27
BAB I LANDASAN TEORI A. MEDIS 1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramali, 1987). 1/3 distal dextra adalah tulang dibagi menjadi tiga bagian kemudian bagian paling bawah yang diambil. Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000). 1

BAB I b

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I b

BAB I

LANDASAN TEORI

A. MEDIS

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai

dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan

pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar

dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah

yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramali, 1987). 1/3 distal

dextra adalah tulang dibagi menjadi tiga bagian kemudian bagian paling

bawah yang diambil.

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika

tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

(Brunner & Suddart, 2000).

2. Anatomi Fisiologi

1

Page 2: BAB I b

2

Gambar 1 : Anatomi fisiologi tulang

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % BB dan otot

menyusun kurang lebih 50 %. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem

muskuloskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur

tulang memberi perlingdungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung,

dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga

struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.

Matriks tulang menyimpan kalsium, posfor, magnesium, dan fluor. Lebih

dari 99 % kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah

terdapat dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam

proses yang dinamakn hematopoesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu

usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk

mempertahankan temperatur tubuh.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar—osteoblas, osteosit, dan osteoklas.

Page 3: BAB I b

3

a. Osteoblast

Sel pembentuk tulang. Memproduksi klagen tipe I dan berespon terhadap

perubahan PTH.Tulang baru dibentuk oleh osteoblast yang membentuk

osteoid dan mineral pad matriks tulang à bila proses ini selesai osteoblast

menjadi osteocytes dan terperangkap dalam matriks tulang yg

mengandung mineral

b. Osteocytes

Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik tulang

c. Osteoclast

Menyerap tulang selama pertumbuhan dan perbaikan

Penyerapan tulang dengan cara mengeluarkan asam laktat dan

kolagenaseà menghancurkan mineral dan merusak kolagen (Evelyn C .

Pearce.  Jakarta : 1992).

3. Klasifikasi

Ada 2 tipe dari fraktur cruris yaitu:

a. Fraktur intra capsuler yaitu terjadi dalam tulang sendi panggul dan captula

1) Melalui kapital fraktur

2) Hanya dibawah kepala femur

3) Melalui leher dari femur

b. Fraktur ekstra kapsuler

1) Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter cruris yang lebih

besar atau yang lebih kecil pada daerah intertrokanter

2) Terjadi di bagian distal menuju leher cruris tetapi tidak lebih dari 2

inci di bawah trokanter terkecil

Page 4: BAB I b

4

Selain 2 tipe di atas ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur diantaranya 5 yang

utama adalah :

a. Incomplete

Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang satu

sisi patah yang lain biasanya hanya bengkok (green stick)

1) Complete

Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan

frgmen tulang biasanya berupa tempat

2) Tertutup (simple)

Fraktur tidak meluas melewati kulit

3) Terbuka ( complete )

Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit dimana potensial

untuk terjadi infeksi

4) Patologis

Fraktur terjadi pada penyakit tulang ( seperti kanker, osteoforosis )

dengan tak ada trauma hanya minimal. 

Gambar 2: Klasifikasi fraktur femur

Page 5: BAB I b

5

4. Etiologi

a. Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu,

misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah,

tepat ditempat benturan.

b. Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari

tempat terjadinya trauma.

c. Trauma akibat tarikan otot, jarang terjadi.

d. Adanya metastase kanker tulang dapat melunakkan struktur tulang dan

menyebabkan fraktur

e. Adanya penyakit primer seperti osteoporosis.

( E. Oerswari, 1989 : 147 )

5. Patofisiologi

Page 6: BAB I b

6

Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks,

sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh

darah ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan

segera sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang

terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera

yang apabila di tekan atau di gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat

yang mengakibatkn syok neurogenik. (Mansjoer Arief, 2002)

Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan

kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada

fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah

cidera. Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat

patah, kedalam jaringan lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga

biasanya mengalami kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat

setelah fraktur.

Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan

aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa – sisa

sel mati di mulai. Di tempat patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan

berfungsi sebagai jala-jala untuk membentukan sel-sel baru. Aktivitas

osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yg disebut

callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tuulang baru mengalmi

remodelling untuk membentuk tulang sejati.

(Mansjoer Arief, 2002)

Tahap penyembuhan tulang

a. Haematom :

1) Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom

2) Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat

3) Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama

penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.

b. Proliferasi sel :

Page 7: BAB I b

7

1) Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar

fraktur

2) Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung

terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang.

3) Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi

membentuk collar di ujung fraktur.

c. Pembentukan callus :

1) Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan

terbentuk callus.

2) Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan

callus.

3) Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter

tulang melebihi normal.

4) Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan

kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.

d. Ossification

1) Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya

penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.

2) Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian

dalam dan berakhir pada bagian tengah

3) Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

e. Consolidasi dan Remodelling

Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas

osteoblast dan osteoklast.

6. Manifestasi klinis

a. Deformitas

Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

Page 8: BAB I b

8

1) Rotasi pemendekan tulang

2) Penekanan tulang

b. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur

c. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

e. Tenderness/keempukan

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/perdarahan)

h. Pergerakan abnormal

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

j. Krepitasi.

(  Joyce. M. Black, 1993 : 199 )

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto Rontgen

1) Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung

2) Mengetahui tempat atau tipe fraktur. Biasanya diambil sebelum dan

sesudah serta selama proses penyembuhan secara periodik. 

b. Arteiogram bila ada kerusakan vaskuler

c. Hitung darah lengkap HT mungkin terjadi (hemokonsentrasi) atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

organ multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah kompensasi normal

setelah fraktur.

d. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi

multiple atau trauma hati.

Page 9: BAB I b

9

e. Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”

menggunakan sinar rontgen (x-ray). Hal yang harus dibaca pada x-ray:

1) Bayangan jaringan lunak.

2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau

biomekanik atau juga rotasi.

3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

f. Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya

seperti:

1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur

yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan

kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur

saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan

pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami

kerusakan akibat trauma.

3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak

karena ruda paksa.

4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara

transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang

rusak.

g. Pemeriksaan Laboratorium

1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-

5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat

pada tahap penyembuhan tulang.

Page 10: BAB I b

10

h. Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan

mikroorganisme penyebab infeksi.

2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan

pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur.

4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena

trauma yang berlebihan.

5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi

pada tulang.

6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

(Ignatavicius, Donna D, 1995)

8. Penatalaksanaan Medis

Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi  imobilisasi dan

pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Rekognasi

Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu

suplai neurovascular ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu

diketahui kemungkinan fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang

cedera harus dipasang bidai untuk melindunginya dari kerusakan yang

lebih parah.

Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dipakai sebagai

petunjuk kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai

segera dan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini khususnya harus dilakukan

pada cidera tulang belakang bagian servikal, di

mana contusio dan laserasio pada wajah dan kulit kepala menunjukkan

perlunya evaluasi radiografik, yang dapat memperlihatkan fraktur tulang

Page 11: BAB I b

11

belakang bagian servikal dan/atau dislokasi, serta kemungkinan

diperlukannya pembedahan untuk menstabilkannya (Smeltzer C dan B.

G Bare, 2001).

b. Traksi

Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur

untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:

1) Skin Traksi

Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan

menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan

bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang

cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).

2) Skeletal traksi

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera

pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan

memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.

c. Reduksi 

Dalam penatalaksanaan fraktur dengan reduksi dapat dibagi menjadi 2

yaitu:

1) Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragment tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, dapat

dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih

bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap

sama.

Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan

untuk menjalani prosedur dan harus diperoleh izin untuk melakukan

prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu

dilakukan anesthesia.Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus

ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Page 12: BAB I b

12

Reduksi tertutup pada banyak kasus, reduksi tertutup dilakukan

dengan mengembalikan fragment tulang ke posisinya (ujung-

ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

2) Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)

Pada Fraktur tertentu dapat dilakukan dengan reduksi eksternal atau

yang biasa dikenal dengan OREF, biasanya dilakukan pada fraktur

yang terjadi pada tulang panjang dan fraktur fragmented. Eksternal

dengan fiksasi, pin dimasukkan melalui kulit ke dalam tulang dan

dihubungkan dengan fiksasi yang ada dibagian luar. Indikasi yang

biasa dilakukan penatalaksanaan dengan eksternal fiksasi adalah

fraktur terbuka pada tulang kering yang memerlukan perawatan

untuk dressings. Tetapi dapat juga dilakukan pada fraktur tertutup

radius ulna. Eksternal fiksasi yang paling sering berhasil adalah pada

tulang dangkal tulang misalnya tibial batang.

d. Imobilisasi Fraktur

Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat

digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna

untuk mengimobilisasi fraktur.

9. Komplikasi

a. Dini

1) Compartement syndrome

Merupakan komlikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,

tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini

disebabkan oleh odem atau perdarahan yang menekan otot, saraf

Page 13: BAB I b

13

dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips,

dan embebatan yang terlalu kuat

a) Tekanan intracompartement dapat diukir langsung dengan

cara whitesides.

b) Penanganan: dalam waktu kurang 12 jam harus

dilakukan fascioterapi.

2) Infeksi

3) System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi di mulai pada kulit (superficial) dan

masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi

juga bisa karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti

pin dan plat

4) Avaskuler nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang

rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan

diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia

5) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

                                                                                        (Padila, 2012 : 306)

b. Lanjut

1) Malunion: biasanya terjadi pada fraktur yang komminutiva sedang

immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk

memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.

2) Delayed union: terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti

dengan infeksi atau pada frakter yang communitiva. Hal ini dapat

diatasi dengan operasi bonegraft alih tulang spongiosa.

Page 14: BAB I b

14

3) Non union: Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang

tibia disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan

melakukan bone graftingmenurut cara papineau.

4) Kekakuan sendi: Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang

terlalu lama. Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi

hambatan gerak, hal ini dapat diatasi dengan fisiotherapi .

                                                                                    (Padila, 2012 : 306)

B. KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengkajian primer

1) Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan

sekret akibat kelemahan reflek batuk

2) Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya

pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar

ronchi /aspirasi

3) Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap

lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,

kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

b. Pengkajian sekunder

1) Aktivitas/istirahat

a) kehilangan fungsi pada bagian yangterkena

b) Keterbatasan mobilitas

2) Sirkulasi

a) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

b) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

Page 15: BAB I b

15

c) Tachikardi

d) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

e) Cailary refil melambat

f) Pucat pada bagian yang terkena

g) Masa hematoma pada sisi cedera

3) Neurosensori

a) Kesemutan

b) Deformitas, krepitasi, pemendekan

4) Kelemahan

a) Kenyamanan

b) nyeri tiba-tiba saat cidera

c) spasme/ kram otot

5) Keamanan

a) laserasi kulit

b) perdarahan

c) perubahan warna

d) pembengkakan lokal

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan

rangka neuromuskuler

b. Gangguan Rasa Nyaman ;Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen

tulang

c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan

3. Perencanaan

a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan

rangka neuromuskuler

Page 16: BAB I b

16

Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan

tindakan keperaawatan

Kriteria hasil:

1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

2) Mempertahankan posisi fungsinal

3) Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit

4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

Intervensi:

1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

2) Tinggikan ekstrimutas yang sakit

3) Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada

ekstrimitas yang sakit dan tak sakit

4) Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur

ketika bergerak

5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

6) Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup

keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan

daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas

7) Ubah psisi secara periodik

8) Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

b. Gangguan Rasa Nyaman :Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen

tulang

Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan

Kriteria hasil:

1) Klien menyatakan nyeri berkurang

2) Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat

dengan tepat

3) Tekanan darahnormal

Page 17: BAB I b

17

4) Tidak ada peningkatan nadi dan RR

Intervensi:

1) Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri

2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

3) Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk

melakukan aktivitas hiburan

4) Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi

5) Jelaskanprosedu sebelum memulai

6) Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif

7) Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi,

latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan

8) Observasi tanda-tanda vital

9) Kolaborasi : pemberian analgetik

c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan

Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan

perawatan

Kriteria hasil:

1) Penyembuhan luka sesuai waktu

2) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:

1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau

drainae

2) Monitor suhu tubuh

3) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang

menonjol

4) Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh

5) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan

6) Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol

Page 18: BAB I b

18

7) Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi

8) Kolaborasi emberian antibiotik.