Click here to load reader
Upload
nona-namaquw
View
258
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia pengobatan semenjak dulu selalu berjalan
seiring dengan kehidupan manusia. Karena, sebagai
makhluk hidup, manusia amatlah akrab dengan berbagai
macam penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk
berlepas diri dari berbagai penyakit itulah yang mendorong
manusia berupaya menyingkap berbagai metode
pengobatan, mulai dari mengkonsumsi berbagai jenis
tumbuhan secara tunggal maupun yang sudah
terkontaminasi, yang diyakini berkhasiat menyembuhkan
penyakit tertentu, atau sistem pemijatan, akupuntur,
pembekaman hingga operasi dan pembedahan.
Salah satu trend pengobatan kontemporer yang sedang
berkembang di Indonesia adalah bekam. Di Indonesia bekam
sudah sering dipakai untuk pengobatan dengan beberapa
nama seperti canduk, canthuk, kop, cupping, mambakan dan
lainnya. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah 'Oxidant
Release Therapy' atau 'Oxidant Drainage Therapy' atau
istilah yang lebih populer adalah 'detoksifikasi'
Bekam merupakan terjemahan dari hijamah, dari kata
al-hajmu yang berarti pekerjaan membekam. Al hijmu berarti
1
menghisap atau menyedot. Sehingga hijamah atau bekam
diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat
menyerupai tabung serta mengeluarkannya dari permukaan
kulit dengan penyayatan yang kemudian ditampung di dalam
gelas. Bekam sendiri terbagi empat macam, yaitu bekam
kering, bekam luncur, bekam tarik dan bekam basah. Banyak
penyakit yang dapat disembuhkan dengan terapi bekam ini,
seperti untuk terapi penyakit paru-paru, radang ginjal,
pembengkakan liver/radang selaput jantung, melancarkan
peredaran darah (hipertensi), asam urat, kolesterol, dan
osteoporosis, migraine, dan vertigo. (dr. Wadda’ A. Umar)
Bekam sudah ditemukan sejak zaman dulu sebelum
zaman moderenisasi seperti yang disebutkan oleh Curtis N,
J (2005). Catatan textbook kedokteran tertua Ebers Papyrus
yang ditulis sekitar tahun 1550 SM di Mesir kuno
menyebutkan masalah Bekam. Pada zaman China kuno
seorang herbalis Ge Hong (281-341 M) dalam bukunya A
Handbook of Prescriptions for Emergencies menggunakan
tanduk hewan untuk membekam/mengeluarkan bisul yang
disebut tehnik “jiaofa”, sedangkan di masa Dinasti Tang,
bekam dipakai untuk mengobati TBC paru-paru . Pada kurun
abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah) , orang-orang di Eropa
menggunakan lintah (al ‘alaq) sebagai alat untuk bekam
2
(dikenal dengan istilah Leech Therapy) dan masih
dipraktekkan sampai dengan sekarang.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu
di dunia. Hipertensi menyerang lebih dari 700 juta penduduk
dunia dengan angka mortalitas 7 juta jiwa dan morbiditas 64
juta jiwa pertahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular
oleh WHO di Jakarta, menunjukkan angka prevalensi
hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing
pada pria 12,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi
mencapai 12,2% (2000).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah
kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan
darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan
darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko
untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis. (Wikipedia)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua
angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
3
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah
kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di
kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. (JNC
VII)
Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan
menggunakan terapi alternatif dan komplementer, salah
satunya yaitu terapi bekam atau hijamah yang sudah
digunakan semenjak zaman Nabi Muhammad
SAW (Vitahealth, 2006). Terbukti dengan adanya hadis Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi“Kesembuhan itu terdapat
pada tiga hal, yaitu minuman madu, sayatan alat bekam dan
kay (pembakaran) dengaan api, dan sesungguhnya aku
melarang umatku dari kay.” Sabda yang lain“Sungguh,
pengobatan paling utama yang kalian gunakan adalah
bekam,” (Hadits Shohih). "Apabila ada atau ada kebaikan
pada sesuatu dari obatmu, maka ia ada pada hijamah atau
meminum madu (herba)" (H.R. Bukhori dalam Yasin, 2005).
Cara kerja bekam dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi pembekaman pada satu poin maka
dikulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan
4
ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan lain-lain.
Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti
serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance
(SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta
flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler
juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat
pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan
mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek
relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat
vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara
stabil. (dr. Wadda A. Umar, 2010)
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
mahasiswa UII Jogjakarta menyebutkan bahwa, analisa
statistik menggunakan uji t-berpasangan dengan tingkat
kepercayaan 80 % (α=0.2) dengan hasil terjadinya tren
penurunan tekanan darah pada subyek penelitian dengan
nilai p=0.000. Didapatkan 20 subyek yang mengikuti
penelitian ini dengan perbandingan laki-laki (n = 13; 65%),
perempuan (n = 7; 35%). Pengukuran tekanan darah sistol
pada 20 subyek sebelum dan setelah terapi bekam
didapatkan rerata perbedaan sebesar 16.25 mmHg dengan
standar deviasi 07.76 (M±SD) (16.25±07.76). Pada
pengukuran tekanan darah diastol pada 20 subyek sebelum
5
dan setelah terapi bekam didapatkan tren rerata perbedaan
sebesar 08.00 mmHg dengan standar deviasi 06.36 (M±SD)
(08.00±06.36). Diperoleh kesimpulan terdapat hubungan
antara terapi bekam dengan penurunan tekanan darah pada
subyek yang menderita hipertensi. Hal ini terbukti dengan
terjadinya tren penurunan pada 20 subyek penelitian dengan
tingkat kepercayaan 80 % menghasilkan nilai p=0.000.
Solusi yang ditawarkan penulis untuk masalah
hipertensi yang terjadi di masyarakat saat ini bisa dengan
menggunakan alternatife terapi bekam, selain dari menjaga
pola makan dan hidup sehat. Karena terapi bekam juga
terbukti dapat menurunkan tekanan darah.
Sesuai dengan hasil studi pendahuluan di Rumah Sehat
Dompet Dhuafa, Balikpapan, Kalimantan Timur terdapat
rerata pasien dari bulan septermber-oktober 2011 sebanyak
150 orang dan 50 orang diantaranya adalah pasien
hipertensi yang datang untuk melakukan terapi bekam. Hal
inilah yang mendasari penulis membahas terapi penurunan
tekanan darah menggunakan terapi bekam, penulis ingin
membahas lebih lanjut mengenai pengaruh terapi bekam
dengan menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Agar masyarakat tahu bahwa menurunkan
tekanan darah juga bisa dilakukan dengan terapi bekam
selain dengan menggunakan terapi atau pengobatan lainnya.
6
Kekhususan atau kelebihan penelitaian ini dengan
penelitian lain adalah penulis menjabarkan tentang riwayat
demografi pada penderita hipertensi yang melakukan terapi
bekam bukan hanya mengukur tekanan darah sebelum dan
sesudah bekam dan juga membandingkan keduanya. Data
demografi yang diteliti seperti, umur, jenis kelamin, berat
badan, riwayat keluarga yang menderita hipertensi, terapi
lain yang digunakan selain bekam, merokok, pola makan dan
olahraga, dan penyakit lain selain hipertensi. Sehingga bisa
dimanfaatkan dan dapat dianalasi melalui analisa data
univariat untuk mengukur frekuensi dari variabel demografi
tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Makin meningkatnya angka penderita hipertensi di
Indonesia karena pola makan dan hidup sehat yang kurang
baik. Sehingga banyak terapi alternatif selain obat kimia
untuk menurunkan tekanan darah. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan terapi bekam. Jadi penulisan rumusan
masalah yang mendasari dalam penulisan karya tulis ini
adalah “Bagaimana efektifitas terapi bekam (oxidant release
therapy) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Rumah Sehat Dompet Dhuafa, Balikpapan,
Kalimantan Timur?”
7
1.3. Tujuan
- Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas terapi bekam basah (wet oxidant
release therapy) terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Rumah Sehat Dompet Dhuafa,
Balikpapan, Kalimantan Timur.
- Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat demografi penderita hipertensi yang
melakukan bekam di rumah sehat dompet dhuafa
2. Mengetahui tekanan darah responden sebelum
dilakukan terapi bekam
3. Mengetahui tekanan darah responden setelah dilakukan
terapi bekam
4. Menganalisa perbandingan penurunan tekanan darah
pada responden sebelum dan sesudah terapi bekam
1.4. Manfaat
1. Bagi Perawat
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pembelajaran mengenai penyakit hipertensi serta
menambah pengetahuan tentang perawatan
komplementer melalui bekam yang dapat dimasukkan
dalam asuhan keperawatan.
8
2. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui apakah bekam berhasil menurunkan
tekanan darah secara signifikan. Sehingga masyarakat
dapat mengetahui bahwa terapi menggunakan bekam
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
3. Teoritis
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran secara
teori dan dikembangkan. Agar bermanfaat dan
berkembang pengetahuan teori tentang manfaat terapi
menggunkan bekam.
4. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan pengalaman dalam menjalankan
penelitian, memperoleh informasi baru yang belum pernah
diketahui atau diteliti dan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang cara dan manfaat terapi
menggunakan bekam dalam menurunkan tekanan darah.
5. Bagi Institusi UMM
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang
9
pengaruh terapi bekam untuk menurunkan tekanan darah.
Dan untuk pembangunan ilmu pengetahuan di kampus dan
untuk sumbangsih ilmu bagi adik tingkat.
1.5. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Agis Taufik, S.Kep
denagn judul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien
Hipertensi di Klinil An-Nahil Purwekerto” pada tahun
2010. Penelitian ini bersifat preeksperimental dengan
one group pre test and post test without control group
design. Metode pengambilan sampel adalah purposive
sampling. Analisa statistik paired t-test. Rerata kadar
asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam berturut-
turut 4,91 dan 4,33. Berdasarkan uji t perbedaan kadar
asam urat dalam darah sebelum dan sesudah terapi
bekam didapatkan nilai t=2,46 (p=0,02), nilai p lebih
kecil daripada (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan kadar asam urat dalam darah sebelum
dan sesudah terapi bekam secara bermakna.
2. Menurut penelitian yang dilakukan mahasiswa
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dengan judul
“Hubungan Terapi Bekam Dengan Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Al Hijamah
10
Sleman Yogyakarta”, menggunakan metode survei
eksperimenal dengan percobaan klinis. Penelitian yang
akan dilakukan hanya menggunakan single blind
menggunakan satu kelompok dan tidak menggunakan
kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji t-
berpasangan dengan tingkat kepercayaan 80 % (α=0.2)
dengan hasil terjadinya tren penurunan tekanan darah
pada subyek penelitian dengan nilai p=0.000.
Pengukuran tekanan darah sistol pada 20 subyek
sebelum dan setelah terapi bekam didapatkan rerata
perbedaan sebesar 16.25 mmHg dengan standar deviasi
07.76 (M±SD) (16.25±07.76). Pada pengukuran
tekanan darah diastol pada 20 subyek sebelum dan
setelah terapi bekam didapatkan tren rerata perbedaan
sebesar 08.00 mmHg dengan standar deviasi 06.36
(M±SD) (08.00±06.36). Terdapat hubungan antara
terapi bekam dengan penurunan tekanan darah pada
subyek yang menderita hipertensi, hal ini terbukti
dengan terjadinya tren penurunan pada 20 subyek
penelitian dengan tingkat kepercayaan 80 %
menghasilkan nilai p=0.000
11