46
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Judul skipsi ini adalah “PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK DALAM PERSPEKTIF ABDULLAH NASIH ULWAN”.Untuk memudahkandanmenghindari kekeliruan terhadap judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan secara singkat maksud dari judul tersebut, sehingga pemahaman pembaca terhadap judul itu sesuai dengan yang dimaksud penulis. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Seks Bagi Anak Pengertian pendidikan seks padat diperhatikan dari kata yang membentuk istilah tersebut. Kata pendidikan secara etimologis, sebagaimana yang dikutip dalam kamus besar bahasa indonesia “ Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul skipsi ini adalah “PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK DALAM

PERSPEKTIF ABDULLAH NASIH ULWAN”.Untuk

memudahkandanmenghindari kekeliruan terhadap judul skripsi ini, maka penulis

perlu menjelaskan secara singkat maksud dari judul tersebut, sehingga

pemahaman pembaca terhadap judul itu sesuai dengan yang dimaksud penulis.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Seks Bagi Anak

Pengertian pendidikan seks padat diperhatikan dari kata yang

membentuk istilah tersebut.

Kata pendidikan secara etimologis, sebagaimana yang dikutip dalam

kamus besar bahasa indonesia “ Proses perubahan sikap dan tata laku

seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui pengejaran dan latihan”. 1

Sedangkan marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh pendidika terhadap perkembangan jasmani

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm.240.

Page 2: BAB I

dan rohani anakdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 2selain

itu juga dalam Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 Tahun 2003

mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agara peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengejndalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak ,ulia

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 3

Dengan melihat definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu usaha yang dusengaja dan

dilakukan dengan sadar untuk membimbing dan menggambarkan kepribadian

anak dalamrangka mempersiapkan mereka menjadi anggota masyarakat

dengan kepribadian yang matang.

Sedangkan Istikah Seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. 4

GM Surya Alam Mengartikan seks sebagai seluruh kompolek reaksi, perasaan

dan sikap yang mencirikan pribadi sebagai laki-laki dan wanita. 5Berdasarkan

definisi tersebut, yang termasuk pengertian seks mencakup alat kelamin,

angota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan kali-laki dan

perempuan, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang

mempengaruhi bekerjanya alat kelamin, proses pembuahan dan kelahiran.

Kemudian pengetrtian anak di dalam konsep psikologi yaitu mereka

yang sedang berada dalam perkembangan masa prenatal, lahir, bayi, atitama

2 A. D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung: 1989, hlm19. 3 Undang-Undang Sisdiknas,Sinar Grafida, Jakarta: 2003, hlm. 2. 4Op. Cit. hlm. 796 5 Gm. Surya Alam, Pendidikan Seks, Semarang ; Aneka Ilmu, 1989. hlm. 1.

2

Page 3: BAB I

(anak tiga tahun pertama), alitama (anak lima tahun pertama), dan anak

tengah (usia 6-12 tahun). 6 Sedangkan Zakia Darojat mengungkapkan dalam

bukunya “ Ilmu Jiwa Agama” bahwa anak adalah sekelompok orang yang

belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan

bimbingan dan pembinaan oranga dewasa. 7

Yang dimaksud anak dari pengertian di atas adalah semua orang yang

masih dalam taraf perkembangan dan belum dewasa, yang meliputi masa

bayi, masa kanak-kanak, masa usia anak sekolah dasar dan remaja kemuidian

sebuah individu tersebut sedah tidak lagi sebagai anak-anak tetapi merupakan

individu yang telah dewasa.

Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penjelasan

kepada anak tentang masalah yang berkaitan dengan sek, naluri, dan perkawinan.

Dengan tujuan agar kelak jika anak telah tumbuh dewasa menjadi seorang

pemuda yang memahami urusan-urusan kehidupan, ia mengelahui hal-hal yang

halal dan haram. Dengan demikian, diharapkan ia dapat menerapkan prilaku

Islami yang istimewa sebagai akhlak dan kebiasaan sehari-hari, tidak mengejar

syahwat dan terjebak ke dalam prilaku hedonisme.8

2. Perspektif Abdullah Nasih Ulwan

6 Agoes Daryo, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun Pertama, PT. Rafika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 8.

7 Zakia Darojat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, hlm. 109.8 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, Solo: Pustaka Iltiuzam,

2009. hlm. 13.

3

Page 4: BAB I

Perspektif Berarti “ Sudut Pandang”. 9Sedangkan Abdullah Nasih

Ulwan adalah seorang ilmuan islam yang dilahirkan pada tahun 1928 di

Daerah Qadhi Askar yang terletak di Bandar Halb, Syria. Beliau dibesarkan di

dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan mementingkan akhlak

Islam dalam pergaulan dan muamalat sesama manusia. Ayahnya, Syeikh Said

Ulwan adalah seorang yang dikenali di kalangan masyarakat sebagai seorang

ulama dan tabib yang disegani.

Dari pengertian-penegrtian di atas, maka yang dimaksud dari judul

skripsi “ Pendidikan Seks Bagi Anak Perspektif Abdullah Nasih Ulwan “

adalah suatu penelitian literature tentang upaya pendidikan anak yang

dilakukan orang tua atau pendidik pada saat anak masih Tamyiz sampai Pasca

Bulugh, yang ditinjau dan dikaji dari sudut pandang pemikiran-pemikiran

Abdullah Nasih Ulwan.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul skripsi ini adalah :

1. Sampai saat ini, seks senantiasa masih dianggap tabu, suatu yang dianggap

kotor. Pembicaraan tentang seks, selalu dikonotasikan dengan hal – hal yang

porno, jorok, menjijikan, selalu diidentikkan dengan hubungan kelamin.

Hanya untuk dikonsumsi orang dewasa saja, sedangkan remaja atau siapapun

yang belum menikah tidak boleh membicarakannya, tidak bisa didiskusikan

dengan bebas sehingga konsep seks yang benar tidak tersampaikan.

9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Op. Cit. hlm. 700.

4

Page 5: BAB I

2. Penulis ingin mengetahui pandangan-pandangn Abdullah Nasih Ulwan

tentang pandidikan anak terkait banyaknya penyimpangan yang terjadi pada

generasi muda.

C. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengmbangkan pribadi menusia baik

aspek rohani dan jasmani, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu,

suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan,

baru dapat dicapai bilamana berlangsung melalui proses kearah tujuan akhir

perkembangan.10

Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia

memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut semua aspek

kehidupan manusia, baik dalam pemikiran atau pengalamannya. Oleh karena itu,

pembahasan pendidikan tidak cukup berdasarkan pengalaman saja, melainkan

dibutuhkan suatu pemikiran yang sangat luas dan mendalam. Pengkajian pendidikan

tidak cukup hanya dengan hasil penelitian secara ilmiah, namun dibutuhkan penkajian

yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian ilmah merupakan suatu

keharusan karena akan mengungkapkan fakta-fakta yang berkaitan dengan

pengalaman manusia yang berkaitan denganpendidikan.

Manusia adalah makhluk yang memiliki unsur rohani yang mencakup duasegi

kejiwaan, yaitu hakikat sebagai individu dan sebagai makhluk social. Dansatu hakikat

10Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidkan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 2005, hlm. 12

5

Page 6: BAB I

lagi, yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainialah, hakikat sebagai

makhluk susila dan makhluk berketuhanan.

Berdasarkan hakikat manusia itu, didapati berbagai segi atau

aspekpendidikan. Di antara aspek-aspek pendidikan tersebut adalah Pendidikan

BudiPekerti, Pendidikan kecerdasan, Pendidikan Sosial, Pendidikan

Jasmani,Pendidikan Seksual, Pendidikan Agama, dan lain-lain.

Dalam skripsi ini penulis akan membahas salah satu aspek pendidikanyang

sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu pendidikan seksual. Banyakorang

memandang kata seks merupakan kata yang tabu untuk diperbincangkan.

Berbicara mengenai seks memang sangatlah menarik karena hal ini

merupakan pembicaraan masalah kehidupan manusia yang umum dan sangat

mendasar. Masalah seks senantiasa memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek

lainnya, seks pun merupakan sebuah cara yang bersangkut paut dengan keberadaan

manusia, kelangsungan hidupnya dan tingkat kualitas dari kehidupan yang

dijalaninya. Jadi tidaklah aneh apabila pembicaraan yang menyangkut seks tidak akan

pernah habis-habisnya sepanjang manusia hidup dan menjalani kehidupannya,

selama itu pula pembahasan tentang seks terus berlangsung.

Kata seks sebenarnya lebih tepat dipakai dalam pengertian hubungan kelamin

antara pria dan wanita,11 namun dalam percakapan sehari-hari orang sering

melibatkan pengertian yang mencakup seksualitas pada umumnya. Bukan saja

sebatas hubungan fisik yang intim menurut anatomi dan fisiologi, melainkan juga

11 Gm. Surya Alam, Pendidikan Seks, Semarang ; Aneka Ilmu, 1989.hlm. 1.

6

Page 7: BAB I

unsur kejiwaan dan kepribadian mereka yang tertarik satu sama lain secara

lahiriyah.12

Seks merupaka kebutuhan sebagai salah satu kebutuhan yang timbul dari

dorongan mempertahankan jenis. Sigmund Freud yang menganggap kebutuhan ini

vital pada manusia.13 Untuk menghindari terjadi penyimpangan pada seks maka

pendidikan seksual mutlak diperlukan.

Kini seks ternyata telah diperlakukan sebagai cara untuk sekedar pelampiasan

dalam mencapai kenikmatan jasmani dengan melanggar nilai-nilai agama dan moral

seks dijadikan komoditi yang menyangkut nilai-nilai komersial, media untuk

memperoleh unsur-unsur keduniawian yang berorientasi secara politik dan status

sosial, alat untuk menciptakan ketidakberesan terhadap strata dan kehidupan

masyarakat, Pendek kata, seks telah dijadikan sebagai cara untuk memporak -

porandakan tatanan atau susunan, yang sebenarnya justru dapat dibangun oleh adanya

seks itu sendiri. Dan seks telah diberlakukan secara terbalik dan berada secara

diametral dengan fungsi dan peranannya di dalam kehidupan ini.

Kabanyakan masyarakat kita memandang seks sebagai sesuatu yang

menyeramkan, kotor, tabu, dan porno, karenanya tidak pantas dibicarakan

terbukauntuk alasan apapun. Seakan-akan seks selalu di hubungkan dengan hal-hal

yang berbau pornigrafisdan semacamnya.14Dengan segala prasangka dan kesalah

kaprahan cultural yang disematkan pada seks, adalah penting dan mendesak bagi kita

12M. Torsina, Seks Remaja, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2010.hlm. 1.13Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.hlm.87.14 Boyke Dian Nugraha, Problema Seks & Cinta Remaja, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.hlm.3.

7

Page 8: BAB I

untuk mulai membicarakan dan membahas permasalahan ini guna menyingkirkan

kebekuan dari pikiran-pikiran kita.

Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penjelasan kepada

anak tentang masalah yang berkaitan dengan sek, naluri, dan perkawinan. Dengan

tujuan agar kelak jika anak telah tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda yang

memahami urusan-urusan kehidupan, ia mengelahui hal-hal yang halal dan haram.

Dengan demikian, diharapkan ia dapat menerapkan prilaku Islami yang istimewa

sebagai akhlak dan kebiasaan sehari-hari, tidak mengejar syahwat dan terjebak ke

dalam prilaku hedonisme.15

Islam sebagai agama yang mengajarkan kehidupan yang seimbang bertitik

tolak pada fitrah dan naluri manusia tidak menganggap hubungan seksual sebagai

sesuatu yang keji, justeru merupakan suatu kehormatan dengan ketentuan perbuatan

tersebut dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah SWT, yang telah menciptakan naluri

dan fitrah seksual.16 Karena pada dasarnya, naluri seksual manusia harus dipupuk,

bukannya ditewkan, haruslah diakui. Sehingga pada saat yang sama, kita perlu

menyusun konsep yang lebih luas dari pada ketentuan yang lebih sederhana tentang

batasan baik dan buruk.17

Oleh karena itu, Islam menempatkan seksualitas sebagai bagian dari

kehidupan yang harus ditata pola pemenuhannya, sejalan dengan petunjuk agama.

15 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, Solo: Pustaka Iltiuzam, 2009. hlm. 13.

16 Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yagyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa: 1998), hal. 102.

17 Mutadla Muthahhari, Etika Seksual Dalam Islam, terj dari Sexual Ethics Islam and In Western World (Jakarta: Lentera; 1993), hal. 57.

8

Page 9: BAB I

Kehidupan seksual dan sistem hakiki agama dalam kehidupan manusia, pada

dasarnya, dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Islam telah memberi petunjuk yang jelas tentang keleluasaan untuk

menyalurkan hasrat seksual. Namun, bukan berarti melaksanakan kebebasan seksual

sebebas-bebasnya. Akan tetapi keleluasaan itu harus tetap dalam ikatan nilai yang

berdasarkan syar’i. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah,

ayat 223:

Artinya: ”Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”. (QS: al-Baqarah: 223).18

Tidaklah mengherankan bila dalam ajaran Islam, banyak sekali aturan-aturan

yang berkenaan dengan masalah seksual. Banyak petunjuk-petunjuk yang diberikan

al-Qur’an dan banyak pula perbuatan yang dilakuakan oleh Rasulullah SAW sebagai

dasar bagi pendidikan seksual. Hal ini sebagai bukti bahwa Islam menjunjung tinggi

kesucian dan keluhuran dorongan-dorongan seksual pada diri manusia. Pendidikan

seksual dalam Islam merupakan bagian integral dalam pendidikan aqidah, akhlak dan

ibadah. Sehingga pendidikan seksual tidak bisa terlepas dari ketiga unsur di atas.

Keterlepasan pendidikan seksual dari ketiga unsur di atas akan menyebabkan ketidak

jelasan arah pendidikan seksual tersebut. Behkan mungkin akan menimbulkan

18

9

Page 10: BAB I

kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal. Sebab, pendidikan seksual yang lepas

dari aqidah, akhlak, dan ibadah, hanyalah akan berdasar pada nafsu birahi belaka.

Tarbiyah jinsiyah atau pendidikan seksual dimulai dari pendidikan dalam

keluarga, sebelum keluarga itu menyerahkannya kepada para pendidik dan

lingkungan. Dari orang tualah si anak akan memahami dan memiliki wawasan apa

yang disebut dengan syahwat.

Sebagaimana diperintahkan Nabi SAW :

ض2ى0 الل,,ه 9ه2 ع0ن9 ج0د6ه2 ر0 2ي ب0 9ب? ع0ن9 أ ع0ي B9ن2 ش و0ع0ن9 ع0م9ر2 و0ب

Hم0 : ل 9ه2 و0س,,0 0ي و9لK الله2 ص0لى0 الله ع0ل Kس 0ل0 ر0 0ل0 : قا 9هK قا ع0نKو9هKم9 ر2ب 9ع? و0اض,,9 ب اءK س,,0 9ن,,0 0ب 0ة2 و0هKم9 ا ال H,,2الص Kم9 ب 0د0ك 0و9ال و9ا ا Kر K,,م

اج2ع2 9م0ض,,0 0هKم9 فى2 ال 9ن 0ي و9ا ب K,,9ق ي ر? و0ف0ر9 اءK ع0ش,,9 9ن,,0 0ب 9ه0ا و0هKم9 أ 0ب ع0ل(رواه ابوداود)

Artinya:

“Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya dan kakeknya ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Perintahkanlah anakmu mengerjakan sholat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Dan pisahlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud)19

Dari konteks hadits diatas menjelaskan, bapak dan ibu diperintahkan untuk

memisahkan tempat tidur anak dikhawatirkan anak akan melihat aurat saudaranya

pada saat tidur atau tergoda bila bercampur baur ditempat tidur yang sama, sehingga

membangkitkan birahi atau merusak akhlaknya.

Dengan umur yang masih muda dan pengalamannya yang sedikit, mereka

belum mampu menginterpretasi gejolak dalam dirinya maupun godaan dari

19Abu Daud, Shahih Bukhari, Dar Al–Kutub Al–Islamiah, Juz. V, Beirut, 1992, hlm. 483– 484.

10

Page 11: BAB I

sekitarnya. Apalah jadinya jika dari godaan tersebut akan timbul remaja – remaja

yang terlanjur melakukan aktivitas yang berbahaya dan merusak dirinya.

Inilah perhatian pendidikan yang dicurahkan Nabi SAW, dalam memperbaiki

generasi, mendidik remaja serta meluruskan kepincangan yang terjadi dimasyarakat.

Juga akan dapat mengambil Keputusan yang bertanggung jawab.

Soal pertama dalam tarbiyah jinsiyah adalah masalah aurat. Secara anatomis,

bagian tubuh wanita sangat menarik nafsu seks lawan jenisnya. Laki-laki main bola

memakai celana pendek, tidak ada perempuan yang tergiur. Coba kalau perempuan

main bola pakai celana pendek, banyak yang menonton bukan melihat bola yang

ditendang, tapimelihat jenis “bola” yang lain. Jangankan aurat wanita dewasa, bahkan

aurat anak-anak pun ada aturannya. Makanya, sejak kecil anak perempuan sebaiknya

sudah dibiasakan memakai pakaian yang menutup aurat. Ini bagus untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Rasulullah melarang perempuanmelihat aurat perempuan dan laki-lakimelihat

aurat laki-laki. Ini salah satuantisipasi timbulnya penyelewenganseksual, seperti yang

banyak terjadisekarang ini. Ini dimulai dari lingkungankeluarga. Anak yang telah

mencapaiusia 10 tahun jangan dibiarkan tidurbersama saudaranya yang sejenisdalam

satu selimut tanpa memakaipakaian.

Pendidikan seks dimulai denganmengajarkan menundukkan

pandangan.Ditujukan kepada laki-laki danperempuan. Dalam pendidikan seksanak

diajarkan bagaimana menjagapandangan. Bukan berarti tidak melihatorang. Artinya,

jangan pandangandiarahkan terus-menerus sampai lekatkepada lawan jenis. Menatap

sampairinci, ada jerawatnya berapa. Kita tahu,terjadinya perzinaan dimulai

11

Page 12: BAB I

daripandangan. Awalnya biasa, lama-lamasaling tertarik, terus terjadi zina. Ini biasa

dianalogikan dengan menonton gambarporno.

Kewajiban orang tua adalahmengenalkan sanksi-sanksi perzinaankepada

keluarganya. Sanksi zina dalamIslam sangat berat. Agar mereka tidakmau berbuat

zina. Dan orang tualahyang menjadi penanggung jawab utamaterhadap dosa

perzinaan anak-anaknya.Bekal pendidikan kedua orang tua adalah faktor penting

yang mempengaruhi proses pendidikan. 20

Bagian dari tarbiyah jinsiyahadalah pemeliharaan anggota-anggotatubuh anak

atau orang tua. Dalam kitabfikih ada bagian thaharah. Adalahmerupakan kewajiban

orang tua untukmensosialisasikan kepada anaka-anaknyabagaimana

menjagakebersihan kelamin untuk kepentinganthaharah.

Kepada anak-anak juga perludijelaskan bagaimana proses kejadianmanusia.

Dari nuftah, mudhghah danseterusnya. Dari sini mudah-mudahananak-anak itu sudah

memilikipengetahuan tentang tarbiyah jinsiyahsecara benar dan sesuai dengan nilai-

nilaiIslam.21

Menurut Abdullah Nasih Ulwan pendidikan seks adalah upaya pengajaran,

penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada

anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan

perkawinan. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui

20 Syekh Khalid Bin Abdurrahman Al ‘Akk, Cara Islam Mendidik Anak, Jogjakarta : Ad Dawa’, 2006. Hlm. 329.

21 M. Soleh, Lembaran Da’wah Nurul Hidayah Pemersatu Umat, No.11/Th.2/Rabiul Awwal

1429H/Maret 2008

12

Page 13: BAB I

masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan mampu menerapkan

perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang

tidak islami.

Dalam bukunya yang berjudul Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Abdullah Nasih

Ulwan menyatakan, pendidikan seksual yang penting mendapat perhatian secara

khusus dari para pendidik, hendaklah dilaksanakan berdasarkan fase-fase sebagai

berikut:

Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut masa tamyiz (masa prapubertas).Pada

masa ini, anak diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandangsesuatu,

maksudnya adalah tentang pembiasaan pada anak untuk dapatmelaksanakan etika

meminta izin kepada orang tuanya ketika ayah dan ibu beradadalam situasi yang tidak

ingin dilihat oleh siapa pun termasuk oleh anak-anaknya.

Fase kedua, usia 10-14 tahun, disebut masa murabaqah (masa peralihanatau

pubertas). Pada masa ini anak dihindarkan dari berbagai rangsangan seksual,karena

fase pubertas adalah fase kehidupan manusia yang paling berbahaya. Jikapendidik

mengerti cara mendidik anak, cara menghindarkannya dari lingkunganyang penuh

dengan kerusakan atau penyimpangan dan cara mengarahkannyamenuju kebaikan,

maka anak biasanya akan tumbuh berbudi, berakhlak mulia,dan memiliki pendidikan

islami yang tinggi.

13

Page 14: BAB I

Fase ketiga, usia 14-16 tahun, disebut masa balig (masa adolesen). Jikaanak

sudah siap untuk menikah, pada masa ini anak diberikan pendidikan tentangetika atau

adab mengadakan hubungan seksual.

Fase keempat, setelah masa adolesen, disebut masa pemuda. Pada masaini

diberi pelajaran tentang tata cara melakukan isti'faf (menjaga dari perbuatantercela

atau menyimpang), jika ia belum mampu melangsungkan pernikahan.22

Setiap Muslim bahkan anak-anak yang belajar mengaji, pasti menemukan

bahwa Al-qur'an membicarakan masalah seksualitas dengan terbuka. Dalam

Alquran ,kita dapat menemukan bahasan mengenai reproduksi dan penciptaan

manusia, menstruasi, kehidupan keluarga, posisi-posisi seksual dan bahkan ejakulasi.

Seperti dalam ayat ayat berikut ini:

Artinya; Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa

22Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 2, Jakarta: Pustaka Amani, Cet II, 1999.hlm. 1.

14

Page 15: BAB I

kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.( QS. Al Baqarah 222 -223).23

Dasar-dasar pendidikan seks Islami adalah: memperlakukan seks sebagai

anugerah dari Allah yang Mahakuasa. Bagaimanapun juga, seks merupakan masalah

yang tetap hidup, selalu selalu dibicarakan oleh setiap orang baik dari kalangan awan

maupun ilmuwan. Hanya saja karena mereka masih diliputi oleh rasa tabu,

pembicaraannya amat terbatas.

Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral daripendidikan

akidah, akhlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks denganketiga unsur itu akan

menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itusendiri, bahkan mungkin

akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan daritujuan asal manusia melakukan

kegiatan seksual dalam rangka pengabdian kepadaAllah. Oleh karena itu, pelaksanaan

pendidikan seks tidak boleh menyimpang darituntutan syariat Islam.

Seperti sudah diuraikan di atas, pendidikan seks adalah salah satu cara untuk

menguruangai atau mencegah penyalahgunaan seks,khususnya untuk mencegah

dampak-dampak negative yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak

direncanakan, penyakit menular seksual, depresi, dan perasaan berdosa.Pandangan

pro-kontra pendidikan seks pada hakikatnya tergantung pada bagaimana kita

mendefinisikan pendiidkan seks itu sendiri. 24

Pada masa Nabi masih hidup, muslim laki-laki dan perempuan tidak pernak

merasa malu menanyakansegala persoalan, termasuk persoalan pribadi seperti

kehidupan seks, dari situ meraka mengetahui ajaran dan ketentuan hukum agama. 23 Departemen Agama, Al Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung : CV. J-Art, 2005.Hlm. 36.24 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta ;PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Hlm. 190.

15

Page 16: BAB I

Kejadian masa nabi tersebut menjadi keyakinan kita bahwa tentang seks harus

diajarkan kapada anak-anak dengan cara-cara yang setaraf dengan usia pertumbuhan

mereka, baik dirumah ataupun di sekolah. Pendidikan ini harus dilaksanakan dalam

keseluruhan konteks ideology Islam dan ajaran Islam supaya para remaja di samping

memperoleh pengetahuan filosofis denganbaik, memiliki kesadaran penuh akan

kesucian hubungan seks dalam Islam dan dosa besar bila menodai kesucian ini, baik

dari sudut pandang Islam ataupun lebih penting lagi dalam pandangan Allah.25

Islam mempunyai peranan penting dalam masalah pendidikan seks, di mana

dalam pendidikannya Islam mengatur seksualitas mulai dari aurat, pakaian, segi

kebersihan jasmani (dikenal dengan pengetahuan tentang najis dan thaharah)

penglihatan dan pendengaran serta nafsu syahwati itu sendiri. Dalam penerapannya

terlebih dahulu mengutamakan segi pendidikan rohaniah, moral, etika sejak dari

anak-anak yang dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga dengan meletakkan

dasar-dasar iman kepada Allah SWT. Kemudian barulah pengetahuan tentang

anatomi, fisiologi dan psikologi dapat ditambahkan sebagai pelengkap sesuai dengan

jenjang pendidikan dan usia anak.

Dalam Al-Qur'an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang seks.Misalnya,

secara naluriah laki-laki tertarik pada wanita, karena Allah menciptakan wanita

dengan daya tarik khusus dan pria dianugrahi nafsu yang aktif, agresif supaya

keduanya saling tertarik. Dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 14

berbunyi sebagai berikut :

25 Abdullah Nasih Ulwan Dan Hasan Hathout, Pendidikan Seks, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. hlm. 148-149.

16

Page 17: BAB I

Artinya: "Dijadikan indah (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang

diingini, yaitu wanita-wanita,...."26

Ayat di atas menjelaskan bahwa nafsu syahwat memberikan nikmat yang

tertinggi dan nafsu ini dimiliki oleh insan manusia, terlepas dari kedudukan sosialnya,

nikmat yang merata di antara nikmat manusia dan nikmat yang diingini oleh setiap

manusia. Nafsu seks ini pula merupakan nafsu yang dapat menjerumuskan manusia

ke jurang kejahatan, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan lain

sebagainya.

Para ulama Islam berpendapat bahwa orang tua dan pendidik boleh berterus

terang pada anak laki-laki maupun perempuan tentang masalah seks dan naluri agar

terhindar dari hal hal yang tidak diharapkan. Firman Allah, surat At-Tahrim: 6

Artinya: "Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu".27

Bertolak pada ayat tersebut, Allah mengisyaratkan agar memelihara

keluarganya terutama anak remaja mereka dengan pendidikan yang baik. Untuk itu

hendaklah para orang tua menyadari, setiap manusia mempunyai keinginan seks

terhadap lawan jenisnya untuk menyalurkan libido seksualnya secara bertanggung 26 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya. CV. Toha Putra, Semarang:1989.hlm.

77.27Ibid.,hlm. 951

17

Page 18: BAB I

jawab sesuai pada tempatnya serta tidak terjerumus ke lembah perzinahan. Dengan

keras Allah melarang zina, sebagaimana tercantum dalam surat Ai-Isra' ayat 32 :

Artinya: "Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan

yang keji dan suatu jalan yang buruk".28

Maka sungguh tepat ayat Al-Qur'an tersebut menjelaskan larangan mendekati

zina. Adanya larangan ini dikarenakan perbuatan zina melanggar norma-norma

kemanusiaan yang beradab, bahkan bisa menimbulkan akibat yang merusak sendi

sendi masyarakat. Untuk itu setiap manusia baik laki-laki, maupun perempuan

membutuhkan pendidikan seks.Orang tua membutuhkan pendidikan seks untuk

mendidik anak-anaknya dan untuk mendidik dirinya sendiri. Guru membutuhkan

pendidikan seks untuk murid-muridnya yang akan diberi pendidikan seks, masyarakat

membutuhkan pendidikan seks untuk menciptakan lingkungan supaya manusia dapat

hidup terkendali dan pemerintah perlu pendidikan seks untuk membuat peraturan

serta perundang-undangan tentang pelanggaran seks.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai maasih banyak anak

perempuan yang sudah memasuki masa baligh berpenampilan yang kurang Islami,

misalkan tidak menutup auratnya yaitu rambut dengan jilbab.Jilbab dipakai hanya

sebagai tututan ketika di sekolah, tetapi ketika pulang dari sekolah jilbab

ditanggalkan. Selain itu juga remaja sekatang kurang mengetahui etika memandang

28Ibid.,hlm. 429

18

Page 19: BAB I

lawan jenisnya, sedangkan dalam islam kita ketahui bahwa Islam memiliki tuntunan

dalam memandang lawan jenisnya.

Fakta di masyarakat menunjukkan banyak remaja ayang menikah muda

karena terjadi seks sebelum nikah, Penyimpangan perilaku seks tersebut dapat

diketahui berdasarkan data dan fakta, setidaknya dalam berbagai kota di Indonesia

ini. Kita bisa membayangkan, pada tahun 1981 saja, sebagaimana dr. Wimpie P.

mengumumkan hasil peneltiannya atas perilaku seks remaja; dari 663 responden,

ternyata 155 remaja (102 laki-laki dan 53 perempuan) mengaku pernah melakukan

hubungan seks.29 Tentu juga kita ingat penelitian beberapa tahun yang lalu; sebuah

penelitian yang dilakukan di Yogyakarta dengan hasil yang mencengangkan kepala,

yaitu 97,05% remaja puterti mengaku telah kehilangan kegadisannya. Kita juga ingat

betul aktifitas seks yang dilakukan sepasang pelajar SMP pada tahun lalu (2007)

dengan cara merekam melalui telepon selular, dan salah satu tersangkanya ada;ah

siswi SMPN favorit di kota Blitar.

Dalam masyarakat kita ada stigma dan anggapan bahwa anak-anak tidak

perllu diberikan pendidikan sek, karena toh setelah meraka menginjak remaja atau

dewasa akan tahu dengan sendirinya. Sebagaian besar orang tua merasa riskan untuk

membicarakan dan menyampaikan masalah seks pada anak-anaknya.Selain itu, juga

karena memang beberapa orang tua juga tidak mempunyai bekal atau pengetahuan

tentang masalah seks.inilah yang juga menjadi salah satu sebab mengapa pendidikan

seks kurang mendapat tempat dan perhatian di dalam pola pengasuhan anak. Ada

29 Mulyana. W. Kusumah, Kejahatan dan Penyimpangan; Suatu Perspektif Kriminologi,(Jakarta: Yayasan LBH; 1988), cet I, hal. 96.

19

Page 20: BAB I

sebagian orang tua berpendapat dan beranggapan bahwa peningkatan pengetahuan

seks akan menambah jumlah penyelawengan. Kalau pendidikan seks hanya

membicarakan fungsi-sungsi organ kelamin, dan kesehatan reprodukasi tanpa

memberi muatan agama, jelas hanya akan mengakibatkan anak coba-coba.

Berkaitan dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukanpenelitian dengan mengankat judul "Pendidikan Seksual untuk Anak

Perspektif Pemikiran Abdullah Nasih Ulwan".

Penulis memilih judul tersebut untuk mengkaji pemikiran Abdullah Nasih

Ulwanyang berkaitan dengan pendidikan seks sesuai dengan syariatislam, kemudian

menganalisisnya.

D. Rumusan Masalah

Masalah dapat di artikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya degan

yang benar-benar terjadi.30. Biasanya suatu masalah timbul karena adanya

kesenjangan antara teori dan konsep-konsep dengan keadaan nyata. Kesenjangan

tersebut dapat berbentuk kontradiksi antara teori dan kenyataan atau terdapat suatu

perbedaan antara keduanya.

Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang akan dicarai jawabannya

melalui pengumpulan data. 31

Dari latar belakang di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Bagaimana Pendidikan Seks Bagi Anak Dalam Perspektif Abdullah Nasih

Ulwan?”

30Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 1998, hl. 32. 31 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2008.hlm. 55.

20

Page 21: BAB I

Adapun batasan masalah di atas adalah mengenai apa saja pokok-pokok

materi tentang seks untuk anak menurut Abdullah Nasih Ulwan yang harus diajarkan

pada fase-fase perkembangan anak yang telah disebutkan, yaitu fase tamyiz, fase

murahaqah, fase bulugh, dan fase pasca bulugh.

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana konsep pendidikan seks bagi anak

dalam pemikiran Abdullah Nasih Ulwan.

2. Manfaat Penelitian.

a. Secara Teoritis.

1) Dapat menambah wawasan pemikiran atau wacana tentang

pendidikan, terutama dalam pendidikan seks bagi anak.

2) Dapat menambah khazanah keilmuan terutama dalam

bidangpendidikan sek bagi anak.

3) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk

penelitianselanjutnya.

b. Secara Praktis.

1) Memberikan masukan kepada orang tua, pengajar dan pendidik

dalammemberikan pendidikan seks yang ditetapkan islam untuk

mengaturprilaku seks pada anak didik.

21

Page 22: BAB I

2) Memberikan pengetahuan dan penerangan tentang masalah-

masalahseksual kepada anak sejak usia dini sampai dewasa berdasarkan

fase-fase perkembangan anak.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.32SEdangkan menurut

Sutrisno Hadi mendefinisikan penelitian sebagai usaha untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu penelitian, usaha yang

dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.33

Dari pengertian di atsa maka penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa metode penelitian adalah ilmu yang membahas tentang cara atau

metode dalam penelitian.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis penelitian

Secara keseluruhan jenis penelitian ini adalah merupakan kajian konsep

(Literatur) atau library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara ,membaca, menelaah, atau memeriksa bahan-bahan kepustakaan yang

32 Sugiono, Op. Cit. hlm 1 33 Sutrini Hadi, Metode Reasearch Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta, 1987,hlm. 63

22

Page 23: BAB I

yang ada.34Adapun menurut Mustika Zed, penelitian kepustakaan adalah

penelitian yang dilakukan di perpustakaan di mana objek penelitiaannya

biasanya digali lewat beragam informasi kepustakaan ( Buku, Insiklopedi,

Jurnal Ilmiah, Koran, Majalah, Dandokumen ). 35

b. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif sumber data

penelitiqan kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adlah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.36 Selain itu penelitian ini juga

bersifat Deskriptif, karena tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

membuat panca indra secara sistematis, factual, dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. 37

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi dokumentasi sebagai teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian,

namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakandapat berupa buku harian,

surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan social dan

dokumen lainnya.38 Yaitu dengan mengadakan penelaahan dan

menginventarisasi buku – buku diperpustakaan yang berkenaan atau

34 Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian,Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta, 2003.hlm.7.

35 Mustika Zed, Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.hlm. 89.36Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung, 2010. Hlm. 15737 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.

75 38 Iqbal Hasan, Op. Cit,hlm 87.

23

Page 24: BAB I

berhubungan dengan masalah – masalah yamg akan diteliti atua dapat

dikatakan penelitian konten.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal.Dapat

berupa suatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan suatu fakta

yang digambarkan lewat angka, symbol, kode dan lain-lain.39

Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan maka data-data yang

dikumpulkan berasal dari banyak sumber. Adapun sumber data dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati,

dan dicatat untuk pertamakalinya.40

Dari pengertian di atas penulis menjadikan sumber tersebut sebagaiacuan

utama dalam penenilian ini karena mengandung data-data penting yang

membicarakan tentang Pendidikan Seks bagi anak, dan yang menjadi

sumber data utama dalam penelitian ini adalah dokumen dari buku karya

Abdullah Nasih Ulwan yang berjudul Tarbiyatul Aulad filIslam( 1994).

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dri

orang melalui penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini

biasanya diperolah dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian

39 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor, 2002, hlm. 43

40 Marzuki, Metodologi Riset, BPEF VII, Cet.IV, Yokyakarta, 1997, hlm.55

24

Page 25: BAB I

terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.41Yang menjadi

pendukung dan pelengkap dalam penelitian adalah referensi bacaan yang

berkaitan dengan permasalahan, diantaranya: Abdullah Nasih Ulwan Dan

Hasan Hathout, Pendidikan Seks, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2001), Gm. Surya Alam, Pendidikan Seks, ( Semarang ; Aneka Ilmu,

1989), M. Torsina, Seks Remaja, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2010),

Boyke Dian Nugraha, Problema Seks & Cinta Remaja, Jakarta : bumi

Aksara, 2008), Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala

Nabi, (Solo: Pustaka Iltiuzam, 2009).

41 Iqbal Hasan, Loc. Cit, hlm. 82

25

Page 26: BAB I

4. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam ppenelitian ini adalah Analisi is (Content

Analisis), dalam bukunya Moleong dikemukana rumusan beberapa pakar

tentang definisi ContentAnalisis, Barelson merumuskan kajian isi sebagai

teknik penelitian untuk keperluanmendeskripsikan secara obyektif, sistematis,

dan kualitatif tentang manifestasi komunikasi, sedangkan Waber menyatakan

bahwa kajian isi asalah metodologi penelitian yang manfaatnya seperangkat

prosedur untuk menarik kesimpulan dari sebuah buku atau dokumen. Definisi

berikutnya dikemuikakan oleh Krippondorff yaitu kajian isi adalah teknik

penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang reflikatif dan

shaih atas dasar konteksnya.42

Data-data yang telah terkumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya akan

dianalisis dengan metode deskriptif-analitik , yaitu untuk menggambarkan

pemikiran Abdullah Nasih Ulwan secara sistematis sehubungan dengan latar

belakang dan pemikirannya, jugatidak meninggalkan pendapat pada tokoh ahli

yang relefan. Tahap berikutnyaadalah interpretasi, yaitu memahami seluruh

pemikiranAbdullah Nasih Ulwan untuk memperoleh penjelasanmengenai

pendidikan seksual.

Untuk mempertajanm analisis maka disini digunakan logika deduktif yaitu

analisis yang berpangkal pada kaidah-kaidah yang bersifat umum,kemudiaan

ditetapkan kaidah-kaidah yang bersifat khusus.

42 Lexy Moleong, Op. Cit,hlm, 163.

26

Page 27: BAB I

Dengan menggunakan metode ini akan didapat keputusan baru yang bersifat

khusus dari keputusan yang bersifat umum. Maksudnya, pendapat secara

umum dan beberapa para ahli bauk yang bersifat pro atau kontra tentang apa

saja yang ia miliki relevansi dengan pembahasan pendidikan seks terhadap

remaja dalam pandangan pendidikan Islam, hendak dianalisa agar dapat

diambil kesimpulan secara khusus. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan

yang konkrit dan dapat dipertanggungjawabkan.

27

Page 28: BAB I

OUT LINE

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

ABSTRAK.......................................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................

PENGESAHAN...............................................................................................

MOTTO...........................................................................................................

PESEMBAHAN..............................................................................................

RIWAYAT HIDUP.........................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

DAFTAR TABEL...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................

B. Rumusan Masalah....................................................................

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................

D. Kerangka Pemikiran................................................................

E. Metodologi Penelitian..............................................................

BAB II PROFIL ABDULAH NASIH ULWAN

A. Riwayat Hidup Abdulah Nasih Ulwan......................................

B. Riwayat Pendidikan Abdulah Nasih Ulwan................................

C. Riwayat Pengabdian Abdulah Nasih Ulwan.............................

D. Akhlaq dan Kepribadian...........................................................

E. Karya-karyanya Abdulah Nasih Ulwan....................................

28

Page 29: BAB I

BAB IIITINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN SEKS

A. Pengertian Pendidikan Seks

B. Tujuan Pendidikan Seks

C. Materi dan Metode Pendidikan Seks

1. Materi Pendidikan Seks

2. Metode Pendidikan Seks

D. Awal Penerapan Pendidikan Seks

E. Pendidikan seks dalam pandangan Islam

BAB IVKONSEP ABDULAH NASIH ULWAN TENTANG

PENDIDIKAN SEK BAGI ANAK

A. Hakikat Pendidikan Seks Menurut Nasih Ulwan.....................

B. Materi dan Metode Pendidikan Seks Nasih Ulwan..................

1. Materi Pendidikan Seks Nasih Ulwan................................

2. Metode Pendidikan Seks Nasih Ulwan...............................

C. Tujuan Pendidikan Seks Menurut Nasih Ulwan................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................

B. Saran-saran..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

29