75
PENGARUH RETURN ON ASSET, EARNING PER SHARE, DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM ( Studi pada Perusahaan Tobacco Manufactures yang Listing di BEJ ) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Ekonomi Oleh: MEIRA RUBIYANTI ( 03610437 ) 1

BAB I - Directory UMM : Universitas …directory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/Skripsi_1.doc · Web viewSampel yang digunakan sebanyak 10 perusahaan manufaktures selama periode 1998-2001

  • Upload
    vudan

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH RETURN ON ASSET, EARNING PER SHARE, DAN

ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM

( Studi pada Perusahaan Tobacco Manufactures yang Listing di BEJ )

SKRIPSIUntuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Dalam Ilmu Ekonomi

Oleh:

MEIRA RUBIYANTI

( 03610437 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGJURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI

2007

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan akan

memerlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak bisa hanya

mengandalkan sumber dari pemerintah saja, pertisipasi masyarakat sangat

diharapkan untuk ikut aktif melalui keikutsertaannya dalam usaha menggerakkan

perekonomian. Mengingat bahwa sektor swasta dalam menyediakan dana untuk

pembangunan yang cukup besar menuntut digalakannya pengerahan dana

masyarakat baik melalui peranan perbankan maupun pengembangan pasar modal.

Dengan potensinya yang semakin besar untuk memobilisasi dana, pasar modal

memiliki arti yang strategis bagi pembangunan perekonomian nasional.

Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu

negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Seperti halnya

dengan pasar modal di Indonesia dimana telah menjadi salah satu alternatif

pembiayaan bagi perusahaan selain sektor perbankan. Hal ini karena ada dua

fungsi yang dijalankan, yaitu fungsi ekonomi sangat penting dalam menjembatani

hubungan antara penyedia, yang disebut dengan investor dan pengguna dana

yang disebut dengan emiten atau perusahaan go public. Fungsi keuangan pasar

modal ditunjukkan dengan keberadaannya yang memungkinkan pihak-pihak yang

memiliki kelebihan dana dapat menanamkan modal dengan harapan memperoleh

2

hasil (return) dan perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk aktifitas

perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasional perusahaan.

Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain instrumen

ekuitas seperti saham dan instrumen hutang seperti obligasi. Hal yang perlu

diketahui adalah bahwa investasi pada saham merupakan investasi yang berisiko.

Harga saham dapat naik tetapi juga dapat turun. Investasi dalam saham

membutuhkan analisa yang cermat baik secara fundamental, tehnikal maupun

faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi seperti kebijakan ekonomi dan

politik pemerintah serta psikologi.

Motif investor menanamkan dananya pada sekuritas dari pasar modal

adalah untuk memperoleh return (tingkat pengembalian) yang optimal dengan

resiko tertentu atau memperoleh return pada resiko yang minimal. Return atas

pemilikan sekuritas khususnya saham, dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu

deviden dan capital gain (selisih harga jual saham diatas harga belinya).

Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham (baik

fundamental maupun intrinsik), yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental

security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis

(tehnical analysis) (Hartono, 1998: 61). Analisis fundamental menggunakan data

keuangan perusahaan seperti: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain.

Sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar saham yang meliputi harga

dan volume transaksi saham.

Bagi pemegang saham faktor fundamental memberikan gambaran yang

jelas dan bersifat analisis terhadap prestasi manajemen perusahaan dalam

3

mengelola perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam kerangka inilah

penelitian ini dilakukan, walaupun disadari bahwa faktor-faktor fundamental

sangat luas dan kompleks cakupannya tidak saja meliputi kondisi internal

perusahaan, tetapi juga kondisi fundamental makro ekonomi yang berada diluar

kendali perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi hanya menganalisis

faktor-faktor fundamental yaitu meliputi rasio Arning Per Share (EPS), Return

On Asset (ROA), dan Economic Value Added (EVA). Pemilihan faktor-faktor

tersebut sebagai variabel independen didasarkan pada pemikiran bahwa faktor

tersebut menggambarkan Return yang akan diterima para pemodal atas

investasinya pada saham.

Bagi para investor yang melakukan analisis fundamental atau analisis

perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan

salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan

dibanding alternatif informasi lainnya. Dengan menggunakan laporan keuangan,

investor juga akan bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan earning yang

telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan antara

jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang

saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan, akan diperoleh komponen

earning per share (EPS). Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi

yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan

prospek earning perusahaan di masa depan (Tandelilin, 2001:232-234).

Untuk melakukan analisis perusahaan, di samping dilakukan dengan

melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan

4

analisis rasio keuangan. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting

untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauh

mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting

diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan

investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan

tingkat yang disyaratkan investor. Untuk itu, biasanya digunakan dua rasio

profitabilitas utama, yaitu; Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA)

(Tandelilin, 2001: 240).

Sekarang ini analisis economic Value Added (EVA), atau disebut juga

residual income, banyak digunakan untuk menilai kesehatan suatu perusahaan

(Mohamad Samsul, 2006: 146). EVA adalah suatu pendekatan yang dicetuskan

oleh Stern, Stewart & Co, untuk dapat menciptakan laba ekonomis dan

merupakan konsep yang sudah menjadi topik pemikiran ekonomi selama

beberapa tahun ini. Konsep EVA dilandasi pemikiran bahwa pengukuran laba

suatu perusahaan harus lebih riil dan adil serta mampu mempertimbangkan sisi

penyandang dana yaitu kreditor dan pemegang saham. Alat ukur ini

memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan

penciptaan nilai (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara

mengurangi laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu

dengan biaya modal yang timbul akibat investasi yang dilakukan. EVA adalah

keuntungan (kerugian) yang didapat setelah mengurangi laba operasi setelah

pajak dengan biaya modal dimana seluruh ekuitas modal dan kewajiban termasuk

didalamnya.

5

Nilai suatu saham berkaitan dengan perkiraan prestasi perusahaan di masa

depan .Varians harga saham selain dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan

yang bersangkutan juga dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran. Seorang

investor tentunya akan menanamkan modalnya pada saham yang memiliki kinerja

yang baik. Kinerja perusahaan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar

modal. Untuk itu diperlukan suatu analisa menyeluruh atas keadaan keuangan

perusahaan tersebut untuk memperoleh return yang maksimal.

Banyak perusahaan yang telah Go Publik dan terdaftar di Bursa Efek

Jakarta, diantaranya adalah perusahaan tobacco manufactures. Alasan obyek

penelitian pada perusahaan tobacco manufactures karena perusahaan tersebut

hampir tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian. Perusahaan tersebut akan

tetap eksis dan bertahan, disebabkan oleh produk yang dihasilkannya. Permintaan

akan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur akan tetap stabil walaupun

ada suatu penurunan, hal itu tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan

dalam menghasilkan laba yang optimal.

Perusahaan Tobacco Manufactures sebagai objek penelitian didasarkan

pada pertimbangan bahwa produk yang dihasilkan adalah rokok dimana

perusahaan rokok dikatakan sebagai perusahaan yang kebal krisis (Dyah Hasto

Palupi, 1999:79). Hal ini disebabkan kebiasaan merokok masyarakat Indonesia

tergolong intens. Kendati kampanye anti rokok terus digulirkan, menghilangkan

kebiasaan merokok bukan pekerjaan mudah karena tradisi merokok sudah

berlangsung lama, seumur hidup manusia. Loyalitas dan fanatisme perokok

sangat tebal. Terlebih lagi potensi perokok baru setiap tahunnya relatif besar,

6

terutama kalangan anak remaja. ”Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap

hari esok," demikian laporan ke Philip Morris 1981 yang dikutip Badan

Kesehatan Dunia (WHO) dalam siaran pers di Jakarta, Senin (14/6).

Sementara, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 59,04

persen laki-laki perokok dan 4,83 persen perempuan perokok. Jumlah perokok

pun terus meningkat, berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas), pada

2001 persentase jumlah penduduk Indonesia yang merokok 31,8 persen, tahun

2003 meningkat menjadi 32 persen dan pada 2004 menjadi 34,5 persen

(sumber:www.himpsijaya.org). Dan yang lebih mencengangkan adalah hasil

prediksi jumlah rokok yang dikonsumsi menurut media warta ekonomi, yaitu

sebesar 215,53 miliar batang pada tahun 2006! Sebuah angka yang fantastis.

Perusahaan Tobacco Manufactures yang terdiri dari empat perusahaan

yang listing di Bursa Efek Jakarta yaitu PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Bentoel

International Investama Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT. HM Sampoerna

Tbk. Perusahaan rokok ini dipilih karena selama pasca krisis moneter perusahaan

rokok menunjukkan kinerja yang cukup stabil yang ditunjukkan oleh laba

perusahaan yang tetap positif. Pada 2003, saat terjadi status quo terhadap

kebijakan rokok maka produksi berangsur mengalami kenaikan hingga tahun ini

yang mencapai sekitar 220 miliar batang rokok, di mana 187 miliar merupakan

produksi rokok kretek dan sisanya, rokok putih serta cerutu (Surabaya – Surya, 08

June 2007).

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan difokuskan untuk

mengetahui pengaruh Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan

7

Economic Value Added (EVA) terhadap return saham pada perusahaan rokok

yang terdaftar di BEJ selama lima tahun berturut-turut mulai 2002 sampai 2006.

Oleh karena itu judul penelitian ini adalah “ Pengaruh Earning per Share (EPS),

Return on Asset (ROA), dan Economic Value Added (EVA) terhadap Return

Saham ( Studi pada Perusahaan Tobacco Manufactures yang Listing di Bursa

Efek Jakarta )” .

B. RUMUSAN dan BATASAN MASALAH

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per

Share), dan EVA (Economic Value Added) secara serentak maupun parsial

terhadap return saham perusahaan Tobacco Manufactures yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta?

2. Diantara ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan EVA

(Economic Value Added) manakah yang dominan berpengaruh terhadap

return saham perusahaan Tobacco Manufactures yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta?

8

2. Batasan Penelitian

Guna memperoleh pembahasan yang lebih fokus dan komprehensif maka

permasalahan tersebut dibatasi oleh hal-hal berikut:

1. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan rokok yang listing di

Bursa Efek Jakarta dan mempublikasikan laporan keuangan dengan

periode buku yang berakhir 31 Desember.

2. Pengelolaan data bersifat kuantitatif. Hal yang bersifat kualitatif

tidak diteliti, seperti faktor manajemen perusahaan dan faktor eksternal

(kondisi sosial, hukum, dan sebagainya).

3. Return yang didapat dari capital gain / loss. Penghitungan biaya

atas ekuitas sebagai komponen penting dari EVA dengan menggunakan

pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan permasalahan maka penelitian ini dilakukan

dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh secara serentak maupun parsial antara

ROA (Return on Assets), EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic

Value Added) terhadap return saham perusahaan tobacco manufaktur yang

listing di Bursa Efek Jakarta.

2. Untuk mengetahui manakah diantara variabel ROA (Return on Assets),

EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic Value Added) yang dominan

berpengaruh terhadap return saham.

9

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan

dalam berinvestasi di pasar modal sehingga bisa meminimalisasi kemungkinan

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi dan dapat

memperoleh imbalan hasil (return) yang memuaskan sesuai dengan apa yang

diharapkan investor.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti dapat memperoleh tambahan wawasan dan

pengalaman untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama ini yang

berhubungan dengan pasar modal, khusunya kinerja keuangan baik yang berupa

rasio maupun yang berbasis nilai dan return saham.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pemahaman keseluruhan hasil penelitian ini, maka

penulis menyusun karya ilmiah ini secara sistematis yang secara garis besar

diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan diuraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian,

serta sistematika pembahasan.

10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai tinjauan atas penelitian

terdahulu, tinjauan pustaka yang mendukung penelitian dan perumusan

hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang jenis penelitian, sifat penelitian,

populasi dan sampel, jenis data, sumber data, definisi operasional

variabel, dan analisis data.

BAB IV: PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan

hasil penelitian dan interpretasinya.

BAB V: PENUTUP

Bab penutup berisi kesimpulan atas hasil penelitian dan saran-saran yang

diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Indah Rostina (2004) membuktikan

bahwa terdapat pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham, dengan

menggunakan rasio Return on Asset, arus kas operasi (operating cash flow/OCF),

dan Economic Value Added sebagai variabel independent. Dengan menggunakan

regresi linear berganda, Dewi Indah membuktikan bahwa rasio Return on Asset,

arus kas operasi (operating cash flow/OCF), dan Economic Value Added

berpengaruh terhadap return saham. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0, 160

menunjukkan bahwa sebesar 16 % variasi dalam return saham dipengaruhi oleh

variabel ROA, OCF dan EVA sedangkan sisanya sebesar 84 % dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti. Sampel yang digunakan adalah perusahaan

manufakture yaitu sebanyak 19 perusahaan dengan periode penelitian 2000

sampai 2002. Analisis secara parsial membuktikan bahwa variabel OCF yang

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return dengan tingkat kesalahan

sebesar 0, 295 lebih besar daripada nilai α = 5 %, yang artinya variabel ini tidak

berpengaruh terhadap return saham dibanding variabel yang lain.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada

penggunaan variabel yaitu ROA (Return on Assets), EPS (Earning per Share), dan

EVA (Economic Value Added), periode penelitian, dan sampel. Hanya

12

penggunaan satu variabel yang berbeda yaitu operating cash flow diganti dengan

EPS (Earning per Share), hal ini dikarenakan pada penelitian terdahulu tidak

membuktikan secara parsial bahwa variabel OCF berpengaruh signifikan terhadap

return saham. Penggunaan variabel EPS sebagai pengganti adalah dengan

mempertimbangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati dan Susilowati

(2004).

Kusumawati dan Susilowati (2004) membuktikan bahwa variabel Debt to

Equity Ratio, Divident Payout Ratio, Earning per Share, Net Profit Margin dan

Return on Asset dengan hasil analisis regresi secara serentak (simultan)

menunjukkan variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap

return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dimana dari hasil

analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa hanya Earning per Share yang

berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Dengan nilai koefisien yang

tertinggi dibandingkan dengan keempat variabel lainnya, yaitu sebesar 0,666.

Sampel yang digunakan sebanyak 10 perusahaan manufaktures selama periode

1998-2001.

Mulyono (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati meneliti pengaruh

Earning per Share dan tingkat bunga terhadap harga saham pada perusahaan go

public di BEJ periode 1992-1997, hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang

positif dan signifikan antara EPS dan harga saham (artinya jika EPS mengalami

kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan demikian pula

sebaliknya). Sedangkan hubungan antara tingkat suku bunga dan harga saham

signifikan dan hubungannya negatif.

13

Penelitian Natarsyah (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati

memberikan bukti empiris bahwa faktor-faktor fundamental (Return on Asset,

Debt to Equity Ratio, Price Book Ratio) dan resiko sistematis mempunyai

pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan periode pengamatan 1990-1997

pada Industri Barang Konsumsi yang go public.

Lehn dan Makhija (1996) melakukan penelitian atas hubungan Economic

Value Added (EVA) atau nilai ekonomisnya dan Market Value Added (MVA)

dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peringkat pencipta

nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart & Co selama kurun waktu

1987-1993. Mereka menggunakan 6 variabel sebagai pengukur kinerja yaitu stock

return, ROA, ROE, ROS serta EVA dan MVA. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa seluruh variabel bebas memiliki hubungan yang positif dengan stock

return dan EVA merupakan pengukur kinerja yang memiliki hubungan lebih

tinggi dibandingkan yang lain (walaupun perbedaannya kecil).

Pradhono dan Yulius (2004) meneliti pengaruh Economic Value Added,

Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi terhadap return yang diterima

oleh pemegang saham dengan periode penelitian sejak 2000 sampai dengan 2002.

perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur sub kelompok barang konsumsi. Mereka menyimpulkan bahwa

variabel economic value added dan residual income tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap return yang diterima pemegang saham. Sedangkan

varaibel earning dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Dengan menggunakan uji t

14

mereka menyimpulkan hanya variabel arus kas operasi yang berpengaruh paling

signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham.

Chendrawati dan Hartono (1999) melakukan pengujian terhadap 45 saham

yang termasuk dalam kategori indeks LQ45 sejak pertengahan tahun 1994 hingga

akhir tahun 1996. Mereka membandingkan Economic Value Added (EVA) dan

Return on Asset (ROA) untuk mengetahui variabel manakah yang berkolerasi dan

berpengaruh paling kuat terhadap stock return. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa ROA mempunyai korelasi yang lebih kuat dengan stock return (70%)

signifikan pada taraf uji two tailed (5%), sedangkan korelasi dengan EVA dan

stock return hanyalah 10% dan tidak signifikan pada taraf uji two tailed 5%. Hasil

regresi menunjukkan bahwa ROA memiliki koefisien regresi sebesar +0,0035 dan

signifikan pada 0,01 sedangkan EVA memiliki koefisien regresi yang sangat kecil

(tidak disebutkan) dan tidak signifikan.

Resmi (2002) meneliti 30 perusahaan yang sahamnya termasuk kategori

indeks LQ45 selama tahun 1997-1999 dengan menggunakan variabel stock

return, Eaning Per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on

Equity, dan Economic Value Added. Secara keseluruhan ia menemukan adanya

hubungan yang lemah antara EPS, PER, DER, ROE, dan EVA dengan return

saham, tetapi secara parsial dari tahun ke tahun EPS mempunyai hubungan yang

lebih kuat dan signifikan terhadap return saham untuk tahun 1997 dan PER untuk

tahun 1998 dan 1999.

15

B. Tinjauan Teori

1. Investasi di Pasar Modal

Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau

lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan

mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut

di masa yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada

investasi keuangan. Menurut Hartono (1998: 6) terdapat 2 bentuk investasi

keuangan, yaitu :

1. Investasi langsung, investasi ini silakukan dengan membeli aktiva

keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market),

pasar modal (capital market), dan di pasar turunan (derivative market),

atau dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-

belikan yang dapat diperoleh di bank komersial.

2. Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli

surat-surat berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan yang

menyediakan jasa keuanngan dengan cara menjual sahamnya ke publik

dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam

suatu portofolio.

Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang

dijadikan dasar bagi seorang investor untuk pengambilan keputusan

investasi yaitu:

1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah

memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh

16

investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity

cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang diterima

merupakan suatu risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam

keputusan investasi.

2. Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor

dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang

diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung

pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang memiliki

keberanian yang tinggi maka dia akan memilih keberanian yang tinggi

dengan harapan memperoleh tingkat return yang tinggi, dan demikian

juga sebaliknya.

2. Kinerja Keuangan

Perusahaan sebagai suatu organisasi memiliki tujuan tertentu yang

harus dicapai. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan

dalam menjalankan aktivitasnya telah sesuai dengan rencana yang

ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah melalui kinerja operasinya.

Penilaian kinerja ini penting untuk mengidentifikasikan adanya

pemborosan atau ketidakberesan sehingga dapat segera diatasi.

Kinerja perusahaan dapat diwujudkan dalam 2 aspek yaitu aspek

finansial dan non financial. Aspek finansial perusahaan dapat berupa rasio

keuangan serta harga dan return saham. Sedangkan aspek non financial

dapat berupa penyebaran pasar, indeks kepuasaan konsumen, perputaran

17

pekerja, penghematan waktu dalam siklus produksi, inovasi dan

sebagainya. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut Munawir (1995 : 31)

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.

2. untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun

kewajiban keuangan jangka panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode

tertentu.

4. Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang dinilai dengan

mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali

pokok hutangnya tepat waktu serta kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa

mengalami hambatan atau krisis keuangan.

3. Analisis Rasio Keuangan

Dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan maka dapat

diambil suatu analisis rasio yang digunakan untuk memprediksi return

saham yang didapat para investor. Analisis rasio keuangan merupakan

alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk

18

memprediksi harga saham. Analisa rasio keuangan didasarkan pada data

historis yang tujuan utamanya adalah memberikan indikasi kinerja

perusahaan pada masa yang akan datang. Macam-macam rasio keuangan

ada lima macam, yaitu :

a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, contoh : quik ratio,

current ratio, dan lain-lain.

b. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas

penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset, rata-rata umur

piutang, perputaran, persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran

total aktiva, dan lain-lain.

c. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, contoh :

total hutang terhadap total aset, times interest earned.

d. Rasio Profitabilitas rasio yang melihat kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan atau laba, contoh : profit margin, return

on assets, return on equity.

e. Rasio Pasar yang melihat perkembangan nilai perusahaan relative

terhadap nilai buku perusahaan, contoh : prices earning ratio,

dividend yield, dividend payout ratio, earning per share, dan lain-

lain.

19

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Melalui rasio keuangan kita bisa

membuat perbandingan dalam dua hal :

1. Rasio keuangan suatu perusahaan bisa dibandingkan dari waktu

ke waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang sedang

terjadi.

2. Rasio keuangan bisa diperbandingkan antar perusahaan yang

masih bergerak pada industri yang relatif sama.

Dengan kedua cara ini kita bisa menilai keunggulan dan kelemahan

pengelolaan keuangan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang

lain dalam industri tertentu, atau antara perusahaan dengan rata-rata

perusahaan dalam industri yang sama.

3.1 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Sebagai sumber informasi utama bagi investor, laporan

keuangan diharapkan mampu membantu dalam proses pengambilan

keputusan ekonomi. Seperangkat laporan keuangan dalam bentuk

neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas belum dapat memberi

manfaat maksimal bagi pemakainya sebelum dilakukan analisa

terlebih dahulu. Adapun teknik analisa laporan keuangan menurut

Foster (1986: 58) adalah sebagai berikut :

1. Cross-sectional techniques, yaitu membandingkan analisa

keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan sejenis pada

saat bersamaan, yang terdiri atas :

20

a) Common size statement, analisa untuk mangetahui

prosentase masing-masing aktiva terhadap total aktivanya

serta untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi

pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah

penjualannya.

b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara

mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca

atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi

keuangan suatu perusahaan.

2. Time series techniques, yaitu membandingkan analisa

perusahaan dari periode ke periode untuk mengetahui kemajuan

atau kemunduran suatu perusahaan, yang terdiri atas:

a) trend statement, yaitu analisa untuk mengetahui

kecenderungan keadaan keuangan perusahaan, apakah

membaik atau memburuk.

b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara

mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca

atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi

keuangan suatu perusahaan.

c) Variability measures, yaitu analisa dengan mengetahui

sebab-sebab perubahan laba dari satu periode ke periode

yang lain, atau perubahan laba suatu periode dengan laba

yang dianggarkan untuk periode tersebut.

21

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

analisis Time series techniques. Dimana teknik yang menganalisa tentang

rasio keuangan dari periode ke periode.

4. Rasio Yang Digunakan Investor

Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk

mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali

laporan keuangan keuangan diterbitkan. Analisis rasio adalah

membandingkan antara (1) unsur-unsur neraca, (2) unsur-unsur laporan

laba rugi, (3) unsur-unsur neraca dan laporan laba-rugi, serta (4) rasio

keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lain. Dari

laporan laba-rugi dan neraca tersebut dapat disusun rasio keuangan sesuai

dengan kepentingan investor. Apabila ingin mengetahui kekuatan

manajemen, maka rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas

harus dianalisis, dan jika ingin menilai kinerja perusahaan, maka rasio

profitabilitas harus diperhatikan. Dalam penelitian ini rasio yang

digunakan adalah Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan

Economic Value Added (EVA). Dimana rasio-rasio tersebut diperkirakan

dapat mempengaruhi return saham yang diterima oleh para pemegang

saham.

a. ROA (Return on Asset)

Untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan melihat

dan menganalisa laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Alat ukur financial yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat

22

laba adalah ROA. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi

dianggap menghasilkan kinerja yang baik.

ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran

profitabilitas perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen

dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan. Perhitungan ROA diformulasikan

sebagai berikut:

Besarnya Return on Assets dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu :

1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan

untuk operasi.

2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan

operasi yang dinyatakan dalam prosentase penjualan bersih.

Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat

dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan.

o Keterkaitan Return on Asset terhadap return saham

Rasio ROA juga menjadi informasi yang penting bagi

investor yang akan melakukan transaksi. Karena rasio ini

menggambarkan laba bersih yang bisa didapat dari seluruh

kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ini berarti jika semakin

besar rasio ini menunjukkan laba yang dapat dihasilkan dari

seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar. Hal tersebut akan

sangat menarik investor untuk berinvestasi sebab profitabilitas

23

akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998:305), dan

dengan banyaknya investor yang berminat untuk berinvestasi

maka akan menyebabkan naiknya harga saham yang

mempengaruhi juga terhadap return yang diterima oleh

investor. Sehingga rasio ROA diperkirakan memiliki hubungan

yang positif dengan return saham.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000),

Sparta (2000) dan Risna Trisnawati (1999) menunjukkan

bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return

saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat

keputusan investasi saham investor masih mempertimbangkan

ROA.

b. Earning Per Share (EPS)

Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis

perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai

Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan

menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan

bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu

perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan

perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan

besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan

keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita

hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba

24

perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan

adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001: 241-242) :

Besarnya hasil perhitungan laba per lembar saham/EPS

menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk

setiap unit saham biasa yang digunakannya.

o Keterkaitan Earning per Share terhadap Return saham

EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi

EPS ini bisa menggambarkan prospek earning suatu

perusahaan dimasa yang akan datang. Karena EPS

menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan

kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin

besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi

diperusahaan tersebut. Ratio ini juga memberikan gambaran

kepada pemegang saham tentang keuntungan yang akan

diperoleh (Munawir, 1995:241). Oleh karena itu, hal tersebut

akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan

harga saham akan meningkat. Dengan adanya kenaikan harga

saham maka akan memungkinkan terjadinya peningkatan

return saham. Diharapkan hubungan antara EPS dan return

saham adalah positif (Kusumawati dan Susilowati, 2002).

25

5. Economic Value Added

Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan

menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. Istilah

Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan oleh Stern

Steward Management Services, sebuah perusahaan konsultan di Amerika

Serikat. Model EVA merupakan salah satu pengukur kinerja yang

mengukur nilai tambah (added value) yang dihasilkan perusahaan kepada

investor (shareholders).

a. Keunggulan dan Kelemahan EVA

Keunggulan EVA menurut Mirza (1997 : 68) adalah :

1. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan

memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi.

2. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan, hanya yang menjadi

persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan lebih

banyak data dan analisa yang lebih mendalam.

3. EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data

pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain.

Sedangkan kelemahan EVA (Mirza : 68) adalah :

1. EVA hanya mengukur hasil akhir, konsep ini tidak

mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas.

2. EVA terlalu bertumpu pada kenyakinan bahwa investor

sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji

dan mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham-

26

saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih

dominan.

3. Konsep EVA sangat dependen terhadap transparansi

internal dalam perhitungan EVA secara akurat.

Langkah-langkah untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut:

1) Menghitung biaya utang (kd)

Kd = biaya bunga/total hutang

Untuk menghitung biaya hutang perlu untuk

mempertimbangkan pajak sehingga diperoleh :

Kd = (1-t)kd

T = tarif pajak yang berlaku

2) Menghitung biaya modal saham (cost of equity)/ke

Ke = Rf + β (Rm - Rf)

Keterangan :

Rf : tingkat suku bunga

β : beta saham

Rm : return market

3) Menentukan struktur modal di neraca

Menentukan proporsi utang terhadap total utang dan

ekuitas

Wd = (total utang / jumlah utang dan ekuitas) x 100%

Proporsi ekuitas terhadap total utang dan ekuitas

We = (total ekuitas / jumlah utang dan ekuitas) x 100%

27

4) Menghitung biaya modal (c)

Menggunakan pendekatan Weighted Average Cost of Capital

(WACC)

WACC = {kd x Wd} + {ke x We}

Setelah menghitung WACC diperlukan untuk menghitung

biaya modal yang dirumuskan:

Biaya modal = WACC x jumlah modal

5) Menghitung EVA

EVA = laba setelah kena pajak – biaya modal

Atau

EVA = NOPAT – Biaya modal

Jika dua perusahaan memiliki utang yang berbeda, dan juga

perbedaan jumlah pembayaran bunga, perusahaan tersebut memiliki

kinerja operasi yang sama tetapi berbeda pada penghasilan bersih atau

net income, maka perusahaan dengan lebih banyak utang akan

memiliki net income yang lebih kecil. Tampak bahwa walaupun angka

net income merupakan indikator keuangan yang penting namun angka

tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja sesungguhnya dari

operasi perusahaan/efektifitas kerja manajer dan karyawannya. Untuk

dapat melakukan evaluasi kinerja manajer secara lebih baik maka

dimunculkan suatu formula yaitu laba operasi bersih setelah pajak atau

net operating profit after taxes (NOPAT) yang merupakan sejumlah

28

laba perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset

finansial (Agus Sartono, 2001:100).

Langkah-langkah perhitungan EVA dapat dijelaskan pada tabel

berikut:

Langkah Keterangan

1. Ongkos Modal Hutang (kD)a. Beban Bungab. Jumlah hutang jangka panjangc. Bunga (%)d. Tingkat pajak perusahaane. Faktor koreksi (1-t)f. Ongkos Modal Hutang

2. Ongkos Modal Saham a. rf (tanpa resiko) b. Beta c. rm (tingkat bunga pasar) d. Ongkos modal saham (kE)

3. Struktur Modal a. Hutang jangka panjang b. Modal saham c. Jumlah Modal d. Komposisi hutang e. Komposisi Modal Saham

4. Ongkos Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) a. WACC

5. Economic Value Added a. Laba sebelum pajak b. Beban Bunga c. Laba sebelum bunga dan pajak d. Beban pajak e. Ongkos Modal Tertimbang

Laporan Laba/RugiLihat neraca(1a) / (1b)Diketahui(1-(1d))(1e) x (1c)

DiketahuiDiketahuiDiketahui(2a)+(2b)x{(2c)-(2a)}

Lihat neracaLihat neraca(3a) + (3b)(3a) / (3c){1 - (3d)}

(3d)x(1f) + (3e)x(2d)

Laporan Laba RugiLaporan Laba Rugi(5a) + (5b)Lihat laporan laba rugi(4a) x (3c)

29

Kriteria penilaian perusahaan berdasarkan nilai EVA adalah sebagai

berikut:

EVA < 0

Nilai perusahaan berkurang akibat tingkat pengembalian yang

dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian yang diharapkan

penyedia dana (investor). Dengan kata lain, tidak ada nilai tambah

pada perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak

memenuhi harapan-harapan penyedia dana terutama pemegang

saham.

EVA = 0

Perusahaan secara ekonomis berada dalam keadaan ”impas”

karena semua laba yang tersedia telah digunakan untuk membayar

kewajiban kepada penyedia dana, baik kreditor maupun pemegang

saham.

EVA > 0

Tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih besar

daripada tingkat biaya modal atau tingkat biaya yang diharapkan

investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan ini juga

menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai

bagi penyedia dana karena telah berhasil menciptakan nilai bagi

penyedia dana karena telah memaksimumkan nilai perusahaan.

30

b. Biaya Modal (cost of capital)

Konsep biaya modal tidak terlepas dari perhitungan EVA. Biaya

modal adalah semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh

perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana baik yang berasal

dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk

membiayai investasi perusahaan. Konsep biaya modal hanya relevan

untuk keputusan jangka panjang yang menyangkut masalah keputusan

investasi pada aktiva tetap atau masalah capital budgeting.

Komponen sumber dana yang digunakan dalam analisis cost of

capital adalah beberapa permanent investment, yaitu :

1. Biaya hutang (cost of debt)

Biaya hutang adalah besarnya tingkat keuntungan yang diminta

oleh investor. Besarnya tingkat keuntungan ini sama dengan

tingkat bunga yang menyamakan present value penerimaan di

masa datang dan pembayaran pokok pinjaman. (Sartono,

1996:222)

2. Biaya saham preferen (cost of preferred stock)

Biaya saham preferen yang dimaksud di sini adalah biaya sebesar

tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor saham preferen

(Sartono, 1996 : 221). Biaya modal saham preferen adalah

gabungan hutang dan saham biasa, saham preferen membebani

kewajiban tetap kepada perusahaan untuk melakukan pembayaran

secara periodik.

31

3. Biaya modal saham biasa (cost of common stock)

Saham biasa adalah surat bukti kepemilikan perusahaan yang tidak

memiliki hak-hak istimewa seperti saham preferen.

Perhitungan cost of capital dipengaruhi oleh komponen pajak.

Pengaruhnya terhadap komponen sumber dana adalah :

1. Untuk cost of debt, karena bunga dibayar atas dasar sebelum pajak,

maka perlu dilakukan tax adjusment.

2. Untuk cost of preferred dan common stock tidak perlu

diperhitungkan, karena dividen dibayar setelah laba dipotong pajak.

Biaya modal suatu perusahaan tidak hanya tergantung dari biaya

hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-

masing komponen modal tersebut dimiliki dalam struktur modal.

Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang

(weighted average cost of capital).

o Keterkaitan Economic Value Added terhadap return saham

EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam

meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya

adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari

besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada

peningkatan harga saham perusahaan. EVA dihitung dengan

mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan biaya modal

perusahaan, baik untuk biaya utang (cost of debt) maupun modal

32

sendiri (Cost of equity). Biaya modal perusahaan sangat dipengaruhi

oleh hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return),

dimana semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor semakin

tinggi pula tingkat pengembalian yang dikehendaki.

EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau true

economic profit suatu perusahaan pada tahun tertentu. EVA

memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang

diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu

manajer yang menitik beratkan pada EVA dapat diartikan telah

beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk memaksimalkan

kemakmuran pemegang saham. Dengan demikian EVA merupakan

salah satu kriteria yang lebih baik dalam penilaian kebijakan

manajerial dan kompensasi. Nilai perusahaan akan meningkat jika

perusahaan membiayai investasi dengan net present value yang positif,

karena net present value yang positif akan memberikan economic

value added kepada pemegang saham. Oleh karena itu, dengan

memberikan nilai tambah kepada pemegang saham maka dapat

menarik investor untuk menanamkan sahamnya ke perusahaan.

Banyaknya investor yang menanamkan sahamnya diharapkan

berpengaruh terhadap meningkatnya harga saham yang diikuti dengan

peningkatan return saham kepada pemegang saham. Maka, diharapkan

hubungan economic value added dengan return saham berpengaruh

positif.

33

6. Return Saham

Dalam melakukan investasi di dalam pasar modal, tujuan utama

yang ingin dicapai oleh pelaku pasar adalah memaksimalkan return, salah

satunya adalah return saham. Return saham adalah pendapatan yang

dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan

investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana

jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Pada

penelitian ini harga saham dapat digunakan sebagai dasar untuk

menghitung return bulanan. Hal itu berlaku jika dalam periode

pengamatan tidak ada tindakan corporate action oleh perusahaan. Namun

apabila sulit untuk menelusuri ada tidaknya corporate action, cara terbaik

adalah dengan menggunakan Indeks Harga Saham Individual (IHSI)

(Mohamad Samsul, 2006: 291-293). Dengan rumus penghitungan sebagai

berikut :

Keterangan :

Rit = return saham i untuk periode t (hari, bulan, tahun

berjalan,dan sebagainya).

Pit = harga saham penutupan i pada periode t.

Pit-1 = harga saham penutupan i pada periode sebelumnya.

34

C. Kerangka Konseptual

Untuk memperjelas kerangka dari penulisan ini maka dibuatlah suatu

kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 1 Pengaruh Return on Asset, Earning Per Share dan Economic Value Added terhadap

return saham pada Bursa Efek Jakarta

Keterangan:

Kerangka konseptual dari penulisan ini adalah penggunaan rasio keuangan yaitu

dengan memilih rasio return on asset, earning per share dan economic value

added yang digunakan sebagai rasio yang diperkirakan berpengaruh langsung

maupun tidak langsung terhadap return saham.

Return on Asset (ROA)

Economic Value Added

(EVA)

Earning Per Share (EPS)

Return saham

35

D. Hipotesis

Berdasarkan telaah di atas hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 = Earning per Share, Return on Assets, Economic Value Added berpengaruh

secara serentak terhadap return saham.

H2 = Earning per Share berpengaruh secara parsial terhadap return saham.

H3 = Return on Assets berpengaruh secara parsial terhadap return saham.

H4 = Economic Value Added berpengaruh secara parsial terhadap return saham.

H5 = Earning per Share diduga berpengaruh dominan terhadap return saham.

36

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian terhadap

masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang bertujuan

untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan current status dari subjek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Lingkup penelitian ini adalah penelitian statistik dengan menggunakan teknik-

teknik statistik untuk menguji hipotesis.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tobacco manufactures

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada 2002 sampai dengan 2006. Sampel

dipilih dengan metode purposive sampling dimana penelitian ini mempunyai

tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel. Penelitian ini menggunakan

metode judgment sampling yaitu tipe pemilihan secara tidak acak yang

informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya

disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo,

1999: 131).

37

Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Sampel yang dipilih adalah saham-saham perusahaan tobacco manufaktures

yang telah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta pada 2002 sampai 2006.

2. Perusahaan tobacco manufactures yang mempublikasikan laporan keuangan

tahunan (annual report) pada tahun 2002 sampai 2006 dan telah di audit.

3. Dilakukan dengan menggunakan data kinerja keuangan serta return saham.

Maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 4 perusahaan Tobacco

Manufaktures yaitu PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Bentoel International Investama

Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT. HM Sampoerna Tbk yang listing di Bursa

Efek Jakarta mulai 2002 sampai 2006, dimana pelayanan keuangannya bersifat

terbuka yang berarti laporan keuangannya telah dipublikasikan sehingga dapat

dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum terutama pihak-pihak yang

berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter,

yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat,

memo atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999).

D. Sumber Data dan Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data penelitian

yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau

38

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang

tidak dipublikasikan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Berupa laporan keuangan dan data harga saham bulanan masing-masing

perusahaan publik yang tersedia di pojok BEJ Universitas Muhammadiyah

Malang serta akses internet melalui www.jsx.co.id selama periode penelitian

mulai 2002 sampai 2006. Pengambilan periode selama 5 tahun karena untuk

data return bulanan, 60 bulan merupakan periode yang optimal.

2. Data tentang laba sebelum beban bunga dan pajak, tingkat suku bunga yang

diambil dari sertifikat Bank Indonesia, beban pajak perusahaan, modal saham,

jumlah hutang jangka panjang dan beban bunga yang diperoleh dari laporan

keuangan perusahaan selama periode penelitian mulai 2002 sampai 2006.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi,

dengan cara mempelajari atau menyalin catatan atau dokumen yang berhubungan

dengan data yang dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan tipe time series,

sebab data yang digunakan sebagai sampel hanya terbatas pada perusahaan yang

sejenis yaitu tobacco manufaktures yang listing di Bursa Efek Jakarta dan

menganalisis data dari waktu ke waktu.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (dependent variable)

39

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada satu atau lebih variabel

yang menjelaskan (Gujarati, 1995:7). Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah return saham.

Return saham dihitung dengan rumus Indeks Harga Saham Individual:

Keterangan :

Rit = return saham i periode t

Pit = harga saham penutupan saham i periode t

Pit-1 = harga saham penutupan i pada periode sebelumnya

Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham

bulanan.

2. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan variabel terikat.

Berdasarkan judul yang penulis ajukan, termasuk di dalam variabel bebas

adalah rasio kinerja keuangan perusahaan yaitu, Return on Asset,Economic

Value Added dan Eerning Per Share.

a. Economic Value Added (EVA) menitikberatkan pada efektivitas

manajerial pada tahun tertentu (Agus Sartono, 2003). Langkah-langkah

untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut:

1) Menghitung biaya utang (kd)

Kd = biaya bunga/total hutang

40

Untuk menghitung biaya hutang perlu untuk mempertimbangkan pajak

sehingga diperoleh :

Kd = (1-t)kd

T = tarif pajak yang berlaku

2) Menghitung biaya modal saham (cost of equity)/ke

Ke = Rf + β (Rm - Rf)

Keterangan :

Rf : tingkat suku bunga

β : beta saham

Rm : return market

3) Menentukan struktur modal di neraca

Menentukan proporsi utang terhadap total utang dan ekuitas

Wd = (total utang / jumlah utang dan ekuitas) x 100%

Proporsi ekuitas terhadap total utang dan ekuitas

We = (total ekuitas / jumlah utang dan ekuitas) x 100%

4) Menghitung biaya modal (c)

Menggunakan pendekatan Weighted Average Cost of Capital (WACC)

WACC = {kd x Wd} + {ke x We}

Setelah menghitung WACC diperlukan untuk menghitung biaya modal

yang dirumuskan:

Biaya modal = WACC x jumlah modal

5) Menghitung EVA

41

EVA = laba setelah kena pajak – biaya modal

Atau

EVA = NOPAT – Biaya modal

b. Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu dengan aktiva yang

tersedia. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk

melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa

mendatang (Mamduh dan Halim, 2003:159). Formula ROA bisa dihitung

sebagai berikut :

c. Earning per share (EPS) atau laba per lembar saham yaitu

kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai

(Mamduh dan Halim, 2003:186). EPS bisa dihitung dengan rumus :

F. Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Statistik deskriptif pada

dasarnya merupakan proses trnsformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi

sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Jumlah variabel yang diteliti

merupakan faktor lain yang dipertimbangkan oleh peneliti dalam pemilihan

42

metode statistik. Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti maka penelitian ini

menggunakan analisis regresi linear berganda

2. Model analisis regresi linear berganda

Model analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode

kuadrat terkecil (ordinary least squares/OLS) untuk melihat pengaruh

beberapa variabel independen (Economic Value Added/EVA, Earning per

share/EPS, Return On Asset/ROA) terhadap variabel dependen yaitu return

saham. Model analisisnya yaitu :

Rit = β0 + β1 EVAit + β2 EPSit + β3 ROAit + εit

Keterangan :

Rit = return saham perusahaan i pada periode ke t

Β0 = konstanta

EVAit = EVA perusahaan i pada periode ke t

EPSit = EPS perusahaan i pada periode ke t

ROAit = ROA perusahaan i pada periode ke t

εit= faktor pengganggu perubahan dalam return saham

Sebelum model regresi berganda digunakan dan memberikan hasil

yang representatif juga harus memenuhi asumsi klasik yaitu tidak terjadi

multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Dengan asumsi-

asumsi, bahwa penaksir kuadrat terkecil biasa (OLS) dari koefisien regresi

adalah penaksir tak bias linear terbaik (Blue-Best, Linear, Unblased,

Estimation), dan dengan asumsi kenormalan, didistribusikan secara normal.

Langkah-langkah dalam pengujian asumsi klasik yaitu sebagai berikut :

43

a. Asumsi Normalitas

Uji normalitas dapat digunakan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, return saham dan variabel Return on Asset, Earning

per Share, dan Economic Value Added mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau

mendekati normal (Santoso, 2002). Untuk menguji apakah sampel

penelitian memiliki distribusi normal maka digunakan penguji

Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing

variabel.

b. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan adanya

hubungan linear antara variabel independen. Jika antar variabel

berkorelasi dengan sempurna maka model kuadrat terkecil tidak dapat

digunakan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas adalah dengan menggunakan nilai Value Inflation

Faktor (VIF).

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai VIF (value

inflation factor) lebih besar dari 5, maka terjadi kolinearitas yang

cukup tinggi antar variabel independen (Santoso, 2000: 282).

b) Uji Heteroskedastisitas

Asumsi pokok dari model regresi linier klasik adalah bahwa

gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah

44

heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan uji

Park. Bila nilai thitung < ttabel maka akan terjadi homoskedastisitas yaitu

varian variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu

variabel independen. Sebaliknya, apabila nilai thitung > ttabel, berarti

terjadi heteroskedastisitas.

c) Uji Autokorelasi

Salah satu syarat dapat digunakannya model analisis regresi

linear berganda adalah terpenuhinya asumsi non-autokorelasi. Uji ini

dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t, dengan kesalahan pada periode

sebelumnya (t-1) (Santoso, 2004). Untuk mendeteksi adanya

autokorelasi maka dilakukan uji statistik Durbin Watson.

Patokan angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi

autokorelasi secara umum adalah sebagai berikut:

a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada korelasi positif.

b) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.

c) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3. Uji Hipotesis

45

Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji signifikansi untuk memeriksa

benar atau tidaknya H0 adalah :

1. Analisis regresi secara multivariate dengan

melakukan uji F dengan taraf signifikansi untuk mengetahui pengaruh

seluruh variable independent secara serentak terhadap variable dependent.

Untuk tujuan pengujian ini, maka digunakan F statistik sebagai berikut :

Keterangan :

R2 : koefisien determinasi

n : jumlah sampel

k : jumlah variabel bebas

Nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel. Apabila Fhitung < Ftabel maka

Ho diterima dan Ha ditolak. Demikian pula jika Fhitung > Ftabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa secara

serentak/simultan variabel Return on Asset, Earning per Share, dan

Economic Value Added berpengaruh terhadap return saham.

2. Analisis regresi secara univariate dengan menggunakan metode t-test

dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variable independent secara parsial terhadap variable dependent. Untuk

membuktikan koefisien suatu model regresi itu secara statistik signifikan

atau tidak dipakai nilai t statistik.

46

Keterangan :

b : koefisien regresi parsial sampel.

B : koefisien regresi parsial populasi.

Sb : standard error koefisien regresi sampel.

Hasil thitung akan dibandingkan dengan ttabel. Apabila thitung < ttabel

maka H0 diterima dan Halternatif ditolak yang berarti variabel independen

(Economic Value Added/EVA, Earning per share/EPS, Return On

Asset/ROA) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (return

saham). Sedangkan bila terjadi setidaknya thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan

Ha diterima yang berarti variabel independen (Economic Value

Added/EVA, Earning per share/EPS, Return On Asset/ROA)

berpengaruh terhadap variabel dependen (return saham).

Guna mengetahui pengaruh dominan antara variabel dependent

yaitu Return on Asset, Earning Per Share, dan Economic Value Added

terhadap variabel independent yaitu return saham maka dapat dilihat dari

nilai koefisien beta (koefisien regresi yang distandarisasi) dengan tingkat

signifikansi 5% yang lebih besar diantara variabel dependent terhadap

variabel independent.

47

DAFTAR PUSTAKA

Foster, George, 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, Singapore:

Prentice-hall.

Gantyowati, Evi, 2001, Hubungan antara Operating, Cash Flow dan Accrual dengan

Return Saham, (Kompak), no. 3. September: 275-298.

Gujarati, DN, 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Mc. Graw Hill, Inc.

Massaachussetts.

Hanafi, M Mamduh dan Abdul Halim, 2003, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi,

Yogyakarta: AMP-YKPN.

Hartono,Jogiyanto,1998.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi

pertama.Yogyakarta: BPFE-UGM.

Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ke-2,

Cetakan Pertama. Penerbit AMPYKPN, Yogyakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang, Supomo.1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen.Yogyakarta:BPFE-UGM.

Kusumawati, Rita dan Susilowati, Fitri, 2004, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental

terhadap Return Saham.Jurnal Analisis Bisnis dan Akuntansi, UM Magelang.

Vol 2 no 1 April:69.

48

Manao, Hekinus dan Nur, Deswin, 1999. Asosiasi Rasio Keuangan dengan Return

Saham: Pertimbangan Ukuran Perusahaan serta Pengaruh Krisis Ekonomi di

Indonesia. Vol. 01, No. 009.

Mirza, Teuku. 1997. EVA sebagai Alat Penilai. Usahawan. No. 04 Th. XXVI. April

Munawir, S, 1995, Analisa Laporan Kuangan, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Pradhono dan Jogi Chritiawan, Yulius. 2004. Pengaruh Economic Value Added,

Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang

Diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Analisis Bisnis dan Akuntansi, UM

Magelang. Vol 2 no 1 April:69.

Resmi, Siti, 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Return Saham.

Kompak, No. 6, September, 275-300.

Ruky, Saiful M. 1999. Menilai Penyertaan Dalam Perusahaan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Rosiana, Dewi Indah. 2004. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham.

Universitas Brawijaya Malang.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi Empat,

Yogyakarta: BPFE

Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV ALFABETA.

Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta:BPFE.

Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Malang: Banyumedia.

49