya

lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit

(anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang

semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya

menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk

batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing –masing unsur

yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

 

Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based) 

(Sumber: Sekitan no Kisou Chishiki)

5

Page 6: BAB I

Data-data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya adalah

sebagai berikut: 

Gambar 2. Hubungan Tingkat Pembatubaraan – Kadar Unsur Utama

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat

pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan

oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat

diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan

tingkat pembatubaraan rendah –disebut pula batubara bermutu rendah–

seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang

rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban

(moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan

energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan

semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat.

Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya

akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar

Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh

material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan

selama jutaan tahun.

Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara

vang mencakup proses :

1) Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap

pembusukan (decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri

6

Page 7: BAB I

ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang

lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.

2) Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan

terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini

biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.

3) Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan

mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat

keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk

karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).

4) Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya

tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan

dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya

intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade

menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona

batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke

lingkungan darat.

5) Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa

pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada

menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang

dieksploitasi pada saat ini.

3.2 Analisis proximat

Analisis Proximate Adalah analisis batubara yang paling

sederhana dan menghasilkan fraksi massa karbon tetap (FC), bahan dapat

menguap (VM), kebasahan (M), dan abu (A) dalam batubara. Kualitas

batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang ditunjukkan pada saat

memberi perlakuan panas terhadap batubara yang biasanya dilakukan

dengan analisis proksimat.

7

Page 8: BAB I

Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar

Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mencakup pula nilai

free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat

terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Metode ini bisa

digunakan untuk menetapkan rank batubara, untuk menunjukkan rasio

combustion ke incombustion, sebagai dasar pembelian dan penjualan,

dan untuk evaluasi keuntungan ataupun untuk tujuan lain.

Dalam pengujian kualitas batubara, analisis terhadap batubara

didasarkan pada keadaan, “As Received (ar), Air Dried Base (adb), Bry

Base (db), Dry Ash Free (daf), atau Dry Mineral Matter Free (dmmf)”.

3.2.1 Parameter – parameter Dalam Analisis Proksimat

Adapun parameter – parameter yang terukur dalam analisis

proksimat, antara lain:

1) Lengas (Moisture)

Bentuk air dalam batubara dapat dibedakan menjadi

Lengas Permukaan (Free/Surface Moisture), Lengas

Tertambat (Inherent Moisture) dan Lengas Total (Total

Moisture).

a. Lengas Permukaan (Free/Surface Moisture)

Lengas ini berada pada permukaan partikel batubara

akibat pengaruh dari luar seperti cuaca / iklim (hujan),

penyemprotan di Stockpile pada saat penambangan atau

transportasi tergantung dari kondisi penambangan serta

keadaan udara pada saat penyimpanan dan dapat hilang

dengan penguapan, misalnya air drying. Lengas ini tidak

tergantung pada tipe batubara namun dipengaruhi ukuran

partikel, karena kadar lengas meningkat dengan makin

besarnya luas permukaan luar. Air yang ditambahkan

8

Page 9: BAB I

melalui penyemprotan untuk menekan debu dan

mengurangi abu juga termasuk sebagai lengas permukaan.

Lengas bebas biasanya akan terlepas ke udara apabila

batubara dibiarkan didalam ruang pada suhu kamar sampai

menjadi kesetimbangan dengan kondisi udara disekitarnya.

b. Lengas Tertambat

Lengas ini adalah lengas yang terikat secara kimiawi

dan fisika di dalam batubara pada saat pembentukan

batubara. Lengas ini banyak pengaruhnya pada

pengangkutan, penanganan, penggerusan, maupun pada

pembakaran batubara. Pada umumnya kadar lengas terikat

semakin tinggi dengan semakin rendahnya peringkat

batubara.

c. Lengas Total

Lengas ini adalah banyaknya air yang terkandung

dalam batubara sesuai dengan kondisi diterima, baik yang

terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh kondisi

luar seperti iklim, ukuran butiran, maupun proses

penambangan.

2) Abu (Ash)

Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur

organik dan senyawa anorganik, yang merupakan hasil

rombakan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama

proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan.

Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai

ash content. Abu merupakan kandungan residu non-

combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa

silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan

mineral-mineral lainnya. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini

9

Page 10: BAB I

antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3,

MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.

Kadar abu batubara secara sederhana didefinisikan

sebagai residu anorganik yang terjadi setelah batubara dibakar

sempurna. Kadar abu dalam batubara berpengaruh terhadap

nilai kalorinya, makin tinggi kadar abu maka nilai kalornya

berkurang.

Terjadinya abu dalam batubara dapat sebagai inherent

mineral matter atau extraneous mineral matter.

Inherent mineral matter berhubungan dengan tumbuhan

asal pembentukan batubara, mineral matter ini tidak dapat

dihilangkan atau dicuci dari batubara.

Extraneous mineral matter berasal dari tanah penutup atau

lapisan–lapisan yang terdapat diantara lapisan batubara,

biasanya terdiri dari Slate, Shale, Sandstone, Clay atau

Limestone. Mineral matter ini dapat dikurangi pada saat

pencucian batubara.

Mineral matter atau abu dalam batubara terutama terdiri

dari senyawa Si, Al, Fe dan sedikit Ti, Mn, Mg, Na, K dalam

bentuk silikat, oksida, sulfida, sulfat dan pospat, sedangkan

unsur seperti As, Cu, Pb, Ni, Zn dan uranium terdapat sangat

sedikit sekali yang disebut trace element. Makin banyak

mineral yang terdapat didalam batubara maka kadar abunya

juga makin tinggi.

3) Zat Terbang (Volatile Matter)

Zat terbang adalah kandungan batubara yang terbebaskan

pada temperatur tinggi sekitar 9500C tanpa keberadaan oksigen

(misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya). Zat terbang terdiri

dari gas – gas yang mudah terbakar seperti H2, CO, metan dan

10

Page 11: BAB I

uap – uap yang mengembun seperti gas CO2 dan H2O. Zat

terbang sangat erat hubungannya dengan peringkat batubara.

Makin kecil kadar zat terbang, maka makin tinggi peringkat

batubara. Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi

menunjukan mudahnya penyalaan bahan bakar

Pada pembakaran batubara, kandungan zat terbang yang

tinggi akan lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya

dan sebaliknya zat terbang yang lebih rendah mempersulit

proses pembakaran.

Batubara dengan kadar volatile matter yang tinggi akan

menghasilkan nyala yang panjang diatas grate fire dan

batubara dengan kadar volatile matter yang rendah akan

menghasilkan nyala yang pendek.

4) Karbon Tetap / Tertambat (Fixed Carbon)

Karbon tetap adalah karbon yang terdapat pada batubara

berupa zat padat. Jumlahnya ditentukan oleh kadar air, abu dan

zat terbang. Pengeluaran zat terbang dan kandungan air,

menyebabkan kenaikan karbon tetap, sehingga makin tinggi

kadar karbon padat maka makin tinggi peringkat batubara serta

mutunya.

Penentuan Kadar Lengas

11

Page 12: BAB I

a) Penentuan kadar lengas bebas

Prinsipnya: Lengas bebas dari sampel batubara dapat dihitung dari

selisih berat sampel batubara asal dengan sampel batubara yang telah

dikeringkan pada suhu kamar.

Caranya:

1) Menimbang seluruh sampel batubara yang diterima dalam loyang

(pan) pengering yang telah diketahui beratnya.

2) Mengeringkan pada suhu kamar atau dalam oven pengeringan

dengan suhu maksimum 40oC sampai berat tetap, perbedaan 0,1%

setiap jamnya (hitung % kehilangan berat = L).

3) Menghancurkan sampel sampai lolos ayakan No.8, cambur sampai

merata.

4) Mengeringkan kembali sampel seperti diatas sampai berat tetap

(hitung % kehilangan berat = L’).

5) Melakukan pembagian contoh dengan cara conning dan quartering

atau dengan menggunakan splitter atau mechanical devider.

6) Menghitung kadar lengas bebas (% kehilangan berat).

7) Melakukan penimbangan berat.

8) Menggerus sampel hingga diperoleh sampel lolos ayakan 60 mesh.

Perhitungan Kadar Lengas Bebas:

Dimana:

L’= % kehilangan berat pada pengeringan sample ukuran No.8 mesh

L = % kehilangan berat pada pengeringan sample asal

12

Page 13: BAB I

b) Penentuan kadar lengas tertambat

Prinsipnya: lengas tertambat dari sampel batubara dapat dihitung dari

selisih berat sampel asal dengan berat sampel setelah pemanasan pada

suhu 1100C.

Caranya:

Sampel batubara sebanyak 1 gram berukuran -60 mesh dipanaskan

dalam oven pada suhu 105 ± 50C selama 1 jam.

Perhitungan Kadar Lengas Tertambat:

Dimana: W = berat sampel asal

H = berat sampel setelah dipanaskan

c) Penentuan kadar lengas total

Prinsipnya: Lengas total dapat dihitung dengan menjumlahkan kadar

lengas bebas dan kadar lengas sisa pada kondisi sampel asal.

Caranya:

1) Menimbang sampel batubara yang diterima secepatnya dalam pan

pengering.

2) Mengeringkan pada suhu kamar atau dalam oven pengeringan pada

suhu 15-20oC di atas suhu kamar (maksimum 40oC).

3) Menimbang sampel setiap jam sekali sampai beratnya tetap,

perbedaan 0,1% setiap jamnya (% kehilangan berat = L).

4) Menggerus sampel sampai lolos ayakan No.8, kemudian campur

sampai merata (homogen).

5) Mengeringkan kembali pada suhu kamar, kemudian timbang sampai

beratnya tetap, perbedaan 0,1% setiap jamnya (% kehilangan berat =

L’).

6) Melakukan pembagian sampel dengan cara conning dan quartering

atau dengan menggunakan splitter atau mechanical devider sesuai

13

Page 14: BAB I

Tabel.3.5, dengan menambahkan 500gr sampel batubara apabila

diperlukan untuk penetapan kadar lengas sisa.

7) Memisahkan sampel untuk penetapan kadar lengas sisa sebanyak

minimal 500gr.

Perhitungan Kadar Lengas Total:

Dimana : TM = Kadar lengas total

A = Kadar lengas bebas

R = kadar lengas tertambat

Penentuan Kadar Abu

Sampel batubara dibakar sempurna dalam cawan peleburan didalam

furnace pada suhu 815 ± 100C selama kurang lebih 3 jam. Selanjutnya

batubara tersebut didinginkan dan ditimbang. Perbandingan berat

sebelum dan setelah pembakaran adalah kadar abu dari batubara

tersebut.

Penentuan Kadar Zat Terbang

Sampel dipanaskan tanpa oksidasi pada suhu 900 ± 100C selama 7

menit. Setelah pemanasan akan tertinggal residu padat yang sebagian

besar terdiri dari karbon dan mineral – mineral yang telah berubah

bentuk. Kehilangan berat dari sampel yang kemudian dikoreksi

terhadap kadar lengas tertambat adalah kadar zat terbang.

Penentuan Kadar Karbon Tertambat

Karbon tertambat dihitung dari 100% dikurangi jumlah nilai kadar

lengas, kadar abu dan zat terbang. Dalam bentuk persamaan karbon

tertambat dihitung menggunakan persamaan berikut:

14

Page 15: BAB I

Dimana: FC = Fixed Carbon

M = Moisture (kadar lengas)

A = Ash (kadar abu)

VM = Volatile Matter (zat terbang)

3.2.2 Basis pelaporan Analisis Proksimat yang umum:

Basis (dasar) pelaporan analisis proximate yang umumnya

dipakai adalah sebagai berikut :

As Received (ar)

Air dried base (adb)

Dry base (db)

Dry ash free (daf)

Dry mineral metter free (dmmf)

Pada basis As received, berarti semua analisis dihitung

mundur dengan memasukan kadar lengas total dari sampel. Hal ini

mungkin dilakukan jika batu bara dalamkeadaan sangat basah.

Pada basis Air dried, saampel batubara akan dianalisis

ditempatkan diudara terbuka, kadar lengasnya secara perlahan-

lahan mencapai kesetimbangan dengan kelembapan udara. Jika

kadar lengas dari sampel ini akan kemudian ditetukan, maka

diperoleh kadar lengas pada basis Air dried. Pada basis dry,

artinya dalam keadaan kering maka kadar lengasnya adalah nol,

analisis lainnya dapat dihitung dengan mudah.

Pada basis Dry Ash Free, analisis dilakukan dengan

mengabaikan kadar abu dan kadar lengas yang ada dalam sampal,

artinya kadar abu dan kadar lengasnya adalah nol. Kadar abu dan

kadar lengas tlah diketahui, perhitungan ini menjadi sederhana.

Analisis dengan basis Dry Ash Free berkaitandenga adanya

15

Page 16: BAB I

material arganik yang murni pada basis Dry Material Matter Free,

analisis ini diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai

komposisi organic murni. Kadar abu dapat dihitung dengan

mudah, tetapi perhitungan dengan mineral metter menemukan

metode yang lebihsulit dan memakan waktu. Rumus perhitungan

untuk berbagai basis ditampilkan pada tabel 7.

Tabel 7 Rumus perhitungan untuk berbagai basis

Data

Tersedia

As determined

(ad)

As received

(ar)

Dry Base

(db)

Dry,Ash Free

(dab)

As

Determine

d

-----

100 - Mar

------------

100 – Mad

100

---------

100 - Mad

100

------------

100 – Mad - Aad

As

determined

100 – Mad

-------------

100 - Mar

-----

---

100

------------

100 - Mar

100

-----------------

100 – Mad - Aad

Dry

Base

100 - Mad

-------------

100

100 - Mar

----------

100

---

---

100

----------

100 – Ad

Dry ,

Ash

free

100 – Mad -Aad

-------------------

100

100 – Mad -Aad

------------------

100

100 - Ad

----------

100

-----

-

Keterangan :

M = lengas (% berat); A= abu(%berat)

Berikut ini diberiokan contoh pengaruh basis pelaporan yang berbeda

pada suatu hasil analisis batubara.

16

Page 17: BAB I

Contoh :

Analisis proksimat (adb) suatu batubara adalah sebagai berikut:

Lengas terikat = 2,6 % (Mad)

Abu = 8,1 %

Zat terbang = 35,9 %

Karbon tertambat = 53,4 %

Lengas bebas = 11,1 %

Analisis proksimat pada basis ar adalah sebagai berikut :

Totol lengas = 11,1 + 2,6 (Mad)

Abu = 8,1 = 7,2 %

Zat terbang = 35,9 = 31,9%

Karbon tertambat = 53,4 = 47,5 %

-------------------------------

100 %

Contoh Soal :

Buat perhitungan analisi proximate dengan basis begitu di terima.

17

Page 18: BAB I

Dengan data batubara sebagai berikut : M= 22%, A= 18%, VM=

49,3%, Fc= 50,7%.

Jawab:

Analisis proximate

18

Page 19: BAB I

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

1) Pembentukan Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar,

terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya

berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung

selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam

kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan

menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).

2) Analisis Proximate Adalah analisis batubara yang paling sederhana

dan menghasilkan fraksi massa karbon tetap (FC), bahan dapat

menguap (VM), kebasahan (M), dan abu (A) dalam batubara. Kualitas

batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang ditunjukkan pada

saat memberi perlakuan panas terhadap batubara yang biasanya

dilakukan dengan analisis proksimat.

3) Parameter – parameter Dalam Analisis Proksimat:

o Lengas (Moisture)

o Kadar Abu (Ash)

o Zat terbang (volatile matter)

o Karbon tetap (Fixed Carbon)

19

Page 20: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Batubara. www.wikipedia.com

Fatria, dkk. 2010. Modul Pemanfaatan Batubara. Palembang : POLSRI

20