12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kita berhubungan dengan negara lain selalu ada permasalahan dan juga kendala yang harus segera diselesaikan. Untuk itu berbagai bangsa di dunia sepakat untuk membuat hukum yang dapat mengayomi semua negara yang saling berhubungan. Hukum tersebut lazim disebut hukum internasional. Dari definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, pembahasan dan juga penekanan dari hukum internasional masih sangat terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Namun seiring dengan perkembangan jaman aspek-aspek dan pihak-pihak lain yang berhubungan dalam dunia internasional juga dimasukkan dalam subjek hukum internasional modern. Dalam penyebutan atau penamaannnya kita mengenal berbagai pengertian dan juga istilah untuk hukum internasional ini karena pendekatannya berbeda satu dengan yang lain.. Namun yang kita sering gunakan adalah hukum internasional karena mampu menjelaskan dan juga menyiratkan arti tentang apa yang dikandung di dalam istilah hukum internasional tersebut. Sebagai hukum yang bersifat fusi atau gabungan yang mengayomi berbagai negara dengan latar belakang berbeda hukum internasional memiliki berbagai sumber yang mendasarinya. Namun samapi saat ini masih banyak orang yang belum memahami dan  jugfa menyadari hakekat dan juga j enis-jenis dari sumber hukum internasional itu sendiri. Oleh karena itu kami merasa perlu menyusun makalah ini guna memberikan tambahan dan  juga sekeda r melengkapi pen getahuan ka mi tentang sumber-sumbe r hukum internasio nal.

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 1/12

1

BAB I 

PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang 

Dalam kita berhubungan dengan negara lain selalu ada permasalahan dan juga

kendala yang harus segera diselesaikan. Untuk itu berbagai bangsa di dunia sepakat untuk 

membuat hukum yang dapat mengayomi semua negara yang saling berhubungan. Hukum

tersebut lazim disebut hukum internasional. Dari definisi hukum internasional yang

diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst,

pembahasan dan juga penekanan dari hukum internasional masih sangat terbatas pada

negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum

lainnya. Namun seiring dengan perkembangan jaman aspek-aspek dan pihak-pihak lain

yang berhubungan dalam dunia internasional juga dimasukkan dalam subjek hukum

internasional modern.

Dalam penyebutan atau penamaannnya kita mengenal berbagai pengertian dan juga

istilah untuk hukum internasional ini karena pendekatannya berbeda satu dengan yang

lain.. Namun yang kita sering gunakan adalah hukum internasional karena mampu

menjelaskan dan juga menyiratkan arti tentang apa yang dikandung di dalam istilah hukum

internasional tersebut.

Sebagai hukum yang bersifat fusi atau gabungan yang mengayomi berbagai negara

dengan latar belakang berbeda hukum internasional memiliki berbagai sumber yang

mendasarinya. Namun samapi saat ini masih banyak orang yang belum memahami dan

 jugfa menyadari hakekat dan juga jenis-jenis dari sumber hukum internasional itu sendiri.

Oleh karena itu kami merasa perlu menyusun makalah ini guna memberikan tambahan dan

 juga sekedar melengkapi pengetahuan kami tentang sumber-sumber hukum internasional.

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 2/12

2

B.  Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita tarik beberapa rumusan masalah sebagai

berikut:

1 Apa hakekat dari sumber Hukum Internasional?

2 Apa sumber hukum internasional?

C.  Tujuan Penulisan 

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan karya tulis ini anatara lain adalah:

1 Untuk memberi gambaran umum tentang hakekat sumber Hukum Internasional.

2 Untuk memberi gambaran umum tentang sumber Hukum Internasional.

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 3/12

3

BAB II 

PEMBAHASAN 

A.  Hakekat Hukum Internasional

Jika kita berbicara masalah hukum internasional kita akan dihadapakan pada dua

sisi yaitu hukum internasional public dan hukum perdata internasional. Namun guna

membatasi pembahasan dan pemaparan kami, maka kami fokuskan karya tulis ini pada

hukum internasional publik. Seperti yang kita ketahui Hukum internasional publik adalah

keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang

melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata. Sedangkan hukum perdata

internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata

yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan

hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata

yang berbeda. (Kusumaatmadja, 1999; 1)

Awalnya, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari

hukum internasional, antara lain yang dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya  De Jure

 Belli ac Pacis  (Perihal Perang dan Damai). Menurutnya “hukum dan hubungan

internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua

negara. Ini ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di

dalamnya”. Sedangkan menurut Akehurst : “hukum internasional adalah sistem hukum

yang di bentuk dari hubungan antara negara-negara” 

Namun definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum

terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara sebagai satu-

satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Salah satu

definisi yang lebih lengkap yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai hukuminternasional adalah definisi yang dibuat oleh Charles Cheny Hyde :“ hukum internasional

dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-

prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu

 juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta

yang juga mencakup :

a. Organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu dengan

lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-

fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara atau negara-

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 4/12

4

negara ; dan hubungan antara organisasi internasional dengan individu atau

individu-individu ;

b. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu

dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan

kewajiban-kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara tersebut

 bersangkut paut dengan masalah masyarakat internasional”. 

Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde, Mochtar Kusumaatmadja

mengartikan ’’hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas

hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara

negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek 

hukum bukan negara satu sama lain’’. (Kusumaatmadja, 1999; 2) 

Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh

gambaran umum tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang di

dalamnya terkandung unsur subyek atau pelaku, hubungan-hubungan hukum antar subyek 

atau pelaku, serta hal-hal atau obyek yang tercakup dalam pengaturannya, serta prinsip-

prinsip dan kaidah atau peraturan-peraturan hukumnya.

Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi satu-

satunya subyek hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang berlaku

umum di kalangan para sarjana sebelumnya.

B.  Sumber Hukum Internasional 

Sumber-sumber hukum internasional dapat kita bagi atau kelompokkan

berdasarkan 2 buah metode dan cara pandang kita. Metode tersebut adalah:

1 Legalitas

Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum formail dan sumber hukummateriil.

1.  Sumber hukum formail adalah sumber hukum yang dilihat dari bentuknya hukum.

2.  Sumber hukum materiil hukum internasional diartikan sebagai bahan-bahan aktual

yang digunakan oleh para ahli hukum intrenasional untuk menetapkan hukum yang

berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu.

2 Penggolongan

Sumber hukum internasional dapat dibedakan berdasarkan penggolongannya menjadi dua

yaitu:

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 5/12

5

a Penggolongan menurut Pendapat Para sarjana Hukum Internasional

Para sarjana Hukum Internasional menggolongkan sumber hukum internasional yaitu,

meliputi:

  Kebiasaan

  Traktat

  Keputusan Pengadilan atau Badan-badan Arbitrase

  Karya-karya Hukum

  Keputusan atau Ketetapan Organ-organ/lembaga Internasional

b Penggolongan menurut Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional

Sumber Hukum Internasional menurut ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah

Internasional adalah terdiri dari :

  Perjanjian Internasional (International Conventions)

  Kebiasaan International (International Custom)

  Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-negara

beradab.

  Keputusan Pengadilan (judicial decisions) dan pendapat para ahli yang telah diakui

kepakarannya (Theachings of the most highly qualified publicists). 

Jelas bahwa penggolongan sumber hukum internasional menurut pendapat para sarjana

dan menurut pasal 38 ayat 1 Satatuta Mahkamah Internasional terdapat perbedaan yaitu

yang dapat dijelaskan berikut ini:

a Pembagian menurut para sarjana telah memasukan keputusan badan-badan arbitrase

internasional sebagai sumber hukum sedangkan dalam pasal 38 tidak disebutkan hal

ini menurut Bour mauna karena dalam praktek penyelesaian sengketa melalui badan

arbitrase internasional hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakan para pihak pda

perjanjian.b Penggolongan sumber hukum internasional menurut para sarjana tidak mencantumkan

prinsip-prinsip hukum umum sebagai salah satu sumber hukum, padahal sesuai

prinsip-prinsip hukum ini sangat penting bagi hakim sebagai bahan bagi mahkamah

internasional untuk membentuk kaidah hukum baru apabila ternyata sumber hukum

lainnya tidak dapat membantu Mahkamah Internasional untuk menyelesaiakn suatu

sengketa. Hal ini sesuia dengan ketentuan pasal 38 ayat 2 yang menaytakan bahwa:

This propivisons shall not prejudice the power of the Court to decide a case ex aequo

et bono, if the parties agree thereto. “Asas ex aequo et bono” ini berarti bahwa hakim

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 6/12

6

dapat memutuskan sengketa internasional berdasarkan rasa keadilannya (hati nurani)

dan kebenaran. Namun sampai saat ini sangat disayangkan bawasannya asas ini belum

pernah dipakai oleh hakim dalam Mahkamah Internasional.

c Keputusan atau Ketetapan Organ-organ Internasional atau lembaga-lembaga lain tidak 

terdapat dalam pasal 38, karena hal ini dinilai sama dengan perjanjian internasional.

3 Berdasarkan sifat daya ikatnya:

Sumber hukum Internasional jika dibedakan berdasarkan sifat daya ikatnya maka dapat

dibedakan menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum subsider. Sumber hukum

primer adalah sumber hukum yang sifatnya paling utama artinya sumber hukum ini dapat

berdiri sendiri-sendiri meskipun tanpa keberadaan sumber hukum yang lain. Sedangkan

sumber hukum subsider merupakan sumber hukum tambahan yang baru mempunyai daya

ikat bagi hakaim dalam memutuskan perkara apabila didukung oleh sumber hukum primer.

Hal ini berarti bahwa sumber hukum subsider tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana

sumber hukum primer.

a Sumber Hukum Primer hukum Internsional Sumber hukum Primer dari

hukum internasional meliputi:

(1) Perjanjian Internasional (International Conventions)

(2) Kebiasaan International (International Custom)

(3) Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-negara

beradab.

Oleh karena sumber hukum internasional nomor 1,2,3 merupakan sumber hukum primer

maka Mahkamah Internasional dapat memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya

dengan berdasarkan sumber hukum nomor 1 saja, 2 saja, atau 3 saja. Namun perlu

diketahui bahwa pemberian nomor 1, 2, 3 tidak menunjukan herarki dari sumber hukum

tersebut. Artinya bahwa ketiga sumber hukum tersebut mempunyai kedudukan yang samatingginya atau yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya dari sumber

hukum yang lain.

b Sumber Hukum Subsider Bahwa yang termasuk sumber hukum tambahan dalam

hukum internasional adalah:

(4) Keputusan Pengadilan.

(5) Pendapat Para sarjana Hukum Internasional yang terkemuka.

Oleh karena sumber hukum internasional nomor 4 dan 5 merupakan sumber hukum

subsider maka Mahkamah Internasional tidak dapat memutuskan suatu perkara yang

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 7/12

7

diajukan kepadanya dengan hanya berdasarkan sumber hukum nomor 4 saja, 5 saja, atau 4

dan 5 saja. Hal ini berarti bahwa kedua sumber hukum tersebut hanya bersifat menambah

sumber hukum primer sehingga tidak dapat berdiri sendiri.

Berdasarkan klasifikasi sumber hukum internasional diatas maka dapat kita ketahui bahwa

suber hukum internasional antara lain adalah:

(1) Perjanjian Internasional (International Conventions)

Perjanjian internasional adalah persetujuan antara dua atau lebih negara dalam bentuk 

tertulis, diatur sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Secara umum

dikelompok menjadi dua:

  Perjanjian Multilateral yaitu sebuah persetujuan yang disepakati oleh lebih dari dua

negara. Ketika perjanjian ini merupakan cerminan dari pendapat masyarakat

internasional pada umumnya, maka perjanjian tersebut bisa menjadi apa yang

disebut dengan “ Law-Making Treaty”. Traktat yang membuat Hukum. Perjanjian

ini menciptakan norma umum hukum yang akan dipakai oleh masyarakat

internasional sebagai prinsip utama di masa mendatang guna menyelesaikan suatu

perkara di antara mereka.

  Perjanjian Bilateral adalah Kontrak Internasional antara dua negara. Tujuan

perjanjian ini adalah menetapkan kewajiban-kewajiban hukum tertentu dan segala

akibatnya jika melakukan atau tidak melakukan kewajiban tersebut terhadap pihak 

yang menandatangani kontrak tersebut

Konvensi Wina tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional (Vienna Convention on the

 Law of Treaties 1969) telah mengatur hal-hal yang menyangkut proses negosiasi atau

penundukkan (accession), validitas, perubahan (amendment), penggantian (modification), 

pengecualian (reservation), penundaan (suspension) atau pemberhentian (termination) dari

sebuah perjanjian internasional.Pernyataan Sepihak  (Unilateral Statement) atau Deklarasi yang memuat hak dan

kewajiban suatu negara dalam hubungannya dengan peristiwa tertentu dapat pula dianggap

sebagai sebuah perjanjian sepihak yang menjadi suatu sumber hukum terbatas bagi negara

yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Lihat  Nuclear Test Case (1974) ICJ Reports, hal

253 paragraf 43 

Perjanjian Internasional dapat pula berfungsi sebagai bukti adanya kebiasaan internasional

ketika:

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 8/12

8

  Ada beberapa perjanjian bilateral terhadap kasus yang serupa yang memakai

prinsip-prinsip yang sama atau ketentuan-ketentuan yang serupa sehingga bisa

menimbulkan akibat hukum yang sama. Lihat  Lotus Case (1927) PCIJ reports,

Series A, No. 1 

  Sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh beberapa negara bisa menjadi sebuah

kebiasaan jika aturan yang disepakati merupakan generalisasi dari praktek negara-

negara dan persyaratan bahwa hal tersebut dianggap sebagai sebuah hukum dapat

dipenuhi. Lihat North Sea Continental Shelf Cases (1969) ICJ Report, hal 3

Sebuah perjanjian yang ditandatangani beberapa negara yang merupakan hasil kodifikasi

dari beberapa prinsip dalam kebiasaan internasional dan secara konsekuen telah mengikat

pihak-pihak yang tidak terlibat dalam perjanjian tersebut. Lihat preamble Geneva

Convention on the  High Seas 1958 dan treaty on Principles Governing the Activities of 

States in the Exploration and Use of Outer Space 1967. 

(2) Kebiasaan International (International Custom) 

Ada dua elemen yang harus ada dalam kebiasaan internasional untuk bisa dipakai sebagai

sumber hukum internasional:

  Praktek Negara-negara: Unsur-unsur yang dilihat dalam praktek negara adalah

seberapa lama hal itu sudah dilakukan secara terus menerus (duration);

keseragaman atau kesamaan dari praktek tersebut dalam berbegai kesempatan dan

berbagai pihak yang terlibat (uniformity) serta kadar kebiasaan yang dimunculkan

oleh tindakan tersebut (generality). Lihat Fisheries Jurisdiction (Merits) Case

(1974) ICJ Reports, hal 3 dan North Sea Continental Shelf Cases (1969) ICJ 

 Report, hal 6  

  Opinio Juris sive Necessitatis. Ini adalah pengakuan subyektif dari negara-negarayang melakukan kebiasaan internasional tertentu dan kehendak untuk mematuhi

kebiasaan internasional tersebut sebagai sebuah hukum yang memberikan hak dan

kewajiban bagi negara-negara tersebut.

Bukti keberadaan sebuah kebiasaan internasional ialah: Korespondensi Diplomatik,

pernyataan kebijakan, siaran pers, pendapat dari pejabat yang berwenang tentang hukum,

keputusan eksekutif dan prakteknya, komentar resmi dari pemerintah tentang rancangan

yang dibuat oleh ILC, Undang-undang nasional, keputusan pengadilan nasional, kutipan

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 9/12

9

dalam sebuah perjanjian internasional, paktek lembaga-lembaga internasional, dan resolusi

yang dikeluarkan Sidang Umum PBB.

Suatu negara bisa secara terus menerus melakukan penolakan terhadap sebuah kebiasaan

internasional (persistent objector). Bukti penolakan tersebut harus jelas. Lihat  Anglo

 Norwegian Fisheries Case (1951) ICJ Reports, hal 116. Namun demikian, suatu negara

yang diam saja ketika proses pembentukan kebiasaan internasional berlangsung tidak 

dapat menghindar dari pemberlakuan kebiasaan tersebut terhadapnya.

Suatu kebiasaan internasional bisa saja “exist” di wilayah tertentu saja, misal antar dua

negara atau regional saja. Lihat Asylum Case (1950) ICJ Reports, hal. 266 dan The Rights

of Passage over Indian Territory Case (1960) ICJ Reports,hal 6  

(3) Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-negara

beradab.

Sumber hukum ini digunakan ketika perjanjian internasional dan kebiasaan yang

ditemukan tidak kuat dipakai sebagai dasar untuk memutuskan suatu perkara. Hal ini

penting dilakukan agar pengadilan tidak berhenti begitu saja karena tidak ada aturan yang

mengatur (non liquet). Namun sampai saat ini belum terlalu jelas apakah yang dimaksud

sebagai prinsip hukum hanya yang telah diakui oleh msayarakat internasional ataukah

prinsip hukum nasional tertentu saja sudah cukup.

Prinsip hukum umum seringkali berguna dan berfungsi sebagai keterangan untuk 

menginterpretasikan sebuah kebiasaan atau perjanjian internasional. Hal ini terutama

ditemukan dalam naskah persiapan suatu perjanjian internasional.

Prinsip-prinsip yang pernah digunakan oleh Mahkamah Internasional antara lain adalah

Good Faith, Estoppel, Res Judicata, Circumstantial Evidence, Equity, Pacta Sunt 

Servanda dan Effectivites. Lihat Diversion of Water from the Meuse Case (1937) PCIJ 

 Reports, Series A/B, no 70; Temple of Preah Vihear Case (Merits) (1962) ICJ Reports, hal6 dan the Corfu Channel Case (Merits) (1949) ICJ Reports hal 4 

(4) Keputusan Pengadilan.

Pasal 59 Statuta Mahkamah Internasional menegaskan bahwa “the decision of the Court 

shall have no binding effect except between the parties and in respect of that particular 

case”. Konsekuensinya:

Mahkamah tidak mengakui prinsip Preseden dan keputusan sebelumnya tidak mengikat

secara teknis. Tujuannya adalah bahwa mencegah sebuah prinsip yang sudah dipakai

Mahkamah dalam putusannya digunakan untuk negara lain atas kasus yang berbeda. Lihat

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 10/12

10

Certain German Interest in Polish Upper Silesia Case (1926) PCIJ Reports, Series A, no

7. Keputusan Mahkamah bukan merupakan sumber formal dari sumber hukum

internasional. Keputusan Peradilan hanya memiliki nilai persuasif. Sementara keputusan

peradilan nasional berfungsi sebagai acuan tidak langsung adanya opinio juris terhadap

suatu praktek negara tertentu.

Hal yang sama juga berlaku untuk ajaran para ahli hukum internasional. Selain dilihat

sebagai sebuah doktrin yang melengkapi interpretasi sebuah perjanjian, kebiasaan maupun

prinsip umum hukum, sekaligus juga merupakan buki tidak langsung dari praktek dan

opinio juris dari suatu negara.

(5) Pendapat Para sarjana Hukum Internasional yang terkemuka.

Dalam hukum internasional kontemporer, ajaran para ahli berfungsi terbatas hanya dalam

analisa fakt-fakta, pembentukan pendapat-pendapat dan kesimpulan-kesimpulan yang

mengarah kepada terjadinya trend atau kecenderungan dalam hukum internasional. Tentu

saja pendapat dan ajaran-ajaran tersebut bersifat pribadi dan subyektif, namun dengan

semakin banyaknya ajaran yang menyetujui akan suatu prinsip tertentu maka bisa

dikatakan akan membentuk suatu kebiasaan baru.

Pendapat dari para pejabat di bagian hukum masing-masing negara, tidak bisa dianggap

sebagai ajaran para ahli hukum internasional namun justru bisa dilihat sebagai bagian dari

praktek negara-negara.

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07e1bf09a3 11/12

11

BAB III 

PENUTUP 

A.  Simpulan 

Adapun simpulan yang dapat kami ambil dari penyusunan dari makalah ini yaitu :

1.  Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah

hukum internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional

terbagi menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata

internasional.

2.  Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum formail dan sumber

hukum materiil. Sumber hukum formail adalah sumber hukum yang dilihat dari

bentuknya, sedang sumber hukum materiil adalah segala sesuatu yang menentukan

isi dari hukum. Menurut Starke, sumber hukum materiil hukum internasional

diartikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum

intrenasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau

situasi tertentu.

Berdasarkan klasifikasi sumber hukum internasional dibagi menjadi berdasarkan

pendapat para ahli dan statute mahkamah internasional sedangkan berdasarkan daya ikat

dibagi menjadi primer dan subsider.

1.  3. Sumber hukum internasional tersebut anatara lain adalah Perjanjian

Internasional (International Conventions) , Kebiasaan International (International

Custom) , Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh

negara-negara beradab. , Keputusan Pengadilan (judicial decisions) dan pendapat

para ahli yang telah diakui kepakarannya (Theachings of the most highly qualified 

 publicists).