Upload
christine-prita-bie
View
41
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan
percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai dan sumber air
tawar lainnya. Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang
sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya
terlindung dari pengaruh gelombang laut. Lingkungan estuaria umumnya merupakan
pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu
karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat
hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut. Itu adalah
salah satu dari sekian banyak tipe estuaria yang ada di muka bumi. Tidak terlalu sulit
untuk memilah atau menetukan batas lingkungan estuaria dalam suatu kawasan
tertentu. Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan juga
dengan mengukur salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuaria mempunyai
salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya
antara 5 – 25 ppm.
Lingkungan estuaria merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta
hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah tropis seperti di Indonesia, lingkungan
estuaria umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove.
Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran salinitasnya
cukup lebar. Pada habitat mangrove inilah kita akan menemukan berjuta hewan yang
hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini
Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup
lebar, estuaria menyimpan berjuta keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup
1
pada lingkungan perairan ini adalah hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran
salinitas tersebut. Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuaria
merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting
bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan
estuaria. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuaria di
kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan,
invertebrate seperti Crustacean, Bivalve, Echinodermata, Annelida dan masih banyak
lagi kelompok infauna. Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti
siganus, baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuaria sebagai
daerah pemijahan dan pembesaran.
Pada kawasan-kawasan subtropis sampai daerah dingin, fungsi estuaria bukan
hanya sebagai daerah pembesaran bagi berjuta hewan penting, bahkan menjadi titik
daerah muara bagi jutaan jenis burung pantai. Kawasan estuaria di gunakan sebagai
daerah istrahat bagi perjalanan panjang jutaan burung dalam upaya mencari daerah
yang ideal untuk perkembanganya. Disamping itu juga di gunakan oleh sebagian
besar mamalia dan hewan-hewan lainnya untuk mencari makan.
Keistimewaan lingkungan perairan estuaria lainnya adalah sebagai penyaring
dari berjuta bahan buangan cair yang bersumber dari daratan. Sebagai kawasan yang
sangat dekat dengan daerah hunian penduduk, daerah estuaria umumnya di jadikan
daerah buangan bagi limbah-limbah cair. Limbah cair ini mengandung banyak unsur
diantaranya nutrient dan bahan-bahan kimia lainnya. Dalam kisaran yang dapat di
tolelir, Kawasan estuaria umumnya bertindak sebagai penyaring dari limbah cair ini,
mengendapkan partikel-partikel beracun dan menyisakan badan air yang lebih
bersih. Inipun dengan kondisi dimana terjadi suplai yang terus-menerus dari air
sungai dan laut yang cenderung lebih bersih dan mentralkan sebagaian besar bahan
polutan yang masuk ke daerah estuaria tersebut.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan paper ini antara lain yaitu :
1. Mempelajari pengertian ekologi estuaria secara lebih mendalam.
2. Mengenal Jenis- jenis atau macam-macam ekologi estuaria.
3. Mengetahui komunitas biota dan produktifitasnya pada ekologi estuaria.
4. Mempelajari potensi produksi makanan pada ekologi estuaria.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekologi Estuaria
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang hubungan
timbal balik antara mahkluk hidup denagn lingkungannya. Hubungan itu bisa terjadi
baik antara lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Dalam hal ini berarti
antara faktor abiotik (lingkungan) dengan faktor biotik (mahkluk hidup ) dalam
ekosistem dapat saling mempengaruhi. Sedangkan, Estuaria merupakan perairan yang
semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas
tinggi dapat bercampur dengan air tawar.(Odum, 1996). Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air
tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-
surut.
Gambar 2.1. Salah Satu Contoh Estuaria
4
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang
khas, dengan lingkungan yang bervariasi antara lain yaitu :
1. Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang
berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi,
pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar
pada biotanya,
2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air
laut,
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan
komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan
sekelilingnya,
4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air
laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah
estuaria tersebut.
Estuaria dapat dianggap sebagai zona transisi, atau ekotone yaitu peralihan
dua atau lebih komunitas yang berbeda antara habitat air tawar dan habitat lautan.
Komunitas ekotone biasanya banyak mengandung organisme dari masing-masing
komunitas yang saling tumpang tindih sehingga akan memunculkan organisme-
organisme yang khas dan sering kali hanya terdapat pada daerah okotone. Sering kali
jumlah dan kepadatan populasi dari beberapa jenis organisme lebih besar di daerah
ekotone dari pada di daerah komunitas yang mengapitnya.
Estuaria atau air payau dapat digolongkan sebagai oligo-, meso- atau
polyhaline, menurut salinitas rata-ratanya. Ini hanyalah sebagian kecil dari seluruh
bahasan, karena salinitasi ditempat tertentu berbeda-beda dalam masa satu hari, satu
minggu dan satu tahun. Kecuali pada estuaria daerah tropika tertentu, keragaman
merupakan karakteristik pokok, dan organisme yang hidup pada habitat ini harus
5
memiliki toleransi yang tinggi (yaitu curyhaline dan eurytermal). Meskipun kondisi
fisik di estuaria sering kali penuh tekanan, dan keragaman jenis yang sesuai sedikit,
tetapi keadaan pangan sedemikian menguntungkan sehingga wilayah ini dijejali
berbagai kehidupan.
2.2 Klasifikasi Ekologi Estuaria
Banyak referensi yang mengulas tentang klasifikasi untuk macam-macam
estuaria. Namun perlu diketahui bahwa jenis-jenis klasifikasi berbeda dari masing-
masing referensi, hal ini disebabkan karena pengkelas memilih dasar yang berlainan
sebagai dasar klasifikasinya. Secara umum pengklasifikasian estuaria dibedakan
menjadi tiga yaitu pertama berdasarkan geomorfologi, yang kedua berdasarkan siklus
dan stratifikasi air, dan yang ketiga berdasarkan keaktifan sistem.
Dari sudut geomorfologi, Pritchard (1967) menggangap sesuai membagi
empat subdivisi estuaria sebagai berikut:
1. Lembah sungai yang tergenang.
Lembah sungai yang tergenang adalah yang paling luas berkembang di
sepanjang garis pantai dengan dataran pantai yang relatif rendah dan lebar.
Contoh yang baik dalam Chesapeake Bay di pantai Atlantik bagian tengah di
Amerika Serikat.
6
Gambar 2.2 Sungai Chesapeake Bay
2. Estuaria jenis fyord
Gambar 2.3 Fyord-fyord di Norwegia
Estuaria jenis fyord adalah pantai yang dalam, berbentuk U melesak ke bawah
karena pengaruh glasial, dan biasanya dengan bentuk yang dangkal pada
mulanya, yang terbentuk oleh timbunan glasial. Contoh-contoh yang baik
7
adalah fyord-fyord di Norwegia yang termasyhur, dan fyord yang sama di
sepanjang pantai British Columbia dan Alaska
3. Estuaria bentukan tanggul (bar-built)
Gambar 2.4 Estuaria Jenis Pulau Tanggul di Georgia
Estuaria bentukan tanggul adalah cekungan yang dangkal, sering kali sebagian
tergenang pada saat air surut, tertutup oleh serangkaian tanggul lepas pantai
(off-shore bars) atau pulau-pulau penghalang (barrier island), terpotong potong
oleh jalan air (inlet) sehingga memungkinkan hubungan bebas dengan laut.
Kadang-kadang tanggul-tanggul pasir menumpuk di lepas pantai, tetapi dapat
juga tanggul-tanggul itu dahulunya bukit-bukit pasir pantai yang menjadi
terpisah karena permukaan laut makin lama makin naik. Pada yang pertama,
estuaria terbentuk dari bekas wilayah lautan, sedangkan yang disebut terakhir
estuaria terbentuk dari bekas daratan pantai. Selat-selat yang ada di balik pantai
luar dari California Utara (Cape Hatteras National Seashore Park) dan estuaria
8
paya bergaram di dekat pantai pulau laut Georgia adalah contoh-contoh
mengenai jenis estuaria bentukan tanggul yang telah dipelajari dengan baik
(Gambar 2.4).
4. Estuaria bentukan proses tektonik
Estuaria bentukan proses tektonik adalah pantai yang menurun yang terbentuk
oleh adanya kelainan geologi atau penurunan setempat, sering kali disertai
masuknya sejumlah besar air tawar. Teluk San Francisco merupakan contoh
yang baik untuk estuaria jenis ini.
Sirkulasi air dan pola stratifikasi memberikan dasar berguna untuk
pengkelasan estuaria, sama seperti pada klasifikasi danau. Dari sudut hidrografi,
estuaria dapat digolongkan menjadi 3 kategori luas ( Pritchard, 1952, 1955, 1967) :
1. Estuaria stratifikasi tinggi (salt-wedge).
Bila aliran air sungai sangat mendominasi air pasang surut, seperti pada muara
sungai besar, air tawar cenderung melimpahi air garam yang lebih berat,
sehingga membentuk belahan-belahan meluas sampai ke dasar pada jarak
tertentu ke arah hulu. Karena gaya Coriofis di belahan bumi bagian utara, air
tawar cenderung mengalir lebih deras ke arah tepian kanan dilihat bila kita
menghadap ke laut (tentu saja sebaliknya yang terjadi di belahan bumi bagian
selatan). Stratifikasi semacam itu, atau estuaria dua lapis akan memperlihatkan
profil salinitas dengan suatu halocline atau zona dengan perubahan salinitas
secara tajam dari atas sampai kebawah. Muara sungai Mississippi merupakan
contoh jenis salt wedge ini.
9
Gambar 2.5 Salt Wedge Muara Sungai Mississipi
2. Estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang.
Bila aliran masuk air tawar dan pasang surut hampir sama, cara percampuran
yang dominan adalah turbulenis, yang disebabkan oleh periodisitas dari gerakan
pasang surut. Profil salinitas tegak menjadi kurang tajam, karena lebih banyak
tenaga terhambat dalam percampuran vertikal, dengan demikian menimbulkan
pola yang kompleks untuk lapisan-lapisan dan massa air. Gambar 2.6
merupakan bagan yang disederhanakan untuk jenis ini.
10
Gambar 2.6 Bagan Sistematik Sirkulasi pada Estuaria
Contoh yang baik estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang adalah
Chesapeake Bay.
Contoh yang baik estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang adalah
Chesapeake Bay.
Gambar 2.7 Chesapeake Bay
11
3. Estuaria yang tercampur sempurna atau homogen vertikal.
Bila gerakan pasang surut sangat dominan dan hebat, air cenderung untuk
tercampur dengan baik dari atas sampai ke bawah, dan secara relatif salinitas
menjadi tinggi (hampir sama dengan salinitas laut). Variasi utama salinitas dan
temperatur, jika ada, kebanyakan horisontal dan bukan vertikal. Contoh-
contohnya adalah estuaria bentukan-tanggul dan estuaria lain sepanjang garis
pantai.
Estuaria hypersaline adalah jenis khusus yang pantas disebut di sini. Bila aliran
masuk air tawar kecil, perbedaan pasang surut renah, dan penguapan sangat tinggi,
salinitas di teluk tertutup dapat naik melebihi air laut, paling tidak pada musim-
musim tertentu. Uper Laguna Madra dan goba-goba pantai di Texas merupakan
contoh yang telah benar-benar dipelajari. Di sini salinitas dapat meningkat sampai
60% sedangkan salinitas air laut sekitar 35%. Meskipun keadaannya demikian hebat,
teluk-teluk ini bukan saja dihuni oleh organisme yang telah menyesuaikan diri, tetapi
secara biologi mungkin merupakan sistem yang produktif. Jelas bahwa perbedaan
pola sirkulasi sangat mempengaruhi sebaran jenis individu, tetapi bila ada populasi
yang telah menyesuaikan diri dengan baik maka produktivitas secara keseluruhan
tidak perlu terpengaruh.
Dipandang dari sudut yang sama sekali berbeda, yaitu masalah semangat
ekosistem, H.T. Odum dan kawan-kawannya (1969) telah menyarankan
penggolongan seperti berikut ini, yang tidak hanya mencakup teluk dan selat estuaria
luas, tetapi juga segala macam ekosistem daerah pantai.
1. Sistem-sistem yang mengalami tekanan fisik pada kisaran garis lintang
yang luas.
Sistem-sistem yang mengalami tekanan fisik pada kisaran garis lintang
yang luas terpengaruh oleh hempasan ombak yang berkekuatan tinggi, arus
pasang surut yang kuat, kejutan temperatur atau salinitas yang hebat, kadar
oksigen yang sangat rendah pada malam hari, atau kecepatan pengedapan
12
yang tinggi. Pantai berbatu yang dingin dari Amerika Utara bagian barat
diterpa oleh gelombang yang besar, dan teluk-teluk hypersaline yang hangat
di Texas merupakan contoh yang baik untuk ekosistem yang secara alami
menderita ketegangan pada dua tempat yang sangat berbeda zona iklimnya.
Terus-terusan buatan manusia yang menghubungkan dua perairan yang secara
alami sangat berbeda seperti Cape Cod Canal (Gambar 2.8) juga merupakan
contoh yang baik. Sebuah terusan panama baru setinggi permukaan laut yang
sedang dalam usulan, akan menimbulkan suatu sistem yang baru luas dari
jenis bertekanan, karena kenaikan air dingin dari samudra Pasifik dan dan air
hangat dari laut Karibia secara bergantian akan melanda melalui terusan.
Sistem semacam itu biasanya ditandai oleh sedikitnya keanekaragaman jenis
pada tempat manapun, karena sedikit spesies yang dapat menemukan
kebutuhan fisiologinya yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan
tekanan fisik akibat goncangan yang hebat tersebut. Namun demikian, di
wilayah pasang surut zonasi species yang tajam dan pergantian komunitas
secara musiman sering kali berhasil karena adaptasi berjalan secara lebih
efisien dengan pergantian spesies disepanjang lereng, dibandingkan dengan
adaptasi di dalam jenis-jenis itu sendiri. Jadi, daftar spesies yang ada di dalam
sistem semacam itu dapat panjang sekali, meskipun jumlah jenis pada saat
tertentu di suatu habitat tertentu dapat diperkirakan sangat sedikit. Masukan
energi berbentuk air pasang arus, atau panas dapat menyebabkan tekanan atau
bantuan terhadap komunitas biotik, tergantung pada kehebatan dan
periodisitas masukan.
13
Gambar 2.8. Cape Cod Canal Estuaria Buatan Manusia
2. Ekosistem alam sangat dingin yang dipengaruhi oleh tekanan es.
Ekosistem alam sangat dingin yang dipengaruhi oleh tekanan es,
ditunjukkan oleh komunitas pada fyord glasial, daerah pasang surut
dipengaruhi salju musim dingin, dan komunitas bawah lapisan es pada pantai-
pantai sangat dingin. Pantai dan teluk-teluk sangat dingin (Antartika) terdiri
atas golongan khsuus ekosistem yang mendapat tekanan fisik, di mana cahaya
adanya hampir-hampir hanya pada musim panas yang sangat singkat dan
temperatur yang rendah sangat menyebabkan keterbatasan, seperti halnya es
yang secara fisik berderak-derak.
14
Gambar 2.9 Pantai Es Antartika
3. Ekosistem alam pada daerah pantai dengan jadwal musiman.
Ekosistem alam pada daerah pantai dengan jadwal musiman mencakup
banyak estuaria dan pantai laut beriklim sedang dari Amerika Utara, Eropa
dan Jepang, yang sudah ditelaah dengan baik sekali. Kebanyakan jenis
estuaria dari lembah sungai yang tenggelam, bentukan tanggul dan berbentuk
teluk-teluk yang terletak pada daerah beriklim sedang termasuk kedalam
kategori ini. Keteraturan perubahan musiman dalam produktivitas primer serta
aktivitas reproduksi dan perilaku binatang-binatang adalah khas sering kali
teratur, atau terprogram musiman oleh adanya fotoperiod atau periodisitas
bulan, atau kedua-duanya. Pasang surut, gelombang dan arus yang lebih
lembut pada cekungan-cekungan yang setengah tertutup lebih bersifat
menimbulkan subsidi energi daripada tekanan, sedangkan komunitas pada
selat-selat yang lebih dalam dan perairan lepas pantai sering mendapat
keuntungan dari masuknya bahan-bahan organik dan nutrien yang berasal dari
daerah dangkal yang subur. Estuaria daerah sedang secara alami subur tetapi
sangat mudah menderita kerusakan karena polusi, pengerukan, penanggulan,
dan perubahan-perubahan lain, yang kesemuanya itu biasa terjadi pada
15
kawasan yang sangat bersifat industri. Beberapa habitat yang menarik dan
penting dari estuaria daerah sedang mencakup genangan-genangan air pasang,
payau bergaram, tempat tumbuh rumput belut (Zostera), dasar rumput laut,
kep beds, terumbu tiram, dan rataan lumpur, yang padat dihuni oleh populasi
remis dan cacing laut.
4. Ekosistem alam pantai daerah tropika dengan keragaman tinggi.
Ciri khasnya, temperatur, salinitas, dan faktor-faktor tekanan fisik
lainnya rendah, sehingga banyak dari energi untuk keperluan adaptasi
dimanfaatkan guna penganekaragaman jenis dan perilaku organisasi, dan
tidak untuk menanggulangi antitermal. Seperti pada ekosistem daerah tropika
lainnya, wilayah ini berisi banyak macam spesies dan sejumlah besar
keragaman kimiawi di dalam spesies tersebut. Warna-warna cerah sering kali
berkaitan dengan sejarah hidup yang kompleks, pola perilaku yang rumit, dan
tingkat tinggi dalam simbiosis khas hidup bersama-sama. Dan lagi, teknologi
daerah sedang yang berakitan dengan monokultur tidak dapat diterapkan
dengan baik dalam pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis ekosistem ini.
Subsistem yang khas meliputi: rawa bakau dengan akar khasnya yang telah
terbiasa pada air asin dan lumpur anaerobik komunitas plankton pantai yang
mantap, didominasi oleh dinoflagelata yang telah terbiasa dengan intensitas
cahaya terang dan nutrien organik: dan padang rumput tropik di bawah air
dengan kekhasannya rumput penyu (Thalassia) dan ganggang bentik. Pada
perairan dangkal dimana intensitas cahaya tinggi, serta temperatur dan
salinitas seragam, seperti misalnya di Pasifik Selatan, terumbu karang sering
kali membentuk pulau berpenghalang hidup yang menyebabkannya setengah
tertutup sehingga memungkinkan perkembangan estuaria tropika.
16
5. Sistem-sistem baru yang timbul berkaitan dengan manusia.
Meskipun mendesaknya masalah pengurangan polusi pada estuaria
dan perlakuan sekunder maupun tertier atas limbah hampir-hampir telah
menjadi universal, namun agaknya estuaria di wilayah urban dan industri akan
tetap menanggung beban polusi. Oleh karenanya perlu sekali kita mengakui
adanya kategori khusus estuaria yang memperkembangkan adaptasinya
terhadap limbah buatan manusia. Masalah ini perlu ditelaah secara hati-hati,
agar dapat ditentukan batas-batas toleransi dan pengurangan organisme, serta
menggalakkan mekanisme biologi yang dapat membantu manusia dalam
perlakuan limbah (waste treatment). Estuaria memiliki kapsitas yang berbeda-
beda untuk menangani bahan yang degradable tergantung pada luasnya
sistem, pola aliran, jenis estuaria, dan daerah iklimnya. Bahan-bahan seperti
limbah pembuangan air dan pabrik pulp yang telah mendapat perlakuan,
limbah makanan laut dan hasil pemrosesan makanan, limbah minyak tanah
dan buangan pengerukan dapat terurai dan tersebar, kecuali bila:
1. Sistem tersebut juga tidak tertekan oleh adanya racun (insektisida, acid,
dll)
2. Kecepatan masukan diatur antara rendah sampai sedang, dan tidak terjadi
kejutan yang mendadak, yang terjadi karena penumpukan besar-besaran
secara periodik.
Jadi, polusi minyak dan panas dalam tingkat rendah dapat ditahan oleh suatu
sistem yang sudah terbiasa, tetapi ceceran minyak secara besar-besaran
merupakan bencana terutama bagi organisme besar seperti ikan dan burung.
Dari semua perubahan buatan manusia, pemotong hubungan langsung dengan
laut bebas mungkin memberikan akibat yang paling besar. Perlu diingat
bahwa air yang terkurung merupakan ekosistem yang lain sama sekali,
sesuatu yang hampir-hampir tidak mempunyai kemampuan alami untuk
memberi perlakuan atas limbah.
17
2.3 Biota dan Produktifitasnya Pada Estuaria
Secara khusus, komunitas estuaria terdiri dari campuran antara jenis-jenis
endemik (yaitu jenis yang terbatas pada zona estuaria) dan jenis-jenis yang datang
dari laut, ditambah sedikit jenis-jenis yang mempunyai kemampuan osmoregulasi
untuk menembus ke arah atau dari lingkungan air tawar. Biota estuaria hypersaline
pun berasal dari laut dan sama sekali bukan berasal dari danau yang bergaram di
daratan dan mata air asin danau bergaram di daratan dan mata air dengan salinitas
tinggi.
Populasi makanan laut merupakan contoh yang baik untuk campuran antara
jenis endemi dan jenis laut. Misalnya, spotted sea trout (Cynoscion nubulosus) pada
umumnya terbatas pada estuaria, sedangkan menhaden (Brevoortia sp.) terdapat
estuaria kebanyakan pada masa mudanya (juvenile stage). Demikian pula kebanyakan
jenis-jenis komersial seperti tiram dan kepiting terutama bersifat estuaria, sedangkan
beberapa jenis udang yang dilepas pantai, dan masuk ke estuaria sebagai larva, seperti
diperlihatkan dalam bagan daur hidup pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Daur ehidupan udang yang menggunakan estuaria sebagai asuhan
18
Kenyataannya memang biasa sekali bagi nekton pantai menggunakan estuaria
sebagai tempat asuhan di mana yang muda-muda yang sedang tumbuh dapat
memanfaatkan perlindungan dan melimpahnya makanan. Karena manusia sering kali
memanen jenis-jenis semacam itu di lepas pantai, sejarah hidup yang sangat penting
dan hubungan energetiknya dengan estuaria yang berdekatan tidak selalu dikendaki.
Ikan-ikan seperti salmon dan belut juga tergantung pada estuaria, mungkin sebagai
tempat tinggal selama jangka waktu tertentu, saat mereka melakukan migrasi dari air
asin ke air tawar.
Ketergantungan pada sedemikian banyak perikanan komersial penting pada
perairan estuaria merupakan salah satu alasan ekonomi yang utama untuk
melestarikan habitat ini. Bagian dari tempat asuhan yang paling produktif. Dengan
demikian juga paling penting adalah daerah pasang surut dan perairan dangkal yang
berbatasan dengannya, yang tentu saja paling pertama akan mengalami kerusakan
akibat perencanaan buruk yang dipaksakan oleh manusia (Gambar 2.11). Penyekatan
atau bulkhading merusak bagian yang paling penting dari tempat asuhan estuaria.
Gambar 2.11. Penyekatan atau Bulkheading oleh Manusia
19
Secara umum biota estuaria memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
Hewan
Spesies endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai
macam kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan.
Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa
spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.
Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke
sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.
Tumbuhan
Tumbuhan Lamun (sea grass) dan mangrove
Algae makro (sea weeds) yang tumbuh di dasar perairan.
Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada
daun lamun.
Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai tiga
tipe adaptasi (Kennish, 1990). yaitu :
1. Adaptasi morfologis
Organisme yang hidup di Lumpur memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk
menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh
partikel Lumpur.
2. Adaptasi fisiologis
Berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam
menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.
3. Adaptasi tingkah laku
Pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya invertebrata
20
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang
penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang penting adalah
sebagai berikut:
1. Salinitas
Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada
masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini
menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan
biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak
menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
2. Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari
sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar
partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan
organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi
organisme estuaria.
3. Sirkulasi air
Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut
melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang
bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam
air.
4. Pasang-surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di
samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan
limbah yang sampai di estuaria
21
5. Penyimpanan zat hara
Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan
lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya
sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani
Ciri khasnya, estuaria cenderung lebih produktif daripada laut maupun
pembuangan air tawar. Faktor-faktor yang mempengar produktivitas tinggi sebagai
berikut ( E.P. Odum, 1961; schelske dan Odum, 1961):
1. Estuaria adalah suatu perangkap nutrien (nutrient trap)
Seperti pada terumbu kaarang, penyimpanan dan pendaurulangan nutrien oleh
bentos secara cepat, pembentukan satuan-satuan organik dan detritus, dan perolehan
kembali nutrien dari endapan dalam oleh aktivitas mikroba dan akar tumbuh-
tumbuhan yang menembus ke dalam serta binatang-binatang penggali, telah
menciptakan semacam sistem penyuburan sendiri.
2. Estuaria mendapat keuntungan dari keragaman jenis produsen yang
terprogram untuk berfotosintesis sepanjang tahun.
Estuaria sering kali memiliki semua tiga jenis produsen yang menguasai dunia,
yaitu makrofit (ganggang, rumput laut dan rumput di paya-paya), mikrofit bentik, dan
fitoplankton. Pada tempat ini, rumput payau bergaram Spartina alterniflora (Gambar
2.12) merupakan produsen utama, detritus rumput yang diperkaya oleh mikroba
memberi pakan pada konsumen di anak-anak sungai dan selat. Peranan ini dapat
digantikan oleh rumput belut (Zostera) atau ganggang laut pada perairan yang lebih
dingin, dan oleh rumput penyu (Thalassia dan genus yang berhubungan) pada
perairan hangat. Yang terakhir ini memberi sumbangan yang penting pada goba
subtropika dan tropika.
22
Gambar 2.12 Rumput Payau Bergaram Spartina Alterniflora
3. Gerakan pasang surut dalam menimbulkan suatu ekosistem dengan
permukaan air berfluktuasi yang tersubsidi
Pada umumnya semakin tinggi amplitudo pasang surut semakin besar pula
potensi berproduksi, asal arus yang terjadi tidak terlalu abrasif. Gerakan air maju-
mundur melakukan kerja lumayan besar, dengan membuang limbah dan membawa
makanan serta nutrien, sehingga organisme dapat mempertahankan eksistensi
sessile-nya yang tidak memerlukan banyak pengeluaran energi metabolisme untuk
mengeluarkan energi metabolisme untuk mengeluarkan kotoran badan dan
mengumpulkan makanan. Pada kecepatan berapa arus berubah dari bersifat bantuan
menjadi tekanan, tidak begitu diketahui seperti yang seharusnya.
23
2.4 Ekosistem Mangrove
Lingkungan estuary merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta
hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah tropis seperti di Indonesia , lingkungan
estuary umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove.
Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran
salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove inilah kita akan menemukan berjuta
hewan yang hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini.
Gambar 2.13 Ekosistem Mangrove
Mangrove merupakan bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan
delta yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Dengan demikian, mangrove
merupakan suatu ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Mangrove
akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif jika tumbuh pada kondisi
lingkungan yang sesuai. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga
dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, atau hutan payau. Hutan mangrove
ditemukan tersebar hampir di setiap propinsi di Indonesia, dengan luas yang
berbeda-beda.
Pada ekosistem mangrove umumnya terdapat dua tipe rantai makanan yaitu
rantai makanan langsung dan rantai makanan detritus. Di ekosistem mangrove,
rantai makanan untuk biota perairan adalah rantai makanan detritus. Detritus
24
diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian mengalami
penguraian (dekomposisi) oleh amphipoda dan kepiting dan berubah menjadi
partikel kecil yang dilakukan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dan
penggunaan ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam
detritivor (Odum dan Heald, 1975). Diawali dengan invertebrata meiofauna dan
diakhiri dengan suatu spesies semacam cacing, moluska, udang-udangan dan
kepiting yang selanjutnya dalam siklus dimangsa oleh karnivora tingkat rendah.
Rantai makanan diakhiri dengan karnivora tingkat tinggi seperti ikan besar, burung
pemangsa, ular, atau manusia.
Gambar 2.14 Siklus Rantai Makanan dalam Ekosistem Mangrove
Fauna yang terdapat di ekosistem mangrove merupakan perpaduan antara
fauna ekosistem terestrial, peralihan, dan perairan. Fauna terestrial kebanyakan
hidup di pohon mangrove, sedangkan fauna peralihan dan perairan hidup di batang,
akar mangrove dan kolom air Gambar 2.15
25
Gambar 2.15 Fauna dalam Hutan Mangrove
Hutan mangrove sangat bermanfaat baik secara ekologis dan ekonomis.
Adapun beberapa fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah sebagai
berikut :
Fungsi ekologis :
• pelindung garis pantai dari abrasi,
• mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,
• mencegah intrusi air laut ke daratan,
• tempat berpijah aneka biota laut,
• tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia,
reptil, dan serangga,
• sebagai pengatur iklim mikro.
2. Fungsi ekonomis :
• penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,
bahan makanan, obat-obatan),
• penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,
penyamak kulit, pewarna),
• penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung,
• pariwisata, penelitian, dan pendidikan.
26
2.5 Potensi Produksi Makanan Pada Estuaria
Estuaria yang berpotensi produktivitas tinggi kadang-kadang tidak dihargai
oleh manusia, sering kali manusia menggolongkannya sebagai wilayah tak
berharga hanya cocok untuk menumpuk bahan limbah, atau hanya berguna bila
dikeringkan atau ditimbun dan diubah untuk dimanfaatkan sebagai daratan.
Padahal sesungguhnya estuaria menyimpan berbagai potensi bahan makanan yang
bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Ada dua contoh untuk menggambarkan potensi produksi makanan laut di
estuaria yang sedikit banyak dibiarkan dalam keadaan alami. Menurut Hopkins
dan Andrews (1970), kijing yang bernilai komersial Rangia cuneata memproduksi
2900 kg danging per ha dan 13900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di
Texas. Andai kata 2 kkal per gram berat basah, hasil ini berarti sekitar 580 kkal
per m2, atau sebanding dengan hasil ikan dari kolam buatan yang dikelola dan
dipupuk paling intensif tentu saja dengan mengingat bahwa tempat pemeliharaan
kijing memerlukan masukan energi dari perairan yang berdekatan.
Budidaya tiram dengan rakit seperti diterapkan di Jepang, dapat
meningkatkan lima sampai sepuluh kali dari penenan yang diperoleh dari populasi
liar. Tetapi jenis budidaya semacam ini, di mana tiram digantung pada tali pada
rakit yang terapung memerlukan banyak sekali tenaga tangan manusia. Menurut
Bardach (1968), rakit seluas 500m2 pada estuaria tempat pemeliharaan tiram yang
terbaik dapat menghasilkan 4 metrik ton (berat basah) daging tiram bercangkang
setiap tahun. Kelihatannya, rakit-rakit ini dapat menempati seperempat luas air
pada teluk yang terlindung tanpa menimbulkan pencemaran pada dirinya sendiri,
sehingga dapat menghasilkan makanan berprotein sebanyak 2000 kkal per m2
27
setiap tahun. Burukawa (1968), dalam suatu tinjauan sejarah dan teknik budidaya
tiram di Jepang melaporkan bahwa metode rakit kini sebenarnya sudah
menggantikan metode-metode lain dalam budidaya kerang-kerangan di negeri
tersebut. Produksi daging kerang di Teluk Hiroshima saja meningkat dari 20 ribu
ton (berat basah) pada tahun 1950 menjadi 240 ribu ton pada tahun 1965, yang
terakhir ini lebih besar dari jumlah hasil panenan tiram alami di seluruh Jepang.
Sebelum mulai dengan menghitung-hitung angka di atas untuk mengetahui
berapa banyak dapat dihasilkan daging tiram dari estuaria di seluruh dunia,
hendaknya diingat bahwa panenan setempat yang sedemikian intensif tergantung
pada berapa luas perairan yang berdampingan dengan tempat tersebut. Oleh
karenanya, peternakan tiram harus dipisah-pisah dan kerapatannya harus diatur,
jika kemampuan produksi alami dan penggunaan lain estuaria tidak mau rusak
karena terlalu banyak hal-hal yang baik. Asal saja kita berpegang pada harapan
hasil panen dalam batas-batas kewajaran ekologi, budidaya tiram dan kerang-
kerangan lain dengan rakit merupakan cara yang bijaksana untuk memanen
produktivitas alami estuaria. Karena tiram bersifat rentan terhadap pencemaran,
penanaman modal secara ekonomi dalam budidaya semacam itu juga berarti
mencegah pencemaran.
Peternakan tiram di Amerika Serikat ada pasang surutnya. Dahulu bisnis
yang berkembang dengan cepat di banyak tempat, pencemaran, pengerukan dan
penimbunan, dan penipisan persediaan “benih” adalah segala-galanya, namun
merupakan industri yang memusnahkan. Ketika populasi manusia di dunia
menderita kekurangan protein, perhatian akan budidaya rakit gaya Jepang untuk
memelihata kerang-kerangan, dan budidaya kolam untuk udang dan ikan ( yang
28
juga berkembang baik di Jepang maupun negara-negara timur lainnya; lihat
Hickling, 1962) tidak diragukan lagi meningkat di negeri ini.
Untuk menyadari potensinya, kita harus menyadari pentingnya dua faktor :
(1) Perusakan estuaria secara fisik harus dihentikan dan kemampuan biologinya
dipulihkan dengan mengurangi pencemaran.
(2) perlu di ingat bahwa peternakan di estuaria tidak hanya didasarkan pada
prinsip-prinsip yang sama sekalin berbeda dengan peternakan pada tanah kering,
tetapi pertimbangan juga harus diberikan pada penggunaan lain yang mungkin
bertentangan dengan praktek budidaya laut.
Jadi, tidak seperti ladang jagung, suatu estuaria harus mengacu pada
pemanfaatan lain selain menghasilkan makanan yaitu rekreasi, navigasi, dll. Satu
hal yang terpenting peternakan laut atau estuaria tidak dianjurkan untuk dikerjakan
oleh orang atau kelompok yang tidak berpengalaman atau tidak terlatih.
29
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang penting dalam
ekologi estuaria adalah sebagai berikut :
1. Estuaria merupakan perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan
laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut.
2. Secara umum pengklasifikasian estuaria dibedakan menjadi tiga yaitu pertama
berdasarkan geomorfologi, yang kedua berdasarkan siklus dan stratifikasi air,
dan yang ketiga berdasarkan keaktifan sistem.
3. Estuaria mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar, sehingga estuaria
menyimpan berjuta keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup pada
lingkungan perairan ini adalah hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran
salinitas tersebut. Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuaria
merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur
terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton.
4. Estuaria sangat berpotensi produktivitas tinggi terhadap kesediaan bahan
makanan asalkan lingkungan estuaria ini diolah dan ditangani secara benar.
Perusakan estuaria secara fisik harus dihentikan dan kemampuan biologinya
dipulihkan dengan mengurangi pencemaran.
30