Upload
sukron-sbm
View
189
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul skipsi ini adalah “PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK DALAM
PERSPEKTIF ABDULLAH NASIH ULWAN”.Untuk
memudahkandanmenghindari kekeliruan terhadap judul skripsi ini, maka penulis
perlu menjelaskan secara singkat maksud dari judul tersebut, sehingga
pemahaman pembaca terhadap judul itu sesuai dengan yang dimaksud penulis.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Seks Bagi Anak
Pengertian pendidikan seks padat diperhatikan dari kata yang
membentuk istilah tersebut.
Kata pendidikan secara etimologis, sebagaimana yang dikutip dalam
kamus besar bahasa indonesia “ Proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui pengejaran dan latihan”. 1
Sedangkan marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidika terhadap perkembangan jasmani
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm.240.
dan rohani anakdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 2selain
itu juga dalam Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 Tahun 2003
mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agara peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengejndalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak ,ulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 3
Dengan melihat definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu usaha yang dusengaja dan
dilakukan dengan sadar untuk membimbing dan menggambarkan kepribadian
anak dalamrangka mempersiapkan mereka menjadi anggota masyarakat
dengan kepribadian yang matang.
Sedangkan Istikah Seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. 4
GM Surya Alam Mengartikan seks sebagai seluruh kompolek reaksi, perasaan
dan sikap yang mencirikan pribadi sebagai laki-laki dan wanita. 5Berdasarkan
definisi tersebut, yang termasuk pengertian seks mencakup alat kelamin,
angota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan kali-laki dan
perempuan, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang
mempengaruhi bekerjanya alat kelamin, proses pembuahan dan kelahiran.
Kemudian pengetrtian anak di dalam konsep psikologi yaitu mereka
yang sedang berada dalam perkembangan masa prenatal, lahir, bayi, atitama
2 A. D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung: 1989, hlm19. 3 Undang-Undang Sisdiknas,Sinar Grafida, Jakarta: 2003, hlm. 2. 4Op. Cit. hlm. 796 5 Gm. Surya Alam, Pendidikan Seks, Semarang ; Aneka Ilmu, 1989. hlm. 1.
2
(anak tiga tahun pertama), alitama (anak lima tahun pertama), dan anak
tengah (usia 6-12 tahun). 6 Sedangkan Zakia Darojat mengungkapkan dalam
bukunya “ Ilmu Jiwa Agama” bahwa anak adalah sekelompok orang yang
belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan
bimbingan dan pembinaan oranga dewasa. 7
Yang dimaksud anak dari pengertian di atas adalah semua orang yang
masih dalam taraf perkembangan dan belum dewasa, yang meliputi masa
bayi, masa kanak-kanak, masa usia anak sekolah dasar dan remaja kemuidian
sebuah individu tersebut sedah tidak lagi sebagai anak-anak tetapi merupakan
individu yang telah dewasa.
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penjelasan
kepada anak tentang masalah yang berkaitan dengan sek, naluri, dan perkawinan.
Dengan tujuan agar kelak jika anak telah tumbuh dewasa menjadi seorang
pemuda yang memahami urusan-urusan kehidupan, ia mengelahui hal-hal yang
halal dan haram. Dengan demikian, diharapkan ia dapat menerapkan prilaku
Islami yang istimewa sebagai akhlak dan kebiasaan sehari-hari, tidak mengejar
syahwat dan terjebak ke dalam prilaku hedonisme.8
2. Perspektif Abdullah Nasih Ulwan
6 Agoes Daryo, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun Pertama, PT. Rafika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 8.
7 Zakia Darojat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, hlm. 109.8 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, Solo: Pustaka Iltiuzam,
2009. hlm. 13.
3
Perspektif Berarti “ Sudut Pandang”. 9Sedangkan Abdullah Nasih
Ulwan adalah seorang ilmuan islam yang dilahirkan pada tahun 1928 di
Daerah Qadhi Askar yang terletak di Bandar Halb, Syria. Beliau dibesarkan di
dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan mementingkan akhlak
Islam dalam pergaulan dan muamalat sesama manusia. Ayahnya, Syeikh Said
Ulwan adalah seorang yang dikenali di kalangan masyarakat sebagai seorang
ulama dan tabib yang disegani.
Dari pengertian-penegrtian di atas, maka yang dimaksud dari judul
skripsi “ Pendidikan Seks Bagi Anak Perspektif Abdullah Nasih Ulwan “
adalah suatu penelitian literature tentang upaya pendidikan anak yang
dilakukan orang tua atau pendidik pada saat anak masih Tamyiz sampai Pasca
Bulugh, yang ditinjau dan dikaji dari sudut pandang pemikiran-pemikiran
Abdullah Nasih Ulwan.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul skripsi ini adalah :
1. Sampai saat ini, seks senantiasa masih dianggap tabu, suatu yang dianggap
kotor. Pembicaraan tentang seks, selalu dikonotasikan dengan hal – hal yang
porno, jorok, menjijikan, selalu diidentikkan dengan hubungan kelamin.
Hanya untuk dikonsumsi orang dewasa saja, sedangkan remaja atau siapapun
yang belum menikah tidak boleh membicarakannya, tidak bisa didiskusikan
dengan bebas sehingga konsep seks yang benar tidak tersampaikan.
9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Op. Cit. hlm. 700.
4
2. Penulis ingin mengetahui pandangan-pandangn Abdullah Nasih Ulwan
tentang pandidikan anak terkait banyaknya penyimpangan yang terjadi pada
generasi muda.
C. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengmbangkan pribadi menusia baik
aspek rohani dan jasmani, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu,
suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan,
baru dapat dicapai bilamana berlangsung melalui proses kearah tujuan akhir
perkembangan.10
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia
memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut semua aspek
kehidupan manusia, baik dalam pemikiran atau pengalamannya. Oleh karena itu,
pembahasan pendidikan tidak cukup berdasarkan pengalaman saja, melainkan
dibutuhkan suatu pemikiran yang sangat luas dan mendalam. Pengkajian pendidikan
tidak cukup hanya dengan hasil penelitian secara ilmiah, namun dibutuhkan penkajian
yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian ilmah merupakan suatu
keharusan karena akan mengungkapkan fakta-fakta yang berkaitan dengan
pengalaman manusia yang berkaitan denganpendidikan.
Manusia adalah makhluk yang memiliki unsur rohani yang mencakup duasegi
kejiwaan, yaitu hakikat sebagai individu dan sebagai makhluk social. Dansatu hakikat
10Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidkan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 2005, hlm. 12
5
lagi, yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainialah, hakikat sebagai
makhluk susila dan makhluk berketuhanan.
Berdasarkan hakikat manusia itu, didapati berbagai segi atau
aspekpendidikan. Di antara aspek-aspek pendidikan tersebut adalah Pendidikan
BudiPekerti, Pendidikan kecerdasan, Pendidikan Sosial, Pendidikan
Jasmani,Pendidikan Seksual, Pendidikan Agama, dan lain-lain.
Dalam skripsi ini penulis akan membahas salah satu aspek pendidikanyang
sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu pendidikan seksual. Banyakorang
memandang kata seks merupakan kata yang tabu untuk diperbincangkan.
Berbicara mengenai seks memang sangatlah menarik karena hal ini
merupakan pembicaraan masalah kehidupan manusia yang umum dan sangat
mendasar. Masalah seks senantiasa memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek
lainnya, seks pun merupakan sebuah cara yang bersangkut paut dengan keberadaan
manusia, kelangsungan hidupnya dan tingkat kualitas dari kehidupan yang
dijalaninya. Jadi tidaklah aneh apabila pembicaraan yang menyangkut seks tidak akan
pernah habis-habisnya sepanjang manusia hidup dan menjalani kehidupannya,
selama itu pula pembahasan tentang seks terus berlangsung.
Kata seks sebenarnya lebih tepat dipakai dalam pengertian hubungan kelamin
antara pria dan wanita,11 namun dalam percakapan sehari-hari orang sering
melibatkan pengertian yang mencakup seksualitas pada umumnya. Bukan saja
sebatas hubungan fisik yang intim menurut anatomi dan fisiologi, melainkan juga
11 Gm. Surya Alam, Pendidikan Seks, Semarang ; Aneka Ilmu, 1989.hlm. 1.
6
unsur kejiwaan dan kepribadian mereka yang tertarik satu sama lain secara
lahiriyah.12
Seks merupaka kebutuhan sebagai salah satu kebutuhan yang timbul dari
dorongan mempertahankan jenis. Sigmund Freud yang menganggap kebutuhan ini
vital pada manusia.13 Untuk menghindari terjadi penyimpangan pada seks maka
pendidikan seksual mutlak diperlukan.
Kini seks ternyata telah diperlakukan sebagai cara untuk sekedar pelampiasan
dalam mencapai kenikmatan jasmani dengan melanggar nilai-nilai agama dan moral
seks dijadikan komoditi yang menyangkut nilai-nilai komersial, media untuk
memperoleh unsur-unsur keduniawian yang berorientasi secara politik dan status
sosial, alat untuk menciptakan ketidakberesan terhadap strata dan kehidupan
masyarakat, Pendek kata, seks telah dijadikan sebagai cara untuk memporak -
porandakan tatanan atau susunan, yang sebenarnya justru dapat dibangun oleh adanya
seks itu sendiri. Dan seks telah diberlakukan secara terbalik dan berada secara
diametral dengan fungsi dan peranannya di dalam kehidupan ini.
Kabanyakan masyarakat kita memandang seks sebagai sesuatu yang
menyeramkan, kotor, tabu, dan porno, karenanya tidak pantas dibicarakan
terbukauntuk alasan apapun. Seakan-akan seks selalu di hubungkan dengan hal-hal
yang berbau pornigrafisdan semacamnya.14Dengan segala prasangka dan kesalah
kaprahan cultural yang disematkan pada seks, adalah penting dan mendesak bagi kita
12M. Torsina, Seks Remaja, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2010.hlm. 1.13Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.hlm.87.14 Boyke Dian Nugraha, Problema Seks & Cinta Remaja, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.hlm.3.
7
untuk mulai membicarakan dan membahas permasalahan ini guna menyingkirkan
kebekuan dari pikiran-pikiran kita.
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penjelasan kepada
anak tentang masalah yang berkaitan dengan sek, naluri, dan perkawinan. Dengan
tujuan agar kelak jika anak telah tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda yang
memahami urusan-urusan kehidupan, ia mengelahui hal-hal yang halal dan haram.
Dengan demikian, diharapkan ia dapat menerapkan prilaku Islami yang istimewa
sebagai akhlak dan kebiasaan sehari-hari, tidak mengejar syahwat dan terjebak ke
dalam prilaku hedonisme.15
Islam sebagai agama yang mengajarkan kehidupan yang seimbang bertitik
tolak pada fitrah dan naluri manusia tidak menganggap hubungan seksual sebagai
sesuatu yang keji, justeru merupakan suatu kehormatan dengan ketentuan perbuatan
tersebut dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah SWT, yang telah menciptakan naluri
dan fitrah seksual.16 Karena pada dasarnya, naluri seksual manusia harus dipupuk,
bukannya ditewkan, haruslah diakui. Sehingga pada saat yang sama, kita perlu
menyusun konsep yang lebih luas dari pada ketentuan yang lebih sederhana tentang
batasan baik dan buruk.17
Oleh karena itu, Islam menempatkan seksualitas sebagai bagian dari
kehidupan yang harus ditata pola pemenuhannya, sejalan dengan petunjuk agama.
15 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, Solo: Pustaka Iltiuzam, 2009. hlm. 13.
16 Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yagyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa: 1998), hal. 102.
17 Mutadla Muthahhari, Etika Seksual Dalam Islam, terj dari Sexual Ethics Islam and In Western World (Jakarta: Lentera; 1993), hal. 57.
8
Kehidupan seksual dan sistem hakiki agama dalam kehidupan manusia, pada
dasarnya, dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Islam telah memberi petunjuk yang jelas tentang keleluasaan untuk
menyalurkan hasrat seksual. Namun, bukan berarti melaksanakan kebebasan seksual
sebebas-bebasnya. Akan tetapi keleluasaan itu harus tetap dalam ikatan nilai yang
berdasarkan syar’i. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah,
ayat 223:
Artinya: ”Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”. (QS: al-Baqarah: 223).18
Tidaklah mengherankan bila dalam ajaran Islam, banyak sekali aturan-aturan
yang berkenaan dengan masalah seksual. Banyak petunjuk-petunjuk yang diberikan
al-Qur’an dan banyak pula perbuatan yang dilakuakan oleh Rasulullah SAW sebagai
dasar bagi pendidikan seksual. Hal ini sebagai bukti bahwa Islam menjunjung tinggi
kesucian dan keluhuran dorongan-dorongan seksual pada diri manusia. Pendidikan
seksual dalam Islam merupakan bagian integral dalam pendidikan aqidah, akhlak dan
ibadah. Sehingga pendidikan seksual tidak bisa terlepas dari ketiga unsur di atas.
Keterlepasan pendidikan seksual dari ketiga unsur di atas akan menyebabkan ketidak
jelasan arah pendidikan seksual tersebut. Behkan mungkin akan menimbulkan
18
9
kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal. Sebab, pendidikan seksual yang lepas
dari aqidah, akhlak, dan ibadah, hanyalah akan berdasar pada nafsu birahi belaka.
Tarbiyah jinsiyah atau pendidikan seksual dimulai dari pendidikan dalam
keluarga, sebelum keluarga itu menyerahkannya kepada para pendidik dan
lingkungan. Dari orang tualah si anak akan memahami dan memiliki wawasan apa
yang disebut dengan syahwat.
Sebagaimana diperintahkan Nabi SAW :
ض2ى0 الل,,ه 9ه2 ع0ن9 ج0د6ه2 ر0 2ي ب0 9ب? ع0ن9 أ ع0ي B9ن2 ش و0ع0ن9 ع0م9ر2 و0ب
Hم0 : ل 9ه2 و0س,,0 0ي و9لK الله2 ص0لى0 الله ع0ل Kس 0ل0 ر0 0ل0 : قا 9هK قا ع0نKو9هKم9 ر2ب 9ع? و0اض,,9 ب اءK س,,0 9ن,,0 0ب 0ة2 و0هKم9 ا ال H,,2الص Kم9 ب 0د0ك 0و9ال و9ا ا Kر K,,م
اج2ع2 9م0ض,,0 0هKم9 فى2 ال 9ن 0ي و9ا ب K,,9ق ي ر? و0ف0ر9 اءK ع0ش,,9 9ن,,0 0ب 9ه0ا و0هKم9 أ 0ب ع0ل(رواه ابوداود)
Artinya:
“Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya dan kakeknya ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Perintahkanlah anakmu mengerjakan sholat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Dan pisahlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud)19
Dari konteks hadits diatas menjelaskan, bapak dan ibu diperintahkan untuk
memisahkan tempat tidur anak dikhawatirkan anak akan melihat aurat saudaranya
pada saat tidur atau tergoda bila bercampur baur ditempat tidur yang sama, sehingga
membangkitkan birahi atau merusak akhlaknya.
Dengan umur yang masih muda dan pengalamannya yang sedikit, mereka
belum mampu menginterpretasi gejolak dalam dirinya maupun godaan dari
19Abu Daud, Shahih Bukhari, Dar Al–Kutub Al–Islamiah, Juz. V, Beirut, 1992, hlm. 483– 484.
10
sekitarnya. Apalah jadinya jika dari godaan tersebut akan timbul remaja – remaja
yang terlanjur melakukan aktivitas yang berbahaya dan merusak dirinya.
Inilah perhatian pendidikan yang dicurahkan Nabi SAW, dalam memperbaiki
generasi, mendidik remaja serta meluruskan kepincangan yang terjadi dimasyarakat.
Juga akan dapat mengambil Keputusan yang bertanggung jawab.
Soal pertama dalam tarbiyah jinsiyah adalah masalah aurat. Secara anatomis,
bagian tubuh wanita sangat menarik nafsu seks lawan jenisnya. Laki-laki main bola
memakai celana pendek, tidak ada perempuan yang tergiur. Coba kalau perempuan
main bola pakai celana pendek, banyak yang menonton bukan melihat bola yang
ditendang, tapimelihat jenis “bola” yang lain. Jangankan aurat wanita dewasa, bahkan
aurat anak-anak pun ada aturannya. Makanya, sejak kecil anak perempuan sebaiknya
sudah dibiasakan memakai pakaian yang menutup aurat. Ini bagus untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Rasulullah melarang perempuanmelihat aurat perempuan dan laki-lakimelihat
aurat laki-laki. Ini salah satuantisipasi timbulnya penyelewenganseksual, seperti yang
banyak terjadisekarang ini. Ini dimulai dari lingkungankeluarga. Anak yang telah
mencapaiusia 10 tahun jangan dibiarkan tidurbersama saudaranya yang sejenisdalam
satu selimut tanpa memakaipakaian.
Pendidikan seks dimulai denganmengajarkan menundukkan
pandangan.Ditujukan kepada laki-laki danperempuan. Dalam pendidikan seksanak
diajarkan bagaimana menjagapandangan. Bukan berarti tidak melihatorang. Artinya,
jangan pandangandiarahkan terus-menerus sampai lekatkepada lawan jenis. Menatap
sampairinci, ada jerawatnya berapa. Kita tahu,terjadinya perzinaan dimulai
11
daripandangan. Awalnya biasa, lama-lamasaling tertarik, terus terjadi zina. Ini biasa
dianalogikan dengan menonton gambarporno.
Kewajiban orang tua adalahmengenalkan sanksi-sanksi perzinaankepada
keluarganya. Sanksi zina dalamIslam sangat berat. Agar mereka tidakmau berbuat
zina. Dan orang tualahyang menjadi penanggung jawab utamaterhadap dosa
perzinaan anak-anaknya.Bekal pendidikan kedua orang tua adalah faktor penting
yang mempengaruhi proses pendidikan. 20
Bagian dari tarbiyah jinsiyahadalah pemeliharaan anggota-anggotatubuh anak
atau orang tua. Dalam kitabfikih ada bagian thaharah. Adalahmerupakan kewajiban
orang tua untukmensosialisasikan kepada anaka-anaknyabagaimana
menjagakebersihan kelamin untuk kepentinganthaharah.
Kepada anak-anak juga perludijelaskan bagaimana proses kejadianmanusia.
Dari nuftah, mudhghah danseterusnya. Dari sini mudah-mudahananak-anak itu sudah
memilikipengetahuan tentang tarbiyah jinsiyahsecara benar dan sesuai dengan nilai-
nilaiIslam.21
Menurut Abdullah Nasih Ulwan pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada
anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan
perkawinan. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui
20 Syekh Khalid Bin Abdurrahman Al ‘Akk, Cara Islam Mendidik Anak, Jogjakarta : Ad Dawa’, 2006. Hlm. 329.
21 M. Soleh, Lembaran Da’wah Nurul Hidayah Pemersatu Umat, No.11/Th.2/Rabiul Awwal
1429H/Maret 2008
12
masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan mampu menerapkan
perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang
tidak islami.
Dalam bukunya yang berjudul Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Abdullah Nasih
Ulwan menyatakan, pendidikan seksual yang penting mendapat perhatian secara
khusus dari para pendidik, hendaklah dilaksanakan berdasarkan fase-fase sebagai
berikut:
Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut masa tamyiz (masa prapubertas).Pada
masa ini, anak diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandangsesuatu,
maksudnya adalah tentang pembiasaan pada anak untuk dapatmelaksanakan etika
meminta izin kepada orang tuanya ketika ayah dan ibu beradadalam situasi yang tidak
ingin dilihat oleh siapa pun termasuk oleh anak-anaknya.
Fase kedua, usia 10-14 tahun, disebut masa murabaqah (masa peralihanatau
pubertas). Pada masa ini anak dihindarkan dari berbagai rangsangan seksual,karena
fase pubertas adalah fase kehidupan manusia yang paling berbahaya. Jikapendidik
mengerti cara mendidik anak, cara menghindarkannya dari lingkunganyang penuh
dengan kerusakan atau penyimpangan dan cara mengarahkannyamenuju kebaikan,
maka anak biasanya akan tumbuh berbudi, berakhlak mulia,dan memiliki pendidikan
islami yang tinggi.
13
Fase ketiga, usia 14-16 tahun, disebut masa balig (masa adolesen). Jikaanak
sudah siap untuk menikah, pada masa ini anak diberikan pendidikan tentangetika atau
adab mengadakan hubungan seksual.
Fase keempat, setelah masa adolesen, disebut masa pemuda. Pada masaini
diberi pelajaran tentang tata cara melakukan isti'faf (menjaga dari perbuatantercela
atau menyimpang), jika ia belum mampu melangsungkan pernikahan.22
Setiap Muslim bahkan anak-anak yang belajar mengaji, pasti menemukan
bahwa Al-qur'an membicarakan masalah seksualitas dengan terbuka. Dalam
Alquran ,kita dapat menemukan bahasan mengenai reproduksi dan penciptaan
manusia, menstruasi, kehidupan keluarga, posisi-posisi seksual dan bahkan ejakulasi.
Seperti dalam ayat ayat berikut ini:
Artinya; Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa
22Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 2, Jakarta: Pustaka Amani, Cet II, 1999.hlm. 1.
14
kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.( QS. Al Baqarah 222 -223).23
Dasar-dasar pendidikan seks Islami adalah: memperlakukan seks sebagai
anugerah dari Allah yang Mahakuasa. Bagaimanapun juga, seks merupakan masalah
yang tetap hidup, selalu selalu dibicarakan oleh setiap orang baik dari kalangan awan
maupun ilmuwan. Hanya saja karena mereka masih diliputi oleh rasa tabu,
pembicaraannya amat terbatas.
Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral daripendidikan
akidah, akhlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks denganketiga unsur itu akan
menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itusendiri, bahkan mungkin
akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan daritujuan asal manusia melakukan
kegiatan seksual dalam rangka pengabdian kepadaAllah. Oleh karena itu, pelaksanaan
pendidikan seks tidak boleh menyimpang darituntutan syariat Islam.
Seperti sudah diuraikan di atas, pendidikan seks adalah salah satu cara untuk
menguruangai atau mencegah penyalahgunaan seks,khususnya untuk mencegah
dampak-dampak negative yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak
direncanakan, penyakit menular seksual, depresi, dan perasaan berdosa.Pandangan
pro-kontra pendidikan seks pada hakikatnya tergantung pada bagaimana kita
mendefinisikan pendiidkan seks itu sendiri. 24
Pada masa Nabi masih hidup, muslim laki-laki dan perempuan tidak pernak
merasa malu menanyakansegala persoalan, termasuk persoalan pribadi seperti
kehidupan seks, dari situ meraka mengetahui ajaran dan ketentuan hukum agama. 23 Departemen Agama, Al Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung : CV. J-Art, 2005.Hlm. 36.24 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta ;PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Hlm. 190.
15
Kejadian masa nabi tersebut menjadi keyakinan kita bahwa tentang seks harus
diajarkan kapada anak-anak dengan cara-cara yang setaraf dengan usia pertumbuhan
mereka, baik dirumah ataupun di sekolah. Pendidikan ini harus dilaksanakan dalam
keseluruhan konteks ideology Islam dan ajaran Islam supaya para remaja di samping
memperoleh pengetahuan filosofis denganbaik, memiliki kesadaran penuh akan
kesucian hubungan seks dalam Islam dan dosa besar bila menodai kesucian ini, baik
dari sudut pandang Islam ataupun lebih penting lagi dalam pandangan Allah.25
Islam mempunyai peranan penting dalam masalah pendidikan seks, di mana
dalam pendidikannya Islam mengatur seksualitas mulai dari aurat, pakaian, segi
kebersihan jasmani (dikenal dengan pengetahuan tentang najis dan thaharah)
penglihatan dan pendengaran serta nafsu syahwati itu sendiri. Dalam penerapannya
terlebih dahulu mengutamakan segi pendidikan rohaniah, moral, etika sejak dari
anak-anak yang dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga dengan meletakkan
dasar-dasar iman kepada Allah SWT. Kemudian barulah pengetahuan tentang
anatomi, fisiologi dan psikologi dapat ditambahkan sebagai pelengkap sesuai dengan
jenjang pendidikan dan usia anak.
Dalam Al-Qur'an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang seks.Misalnya,
secara naluriah laki-laki tertarik pada wanita, karena Allah menciptakan wanita
dengan daya tarik khusus dan pria dianugrahi nafsu yang aktif, agresif supaya
keduanya saling tertarik. Dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 14
berbunyi sebagai berikut :
25 Abdullah Nasih Ulwan Dan Hasan Hathout, Pendidikan Seks, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. hlm. 148-149.
16
…
Artinya: "Dijadikan indah (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita,...."26
Ayat di atas menjelaskan bahwa nafsu syahwat memberikan nikmat yang
tertinggi dan nafsu ini dimiliki oleh insan manusia, terlepas dari kedudukan sosialnya,
nikmat yang merata di antara nikmat manusia dan nikmat yang diingini oleh setiap
manusia. Nafsu seks ini pula merupakan nafsu yang dapat menjerumuskan manusia
ke jurang kejahatan, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan lain
sebagainya.
Para ulama Islam berpendapat bahwa orang tua dan pendidik boleh berterus
terang pada anak laki-laki maupun perempuan tentang masalah seks dan naluri agar
terhindar dari hal hal yang tidak diharapkan. Firman Allah, surat At-Tahrim: 6
Artinya: "Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu".27
Bertolak pada ayat tersebut, Allah mengisyaratkan agar memelihara
keluarganya terutama anak remaja mereka dengan pendidikan yang baik. Untuk itu
hendaklah para orang tua menyadari, setiap manusia mempunyai keinginan seks
terhadap lawan jenisnya untuk menyalurkan libido seksualnya secara bertanggung 26 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya. CV. Toha Putra, Semarang:1989.hlm.
77.27Ibid.,hlm. 951
17
jawab sesuai pada tempatnya serta tidak terjerumus ke lembah perzinahan. Dengan
keras Allah melarang zina, sebagaimana tercantum dalam surat Ai-Isra' ayat 32 :
Artinya: "Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk".28
Maka sungguh tepat ayat Al-Qur'an tersebut menjelaskan larangan mendekati
zina. Adanya larangan ini dikarenakan perbuatan zina melanggar norma-norma
kemanusiaan yang beradab, bahkan bisa menimbulkan akibat yang merusak sendi
sendi masyarakat. Untuk itu setiap manusia baik laki-laki, maupun perempuan
membutuhkan pendidikan seks.Orang tua membutuhkan pendidikan seks untuk
mendidik anak-anaknya dan untuk mendidik dirinya sendiri. Guru membutuhkan
pendidikan seks untuk murid-muridnya yang akan diberi pendidikan seks, masyarakat
membutuhkan pendidikan seks untuk menciptakan lingkungan supaya manusia dapat
hidup terkendali dan pemerintah perlu pendidikan seks untuk membuat peraturan
serta perundang-undangan tentang pelanggaran seks.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai maasih banyak anak
perempuan yang sudah memasuki masa baligh berpenampilan yang kurang Islami,
misalkan tidak menutup auratnya yaitu rambut dengan jilbab.Jilbab dipakai hanya
sebagai tututan ketika di sekolah, tetapi ketika pulang dari sekolah jilbab
ditanggalkan. Selain itu juga remaja sekatang kurang mengetahui etika memandang
28Ibid.,hlm. 429
18
lawan jenisnya, sedangkan dalam islam kita ketahui bahwa Islam memiliki tuntunan
dalam memandang lawan jenisnya.
Fakta di masyarakat menunjukkan banyak remaja ayang menikah muda
karena terjadi seks sebelum nikah, Penyimpangan perilaku seks tersebut dapat
diketahui berdasarkan data dan fakta, setidaknya dalam berbagai kota di Indonesia
ini. Kita bisa membayangkan, pada tahun 1981 saja, sebagaimana dr. Wimpie P.
mengumumkan hasil peneltiannya atas perilaku seks remaja; dari 663 responden,
ternyata 155 remaja (102 laki-laki dan 53 perempuan) mengaku pernah melakukan
hubungan seks.29 Tentu juga kita ingat penelitian beberapa tahun yang lalu; sebuah
penelitian yang dilakukan di Yogyakarta dengan hasil yang mencengangkan kepala,
yaitu 97,05% remaja puterti mengaku telah kehilangan kegadisannya. Kita juga ingat
betul aktifitas seks yang dilakukan sepasang pelajar SMP pada tahun lalu (2007)
dengan cara merekam melalui telepon selular, dan salah satu tersangkanya ada;ah
siswi SMPN favorit di kota Blitar.
Dalam masyarakat kita ada stigma dan anggapan bahwa anak-anak tidak
perllu diberikan pendidikan sek, karena toh setelah meraka menginjak remaja atau
dewasa akan tahu dengan sendirinya. Sebagaian besar orang tua merasa riskan untuk
membicarakan dan menyampaikan masalah seks pada anak-anaknya.Selain itu, juga
karena memang beberapa orang tua juga tidak mempunyai bekal atau pengetahuan
tentang masalah seks.inilah yang juga menjadi salah satu sebab mengapa pendidikan
seks kurang mendapat tempat dan perhatian di dalam pola pengasuhan anak. Ada
29 Mulyana. W. Kusumah, Kejahatan dan Penyimpangan; Suatu Perspektif Kriminologi,(Jakarta: Yayasan LBH; 1988), cet I, hal. 96.
19
sebagian orang tua berpendapat dan beranggapan bahwa peningkatan pengetahuan
seks akan menambah jumlah penyelawengan. Kalau pendidikan seks hanya
membicarakan fungsi-sungsi organ kelamin, dan kesehatan reprodukasi tanpa
memberi muatan agama, jelas hanya akan mengakibatkan anak coba-coba.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukanpenelitian dengan mengankat judul "Pendidikan Seksual untuk Anak
Perspektif Pemikiran Abdullah Nasih Ulwan".
Penulis memilih judul tersebut untuk mengkaji pemikiran Abdullah Nasih
Ulwanyang berkaitan dengan pendidikan seks sesuai dengan syariatislam, kemudian
menganalisisnya.
D. Rumusan Masalah
Masalah dapat di artikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya degan
yang benar-benar terjadi.30. Biasanya suatu masalah timbul karena adanya
kesenjangan antara teori dan konsep-konsep dengan keadaan nyata. Kesenjangan
tersebut dapat berbentuk kontradiksi antara teori dan kenyataan atau terdapat suatu
perbedaan antara keduanya.
Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang akan dicarai jawabannya
melalui pengumpulan data. 31
Dari latar belakang di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
“Bagaimana Pendidikan Seks Bagi Anak Dalam Perspektif Abdullah Nasih
Ulwan?”
30Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 1998, hl. 32. 31 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2008.hlm. 55.
20
Adapun batasan masalah di atas adalah mengenai apa saja pokok-pokok
materi tentang seks untuk anak menurut Abdullah Nasih Ulwan yang harus diajarkan
pada fase-fase perkembangan anak yang telah disebutkan, yaitu fase tamyiz, fase
murahaqah, fase bulugh, dan fase pasca bulugh.
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana konsep pendidikan seks bagi anak
dalam pemikiran Abdullah Nasih Ulwan.
2. Manfaat Penelitian.
a. Secara Teoritis.
1) Dapat menambah wawasan pemikiran atau wacana tentang
pendidikan, terutama dalam pendidikan seks bagi anak.
2) Dapat menambah khazanah keilmuan terutama dalam
bidangpendidikan sek bagi anak.
3) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
penelitianselanjutnya.
b. Secara Praktis.
1) Memberikan masukan kepada orang tua, pengajar dan pendidik
dalammemberikan pendidikan seks yang ditetapkan islam untuk
mengaturprilaku seks pada anak didik.
21
2) Memberikan pengetahuan dan penerangan tentang masalah-
masalahseksual kepada anak sejak usia dini sampai dewasa berdasarkan
fase-fase perkembangan anak.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.32SEdangkan menurut
Sutrisno Hadi mendefinisikan penelitian sebagai usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu penelitian, usaha yang
dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.33
Dari pengertian di atsa maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode penelitian adalah ilmu yang membahas tentang cara atau
metode dalam penelitian.
1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis penelitian
Secara keseluruhan jenis penelitian ini adalah merupakan kajian konsep
(Literatur) atau library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara ,membaca, menelaah, atau memeriksa bahan-bahan kepustakaan yang
32 Sugiono, Op. Cit. hlm 1 33 Sutrini Hadi, Metode Reasearch Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta, 1987,hlm. 63
22
yang ada.34Adapun menurut Mustika Zed, penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang dilakukan di perpustakaan di mana objek penelitiaannya
biasanya digali lewat beragam informasi kepustakaan ( Buku, Insiklopedi,
Jurnal Ilmiah, Koran, Majalah, Dandokumen ). 35
b. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif sumber data
penelitiqan kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adlah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.36 Selain itu penelitian ini juga
bersifat Deskriptif, karena tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
membuat panca indra secara sistematis, factual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. 37
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi dokumentasi sebagai teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian,
namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakandapat berupa buku harian,
surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan social dan
dokumen lainnya.38 Yaitu dengan mengadakan penelaahan dan
menginventarisasi buku – buku diperpustakaan yang berkenaan atau
34 Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian,Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta, 2003.hlm.7.
35 Mustika Zed, Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.hlm. 89.36Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung, 2010. Hlm. 15737 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.
75 38 Iqbal Hasan, Op. Cit,hlm 87.
23
berhubungan dengan masalah – masalah yamg akan diteliti atua dapat
dikatakan penelitian konten.
3. Sumber Data
Sumber data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal.Dapat
berupa suatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan suatu fakta
yang digambarkan lewat angka, symbol, kode dan lain-lain.39
Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan maka data-data yang
dikumpulkan berasal dari banyak sumber. Adapun sumber data dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati,
dan dicatat untuk pertamakalinya.40
Dari pengertian di atas penulis menjadikan sumber tersebut sebagaiacuan
utama dalam penenilian ini karena mengandung data-data penting yang
membicarakan tentang Pendidikan Seks bagi anak, dan yang menjadi
sumber data utama dalam penelitian ini adalah dokumen dari buku karya
Abdullah Nasih Ulwan yang berjudul Tarbiyatul Aulad filIslam( 1994).
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dri
orang melalui penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini
biasanya diperolah dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian
39 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor, 2002, hlm. 43
40 Marzuki, Metodologi Riset, BPEF VII, Cet.IV, Yokyakarta, 1997, hlm.55
24
terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.41Yang menjadi
pendukung dan pelengkap dalam penelitian adalah referensi bacaan yang
berkaitan dengan permasalahan, diantaranya: Abdullah Nasih Ulwan Dan
Hasan Hathout, Pendidikan Seks, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2001), Gm. Surya Alam, Pendidikan Seks, ( Semarang ; Aneka Ilmu,
1989), M. Torsina, Seks Remaja, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2010),
Boyke Dian Nugraha, Problema Seks & Cinta Remaja, Jakarta : bumi
Aksara, 2008), Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala
Nabi, (Solo: Pustaka Iltiuzam, 2009).
41 Iqbal Hasan, Loc. Cit, hlm. 82
25
4. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam ppenelitian ini adalah Analisi is (Content
Analisis), dalam bukunya Moleong dikemukana rumusan beberapa pakar
tentang definisi ContentAnalisis, Barelson merumuskan kajian isi sebagai
teknik penelitian untuk keperluanmendeskripsikan secara obyektif, sistematis,
dan kualitatif tentang manifestasi komunikasi, sedangkan Waber menyatakan
bahwa kajian isi asalah metodologi penelitian yang manfaatnya seperangkat
prosedur untuk menarik kesimpulan dari sebuah buku atau dokumen. Definisi
berikutnya dikemuikakan oleh Krippondorff yaitu kajian isi adalah teknik
penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang reflikatif dan
shaih atas dasar konteksnya.42
Data-data yang telah terkumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya akan
dianalisis dengan metode deskriptif-analitik , yaitu untuk menggambarkan
pemikiran Abdullah Nasih Ulwan secara sistematis sehubungan dengan latar
belakang dan pemikirannya, jugatidak meninggalkan pendapat pada tokoh ahli
yang relefan. Tahap berikutnyaadalah interpretasi, yaitu memahami seluruh
pemikiranAbdullah Nasih Ulwan untuk memperoleh penjelasanmengenai
pendidikan seksual.
Untuk mempertajanm analisis maka disini digunakan logika deduktif yaitu
analisis yang berpangkal pada kaidah-kaidah yang bersifat umum,kemudiaan
ditetapkan kaidah-kaidah yang bersifat khusus.
42 Lexy Moleong, Op. Cit,hlm, 163.
26
Dengan menggunakan metode ini akan didapat keputusan baru yang bersifat
khusus dari keputusan yang bersifat umum. Maksudnya, pendapat secara
umum dan beberapa para ahli bauk yang bersifat pro atau kontra tentang apa
saja yang ia miliki relevansi dengan pembahasan pendidikan seks terhadap
remaja dalam pandangan pendidikan Islam, hendak dianalisa agar dapat
diambil kesimpulan secara khusus. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan
yang konkrit dan dapat dipertanggungjawabkan.
27
OUT LINE
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
ABSTRAK.......................................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................
PENGESAHAN...............................................................................................
MOTTO...........................................................................................................
PESEMBAHAN..............................................................................................
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................
D. Kerangka Pemikiran................................................................
E. Metodologi Penelitian..............................................................
BAB II PROFIL ABDULAH NASIH ULWAN
A. Riwayat Hidup Abdulah Nasih Ulwan......................................
B. Riwayat Pendidikan Abdulah Nasih Ulwan................................
C. Riwayat Pengabdian Abdulah Nasih Ulwan.............................
D. Akhlaq dan Kepribadian...........................................................
E. Karya-karyanya Abdulah Nasih Ulwan....................................
28
BAB IIITINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN SEKS
A. Pengertian Pendidikan Seks
B. Tujuan Pendidikan Seks
C. Materi dan Metode Pendidikan Seks
1. Materi Pendidikan Seks
2. Metode Pendidikan Seks
D. Awal Penerapan Pendidikan Seks
E. Pendidikan seks dalam pandangan Islam
BAB IVKONSEP ABDULAH NASIH ULWAN TENTANG
PENDIDIKAN SEK BAGI ANAK
A. Hakikat Pendidikan Seks Menurut Nasih Ulwan.....................
B. Materi dan Metode Pendidikan Seks Nasih Ulwan..................
1. Materi Pendidikan Seks Nasih Ulwan................................
2. Metode Pendidikan Seks Nasih Ulwan...............................
C. Tujuan Pendidikan Seks Menurut Nasih Ulwan................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................
B. Saran-saran..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
29