Upload
dodung
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
ABSTRAK
Oleh:
Nanda Dwi Yantono SaputraNPM : 0851031039
Telepon : 085269167870Email : [email protected]
Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si, Akt.Pembimbing II : Reni Oktavia, S.E., M.Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan. Manajemen laba merupakan variabel dependen yang diproksikan dengan discretionary accrual menggunakan indeks jones.
Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 30 perusahaan yang menjadi sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kepemilkan institusional, corporate governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit dan juga ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas manajemen laba, (2) kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (3) komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba (5) sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. (6) Implikasi dari penelitian ini adalah manajemen laba masih sering dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI walaupun sudah memiliki suatu kepemilikan institusional dan sudah suatu sistem corporate governance yang sudah dibentuk oleh perusahaan tersebut berdasarkan aturan BAPEPAM. Oleh karena itu, diperlukan standar yang baik dan jelas dalam pembentukan corporate governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit yaitu penunjukkan siapa saja yang pantas dalam menduduki posisi tersebut agar perusahaan yang sudah go publik semakin baik dan terpercaya di mata publik khususnya dalam suatu pelaporab keuangan yang jujur.
Kata kunci: kepemilikan institusional, corporate governance, komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan.
THE EFFECT OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, CORPORATE GOVERNANCE AND COMPANY SIZE TOWARD EARNING
MANAGEMENT IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
By :
Nanda Dwi Yantono SaputraNPM : 0851031039
Telepon : 085269167870Email : [email protected]
Pembimbing I : Kiagus Andi, S.E., M.Si, Akt.Pembimbing II : Reni Oktavia, S.E., M.Si
This research aims to examine the effect of institutional ownership, corporate governance and company size on company’s earning management. Earning management is independent variable using discretionary accrual with jones index.
The sample of this research is manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2010 period. According to purposive sample method, total sample are 30 companies.
The results indicate that (1) institutional ownership, corporate governance which consist of independent commissioner and audit committee, also company size did not affect simultaneously towards earning management, (2) institutional ownership positively insignificant affect earning management, (3) independent commissioner positively insignificant affect earning management, (4) audit committe positively insignificant affect earning management, (5) while company size negatively significant affect earning management. (6) Implication from this research is earning management still often done by manufacting companies in Indonesia Stock Exchange eventhough they already have institutional ownership dan corporate governance system inside their companies as BAPEPAM regulations. Therefore, it is needed good and clear standard in forming corporate governance which consist of independent commissioner and audit committee by appointing qualified person for those positions in order to make public company better and trusted well by society, especially in a good financial reporting.
Keywords: institutional ownership, corporate governance, independent commissioner, audit committee and company size.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi tujuan utama suatu perusahaan adalah bagaimana
perusahaan dapat memajukan dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Salah satu
aspek untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan.
Dalam pembuatan laporan keuangan, manajemen perusahaan seringkali
melakukan manajemen laba. Adapun tujuan dari manajemen laba adalah untuk
melaporkan laba secara maksimal kepada pengguna laporan keuangan (Scoot,
2000).
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang dapat
menyebabkan perusahaan tidak melakukan manajemen laba. Untuk itu penulis
mengindentifikasi bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan tidak
melakukan tindak manajemen laba adalah kepemilikan institusional, corporate
governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit, dan juga
ukuran perusahaan, penulis melakukan studi di perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Alasan penulis memilih faktor-faktor tersebut adalah berasal
penelitian sebelumnya menyatakan hanya lerverage, kualitas audit dan
profitabilitas yang mempengaruhi perusahaan melakukan tindak manajemen laba
sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit,
komisaris independen, independensi dan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi
suatu perusahaan melakukan tindak manajemen laba (Welvin, 2010).
Untuk itu menjawab penelitian ini, apakah benar faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan perusahaan tidak melakukan tindak manajemen laba di perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI, penelitian ini berjudul “Pengaruh
Kepemilikan Institusinal, Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI” .
1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Maka pokok permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Kepemilikan Institusional mempunyai pengaruh signifikan
terhadap tindak Manajemen Laba?
2. Apakah Komisaris Independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap
tindak Manajemen Laba?
3. Apakah Komite Audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap tindak
Manajemen Laba?
4. Apakah Ukuran Perusahan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
tindak Manajemen Laba?
1.2.2 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang
lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan
bergerak di sektor industri Manufaktur. Menggunakan sampel perusahaan
manufaktur karena penelitian tentang manajemen laba lebih akurat
dilakukan pada perusahaan industri manufaktur daripada perusahaan
industri seperti jasa karena di perusahaan jasa tidak ada persediaan dan
tidak banyak menggunakan aktiva tetap yang merupakan sumber accrual
Jogiyanto (2004).
2. Variabel Independen yang diteliti hanya Kepemilikan Institusional,
Corporate Governance: Komisaris Independen dan Komite Audit dan
Ukuran Perusahaan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Menganalisis apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap
manajemen laba.
2. Menganalisis apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap
manajemen laba.
3. Menganalisis apakah Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen
laba.
4. Menganalisis apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba.
1.3.2 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang
berguna bagi pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi akademisi, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
sebagai bahan referensi untuk penelitian salanjutnya. Dapat digunakan
untuk meneliti penelitian yang sejenis.
2. Bagi Investor, Penelitian ini diharapakan dapat membantu para investor
untuk mencermati laporan keuangan yang terdapat dalam perusahaan go
public terutama yang berkaitan dengan struktur kepemilikan dalam hal ini
kepemilikan institusional, penerapan corporate governance yang
didalamnya terdiri dari komisaris independen dan komite audit dan ukuran
suatu perusahaan dalam kaitannya untuk pengambilan investasi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Laba (Earnings Management)
2.1.1 Pengertian Manajemen Laba
Menurut Schipper (1989) Manajemen laba adalah campur tangan dalam
proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Fisher dan Rosenzweig (1995)
Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan
(menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya
tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan
jangka panjang. Mayangsari (2001) manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu
tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan
manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka
panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan
perusahaan.
2.1.2 Faktor-faktor pendorong Manajemen Laba
Faktor-faktor yang mendorong praktik manajemen laba menurut Watt and
Zimmerman (1986) dalam Halim (2005), yaitu:
a. Bonus Plan Hypotheses
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer akan
lebih memilih menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga
dapat menaikkan laba masa sekarang karena manajer lebih menyukai
pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.
b. Debt Covenant Hypotheses
Pada perusahaan yang memiliki rasio debt to equity yang tinggi, manajer
perusahaan cenderung untuk meningkatkan pendapatan atau laba. hal ini
dilakukan untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak
eksternal. Perusahaan yang memiliki rasio debt to equity tinggi akan
mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak
kreditor. Semakin dekat suatu perusahaan pada waktu pelanggaran
perjanjian hutang, maka para manajer akan cenderung untuk memilih
metode akuntansi yang dapat memindahkan laba mendatang ke periode
berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan
mengalami pelanggaran kontrak utang Halim dkk (2005).
2.1.3 Teknik Manajemen Laba
Menurut penelitian Na’im (1996), teknik manajemen laba dapat dilakukan
dengan tiga teknik yaitu :
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan)
terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi
aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain
b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode
depresiasi garis lurus ke metode depresiasi angka tahun.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat
atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai
pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda
pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau
menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan
aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
2.1.4 Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scoot (2000) dapat dilakukan dengan cara :
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO
baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini
diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
b. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun
drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk
tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang
melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena
pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.5 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba, persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen
(Gideon,2005). Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam
hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki
kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan
investor individual.
2.1.6 Corporate Governance
FCGI (2001) dan OECD (2004) mendefinisikan corporate governance
sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang
saham, pengurus pihak kreditur, pemerintah, serta pemegang kepentingan intern
dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Corporate Governance juga berisi hubungan antara banyak pemain yang terlibat
(the Stakeholders) dan tujuan untuk apa perusahaan diatur. Price Waterhouse
Coopers dalam Yustiavandana (2006:26) mendefinisikan bahwa corporate
governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif, dibangun
melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan
dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang
menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.
2.1.7 Komisaris Independen
Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung
jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan
komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain melakukan
pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan
memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan Warsono (2009)..
Dengan adanya komisaris independen membuat suatu perusahaan akan
memperkecil tindak-tindak kecurangan karena adanya pantauan dari pihak
eksternal dalam tatanan organisasi perusahaan sehingga mengurangi tindak
kecurangan dari manajemen perusahaan.
2.1.8 Komite Audit
Komite audit dibentuk untuk membantu komisaris dan direktur individu
dalam melaksanakan tugasnya berkaitan dengan pengendalian internal, pelaporan
informasi keuangan, dan standar perilaku dalam perusahaan. Mayangsari (2004)
komite audit dibentuk dalam sebuah perusahaan berfungsi untuk memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan
keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Selain itu komite audit berfungsi
membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak manajemen dalam
menjalankan roda perusahaan. Komite audit juga berperan dalam memberikan
solusi untuk permasalahan keuangan yang ada dalam perusahaan agar perusahaan
dapat terus maju dan berkesinambungan.
2.1.9 Ukuran Perusahaan
Menurut Siregar dan Utama (2005) bahwa semakin besar ukuran perusahaan,
biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak.
Menurut Albrecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002) menemukan
bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan
perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan besar
dipandang lebih kriris oleh pihak luar.
2.2 Penelitan Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai corporate governance dan manajemen laba
telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Chtourou (2001) dan Klein
(2002) dalam penelitiannya menguji pengaruh corporate governance dengan
proksi komite audit dan karakteristik dewan direksi terhadap manajemen laba.
Hasil dari penelitian ini adalah kedua variabel yang dipilih memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Darmawati (2003) menguji mekanisme GCG dengan Proksi komite audit
dan komite dewan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak berbeda
dengan penelitian sebelumnya, yaitu berpengaruh signifikan. Sama halnya
dengan Darmawati, hasil enelitian Wilopo (2004) juga memiliki signifikansi
terhadap manajemen laba. Akan tetapi pada penelitian ini ditentukan arah
koefisiennya, yaitu negatif.
Hasil penelitian Chen (2005) adalah Ukuran auditor dan spesialisasi
industri auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran
perusahaan berhubungan positif dengan manajemen laba. Leverage berhubungan
negatif dengan manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Carcello (2006) adalah Komite audit independent dengan keahlian keuangan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007), hasil
penelitiannya yaitu komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) juga melakukan penlitian
mengenai pengaruh GCG terhadap manajemen laba. Hasil penelitiannya adalah
Konsentrasi kepemilikan, kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri KAP
dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba,
komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.3 Desain Penelitian
2.4 Pengembangan Hipotesis
1. Kepemilikan Institusional dengan Manajemen Laba
Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh
institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pension dan investment
banking (Siregar dan Utama, 2005). Investor institusional dianggap shopisticated
investors yang tidak mudah “dibodohi” oleh tindakan manajer (Midiastuty dan
Machfoedz, 2003).. Teori ini semakin terdukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Jiambalvo dkk (1996) menemukan bahwa nilai absolut dari manjemen laba
berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Dengan adanya
kepemilikan institusional yang semakin besar memungkinkan semakin kecilnya
tindak manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Berdasarkan
uraian diatas hipotesis yang akan diajukan adalah :
Variabel Independen :
Kepemilikan Institusional (X1)
Komisaris Independen (X2)
Komite Audit (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Manajemen Laba (Y)
Variabel Dependen :
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
2. Komisaris Independen dengan Manajemen Laba
Menurut Chtourou dkk (2001) dan Wedari (2004) menemukan bahwa dewan
komisaris yang independen akan membatasi aktivitas pengelolaan laba. Penelitian
ini didukung oleh penelitian Parulian (2004) menemukan bahwa komisaris
independen perusahaan di BEJ tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi
tindak manajemen laba. Komisaris independen bertugas memantau kegiatan
manajemen perusahaan dalam melakukan sistem pelaporan keuangan perusahaan
sehingga kemungkinan manajemen perusahaan melakukan tindak manajemen laba
lebih kecil. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang akan diajukan adalah :
H2 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
3. Komite Audit dengan Manajemen Laba
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Parulian (2004) menyimpulkan
bajwa komite audit memilki hubungan negatif dengan manajemen laba yang
negatif, tetapi tidak berhubungan signifikan dengan manajemen laba yang positif.
Pembentukan komite audit yang dikepalia oleh komisaris independen akan lebih
baik daripada pemebentukan komite audit yang tidak dikepalai oleh komisaris
independen karena hal tersebut dapat mendorong manajemen perusahaan
melakukan tindak manajemen laba lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas
hipotesis yang akan diajukan adalah :
H3 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
4. Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba
Menurut Albrecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002) menemukan
bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan
perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan besar
dipandang lebih kriris oleh pihak luar. Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan di Indonesia kembali oleh Siregar dan Utama (2005) menemukan
bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logarritma
total aset perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap
besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar perusahaan semakin kecil tindak
manajemen labanya. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang akan diajukan
adalah :
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini, manajemen laba sebagai variabel dependen
menggunakan model Modified Jones Dechow dkk (1996) yang merupakan
penyempurnaan dari Jones Model.
Pada model ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary
accruals yang digambarkan dengan menggunakan the residual error term
Reichelt dan Francis (2002) dari persamaan model regresi OLS. Model
perhitungannya sebagai berikut:
Langkah pertama, menghitung total akrual dengan cara sebagai berikut:
TAit = NIit – OCFit
Langkah kedua, meregresikan total akrual dan total aset dengan cara berikut:
TAit / Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1) + β3 (PPEit / Ait-1) + eit
Keterangan :
TAit : Total Accruals perusahaan i pada periode t. Accruals
adalah akun-akun yang pencatatannya dilakukan setiap
terjadi transaksi.
NI it : net income perusahaan i pada periode t
OCFit : Operating Cash Flow perusahaan i pada periode t
Ait-1 : Total aset perusahaan i pada periode t-1
ΔREVit : perubahan pendapatan perusahaan i dalam tahun t
PPEit : Nilai aset tetap (gross) perusahaan i pada periode t
eit : error term pada perusahaan i tahun t (digunakan sbg
proksi DA)
Secara empiris, nilai Discreationary Accruals dapat bernilai nol,
positif, negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan
dengan pola perataan laba (income smoothing) sedangkan nilai positif
menunjukkan adanya manajemen laba dengan peningkatan laba (income
increasing) dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola
penurunan laba (income decreasing) (Sulistyanto, 2008).
3.1.2 Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional, corporate governance yang berisi komisaris
independen dan komite audit karena berdasarkan peraturan Bursa Efek
Indonesia (BEI) mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli 2001 yang
mengatur tentang pembentukan dewan komisaris dan komite audit.
Variabel terakhir adalah ukuran perusahaan.
3.1.2.1 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan
oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pension
dan investment banking (Siregar dan Utama, 2005). Kepemilikan
institusional diukur dengan melihat total persenatase saham institusional
yang ada dalam perusahaan tersebut.
3.1.2.2 Komisaris Independen
Komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio
melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan
Isnanta (2008).
3.1.2.3 Komite Audit
Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan komite audit yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaanKI =
Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
perusahaan. Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah
komite audit yang ada di perusahaan tersebut.
3.1.2.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai log natural total asset
perusahaan pada akhir tahun. Penggunaan nilai log natural pada total asset
bertujuan untuk menghindari problem data natural yang tidak berdistribusi
normal.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
dalam Bursa Efek Indonesia. “because it was the largest sector (52%) listed in the
directory. It accounted for 26% of the Indonesian gross domestic product. A total
of 146 manufacturing companies were listed” (Lau, 2005). Sedangkan untuk
pengambilan sampel, digunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling
yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-
kriteria tersebut adalah:
1. Perusahaan sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah
menerbitkan laporan keuangan tahun 2006 - 2010.
2. Perusahaan yang periode laporan keuangan berakhir per 31 Desember.
Kriteria ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa dalam sampel tidak
terdapat laporan keuangan parsial serta laporan keuangannya sudah
diaudit, sehingga dapat lebih dipercaya.
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dan
berturut-turut selama tahun 2006-2010 dengan akhir periode keuangan 31
Desember.
4. Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama periode pengamatan.
5. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data mengenai harga saham, laba
bersih, arus kas operasi, total aset, pendapatan, piutang, dan aset tetap.
Berikut ini disajikan tabel rincian perusahaan manufaktur berdasarkan
kriteria.
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel Penelitian
No. Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 163
selama periode tahun 2006-2010.
2 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak dipublish secara
lengkap oleh Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2010
(33)
3 Periode laporan keuangan tidak berakhir 31 Desember. (9)
4 Tidak tersedia data saham kepemilikan institusional selama
penelitian.
(91)
Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Dijadikan sampel 30
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yaitu mengenai
kepemilikan institusional, corporate governance yang berisi komisaris
independen dan komite audit dan juga ukuran perusahaan. Data juga diperoleh
dari soft copy annual report perusahaan yang berasal dari homepage BEI, yaitu
www.idx.co.id mengenai keberadaan komite audit.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian
ini, yaitu:
a. Data perusahaan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan
data mengenai keberadaan komite audit yang berasal dari homepage BEI,
yaitu www.idx.co.id.
b. Telaah Literatur yaitu sumber-sumber data yang diperoleh dari berbagai
bahan bacaan tertulis baik di buku, internet, penelitian terdahulu, ataupun
sumber tertulis yang lainnya.
3.5 Metode Analisis
Untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen yaitu manajemen laba, maka digunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan model sebagai berikut :
DA = α + β1INS + β2KI + β3KMA + β4 Ln ASSET + ε
Keterangan :
DA : discretionary accrual (proksi dari manajemen laba)
α : konstanta
β1,2,3,4, : koefisien regresi
INS : jumlah saham institusi perusahaan tersebut
KI : jumlah komisaris independen dari seluruh total dewan komisaris
KMA : jumlah seluruh komite audit
LnASSET : log natural total asset, yang menunjukkan ukuran perusahaan
ε : tingkat kesalahan acak
i : perusahaan ke i
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data
yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2009). Skewness
mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi
data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan
kurtosis mendekati nol (Ghozali, 2009).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda, sehingga
untuk tahap awal harus dilakukan uji-uji asumsi klasik seperti normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik
dilakukan agar dapat diketahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan
benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas,
dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang
tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator)
yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak
terdapat autokorelasi( Sudrajat , 1988).
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel independent, variabel dependent atau keduanya mempunyai distribusi
normal apa tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal.Uji dilakukan melalui analisis Kalmogorov Smirnov. Apabila
diperoleh nilai signifikan, uji Kalmogorov Smirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka
dinyatakan normal.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi atau keterkaitan antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika
variabel independen bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel tersebut tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk melihat apakah ada
multikolinieritas dalam penelitian ini maka akan dilihat dari nilai Variance
Inflation Factor multikolinieritas (VIF). Batas nilai VIF yang diperbolehkan
adalah maksimal 10 dan minimal 0. Batas nilai tolerance yag diperbolehkan
adalah > 0,1 (Ghozali, 2009).
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan
berdasarkan waktu.Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan
antara gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi. Uji autokorelasi
bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian
data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) . Untuk mendeteksi
terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
dengan melihat koefisien korelasi Durbin Watson test.
3.5.2.4 Uji Heterokodestisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang
dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model
regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam
model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas
dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan
tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat. 2001).
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis didalam penelitian ini dilakukan dengan uji Koefisien
Determinasi (Uji R2), uji secara simultan (Uji F) dan uji secara parsial (Uji T).
3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Pengujian Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa
besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain,
koefisien determinasi digunakan untuk mengukurbesarnya pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel terikat (Y). Koefisien Determinasi (R2) berkisar antara 0
sampai dengan 1 (0 ≤ R2≤ 1). Bila R2mendekati 0, maka pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel terikat adalah kecil, dan bila R2mendekati 1, maka
pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah besar.
3.5.3.2 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat
kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih
besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif yang menyatakan
bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
3.5.3.3 Uji T (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari
derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan
bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
150 ,00 ,60 ,0182 ,05899
INS 150 ,13 ,97 ,6568 ,22340
150 ,25 ,75 ,3950 ,10677
KMA 150 2,00 4,00 3,0267 ,19888
SIZE 150 22,66 32,12 27,8734 2,12714
Valid N (listwise) 150
Berdasarkan data hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa dengan
N=150 ( berasal dari jumlah sampel 30 perusahaan selama kurun waktu 5 tahun
2006-2010), manajemen laba memiliki nilai rata-rata 0,0182 dengan nilai
minimum 0,00 yang merupakan nilai manajemen laba dari perusahaan PT Holcim
Indonesia Tbk. Sedangkan nilai maksimum 0,60 yang merupakan nilai manajmen
laba dari perusahaan PT Sierad Produce Tbk. Standar deviasi dari manajemen laba
sebesar 0,05899.
Variabel Kepemilikan Institusional dengan N=150 ( berasal dari jumlah
sampel 30 perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,6568 dengan nilai minimum sebesar 0,13 yang merupakan nilai
kepemilikan institusional dari perusahaan PT Inter Delta Tbk . Sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,97 merupakan nilai kepemilikan institusional dari
perusahaan PT Citra Tubindo Tbk. Standar deviasi dari kepemilikan institusional
sebesar 0,22340.
Variabel Komisaris independen dengan N=150 ( berasal dari jumlah sampel
30 perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,3950 dengan nilai minimum sebesar 0,25 yang merupakan nilai
komisaris independen dari perusahaan PT Citra Tubindo Tbk dan PT Tira
Austenite Tbk. Sedangkan nilai maksimum sebesar 0,75 merupakan nilai
komisaris independen dari perusahaan PT Unilever Tbk. Standar deviasi dari
komisaris independen sebesar 0,10677.
Variabel Komite audit dengan N=150 ( berasal dari jumlah sampel 30
perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai rata-rata
sebesar 3,0267 dengan nilai minimum sebesar 2,00 yang merupakan nilai komite
audit dari perusahaan PT Sierad Produce Tbk . Sedangkan nilai maksimum
sebesar 4,00 merupakan nilai komite audit dari perusahaan PT Astra International
Tbk dan PT Lautan Luas Tbk. Standar deviasi dari komite audit sebesar 0,19888
Variabel Ukuran perusahaan dengan N=150 ( berasal dari jumlah sampel 30
perusahaan selama kurun waktu 5 tahun 2006-2010), memiliki nilai rata-rata
sebesar 27,8734 dengan nilai minimum sebesar 22,66 yang merupakan nilai
ukuran perusahaan dari perusahaan PT Myoh Technology Tbk. Sedangkan nilai
maksimum sebesar 32,12 merupakan ukuran perusahaan dari perusahaan PT Astra
International Tbk. Standar deviasi dari ukuran perusahaan sebesar 2,12714.
4.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel independent, variabel dependent atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas harus terpenuhi sebelum melanjutkan ke uji
hipotesis, karena jika tetap diteruskan maka uji statistik menjadi tidak valid.
Uji normalitas di dalam penelitian ini menggunakan normal probability
plot dan uji Kolmogorov-Smirnov yang menggunakan fungsi distribusi kumulatif.
Uji normalitas terpenuhi jika Sig. (2-tailed) > 0,05. Akibat data yang tidak
terdistribusi dengan normal, maka dilakukan transform untuk membuat data
menjadi terdistribusi dengan normal. Hasil setelah dilakukan semilog
ditampilkan di bawah ini:
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Normal Probability plot
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov SmirnovOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
150
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,21362224
Most Extreme Differences Absolute ,064
Positive ,064
Negative -,044
Kolmogorov-Smirnov Z ,790
Asymp. Sig. (2-tailed) ,561
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas dengan normal probability plot terlihat bahwa
titik-titik menyebar mengikuti garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan bahwa
data terdistribusi secara normal dan model regresi yang diuji dengan
menggunakan grafik tersebut telah memenuhi asumsi normalitas. Di dalam hasil
pengujian ini nilai Kolmogorov-Smirnovsebesar 0,790 dan Sig. (2-tailed)
menunjukkan nilai sebesar 0,561 > 0,05. Sehingga dapat dinyatakan data tersebar
secara normal.
4.2.2. Uji Multikolineritas
Multikoleniaritas bertujuan untuk mengetahui bahwa variabel independent
yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling
berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) untuk setiap variabel bebas. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas
maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Model
regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independe
Dari hasil uji multikolinearitas diketahui bahwa VIF (Variance Inflation
Factor) dari masing-masing variabel tidak ada yang melebihi 10, sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel-variabel
independen.
4.2.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series).
Jika terjadi autokorelasi maka tidak dapat dilanjutkan ke pengujian hipotesis.
Uji Autokorelasi di dalam penelitian ini menggunakan Run Test. Pengujian Run
Test ini untuk mendeteksi apakah terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -1,816 3,418 -,531 ,596
,062 ,825 ,006 ,075 ,940 ,995 1,005
1,990 1,768 ,094 1,126 ,262 ,949 1,054
KMA ,044 ,948 ,004 ,046 ,963 ,951 1,051
SIZE -,194 ,091 -,183 -2,139 ,034 ,906 1,104
a. Dependent Variable: DAit
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 5,20720b
Cases < Test Value 149
Cases >= Test Value 1
Total Cases 150
Number of Runs 3
,116
Asymp. Sig. (2-tailed) ,907
a. Mode
b. There are multiple modes. The mode with the
largest data value is used.
Pada hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test diperoleh Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,907 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan
bahwa di dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika variance dari residual pengamatan satu dengan lainnya
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat
heteroskedastisitas maupun homoskedastisitas (Ghozali, 2009)
Gambar 4.2
Dari hasil pengujian scatter plot pada gambar 4.2 yang merupakan salah satu
cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, dapat dilihat bahwa tidak ada
pola yang jelas dan titik-titik menyebar antara di bawah 0 sampai di atas 0
pada sumbu Y. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak
terkena heteroskedastisitas.
4.3. Pengujian Hipotesis
4.3.1. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi atau R2 menggambarkan kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sehingga uji koefisien
determinasi merupakan sebuah uji yang penting di dalam regresi.
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
dimension0 ,186a ,034 ,008 2,24395
a. Predictors: (Constant), SIZE, INS, KMA, KI
b. Dependent Variable: DAit
Nilai Adjusted R Square menunjukkan nilai sebesar 0,008, yang berarti
bahwa 0,8% manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel
kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit dan ukuran
perusahaan sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.
4.3.2. Uji F-statistik
Hasil analisis regresi yang dihasilan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Signifikan Model RegresiANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 26,060 4 6,515 1,294 ,275a
Residual 730,118 145 5,035
Total 756,178 149
a. Predictors: (Constant), SIZE, INS, KMA, KI
b. Dependent Variable: DAit
Hasil regresi ini diperoleh F-hitung sebesar 1,294 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,275. Karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka dapat dikataan
bahwa manajemen laba tidak dipengaruhi secara bersama-sama oleh kepemilikan
institusional, komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan. Dapat
disimpulkan juga bahwa model penelitian ini tidak signifikan.
4.3.3. Uji t-statistik
Hasil yang didapat dari uji koefisien regresi secara parsial adalah
Tabel 4.7 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
(Constant) -1,816 3,418 -,531 ,596
,062 ,825 ,006 ,075 ,940
1,990 1,768 ,094 1,126 ,262
KMA ,044 ,948 ,004 ,046 ,963
SIZE -,194 ,091 -,183 -2,139 ,034
a. Dependent Variable: DAit
4.3.4. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis yang pertama dari penelitian ini menduga bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan.
Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel kepemilikan institusional
mempunyai koefisien regresi sebesar 0,62 dengan p=0,940. Dengan koefisien
yang bernilai positif, berarti setiap peningkatan kepemilikan institusional
sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan manajemen laba sebesar 0,62
dengan asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan
tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,940) > 0,05. Sehingga dapat
dikatakan bahwa secara statistik H1 positif sehingga penelitian tidak
terdukung.
4.3.5. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis yang kedua dari penelitian ini menduga bahwa komisaris
independen berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan.
Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H2 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel komisaris independen
mempunyai koefisien regresi sebesar 1,990 dengan p=0,262. Dengan
koefisien yang bernilai positif, berarti setiap peningkatan komisaris
independen sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan manajemen laba
sebesar 1,990 dengan asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,262) > 0,05. Sehingga
dapat dikatakan bahwa secara statistik H2 positif sehingga penelitian tidak
terdukung.
4.3.6. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini menduga bahwa komite audit
berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan. Hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H3 : Komite Audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel komite audit mempunyai
koefisien regresi sebesar 0,044 dengan p=0,963. Dengan koefisien yang
bernilai positif, berarti setiap peningkatan komisaris independen sebesar 1%
akan mengakibatkan peningkatan manajemen laba sebesar 0,044 dengan
asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi α=5% dan hasil p(0,963) > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa
secara statistik H3 positif sehingga penelitian tidak terdukung.
4.3.7. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini menduga bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif dan terhadap manajemen laba perusahaan. Hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel ukuran perusahaan
mempunyai koefisien regresi sebesar -0,194 dengan p=0,034. Dengan
koefisien yang bernilai negatif, berarti setiap peningkatan ukuran perusahaan
sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan manajemen laba sebesar 0,194
dengan asumsi variabel lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan
tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,034) < 0,05. Sehingga dapat
dikatakan bahwa secara statistik H4 negatif sehingga penelitian terdukung.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada bab
sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen dan Komite Audit
berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba perusahaan.
2. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
perusahaan.
5.2 Saran
Saran perbaikan yang penulis usulkan kepada para peneliti lain adalah :
1. Menambah sampel yang digunakan untuk memperluas cakupan penelitian.
2. Menambahkan variabel dalam bagian Corporate Governance seperti
reputasi KAP dan reputasi auditor dalam penelitian agar lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA
Albrecth, W.D. and F.M., Richardson. 1990 Income Smoothing by Economy Sector. Journal of Business Finance Accounting 17 (5) Winter, hlm. 713-730.
Badan Pengawas Pasar Modal. 2012. website: http://www.bapepam.go.id
C.M Lau, M. Sholihin. 2005.” Financial and nonfinancial performance measures : How do they affect job satisfaction?”. The British Accounting Review, page 401
Carcello. 2006. “Audit Committee Financial Expertise, Compoeting Corporate Governance Mechanisms, and Earning Management”.
Chen. 2005. “Audit Quality and Earning Mangement for Taiwan IPO Firms”.
Chtourou, S.M., J. Bedard. 2001. Corporate Governance and Earnings Manajement. http:/www.ssrn.com.
Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 5. No. 1. April 2003.
Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (Spring 1996), “Causes and Consequences of Earnings Manipulation: Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by The SEC”, Contemporary Accounting Research, page 1-36.
FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), 2001.
Fischer, Marly dan Kenneth Rozenzweigg (1995). “Attitude of Student Practitiones Concerting the Ethical Acceptability of Earnings Management”, Journal of Business Ethic 14 ; 433-444.
Ghozali, Prof. Dr. Imam M. Com., Akt. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gideon S.B.. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII
Halim, dkk. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk Dalam LQ 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Healy, P. 1985. The effect of bonus schemes on accounting decisions. Journal of Accounting and Economics 7, 85-107.
Herwidayatmo. 2000. Implementasi Good Corporate governance untuk Perusahaan Publik Indonesia.. The Essence of Good Corporate governance: Usahawan No. 10 Tahun XXIX Oktober 2000.
Isnanta, R. 2008. “Skripsi Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”.
Jiambalvo, James. ( Spring 1996), “Discussion of Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firm Subject to Enforcement Actions by The SEC”, Contemporary Accounting Research, page 37-47.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Klein. 2002. Audite Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management. Journal of Accounting and Economics 33, hlm 375-400.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum GoodCorporate Governance.” http://www.governance-indonesia.or.id/main.
Mayangsari. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hypothesis. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1 No. 3, hlm. 1-26
Mayangsari. 2004. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya 16-17 Oktober, 2003, Hal : 1255-1269.
Midiastuty, P.P. dan M. Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Makalah SNA VI, hlm. 176-199.
Na’im, A. 1996. "The Effect of Antitrust Investigation on the Management of Earnings A Further Empirical Test of Political Cost Hypothesis”. Kelola 13/V. pp. 126—141.
Nasution dan Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”.
Nuryaman. 2008.“Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”.
OECD.2004. “OECD Principles of Corporate Govrenance.”
Parulian, S.R. 2004. Analisis Hubungan Antara Komite Audit dan Komisaris Independen dengan praktik Manajemen Laba : Studi Empiris Perusahaan di BEJ. Tesis Pascasarjana FEUI.
Porter, G. 1992. “Accounting Earnings Announcement, Institusional Investors Concentration and Common Stock Returns.” Journal of Accounting Research, Vol 30. No. 1. P. 146-155
Rachmawati dan Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Seminar Nasional Akuntansi 9 Padang, 1-26.
Rajgopal, Shivaram., Mohan Venkatachalam. 1998. “The Role Institusional Investor in Corporate Governance: An Empirican Investigation”. Working Paper. University of Washington. October
Reichelt, Ken and Jere R. Francis. 2002. The Effects of Fee Dependence On Big 5 Clients’ Accruals. University of Missouri, Coloumbia.
Reiter, Independent Directors, Ivey Business Journal, 1999
Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizon.
Scoot. 2000. Financial Accounting Theory, 2nd, Scarborough, Ontario: Prentice Hall Canada, Inc.
Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama, 2005, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management), Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Sudrajat. 1988. Mengenal Ekonometrika Pemula. Bandung
Sulistyanto, H Sri. 2008. MANAJEMEN LABA: Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Sumodiningrat. 2001. Metode Statistika. Jakarta : Pusat Sinar Harapan.
Ujiyanto, M. Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, Simposium Nasional
Akuntansi X.
Warsono. 2009. “Corporate Governance, Concept and Model”. Yogyakarta: Center for Good Corporate Governance.
Watts, R.L. & Zimmerman. J.L. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi 7. Denpasar.
Welvin & Herawaty. 2010. “Pengaruh Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 1, April 2010, Hlm. 53-68
Wilopo. 2004. “The Analysis of Relationship of Independent Board of Director, Audit Committee, Corporate Governance, and Discretionary Accruals”.
Yustiavandana. 2006. “Penerapan Good Corporate Governance: Menfesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta: Lembaga kajian Pasar Modal dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia