29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembicaraan tentang profesionalisme guru saat ini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh banyak kalangan, mutu pendidikan Indonesia dianggap masih rendah karena beberapa indikator antara lain: Pertama, lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh di lembaga pendidikan belum memadai untuk digunakan secara mandiri, karena yang terjadi di lembaga pendidikan hanya transfer of knowledge semata yang engakibatkan anak didik tidak inovatif, dan tidak kreatif, bahkan tidak pandai dalam menyiasati persoalan-persoalan di seputar lingkungannya. Kedua, Peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index) masih 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PTK

Citation preview

I

PAGE

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPembicaraan tentang profesionalisme guru saat ini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh banyak kalangan, mutu pendidikan Indonesia dianggap masih rendah karena beberapa indikator antara lain: Pertama, lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh di lembaga pendidikan belum memadai untuk digunakan secara mandiri, karena yang terjadi di lembaga pendidikan hanya transfer of knowledge semata yang engakibatkan anak didik tidak inovatif, dan tidak kreatif, bahkan tidak pandai dalam menyiasati persoalan-persoalan di seputar lingkungannya. Kedua, Peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index) masih sangat rendah, demikian pula mutu akademik sekolah di Indonesia. Menurut data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei Indonesia berada pada peringkat 111 dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang berada di peringkat 108. Mutu akademik di bidang IPA, Matematika dan Kemampuan Membaca sesuai hasil penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2003 menunjukan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA Indonesia berada pada peringkat 38, untuk Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat 39 (Octavianus: 2007) Keempat, sebagai konsekuensi logis dari indikator-indikator diatas adalah penguasaan terhadap IPTEK dimana kita masih tertinggal dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.Guru akhirnya menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan sebuah perjuangan sekaligus komitmen untuk meningakatkan kualitas guru yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi profesi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana S1 atau D4. Sedangkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dengan sertifikat profesi, yang diperoleh setelah melalui uji sertifikasi lewat penilaian portofolio (rekaman kinerja) guru, maka seorang guru berhak mendapat tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok (Dirjen PMPTK, 2007). Intinya, Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Persoalannya sekarang, bagaimana persepsi guru terhadap uji sertifikasi? Bagaimana pula kesiapan guru untuk menghadapi pelaksanaan sertifikasi tersebut ? dan adakah suatu garansi bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru akan lebih bermutu? Bagaimana agar sertifikasi bisa meningkatkan kualitas kompetensi guru?" Analisa terhadap pertanyaan-pertanyaan ini mesti dikritisi sebagai sebuah feed back untuk pencapaian tujuan dan hakekat pelaksanaan uji sertifikasi itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan sertifikasi guru, maka dapat kita kaitkan dengan certification seorang untuk memangku sertifikasi guru, maka sertifikasi yang dipahami di lingkungan pendidikan sampai saat ini dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar yang menunjukkan bahwa pemegangnya memiliki kompetensi mengajar dalam mata pelajaran, jenjang, dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (P3TK Depdiknas, 2003). Secara lebih konkrit, sertifikasi guru adalah tanda bukti kewenangan mengajar, Sebagai salah satu bentuk pengakuan resmi, maka dalam melaksanakan program sertifikasi guru seyogianya memiliki suatu standar tertentu yang merupakan kompetensi minimal yang harus dimiliki lulusannya, yaitu suatu standar yang ditetapkan bersama oleh LPTK dan kelompok profesi yang akan memakai lulusan tersebut.Sistem sertifikasi guru sebagai unsur penjaminan mutu mutlak memerlukan sistem penilaian yang akurat, cepat, hemat biaya, efektif dan bersifat memberdayakan. Pengembangan itu harus bertitik tolak juga kepada kecenderungan munculnya standar kompetensi guru dan hirarki kompetensi menurut pengklasifikasian guru menjadi Standar Kompetensi. Sertifikasi Guru merupakan proses pengujian kompetensi sebagai dasar pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Sertifikasi guru diperoleh melalui uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan terakreditasi atau lembaga sertifikasi Profesi. Dengan demikian tujuan sertifikasi guru adalah untuk menentukan kelayakan seorang guru. Peserta sertifikasi guru terdiri atas para guru sebidang atau serumpun yang telah memiliki sertifikasi guru sebagai profesi. Guru yang ingin mengikuti sertifikasi guru diwajibkan untuk mendaftarkan diri dengan menyerahkan berkas persyaratan administratif kepada penyelenggara uji kompetensi. Kemudian peserta mengikuti uji kompetensi untuk semua mata uji yang diwajibkan sesuai dengan standar kompetensi guru. Bila peserta memenuhi persyaratan kelulusan yang telah ditetapkan, kepada yang bersangkutan diberikan sertifikat kompetensi guru.

Untuk menindaklanjuti permasalahan di atas maka dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji lebih lanjut melalui studi empiris dengan menetapkan judul: Tinjauan tentang pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2012/2013B. Rumusan MasalahSesuai dengan latar belakang masalah di atas maka peneliti dapat menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2012/2013?2. Apakah problematika pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2012/2013?3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun terhadap kinerja guru?C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan fokus penelitian dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui problematika pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2012/2013.3. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan sertifikasi guru di Gugus 08 Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun terhadap kinerja guru.D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya ilmu manajemen kepala sekolah, kurikulum dan kesiswaan

2. Hasil penelitan ini akan memberikan gambaran tentang efektivitas supervisi terhadap kinerja guru3. Lebih lanjut lagi, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan serta bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti yang lainya dalam melaksanakan penelitian sejenis di masa yang akan datang. E. Landasan Teori

Profesionalisme guru merupakan tuntutan kerja seiring dengan perkembangan sains teknologi dan merebaknya globalisme dalam berbagai sektor kehidupan. Suatu pola kerja yang diproyeksikan untuk terciptanya pembelajaran yang kondusif dengan memperhatikan keberagaman sebagai sumber inspirasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidikan secarasubstantif memegang peranan tidak hanya melakukan pengajaran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga dituntut untuk mampu memberikan bimbingan dan pelatihan. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ditegaskan pada pasal 39 asi, pengelolaan, pengembangan, pelayanan dalam satuan pendidikan, juga sebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses serta menilai hasil pembelajaran, bimbingan dan pelatihan. Sebagaimana pengertian profesional yang terdapat dalam UU Guru dan Dosen dapat seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan.Sementara prinsip profesionalitas guru dan dosen UU No.14 tahun 2005 pasal 7 ayat 1, merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut; 1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; 2) Memiliki kualifikasi akademik atau atar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 4) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 5) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 6) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 7) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan 8) Memiliki organisasi profesi yang mempunyaikewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Secara akademis, seorang guru profesional ia memiliki keahlian atau kecakapan akademis atau dalam bidang ilmu tertentu; cakap mempersiapkan penyajian materi (pembuatan silabus; program tahunan, program semester) yang akan menjadi acuan penyajian; melaksanakan penyajian materi; melaksanakan evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan; serta mampu memperlakukan siswa secara adil dan secara manusiawi. Berdasarkan berbagai kajian di atas, ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru profesional, yaitu : 1) Merencanakan pembelajaran,melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status social ekonomi perserta didik dalam pembelajaran; 4) Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan 5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Tuntutan terhadap guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan sains, teknologi dan seni merupakan tuntutan profesi, sehingga guru dapat senantiasa menempatkan diri dalam perkembangannya. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi akibat kemajuan teknologi yang memberikan banyak peluang untuk setiap orang menjadi guru bagi dirinya sendiri, artinya ia bisa mengakess aneka jenis informasi sebagai pengetahuan baru. Guru lebih diposisikian sebagai partner belajar, memfasilitasi belajar siswa sesuai dengan kondisi setempat secara kondusif. Dalam kerja profesional, guru dituntut untuk bisa melayani siswa sebagai subyek belajar dan memperlakukannya secara adil, melihat keberbedaan sebagai keberagaman pribadi dengan aneka potensi yang harus dikembangkan. Maka hubungan antara guru dengan siswa merupakan pola hubungan yang fleksibel, ada kalanya guru menempatkan diri sebagai patner belajar siswa, saat yang lain sebagai pembimbing, dan berposisi sebagai penerima informasi yang belum diketahuinya. Di inilah pembelajaran berlangsung dalam sebuah orkestrasi pembelajaran yang melihat segala sesuatu di sekitar guru sebagai pembelajar potensi untuk mencapai kesuksesan belajar . Ukuran kesuksesan kerja profesional bagi seorang guru dapat dilihat dari target yang ingin dicapai dalam pembelajaran, serta kemampuan mengoptimalkan fasilitas belajar dan kondisi setempat. Persiapan pembelajaran menjadi sesuatu yang wajib dikerjakan, dan pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak kepada persiapan yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi setempat atau kelas yang berbeda. Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif, emosional, sosial dan spiritual siswa, sesuatu yang vital untuk bisa melihat kelebihan atau keunggulan yang terdapat dalam diri anak. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan menemukan aktualisasi sehingga tumbuh rasa percaya diri.Secara implikatif sikap profesionalisme, guru dibutuhkan dalam upaya strategis untuk terlaksana dan tercapainya tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang dimulai dari implikasi dalam kelas. Lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang berlangsung dalam sekolah. Suatu sistem yang mencerminkan amanat Undang- Undang untuk memanusiakan manusia, terciptanya pendidikan yang demokratis dan berwawasan kebangsaan. Berkembangnya potensi manusia Indoensia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tanpa lupa mengembangkan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotriknya.

INTASC, sebuah organisasi yang didirikan sebagai respon terhadap meningkatnya kesadaran tentang pentingnya pengetahuan profesionalisme dalam pengajaran dan bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru-guru pemula, mengembangkan 10 prinsip penting profesionalisme guru, yaitu:1. Penguasaan terhadap mata pelajaran yang diampu. Seorang guru seharusnya memahami konsep-konsep dasar, instrumen-instrumen untuk menguji, dan struktur-struktur dari mata pelajaran yang diajarkan, serta dapat menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat membuat seluruh aspek mata pelajaran menjadi bermakna bagi para muridnya.

2. Penguasaan terhadap belajar dan perkembangan manusia. Para guru memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang, dan dapat menyediakan kesempatan-kesempatan belajar yang mendukung perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosi, dan spiritual mereka.

3. Penguasaan strategi pengajaran. Para guru memahami dan menggunakan strategi pengajaran yang bervariasi untuk mendorong perkembangan berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan keterampilan-keterampilan penting murid-muridnya.

4. Adaptasi strategi pengajaran. Para guru memahami bagaimana para siswa berbeda dalam pendekatan-pendekatannya ketika belajar sehingga mereka menciptakan strategi-strategi pengajaran yang sesuai dengan keragaman siswanya.

5. Motivasi dan manajemen. Para guru menggunakan pemahaman perilaku dan motivasi individu maupun kelompok untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang mendorong interaksi sosial yang positif, keterlibatan yang aktif dalam belajar, dan motivasi diri.

6. Keterampilan komunikasi. Para guru menggunakan komunikasi verbal, nonverbal, dan media yang efektif untuk mengembangkan penyelidikan, kolaborasi, dan interaksi yang saling mendukung di dalam kelas.

7. Perencanaan. Para guru merencanakan pengajaran berdasarkan pengetahuan mereka tentang mata pelajaran, murid, komunitas, dan tujuan-tujuan kurikulum.

8. Asesmen. Para guru memahami dan menggunakan strategi-strategi asesmen yang formal maupun informal untuk mengevaluasi dan memastikan perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosi, dan spiritual para murid.

9. Komitmen. Guru adalah seorang praktisi yang selalu merefleksikan dan mengevaluasi secara terus menerus pengaruh-pengaruh dari pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya terhadap orang lain (murid, orangtua, dan profesional lain dalam komunitas pembelajaran), dan selalu aktif mencari kesempatan-kesempatan menumbuhkan profesionalismenya.10. Kemitraan. Para guru mengembangkan hubungan-hubungan dengan rekan profesi, orangtua, dan pihak-pihak lain dalam komunitas yang lebih luas untuk mendukung belajar dan kesejahteraan murid-muridnya.F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan sertifikasi guru di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun sehingga objek penelitiannaya adalah guru di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilakukan secara natural atau alamiyah, apa adanya, dalam situasi formal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisi serta menekankan pada penggambaran dan pemamaparan data sebaran alami sehingga dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.2. Kehadiran Peneliti

Sehubungan jenis pedekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan seskriptif kualitatif maka keterlibatan penelitian sangat mutlak diperlukanDalam hal ini peneliti berberan sebagai instrumen utama atau sesuai partisipan penuh baik sebagai peneliti ataupun sebaga alat pengumpul data dimana insttrumen lain yang muncul dalam penelitan ini hanya bersifat sebagai pendukung saja.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Dalam kaitannya dengan lokasi penelitian ini, peneliti memilih Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun sebagai lokasi penelitian dengan berbagai macam pertimbangan diantarnya adalah Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun selalu melaksanakan program-program pningkatan kinerja guru secara berkala dan berkesinambungan 4. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sehingga dalam hal ini terdapat dua sumber data, yaitu sumber data utama dan sumber data pendukung. Dalam penelitian kualitatif, kata-kata dan tindakan merupakan sumber data umum Yang dimaksud dengan kata-kata dan tindakan disini adalah kata-kata serta tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi guru di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun akan menjadi Sumber data utama ialah: Kepala Sekolah, Guru bersertifikasi, Guru belum bersertifikasi, tentang pelaksanaan sertifikasi guru di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.Selain itu, dokumen-dokumen dan arsip-arsp yang dianggap penting bagi penelitian ini juga akan menajdi sumber data pendukung. 5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian dengan pendekatan-pendekatan kualitatif, pengumpulan data menggunakan interview, observasi dan dikumentasi.1. Wawancara (interview)Wawancara merupakan teknik komunikasi antar interviewer dan interview. Ada beberapa syarat bagi seorang interviewer misalnya responsive, tidak subjektif, menyesuaikan diri dengan responden dan pembicaraannya harus terarah.

Selain itu ada juga beberapa hal yang harud dilakukan interviewer pada saat malaksanakan wawancara, yaitu jangan memberikan kesan negatif, mengusahakan pembicaraan bersifat berkelanjutan, jangan terlalu sering membawa responden kemasa lalu, memberi pengertian kepada responden tentang pentingnya informasi mereka dan jangan mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal.Dalam penelitian kualitatif ini in-depth interview (interview mendalam) yang bersifat fleksibel, tidak terikat dapat dilakukan dalam situasi informal, dan dapat dilakukan secara berulang-ulang diterapkan. Peneliti tidak dapat memberikan partanyaan yang mendetail untuk mendapatkan data yang signifikan dalam penelitian semacam ini.

2. Observasi

Pengamatan (observation) merupakan cara yang sangat baik untuk meneliti tingkah laku manusia. Dalam melakukan pengamatan sebaiknya peneliti sudah memahami terlebih dahulu pengertian-pengertian umum dari objek penelitiannya. Apabila tidak maka hasil pengamatannya menjadi tidak tajam.

Penelitian ini menggunakan direct observation (observasi langsung) karena jenis observasi ini dapat dilakukan baik secara formal ataupun informal untuk mengatahui pelaksanaan sertifikasi guru di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. 3. DokumentasiMetode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah arsip-arsip atau semua sumber yang berasal dari non manusia yang berhubungan dengan pelaksanaan sertiikasi guru di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. 6. Analisa Data

Analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang harus dilewati oleh seorang peneliti dalam lingkup penelitiannya. Adapun urutannya setelah tahap pengumpulan data, data analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif berbentuk interactive analysis (analisa interaktif).Dalam kaitannya dengan bentuk data analisis ini, Miles dan Huberman menyatakan bahwa terdapat tiga kegiatan inti dalam data analisis ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Ketiga langkah tersebut haruslah dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam reduksi data ini peneliti akan memilah-milah jenis data sesuai dengan kelompoknya untuk memudahkan penyajian. Setelah reduksi data ini selesai maka peneliti akan terus melakukan presentasi data dimana data yang diperoleh akan dianalisa untuk mendapatkan suatu nilai penelitian. Setelah data selesai, peneliti akan memverivikasi data atau menarik kesimpulan dari data yang sudah disajikan.7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk mendapatkan keabsahan data yang akurat, maka diperlukan teknik pemeriksaan data tepat. Terkait dengan hal ini, terdapat empat kriteria, yaitu (1) derajad kepercayaan (credibility), (2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan (depandability), dan (4) kepastian (confirmability).8. Tahapan-tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang dilakukan peneliti secara berurutan dan terencana. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra lapanganDalam tahapan ini peneliti menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang maslah dan alasan pelaksanaan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan pengecekan kebenaran data. 2. Tahap Pengerjaan PenelitianDalam tahapan pekerjaan penelitian, peneliti harus memahami situasi dan kondisi lapangan penelitiannya. Penampilan fisik serta cara berperilaku hendaknya menyesaikan dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat-istiadat setempat. Agar dapat berperilaku demikian sebaiknya harus memahami betul budaya setempat. 3. Tahap analisa data Sehubungan dengan jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian kualitatif maka analisa data sudah dilakukan semenjak data diperoleh di lapangan.4. Tahap Laporan

Laporan penelitian ini akan disusun sacara sistematis dalam sebuah bentuk tesis.G. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini akan berbentuk tesis yang akan disusun ke dalam lima bab. Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

Bab Pertama meupakan pendahuluan yang berisi pokok-pokok pikiran, yaitu latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan Bab kedua Kajian pustaka menjelaskan tentang profesionalisme guru Bab ketiga membahas tentang penelian yang meliputi deskripsi data tentang sertifikasi guru

Bab keempat adalah pembahasan meliputi analisis kajian perspektif tentang pelaksanaan sertifikasi guru di Kecamatan Wungu Kabupaten MadiunBab kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran .

Verifikasi

Presentasi Data

Reduksi Data

Pengumpulan

Data

1PAGE 19