22
 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehid upan seha ri-har i. Kada ng-ka dang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan- lahan. Rasa sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul ( dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat- sayat, dan dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam per ut sen dir i mau pun di lua r pe rut. Sebag ian besar sak it per ut pa da ana k tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa. 1 Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. 2 Patogenesis nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut fungsional pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut fungsional, oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penu njang invasif. Nyeri peru t yang berlangs ung akut lebi h serin g dihu bung kan deng an kelainan organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau signal sign dapa t digu nakan seba gai dasa r pend ekat an tatal aksana. Pend ekat an diag nosis yang cermat dan tepat sang at dipe rluka n untuk memberik an tatalaksana yang optimal. 2 Apapun penyebabnya, hanya sebagian kecil dari sakit perut ini, baik akut maupun kronik yang memerlukan tindakan bedah. 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 1/22

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-

lahan. Rasa sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat

terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa

sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-

sayat, dan dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai

berguling-guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari

dalam perut sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak 

memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa.1

Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena

kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik.

Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III.2

Patogenesis nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitassaluran cerna dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri

perut fungsional pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri

perut fungsional, oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan

penunjang invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan

kelainan organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering

merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau

signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan tatalaksana. Pendekatan diagnosis

yang  cermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan tatalaksana yang optimal.2

Apapun penyebabnya, hanya sebagian kecil dari sakit perut ini, baik akut maupun kronik 

yang memerlukan tindakan bedah.

1

Page 2: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 2/22

 

I.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi patotofisiologi,

kriteria diagnosis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan nyeri perut fungsional pada

anak.

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah:

1. Untuk memahami definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patotofisiologi, kriteria

diagnosis, pemiksaan penunjang dan penatalaksanaan nyeri perut pada anak.

2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan

Anak RSUD ARJAWINANGUN.

I.4 Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada

beberapa literatur.

2

Page 3: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 3/22

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis.4 Akut

abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba

serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.5 Dalam tulisan Markum,

Appley mengatakan sakit perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang

berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir

dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1

2.2 Epidemiologi

Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun, dengan frekuensi

tertinggi pada usia 5-10 tahun. Dalam tulisan Boediarso, Appley mengatakan sakit perut

terjadi pada 10 – 12% anak laki-laki usia 5 – 10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak 

perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki ( 5:3).

Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.6

2.3 Klasifikasi

Pada garis besarnya, sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan

lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus

bedah dan pediatrik. Selain itu juga dibagi berdasarkan umur penderita, yaitu umur di bawah

2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan berdasarkan

penyebab, yaitu penyebab yang berasal dari gastrointestinal dan luar gastrointestinal.1

2.4 Etiologi

Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak. Di bawah

ini merupakan tabel yang menyajikan penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada

anak yang tidak memerlukan tindakan bedah.1

3

Page 4: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 4/22

 

Tabel 1. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut akut pada anak berdasarkan umur

yang tidak memerlukan tindakan bedah.1,7

·

Bayi Dan Anak Dibawah Umur 2 Tahun- Dalam perut: infeksi usus halus seperti infeksi oleh Salmonella spp,

Shigella spp., Campylobacter spp.

- Luar perut: infeksi traktus urinarius

· Anak diatas umur 2 tahun

- Dalam Perut:

Gastrointestinal

Infeksi usus halus: Salmonella spp, Shigella spp, Campylobacter spp, Yersinia spp, keracunan makanan : Staphylococcus spp,Clostridium spp, kolitis ulseratif, kolitis amubik, adenitis

mesenterikus, ileus mekonium, enteritis regionalis (penyakit Crohn)Hepatobiliaris: hepatitis, kolelitiasis Infeksi mononukleosis

Pankreas: pankreatitis akut sebagai akibat parotitis epidemika

Ginjal: infeksi traktus urinarius, batu, nefritis

Metabolik: intoleransi karbohidrat, hiperlipidemia, ketoasidosisdiabetik 

Ginekologik: Salpingitis

- Luar perut:

Pneumoia

Limfadenitis inguinalis

Osteomielitis (tulang punggung, tulang pinggul) Hematom otot

perutKompresi susunan saraf spinal

(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak )

Tabel 2. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut berulang pada anak.1,7

GASTROINTESTINAL

Usus

Mekanik 

Kongenital : malrotasi usus, hernia ingunalis strangualata, ileus mekonium, fibrosis

kistik, divertikulum meckel

Didapat : perlekatan pasca bedah, intususepsi, obstipasi kronik, hematom

subserosa (trauma)

Radang

Infeksi

Bakteri : Yersinia, Camphylobacter, Shigella, Salmonella, Staphylococcus

(toksin), Tuberkulosis

4

Page 5: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 5/22

 

Protozoa : Giardia lamblia

Cacing :  Ascaris

Lain-lain : Radang usus besar (kolitis), purpura Henoch-Schonlein, gastroenteritis

eosinofilik, edema angioneurotik, abses ususMetabolik : Intoleransi laktosa, porfiria

Neoplasma : Limfoma

Ulkus : Ulkus peptikum, duodenitis

Vaskular : Iskemia usus, migrain abdominal

Idiopatik : Sindroma sakit perut berulang, miopati

Hepatobilier

Hepatik : hepatitis, abses hati, bendungan (gagal jantung)

Billier : duktus koledokus, kolelitiasis, kolesistitis

Pankretik : pankreatitis, pseudokista

NON-GASTROINTESTINAL

Dalam perut

Traktus urinarius : infeksi, urolitiasis

Traktus genitalis : penyakit peradangan panggul, dismenore idiopatik, ruptur kista

ovarium, kehamilan ektopik 

Splenik : bendungan (hipertensi portal), neoplasma

Limfatik : peradangan (inflamasi), infeksi, tumor (limfoma)

Metabolik : ketoasidosis diabetik, keracunan timah

Peritoneum : peritonitis primer

Dinding perut : trauma otot, neurologis (herpes zoster), skeletal (tumor vertebra,

infeksi), osteomielitis panggul

Lain-lain : TumorLuar perut

Infeksi : pneumonia, osteomielitis panggul

(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)

2.5 Patofisiologi

Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu:6

1. Organ viseral2. Organ di luar abdomen

3. Lesi pada medula spinalis

4. Gangguan metabolik  

5. Psikosomatik  

Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak 

bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut

sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama darirasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.

5

Page 6: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 6/22

 

Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari

organ intra abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia

pre dan para vertebra dan memasuki akar dorsal ganglia. Impuls aferen akan melewati

medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian kekorteks serebri. Impuls aferen dari viseral biasanya dimulai oleh regangan atau akibat

penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,

dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari organ viseral atas (lambung,

duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen

thorakalis 6,7,8 serta dirasakan di daerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen

usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9

dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktusgenitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis

pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium

atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh

serabut aferen somatis ke radiks spinals segmentalis.1

Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas

patofisiologi. Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan

kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut

berulang fungsional dengan penurunann ambang rangsang nyeri. Berbagai factor psikologik 

dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator atau moderator 6.

Terdapat hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe

kepribadian tertentu, yaitu seperti cemas/gelisah. Pada anggota keluarga lainnya juga sering

ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel. Hubungan antara sistem

susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat kompleks mungkin dapat membantu

6

Page 7: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 7/22

 

menjelaskan patofisiologi sakit perut berulang fungsional 6.

(Sumber: Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang)

2.6 Kriteria Diagnosis

Pendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena

kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik.2

Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III.

Komite Rome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam beberapa hal, yaitu3 :

1. Kurangnya bukti dalam sub-pembagian sakit perut fungsional yang menjelaskan

mengenai gejala yang lebih menonjol yang dapat membantu dalam mengidentifikasipatofisiologi. Hal ini menyebabkan sensitifitas dan spesifisitas kriteria Rome II lebih

7

Page 8: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 8/22

 

rendah daripada kriteria Rome III.

2. Penjelasan kriteria Rome II untuk sakit perut fungsional lebih luas.

3. Analisis faktor terhadap gejala sakit perut fungsional yang berhubungan dengan makanan

tidak di perhitungkan dalam kriteria Rome II.

Kriteria diagnosis gangguan fungsional gastrointestinal pada anak-anak menurut

kriteria Rome III :8,9

G.Functional disorders : neonates and 

toddlers G1. Infant regurgitation 

G2.  Infant rumination syndrome G3. Cyclic vomiting syndrome 

G4.  Infant colic 

G5. Functional diarrhea 

G6.  Infant dyschezia 

G7. Functional constipation 

 H. Functional disorders : children and adolescentsH1. Vomiting and aerophagia 

H1a.  Adolescent rumination syndrome

H1b. Cyclic vomiting syndrome

H1c.  Aerophagia

H2.  Abdominal pain-related FGIDs

H2a. Functional dyspepsia

H2b.  Irritable bowel syndrome

H2c.  Abdominal migraine

H2d. Chidhood functional abdominal pain

H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome

H3. Constipation and incontinence

H3a. Functional constipation

H3b. Non retentive fecal incontinence

8

Page 9: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 9/22

 

G. Functional Disorders : Neonates and Toddlers

G1. Infant regurgitation

Regurgitasi adalah bentuk dari gastroeosophageal reflux. Yang membedakan dengan

vomiting adalah keluarnya isi lambung ke dalam mulut tanpa adanya tekanan dan tidak 

terjadi nausea dan retching dan tidak ada kontraksi diafragma maupun dinding perut.11

Kriteria diagnosis untuk infant regurgitation8 :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini pada anak sehat yang berumur 3 minggu

– 12 bulan :

- Regurgitasi 2 kali atau lebih per hari selama 3 hari sampai beberapa minggu

- Tidak ada retching (urutan spasmodik dengan penutupan glotis yang terjadi

bersamaan dengan kontraksi ekspiratori otot perut) , hematemesis, aspirasi,

apnoe, gagal tumbuh, kesulitan makan dan menelan, atau postur tubuh yang

abnormal.

G2. Infant rumination syndrome

Ruminasi adalah kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memutahkan

makanan dari lambung, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. Anak besar atau dewasa

meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedangkan pada bayi

mencolokkan jari ke dalam mulutnya dalam upaya untuk menimbulkan regurgitasi.

Terdapat 2 bentuk ruminasi psikogenik dan self stimulating. Psikogenik biasanya terjadi

pada anak normal dengan gangguan hubungan dengan orang tua, sedangkan self 

stimulating sering terjadi pada anak dengan keterlambatan mental.11

Kriteria diagnosis untuk infant rumination syndrome:8

Harus memenuhi semua kriteria selama paling sedikit 3 bulan :

- Kontraksi berulang otot-otot abdominal, diafragma, dan lidah

- Memuntahkan makanan dari lambung ke mulut, dikunyah-kunyah dan ditelan

kembali.

- 3 atau lebih dari 4 kriteria berikut :

1. Onset antara 3 – 8 bulan

2.Tidak respon dengan pegobatan pada gastroesophageal reflux disease atauobat antikolinergik, hand restrain (kontrol paksa dengan pengekangan tangan

9

Page 10: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 10/22

 

untuk memasukkan makanan), merubah formula makanan, gavage (pemberian

makanan secara paksa melalui pipa yang dimasukkan ke lambung), dan

pemberian makan melalui gastrostomy

3. Tidak disertai dengan tanda dari nausea atau distress4. Tidak muncul selama tidur dan ketika anak berinteraksi dengan seseorang di

sekitarnya.

G3. Cyclic vomiting syndrome

Muntah siklik adalah muntah-muntah hebat yang terjadi di antara kondisi yang sehat,

penyebabnya tidak diketahui, diagnosis dengan cara ekslusi, pengobatan biasanya

simptomatik, dan prognosis tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang sampah

(wastebasket ).

Hal yang perlu dicermati adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa sebagai

muntah siklik, misalnya intususepsi intermiten, volvulus, duplikasi intestinal,

divertikulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat, penyakit metabolik dan

toksik.11

Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome:8 

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :

1. Dimana mual dan mutah-muntah yang hebat terjadi di antara kondisi yang

sehat yang muncul 2 kali atau lebih atau retching yang berlangsung selama

berjam-jam bahkan sampai berhari-hari.8,11

2. Kembali sehat selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.

G4. Infant colic

Kolik infantil didefinisikan rangsangan nyeri tiba-tiba, rewel atau menangis lebih

dari 3 jam per hari, dan terjadi lebih dari 3 hari dalam seminggu. Meskipun demikian,

biasanya orang tua mengasumsikan bahwa penyebab menangis hebat pada anak adalah

nyeri perut yang berasal dari gastrointestinal.8

Kriteria diagnosis untuk infant colic8 :

Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini dari sejak lahir sampai umur 4 bulan :

1. Anak tiba-tiba menjadi iritable, rewel, dan menangis yang muncul dan

berhenti tanpa sebab yang jelas.

10

Page 11: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 11/22

 

2. Berlangsung selama 3 jam atau lebih per hari dan muncul minimal 3 hari

dalam satu minggu

3. Tidak ada gagal tumbuh

G5. Functional diarrhea

Kriteria diagnosis untuk  functional diarrhea8 :

Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini :

- Buang air besar 3 kali atau lebih dengan konsistensi cair tanpa adanya rasa

sakit.

- Berlangsung selama lebih 4 minggu

- Onset mulai antara umur 6 – 36 bulan

- Diare muncul selama waktu terjaga

- Tidak teradapat gagal tumbuh bila kalori yang masuk mencukupi.

G6. Infant Dyschezia

Kriteria diagnosis untuk infant dyschezia8 :

Harus mencakupi kedua kriteria dibawah ini untuk anak kurang dari 6 bulan :

- Anak biasanya menangis dan tegang selama kurang lebih 10 menit sebelum berhasil

buang air besar yang tidak keras

- Tidak ada masalah kesehatan yang lain.

G7. Functional Constipation

Kriteria diagnosis untuk   functional constipation8 :

Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 6 kriteria berikut selama 1 bulan untuk 

anak lebih dari 4 tahun :

1. Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu

2. Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia

3. Riwayat menahan buang air besar yang berlebihan

4. Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras

5. Teraba massa feses yang banyak di dalam rectum

6. Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang

toilet.

H. Functional Disorders : Children and Adolescents

11

Page 12: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 12/22

 

H1. Vomiting dan Aerophagia

H1a. Adolescent rumination syndrome

Kriteria diagnosis untuk adolescent rumination syndrome9 :

Semua kriteria di bawah ini harus dialami oleh pasien sekurang-kurangnya 1 kali

dalam seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

• Regurgitasi dan muntah yang berulang tanpa rasa sakit yang terjadi :

1. Segera setelah makan

2. Tidak muncul selama tidur

3. Tidak respons terhadap pengobatan standar untuk refluks gastroesofageal

• Tidak ada retching 

• Tidak ada bukti adanya inflamasi, kelainan anatomi, kelainan metabolik,atau

neoplasma.

H1b. Cyclic vomiting syndrome

Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome9 :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :

- Mengalami mual yang hebat dan muntah yang tidak berhenti-henti selama 2

kali atau lebih atau retching selama berjam-jam sampai berhari-hari.

- Kembali ke keadaan sehat yang berlangsung selama beberapa minggu

 

H1c. Aerophagia

Kriteria diagnosis untuk aerophagia9 :

Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 3 kriteria berikut yang dialami

setidaknya 1 kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis

ditegakkan :

- Menelan banyak udara

- Distensi abdomen karena adanya udara intralumen

- Sendawa yang berulang atau peningkatan frekuensi flatus.

H2. Abdominal pain-related Functional GastroIntestinal Disorders (FGIDs)

H2a. Functional dyspepsia

Kriteria diagnosis untuk  fuctional dyspepsia9 :

12

Page 13: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 13/22

 

Harus memenuhi semua criteria di bawah ini yang dialami sekurang kurangnya 1

kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

- Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal

dari perut bagian atas (di atas umbilikus)

- Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan dengan suatu

perubahan frekeuensi buang air besar atau konsistensi feses

- Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma.

H2b. Irritable bowel syndrome

Kriteria diagnosis untuk irritable bowel syndrome9 :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya 1

kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

• Perasaan tidak nyaman di bagian perut (tidak dideskripsikan sebagai rasa

sakit) atau nyeri yang berhubungan dengan 2 atau lebih kriteria berikut :

Nyeri berkurang dengan defekasi

Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air besar

Onset berhubungan dengan perubahan bentuk dari fesesTidak ada

bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik,

atau neoplasma.

H2c. Abdominal migraine

  Abdominal migraine adalah suatu sindrom dengan gejala abdominal

periodik,  terdapat nyeri epigastrik atau periumbilical yang disertai nausea,

muntah, diare, panas dan menggigil, vertigo, iritable serta poliuria. Bilamana

gejala abdominal disertai sakit kepala yang terjadi pada 30-40% pasien dengan

migrain kepala maka diagnosis akan mudah dibuat, tetapi bila kejadian tersebut

tersendiri (isolated   abdominal migraine) yang biasanya terdapat pada 3%

penderita, diagnosis menjadi  lebih sukar, walaupun akhirnya dapat timbul

migraine3. Serangan isolated   abdominal pain biasanya mendadak dan berakhir

dalam hitungan jam sampai hari,  dimana ciri-cirinya selalu sama pada setiap

serangan dan pasien tampak normal diluar serangan. Biasanya terdapat pada

keluarga dengan riwayat migrain.11

13

Page 14: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 14/22

 

Kriteria diagnosis untuk abdominal migraine9 :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sebelumnya 2 kali

atau lebih selama 12 bulan :

1. Serangan nyeri hebat yang akut di sekitar umbilikus yang berlangsung

selama 1 jam atau lebih

2. Terdapat periode sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai

beberapa bulan

3. Nyeri berkurang dengan aktivitas normal

4. Nyeri berhubungan dengan 2 atau lebih dari kriteria berikut :

Anoreksia

Nausea

Muntah

Sakit kepala

Photophobia

5. Pucat, tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma.

H2d. Childhood functional abdominal pain.

Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain9 :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekali seminggu

selama 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

Nyeri abdomen yang hilang timbul atau terus menerus

Tidak mencukupi kriteria FGIDs yang lain

Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma.

H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome

Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain syndrome9

: Harus memenuhi kriteria childhood functional abdominal pain minimal 25%

dan 1 dari 2 kriteria berikut yang dialami minimal sekali seminggu setidaknya 2

bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

Gangguan dalam fungsi aktivitas sehari-hari

14

Page 15: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 15/22

 

Gejala somatik tambahan seperti sakit kepala, nyeri ekstremitas, atau

kesulitan tidur.

H3. Constipation dan Incontinence

H3a. Functional constipation

Kriteria diagnosis untuk   functional constipation9 :

Harus memenuhi 2 atau lebih dari kriteria berikut pada anak minimal umur 4 tahun

yang tidak memenuhi kriteria yang cukup untuk IBS, dialami minimal 1 kali seminggu

selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :

- Buang air besar 2 kali seminggu atau kurang

-Mengalami setidaknya 1 kali inkontinensia feses per minggu

- Riwayat retensi feses

- Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras

- Terdapat massa feses yang besar di rektum

- Riwayat diameter feses yang besar sehingga dapat menyumbat

toilet.

H3b. Nonretentive fecal incontinence

Kriteria diagnosis untuk nonretentive fecal incontinence9 :

Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami minimal 2 bulan sebelum

diagnosis ditegakkan pada anak kurang dari 4 tahun :

Defekasi di tempat yang tidak sesuai dengan konteks sosial minimal 1 kali

sebulan

Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik, atau neoplasma

Tidak ada retensi feses.

Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya

berdasarkan ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Oleh karena itu anamnesis

yang teliti dan pemeriksaan fisis yang lengkap merupakan hal terpenting dalam melakukan

evaluasi anak dengan sakit perut.2

Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan

15

Page 16: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 16/22

 

pemeriksaan fisis ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti yang tertulis di bawah ini

:2

1. Lokasi nyeri jelas dan jauh dari umbilicus

2. Nyeri berhubungan dengan fungsi saluran cerna (konstipasi, diare, inkontinensia)3. Muntah

4. Serangan nyeri mendadak dan menetap dalam beberapa menit sampai hari

5. Nyeri menjalar kepunggung, bahu, atau ekstremitas

6. Disuria

7. Perdarahan rectal

8. Usia kurang dari 4 tahun dan di atas 15 tahun

9. Riwayat keluarga menderita penyakit saluran cerna atau sistemik (ulkus peptikum,

inflammatory bowel diseases, Helicobacter pylori.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap, urin, dan tinja lengkap sangat penting.

Ureum dan elektrolit darah penting pada disertai dehidrasi. Biakan tinja untuk menegakkan

ada tidaknya entropatogen, terutama salmonella, shigella, campilobacter dan   yersinita.

Amebiasis, infestasi cacing (ascaris, Trichuris, dsb) dengan mudah dapat mengukur pH tinja

dan tes reduksi dalam tinja (Clinitest). Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos perut

dan poielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius dan

batu di dalam saluran kemih. Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan

diagnosis adanya obstruksi dan kelainan di luar traktus digestivus. Foto toraks diperlukan bila

diduga ada pneumonia.1 Pemeriksaan penunjang yang lebih canggih seperti USG abdomen

dan CT abdomen bila benar-benar sangat perlu dikerjakan bila diduga ada kelainan perut dan

hepatobilier1,10. EEG bila diduga terdapat epilepsi perut. Pemeriksaan endoskopi dapat juga

dilakukan terutama untuk mendiagnosis ada tidaknya kolitis.1

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit perut berulang fungsional pengobatan

ditujukan kepada penderita dan keluarga, bukan hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan

ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan

keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap

keaktifan sehari-hari dapat seminimal mungkin.6

Di bawah ini merupakan bagan diagnosis

dan penatalaksanaan sakit perut mendadak dan berulang pada anak.

16

Page 17: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 17/22

 

17

Page 18: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 18/22

 

 

Bagan Penatalaksanaan sakit perut akut1

18

Page 19: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 19/22

 

Bagan Penatalaksanaan sakit perut berulang1

19

Page 20: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 20/22

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Sakit perut berulang didefinisikan sebagai rasa nyeri pada perut yang

berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir

dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih

sulit karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut

non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria

Rome III.

Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak, dapat

berasal dari dalam perut maupun dari luar perut. Sakit perut akut atau berulang mempunyai

lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan

metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit perut fungsional dibagi berdasarkan Rome

III, yaitu: infant regurgitation, infant rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant 

colic, functional diarrhea, infant dyschezia, functional constipation, vomiting danaerophagia, abdominal pain-related FGID, constipation dan incontinence.

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin

lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja

dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi.

Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta

edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali

dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat

seminimal mungkin.

20

Page 21: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 21/22

 

3.2 Saran

1. Perlunya pemahaman dalam membedakan jenis sakit perut apakah sakit perut organik 

atau fungsional.

2. Perlunya pemahaman mengenai gejala klinis dan kriteria diagnosis agar tidak terjadi

kesalahan dalam penegakan diagnosis sehingga penanganannya menjadi lebih tepat

dan adekuat mengingat begitu banyaknya penyakit yang memberikan gejala klinis

sakit perut.

3. Perlunya pertimbangan yang lebih tepat untuk menentukan jenis pemeriksaaan

penunjang apa yang diperlukan sesuai dengan kecurigaaan terhadap penyakit

penyebab sakit perut.4. Perlunya pemahaman mengenai penatalaksanaaan sakit perut sesuai dengan penyakit

penyebab sehingga meningkatkan angka kesembuhan pasien.

5. Perlunya informasi tentang sakit perut terhadap masyarakat.

21

Page 22: BAB  I

5/13/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a74dc57b533 22/22

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

1991. 493-6.

2. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak FKUI-RSUPNDr. Cipto Mangunkusumo, 2008.

3. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GIDisorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [diakses 22 Juni 2008].

4. Ulshen M. Nyeri perut berulang pada masa anak. Dalam Behrman, Kliegman Arvin,editor. Wahab AS, editor ed. Bahasa Indonesia. Nelson Ilmu Kesehatan Anak vol. 2. Ed15. Jakarta: EGC, 2000. hlm: 1361-1364.

5. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak FKUI/RSUPNDr. Cipto Mangunkusumo, 2008

6. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 29 Juni2008]

7. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. BalaiPenerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30

8. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler.Gastroenterology 2006;130:1519-26.

9. Rasquin dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent.Gastroenterology 2006;130:1527-37.

10.Khan S. Funtional Abdominal in Children. http://www.acg.gi.org/ [diakses tanggal 22 Juli2008]

11. Sudarmo SM. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak (Management of vomiting in

infant and children). RSUD Dr. Soetomo/FK Unair : Divisi GastroenterologiLaboratorium Ilmu Kesehatan Anak.

22