26
BAB I PENDAHULUAN Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain bernafas melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari, menghisap bibir. Kebiasaan buruk pada seseorang bisa berdiri sendiri-sendiri atau terjadi bersama-sama dengan kebiasaan buruk lainnya. Artinya pada pasien yang sama dapat terjadi beberapa kebiasaan buruk (Yuniasih E.N. dan Soenawan H., 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50% anak memiliki kebiasaan buruk oral, dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 43,8%, menggigit dan menghisap bibir 34,8%, tongue thrusting 8,7%, menggigit kuku serta moath breathing masing-masing 6,52% (Trasti, 2007). Kebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan rahang, malposisi gigi, gangguan pernafasan, kesulitan berbicara, ketidakseimbangan otot wajah, dan masalah psikologis (Trasti, 2007). Pada bidang kedokteran gigi ada tiga masalah utama yang banyak terjadi, yaitu karies, penyakit periodontal, dan maloklusi. Pencegahan terhadap karies dan penyakit periodontal sudah banyak dilakukan tetapi tindakan pencegahan terhadap maloklusi masih memerlukan penelitian serius (Entri, 2010).

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain bernafas

melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari, menghisap bibir. Kebiasaan

buruk pada seseorang bisa berdiri sendiri-sendiri atau terjadi bersama-sama dengan kebiasaan

buruk lainnya. Artinya pada pasien yang sama dapat terjadi beberapa kebiasaan buruk

(Yuniasih E.N. dan Soenawan H., 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni

Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50% anak memiliki

kebiasaan buruk oral, dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 43,8%, menggigit dan

menghisap bibir 34,8%, tongue thrusting 8,7%, menggigit kuku serta moath breathing

masing-masing 6,52% (Trasti, 2007).

Kebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan

pertumbuhan rahang, malposisi gigi, gangguan pernafasan, kesulitan berbicara,

ketidakseimbangan otot wajah, dan masalah psikologis (Trasti, 2007).

Pada bidang kedokteran gigi ada tiga masalah utama yang banyak terjadi, yaitu

karies, penyakit periodontal, dan maloklusi. Pencegahan terhadap karies dan penyakit

periodontal  sudah banyak dilakukan tetapi tindakan pencegahan terhadap maloklusi masih

memerlukan penelitian serius (Entri, 2010).

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Rahang Dan Bagian-Bagian Mulut

1. Pertumbuhan Rahang

a. Mandibula (rahang bawah)

Mandibula terdiri dari 2 tulang yang simetris yang berfusi pada midline di

area simfisis. Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat penting karena

terlibat dalam fungsi-fungsi vital antara lain : pengunyahan, pemeliharaan jalan udara,

berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan

mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan aposisi periosteal

(osifikasi intramembranous ) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Menurut Proffit

dan Fields (2007), pertumbuhan mandibula ada dua macam :

1) Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara

dagu bergerak ke bawah dan depan.

2) Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara

pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan

kondilus mandibula.

(Yhow M.S., 2010).

Setelah umur 2-4 tahun, korpus mandibula bertambah panjang terutama dalam

arah posterior bersama dengan terjadinya resorpsi sepanjang ramus yang membesar.

Hal ini menyebabkan tersedianya ruangan untuk erupsi molar (Trasti, 2007).

b. Maksila (rahang atas)

Terbentuk pada pertengahan masa kehamilan akan menunjukan semua elemen

dewasa, berbeda dalam berbagai aspek dengan tulang dewasa. Perbedaan utama

terletak pada ukuran proc. alveolaris yang kecil, kurangnya kedalaman sinus

maksilaris.

Proc. alveolaris mandibula dan maksila berkembang di sekitar benih gigi yg

sedang tumbuh semasa fetus. Bila pembentukan gigi terganggu dan gigi gagal

Page 3: BAB I

bererupsi, processus alveolaris tidak dapat berkembang. Bersama dengan erupsi gigi

geligi, alveolus dan cryptus tempat berkembangnya gigi di dalam processus alveolaris

akan digantikan dengan socket. Perubahan tinggi vertikal mandibula, maksila dan

tinggi wajah secara keseluruhan terutama disebabkan karena pertumbuhan proc.

alveolaris yang berlangsung setelah usia 3 tahun dan hampir seluruhnya merupakan

hasil dari proses tersebut setelah dekade pertama kehidupan. Pertumbuhan

selanjutnya dari cavum oris umumnya disebabkan deposisi tulang disepanjang regio

alveolaris, pada permukaan bawah palatum dan pada fasies facialis mandibula serta

maksila.

Fasies lingualis proc. alveolaris umumnya teresorpsi dalam batasan tertentu

tetapi penambahan lebar palatum biasanya diakibatkan karena pertumbuhan proc.

alveolaris ke arah bawah dan keluar. Setelah bayi lahir proc alveolaris dan rangka

wajah pendukung akan tumbuh dengan cepat dan pada saat gigi geligi susu sudah

tumbuh sempurna, lingua tentunya sudah mempunyai ruangan yang cukup di dalam

arcus dentalis. Gigi geligi dan gingiva Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh

proc. alveolaris tempat terletaknya soket gigi, umumnya membentuk arcus

yang sesuai dgn bentuk lengkung. Tiap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi,

enamel, dentin, cementum dan cavum pulpa yg terdiri dari jaringan ikat, pembuluh

darah, dan saraf. Tiap gigi melekat pada proc. alveolaris melalui ligamentum

periodontal (Yhow M.S., 2010).

2. Pertumbuhan Bagian-Bagian Mulut (Labium oris)

Menurut penelitian dari Frazer, labium oris terbentuk seluruhnya dari

proc.maksilaris. Mesoderma maksilaris tampak meluas ke bagian bawah proc.

frontonasalis sampai kedua perluasan dari setiap sisi saling bertemu pada garis

median.

Pipi terbentuk dari jaringan yang berasal baik dari proc. mandibularis maupun

proc. maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat adanya kantung

kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak terlalu jauh antara proc.

maksilaris di bagian atas dan proc. mandibularis di bagian bawah. Batas luar dari

kantung tersebut terletak pada epitelium cavum oris, meluas dari proc maksilaris ke

proc. mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi.

Page 4: BAB I

Lingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum

lingua, terutama bagian duapertiga anterior dan facies ventral atau inferior.

Selama masa kehidupan fetus dan tahun pertama kelahiran, lingua umumnya relatif

besar dalam cavum oris dan sering meluas di antara gingiva, terutama di bagian depan

sehingga berkontak dengan labium oris dan pipi. Lingua berperan penting dalam

proses pengunyahan, menelan, mengisap dan bicara. Pada keadaan istirahat dan

ketika cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak bersandar

terhadap permukaan lingual gigi geligi di balik permukaan inferior palatum molle dan

palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum di balik

incisivus atas.

Ginggiva membentuk region membrana mukosa cavum oris dan

pada tepi bebasnya membentuk penggabungan antara epitel cavum oris dgn epitel

yang menutupi sebagian enamel gigi yang tidak terlihat dalam cavum oris.

Gingiva melekat erat pada leher masing - masing gigi. Perlekatan gusi ini mempunyai

sifat ganda : Epithelial-attachment, terdiri dari penggabungan epitelium gingiva dan

epitelium enamel dari mahkota gigi. Berperan penting dalam proses pembentukan

penyakit–penyakit ginggiva. Subepithelial attachment, di bawah epitelium gingiva

terdapat serabut kolagen yang melintas dari cementum gigi di dekat pertemuan

enamel–cementum dan dari proc. alveolaris ke gusi , membentuk mucoperiosteum

yang melekat erat di sekitar leher gigi (Yhow M.S., 2010).

B. Akibat Kebiasaan Buruk Pada Anak Yang Berkaitan Dengan Pertumbuhan

Rahang

Menurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktifitas

oral dan sekitarnya yang bersifat kontinyu, yang merupakan salah satu faktor lingkungan

penyebab maloklusi (Trasti, 2007).

Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari

bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan

karena tidak ada keseimbangan dentofasial (Susanto C., 2010).

Page 5: BAB I

1. Klasifikasi Maloklusi

a. Protrusi

Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh

faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir

bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas

melalui mulut.

b. Intrusi dan Ekstrusi

Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi

membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi

mendekati bidang oklusal.

c. Crossbite

Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat

kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi

geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok

gigi, atau satu gigi saja.

Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:

1) Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa

gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi

anterior mandibula.

2) Crossbite posterior

Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior

mandibula.

d. Deep bite

Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus

maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3

mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial

dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.

Page 6: BAB I

e. Open bite

Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat

rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open

bite menurut lokasinya adalah :

1) Anterior open bite

Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi

depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II

Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.

2) Posterior open bite pada regio premolar dan molar

3) Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,

posterior, dapat unilateral atau bilateral.

f. Crowded

Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab

crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal.

Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi

itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota

gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Derajat

keparahan gigi crowded:

1) Crowded ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan

mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak

memerlukan perawatan.

2) Crowded berat

Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene

oral yang jelek.

g) Diastema

Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang

seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :

Page 7: BAB I

1) Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens

supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan

jelek, dan persistensi.

2) Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor

keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. Maloklusi dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik.

Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri

maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p

dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan

mengucapkan huruf s, z, t, dan n.

(Susanto C., 2010).

2. Klasifikasi Maloklusi Berdasarkan Engle

a. Klas 1

Maloklusi klas 1 terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposterior antara

maksila dan mandibula. Ciri-cirinya :

1) Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang

2) Ujung caninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal

caninus bawah.

3) Tonjolan mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari

M1 bawah.

4) Jika insisif berada pada inklimasi yang tepat, overjet insisal adalah +3mm.

Page 8: BAB I

b. Klas II

Terdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila. Ditandai dengan

lengkung gigi bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas, serta

profil skeletal cembung. Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognasi

mandibula, protrusi maksila atau keduanya. Maloklusi kelas II dapat disebut juga

sebagai “hubungan postnatal”. Maloklusi klas II dikelompokkan menjadi 3 devisi:

1) Devisi 1

Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

2) Devisi 2

Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar,

sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proglinasi atau retroklinasi.

3) Subdivisi

Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahang.

c. Klas III

Lengkung gigi bawah lebih terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan

lengkung gigi atas. Dibagi menjadi dua yaitu :

1) Klas 3 postural

Gerak menutup translokasi ke arah depan dari mandibula menuju ke kelas 3.

Page 9: BAB I

2) Klas 3 sejati

Rahang bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas berpindah dari

posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat penutupan normal.

(Trasti, 2007).

Klasifikasi kebiasaan buruk oral pada anak menurut Viken S. (1971) sebagai

berikut :

1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :

a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara melalui

saluran hidung (nasal passage).

b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal

sudah dihilangkan.

c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas-bawah pendek sehingga tidak dapat

mengatup sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnya.

Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas maju

ke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif

atas. Karena kurangnya stimulasi muscular normal dari lidah dan karena adanya

tekanan berlebih pada caninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris dan

bucinator, maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila

berbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga menurut beberapa pendapat mouth

Page 10: BAB I

breathers cenderung memberikan klinis memilki wajah yang panjang (long faced)

dan sempit.Bila hal ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa

gigi depan rahang atas baas mrongos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka

(open bite).

2. Kebiasaan menghisap ibu jari

Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak. Kebiasaan

menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Menurut

Profit (2000), karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan

langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi dan bibir. Tekanan pipi pada

sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi

posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama

mengisap pada saat yang sama.sehingga memberikan risiko lengkung maksila

menjadi berbentuk V.

3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)

Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan karena bottle

feeding yang tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain seperti

kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan ini

terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite serta ujung

lidah terposisi lebih anterior dari normal.

4. Kebiasaan menggigit benda

Terdiri dari :

a. Menggigit kuku (nail biting)

Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi gigi insisif atas dan bawah

mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut. Meurut Finn (1971),

kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal pada anak yang sebelumnya

memiliki kebiasaan menghisap. Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990),

etiologi menggigit kuku disebabkan karena stres, imitasi terhadap anggota

keluarga, herediter, transfer dari kebiasaan menghisap jari, dan kuku jari yang

tidak rapi. Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi

anterior bawah.

Page 11: BAB I

b. Menggigit jari

Kebiasaan mengisap jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika

dibiarkan terus menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan

pada posisi gigi. Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan dan gigi rahang

bawah ke dalam, sehingga gigi tampak merongos (protusif).

(Trasti, 2007;Susanto C., 2010 ; Saptarini R. dan Riyanti E., 2008).

Kebiasaan buruk anak selain di atas adalah :

1) Bruxism

Adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang atas dan

rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Biasanya tindakan

ini dilakukan pada saat tidur di malam hari dan penderita tidak menyadari bahwa ia

memiliki kebiasaan buruk tersebut. Bruxism lebih sering dimiliki oleh kaum wanita

dibandingkan pria.

Bruxism dapat menyebabkan abrasi (aus) permukaan gigi-gigi pada rahang

atas dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email

Page 12: BAB I

(lapisan terluar dari gigi) yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat

timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan

berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan

periodontal (jaringan penyangga gigi), maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang

berlebihan, dan kelainan pada sendi Temporo Mandibular Joint (sendi yang

menghubungkan rahang bawah dan tulang kepala).

Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang

didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut

night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk

batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling

beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi

dan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama

dari bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan

salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini

Gambar bruxism

2) Kebiasaan menopang dagu

Page 13: BAB I

Gambar menopang dagu

Akibat tekanan berlebihan pada sendi yang berkepanjangan atau terus menerus,

dapat menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada di

depan kondilus. Dalam keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut

menyebabkan kondilus bergerak ke depan dan mendesak diskus di depannya. Jika

hal ini berkelanjutan, kondilus bisa saja melompati diskus dan benturan dengan

tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa cliking. Ini juga dapat terjadi pada

gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak

menyadari bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi

temporomandibular (Peters, 1995).

Penanganan Maloklusi

IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need) merupakan suatu teknik yang

sangat berguna untuk orang yang berminat dalam penelitian dibidang kesehatan

gigi masyarakat dan epidemiologi maloklusi, tetapi teknik ini lebih sering

digunakan spesialis. Pasien dengan IOTN yang rendah akan memperlihatkan

perubahan yang besar walaupun telah diberikan perawatan yang terbaik.

Kebutuhan terhadap perawatan ortodonti dapat dibedakan menjadi kebutuhan

terhadap kesehatan gigi (dental health) serta kebutuhan terhadap estetik (aesthetic

need), maka dalam IOTN terdapat dua komponen yaitu:

a) Dental Health Component (DHC)

b) Aesthetic Component (AC)

DHC dari IOTN memiliki lima kategori yang tersusun dari 1 (tidak

memerlukan perawatan) sampai 5 (sangat memerlukan perawatan) yang dapat

diaplikasikan secara klinis atau pada studi kasus pasien. Pada pasien grade 5

Page 14: BAB I

termasuk pasien dengan cleft lip dan cleft palate, beberapa gigi yang hilang

atau maloklusi destruktif, dan juga termasuk didalamnya beberapa gigi yang

terjadi perpindahan tempat. Dental Health Component menggunakan aturan

yang simpel serta menggunakan istilah MOCDO untuk membimbing peneliti

dalam meneliti maloklusi. MOCDO mewakili Missing Teeth atau kehilangan

gigi, Overjet, Crossbite, Displacement of Contact Points atau perpindahan

titik kontak, dan Overbite. Pada pasien dengan gigi insisivus yang impaksi

dikategorikan menjadi grade 5. Pada pasien dimana tidak memiliki anomali

jumlah gigi atau posisi, maka aturan dapat digunakan untuk mengukur overjet.

Pada kasus overjet 6 sampai 9 milimeter akan dikategorikan dalam grade 4.

Aesthetic Component (AC) dari IOTN terdiri dari 10 jenis foto berwarna yang

disusun berdasarkan tingkat foto dengan susunan gigi yang paling baik sampai

susunan gigi yang paling buruk. Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi

yang paling baik dan grade 10 merupakan tingkat susunan gigi yang paling

buruk.

Grade 1 – 4 = tidak membutuhkan perawatan

Grade 5 – 7 = membutuhkan perawatan

Grade 8 – 10 = sangat membutuhkan perawatan

(Trasti, 2007).

C. Akibat Kebiasaan Buruk Pada Anak Yang Berkaitan Dengan Bagian-Bagian Mulut

1. Bernafas melalui mulut

Jika anak terlalu sering bernafas dengan mulut, maka pengaliran ludah tidak

mencukupi, dan mulut akan terasa kering.

2. Menggigit bibir

Kebiasaan buruk pada anak dapat mengakibatkan suatu cedera pada bibir bawah yang

mana bisa melukai kelenjar ludah dan menyumbat pengaliran ludah. Sebagai

akibatnya, kelenjar akan membengkak dan membentuk suatu benjolan kecil dan lunak

yang berwarna kebiruan (mukokel). Gambaran klinis dari mukokel adalah

pembengkakan yang berbentuk kubah, dengan diameter 1-2 mm hingga lebih.

Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, namun dapat

Page 15: BAB I

terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang lansia. Permukaan

mukosa dapat terlihat kebiruan dan translusen. Ciri khas lesi ini adalah fluctuant,

namun pada beberapa kasus mucocele dapat terasa keras saat dipalpasi. Mucocele

dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga cairannya keluar. Biasanya

mucocele tidak disertai rasa sakit. Perawatan Mucocele adalah lesi yang tidak

berumur panjang, bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa minggu, dan dapat

hilang dengan sendirinya. Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan

membutuhkan pembedahan enukleasi (Norma A., 2009).

Gamabr mucocle

3. Menjilat bibir

Kebiasaan menjilat bibir atau menggigit bibir merupakan teknik sebabagai salah satu

penyebab timbulnya perleche pada anak. Perleche adalah  kondisi rasa sakit yang

dimulai dengan inflamasi pada kommisura bibir, diikuti dengan erosi, ulserasi dan

berfisur (Nisha, 2009).

Page 16: BAB I

Gambar perleche

4. Menggigit benda

Kebiasaan buruk anak mengigit benda-benda yang sembarangan dapat memicu

timbulnya stomatitis aphtosa. Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang

terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan

permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun

kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan atau dalam bahasa kerennya oral thrush

merupakan penyakit yang dapat diakibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan

saluran kerongkongan. Adanya jamur tersebut dapat disebabkan dari hygiene yang

buruk (Nisha, 2009).

Gambar stomatitis aphtosa

Page 17: BAB I

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

- Kebiasaan buruk anak merupakan penyimpangan aktifitas dan sekitarnya yang

bersifat kontinyu, yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi

dan keluhan pada bagian mulut seperti mulut kering, mukokel, perleche dan

stomatitis.

- Penanganan maloklusi dengan perwatan orthodontik. Kebutuhan terhadap perawatan

ortodonti dapat dibedakan menjadi kebutuhan terhadap kesehatan gigi (dental health)

serta kebutuhan terhadap estetik (aesthetic need), maka dalam IOTN terdapat dua

komponen yaitu:

a) Dental Health Component (DHC)

b) Aesthetic Component (AC)

Page 18: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Enrti, 2010. http ://eprint.ui.ac.id/128112-R17-pro-176-hub%20Antra-Pendahuluan.pdf

Susanto C., 2010. Pengertian Maloklusi. Universitas Sumatra Utara.

http://Resitory.usu.ac.id/bisterm/123456789/18207/chapter201.pdf

Nisha, 2009. Proses Membuka Dan Menutup Mulut. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/gangguan-sendi-rahang.pdf

Norma A. 2009. Perawatan Anomali Ortodonti Akibat Kebiasaan Bernafas Melalui Mulut.http://www.researchgate.net/publication/42349620_Perawatan_Anomali_Ortodonti_Akibat_Kebiasaan_Bernafas_Melalui_Mulut

Trasti, 2007. Pertumbuhan Dari Perkembangan Orokraniofacial Yang Normal. Fakultas

Kedokteran Gigi UI.

Yuniasih E.N. dan Soenawan H., 2006. Menghilangkan Kebiasaan Menghisap Bibir

Dengan Alat Bumper. Edisi Khusus KPPIKG XIV.