32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, sehingga sangat rentan terhadap risiko kerugian karena genangan pesisir dan kenaikan muka air laut, sekitar 42 juta orang Indonesia tinggal di daerah yang terletak kurang dari 10 meter di atas permukaan laut (BAPPENAS, 2010). Daerah kumuh perkotaan sangat rentan, selain ancaman khusus pesisir mereka rentan terhadap kekeringan, tanah longsor, banjir bandang dan dampak terhadap kesehatan (BAPPENAS, 2014). Sehingga Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerentanan yang relatif tinggi dari dampak perubahan iklim (Fankhauser, McDermott, dan Costa, 2016). Dampak perubahan iklim dapat mengakibatkan kenaikan temperatur yang terlalu tinggi, curah hujan tinggi, kenaikan permukaan air laut, penurunan ketahanan pangan, keanekaragaman bahari berkurang, yang dapat meningkatnya kejadian bencana seperti banjir, longsor, kekeringan dan kurangnya ketersediaan air bersih (World Bank, 2010). Dampak perubahan iklim ini secara global dapat terjadi di berbagai wilayah mana saja, tidak menutup kemungkinan Kota Bandar Lampung sebagai kota pesisir juga memiliki risiko lebih tinggi dari dampak perubahan iklim. Kota Bandar Lampung yang merupakan ibu kota dari Provinsi Lampung memiliki peran penting dan strategis dalam memenuhi kebutuhan wilayah sekitarnya, tumbuh dan bergerak pada sektor perdagangan dan jasa yang sejalan dengan visi Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan dan jasa bagian selatan Sumatera (BAPPEDA, 2011). Pertumbuhan kota yang cepat dengan jumlah penduduk 1.003.803 Jiwa pada akhir tahun 2018 dengan kepadatan 5242 jiwa/ha (BPS, 2019). Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya juga menyebabkan masalah terkait ketersediaan lahan yang terus berkurang akibat adanya konversi lahan, terutama untuk digunakan sebagai tempat tinggal. Hal tersebut didukung juga dengan karakteristik Kota Bandar Lampung yang pusat perkotaannya berada di wilayah pesisir, wilayah yang merupakan kawasan padat penduduk dengan tingkat

BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di

dunia, sehingga sangat rentan terhadap risiko kerugian karena genangan pesisir dan

kenaikan muka air laut, sekitar 42 juta orang Indonesia tinggal di daerah yang

terletak kurang dari 10 meter di atas permukaan laut (BAPPENAS, 2010). Daerah

kumuh perkotaan sangat rentan, selain ancaman khusus pesisir mereka rentan

terhadap kekeringan, tanah longsor, banjir bandang dan dampak terhadap kesehatan

(BAPPENAS, 2014). Sehingga Indonesia merupakan salah satu negara dengan

tingkat kerentanan yang relatif tinggi dari dampak perubahan iklim (Fankhauser,

McDermott, dan Costa, 2016). Dampak perubahan iklim dapat mengakibatkan

kenaikan temperatur yang terlalu tinggi, curah hujan tinggi, kenaikan permukaan

air laut, penurunan ketahanan pangan, keanekaragaman bahari berkurang, yang

dapat meningkatnya kejadian bencana seperti banjir, longsor, kekeringan dan

kurangnya ketersediaan air bersih (World Bank, 2010). Dampak perubahan iklim

ini secara global dapat terjadi di berbagai wilayah mana saja, tidak menutup

kemungkinan Kota Bandar Lampung sebagai kota pesisir juga memiliki risiko lebih

tinggi dari dampak perubahan iklim.

Kota Bandar Lampung yang merupakan ibu kota dari Provinsi Lampung

memiliki peran penting dan strategis dalam memenuhi kebutuhan wilayah

sekitarnya, tumbuh dan bergerak pada sektor perdagangan dan jasa yang sejalan

dengan visi Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan dan jasa bagian

selatan Sumatera (BAPPEDA, 2011). Pertumbuhan kota yang cepat dengan jumlah

penduduk 1.003.803 Jiwa pada akhir tahun 2018 dengan kepadatan 5242 jiwa/ha

(BPS, 2019). Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya juga menyebabkan masalah

terkait ketersediaan lahan yang terus berkurang akibat adanya konversi lahan,

terutama untuk digunakan sebagai tempat tinggal. Hal tersebut didukung juga

dengan karakteristik Kota Bandar Lampung yang pusat perkotaannya berada di

wilayah pesisir, wilayah yang merupakan kawasan padat penduduk dengan tingkat

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

2

kerentanan cukup tinggi dari dampak perubahan iklim (Mukhlis, Putri, dan

Purnawaty, 2011).

Berdasarkan laporan Climate Resilient Cities (2009) diprediksi bahwa

pada tahun 2030 mendatang lebih dari 61% penduduk dunia tinggal di perkotaan

dan kemiskinan yang dulu tersebar akan terkonsentrasi pada permukiman informal

dan ilegal di kawasan perkotaan (Fankhauser et al., 2016). Menurut Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2010, bahwa 70%

dikontribusikan oleh permukiman kampung, hal tersebut mengindikasikan bahwa

fenomena informal juga memegang peranan penting dalam eksistensi kota-kota di

Indonesia sekaligus mengindikasikan adanya peningkatan kerentanan masyarakat

terhadap bahaya alam, perselisihan sipil, dan dampak perubahan iklim (Fankhauser

et al., 2016).

Penduduk Kota Bandar Lampung juga memiliki karakteristik yang sama

yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggalnya, mereka membangun

rumah di lahan hasil penimbunan pantai sehingga terjadi adanya penambahan

daratan. Banyak dari para pemukim juga tidak memiliki bukti kepemilikan tanah

secara hukum, kondisi-kondisi seperti ini akan menjadi salah satu masalah yang

serius dari dampak perubahan iklim (Mukhlis, Putri, dan Purnawaty, 2011).

Kelurahan Kangkung dan Kota Karang merupakan dua dari beberapa kelurahan

yang berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung yang memiliki karakteristik

yang sama, sehingga banyak penduduk kota yang berada di kelurahan tersebut

bertempat tinggal di permukiman informal juga bekerja di sektor-sektor informal.

Selain itu Kelurahan Kota Karang dan Kangkung berada di kawasan yang

berdekatan dengan pusat kegiatan perdagangan dan jasa Kota Bandar Lampung,

sehingga banyak dari warga yang memiliki aktivitas atau berkegiatan pada kawasan

perdagangan juga bertempat tinggal di sana. Kawasan informal tersebut termasuk

ke dalam kawasan yang kumuh dan liar, dengan permukiman orang-orang miskin

di sempadan sungai, permukiman kelas menengah di sempadan pantai dan

pemukiman nelayan yang berada di atas laut. Permukiman informal ini memenuhi

sepanjang area pantai bahkan menjorok dari tepi laut di kedalaman 10-50 meter

yang sudah berlangsung selama 20 tahun yang lalu (Taylor, 2010). Kondisi inilah

yang dapat meningkatkan terjadinya kerugian bagi penduduk maupun pemerintah

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

3

kota terhadap dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi momok yang

menakutkan bagi Kota Bandar Lampung.

Perubahan iklim ini juga tervalidasi dengan adanya hasil penelitian yang

dilakukan oleh PPGT UI dan Perhimpi Lampung tahun 2013 yang menunjukkan

bahwa Kota Bandar Lampung jauh lebih terpapar oleh risiko iklim dengan nilai

sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Jakarta karena kurangnya

pemahaman masyarakat terhadap kondisi iklimnya saat ini (Manik, Syaukat,

Fauzan, dan Indratmoko, 2013). Fenomena ini merupakan salah satu indikasi yang

nyata dari dampak perubahan iklim. Bandar Lampung sebagai kota pesisir memiliki

kemungkinan yang lebih besar akan terpengaruh secara serius oleh perubahan

iklim, terutama dari curah hujan ekstrem dan kenaikan permukaan air laut yang

dapat memperburuk kejadian banjir. Sampai saat ini bencana utama yang dimiliki

Kota Bandar Lampung meliputi banjir, tanah longsor, banjir rob, tsunami, gempa

bumi, kebakaran pemukiman, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan konflik

sosial (BNPB, 2013).

Kerentanan wilayah dan jumlah penduduk yang terus meningkat menjadi

kombinasi yang sangat mengkhawatirkan bagi Kota Bandar Lampung terhadap

dampak perubahan iklim. Upaya mitigasi seolah tidak cukup untuk membuat Kota

Bandar Lampung menjadi berketahanan, karena sudah seharusnya diperlukan juga

peningkatan kapasitas adaptasi dalam menghadapi bencana itu sendiri, kejadian

bencana yang berulang sebenarnya dapat meningkatkan tingkat adaptif masyarakat,

hal ini dapat menjadi modal ketangguhan masyarakat yang berada di kawasan

rawan bencana untuk mewujudkan ketahanan kota, sebagaimana yang dimaksud

oleh 100 Resilient Cities (100RC) bahwa ketahanan kota dapat dinilai dari kapasitas

individu, masyarakat, institusi, bisnis, dan sistem dari sebuah kota untuk bisa

bertahan, beradaptasi, dan tumbuh terhadap tekanan dan guncangan yang ada di

wilayah tersebut. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan untuk

mengidentifikasi berbagai aspek ketahanan pada kawasan informal terhadap

dampak perubahan iklim di pesisir Kota Bandar Lampung, sehingga penelitian ini

dapat merekomendasikan berbagai pendekatan sesuai dengan teori dan hasil

lapangan untuk mewujudkan ketahanan dalam mendukung keberlangsungan Kota

Bandar Lampung.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

4

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung merupakan kelurahan

yang tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dari semua kelurahan

yang berbatasan langsung dengan pesisir Kota Bandar Lampung menurut data BPS

Kota Bandar Lampung Dalam Angka Tahun 2018. Selain itu berdasarkan hasil

kajian Asian Cities Climate Change Resilience Network/ACCCRN (2010)

Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung merupakan kelurahan dengan

kepadatan penduduk paling tinggi dari setiap kelurahan di kecamatan yang sama,

presentasi penduduk miskin dan bangunan squater/tidak legal dan tidak layak huni

yang tinggi. Kelurahan tersebut juga merupakan 2 dari 14 kelurahan di Kota Bandar

Lampung yang memiliki tingkat kerentanan yang relatif lebih tinggi dari dampak

perubahan iklim yang juga menjadi dua kelurahan yang dijadikan pilot project

kajian ketahanan kota terhadap perubahan iklim oleh ARUP 2008-2010 dan

memiliki bencana yang lebih buruk dari dampak perubahan iklim seperti bencana

banjir rob dan banjir bandang. Pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung yang

terus meningkat memungkinkan untuk terus terjadi pemanfaatan lahan yang

berlebihan, sehingga ada kecenderungan penduduk memilih untuk bertempat

tinggal area pinggiran kota, hal itu menunjukkan bahwa ada kemungkinan risiko

guncangan dan tekanan dampak perubahan iklim yang lebih tinggi mengingat

karakteristik Kota Bandar Lampung sebagai kota pesisir yang pusat kegiatan berada

di kawasan pesisir, masyarakat sehingga masyarakat terkonsentrasi bertempat

tinggal di wilayah yang rentan akan dampak perubahan iklim, sehingga kondisi ini

sangat mengkhawatirkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sana dan secara

tidak langsung akan merugikan Kota Bandar Lampung itu sendiri. Namun

berdasarkan penelitian World Bank (2010) menunjukkan bahwa masyarakat yang

bertempat tinggal di kawasan dengan tingkat kerentanan yang jauh lebih tinggi

memiliki intensitas terdampak terhadap bencana, justru dapat meningkat kapasitas

adaptifnya, yang kemungkinan dapat menjadi modal ketahanan dalam mewujudkan

ketahanan Kota Bandar Lampung di masa depan. Adapun kawasan informal yang

perlu disoroti karena kawasan ini semakin tahun komunitas semakin besar dan

padat di area perkotaan pesisir Kota Bandar Lampung yang mana rentan terhadap

dampak perubahan iklim lebih besar akibat status yang ilegal dan berada di area

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

5

yang rentan seperti di sempadan sungai, sempadan pantai, dan di atas lautan. Upaya

mereka dapat bertahan hingga saat ini di tengah kondisi yang tidak menguntungkan

penting untuk mengetahui ketahanan pada kawasan informal tersebut. Berdasarkan

rumusan masalah peneliti ini merumuskan pertanyaan penelitian yang selanjutnya

akan dijawab pada tujuan penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Tingkat Ketahanan Kawasan Informal Terhadap Dampak Perubahan

Iklim di Pesisir Kota Bandar Lampung ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Pertanyaan penelitian di atas dapat dirumuskan tujuan yaitu :

“Mengkaji Tingkat Ketahanan Kawasan Informal Terhadap Dampak Perubahan

Iklim di Pesisir Kota Bandar Lampung”.

1.4 Sasaran Penelitian

1. Teridentifikasinya karakteristik kawasan informal di sebagian Kelurahan

Kota Karang dan Kelurahan Kangkung.

2. Teridentifikasinya modal ketahanan pada kawasan informal di sebagian

Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung.

3. Teridentifikasinya tingkat dan dimensi prioritas ketahanan pada kawasan

informal di sebagian Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat di dibedakan ke dalam dua kelompok manfaat,

adapun manfaat dalam penelitian ini adalah manfaat praktis dan manfaat akademis.

Penjelasan lebih rinci sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Menjadi salah satu pembelajaran bagi masyarakat dengan mengetahui

ketahanan dari berbagai karakteristik bencana pada kawasan informal oleh

dampak perubahan iklim untuk mampu memahami dan menyikapi sebagai

peningkatan adaptif masyarakat untuk dapat berketahanan. Serta menjadi

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

6

salah satu pertimbangan pemerintah untuk melakukan pengambilan

keputusan dalam suatu kebijakan dalam mewujudkan ketahanan Kota

Bandar Lampung dari sisi masyarakat informal terhadap dampak perubahan

iklim.

2. Manfaat Akademis

Menjadi salah satu alat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

pada bidang ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan beberapa disiplin ilmu

lainnya yang berkaitan, memberikan temuan penelitian tentang tingkat daya

tahan masyarakat pesisir dan pengembangan penelitian lainnya mengenai

ketahanan dari dampak perubahan iklim.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibuat untuk menunjukkan lingkup yang akan

dibahas dalam penelitian. Adapun ruang lingkup tersebut meliputi spasial,

substansial, dan temporal.

1.6.1 Ruang Lingkup Spasial

Ruang Lingkup spasial pada penelitian ini merupakan batasan ruang yang

meliputi kawasan pemukiman informal yang berada di pesisir Kota Bandar

Lampung yang mana kawasan informal sendiri merupakan kawasan dengan

karakteristik pekerjaan dan permukiman informal yang cukup tinggi pada suatu

kawasan, kawasan tersebut berada di sebagian Kelurahan Kota Karang dan

Kangkung yang dekat dengan pusat kota dan juga masuk ke dalam 2 dari 14

kelurahan terentan di Provinsi Lampung terhadap dampak perubahan iklim

berdasarkan dokumen kajian ACCCRN (2010) yang memiliki bencana lebih dari

satu yaitu banjir rob karena berbatasan langsung dengan pesisir teluk Lampung dan

banjir bandang karena dilalui dua sungai utama yang diperparah dengan kepadatan

bangunan yang tinggi dan pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga

membuat daerah ini menjadi kumuh. Kawasan Informal ini dilihat dari dua sisi yaitu

tempat tinggal/pemukiman mereka informal (ilegal) atau tidak memiliki izin

berdasarkan hasil kajian Jhon Taylor (2010) yaitu masyarakat yang tinggal di

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

7

sempadan sungai (5-10 meter dari bibir sungai berdasarkan Permen Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015), sempadan pantai (100 meter

dari titik pasang tertinggi ke arah darat berdasarkan Perpres No. 51 Tahun 2016

yang di detailkan pada Permen Kelautan dan Perikanan No. 21 Tahun 2018), dan

di atas laut (di atas air saat surut terendah). Selain itu permukiman ilegal dengan

kepadatan tinggi, kumuh dan masyarakat berpenghasilan rendah pada sektor-sektor

informal seperti buruh lepas dan buruh nelayan yang termasuk dalam ciri sektor

informal yang diterjemahkan oleh Urip Swarno dan Hidayat (1979) dan jenis mata

pencaharian yang dijabarkan oleh Hart (1973) dalam Jurnal Informal Income

opportunities and Urban Employment in Ghana. Hal tersebut muncul karena

ketidakmampuan sektor formal kota dalam merespons kebutuhan masyarakat

(Hernando De Soto, 1941) sehingga dinilai sebagai upaya/ perilaku bertahan hidup

pada urbanism menurut Roy pada buku Urban Informality (2005). Karakteristik

kawasan informal tersebut berpengaruh terhadap peran strategis kota pesisir Bandar

Lampung sebagai pusat perdagangan dan jasa membuat kebutuhan masyarakat

sehingga terindikasi meningkatkan kawasan-kawasan informal ini terus tumbuh di

pusat dan kawasan sekitar kota untuk memenuhi kebutuhan kota seperti yang

disebutkan oleh Hamid Sirvani (1984) dalam Roy (2005) mengenai Social Equity

yang mana masyarakat informal “mereka yang kerja di sektor formal namun tinggal

di permukiman informal dan sebaliknya” memproduksi barang untuk pasar global

sehingga hampir tidak ada batas antara sektor informal dan formal. Ruang lingkup

spasial secara lengkap ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

8

Sumber : RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2031

GAMBAR 1.1

PETA RUANG LINGKUP WILAYAH PENELITIAN

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

9

1.6.2 Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup substansial akan berfungsi sebagai batasan substansi yang

akan dibahas, dalam penelitian ini ruang lingkup substansial meliputi karakteristik

ketahanan dan dampak perubahan iklim serta klasifikasi tingkat dan prioritas

dimensi ketahanan pada kawasan informal di sebagian Kelurahan Kota Karang dan

Kelurahan Kangkung. Secara spesifik batasan substansi meliputi:

Sasaran 1, mengidentifikasi karakteristik kawasan informal pada daerah

studi untuk meninjau kondisi fisik dan non fisik serta bencana dan perubahan iklim

sehingga didapatkan kondisi yang nyata pada kawasan informal baik fisik maupun

non fisiknya sebagai gambaran umum wilayah dan masukan dalam membantu

analisis selanjutnya.

Sasaran 2, mengidentifikasi modal ketahanan dengan mengetahui bentuk-

bentuk adaptasi dan mitigasi serta karakteristik ketahanan kota yang ada pada

daerah studi sebagai modal ketahanan yang saat ini miliki. Modal ketahanan

tersebut didapatkan dari hasil wawancara dan observasi dengan melihat kondisi saat

ini dari sudut pandang/persepsi dan juga pengalaman masyarakat yang merupakan

objek utama dari suatu risiko dan ancaman dalam menghadapi dampak perubahan

iklim baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dampak perubahan

iklim terindikasi oleh kajian PPGT UI mengenai urban heat island dan Kajian oleh

ACCCRN dengan melihat trend curah hujan dan suhu serta proyeksi sea level rise

pada Dokumen Kajian Strategi Ketahanan Kota Bandar Lampung Tahun 2011-

2030 yang ditemukan bahwa bahaya iklim yang paling berpengaruh pada daerah

studi yaitu kenaikan muka air laut dan curah hujan ekstrem yang dapat

meningkatkan intensitas terjadinya banjir dan penurunan kualitas air bersih.

Kondisi itu yang menjadi acuan penulis dalam mengidentifikasi modal-modal

ketahanan yang ada berdasarkan tujuh karakteristik ketahanan kota dan upaya

adaptasi dan mitigasi yang dimiliki saat ini berdasarkan definisi Undang-undang

No. 27 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana mengenai manajemen risiko

bencana.

Sasaran 3, mengklasifikasikan tingkat ketahanan dan dimensi prioritas

dalam meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim yang merujuk

pada konsep ketahanan dari Coastal Community Resilient, Climate Disasater

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

10

Resilient Index dan City Resilience Framework yang terlebih dahulu dilakukan

sintesis pada seluruh elemen ketahanan dengan sudut pandang “masyarakat” karena

ketahanan dan bencana sangat berkaitan dengan People Center Development yang

terindikasi dari berbagai konsep ketahanan yang selalu melibatkan aspek sosial baik

di tingkat masyarakat lokal maupun kota.

1.6.3 Ruang Lingkup Temporal

Ruang lingkup Temporal dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi

karakteristik dan modal ketahanan serta tingkat ketahanan dan dimensi prioritas

menggunakan data terkini. Data pendukung lain yaitu data statistika 10-30 tahun ke

belakang yaitu periode tahun 1989-2019 untuk mencari variasi iklim mengetahui

anomali cuca sebagai indeks terjadi perubahan iklim dengan membandingkan hasil

pengukuran beberapa dekade menurut dirjen pengendalian perubahan iklim di

Indonesia.

1.7 Metodologi Penelitian

Metode penelitian berfokus pada pendekatan induktif kualitatif-kuantitatif

eksplanatif paradigma fenomenologi. Menurut Bryman (1988) dalam Mulyadi

(2011) pendekatan ini dilakukan dengan menggabungkan dua desain penelitian,

pertama menjelaskan fenomena berdasarkan pengalaman dan sudut pandang

dengan adanya berbagai kejadian yang terjadi melalui wawancara, observasi dan

kedua melakukan uji statistik inferensial dengan angket questionare based

interview (Mulyadi, 2011). Kawasan pesisir Kota Bandar Lampung yang

berbatasan langsung dengan laut juga merupakan kawasan perkotaan yang memiliki

kepadatan tinggi, sehingga dipilih sebagai lokasi penelitian karena diduga memiliki

karakteristik kerentanan dan risiko iklim yang relatif lebih tinggi, hal ini menjadi

menarik untuk diteliti dari sisi perencanaan wilayah dan kota.

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

11

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua yaitu pengumpulan data

sekunder dan pengumpulan data primer. Data primer adalah data yang diambil

secara langsung di lapangan bisa dengan kuesioner, wawancara, ataupun observasi.

Sedangkan data sekunder dapat melakukan permintaan data di berbagai instansi

seperti badan, dinas, atau kantor kelurahan, sesuai dengan kebutuhan data yang

diminta.

A. Kebutuhan Data

Pada penelitian ini diperlukan data-data pendukung berupa data sekunder

maupun data primer. Data-data tersebut diperlukan sebagai bahan analisis untuk

menjawab berbagai sasaran yang ingin dicapai.

1. Jenis Data

Data berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Adapun jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data

kualitatif dan kuantitatif yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar

(Sugiyono, 2015). Data kualitatif pada penelitian ini berupa:

i. Data karakteristik berdasarkan aspek fisik dan non fisik, serta aspek

bencana dan perubahan iklim. Data fisik dimulai dari kondisi lokasi,

material penyusun, konstruksi hunian, bentuk hunian, sanitasi hunian,

dan penghijauan. Lalu prasarana umum meliputi akses ke fasilitas

umum, akses ke permukiman, dan jenis jalan. Dan terakhir sarana

umum seperti fasilitas sosial berupa sarana peribadatan, kesehatan, dan

pendidikan. Fasilitas umum yaitu utilitas berupa air bersih, listrik, dan

telekomunikasi serta penerangan jalan, dan ruang publik. Sedangkan

aspek non fisik yaitu mata pencaharian penduduk, budaya, tradisi, adat

istiadat, dan tata kelola dan program-program. Terakhir aspek bencana

dan perubahan iklim berupa data kejadian bencana.

ii. Data karakteristik 7 (tujuh) ketahanan kota yaitu reflective, resourceful,

robust, redundant, flexibel, inclusive, dan intergrated dan bentuk-

bentuk adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

12

b. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan (Sugiyono, 2015). Data kuantitatif pada penelitian kali ini

berupa:

i. Data indeks ketahanan kota.

ii. Data luas wilayah dan jumlah penduduk.

iii. Data fasilitas umum dan fasilitas sosial.

iv. Data Suhu, Curah Hujan, dan Sea Level Rise.

2. Sumber Data

Adapun data berdasarkan sumbernya yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder dan data primer. Berikut adalah penjelasan terkait data primer

dan data sekunder :

a. Data primer adalah data yang langsung didapatkan melalui objek

peneliti (Suyanto dan Sutinah, 2005). Data primer diperoleh dengan

observasi, wawancara, dan kuesioner.

b. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari instansi-instansi terkait

baik dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif (Suyanto dan Sutinah,

2005).

Berdasarkan sumber dan jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini,

selengkapnya peneliti tulis pada matriks kebutuhan data yang dapat dilihat pada

Tabel 1.1.

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

13

TABEL I.1

KEBUTUHAN DATA PENELITIAN

Sasaran

Input Metode

Pengumpulan Data

Sumber Teknik

Analisis Output

Jenis Dan Kebutuhan Data

Sasaran 1 : Mengidentifikasi

Karakteristik Kawasan Informal

Di Kelurahan Kota Karang

Aspek Fisik

Permukiman/Kondisi Bangunan (Kondisi Lokasi, Material

Penyusun, Konstruksi Hunian, Bentuk Hunian, Sanitasi

Hunian, Penghijauan)

Kajian Dokumen

dan Observasi

BPS

Analisis

Deskriptif

Kualitatif

Karakteristik Kawasan Informal

Observasi Primer

Prasarana Umum (Aksesibilitas yaitu : Akses ke Fasilitas

Umum, Akses ke Permukiman, dan Jenis Jalan)

Kajian Dokumen

dan Observasi

Primer/ KOTAKU

Sarana Umum ( Fasilitas sosial : Peribadatan, Kesehatan, dan

Pendidikan. Fasilitas umum : Air Bersih, Listrik, dan Komunikasi. Penerangan Jalan dan Ruang Publik.)

Kajian Dokumen

dan Observasi

Primer/ KOTAKU

Aspek Non Fisik

Kondisi Ekonomi (Mata Pencaharian dan Kegiatan Ekonomi serta Aset Penduduk)

Kajian Dokumen dan Wawancara

Primer/Kelura

han

Sejarah, Budaya, Tradisi dan Adat Istiadat Observasi dan

Wawancara

Primer

Tata kelola dan program-program Observasi dan

Wawancara

Primer

Aspek Bencana dan Perubahan

Iklim

Kejadian Bencana dan Permasalahan yang Sering

Terjadi/Setiap Hari Dirasakan

Kajian Dokumen

dan Wawancara

Primer/

BPBD

Curah Hujan dan Temperatur serta Sea Level Rise data 30

tahun (1989-2019) Dokumen

LAPAN

Sasaran 2 : Mengidentifikasi

modal ketahanan pada kawasan

informal di Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung

Bentuk Adaptasi dan Mitigasi

Bencana

Adaptasi dan Mitigasi Bencana Dampak Perubahan Iklim Wawancara dan

Observasi

Primer

Analisis Deskriptif

Kualitatif

Modal Ketahanan Manajemen Bencana

Wawancara dan

Observasi

Primer

Karakteristik

Ketahanan Kota 7 Karakteristik Ketahanan Kota : Reflective, Resourceful,

Robust, Redundant, Flexibel, Inclusive dan Integrated.

Wawancara dan

Observasi

Primer

Sasaran 3 : Mengklasifikasikan

Tingkat dan Dimensi Prioritas

Ketahanan Terhadap Dampak Perubahan Iklim

Tingkat Ketahanan Kota

Indeks Ketahanan Kuesioner

Primer Analisis Statistik

Deskriptif

Tingkat Ketahanan

(Spiderchart)

Dimensi Prioritas Primer Analisis Kuadran

Utama

Dimensi Prioritas

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

14

B. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan survei data primer

yang didapatkan langsung kepada objek penelitian dan survei data sekunder yaitu

data yang tidak didapatkan langsung kepada objek penelitian. Berikut teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi

struktur, kuesioner dan observasi.

A. Metode Wawancara

Pada metode ini dilakukan wawancara untuk mengetahui kondisi di

lapangan melalui pandangan dan pengalaman orang-orang yang berada di lapangan.

Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara semi struktur yaitu wawancara

dilakukan oleh peneliti dengan urutan pertanyaan yang boleh tidak berurutan

sehingga terkesan lebih santai (Suyanto dan Sutinah, 2005), sehingga diharapkan

dapat memperoleh pengetahuan mengenai karakteristik dan bentuk-bentuk mitigasi

dan adaptasi dampak perubahan iklim serta manajemen bencana yang dilakukan

masyarakat berdasarkan pendekatan 7 karakteristik ketahanan kota secara

mendalam. Wawancara ini akan dilakukan kepada tim kota pada badan/dinas Kota

Bandar Lampung, LSM/NGO, lurah, rukun tetangga dan tokoh masyarakat. Untuk

memperkuat wawancara ini dilakukan metode snowball di dalam menentukan

responden kunci. Responden kunci ini akan berkembang dari identifikasi di awal.

Responden kunci ini berdasarkan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut dan

sudah lama tinggal sehingga dirasa telah terdampak dari perubahan iklim dengan

umur/lama tinggal lebih 30 tahun mengacu pada pengukuran yang dilakukan Dirjen

PPI untuk melihat variasi iklim/perubahan iklim dan kriteria lainnya adalah

masyarakat yang bekerja atau beraktivitas di sana. Panduan wawancara

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Metode Observasi

Metode observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

kondisi saat ini, situasi dan permasalahan yang lebih akurat dan sekaligus

membandingkan atau mencocokkan data dari instansi dengan kondisi nyata di

lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengamati pola, bentuk dan mekanisme

adaptasi masyarakat lokal terhadap risiko bencana di wilayah pesisir terhadap

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

15

kondisi iklim saat ini dengan cara melakukan dokumentasi dan geotagging

sehingga dapat mengetahui kondisi pada wilayah penelitian. Panduan observasi

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

C. Metode Kuesioner

Pada metode kuesioner ini akan dilakukan pengambilan sampel untuk

mengetahui kondisi eksisting melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan oleh

peneliti terhadap responden. Kuesioner dilakukan untuk memperoleh data

kuantitatif dalam menentukan tingkatan ketahanan kota berdasarkan indikator

ketahanan kota. Kuesioner ditunjukkan kepada masyarakat yang tinggal pada

kawasan informal di sebagian Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung.

Panduan kuesioner selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Data Sekunder

Survei data sekunder adalah metode perolehan data dalam bentuk

dokumen yang tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian. Data sekunder

ini dapat berupa dokumen-dokumen seperti regulasi, kebijakan pemerintah, atau

dokumen lain yang memberikan gambaran wilayah studi. Data sekunder dapat

diperoleh dari perpustakaan, naskah akademik, instansi pemerintah, dan media

internet. Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini didapatkan dari dinas

instansi pemerintah seperti data suhu dan curah hujan, kondisi fisik dan geografis,

penggunaan lahan terbangun dan tidak terbangun, fasilitas umum dan fasilitas

sosial, kelembagaan, sosial kependudukan dan sosial ekonomi.

C. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini menggunakan penarikan sampel sebagai jumlah sampel

yang digunakan dalam pengambilan data secara langsung terhadap objek penelitian.

Penentuan sampel ini juga bertujuan untuk memudahkan peneliti karena tidak dapat

mengamati seluruh populasi, sehingga sangat berguna untuk menghemat biaya,

tenaga dan waktu. Sampel ini digunakan untuk pengambilan data primer yaitu

dengan cara penyebaran kuesioner kepada seluruh masyarakat yang berada di

kawasan tersebut. Teknik pengambilan sampel pada sasaran pertama dan kedua

yaitu dengan teknik purposive sampling yang diperkuat dengan teknik snowball

untuk mendapatkan informasi dari informan/narasumber yang telah ditetapkan

berdasarkan pengalaman penulis sebelumnya saat survei lokasi penelitian dengan

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

16

kriteria Responden kunci ini berdasarkan masyarakat yang tinggal di kawasan

tersebut dan sudah lama tinggal sehingga dirasa telah terdampak dari perubahan

iklim dengan umur/lama tinggal lebih 30 tahun mengacu pada pengukuran yang

dilakukan Dirjen PPI untuk melihat variasi iklim/perubahan iklim dan masyarakat

yang bekerja atau beraktivitas di sana. Berikut merupakan profil dari masing-

masing informan/narasumber yang dituju dapat dilihat pada Tabel I.2.

TABEL I.2

PROFIL INFORMAN/NARASUMBER

Lokasi Informan Informan/Narasumber Keterangan

Provinsi Lampung Dinas Kelautan dan Perikanan Perencanaan dan Perizinan

Kota Bandar Lampung

BPBD Kota Bandar Lampung Tim Kota

Dinas Lingkungan Hidup Tim Kota

BAPPEDA Kota Bandar

Lampung Tim Kota

LSM Watala, Mitra Bentala

dan Walhi Lampung Tim Kota

Kelurahan Kota Karang

H Zainal Arifin

Tokoh Masyarakat

Pangeran Sai Batin

Nurfaidah Kader Bank Sampah

Ibu Nuraini Ketua PKK

Zul Kifli Lurah Kel. Kota Karang

Kepala RT RT Kota Karang

Kelurahan Kangkung

Muhidin dan Sudiri Tokoh Masyarakat

H Mistar Tokoh Masyarakat

Ediyalis Lurah Kangkung

Kepala RT RT Kel. Kangkung

Kelurahan Pesawahan Pak Nana Pemilik Air Suteng

Sedangkan pada sasaran ketiga penelitian ini menggunakan jenis

probability dengan kriteria yang bertempat tinggal dan bekerja pada sektor informal

di kawasan tersebut yang dengan sederhana didapatkan secara acak dan

menggunakan proporsional dengan besar kecilnya jumlah unit pada masing-masing

sub populasi dengan perbandingan antara jumlah keseluruhan populasi (Suyanto

dan Sutinah, 2005). Penarikan sampel ini menggunakan rumus lemeshow karena

jumlah populasi tidak diketahui pasti pada suatu kawasan (Lemeshow, W. Hosmer

Jr, Klar, dan K.Lwanga, 1990). Berikut rumus lemeshow yaitu:

n = 𝑍2.𝑃 (1−𝑃)

𝐸2

Keterangan :

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

17

n = jumlah sampel

Z = skor z pada kepercayaan 95% = 1,96

p = maksimal estimasi = 0,5

E = alpha (0,10) atau sampling error = 10%

Melalui rumus di atas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah:

n = 𝑍2.𝑃 (1−𝑃)

𝐸2

n = [1,962 . 0,5 (1-0,5)]/0,12

n = 96,04

Sehingga jika berdasarkan rumus tersebut maka n yang didapatkan adalah

96,04 dan ditambahkan 10% kemungkinan error yang ditemukan sehingga 10%

dari total minimal sampling yang ditambahkan yaitu 9 sampel, sehingga pada

penelitian ini setidaknya penulis harus mengambil data dari sampel sekurang-

kurangnya sejumlah 105 orang kawasan (Lemeshow, W. Hosmer Jr, Klar, dan

K.Lwanga, 1990). Jumlah tersebut dibagi berdasarkan sub populasi karena kawasan

difokuskan pada 2 (dua) kelurahan saja yaitu Kelurahan Kangkung dan Kota

Karang. Berikut perhitungan sampel dan pembagian berdasarkan proporsi sampel

dari sub populasi yang secara rinci dituliskan pada Tabel I.3.

TABEL I.3

PROPORSI SAMPEL DARI SUBPOPULASI

Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah sampel proporsi sub

populasi

Jumlah

Sampel

Kangkung 14517 105

56,011 56

Kota Karang 12697 48,989 49

Total 27214 105 105 105

Sumber: Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kota Bandar Lampung, 2019

Hasil proporsi dari sub populasi ini akan disebar secara acak berdasarkan

kriteria masyarakat yang tinggal berdasarkan ruang lingkup spasial yang

sebelumnya telah dijelaskan dengan pembagian Rukun Tetangga (RT) dan

Lingkungan (LK) di Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung yang

menjadi lokasi pengambilan sampel, yaitu tersebar pada 10 RT dari 2 LK di

Kelurahan Kota Karang yaitu LK-1 RT 09, 10, 11, dan 12 (Sempadan Sungai) serta

LK-2 RT 01, 02, 03, dan 04 (Sempadan Sungai). LK-2 RT 05, 06, dan 07

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

18

(Sempadan Pantai dan di Atas Laut). Sehingga setiap RT akan ada 5-6 orang yang

mewakili dan Kelurahan Kangkung tersebar pada 16 RT dari 2 LK yaitu LK-2 RT

06 (Sempadan Sungai). LK-2 RT 07, 08, 09, 10, 11, dan 12 ( Sempadan Pantai dan

di Atas Laut) serta LK-3 RT 15, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, dan 27( Sempadan Pantai

dan di Atas Laut). Sehingga pada setiap RT ada 3-4 orang yang mewakili 1 RT.

Berikut proporsi sampel dari kriteria lokasi dituliskan secara rinci berdasarkan

pembagian proporsi sampel dari kriteria lokasi pada Tabel I.4.

TABEL I.4

PROPORSI SAMPEL DARI KRITERIA LOKASI

Kelurahan

Kota

Karang

Lingkungan Total

Sampel

35% Sempadan

Sungai

35% Sempadan

Pantai 30% di Atas Laut

1

49

17 Responden

(RT 09, 10, 11, 12) - -

2 17 Responden

(RT 01, 02, 03, 04)

17 Responden

RT 05, 06, 07

15 Responden

RT 05, 06, 07

Kelurahan

Kangkung

2

56

16 Responden

(RT 06)

20 Responden

(RT 07, 08, 09, 10, 11, 12)

3 - 20 (Responden)

RT 15, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27

1.7.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian digunakan sebagai acuan dalam menentukan tingkat

ketahanan dan variabel prioritas berdasarkan indikator dan parameter yang

digunakan yang sebelumnya di sintesis terlebih dahulu pada bab dua.

Berikut adalah variabel yang digunakan dalam kuesioner penelitian yang

dapat dilihat pada Tabel I.5.

TABEL I.5

INDIKATOR DAN PARAMETER KETAHANAN KAWASAN INFORMAL

TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI PESISIR KOTA

No Elemen Dimensi Variabel

1

Sosial

dan

Ekonomi

Kesehatan dan

Kesejahteraan

(KK)

• Pendapatan, tabungan, investasi, dan asuransi.(X1.1)

• Ketergantungan pada pekerjaan sektor tunggal kecil. (X1.2)

• Memiliki jaminan dan akses kesehatan yang terjangkau.(X1.3)

• Kemampuan memiliki rumah yang aman dan pangan yang baik.

(X1.4)

• Pemenuhan kebutuhan energi yang cukup Akses yang inklusif

dalam memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi. (X1.5)

Pengetahuan

Risiko • Kesadaran, pengetahuan serta penilaian publik.(X2.1)

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

19

No Elemen Dimensi Variabel

(PR) • Pendidikan dan pelatihan yang memadai menyeluruh untuk

kesiapsiagaan dan kesadaran masyarakat.(X2.2)

• Penilaian risiko bahaya pantai

• diselesaikan pada skala yang sesuai dengan masyarakat dan

diperbarui secara rutin.(X2.3)

• Penilaian risiko pesisir bersifat menyeluruh dan memasukkan

risiko terhadap semua unsur ketahanan (misalnya mata

pencaharian, sumber daya pantai, penggunaan lahan, dan

sebagainya.(X2.4)

• Informasi dari penilaian risiko dapat diakses dan digunakan oleh

masyarakat dan pemerintah.

Masyarakat berpartisipasi dalam penilaian risiko.(X2.5)

2

Fisik dan

Lingkung

an

Infrastruktur

dan

Lingkungan/

Alam

(ILA)

• Pilihan moda-transportasi yang beragam dan terjangkau.(X3.1)

• Teknologi komunikasi yang andal.(X3.2)

• Infrastruktur Bencana (Tanggul, Sumur Resapan, Jalur Evakuasi

dll).(X3.3)

• Menyimpan kapasitas cadangan.(X3.4)

• Layanan dasar (mis. Air, transportasi, keamanan, dll.) dapat

diakses oleh semua sektor masyarakat.(X3.5)

Guna Lahan dan

Desain Struktur.

(GLDS)

• Infrastruktur kritis yang terletak di luar daerah berisiko tinggi

dan dibangun untuk mengatasi risiko dari bahaya prioritas. Para

pengembang dan masyarakat memasukkan pengurangan risiko

ke dalam lokasi dan desain bangunan. (X4.1)

• Program pendidikan, program penyuluhan, dan pelatihan

dibentuk untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan

penggunaan lahan dan standar pembangunan.(X4.2)

• Bangunan rumah kokoh dan adaptif (Panggung, meningkatkan

lantai, terdapat kolong langit).(X4.3)

• Menggunakan bahan-bahan di alam sekitar untuk pembangunan.

(X4.4)

• Kesesuaian zonasi dan guna lahan. (X4.5)

3 Tata

Kelola

Strategi dan

Kepemimpinan.

(SK)

• Proses perencanaan yang konsultatif.(X5.1)

• Melakukan perencanaan yang strategis proses penetapan

perencanaan.(X5.2)

• Mekanisme untuk hubungan masyarakat dengan

pemerintah.(X5.3)

• Legalitas dan Sistem regulasi.(X5.4)

• Rencana dan kebijakan pembangunan yang terintegrasi.(X5.5)

Manajemen

Sumber daya

pesisir.

(MSDP)

• Kebijakan dan rencana diimplementasikan dan dimonitor untuk

secara efektif mengelola sumber daya pantai alam.(X6.1)

• Habitat pantai yang sensitif, ekosistem, dan unsur-unsur alam

dilindungi dan dijaga untuk mengurangi risiko bahaya pantai.

.(X6.2)

• Masyarakat secara aktif terlibat dalam perencanaan dan

menerapkan kegiatan pengelolaan sumber daya pantai. .(X6.3)

• Masyarakat dan pemerintah setempat menghargai dan

berinvestasi dalam pengelolaan dan konservasi untuk

mempertahankan sumber daya alam mereka. .(X6.4)

• Masyarakat menjaga alam dengan perilaku hidup bersih dan

sehat. .(X6.5)

Peringatan dan

Evakuasi.

(PE)

• Sistem peringatan dini masyarakat dan sistem evakuasi,

kebijakan, rencana, dan prosedur sedang dibuat.(X7.1)

• Memiliki peran dan bertanggungjawab mampu memperingatkan

penduduk yang rentan secara tepat pada waktunya. (X7.2)

• Peringatan masyarakat dan infrastruktur evakuasi sudah di

tempat dan di pelihara. (X7.3)

• Masyarakat siap menanggapi peringatan bahaya dengan tindakan

yang pantas. (X7.4)

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

20

No Elemen Dimensi Variabel

• Mengerti tindakan pertama yang harus dilakukan saat terjadi

bencana. (X7.5)

Tanggap darurat

(TD)

• Peran dan tanggung jawab yang telah ditentukan ditetapkan

untuk segera bertindak di semua tingkatan.(X8.1)

• Kegiatan persiapan (latihan dan simulasi) terus berlangsung

untuk melatih dan mendidik masyarakat. (X8.2)

• Layanan darurat dan bantuan dasar tersedia. (X8.3)

• Organisasi dan sukarelawan ditetapkan dengan sumber teknis

dan keuangan untuk mendukung kegiatan tanggap darurat.

(X8.4)

• Terdapat organisasi masyarakat atau lainnya yang biasa

menangani dengan cepat. (X8.5)

Pemulihan

Bencana

(PB)

• Rencana pemulihan bencana telah ditetapkan bahwa keprihatinan

ekonomi, lingkungan, dan sosial dari masyarakat.(X9.1)

• Proses pemulihan bencana dimonitor, dievaluasi, dan diperbaiki

pada selang waktu tertentu. (X9.2)

• Mekanisme koordinasi di tingkat internasional, nasional, dan

lokal sudah ditetapkan untuk pemulihan bencana. (X9.3)

• Sumber-sumber teknis dan keuangan tersedia untuk mendukung

proses pemulihan. (X9.4)

• Memiliki modal untuk membangun kembali kerusakan yang

terjadi ( Kas, Tabungan Pribadi maupun kelompok dll). (X9.5)

1.7.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan menjawab tujuan dan sasaran-sasaran yang

telah di rumuskan sebelumnya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis statistik deskriptif dan analisis

kuadran utama. Penjelasan analisis akan dijelaskan per sasaran yaitu sebagai

berikut:

Sasaran 1 : Mengidentifikasi karakteristik kawasan informal di Kelurahan

Kota Karang dan Kelurahan Kangkung.

Pada sasaran pertama dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif dalam mengidentifikasi karakteristik kawasan informal

berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui observasi dan kuesioner

yang selanjutnya di deskripsikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar.

Perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi serta

perhitungan persentase untuk memberikan gambaran terkait karakteristik kawasan

informal.

Sasaran 2 : Mengidentifikasi modal ketahanan pada kawasan informal di

Kelurahan Kota Karang dan Kelurahan Kangkung.

Pada sasaran kedua dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kualitatif menurut (Sugiyono, 2015) menjelaskan bahwa metode analisis deskriptif

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

21

merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan

variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri

sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan

variabel yang lain. Dari pengertian menurut Sugiyono ini dapat diartikan bahwa

metode ini dilakukan dengan pendekatan secara kualitatif bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematis dan menjelaskan fakta-fakta terkait hubungan

antar variabel yang dicari dengan cara pengumpulan data, mengolah data,

menganalisis data, serta menginterpretasikan data hasil dari wawancara dan

observasi lapangan, untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penyajian data

dapat menggunakan tabel, grafik, perhitungan statistik sederhana seperti rata-rata

perhitungan persentase untuk melakukan pengurutan. Analisis deskriptif kualitatif

digunakan untuk mendeskripsikan hasil karakteristik ketahanan dan mitigasi yang

telah dimiliki yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan tinjauan literatur.

Analisis yang akan dilakukan terhadap data dan informasi yang didapatkan dengan

diperoleh melalui data coding.

Menurut Tesch (1990) dalam Craswell (2016) Tahapan Analisis Deskriptif

Kualitatif sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dan melakukan transkrip wawancara dan observasi.

2. Membaca seluruh transkrip wawancara dengan memahami dan mengambil

gagasan inti.

3. Pilih wawancara paling menarik dan singkat untuk memahami makna

dasarnya dan tulis gagasan tersebut.

4. Tabulasi topik berdasarkan kesamaan seperti topik adaptasi topik mitigasi,

dan topik ketahanan ke dalam kolom-kolom khusus.

5. Topik tersebut kembali ke data lalu ringkas topik menjadi kode-kode, lalu

tulis kode tersebut ke dalam segmen/kategori.

6. Masukanlah materi-materi data ke dalam setiap kategori dan mulai analisis

awal.

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

22

7. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,

kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Deskripsi akan

melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail.

8. Menampilkan hasil analisis atau narasi menggunakan visual lain seperti

gambar hasil observasi dan tabel-tabel.

9. Menganalisis data adalah menginterpretasi atau memaknai data dengan

menarik benang merah apa yang didapatkan dari semua ini sehingga

tertuang esensi dari suatu gagasan.

Sasaran 3 : Mengklasifikasi tingkat dan variabel prioritas ketahanan pada

kawasan informal pesisir Kota Bandar Lampung terhadap dampak

perubahan iklim.

Pada sasaran ketiga pada penelitian ini menggunakan Analisis kuantitatif

dengan pengambilan data dengan questionnaire-based interview hasilnya akan

dilakukan scoring dan pembobotan untuk mengidentifikasi nilai performa variabel

dan indikator ketahanan, akumulasi sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan

sebelumnya dari indikator ketahanan. Perumusan indikator-variabel untuk resiliensi

kawasan informal pesisir dalam studi ini dilakukan menurut Coastal Community

Resilience, City Resilience Framework dan Climate Disaster Resilient Index karena

dianggap dapat merepresentasikan kondisi lapangan atau lokasi penelitian yaitu

pesisir kota teluk Bandar Lampung di mana tolak ukur yang digunakan berfokus

pada social and cultural capacity. Peninjauan konteks “masyarakat” pada studi ini

adalah terkait dengan masyarakat yang tinggal di pemukiman informal dan pekerja

sektor informal di sana. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan uji normalitas

dan statistik deskriptif yang selanjutnya dilakukan analisis kuadran utama untuk

mencari variabel prioritas dengan menggunakan aplikasi SPSS.

Terdapat tiga probabilitas respons yang akan diberikan oleh responden

“ya”, “tidak” atau “tidak tahu”. Jika responden tidak tahu maka jawaban tidak

dipertimbangkan dalam penilaian. Tanggapan “tidak” memberikan nilai nol untuk

pertanyaan spesifik tetapi jika jawabannya adalah "ya", maka para pewawancara

meminta narasumber untuk memberikan nilai dalam skala satu sampai lima untuk

pertanyaan spesifik tersebut. Nilai lima adalah “sangat baik” dan satu adalah

kondisi “tidak baik”. Terdapat sembilan dimensi dengan 45 variabel ketahanan

yang dinilai pada kuesioner yang akan diberi nilai berdasarkan kriteria keterangan

Page 23: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

23

ketahanan pada buku A Guide for Evaluating Coastal Community Resilience to

Tsunamis and Other Coastal (2007) yang dapat dilihat pada Tabel 1.6.

TABEL I.6

PENILAIAN SKORING UNTUK MASING-MASING DIMENSI

KETAHANAN Nilai Keterangan Presentasi Ketahanan

5 Memuaskan 81-100%

4 Sangat Baik 61-80%

3 Baik 41-60%

2 Cukup 21-40%

1 Kurang 1-20%

0 Kondisi Tidak Ada/Tidak Tahu

Sumber : (U.S. Indian Ocean Tsunami Warning System Program, 2007)

Setelah memilih skor, responden kembali diminta untuk membenarkan

nilai mereka pada isu tersebut lalu dilakukan pembobotan dengan keterangan

sebagai berikut: skor 1-2 memiliki bobot 1, skor 3 memiliki bobot 3 dan skor 4-5

memiliki bobot 5. Maka didapatkan hasil dengan skor dan persentase nilai dari

masing-masing dimensi ketahanan dengan keterangan yang dapat dilihat pada

Tabel I.7.

TABEL I.7

PEMBOBOTAN NILAI MASING-MASING VARIABEL Keterangan Nilai Pengali

/Nilai Bobot

Skor

Bobot

Pembagi

(Bobot Maksimal)

Presentasi

Ketahanan

Memuaskan 5 5 25

25

100%

Sangat Baik 4 5 20 80%

Baik 3 3 9 36%

Cukup 2 1 2 8%

Kurang 1 1 1 2,5%

Pembobotan tersebut dilakukan sebelum menentukan klasifikasi tingkat

ketahanan berdasarkan masing-masing kelas tingkatan yang sudah ditentukan.

Presentasi ketahanan pada setiap variabel tersebut digunakan kembali untuk

menentukan tingkat ketahanan kawasan. Presentasi ketahanan didapatkan dengan

cara merata-ratakan nilai pada masing-masing variabel ketahanan setiap dimensi,

sehingga nilai tersebut menjadi presentasi ketahanan dimensi, dan dirata-ratakan

Page 24: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

24

kembali pada setiap kawasan, sehingga diperoleh tingkat ketahanan kawasan.

Selengkapnya rumus perhitungan sederhana yang digunakan sebagai berikut:

Rumus:

Presentasi Ketahanan Variabel = ((Skor Total Variabel/Total Responden *Bobot)/25)*100%

Presentasi Ketahanan Dimensi = (Presentasi Ketahanan Variabel Total/5)

Presentasi Ketahanan Kawasan = (Presentasi Ketahanan Dimensi Total/9)

Selanjutnya didapatkan tingkat ketahanan berdasarkan klasifikasi tingkat

yang dibagi menjadi tiga kelas, rendah, sedang dan tinggi yang selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel I.8.

TABEL I.8

KLASIFIKASI TINGKAT KETAHANAN Klasifikasi Tingkat Ketahanan

Merah High Resilience 61%-100%

Kuning Intermediate 41-60%

Hijau Low Resilience 0-40%

Sumber : (Farida & Rahayu, 2017)

Hasil skoring dan pembobotan dalam menentukan tingkat ketahanan ini

akan digambarkan melalui spiderchart pada setiap dimensi dan variabel ketahanan

yang digunakan berdasarkan daerah studi. Berdasarkan hasil penilaian 105

responden terhadap sembilan dimensi dan 45 variabel ketahanan dilakukan rata-rata

skor seperti pada Tabel 1.9.

TABEL I.9

NILAI RATA-RATA DIMENSI INPUTAN SPSS Kode Dimensi x1 x2 x3 x4 x5

KK Kesehatan dan Kesejahteraan 1,897436 3,737179 4,051282 3,094551 4,358974

PR Pengetahuan Risiko 3,649038 2,758013 2,346154 3,133013 3,504808

ILA Infrastruktur dan

Lingkungan Alam 3,217949 3,972756 3,375 2,397436 3,564103

GLDS Guna Lahan dan Desain

struktur 2,205128 2,432692 4,129808 2,863782 2,323718

SK Strategi dan

Kepemimpinan 2,636218 2,333333 3,639423 2,774038 2,741987

MSDP Manajemen Sumber daya

Pesisir 2,346154 2,269231 2,217949 2,24359 2,336538

PE Peringatan dan Evakuasi 3,076923 2,733974 3,74359 2,996795 4,009615

TD Tanggap Darurat 3,761218 2,49359 3,214744 3,060897 2,346154

PB Pemulihan Bencana 2,745192 3,304487 3,791667 2,179487 2,826923

Metode PCA bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati

dengan cara mereduksi dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan

Page 25: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

25

korelasi di antara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke

variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali. Mengenai layak atau tidaknya

analisis faktor, maka perlu dilakukan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Barlett

Test. Apabila nilai KMO berkisar antara 0,5 sampai dengan 1 maka analisis faktor

layak digunakan. Namun, jika nilai KMO kurang dari 0,5 maka analisis faktor tidak

layak dilakukan. MSA memiliki nilai di atas 0,5. Artinya analisis dapat dilanjutkan.

Selanjutnya untuk menentukan dimensi prioritas berdasarkan analisis

kuadran utama melalui analisis faktor Principal Component Analysis/Analisis

Komponen Utama yang digambarkan dengan membagi kepada empat kuadran

utama dan memilih kuadran satu dan tiga sebagai dimensi yang diprioritaskan

seperti pada Gambar 1.2

GAMBAR 1.2

DIAGRAM PEMBAGIAN KUADRAN UTAMA

a. Kuadran I : dimensi-dimensi yang berada pada kuadran I artinya dimensi pada

kuadran ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan namun butuh dilakukan

intervensi untuk meningkatkan ketahanan, sehingga dapat dijadikan prioritas

utama untuk dikembangkan.

Page 26: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

26

b. Kuadran II : dimensi-dimensi yang berada pada kuadran II dimensi ini memberi

pengaruh yang cukup signifikan dengan nilai performa yang juga sudah baik,

jadi kondisi butuh dipertahankan.

c. Kuadran III : dimensi-dimensi yang berada pada kuadran III artinya variabel ini

tidak terlalu memberikan pengaruh yang cukup signifikan namun butuh

dilakukan intervensi (peningkatan nilai performa) agar meningkat ketahanan.

d. Kuadran IV : dimensi-dimensi yang berada pada kuadran IV artinya dimensi ini

tidak terlalu memberi pengaruh yang cukup signifikan dan nilai performa juga

sudah cukup baik jadi tidak terlalu dibutuhkan intervensi pada aspek tersebut.

1.8 Rumusan Metodologi Penelitian

Rumusan metodologi dibuat untuk mengurutkan proses penelitian dari

setiap sasaran hingga mencapai tujuan dan mempermudah penjelasan pada bab

hasil pembahasan. Berdasarkan informasi yang ingin didapatkan, cara mendapatkan

informasi tersebut, sampai analisis yang digunakan untuk mendapatkan output yang

dinginkan. Selengkapnya rumusan metodologi penelitian dapat dilihat pada

Gambar 1.3.

Page 27: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

27

GAMBAR 1.3

RUMUSAN METODOLOGI PENELITIAN

Page 28: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

28

1.9 Penelitian Terdahulu

Maksud dari dibuatnya tabel penelitian terdahulu ini untuk memperlihatkan pentingnya penelitian ini dilakukan dan dengan

melihat kesamaan tema penelitian dan juga dapat membedakan penelitian yang saat ini dilakukan dengan yang terdahulu sehingga

dapat diambil pembelajaran dalam menentukan lokasi, tujuan, variabel, metodologi dan hal lainnya. Berikut merupakan tabel keaslian

penelitian dari berbagai sumber yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I.8.

TABEL I.6

PENELITIAN TERDAHULU No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metodologi Hasil/Pembahasan/Fokus

1

Guruh

Krisnantara

(2019)

Ketahanan Kota

Yogyakarta terhadap

Bencana Alam

Menentukan indeks

ketahanan di

Yogyakarta melalui

perbandingan indeks

kapasitas dan indeks

kerentanan,

mengidentifikasi

strategi ketahanan

pada masing-masing

unit kelurahan, dan

mengetahui

keberlanjutan strategi

ketahanan yang ada

Indeks ketahanan dibentuk oleh perbandingan antara

kapasitas dan kerentanan yang ada di masing-masing

unit kelurahan. Variabel kerentanan merupakan hasil

elaborasi dari empat sumber yaitu Cutter dkk. (2008),

Cutter dkk. (2010), BNPB (2012), dan Kusumastuti

dkk. (2014), sedangkan variabel kapasitas didasarkan

pada jumlah kampung/desa/kelurahan berketahanan.

Identifikasi strategi ketahanan menggunakan

wawancara terhadap pengurus kelurahan,

kampung/desa/kelurahan berketahanan. Analisis

keberlanjutan strategi ketahanan adalah menggunakan

IPA skala prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas

rendah, pertahankan prestasi, dan berlebih.

Yogyakarta memiliki indeks ketahanan bencana alam yang

cukup baik karena banyak komunitas yang terkait dengan

penanganan bencana alam. Faktor yang diidentifikasi

mempengaruhi indeks ketahanan tinggi dan rendah termasuk

indeks kerentanan dan indeks kapasitasnya sendiri sebagai

faktor pembentuk indeks ketahanan dan selain itu dipengaruhi

oleh faktor-faktor eksternal seperti kedekatan dengan bencana,

difusi ruang kota, dan terkait perencanaan tata ruang kota. Oleh

karena itu, dalam merealisasikan suatu kawasan untuk

pengembangan kota atau pusat kegiatan juga perlu

memperhatikan pembangunan kapasitas menghadapi bencana

baik dari segi infrastruktur fisik yang terkait dengan bencana

maupun dengan pembangunan kapasitas atau modal sosial

masyarakat.

2

Chirstania

H.T

Watung,

Rieneke L.

E Sela dan

Linda

Tingkat Ketangguhan

dan Ketahanan Kota

Manado Terhadap

Bencana

Mengidentifikasi

sebaran daerah-daerah

rawan bencana banjir,

gunung api, tsunami,

gempa bumi dan

longsor Kota Manado

dan mengukur tingkat

Metode Analisis Spasial dan analisis deskriptif untuk

menghasilkan peta-peta serta informasi landasan

penilaian tingkat ketangguhan dan ketahanan Kota

Manado terhadap Bencana. Data yang digunakan data

sekunder berupa peta rawan bencana, tata ruang,

infrastruktur dasar, fasilitas publik, perencanaan dan

perizinan, manajemen donasi dan data mengenai

Hasil analisis menunjukkan dari 9 kriteria di dalamnya yang

memiliki capaian tertinggi adalah kriteria fasilitas pelayanan

publik, diikuti dengan kriteria kesiapsiagaan stakeholder,

perencanaan dan perizinan, tata ruang, kelembagaan dan

anggaran kemampuan dasar stakeholder, sosial ekonomi,

penelitian, teknologi dan ekosistem serta kriteria infrastruktur

yang memiliki capaian paling rendah.

Page 29: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

29

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metodologi Hasil/Pembahasan/Fokus

Tondobala

(2018)

ketangguhan dan

ketahanan Kota

Manado terhadap

bencana banjir, erupsi

gunung api, tsunami,

gempa bumi dan

longsor melalui

kriteria penilaian

ketangguhan dan

ketahanan Kota

kelompok sadar bencana. Data primer survei lapangan

EWS, Kuesioner pelaksanaan penelitian dan

kemajuan teknologi, peraturan dan perizinan,

pemahaman serta penyebaran informasi pada

stakeholder, kemampuan dan pemahaman

stakeholder, pendanaan dan anggaran, metode analisis

spasial dan deskriptif penjabaran kepada data

sekunder, sedangkan primer dengan 9 kriteria, 27 sub

kriteria dan 65 indikator penilaian dan 120 indikator

oprasional dengan penilaian 1-5 rendah-sangat tinggi.

3

Budi Satria,

Mutia Sari

(2017)

Tingkat Resiliensi

Masyarakat di Area

Rawan Bencana

Mengetahui tingkat

resiliensi masyarakat

di area bencana

Metode analisis deskriptif eksploratif dengan

pendekatan crossectional study Teknik Pengumpulan

data 100 sampel dengan cara purposive sampling

dalam bentuk dichotomus choice 35 pertanyaan

Ya/Tidak .dengan alat ukur CD-RISC 10 dengan

Resilience Quotient dari Reivich dan Shate (2002)

dengan (alpha conbach = 0,885). Uji Validitas

instrumen penelitian menggunakan Conten Validity

meliputi Face Validity serta Contrusct Validity.

Resiliensi masyarakat terhadap bencana berada pada kategori

tinggi 63%. Diharapkan pada pemerintah, keluarga serta

masyarakat untuk dapat meningkatkan resiliensi dengan

demikian masyarakat dapat menjalankan hidupnya dengan lebih

baik terutama masyarakat yang masih tinggal di area rawan

bencana

4

Mery Ana

Farida,

Harkunti

Pertiwi

Rahayu

(2016)

Kajian Tingkat

Resiliensi Kawasan

Pariwisata Sanur

terhadap Tsunami

ditinjau dari Aspek

Atraksi, Aktivitas,

dan Amenitas

Menganalisis

resiliensi kawasan

pariwisata sanur

terhadap tsunami

Metode analisis data terdiri dari skoring dan

pembobotan dengan metode PCA, analisis kuadran

important-performance analysis, dan korelasi, dengan

pengumpulan data questionnaire-based interview

jumlah sampling dengan rumus lemeshow yaitu 68

responden tetapi responden pada penelitian ini ada 72.

tingkat resiliensi kawasan ini berpacu pada framework

coastal community resilence (CCR)

Hasil analisis didapat bahwa terdapat 5 elemen resiliensi yang

tergolong masih low resilience yaitu elemen governance, society

& economy, land use & structural design, risk knowledge dan

emergency response. Sedangkan elemen warning & evacuation

tergolong dalam kategori intermediate. Kemudian elemen

coastal resource management dan disaster recovery termasuk

dalam kategori high resilience.

6

Edi Bagus

Yuniawan

(2015)

Tingkat Ketangguhan

Terhadap Dampak

Perubahan Iklim di

Kawasan Pesisir Kota

Semarang

Mengetahui tingkat

ketangguhan sektor-

sektor strategis terkait

sensitivitas terhadap

perubahan iklim yang

tinggi

Metode analisis deduktif kuantitatif deskriptif terkait

sensitvitas terhadap perubahan iklim yang tinggi yaitu

sektor air bersih, kesehatan, banjir, persampahan,

mangrove dan juga perikanan Mengukur tingkat

ketangguhan terhadap perubahan iklim oleh ARUP

dan I-S-E-T dengan pendekatan 4R (Resourceulness,

Redundancy, Rapdity, dan Robustness)

Hasil penelitian menunjukan sektor mangrove yang dikatakan

tangguh terhadap dampak perubahan iklim. selain itu, elemen

yang menyebabkan ketangguhan kawasan pesisir tersebut

adalah elemen agen, dimana elemen ini menggambarkan

ketangguhan pelaku serta atau stakeholders yang seharusnya

dapat menjadi penggerak elemen lainnya yaitu elemen sistem

dan institusi pada masing-masing sektor. Sumber: 1. (Krisnanatar Guruh,2019) 2. (Watung, Sela, & Lind, 2018) 3. (Satria & Sari, 2017) 4. (Farida & Rahayu, 2017) 5. (Sitadevi, 2016) 6. Yuniawan Bagus Edi, 2015

Page 30: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

30

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah terletak

pada wilayah penelitian yaitu berupa kawasan yang berada di pesisir Kota Bandar

Lampung yaitu kawasan informal di sebagian Kelurahan Kota Karang dan

Kelurahan Kangkung yang spesifik pada permukiman yang berada di sempadan

pantai, sempadan sungai, dan di atas laut. Konsep ketahanan yang diambil dari 3

(tiga) sumber berbeda Coastal Community Resilient, Climate Disasater Resilient

Index dan City Resilience Framework dengan fokus terhadap dampak dari

perubahan iklim, kawasan pesisir dan ketahanan kota.

Metode penelitian yang digunakan dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan kuesioner yang bermaksud untuk mencari tahu

karakteristik wilayah dan ketahanan dari suatu kawasan tersebut berdasarkan

fenomena yang terjadi. Pada penelitian ini juga digali berdasarkan dua jenis dan

sumber pengambilan data yaitu data sekunder dan primer dengan metode campuran

dalam menganalisis data yang didapatkan berdasarkan data kualitatif dan

kuantitatif. Namun lebih cenderung pada kualitatif karena data kuantitatif pada

kuesioner dalam uji statistik dalam menentukan tingkat ketahanan dan dimensi

prioritas merupakan data persepsi dan sebagai penguat untuk melakukan analisis

lanjutan dalam memberikan sebuah rekomendasi yang sesuai berdasarkan teori dan

hasil yang didapatkan di lapangan.

Page 31: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

31

1.10 Kerangka Berpikir

GAMBAR 1.4

KERANGKA BERPIKIR

Page 32: BAB I PENDAHULUANrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2011040001/...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia,

32

1.11 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti menuliskan berbagai pemikiran yang rasional dalam

pemilihan tema ketahanan kota sebagai objek penelitian dan beberapa alasan yang

logis dalam merumuskan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

tujuan, sasaran, dan manfaat. Pada bab ini juga terdapat sub bab keaslian penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti menuliskan berbagai teori-teori pendukung sebagai

landasan penelitian dengan topik seperti teori mengenai ketahanan, kawasan

informal, kawasan pesisir, dan perubahan iklim.

BAB IV GAMBARAN WILAYAH

Pada bab ini peneliti mendeskripsikan wilayah penelitian dengan aspek-

aspek yang berkaitan dengan topik seperti kondisi fisik lingkungan, sosial budaya

kependudukan, ekonomi wilayah, dan kelembagaan serta kondisi iklim kota.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil analisis yang didapatkan dari pengambilan data

secara primer dan sekunder. Penjelasan identifikasi karakteristik fisik dan non fisik

kawasan informal pesisir serta aspek bencana dan perubahan iklim, identifikasi

karakteristik ketahanan dan bentuk-bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,

tingkat ketahanan serta dimensi prioritas ketahanan di kawasan informal pesisir

Kota Bandar Lampung.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi terhadap penelitian yang

dilakukan. dijelaskan juga mengenai keterbatasan studi, rekomendasi studi serta

saran studi lanjutan yang dapat dilakukan untuk melengkapi penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA