5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat dan merupak penyebab utama morbiditas dan kematian anak di negara berkembang, seperti Indonesia. Menurut data, pneumonia, diare dan malaria masih menjadi penye utama kematian anak secara global, mengklaim kehidupan sekitar 6. balita setiap hari (UNI!", #0$%&. Menurut World Health Organization (' )&, penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi ti lembek sampai mencair dan bertambahnya *rekuensi buang air besar yang leb dari biasa, yaitu % kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijump anak balita, terutama pada % tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak mengalami $+% episode diare berat ( imatupang, #00-&. i dunia terdapat $,/ juta kasus penyakit diare per tahunnya. Penya diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak diba ah usia 1 tahun da bertanggung ja ab akan kematian /60.000 anak setiap tahunnya (' ), #0$%&. Millenium Development Goals (M 2s& atau targetpembangunan millennium adalah tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun #0$1 . Untuk Indonesia, sasaran M 2s tertuang dalam 3encana Pembangunan 4angka Menengah Nasional (3P4MN& #0$0+#0$- dan 3iskesdas #0$0+#0$-. (5emenkes, #0$#&. erdasarkan data 3iskesdas #00/ penyakit diare merupakan pen utama kematian pada balita. 7arget M 28s ke+- adalah penurunan kematian dari tahun $990 menjadi #:% bagian sampai #0$1. alah satu upay menurunkannya adalah dengan menurunkan kematian karena diare. Pada 3P4MN #0$1 indikator periode pre;alensi diare semua kelompok umur adalah /< (5emenkes, #0$-&. Indonesia memiliki pre;alensi diare klinis adalah 9,0< (renta +$>,9<&, tertinggi di Pro;insi N? ($>,9<& dan terendah di I (-,#<&. eberapa pro;insi mempunyai pre;alensi diare klinis A9< yaitu mel N? ($>,9<&, umatera arat (9,#<&, 3iau ($0,%<&, 4a a arat ($0,#<&, 4 7engah (9,#<&, anten ($0,6<&, Nusa 7enggara arat ($%,#<&, Nusa 7engara

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ikm

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit diare masih merupakan masalah masyarakat dan merupakan penyebab utama morbiditas dan kematian anak di negara berkembang, seperti di Indonesia. Menurut data, pneumonia, diare dan malaria masih menjadi penyebab utama kematian anak secara global, mengklaim kehidupan sekitar 6.000 anak balita setiap hari (UNICEF, 2013).Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).Di dunia terdapat 1,7 juta kasus penyakit diare per tahunnya. Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak dibawah usia 5 tahun dan bertanggung jawab akan kematian 760.000 anak setiap tahunnya (WHO, 2013).Millenium Development Goals(MDGs) atau target pembangunan millennium adalah tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015. Untuk Indonesia, sasaran MDGs tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Riskesdas 2010-2014. (Kemenkes, 2012). Berdasarkan data Riskesdas 2007 penyakit diare merupakan penyebab utama kematian pada balita. Target MDGs ke-4 adalah penurunan kematian anak dari tahun 1990 menjadi 2/3 bagian sampai 2015. Salah satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan menurunkan kematian karena diare. Pada RPJMN 2015 indikator periode prevalensi diare semua kelompok umur adalah 7% (Kemenkes, 2014).Indonesia memiliki prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% -18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% yaitu meliputi NAD (18,9%), Sumatera Barat (9,2%), Riau (10,3%), Jawa Barat (10,2%), Jawa Tengah (9,2%), Banten (10,6%), Nusa Tenggara Barat (13,2%), Nusa Tengara Timur (11,4%), Kalimantan Selatan (9,5%), Sulawesi Tengah (9,9%), Sulawesi Tenggara (9,4%), Gorontalo (16,5%), Papua Barat (10,9%) dan Papua (12,3%) (Riskesdas, 2007). Di Puskesmas Pancoran Mas sendiri angka kunjungan akan diare relatif tinggi dimana mencapai 904 kunjungan pada tahun 2014 (Laporan Bulanan Puskesmas Pancoran Mas Januari - Desember 2014).Dilihat dari target yang ditetapkan pada MDGs indikator periode prevalensi diare semua kelompok umur adalah 7%, sedangkan data Riskesdas 2007 prevalensi diare klinis adalah 9%. Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara target yang ditetapkan dan prevalensi yang terjadi.Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat juga berperan dalam timbulnya penyakit diare. Di Provinsi Jawa Barat pencapaian keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat masih rendah (38,4%) yang seharusnya bisa mencapai 65% (target 2010). Sebagian besar penduduk Jawa Barat berperilaku benar dalam hal Buang Air Besar (BAB) yaitu sebesar 79.3% dan yang berperilaku benar cuci tangan dengan sabun sebesar 27.2% (Riskesdas, 2008).Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta tahun 2007 menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas (Adisasmito, 2007).Data yang didapat dari penelitian Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Tahun 2012 didapatkan dari jumlah total 80 responden yang penggunaan jambannya tidak memenuhi syarat kesehatan, terdapat 65,0% responden yang memiliki balita menderita diare dan dari 92 responden yang pengelolaan sampahnya tidak memenuhi syarat kesehatan, 54,3% responden yang memiliki balita menderita diare (Hamzah dkk, 2012).Dari data-data diatas tentu saja perilaku hidup bersih dan sehat memiliki peranan dalam prevalensi penyakit diare. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah - tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).Menurut perarturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas menyatakan bahwa Puskesmas berfungsi sebagai penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan penyelenggara UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dewasa ini puskesmas tidak lagi hanya puskesmas kelurahan atau puskesmas kecamatan, yang ada hanya puskesmas dengan basic kerjanya adalah kedokteran keluarga.Dokter keluarga merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga, dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.Dengan pendekatan dokter keluarga, maka pemeliharaan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, dapat dilakukan dengan mengkaji masalah kesehatan keluarga dan individu dalam keluarga dengan mempelajari riwayat penyakit secara komprehensif sehingga pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan. Dalam makalah ini akan dibahas pasien balita diare akut dengan nuclear family dimana kedua orang tua yang sibuk dengan melakukan pendekatan kedokteran keluarga melalui penilaian beberapa fungsi dan aspek secara holistik. 1.2 Rumusan Masalah1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien?2. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan?3. Bagaimana evaluasi terapi dalam rangka pengobatan diare?4. Apa intervensi yang dapat dilakukan untuk menanganinya?1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan umumMengetahui penatalaksanaan penyakit dengan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien balita diare akut dengan nuclear family dimana kedua orang tua yang sibuk dengan pendekatan kedokteran keluarga melalui penilaian beberapa fungsi dan aspek yang berpengaruh dalam menyelesaikan masalah klinis pasien dan masalah keluarga, mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga secara aktif dalam mengatasi madalah kesehatan.

1.3.2 Tujuan khusus1. Mengetahui penilaian keluarga, struktur keluarga dan komposisi keluarga pasien, termasuk kedalamnya Family Mapping, Genogram dan Siklus kehidupan keluarga.2. Mengidentifikasi masalah keluarga pasien3. Menentukan diagnosis holistik dan diagnosis keluarga pasien4. Mengetahui penyelesaian masalah pasien dan keluarga serta menentukan indikator keberhasilannya5. Menentukan tindak lanjut terhadap pasien dan keluarga serta alur penatalaksanaan pasien6. Mengetahui hasil Coping Score keluarga dan hasil pembinaan pasien dan keluarga7. Memberikan saran dan masukan kepada pasien dan keluarga terhadap penyakit diare dan penerapan penerapan hidup bersih dan sehat

1.4 Manfaat Penulisan1.4.1 Manfaat untuk PuskesmasSebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi mahasiswa dalam rangka mengoptimalkan peran Puskesmas.1.4.2 Manfaat untuk MasyarakatMeningkatkan pengetahuan tentang penyakit Diare bagi masyarakat, khususnya untuk pasien dan keluarga pasien yang bersangkutan.1.4.3 Manfaat untuk MahasiswaSebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga