Upload
rinda-dwi-nuraini
View
71
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
- Memahami cara kerja PCT 42 pH Control
- Mengetahui pengendalian proses direct dan reverse
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Jenis Variabel
Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang pengendalian
proses adalah variabel proses (process variable, PV) atau disebut juga variabel
terkendali (controlled variable). Variabel proses adalah besaran fisik atau kimia yang
menunjukkan keadaan proses. Variabel ini bersifat dinamik artinya nilai variabel dapat
berubah spontan atau oleh sebab lain baik yang diketahui maupun tidak. Diantara
banyak macam variabel proses , terdapat empat macam variabel dasar, yaitu : suhu (T),
tekanan (P), laju alir (F) dan tinggi permukaan cairan (L).
Dalam teknik pengendalian proses , titik berat permasalahan adalah menjaga agar
nilai variabel proses tetap atau berubah mengikuti alur (trayektori) tertentu. Variabel
yang digunakan untuk melakukan koreksi atau mengendalikan variabel proses disebut
variabel termanipulasi (manipulated variable, MV) atau variabel pengendali. Sedang
nilai yang diinginkan dan dijadikan acuan atau referensi variabel proses disebut nilai
acuan (setpoint value, SV). Selain ketiga jenis variabel tersebut masih terdapat variabel
lain yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur (measured disturbance) maupun
tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel keluaran tak terkendali
(uncontrolled output variable). Variabel gangguan adalah variabel masukan yang
mampu mempengaruhi nilai variabel proses, tetapi tidak digunakan untuk
mengendalikan. Variabel keluaran tak terkendali adalah variabel keluaran yang tidak
dikendalikan secara langsung.
Variabel termanipulasi
Gangguan terukur
Variabel tak terukur
Variabel terkendali
SistemProses
Variabel tak terkendali
Gambar 1.1 Jenis Variabel dalam Sistem Proses
Sebagai contoh proses destilasi fraksionasi dalam kolom piring memiliki jenis
variabel sebagai berikut :
- Gangguan terukur : laju alir umpan
- Gangguan tak terukur : komposisi umpan
- Variabel termanipulasi : - laju refluks
- laju kalor ke pendidih ulang
- laju destilat
- laju produk bawah
- laju alir pendingin
- Variabel terkendali : - komposisi destilat
- komposisi produk bawah
- tinggi permukaan akumulator refluks
- tinggi permukaan kolom bawah
- tekanan kolom
- Variabel tak terkendali : suhu tiap piring sepanjang kolom
1.2.2 Jenis Sistem Pengendalian
1.2.2.1 Sistem Pengendalian Simpal Terbuka dan Tertutup
Berdasarkan atas ada atau tidak adanya umpan balik, sistem pengendalian
dibedakan atas sistem pengendalian simpal terbuka (open–loop control system) dan
sistem pengendalian simpal tertutup (closed loop control system).
Sistem pengendalian simpal terbuka bekerja tanpa membandingkan variabel
proses yang dihasilkan dengan nilai acuan yang diinginkan. Sistem ini bekerja semata–
mata bekerja atas dasar masukan yang telah dikalibrasi. Sebagai contoh sederhana
adalah keran air yang terkalibrasi. Dengan memandang keran sebagai suatu sistem, maka
bukaan keran (sudut putaran keran) adalah sebagai masukan dan laju alir air sebagai
keluaran sistem. Berdasarkan hukum dinamika fluida, laju air tergantung pada beda
tekanan yang melintas keran. Misal pada posisi keran X1 dengan beda tekanan P2
mengalir air pada laju Q2 (gambar 2.2). Jika oleh sebab tertentu tiba – tiba beda tekanan
berubah menjadi P1, maka posisi keran tetap X1 dan menghasilkan laju alir Q1. Dengan
demikian sistem pengendalian simpal terbuka tidak dapat mengatasi perubahan beban
atau gangguan yang terjadi.
Mesipun dari uraian di atas, sistem simpal terbuka merupakan sistem yang buruk,
karena tidak mampu mengatasi gangguan, tetapi memiliki keuntungan sebagai berikut :
Lebih murah dan sederhana dibandingkan sistem simpal tertutup
Jika sistem mampu mencapai kestabilan sendiri, maka akan tetap stabil
Untuk mengatasi kekurangan sistem simpal terbuka , operator pabrik akan
mengatur kembali besarnya gangguan agar diperoleh sasaran yang diinginkan. Tetapi
dengan tindakan operator ini berarti telah membuat sistem simpal tertutup. Berbeda
dengan sistem simpal terbuka , pada sistem pengendalian simpal tertutup terdapat
tindakan membandingkan nilai variabel proses dengan nilai acuan yang diinginkan.
Perbedaan ini digunakan untuk melakukan koreksi sedemikian rupa sehingga nilai
variabel proses sama atau dekat dengan nilai acuan. Dengan demikian terdapat
mekanisme umpan balik. Sehingga sistem pengendalian simpal tertutup lebih dikenal
dengan sistem pengendalian umpan balik.
Meskipun sistem simpal tertutup mampu mengatasi gangguan atau perubahan
beban tetapi memiliki kelemahan sebagai berikut :
Lebih mahal dan kompleks dibanding sistem simpal terbuka
Dapat membuat sistem tidak stabil, meskipun sebenarnya tanpa umpan balik sistem
dapat mencapai kestabilan sendiri.
1.2.2.2 Sistem Pengaturan dan Pengendalian
Berdasarkan nilai acuan, sistem pengendalian umpan balik dibedakan atas dua
jenis yaitu sistem pengendalian dengan nilai acuan tetap (dibidang elektro sering disebut
sistem pengaturan) dan sistem pengendalian dengan nilai acuan berubah (dibidang
mekanik sering disebut sistem pengendalian, sistem servo atau tracking). Tujuan utama
sistem pengaturan adalah mempertahankan agar nilai variabel proses tetap pada nilai
yang diinginkan. Sedangkan pada sistem pengendalian, tujuan utamanya adalah
mempertahankan agar nilai variabel proses mengikuti perubahan nilai acuan.
1.2.3 Sistem Pengendalian Umpan Balik
Prinsip mekanisme kerja sistem pengendalian umpan balik adalah mengukur
variabel proses dan kemudian melakukan koreksi bila nilainya tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Ciri utama pengendalian umpan balik negatif. Artinya jika nilai variabel
proses berubah terdapat umpan balik yang melakukan tindakan untuk memperkecil
perubahan itu.
1.2.3.1 Langkah Pengendalian
Langkah – langkah pengendalian adalah sebagai berikut :
a. Mengukur
Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau mengamati nilai
variabel proses
b. Membandingkan
Hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai terukur) dibandingkan
dengan nilai acuan (setpoint)
c. Mengevaluasi
Perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan dievaluasi untuk menentukan langkah
atau cara melakukan koreksi atas perbedaan itu
d. Mengoreksi
Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses agar perbedaan nilai terukur
dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.
1.2.3.2 Instrumentasi Pengukuran
Pelaksanaan keempat langkah pengendalian memerlukan instrumentasi berikut :
a. Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang berupa besaran fisik
atau kimia seperti laju alir, tekanan, suhu, pH, konsentrasi dan sebagainya menjadi
sinyal standar. Bentuk sinyal standar yang populer di bidang pengendalian proses adalah
berupa sinyal pneumatik (tekanan udara) dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas
dua bagian besar yaitu sensor dan transmiter.
1. Sensor yaitu elemen perasa yang langsung bersentuhan dengan variabel proses
2. Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal dari sensor (gerakan
mekanik, perubahan hambatan, perunahan tegangan atau arus) menjadi sinyal
standar.
Dalam bidang pengendalian proses, istilah transmiter lebih populer dibandingkan
dengan tranduser. Meskipun keduanya berfungsi serupa, tetapi transmiter mempunyai
makna pengirim sinyal pengukuran ke unit pengendali yang biasanya terletak jauh dari
tempat pengukuran, ini lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya di pabrik.
b. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan mengirimkan sinyal ke
unit kendali akhir. Evaluasi yang dilakukan berupa operasi matematika seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian , integrasi dan diferensiasi. Hasil
evaluasi berupa sinyalkendali yang dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa
sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.
c. Unit kendali akhir
Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau tindakan
koreksi melalui pengaturan variabel termanipulasi. Unit ini terdiri atas dua bagian besar,
yaitu aktuator dan elemen kendali akhir. Aktuator adalah penggerak elemen kendali
akhir. Bagian ini dapat berupa motor listrik, solenoida dan membran pneumatik.
Ce U M+
W-
y-
r+
H
GC GV GP
Sedangkan elemen kendali akhir biasanya berupa katup kendali (control valve) atau
elemen pemanas.
1.2.4 Diagram Blok
Penggambaran suatu sistem atau komponen dari sistem dapat berbentuk blok
(kotak) yang dilengkapi dengan garis sinyal masuk dan keluar. Sinyal dapat berupa arus
listrik, tegangan (voltase), tekanan, aliran cairan, tekanan cairan, suhu, pH, kecepatan,
posisi dan sebagainya. Sinyal yang perlu digambarkan hanyalah sinyal masuk dan sinyal
keluar yang secara langsung berperan dalam sistem. Sedangkan sumber energi atau
massa yang masuk biasanya tidak digambarkan.
Diagram blok lengkap sistem pengendalian proses pemanasan digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 1.2 Proses Pemanasan Air
Keterangan gambar :
r+ = nilai acuan atau setpoint value (SV)
e = sinyal galat (error) dengan e = r –y
y = sinyal pengukuran
u = sinyal kendali
M+ = variabel termanipulasi
W- = variabel gangguan
C = variabel proses
GC = unit pengendali
GV = katub pengendali
GP = sistem proses
H = transmiter