Upload
restian-rudeichi
View
533
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain bernafas
melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari, menghisap bibir. Kebiasaan
buruk pada seseorang bisa berdiri sendiri-sendiri atau terjadi bersama-sama dengan kebiasaan
buruk lainnya. Artinya pada pasien yang sama dapat terjadi beberapa kebiasaan buruk
(Yuniasih E.N. dan Soenawan H., 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni
Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50% anak memiliki
kebiasaan buruk oral, dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 43,8%, menggigit dan
menghisap bibir 34,8%, tongue thrusting 8,7%, menggigit kuku serta moath breathing
masing-masing 6,52% (Trasti, 2007).
Kebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan
pertumbuhan rahang, malposisi gigi, gangguan pernafasan, kesulitan berbicara,
ketidakseimbangan otot wajah, dan masalah psikologis (Trasti, 2007).
Pada bidang kedokteran gigi ada tiga masalah utama yang banyak terjadi, yaitu
karies, penyakit periodontal, dan maloklusi. Pencegahan terhadap karies dan penyakit
periodontal sudah banyak dilakukan tetapi tindakan pencegahan terhadap maloklusi masih
memerlukan penelitian serius (Entri, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Rahang Dan Bagian-Bagian Mulut
1. Pertumbuhan Rahang
a. Mandibula (rahang bawah)
Mandibula terdiri dari 2 tulang yang simetris yang berfusi pada midline di
area simfisis. Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat penting karena
terlibat dalam fungsi-fungsi vital antara lain : pengunyahan, pemeliharaan jalan udara,
berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan
mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan aposisi periosteal
(osifikasi intramembranous ) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Menurut Proffit
dan Fields (2007), pertumbuhan mandibula ada dua macam :
1) Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara
dagu bergerak ke bawah dan depan.
2) Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara
pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan
kondilus mandibula.
(Yhow M.S., 2010).
Setelah umur 2-4 tahun, korpus mandibula bertambah panjang terutama dalam
arah posterior bersama dengan terjadinya resorpsi sepanjang ramus yang membesar.
Hal ini menyebabkan tersedianya ruangan untuk erupsi molar (Trasti, 2007).
b. Maksila (rahang atas)
Terbentuk pada pertengahan masa kehamilan akan menunjukan semua elemen
dewasa, berbeda dalam berbagai aspek dengan tulang dewasa. Perbedaan utama
terletak pada ukuran proc. alveolaris yang kecil, kurangnya kedalaman sinus
maksilaris.
Proc. alveolaris mandibula dan maksila berkembang di sekitar benih gigi yg
sedang tumbuh semasa fetus. Bila pembentukan gigi terganggu dan gigi gagal
bererupsi, processus alveolaris tidak dapat berkembang. Bersama dengan erupsi gigi
geligi, alveolus dan cryptus tempat berkembangnya gigi di dalam processus alveolaris
akan digantikan dengan socket. Perubahan tinggi vertikal mandibula, maksila dan
tinggi wajah secara keseluruhan terutama disebabkan karena pertumbuhan proc.
alveolaris yang berlangsung setelah usia 3 tahun dan hampir seluruhnya merupakan
hasil dari proses tersebut setelah dekade pertama kehidupan. Pertumbuhan
selanjutnya dari cavum oris umumnya disebabkan deposisi tulang disepanjang regio
alveolaris, pada permukaan bawah palatum dan pada fasies facialis mandibula serta
maksila.
Fasies lingualis proc. alveolaris umumnya teresorpsi dalam batasan tertentu
tetapi penambahan lebar palatum biasanya diakibatkan karena pertumbuhan proc.
alveolaris ke arah bawah dan keluar. Setelah bayi lahir proc alveolaris dan rangka
wajah pendukung akan tumbuh dengan cepat dan pada saat gigi geligi susu sudah
tumbuh sempurna, lingua tentunya sudah mempunyai ruangan yang cukup di dalam
arcus dentalis. Gigi geligi dan gingiva Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh
proc. alveolaris tempat terletaknya soket gigi, umumnya membentuk arcus
yang sesuai dgn bentuk lengkung. Tiap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi,
enamel, dentin, cementum dan cavum pulpa yg terdiri dari jaringan ikat, pembuluh
darah, dan saraf. Tiap gigi melekat pada proc. alveolaris melalui ligamentum
periodontal (Yhow M.S., 2010).
2. Pertumbuhan Bagian-Bagian Mulut (Labium oris)
Menurut penelitian dari Frazer, labium oris terbentuk seluruhnya dari
proc.maksilaris. Mesoderma maksilaris tampak meluas ke bagian bawah proc.
frontonasalis sampai kedua perluasan dari setiap sisi saling bertemu pada garis
median.
Pipi terbentuk dari jaringan yang berasal baik dari proc. mandibularis maupun
proc. maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat adanya kantung
kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak terlalu jauh antara proc.
maksilaris di bagian atas dan proc. mandibularis di bagian bawah. Batas luar dari
kantung tersebut terletak pada epitelium cavum oris, meluas dari proc maksilaris ke
proc. mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi.
Lingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum
lingua, terutama bagian duapertiga anterior dan facies ventral atau inferior.
Selama masa kehidupan fetus dan tahun pertama kelahiran, lingua umumnya relatif
besar dalam cavum oris dan sering meluas di antara gingiva, terutama di bagian depan
sehingga berkontak dengan labium oris dan pipi. Lingua berperan penting dalam
proses pengunyahan, menelan, mengisap dan bicara. Pada keadaan istirahat dan
ketika cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak bersandar
terhadap permukaan lingual gigi geligi di balik permukaan inferior palatum molle dan
palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum di balik
incisivus atas.
Ginggiva membentuk region membrana mukosa cavum oris dan
pada tepi bebasnya membentuk penggabungan antara epitel cavum oris dgn epitel
yang menutupi sebagian enamel gigi yang tidak terlihat dalam cavum oris.
Gingiva melekat erat pada leher masing - masing gigi. Perlekatan gusi ini mempunyai
sifat ganda : Epithelial-attachment, terdiri dari penggabungan epitelium gingiva dan
epitelium enamel dari mahkota gigi. Berperan penting dalam proses pembentukan
penyakit–penyakit ginggiva. Subepithelial attachment, di bawah epitelium gingiva
terdapat serabut kolagen yang melintas dari cementum gigi di dekat pertemuan
enamel–cementum dan dari proc. alveolaris ke gusi , membentuk mucoperiosteum
yang melekat erat di sekitar leher gigi (Yhow M.S., 2010).
B. Akibat Kebiasaan Buruk Pada Anak Yang Berkaitan Dengan Pertumbuhan
Rahang
Menurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktifitas
oral dan sekitarnya yang bersifat kontinyu, yang merupakan salah satu faktor lingkungan
penyebab maloklusi (Trasti, 2007).
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari
bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan
karena tidak ada keseimbangan dentofasial (Susanto C., 2010).
1. Klasifikasi Maloklusi
a. Protrusi
Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh
faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir
bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas
melalui mulut.
b. Intrusi dan Ekstrusi
Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi
membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi
mendekati bidang oklusal.
c. Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat
kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi
geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok
gigi, atau satu gigi saja.
Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:
1) Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa
gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi
anterior mandibula.
2) Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior
mandibula.
d. Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus
maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3
mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial
dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.
e. Open bite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat
rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open
bite menurut lokasinya adalah :
1) Anterior open bite
Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi
depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II
Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
2) Posterior open bite pada regio premolar dan molar
3) Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,
posterior, dapat unilateral atau bilateral.
f. Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab
crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal.
Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi
itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota
gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Derajat
keparahan gigi crowded:
1) Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan
mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak
memerlukan perawatan.
2) Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene
oral yang jelek.
g) Diastema
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang
seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :
1) Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens
supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan
jelek, dan persistensi.
2) Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. Maloklusi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik.
Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri
maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p
dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan
mengucapkan huruf s, z, t, dan n.
(Susanto C., 2010).
2. Klasifikasi Maloklusi Berdasarkan Engle
a. Klas 1
Maloklusi klas 1 terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposterior antara
maksila dan mandibula. Ciri-cirinya :
1) Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang
2) Ujung caninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal
caninus bawah.
3) Tonjolan mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari
M1 bawah.
4) Jika insisif berada pada inklimasi yang tepat, overjet insisal adalah +3mm.
b. Klas II
Terdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila. Ditandai dengan
lengkung gigi bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas, serta
profil skeletal cembung. Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognasi
mandibula, protrusi maksila atau keduanya. Maloklusi kelas II dapat disebut juga
sebagai “hubungan postnatal”. Maloklusi klas II dikelompokkan menjadi 3 devisi:
1) Devisi 1
Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)
2) Devisi 2
Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar,
sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proglinasi atau retroklinasi.
3) Subdivisi
Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahang.
c. Klas III
Lengkung gigi bawah lebih terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan
lengkung gigi atas. Dibagi menjadi dua yaitu :
1) Klas 3 postural
Gerak menutup translokasi ke arah depan dari mandibula menuju ke kelas 3.
2) Klas 3 sejati
Rahang bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas berpindah dari
posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat penutupan normal.
(Trasti, 2007).
Klasifikasi kebiasaan buruk oral pada anak menurut Viken S. (1971) sebagai
berikut :
1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)
Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :
a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara melalui
saluran hidung (nasal passage).
b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal
sudah dihilangkan.
c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas-bawah pendek sehingga tidak dapat
mengatup sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnya.
Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas maju
ke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif
atas. Karena kurangnya stimulasi muscular normal dari lidah dan karena adanya
tekanan berlebih pada caninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris dan
bucinator, maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila
berbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga menurut beberapa pendapat mouth
breathers cenderung memberikan klinis memilki wajah yang panjang (long faced)
dan sempit.Bila hal ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa
gigi depan rahang atas baas mrongos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka
(open bite).
2. Kebiasaan menghisap ibu jari
Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak. Kebiasaan
menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Menurut
Profit (2000), karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan
langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi dan bibir. Tekanan pipi pada
sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi
posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama
mengisap pada saat yang sama.sehingga memberikan risiko lengkung maksila
menjadi berbentuk V.
3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)
Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan karena bottle
feeding yang tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain seperti
kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan ini
terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite serta ujung
lidah terposisi lebih anterior dari normal.
4. Kebiasaan menggigit benda
Terdiri dari :
a. Menggigit kuku (nail biting)
Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi gigi insisif atas dan bawah
mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut. Meurut Finn (1971),
kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal pada anak yang sebelumnya
memiliki kebiasaan menghisap. Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990),
etiologi menggigit kuku disebabkan karena stres, imitasi terhadap anggota
keluarga, herediter, transfer dari kebiasaan menghisap jari, dan kuku jari yang
tidak rapi. Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi
anterior bawah.
b. Menggigit jari
Kebiasaan mengisap jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika
dibiarkan terus menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan
pada posisi gigi. Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan dan gigi rahang
bawah ke dalam, sehingga gigi tampak merongos (protusif).
(Trasti, 2007;Susanto C., 2010 ; Saptarini R. dan Riyanti E., 2008).
Kebiasaan buruk anak selain di atas adalah :
1) Bruxism
Adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Biasanya tindakan
ini dilakukan pada saat tidur di malam hari dan penderita tidak menyadari bahwa ia
memiliki kebiasaan buruk tersebut. Bruxism lebih sering dimiliki oleh kaum wanita
dibandingkan pria.
Bruxism dapat menyebabkan abrasi (aus) permukaan gigi-gigi pada rahang
atas dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email
(lapisan terluar dari gigi) yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat
timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan
berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
periodontal (jaringan penyangga gigi), maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang
berlebihan, dan kelainan pada sendi Temporo Mandibular Joint (sendi yang
menghubungkan rahang bawah dan tulang kepala).
Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang
didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut
night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk
batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling
beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi
dan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama
dari bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan
salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini
Gambar bruxism
2) Kebiasaan menopang dagu
Gambar menopang dagu
Akibat tekanan berlebihan pada sendi yang berkepanjangan atau terus menerus,
dapat menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada di
depan kondilus. Dalam keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut
menyebabkan kondilus bergerak ke depan dan mendesak diskus di depannya. Jika
hal ini berkelanjutan, kondilus bisa saja melompati diskus dan benturan dengan
tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa cliking. Ini juga dapat terjadi pada
gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak
menyadari bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi
temporomandibular (Peters, 1995).
Penanganan Maloklusi
IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need) merupakan suatu teknik yang
sangat berguna untuk orang yang berminat dalam penelitian dibidang kesehatan
gigi masyarakat dan epidemiologi maloklusi, tetapi teknik ini lebih sering
digunakan spesialis. Pasien dengan IOTN yang rendah akan memperlihatkan
perubahan yang besar walaupun telah diberikan perawatan yang terbaik.
Kebutuhan terhadap perawatan ortodonti dapat dibedakan menjadi kebutuhan
terhadap kesehatan gigi (dental health) serta kebutuhan terhadap estetik (aesthetic
need), maka dalam IOTN terdapat dua komponen yaitu:
a) Dental Health Component (DHC)
b) Aesthetic Component (AC)
DHC dari IOTN memiliki lima kategori yang tersusun dari 1 (tidak
memerlukan perawatan) sampai 5 (sangat memerlukan perawatan) yang dapat
diaplikasikan secara klinis atau pada studi kasus pasien. Pada pasien grade 5
termasuk pasien dengan cleft lip dan cleft palate, beberapa gigi yang hilang
atau maloklusi destruktif, dan juga termasuk didalamnya beberapa gigi yang
terjadi perpindahan tempat. Dental Health Component menggunakan aturan
yang simpel serta menggunakan istilah MOCDO untuk membimbing peneliti
dalam meneliti maloklusi. MOCDO mewakili Missing Teeth atau kehilangan
gigi, Overjet, Crossbite, Displacement of Contact Points atau perpindahan
titik kontak, dan Overbite. Pada pasien dengan gigi insisivus yang impaksi
dikategorikan menjadi grade 5. Pada pasien dimana tidak memiliki anomali
jumlah gigi atau posisi, maka aturan dapat digunakan untuk mengukur overjet.
Pada kasus overjet 6 sampai 9 milimeter akan dikategorikan dalam grade 4.
Aesthetic Component (AC) dari IOTN terdiri dari 10 jenis foto berwarna yang
disusun berdasarkan tingkat foto dengan susunan gigi yang paling baik sampai
susunan gigi yang paling buruk. Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi
yang paling baik dan grade 10 merupakan tingkat susunan gigi yang paling
buruk.
Grade 1 – 4 = tidak membutuhkan perawatan
Grade 5 – 7 = membutuhkan perawatan
Grade 8 – 10 = sangat membutuhkan perawatan
(Trasti, 2007).
C. Akibat Kebiasaan Buruk Pada Anak Yang Berkaitan Dengan Bagian-Bagian Mulut
1. Bernafas melalui mulut
Jika anak terlalu sering bernafas dengan mulut, maka pengaliran ludah tidak
mencukupi, dan mulut akan terasa kering.
2. Menggigit bibir
Kebiasaan buruk pada anak dapat mengakibatkan suatu cedera pada bibir bawah yang
mana bisa melukai kelenjar ludah dan menyumbat pengaliran ludah. Sebagai
akibatnya, kelenjar akan membengkak dan membentuk suatu benjolan kecil dan lunak
yang berwarna kebiruan (mukokel). Gambaran klinis dari mukokel adalah
pembengkakan yang berbentuk kubah, dengan diameter 1-2 mm hingga lebih.
Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, namun dapat
terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang lansia. Permukaan
mukosa dapat terlihat kebiruan dan translusen. Ciri khas lesi ini adalah fluctuant,
namun pada beberapa kasus mucocele dapat terasa keras saat dipalpasi. Mucocele
dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga cairannya keluar. Biasanya
mucocele tidak disertai rasa sakit. Perawatan Mucocele adalah lesi yang tidak
berumur panjang, bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa minggu, dan dapat
hilang dengan sendirinya. Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan
membutuhkan pembedahan enukleasi (Norma A., 2009).
Gamabr mucocle
3. Menjilat bibir
Kebiasaan menjilat bibir atau menggigit bibir merupakan teknik sebabagai salah satu
penyebab timbulnya perleche pada anak. Perleche adalah kondisi rasa sakit yang
dimulai dengan inflamasi pada kommisura bibir, diikuti dengan erosi, ulserasi dan
berfisur (Nisha, 2009).
Gambar perleche
4. Menggigit benda
Kebiasaan buruk anak mengigit benda-benda yang sembarangan dapat memicu
timbulnya stomatitis aphtosa. Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang
terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan
permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun
kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan atau dalam bahasa kerennya oral thrush
merupakan penyakit yang dapat diakibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan
saluran kerongkongan. Adanya jamur tersebut dapat disebabkan dari hygiene yang
buruk (Nisha, 2009).
Gambar stomatitis aphtosa
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
- Kebiasaan buruk anak merupakan penyimpangan aktifitas dan sekitarnya yang
bersifat kontinyu, yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi
dan keluhan pada bagian mulut seperti mulut kering, mukokel, perleche dan
stomatitis.
- Penanganan maloklusi dengan perwatan orthodontik. Kebutuhan terhadap perawatan
ortodonti dapat dibedakan menjadi kebutuhan terhadap kesehatan gigi (dental health)
serta kebutuhan terhadap estetik (aesthetic need), maka dalam IOTN terdapat dua
komponen yaitu:
a) Dental Health Component (DHC)
b) Aesthetic Component (AC)
DAFTAR PUSTAKA
Enrti, 2010. http ://eprint.ui.ac.id/128112-R17-pro-176-hub%20Antra-Pendahuluan.pdf
Susanto C., 2010. Pengertian Maloklusi. Universitas Sumatra Utara.
http://Resitory.usu.ac.id/bisterm/123456789/18207/chapter201.pdf
Nisha, 2009. Proses Membuka Dan Menutup Mulut. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/gangguan-sendi-rahang.pdf
Norma A. 2009. Perawatan Anomali Ortodonti Akibat Kebiasaan Bernafas Melalui Mulut.http://www.researchgate.net/publication/42349620_Perawatan_Anomali_Ortodonti_Akibat_Kebiasaan_Bernafas_Melalui_Mulut
Trasti, 2007. Pertumbuhan Dari Perkembangan Orokraniofacial Yang Normal. Fakultas
Kedokteran Gigi UI.
Yuniasih E.N. dan Soenawan H., 2006. Menghilangkan Kebiasaan Menghisap Bibir
Dengan Alat Bumper. Edisi Khusus KPPIKG XIV.