43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai dan sumber air tawar lainnya. Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut. Lingkungan estuaria umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut. Itu adalah salah satu dari sekian banyak tipe estuaria yang ada di muka bumi. Tidak terlalu sulit untuk memilah atau menetukan batas lingkungan estuaria dalam suatu kawasan tertentu. Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan juga dengan mengukur salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuaria mempunyai salinitas yang lebih rendah 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan

percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai dan sumber air

tawar lainnya. Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang

sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya

terlindung dari pengaruh gelombang laut.  Lingkungan estuaria umumnya merupakan

pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu

karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat

hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut. Itu adalah

salah satu dari sekian banyak tipe estuaria yang ada di muka bumi.  Tidak terlalu sulit

untuk memilah atau menetukan batas lingkungan estuaria dalam suatu kawasan

tertentu.  Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan juga

dengan mengukur salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuaria mempunyai

salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya

antara 5 – 25 ppm. 

Lingkungan estuaria merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta

hewan dan tumbuhan.  Pada daerah-daerah tropis seperti di Indonesia, lingkungan

estuaria umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove. 

Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran salinitasnya

cukup lebar. Pada habitat mangrove inilah kita akan menemukan berjuta hewan yang

hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini

Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup

lebar, estuaria menyimpan berjuta keunikan yang khas.  Hewan-hewan yang hidup

1

Page 2: BAB I

pada lingkungan perairan ini adalah hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran

salinitas tersebut.  Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuaria

merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting

bagi pertumbuhan phytoplankton.  Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan

estuaria.  Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuaria di

kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan,

invertebrate seperti Crustacean, Bivalve, Echinodermata, Annelida dan masih banyak

lagi kelompok infauna.  Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti

siganus, baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuaria sebagai

daerah pemijahan dan pembesaran.   

Pada kawasan-kawasan subtropis sampai daerah dingin,  fungsi estuaria bukan

hanya sebagai daerah pembesaran bagi berjuta hewan penting, bahkan menjadi titik

daerah muara bagi jutaan jenis burung pantai. Kawasan estuaria di gunakan sebagai

daerah istrahat bagi perjalanan panjang jutaan burung dalam upaya mencari daerah

yang ideal untuk perkembanganya.  Disamping itu juga di gunakan oleh sebagian

besar mamalia dan hewan-hewan lainnya untuk mencari makan.

Keistimewaan lingkungan perairan estuaria lainnya adalah sebagai penyaring

dari berjuta bahan buangan cair yang bersumber dari daratan.  Sebagai kawasan yang

sangat dekat dengan daerah hunian penduduk,  daerah estuaria umumnya di jadikan

daerah buangan bagi limbah-limbah cair.  Limbah cair ini mengandung banyak unsur

diantaranya nutrient dan bahan-bahan kimia lainnya.  Dalam kisaran yang dapat di

tolelir, Kawasan estuaria umumnya bertindak sebagai penyaring dari limbah cair ini,

mengendapkan partikel-partikel beracun dan menyisakan badan air yang lebih

bersih.  Inipun dengan kondisi dimana terjadi suplai yang terus-menerus dari air

sungai dan laut yang cenderung lebih bersih dan mentralkan sebagaian besar bahan

polutan yang masuk ke daerah estuaria tersebut. 

2

Page 3: BAB I

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan paper ini antara lain yaitu :

1. Mempelajari pengertian ekologi estuaria secara lebih mendalam.

2. Mengenal Jenis- jenis atau macam-macam ekologi estuaria.

3. Mengetahui komunitas biota dan produktifitasnya pada ekologi estuaria.

4. Mempelajari potensi produksi makanan pada ekologi estuaria.

3

Page 4: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekologi Estuaria

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang hubungan

timbal balik antara mahkluk hidup denagn lingkungannya. Hubungan itu bisa terjadi

baik antara lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Dalam hal ini berarti

antara faktor abiotik (lingkungan) dengan faktor biotik (mahkluk hidup ) dalam

ekosistem dapat saling mempengaruhi. Sedangkan, Estuaria merupakan perairan yang

semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas

tinggi dapat bercampur dengan air tawar.(Odum, 1996). Sebagian besar estuaria

didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air

tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-

surut.

Gambar 2.1. Salah Satu Contoh Estuaria

4

Page 5: BAB I

Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang

khas, dengan lingkungan yang bervariasi antara lain yaitu :

1.   Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang

berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi,

pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar

pada biotanya,

2.   Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika

lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air

laut,

3.   Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan

komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan

sekelilingnya,

4.   Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air

laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah

estuaria tersebut.

Estuaria dapat dianggap sebagai zona transisi, atau ekotone yaitu peralihan

dua atau lebih komunitas yang berbeda antara habitat air tawar dan habitat lautan.

Komunitas ekotone biasanya banyak mengandung organisme dari masing-masing

komunitas yang saling tumpang tindih sehingga akan memunculkan organisme-

organisme yang khas dan sering kali hanya terdapat pada daerah okotone. Sering kali

jumlah dan kepadatan populasi dari beberapa jenis organisme lebih besar di daerah

ekotone dari pada di daerah komunitas yang mengapitnya.

Estuaria atau air payau dapat digolongkan sebagai oligo-, meso- atau

polyhaline, menurut salinitas rata-ratanya. Ini hanyalah sebagian kecil dari seluruh

bahasan, karena salinitasi ditempat tertentu berbeda-beda dalam masa satu hari, satu

minggu dan satu tahun. Kecuali pada estuaria daerah tropika tertentu, keragaman

merupakan karakteristik pokok, dan organisme yang hidup pada habitat ini harus

5

Page 6: BAB I

memiliki toleransi yang tinggi (yaitu curyhaline dan eurytermal). Meskipun kondisi

fisik di estuaria sering kali penuh tekanan, dan keragaman jenis yang sesuai sedikit,

tetapi keadaan pangan sedemikian menguntungkan sehingga wilayah ini dijejali

berbagai kehidupan.

2.2 Klasifikasi Ekologi Estuaria

Banyak referensi yang mengulas tentang klasifikasi untuk macam-macam

estuaria. Namun perlu diketahui bahwa jenis-jenis klasifikasi berbeda dari masing-

masing referensi, hal ini disebabkan karena pengkelas memilih dasar yang berlainan

sebagai dasar klasifikasinya. Secara umum pengklasifikasian estuaria dibedakan

menjadi tiga yaitu pertama berdasarkan geomorfologi, yang kedua berdasarkan siklus

dan stratifikasi air, dan yang ketiga berdasarkan keaktifan sistem.

Dari sudut geomorfologi, Pritchard (1967) menggangap sesuai membagi

empat subdivisi estuaria sebagai berikut:

1. Lembah sungai yang tergenang.

Lembah sungai yang tergenang adalah yang paling luas berkembang di

sepanjang garis pantai dengan dataran pantai yang relatif rendah dan lebar.

Contoh yang baik dalam Chesapeake Bay di pantai Atlantik bagian tengah di

Amerika Serikat.

6

Page 7: BAB I

Gambar 2.2 Sungai Chesapeake Bay

2. Estuaria jenis fyord

Gambar 2.3 Fyord-fyord di Norwegia

Estuaria jenis fyord adalah pantai yang dalam, berbentuk U melesak ke bawah

karena pengaruh glasial, dan biasanya dengan bentuk yang dangkal pada

mulanya, yang terbentuk oleh timbunan glasial. Contoh-contoh yang baik

7

Page 8: BAB I

adalah fyord-fyord di Norwegia yang termasyhur, dan fyord yang sama di

sepanjang pantai British Columbia dan Alaska

3. Estuaria bentukan tanggul (bar-built)

Gambar 2.4 Estuaria Jenis Pulau Tanggul di Georgia

Estuaria bentukan tanggul adalah cekungan yang dangkal, sering kali sebagian

tergenang pada saat air surut, tertutup oleh serangkaian tanggul lepas pantai

(off-shore bars) atau pulau-pulau penghalang (barrier island), terpotong potong

oleh jalan air (inlet) sehingga memungkinkan hubungan bebas dengan laut.

Kadang-kadang tanggul-tanggul pasir menumpuk di lepas pantai, tetapi dapat

juga tanggul-tanggul itu dahulunya bukit-bukit pasir pantai yang menjadi

terpisah karena permukaan laut makin lama makin naik. Pada yang pertama,

estuaria terbentuk dari bekas wilayah lautan, sedangkan yang disebut terakhir

estuaria terbentuk dari bekas daratan pantai. Selat-selat yang ada di balik pantai

luar dari California Utara (Cape Hatteras National Seashore Park) dan estuaria

8

Page 9: BAB I

paya bergaram di dekat pantai pulau laut Georgia adalah contoh-contoh

mengenai jenis estuaria bentukan tanggul yang telah dipelajari dengan baik

(Gambar 2.4).

4. Estuaria bentukan proses tektonik

Estuaria bentukan proses tektonik adalah pantai yang menurun yang terbentuk

oleh adanya kelainan geologi atau penurunan setempat, sering kali disertai

masuknya sejumlah besar air tawar. Teluk San Francisco merupakan contoh

yang baik untuk estuaria jenis ini.

Sirkulasi air dan pola stratifikasi memberikan dasar berguna untuk

pengkelasan estuaria, sama seperti pada klasifikasi danau. Dari sudut hidrografi,

estuaria dapat digolongkan menjadi 3 kategori luas ( Pritchard, 1952, 1955, 1967) :

1. Estuaria stratifikasi tinggi (salt-wedge).

Bila aliran air sungai sangat mendominasi air pasang surut, seperti pada muara

sungai besar, air tawar cenderung melimpahi air garam yang lebih berat,

sehingga membentuk belahan-belahan meluas sampai ke dasar pada jarak

tertentu ke arah hulu. Karena gaya Coriofis di belahan bumi bagian utara, air

tawar cenderung mengalir lebih deras ke arah tepian kanan dilihat bila kita

menghadap ke laut (tentu saja sebaliknya yang terjadi di belahan bumi bagian

selatan). Stratifikasi semacam itu, atau estuaria dua lapis akan memperlihatkan

profil salinitas dengan suatu halocline atau zona dengan perubahan salinitas

secara tajam dari atas sampai kebawah. Muara sungai Mississippi merupakan

contoh jenis salt wedge ini.

9

Page 10: BAB I

Gambar 2.5 Salt Wedge Muara Sungai Mississipi

2. Estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang.

Bila aliran masuk air tawar dan pasang surut hampir sama, cara percampuran

yang dominan adalah turbulenis, yang disebabkan oleh periodisitas dari gerakan

pasang surut. Profil salinitas tegak menjadi kurang tajam, karena lebih banyak

tenaga terhambat dalam percampuran vertikal, dengan demikian menimbulkan

pola yang kompleks untuk lapisan-lapisan dan massa air. Gambar 2.6

merupakan bagan yang disederhanakan untuk jenis ini.

10

Page 11: BAB I

Gambar 2.6 Bagan Sistematik Sirkulasi pada Estuaria

Contoh yang baik estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang adalah

Chesapeake Bay.

Contoh yang baik estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang adalah

Chesapeake Bay.

Gambar 2.7 Chesapeake Bay

11

Page 12: BAB I

3. Estuaria yang tercampur sempurna atau homogen vertikal.

Bila gerakan pasang surut sangat dominan dan hebat, air cenderung untuk

tercampur dengan baik dari atas sampai ke bawah, dan secara relatif salinitas

menjadi tinggi (hampir sama dengan salinitas laut). Variasi utama salinitas dan

temperatur, jika ada, kebanyakan horisontal dan bukan vertikal. Contoh-

contohnya adalah estuaria bentukan-tanggul dan estuaria lain sepanjang garis

pantai.

Estuaria hypersaline adalah jenis khusus yang pantas disebut di sini. Bila aliran

masuk air tawar kecil, perbedaan pasang surut renah, dan penguapan sangat tinggi,

salinitas di teluk tertutup dapat naik melebihi air laut, paling tidak pada musim-

musim tertentu. Uper Laguna Madra dan goba-goba pantai di Texas merupakan

contoh yang telah benar-benar dipelajari. Di sini salinitas dapat meningkat sampai

60% sedangkan salinitas air laut sekitar 35%. Meskipun keadaannya demikian hebat,

teluk-teluk ini bukan saja dihuni oleh organisme yang telah menyesuaikan diri, tetapi

secara biologi mungkin merupakan sistem yang produktif. Jelas bahwa perbedaan

pola sirkulasi sangat mempengaruhi sebaran jenis individu, tetapi bila ada populasi

yang telah menyesuaikan diri dengan baik maka produktivitas secara keseluruhan

tidak perlu terpengaruh.

Dipandang dari sudut yang sama sekali berbeda, yaitu masalah semangat

ekosistem, H.T. Odum dan kawan-kawannya (1969) telah menyarankan

penggolongan seperti berikut ini, yang tidak hanya mencakup teluk dan selat estuaria

luas, tetapi juga segala macam ekosistem daerah pantai.

1. Sistem-sistem yang mengalami tekanan fisik pada kisaran garis lintang

yang luas.

Sistem-sistem yang mengalami tekanan fisik pada kisaran garis lintang

yang luas terpengaruh oleh hempasan ombak yang berkekuatan tinggi, arus

pasang surut yang kuat, kejutan temperatur atau salinitas yang hebat, kadar

oksigen yang sangat rendah pada malam hari, atau kecepatan pengedapan

12

Page 13: BAB I

yang tinggi. Pantai berbatu yang dingin dari Amerika Utara bagian barat

diterpa oleh gelombang yang besar, dan teluk-teluk hypersaline yang hangat

di Texas merupakan contoh yang baik untuk ekosistem yang secara alami

menderita ketegangan pada dua tempat yang sangat berbeda zona iklimnya.

Terus-terusan buatan manusia yang menghubungkan dua perairan yang secara

alami sangat berbeda seperti Cape Cod Canal (Gambar 2.8) juga merupakan

contoh yang baik. Sebuah terusan panama baru setinggi permukaan laut yang

sedang dalam usulan, akan menimbulkan suatu sistem yang baru luas dari

jenis bertekanan, karena kenaikan air dingin dari samudra Pasifik dan dan air

hangat dari laut Karibia secara bergantian akan melanda melalui terusan.

Sistem semacam itu biasanya ditandai oleh sedikitnya keanekaragaman jenis

pada tempat manapun, karena sedikit spesies yang dapat menemukan

kebutuhan fisiologinya yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan

tekanan fisik akibat goncangan yang hebat tersebut. Namun demikian, di

wilayah pasang surut zonasi species yang tajam dan pergantian komunitas

secara musiman sering kali berhasil karena adaptasi berjalan secara lebih

efisien dengan pergantian spesies disepanjang lereng, dibandingkan dengan

adaptasi di dalam jenis-jenis itu sendiri. Jadi, daftar spesies yang ada di dalam

sistem semacam itu dapat panjang sekali, meskipun jumlah jenis pada saat

tertentu di suatu habitat tertentu dapat diperkirakan sangat sedikit. Masukan

energi berbentuk air pasang arus, atau panas dapat menyebabkan tekanan atau

bantuan terhadap komunitas biotik, tergantung pada kehebatan dan

periodisitas masukan.

13

Page 14: BAB I

Gambar 2.8. Cape Cod Canal Estuaria Buatan Manusia

2. Ekosistem alam sangat dingin yang dipengaruhi oleh tekanan es.

Ekosistem alam sangat dingin yang dipengaruhi oleh tekanan es,

ditunjukkan oleh komunitas pada fyord glasial, daerah pasang surut

dipengaruhi salju musim dingin, dan komunitas bawah lapisan es pada pantai-

pantai sangat dingin. Pantai dan teluk-teluk sangat dingin (Antartika) terdiri

atas golongan khsuus ekosistem yang mendapat tekanan fisik, di mana cahaya

adanya hampir-hampir hanya pada musim panas yang sangat singkat dan

temperatur yang rendah sangat menyebabkan keterbatasan, seperti halnya es

yang secara fisik berderak-derak.

14

Page 15: BAB I

Gambar 2.9 Pantai Es Antartika

3. Ekosistem alam pada daerah pantai dengan jadwal musiman.

Ekosistem alam pada daerah pantai dengan jadwal musiman mencakup

banyak estuaria dan pantai laut beriklim sedang dari Amerika Utara, Eropa

dan Jepang, yang sudah ditelaah dengan baik sekali. Kebanyakan jenis

estuaria dari lembah sungai yang tenggelam, bentukan tanggul dan berbentuk

teluk-teluk yang terletak pada daerah beriklim sedang termasuk kedalam

kategori ini. Keteraturan perubahan musiman dalam produktivitas primer serta

aktivitas reproduksi dan perilaku binatang-binatang adalah khas sering kali

teratur, atau terprogram musiman oleh adanya fotoperiod atau periodisitas

bulan, atau kedua-duanya. Pasang surut, gelombang dan arus yang lebih

lembut pada cekungan-cekungan yang setengah tertutup lebih bersifat

menimbulkan subsidi energi daripada tekanan, sedangkan komunitas pada

selat-selat yang lebih dalam dan perairan lepas pantai sering mendapat

keuntungan dari masuknya bahan-bahan organik dan nutrien yang berasal dari

daerah dangkal yang subur. Estuaria daerah sedang secara alami subur tetapi

sangat mudah menderita kerusakan karena polusi, pengerukan, penanggulan,

dan perubahan-perubahan lain, yang kesemuanya itu biasa terjadi pada

15

Page 16: BAB I

kawasan yang sangat bersifat industri. Beberapa habitat yang menarik dan

penting dari estuaria daerah sedang mencakup genangan-genangan air pasang,

payau bergaram, tempat tumbuh rumput belut (Zostera), dasar rumput laut,

kep beds, terumbu tiram, dan rataan lumpur, yang padat dihuni oleh populasi

remis dan cacing laut.

4. Ekosistem alam pantai daerah tropika dengan keragaman tinggi.

Ciri khasnya, temperatur, salinitas, dan faktor-faktor tekanan fisik

lainnya rendah, sehingga banyak dari energi untuk keperluan adaptasi

dimanfaatkan guna penganekaragaman jenis dan perilaku organisasi, dan

tidak untuk menanggulangi antitermal. Seperti pada ekosistem daerah tropika

lainnya, wilayah ini berisi banyak macam spesies dan sejumlah besar

keragaman kimiawi di dalam spesies tersebut. Warna-warna cerah sering kali

berkaitan dengan sejarah hidup yang kompleks, pola perilaku yang rumit, dan

tingkat tinggi dalam simbiosis khas hidup bersama-sama. Dan lagi, teknologi

daerah sedang yang berakitan dengan monokultur tidak dapat diterapkan

dengan baik dalam pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis ekosistem ini.

Subsistem yang khas meliputi: rawa bakau dengan akar khasnya yang telah

terbiasa pada air asin dan lumpur anaerobik komunitas plankton pantai yang

mantap, didominasi oleh dinoflagelata yang telah terbiasa dengan intensitas

cahaya terang dan nutrien organik: dan padang rumput tropik di bawah air

dengan kekhasannya rumput penyu (Thalassia) dan ganggang bentik. Pada

perairan dangkal dimana intensitas cahaya tinggi, serta temperatur dan

salinitas seragam, seperti misalnya di Pasifik Selatan, terumbu karang sering

kali membentuk pulau berpenghalang hidup yang menyebabkannya setengah

tertutup sehingga memungkinkan perkembangan estuaria tropika.

16

Page 17: BAB I

5. Sistem-sistem baru yang timbul berkaitan dengan manusia.

Meskipun mendesaknya masalah pengurangan polusi pada estuaria

dan perlakuan sekunder maupun tertier atas limbah hampir-hampir telah

menjadi universal, namun agaknya estuaria di wilayah urban dan industri akan

tetap menanggung beban polusi. Oleh karenanya perlu sekali kita mengakui

adanya kategori khusus estuaria yang memperkembangkan adaptasinya

terhadap limbah buatan manusia. Masalah ini perlu ditelaah secara hati-hati,

agar dapat ditentukan batas-batas toleransi dan pengurangan organisme, serta

menggalakkan mekanisme biologi yang dapat membantu manusia dalam

perlakuan limbah (waste treatment). Estuaria memiliki kapsitas yang berbeda-

beda untuk menangani bahan yang degradable tergantung pada luasnya

sistem, pola aliran, jenis estuaria, dan daerah iklimnya. Bahan-bahan seperti

limbah pembuangan air dan pabrik pulp yang telah mendapat perlakuan,

limbah makanan laut dan hasil pemrosesan makanan, limbah minyak tanah

dan buangan pengerukan dapat terurai dan tersebar, kecuali bila:

1. Sistem tersebut juga tidak tertekan oleh adanya racun (insektisida, acid,

dll)

2. Kecepatan masukan diatur antara rendah sampai sedang, dan tidak terjadi

kejutan yang mendadak, yang terjadi karena penumpukan besar-besaran

secara periodik.

Jadi, polusi minyak dan panas dalam tingkat rendah dapat ditahan oleh suatu

sistem yang sudah terbiasa, tetapi ceceran minyak secara besar-besaran

merupakan bencana terutama bagi organisme besar seperti ikan dan burung.

Dari semua perubahan buatan manusia, pemotong hubungan langsung dengan

laut bebas mungkin memberikan akibat yang paling besar. Perlu diingat

bahwa air yang terkurung merupakan ekosistem yang lain sama sekali,

sesuatu yang hampir-hampir tidak mempunyai kemampuan alami untuk

memberi perlakuan atas limbah.

17

Page 18: BAB I

2.3 Biota dan Produktifitasnya Pada Estuaria

Secara khusus, komunitas estuaria terdiri dari campuran antara jenis-jenis

endemik (yaitu jenis yang terbatas pada zona estuaria) dan jenis-jenis yang datang

dari laut, ditambah sedikit jenis-jenis yang mempunyai kemampuan osmoregulasi

untuk menembus ke arah atau dari lingkungan air tawar. Biota estuaria hypersaline

pun berasal dari laut dan sama sekali bukan berasal dari danau yang bergaram di

daratan dan mata air asin danau bergaram di daratan dan mata air dengan salinitas

tinggi.

Populasi makanan laut merupakan contoh yang baik untuk campuran antara

jenis endemi dan jenis laut. Misalnya, spotted sea trout (Cynoscion nubulosus) pada

umumnya terbatas pada estuaria, sedangkan menhaden (Brevoortia sp.) terdapat

estuaria kebanyakan pada masa mudanya (juvenile stage). Demikian pula kebanyakan

jenis-jenis komersial seperti tiram dan kepiting terutama bersifat estuaria, sedangkan

beberapa jenis udang yang dilepas pantai, dan masuk ke estuaria sebagai larva, seperti

diperlihatkan dalam bagan daur hidup pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Daur ehidupan udang yang menggunakan estuaria sebagai asuhan

18

Page 19: BAB I

Kenyataannya memang biasa sekali bagi nekton pantai menggunakan estuaria

sebagai tempat asuhan di mana yang muda-muda yang sedang tumbuh dapat

memanfaatkan perlindungan dan melimpahnya makanan. Karena manusia sering kali

memanen jenis-jenis semacam itu di lepas pantai, sejarah hidup yang sangat penting

dan hubungan energetiknya dengan estuaria yang berdekatan tidak selalu dikendaki.

Ikan-ikan seperti salmon dan belut juga tergantung pada estuaria, mungkin sebagai

tempat tinggal selama jangka waktu tertentu, saat mereka melakukan migrasi dari air

asin ke air tawar.

Ketergantungan pada sedemikian banyak perikanan komersial penting pada

perairan estuaria merupakan salah satu alasan ekonomi yang utama untuk

melestarikan habitat ini. Bagian dari tempat asuhan yang paling produktif. Dengan

demikian juga paling penting adalah daerah pasang surut dan perairan dangkal yang

berbatasan dengannya, yang tentu saja paling pertama akan mengalami kerusakan

akibat perencanaan buruk yang dipaksakan oleh manusia (Gambar 2.11). Penyekatan

atau bulkhading merusak bagian yang paling penting dari tempat asuhan estuaria.

Gambar 2.11. Penyekatan atau Bulkheading oleh Manusia

19

Page 20: BAB I

Secara umum biota estuaria memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

Hewan

Spesies endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai

macam kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan.

Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa

spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.

Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke

sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.

Tumbuhan

Tumbuhan Lamun (sea grass) dan mangrove

Algae makro (sea weeds) yang tumbuh di dasar perairan.

Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada

daun lamun.

Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai tiga

tipe adaptasi (Kennish, 1990). yaitu :

1.    Adaptasi morfologis

Organisme yang hidup di Lumpur memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk

menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh

partikel Lumpur.

2.    Adaptasi fisiologis

Berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam

menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.

3.    Adaptasi tingkah laku

Pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya invertebrata

20

Page 21: BAB I

Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang

penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang penting adalah

sebagai berikut:

1.    Salinitas

Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada

masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini

menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan

biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak

menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.

2.    Substrat

Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari

sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar

partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan

organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi

organisme estuaria.

3.    Sirkulasi air

Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut

melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang

bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam

air.

4.    Pasang-surut

Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di

samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan

limbah yang sampai di estuaria

21

Page 22: BAB I

5.    Penyimpanan zat hara

Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan

lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya

sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani

Ciri khasnya, estuaria cenderung lebih produktif daripada laut maupun

pembuangan air tawar. Faktor-faktor yang mempengar produktivitas tinggi sebagai

berikut ( E.P. Odum, 1961; schelske dan Odum, 1961):

1. Estuaria adalah suatu perangkap nutrien (nutrient trap)

Seperti pada terumbu kaarang, penyimpanan dan pendaurulangan nutrien oleh

bentos secara cepat, pembentukan satuan-satuan organik dan detritus, dan perolehan

kembali nutrien dari endapan dalam oleh aktivitas mikroba dan akar tumbuh-

tumbuhan yang menembus ke dalam serta binatang-binatang penggali, telah

menciptakan semacam sistem penyuburan sendiri.

2. Estuaria mendapat keuntungan dari keragaman jenis produsen yang

terprogram untuk berfotosintesis sepanjang tahun.

Estuaria sering kali memiliki semua tiga jenis produsen yang menguasai dunia,

yaitu makrofit (ganggang, rumput laut dan rumput di paya-paya), mikrofit bentik, dan

fitoplankton. Pada tempat ini, rumput payau bergaram Spartina alterniflora (Gambar

2.12) merupakan produsen utama, detritus rumput yang diperkaya oleh mikroba

memberi pakan pada konsumen di anak-anak sungai dan selat. Peranan ini dapat

digantikan oleh rumput belut (Zostera) atau ganggang laut pada perairan yang lebih

dingin, dan oleh rumput penyu (Thalassia dan genus yang berhubungan) pada

perairan hangat. Yang terakhir ini memberi sumbangan yang penting pada goba

subtropika dan tropika.

22

Page 23: BAB I

Gambar 2.12 Rumput Payau Bergaram Spartina Alterniflora

3. Gerakan pasang surut dalam menimbulkan suatu ekosistem dengan

permukaan air berfluktuasi yang tersubsidi

Pada umumnya semakin tinggi amplitudo pasang surut semakin besar pula

potensi berproduksi, asal arus yang terjadi tidak terlalu abrasif. Gerakan air maju-

mundur melakukan kerja lumayan besar, dengan membuang limbah dan membawa

makanan serta nutrien, sehingga organisme dapat mempertahankan eksistensi

sessile-nya yang tidak memerlukan banyak pengeluaran energi metabolisme untuk

mengeluarkan energi metabolisme untuk mengeluarkan kotoran badan dan

mengumpulkan makanan. Pada kecepatan berapa arus berubah dari bersifat bantuan

menjadi tekanan, tidak begitu diketahui seperti yang seharusnya.

23

Page 24: BAB I

2.4 Ekosistem Mangrove

Lingkungan estuary merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta

hewan dan tumbuhan.  Pada daerah-daerah tropis seperti di Indonesia , lingkungan

estuary umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove. 

Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran

salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove inilah kita akan menemukan berjuta

hewan yang hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini.

Gambar 2.13 Ekosistem Mangrove

Mangrove merupakan bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan

delta yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Dengan demikian, mangrove

merupakan suatu ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Mangrove

akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif jika tumbuh pada kondisi

lingkungan yang sesuai. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga

dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, atau hutan payau. Hutan mangrove

ditemukan tersebar hampir di setiap propinsi di Indonesia, dengan luas yang

berbeda-beda.

Pada ekosistem mangrove umumnya terdapat dua tipe rantai makanan yaitu

rantai makanan langsung dan rantai makanan detritus. Di ekosistem mangrove,

rantai makanan untuk biota perairan adalah rantai makanan detritus. Detritus

24

Page 25: BAB I

diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian mengalami

penguraian (dekomposisi) oleh amphipoda dan kepiting dan berubah menjadi

partikel kecil yang dilakukan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dan

penggunaan ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam

detritivor (Odum dan Heald, 1975). Diawali dengan invertebrata meiofauna dan

diakhiri dengan suatu spesies semacam cacing, moluska, udang-udangan dan

kepiting yang selanjutnya dalam siklus dimangsa oleh karnivora tingkat rendah.

Rantai makanan diakhiri dengan karnivora tingkat tinggi seperti ikan besar, burung

pemangsa, ular, atau manusia.

Gambar 2.14 Siklus Rantai Makanan dalam Ekosistem Mangrove

Fauna yang terdapat di ekosistem mangrove merupakan perpaduan antara

fauna ekosistem terestrial, peralihan, dan perairan.  Fauna terestrial kebanyakan

hidup di pohon mangrove, sedangkan fauna peralihan dan perairan hidup di batang,

akar mangrove dan kolom air Gambar 2.15

25

Page 26: BAB I

Gambar 2.15 Fauna dalam Hutan Mangrove

Hutan mangrove sangat bermanfaat baik secara ekologis dan ekonomis.

Adapun beberapa fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah sebagai

berikut :

Fungsi ekologis :

• pelindung garis pantai dari abrasi,

• mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,

• mencegah intrusi air laut ke daratan,

• tempat berpijah aneka biota laut,

• tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia,

reptil, dan serangga,

• sebagai pengatur iklim mikro.

2. Fungsi ekonomis :

• penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,

bahan makanan, obat-obatan),

• penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,

penyamak kulit, pewarna),

• penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung,

• pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

26

Page 27: BAB I

2.5 Potensi Produksi Makanan Pada Estuaria

Estuaria yang berpotensi produktivitas tinggi kadang-kadang tidak dihargai

oleh manusia, sering kali manusia menggolongkannya sebagai wilayah tak

berharga hanya cocok untuk menumpuk bahan limbah, atau hanya berguna bila

dikeringkan atau ditimbun dan diubah untuk dimanfaatkan sebagai daratan.

Padahal sesungguhnya estuaria menyimpan berbagai potensi bahan makanan yang

bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Ada dua contoh untuk menggambarkan potensi produksi makanan laut di

estuaria yang sedikit banyak dibiarkan dalam keadaan alami. Menurut Hopkins

dan Andrews (1970), kijing yang bernilai komersial Rangia cuneata memproduksi

2900 kg danging per ha dan 13900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di

Texas. Andai kata 2 kkal per gram berat basah, hasil ini berarti sekitar 580 kkal

per m2, atau sebanding dengan hasil ikan dari kolam buatan yang dikelola dan

dipupuk paling intensif tentu saja dengan mengingat bahwa tempat pemeliharaan

kijing memerlukan masukan energi dari perairan yang berdekatan.

Budidaya tiram dengan rakit seperti diterapkan di Jepang, dapat

meningkatkan lima sampai sepuluh kali dari penenan yang diperoleh dari populasi

liar. Tetapi jenis budidaya semacam ini, di mana tiram digantung pada tali pada

rakit yang terapung memerlukan banyak sekali tenaga tangan manusia. Menurut

Bardach (1968), rakit seluas 500m2 pada estuaria tempat pemeliharaan tiram yang

terbaik dapat menghasilkan 4 metrik ton (berat basah) daging tiram bercangkang

setiap tahun. Kelihatannya, rakit-rakit ini dapat menempati seperempat luas air

pada teluk yang terlindung tanpa menimbulkan pencemaran pada dirinya sendiri,

sehingga dapat menghasilkan makanan berprotein sebanyak 2000 kkal per m2

27

Page 28: BAB I

setiap tahun. Burukawa (1968), dalam suatu tinjauan sejarah dan teknik budidaya

tiram di Jepang melaporkan bahwa metode rakit kini sebenarnya sudah

menggantikan metode-metode lain dalam budidaya kerang-kerangan di negeri

tersebut. Produksi daging kerang di Teluk Hiroshima saja meningkat dari 20 ribu

ton (berat basah) pada tahun 1950 menjadi 240 ribu ton pada tahun 1965, yang

terakhir ini lebih besar dari jumlah hasil panenan tiram alami di seluruh Jepang.

Sebelum mulai dengan menghitung-hitung angka di atas untuk mengetahui

berapa banyak dapat dihasilkan daging tiram dari estuaria di seluruh dunia,

hendaknya diingat bahwa panenan setempat yang sedemikian intensif tergantung

pada berapa luas perairan yang berdampingan dengan tempat tersebut. Oleh

karenanya, peternakan tiram harus dipisah-pisah dan kerapatannya harus diatur,

jika kemampuan produksi alami dan penggunaan lain estuaria tidak mau rusak

karena terlalu banyak hal-hal yang baik. Asal saja kita berpegang pada harapan

hasil panen dalam batas-batas kewajaran ekologi, budidaya tiram dan kerang-

kerangan lain dengan rakit merupakan cara yang bijaksana untuk memanen

produktivitas alami estuaria. Karena tiram bersifat rentan terhadap pencemaran,

penanaman modal secara ekonomi dalam budidaya semacam itu juga berarti

mencegah pencemaran.

Peternakan tiram di Amerika Serikat ada pasang surutnya. Dahulu bisnis

yang berkembang dengan cepat di banyak tempat, pencemaran, pengerukan dan

penimbunan, dan penipisan persediaan “benih” adalah segala-galanya, namun

merupakan industri yang memusnahkan. Ketika populasi manusia di dunia

menderita kekurangan protein, perhatian akan budidaya rakit gaya Jepang untuk

memelihata kerang-kerangan, dan budidaya kolam untuk udang dan ikan ( yang

28

Page 29: BAB I

juga berkembang baik di Jepang maupun negara-negara timur lainnya; lihat

Hickling, 1962) tidak diragukan lagi meningkat di negeri ini.

Untuk menyadari potensinya, kita harus menyadari pentingnya dua faktor :

(1) Perusakan estuaria secara fisik harus dihentikan dan kemampuan biologinya

dipulihkan dengan mengurangi pencemaran.

(2) perlu di ingat bahwa peternakan di estuaria tidak hanya didasarkan pada

prinsip-prinsip yang sama sekalin berbeda dengan peternakan pada tanah kering,

tetapi pertimbangan juga harus diberikan pada penggunaan lain yang mungkin

bertentangan dengan praktek budidaya laut.

Jadi, tidak seperti ladang jagung, suatu estuaria harus mengacu pada

pemanfaatan lain selain menghasilkan makanan yaitu rekreasi, navigasi, dll. Satu

hal yang terpenting peternakan laut atau estuaria tidak dianjurkan untuk dikerjakan

oleh orang atau kelompok yang tidak berpengalaman atau tidak terlatih.

29

Page 30: BAB I

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang penting dalam

ekologi estuaria adalah sebagai berikut :

1. Estuaria merupakan perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan

laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.

Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut.

2. Secara umum pengklasifikasian estuaria dibedakan menjadi tiga yaitu pertama

berdasarkan geomorfologi, yang kedua berdasarkan siklus dan stratifikasi air,

dan yang ketiga berdasarkan keaktifan sistem.

3. Estuaria mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar, sehingga estuaria

menyimpan berjuta keunikan yang khas.  Hewan-hewan yang hidup pada

lingkungan perairan ini adalah hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran

salinitas tersebut.  Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuaria

merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur

terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton.

4. Estuaria sangat berpotensi produktivitas tinggi terhadap kesediaan bahan

makanan asalkan lingkungan estuaria ini diolah dan ditangani secara benar.

Perusakan estuaria secara fisik harus dihentikan dan kemampuan biologinya

dipulihkan dengan mengurangi pencemaran.

30