6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri masih banyak dijumpai di Indonesia, bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada manusia antara lain adalah Shigella dysenteriae. Shigella dysenteriae merupakan bakteri penyebab infeksi terutama di daerah saluran pencernaan, bakteri ini memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas dan mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan syaraf pusat. Eksotoksin merupakan enteroktoksin yang dapat menimbulkan diare (Jawetz et al., 2005) yang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, penyakit disentri menduduki peringkat pertama sampai ke empat. Disentri berat umumnya disebabkan oleh S. 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Shigella dysentriae

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri masih banyak dijumpai di Indonesia, bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada manusia antara lain adalah Shigella dysenteriae. Shigella dysenteriae merupakan bakteri penyebab infeksi terutama di daerah saluran pencernaan, bakteri ini memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas dan mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan syaraf pusat. Eksotoksin merupakan enteroktoksin yang dapat menimbulkan diare (Jawetz et al., 2005) yang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, penyakit disentri menduduki peringkat pertama sampai ke empat. Disentri berat umumnya disebabkan oleh S. dysenteriae (Zein et al., 2004). Sebagian besar kasus infeksi Shigella terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun (Jawetz et al., 2005) dan kelompok yang paling rentan terinfeksi adalah anak-anak usia 1-4 tahun (Radji, 2011).Umumnya, infeksi dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Antibiotik pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae diantaranya yaitu siprofloksasin, norfloksasin, dan azitromisin (ISFI, 2008). Akan tetapi, penggunaan antibiotik secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi (Tjay & Rahardja, 2007). Dengan adanya kasus resistensi tersebut maka perlu dilakukan pencarian obat baru yang relatif aman sebagai pengobatan alternatif. Pemanfaatan herbal merupakan salah satu solusi terhadap masalah tersebut.Baru-baru ini ekstrak tanaman telah dimanfaatkan sebagai sumber produk alami sebagai obat alternatif untuk pengobatan penyakit menular (Achryya et al., 2010). Salah satu sumber antibakteri alami adalah tanaman kedelai (Glycine max L. Merill). Komponen kimia yang dapat digunakan sebagai sumber obat antibakteri salah satunya adalah minyak atsiri. Minyak atsiri pada tanaman kedelai mengandung isoflavon yang merupakan golongan flavonoid, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mirzoeva et al. (1997), flavonoid memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. Coli dan Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian potensi antibakteri dari ekstrak etanol daun kedelai spesies Glycine max L. Merill terhadap Shigella dysentriae.

1.2 Identifikasi MasalahAdapun masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang tersebut adalah:1. Apakah metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kedelai?2. Apakah ekstrak etanol daun kedelai memiliki aktivitas antibakteri terhadap Shigella Dysentriae ATCC?3. Berapakah konsentrasi hambat tumbuh minimum dan konsentrasi tumbuh minimum ekstrak etanol daun kedelai terhadap Shigella dysentriae ATCC 13313?

1.3Tujuan penelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder, aktivitas antibakteri, konsentrasi hambat tumbuh minimum dan konsentrasi bakterisidal minimum ekstrak etanol serta kandungan kimia dalam ekstrak etanol daun kedelai (Glycine max (L.) Merill) terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.

1.4Kegunaan PenelitianKegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah mengenai ekstrak etanol daun kedelai sebagai antibakteri terhadap Shigella dysentriae ATCC 13313.

1.5Metode PenelitianAdapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Pengumpulan bahan dan determinasi daun daun Kedelai (Glycine max (L.) Merill).2. Ekstraksi simplisia daun kedelai.3. Pemeriksaan kualitas ekstrak meliputi penetapan kadar air, penapisan fitokimia dan profil kromatografi ekstrak.4. Uji konfirmasi bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.5. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kedelai terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.6. Uji konsentrasi hambat tumbuh minimum dan konsetrasi bunuh minimum ekstrak etanol daun kedelai terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.

1.6Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Farmasi dan Laboratorium Farmasi Bahan alam Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran dari bulan Januari sampali Juni 2015.2