Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan kependudukan menjadi salah satu permasalahan serius
yang melanda negara indonesia. Permasalahan kependudukan sangat
berpengaruh terhadap faktor ekonomi, kependidikan, kesehatan, serta
kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan keluarga agar masyarakat
indonesia menjadi masyarakat yang lebih baik dengan dukungan pemerintah
dan masyarakat itu sendiri.
Keluarga Berencana (KB) menurut UU no 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlinudngan dan bantuan sesuai degan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Bab l Pasal Ayat 10).
Perlu diketahui program Kampung KB diresmikan pertama kali oleh
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Desa Martasinga Kecamatan 11 Gunung
Jati Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat pada tanggal 1 januari 2016.
Jokowi dalam pidatonya mengatakan, dengan adanya program kampung KB
ini, disatu kecamatan tidak hanya menjalankan program KB saja tetapi juga
melaksanakan perencanaan berkeluarga serta imlementasi kependudukan yang
berkelanjutan. Presiden Jokowi mengatakan, diadakan program Kampung KB
ini diharapkan bisa berjalan lancar dan bisa meningkatkan angka
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kampung KB yang pertama diresmikan
ini berada di Jawa Barat yang memiliki penduduk terbanyak. “ Perencanaan
berkeluarga bagi generasi penerus menjadi sangat penting untuk mewujudkan
kehidupan berkeluarga yang berkualitas”.
Kampung KB merupakan satuan wilayah setingkat RW, dusun atau
setara yang memiliki kritera tertentu dimana terdapat keterpaduan program
KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga) yang dilakukan
secara sistemik dan sistematis. Pengelolaan kependudukan penting dilakukan
dalam rangka pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas
2
2
penduduk. Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan dalam rangka
menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) melalui pengaturan kelahiran
dan pendewasaan usia perkawinan. Dalam rangka pengaturan kelahiran,
program KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga)
menggunakan konsep “Dua Anak Cukup” sementara dalam rangka
pendewasaan usia perkawinan menggunakan konsep “ Pernikahan ideal”
yakni 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Perlu adanya peran
Pemerintah dan swasta untuk pembangunan keluarga berencana untuk kembali
menggelorakan 2 anak cukup, dan meningkatkan pendidikan dan sumber daya
manusia harus diolah sedemikian rupa (Kusdinar Untung, 2017).
Pada dasarnya hasil dari program KB berguna dalam peningkatan
kualitas penduduk dan pembangunan daerah. Upaya untuk terus
memaksimakan pelaksanaan program KB tentu menjadi pilihan mutlak bagi
pemerintah saat ini. Pelaksanaan program KB Nasional diamanahkan kepada
BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional) sebagai
sebuah lembaga non kementrian. BKKBN ( Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional) merupakan lembaga resmi pelaksana teknis
program yang pelaksana kegiatanya terstruktur mulai dari tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota.
Hasil dari program KB berguna untuk pembangunan dan
perkembangan masyarakat Indonesia itu sendiri. Program yang terus di
maksimalkan Pemerintah tentu menjadi pilihan mutlak saat ini. Selain itu,
BKKBN juga memiliki tugas untuk memperhatikan perkembangan
lingkungan dan berbagai permasalahan program yang dihadapi. Beberapa
program yang harus mendapat perhatian khusus dari BKKBN antara lain
pencapaian program kerja dan semakin melemahnya implementasi program
KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga) di lapangan.
Kemudian dirumuskan beberapa inovasi strategis untuk penguatan program
KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga) periode 2015-2019
terutama untuk melaksanakan kegiatan yang memiliki kekuatan terhadap
3
3
pencapaian target/sasaran yang telah ditetapkan. Terdapat 6 (enam) sasaran
strategis yang ditetapkan oleh BKKBN tahun 2015-2019 antara lain :
1. Menurunkan laju rata-rata pertumbuhan penduduk tingkat nasional
(persen per tahun) dari 1,38 persen/tahun tahun 2015 menjadi 2,28
persen tahun 2019
2. Menurunnya Total Fertility Rate (TFR) per perempuan usia
reproduksi dari 2,37 tahun 2015 menjadi 2,28 tahun 2019.
3. Meningkatnya Contraceptive Prevalence Rate (CPR) semua
metoda dari 65,2 persen menjadi 66 persen
4. Menurunnya kebutuhan ber-KB tidak terlayani/unmet need dari
jumlah pasangan usia subur (persen) dari 10,6 persen tahun 2015
menjadi 9,91 persen tahun 2019
5. Menurunnya Age Specific Fertility Rate (ASFR) dari 46 (pada
tahun 2015) menjadi 38 per 1.000 perempuan kelompok umur 15-
19 tahun pada tahun 2019
6. Menurunnya persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari
Wanita Usia Subur dari 7,1 persen tahun 2015 menjadi 6,6 persen
tahun 2019.
Dalam hal ini kemudian disepakati agar BKKBN segera dapat membentuk
Kampung Keluarga Berencana (Kampung KB). Kampung KB merupakan inovasi
strategis yang diyakini dapat mengimplementasikan kegiatan-kegiatan program
KKBPK secara utuh dilapangan. Definisi kampung KB pada “Kamus Istilah
Kependudukan dan KB” yang diterbitkan oleh Direktorat Teknologi Informasi
dan Dokumentasi (Ditiffdok) pada tahun 2011 (Hal : 53) : “Kampung KB adalah
salah satu upaya penguatan program KKBPK yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam memperoleh pelayanan program KB,
sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas”.
4
4
Berikut adalah data perencanaan kampung KB di Jawa Tengah :
Tabel 1. 1 Data Perencanaan Kampung KB di Jawa Tengah s/d November 2016
No KABUPATEN/
KOTA KECAMATAN
DESA/
KELURAHAN TGL PERENCANAAN KETERANGAN
1 Cilacap Jeruk legi Tritih wetan 23 Januari 2016 Dicanangkan oeh
KA.BKKBN RI
2 Banyumas Rawalo Banjarparakan 02 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
3 Purbalingga Bukateja Bajong 27 Januari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
4 Banjarnegara Purwanegara Danaraja 24 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
5 Kebumen Karanggayam Logandu 24 Februari 2016 Dicanangkan oleh
KA.BKKBN RI
6 Purworejo Grabag Nambangan 28 Januari 2016 Dicaangkan oleh
asisten 1 Setda
Kab.Purworejo
7 Wonosobo Kepil Pulosaren 16 Maret 2016 Dicanangkan oleh
sekda
Kab.Wonosobo
8 Magelang Kaliangkrik Adipuro 14 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
9 Boyolali Ngemplak Giriroto 23 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
10 Klaten Karang nongko Kanoman 13 April 2016 Dicanangkan oeh
Bupati
11 Sukoharjo Sukoharjo Begajah 07 April 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
12 Wonogiri Jatisrono Tanggul langin 13 Mei 2016 Dicanangkan oleh
Menko PMK RI
13 Karanganyar Gondangrejo Jati kuwung 25 Januari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
14 Sragen Jenar Japoh 25 Mei 2016 Dicanangkan
oleh Bupati
15 Grobogan Purwodadi Putat 27 Januari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
16 Blora Blora Temurejo 05 April 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
17 Rembang Sluke Sanetan 01 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
18 Pati Margoyoso Pohijo 27 April 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
5
5
19 Kudus Undakan Kutuk 26 Mei 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
20 Jepara Jepara Kedungcino 01 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
21 Demak Dempet Brakas 29 Februari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
22 Semarang Kaliwngu Siwal 23 Februari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
23 Temanggung Temanggung Kel.walitelon
utara
28 Januari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
24 Kendal Kendal Tunggul rejo 24 Mei 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
25 Batang Batang Klidang lor 26 Februari 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
26 Pekalongan Wonopringo Galang pegambon 05 April 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
27 Pemalang Pemalang Kebon dalem 28 April 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
28 Tegal Balapulang Ds.banjaranyar 26 Mei 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
29 Brebes Losari Ds.jatisawit 25 April 2016 Dicanangkan oleh
Bupati
30 Kota Magelang Magelang utara Wates 02 Juni 2016 Dicanangkan oleh
Walikota
31 Kota Surakarta Pucangsawit Jebres 11 November 2016 Dicanangkan oleh
KA.BKKBN RI
32 Kota Salatiga Sidorejo Kel.blotongan 15 Maret 2016 Dicanangkan oleh
Walikota
33 Kota Semarang Semarang utara Kel.dadapsari 05 April 2016 Dicanangkan oleh
Walikota
34 Kota
pekalongan
Pekalongan utara Kel.bandengan 05 Februaari 2016 Dicanangkan oleh
asisten II Setda
Kota Pekalongan
35 Kota tegal Tegal timur Kel.panggung 06 April 2016 Dicanangkan oleh
Walikota
Sumber : BKKBN Provinsi Jawa Tengah (telah diupdate)
Tabel 1.1 menunjukan, bahwa Kab.Sragen termasuk wilayah perencanaan
program kampung KB. Berikut adalah kriteria pemilihan wilayah kampung KB
menurut BKKBN :
Lanjutan...
6
6
a) Kriteria Utama
- Jumlah Pra-KS dan KS-1 (miskin) di atas rata-rata Pra KS- dan
KS-1 tingkat desa/kelurahan dimana kampung tersebut berada.
- Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB
tingkat desa/kelurahan dimana kampung tersebut berlokasi.
Setelah terpenuhi dua kriteria diatas sebagai kriteria utama
pemilihan dan pembentukan kampung KB, maka selanjutnya dapat
memilih salah satu atau lebih kriteria wilayah berikut:
b) Kriteria Wilayah
- Kumuh
- Pesisir/nelayan
- Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Bantaran kereta api
- Kawasan miskin (termasuk miskin perkotaan)
- Terpencil
- Perbatasan
- Kawasan industri
- Kawasan wisata
- Padat penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN Provinsi Jawa
Tengah, sebanyak 35 kabupaten/kota yang terpilih sebagai lokasi
penelitian kampung KB, yaitu di Kabupaten Sragen yang berada di Desa
Japoh dan Desa Sragen Tengah.
7
7
Tabel 1. 2 Rata-rata Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sragen tahun 2011-
2015
No Tahun
Penduduk
Jumlah
Pertumbuhan penduduk
tiap tahun
Laki-laki Perempuan Absolute
(jiwa)
Relative
(%)
1 2011 423.375 440.602 863.977 4.197 0,49
2 2012 425.415 442.675 868.090 4.113 0,48
3 2013 427.282 444.709 871.991 3.901 0,45
4 2014 429.132 446.483 875.615 3.624 0,42
5 2015 430.717 448.310 879.027 3.412 0,39
Sumber : BPS Kabupaten Sragen Tahun 2016
Tabel 1.2 menunjukan bahwa laju pertumbuhan penduduk sragen
dari tahun 2011-2014 tercatat sebanyak 0,42 %. Pada tahun 2011 sebanyak
0,49% di tahun 2012 sebanyak 0,48% dan di tahun 2013 sebanyak 0,45%
kemudian pada tahun 2014 tercatat sebanyak 0,42% dan di tahun 2015
sebanyak 0,39%.
Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang terus mengalami
kenaikan penduduk setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah penduduk
Sragen 863.977 jiwa kemudian di tahun 2012 mengalami kenaikan dengan
jumlah 868.090 jiwa, dan tetap mengalami kenaikan sampai pada tahun
2015 dengan jumlah sebanyak 879.027 jiwa.
8
8
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen tahun 2011-2015
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Kabupaten Sragen mengalami
kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya. Data diatas menunjukan tahun
2011 jumlah penduduk Sragen 863.977 jiwa kemudian di tahun 2012
mengalami kenaikan dengan jumlah 868.090 jiwa, dan tetap naik sampai
pada tahun 2015 dengan jumlah sebesar 879.027 jiwa.
No Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015
L P L P L P L P L P
1 Kalijambe 23.964 23.571 24.121 23.723 24.268 23.873 24.413 24.009 24.544 24.149
2 Plupuh 20.701 21.884 20.760 21.945 20.808 22.002 20.587 22.046 20.891 22.093
3 Masaran 34.762 35.359 35.084 35.686 35.399 36.010 35.711 36.319 36.003 36.630
4 Kedawung 28.427 29.194 28.610 29.378 28.780 29.562 28.951 29.727 29.103 29.898
5 Sambirejo 17.276 18.055 17.325 18.105 17.365 18.153 17.406 18.189 17.435 18.727
6 Gondang 20.345 21.296 20.403 21.355 20.451 21.410 20.498 21.453 20.532 21.498
7 Sambung macan 21.453 22.652 21.514 22.715 21.564 22.774 21.615 22.820 21.650 22.868
8 Ngrampal 18.205 18.827 18.257 18.879 18.300 18.929 18.342 18.966 18.373 19.007
9 Karangmalang 31.163 32.061 31.517 32.421 31.860 32.783 32.206 33.128 32.534 33.480
10 Sragen 33.047 34.117 33.233 34.305 33.405 34.492 33.576 24.657 33.727 34.828
11 Sidoharjo 24.996 25.866 25.067 25.936 25.126 26.004 25.184 26.057 25.226 26.111
12 Tanon 24.649 26.211 24.719 26.282 24.778 26.351 24.835 26.402 24.876 26.459
13 Gemolong 22.370 23.302 22.480 23.416 22.580 23.527 22.680 23.624 22.765 23.723
14 Miri 15.801 16.337 15.844 16.383 15.883 16.425 15.919 16.459 15.946 16.493
15 Sumberlawang 21.104 22.618 21.164 22.681 21.214 22.740 21.263 22.785 21.298 22.833
16 Mondokan 16.398 17.102 16.443 17.150 16.483 17.195 16.521 17.228 16.549 17.266
17 Sukodono 13.957 15.284 13.995 15.326 14.029 15.366 14.062 15.397 14.085 15.429
18 Gesi 9.381 10.262 9.408 10.289 9.431 10.317 9.452 10.337 9.469 10.359
19 Tangen 12.611 13.097 12.646 13.131 12.677 13.165 12.706 13.192 12.728 13.220
20 Jenar 12.765 13.507 12.826 13.569 12.881 13.631 12.935 13.685 12.983 13.739
Jumlah 863.977 868.090 871.991 875.615 879.027
9
9
Berdasarkan data diatas, peneliti mengambil dua daerah kampung
KB yang terletak di Desa Japoh, Kecamatan Jenar dan Kelurahan Sragen
Tengah Kecamatan Sragen. Pertama dicanangkan oleh Bupati Sragen pada
tahun 2016 untuk Dukuh Pakel, Desa Japoh, Kecamatan Jenar dan Dukuh
Cantel Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan Sragen dicanangkan
pada tahun 2017 oleh Dandim 0725. Berikut adalah laporanya :
Tabel 1.4 Penelitian wilayah kampung KB
No Nama dan
Lokasi
Dicanangkan
oleh
Tanggal
Pencanangan
Intervensi
Kegiatan
Pelaksanaan
Kegiatan Keterangan
1 Dukuh Pakel
Desa Japoh
Kecamatan
Jenar
Bupati Sragen 25 Mei 2016 -Penyuluhan
dan Pelayanan
KB
-Posyandu
-BKB
-BKL
- PIK Remaja
Minggu ke II
dan ke IV
setiap
bulannya
2016
2 Dukuh Cantel
Wetan
Kelurahan
Sragen Tengah
Kecamatan
Sragen
Dandim 0725 07
September
2017
-BKB
-BKR
-BKL
-Posyandu
Lansia
-Posdaya
-Pusat Informasi
dan Konseling
Remaja
Minggu ke II
dan ke IV
setiap
bulannya
2017
Sumber : BKKBN Kabupaten Srage
Berdasarkan tabel 1.4, terdapat dua lokasi penelitian yaitu, berada
di Kelurahan Sragen Tengah dan Desa Japoh. Di Desa Japoh merupakan
Kampung KB yang pertama kali dicanangkan di Kabupaten Sragen pada
tanggal 25 mei tahun 2016 oleh Bupati Sragen dengan intervensi kegiatan
berupa ( penyuluhan dan pelayanan KB, Posyandu, BKB, BKL, dan PIK
remaja) dilaksanakan sebulan dua kali pada minggu ke II dan ke IV.
Kemudian, Kelurahan Sragen Tengah, dicanangkan oleh Dandim 0725
pada tanggal 07 September 2017 dengan intervensi kegiatan berupa BKB
10
10
(Bina Keluarga Balita), BKL (Bina Keluarg Lansia), BKR (Bina Keluarga
Remaja), posyandu lansia, posdaya, Pusat Informasi dan Konseling
Remaja, yang dilakukan pada minggu ke II dan ke IV setiap satu bulannya.
Tabel 1. 5 Kepadatan Penduduk Dirinci Per Desa Di Kecamatan Jenar Tahun 2016
Nama Desa Luas wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(orang)
Kepadatan
Penduduk
(orang/km2)
Japoh 4,09 2.435 595
Ngepringan 11,58 3.672 317
Mlale 6,51 3.285 505
Dawung 6,39 4.102 642
Kandang sapi 9,70 4.683 483
Jenar 14,54 3.673 253
Banyurip 11,16 4.975 446
Jumlah 63,97 26,825 419
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Berdasarkan tabel 1.5, dapat diketahui bahwa Desa Japoh merupakan desa
yang memiliki luas wilayah paling kecil yaitu 4,09 km2 dengan jumlah penduduk
2.435 jiwa dan merupakan wilayah yang padat penduduk. Hal ini dapat dikatakan
bahwa Desa Japoh merupakan wilayah dengan pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat dengan luas wilayah yang sangat kecil dibanding dengan luas
wilayah di desa lain. Oleh karena itu, dengan program KB diharapkan masyarakat
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup pada manusia. Program
kampung KB bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat tingkat
desa dalam rangka mewujudkan keuarga kecil berkualitas.
11
11
Tabel 1. 6. Kepadatan Penduduk Dirinci Per Desa Di Kecamatan Sragen Tahun 2016
No Nama Desa Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(Orang)
Kepadatan
Penduduk
(Orang/Km2)
1 Sine 3,37 5.986 1.776
2 Sragen Kulon 2,17 15.972 7.263
3 Sragen Tengah 1,76 7.929 4.493
4 Sragen Wetan 2,17 15.224 7.022
5 Nglorog 3,63 6.774 1.865
6 Karang Tengah 3,52 5.527 1.571
7 Tangkil 5,07 5.138 1.013
8 Kedungupit 5,57 6.477 1.162
Jumlah 27,27 68.847 2.525
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Tabel 1.6 merupakan tabel kepadatan penduduk dimana wilayah paling
padat penduduknya adalah Kelurahan Sragen Kulon sebanyak 7.263 orang/km2
luas wilayah 2,17 Km2, Lalu Kelurahan Sragen Wetan sebanyak 7.022 orang/km
2
luas wilayah 2,17 Km2, kemudian Kelurahan Sragen Tengah adalah wilayah yang
padat penduduk nomor 3 (tiga) di Kecamatn Sragen dengan jumlah 4.493
orang/km2
luas wilayah 1,76 Km2 Kelurahan ini merupakan salah satu daerah
penelitian, kemudian Kelurahan Nglorog sebanyak 1.865 orang/km2
luas wilayah
3,63 Km2, selanjutnya Kelurahan Sine dengan kepadatan penduduk 1.776
orang/km2 luas wilayah 3,37 Km
2, Kelurahan Karang Tengah sebanyak 1.571
orang/km2 luas wilayah 3,52 Km
2, selanjutnya yaitu Kelurahan Kedungupit
sebanyak 1.162 orang/km2 luas wilayah 5,57 Km
2, kemudian Kelurahan Tangkil
dengan jumlah 1.013 orang/km2 luas wilayah 5,57 Km
2.
Jadi, Kelurahan yang paling padat penduduknya adalah Kelurahan Sragen
Tengah dengan jumlah 4.493 orang/km2
dengan luas wilayah paling sempit yaitu
1,76 Km2 .
12
12
Tabel 1.7 Jumlah PUS dan Akseptor KB Dirinci Per Desa Di Kecamatan Jenar
Tahun 2016
Sumber : Statistik Kecamatan Jenar
Tabel 1.7 menunjukan bahwa, Desa Japoh memiliki 1 klinik KB
dengan jumlah akseptor sebanyak 523 jiwa. Desa japoh merupakan desa
yang memiliki PUS dengan jumlah sedikit dari jumlah PUS yang berada di
desa lain. Desa ngepringan dengan jumlah akseptor sebanyak 731 jiwa.
Kemudian desa mlale, desa yang memiliki jumlah akseptor lebih sedikit
dari desa japoh. Selanjutnya yaitu desa dawung desa yang memiliki
akseptor tetinggi sebanyak 870 jiwa dengan jumlah pasangan usia subur
1.156 jiwa. Kemudian desa kandang sapi memiliki jumlah akseptor lebih
sedikit dari desa dawung dengan jumlah 849 jiwa. Desa jenar memiliki
jumlah aksetor lebih sedikit dari desa ngepringan dengan jumlah 641 jiwa
kemudian desa banyurip memiliki jumlah akseptor lebih banyak dari desa
japoh, ngepringan dan mlale dengan jumlah 803 jiwa. Kemudian desa
yang memiliki klinik KB lebih dari satu yaitu desa ngepringan, dawung,
dan banyurip.
Oleh karena itu, Desa Japoh di canangkan sebagai kampung KB
karena jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) dan akseptornya masih rendah.
No Desa Jumlah PUS
(pasangan usia subur)
Jumlah
akseptor
(orang)
Jumlah klinik
KB
1 Japoh 789 523 1
2 Ngepringan 1.040 731 2
3 Mlale 737 614 1
4 Dawung 1.156 870 2
5 Kandang sapi 1.053 849 1
6 Jenar 1.025 641 1
7 Banyurip 992 803 2
Jumlah 6.792 5.031 10
13
13
Tabel 1.8 Jumlah PUS dan Akseptor KB Dirinci Per Desa Di Kecamatan Sragen
Tahun 2016
No Desa
Jumlah PUS
(pasangan usia
subur)
Jumlah akseptor
(orang)
Jumlah klinik
KB
1 Sine 1.016 772 -
2 Sragen Kulon 2.289 1.682 2
3 Sragen Tengah 1.130 889 3
4 Sragen Wetan 2.344 1.641 1
5 Nglorog 1.051 808 1
6 Karang Tengah 850 649 2
7 Tangkil 843 622 -
8 Kedungupit 936 678 -
Jumlah 10.459 7.741 9
Sumber : Statistik Kecamatan Sragen
Tabel 1.8 menunjukan bahwa, pada tahun 2016 di Kecamatan
Sragen terdapat 5 (lima) desa yang memiliki klinik KB yaitu Kelurahan
Sragen Kulon, Sragen Tengah, Sragen Wetan, Nglorog, dan Karang
Tengah dengan jumlah PUS 10.459 dan akseptor 7.741 orang. Masing-
masing desa memiliki klinik yang berbeda. Pertama Kelurahan Sragen
Kulon terdapat 2 klinik KB dengan jumlah PUS 2.289 dan akseptor 1.682
orang , Sragen Tengah sebanyak 3 klinik dengan jumlah PUS 1.130 dan
akseptor 889 orang, Sragen Wetan dan Nglorog terdapat 1 klinik
Kelurahan Sragen Wetan dengan jumlah PUS 2.344 dan akseptor 1.641
orang sedangkan Kelurahan Nglorog dengan jumlah PUS 1.051 dan
akseptor 808 orang, dan Kelurahan Karang Tengah dengan 2 klinik KB
dengan jumlah PUS 850 dan akseptor 649 orang, sedangkan Kelurahan
Tangkil memiliki jumlah PUS 843 dan 622 orang akseptor dan
Kedungupit jumlah PUS 936 dan akseptor 678 orang, tanpa adanya klinik
KB di kedua desa tersebut .
PUS (pasangan usia subur) yaitu berkisar antara usia 20-45 tahun
dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
14
14
Program KB diharapkan untuk dapat mengurangi kepadatan dan
meningkatkan kesejahteraan kualitas hidup. Manusia hidup di dunia bukan
sekedar hidup untuk memenuhi sandang, pangan dan papan saja. Namun,
manusia memerlukan kualitas hidup yang baik dan hal-hal yang
menunjang agar manusia dapat menciptakan hidup yang berkualitas
dengan mempunyai pendidikan yang baik, pekerjaan yang layak, dan juga
adanya rasa aman serta kesehatan. Kampung KB bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas.
Tabel 1.9 Jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi KB Dirinci Per Desa Di
Kecamatan Jenar Tahun 2016
No Desa Alat kontrasepsi
jumlah IUD MOP MOW Implant Suntik Pil Kondom
1 Japoh 12 2 20 114 322 34 19 523
2 Ngepringan 54 1 36 189 380 50 21 731
3 Mlale 61 2 48 135 329 23 16 614
4 Dawung 99 2 73 174 453 37 32 870
5 Kandang sapi 140 1 73 176 403 39 17 849
6 Jenar 68 0 23 139 356 33 22 641
7 Banyurip 133 0 41 219 357 32 21 803
Jumlah 567 8 314 1146 2600 248 148 5031
Sumber : PK PLKB Kecamatan Jenar
Berdasarkan tabel diatas, dari banyaknya alat kontrasepsi yang
diminati oleh peserta KB di setiap desa yaitu alat kontrasepsi suntik
sebanyak 2600 buah sedangkan paling sedikit yaitu alat konrasepsi MOP
sebanyak 8 buah di tahun 2016. Alat kontrasepsi IUD paling banyak
digunakan di desa Kandang Sapi dengan jumlah 140 buah. Alat
kontrasepsi MOP terdapat lima desa yang meggunakannya yaitu desa
japoh, mlale, dan dawung sebanyak 2 buah di masing-masing desa, desa
Ngepringan dan Kandangsapi terdapat satu buah per masing-masing desa.
Namun ada juga dua desa yang tidak menggunakan alat kontrasepsi MOP
15
15
tersebut. Kemudian, alat kontrasepsi MOW banyak digunakan di desa
dawung dan kandang sapi sebanyak 73 buah. Selanjutnya ialah alat
kontrasepsi implant yang banyak digunakan di desa banyurip sbanyak 219
buah.
Sedangkan alat kontrasepsi suntik digunakan paling banyak di desa
dawung sebanyak 453 buah. Desa ngepringan lebih banyak menggunakan
alat kontrasepsi pil sebanyak 50 buah. Terakhir adalah alat kontrasepsi
kondom yang paling banyak digunakan di desa dawung dengan jumlah 32
buah. Dari 7 alat kontrasepsi yang ada, masyarakat Kecamatan Jenar
paling berminat dengan alat kontrasepsi suntik sebanyak 2600 buah.
Tabel 1.10 Jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi KB Dirinci Per Desa Di
Kecamatan Sragen Tahun 2016
Sumber : PK PLKB Kecamatan Sragen
Berdasarkan tabel 1.10 terdapat 7 jenis alat konrasepsi yang ada di
Kecamatan Sragen, paling banyak digunakan adalah alat kontrasepsi suntik, spiral
dan pil. Sedangkan paling banyak di pakai adalah jenis suntik sebanyak 5.419
buah. Jenis IUD (spiral) sebanyak 761 buah, dan jenis MOP (Metode Operasi
Pria) dengan jumlah paling sedikit yaitu 30 buah. Untuk jenis alat kontrasepsi
MOW 30 buah, susuk 294 buah dan kondom 253 buah. Kelurahan yang paling
No Desa
Alat Kontrasepsi
Jumlah IUD
(spiral)
MOP MOW Implant
(susuk)
Suntik Pil Kondom
1 Sine 44 3 79 28 575 33 10 772
2 Sragen Kulon 216 7 88 79 1.106 95 91 1.682
3 Sragen Tengah 108 4 45 31 626 55 20 889
4 Sragen Wetan 118 1 75 45 1.059 246 97 1.641
5 Nglorog 96 9 43 65 538 44 13 808
6 Karang Tengah 76 6 19 27 480 28 13 649
7 Tangkil 61 - 37 11 461 49 3 622
8 Kedungupit 42 - 26 8 574 22 6 678
Jumlah 761 30 412 294 5.419 572 253 7.741
16
16
sedikit menggunakan alat kontrasepsi KB yaitu Kelurahan Tangkil kemudian
Kelurahan Karang Tengah, Kedungupit, Sine, Nglorog, Sragen Tengah, Sragen
Wetan dan Sragen Kulon.
Tabel 1.11 Perbandingan Daerah Penelitian
No Data
Keterangan
Desa Japoh (Desa) Kelurahan Sragen
Tengah (Kota)
1 Jumlah Penduduk 2.435 orang 7.929 orang
2 Luas Wilayah 4,09 Km2
1,76 Km2
3 Jumlah Akseptor 523 orang 889 orang
4 Penggunaan Alat Kontrasepsi 523 buah 889 buah
5 Jumlah PUS 789 orang 1.130 orang
6 Jumlah Klinik KB 1 (satu) 3 (tiga)
Sumber : Kecamatan Jenar Dalam Angka dan Kecamatan Sragen Tengah Dalam Angka
2017
Berdasarkan data yang sudah di rangkum, terdapat dua daerah penelitian
yaitu Desa Japoh dan Kelurahan Sragen Tengah. Daerah tersebut sangat berbeda
berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah akseptor, penggunaan alat
kontrasepsi, jumlah PUS, dan jumlah klinik KB. Sragen Tengah lebih banyak
jumlah penduduknya sebanyak 7.929 orang dari Desa Japoh dengan jumlah 2.345
orang.
Desa Japoh dan Kelurahan Sragen Tengah telah dipilih menjadi daerah
penelitian karena dua wilayah tersebut dengan alasan Desa Japoh merupakan
wilayah pedesaan dan Sragen Tengah merupakan wilayah perkotaan di Kabupaten
Sragen kemudian peneliti membandingkan program Kampung KB dan wilayah
yang ada di dua daerah tersebut. Oleh sebab itu, maka disusun sebuah penelitian
dengan judul “ANALISIS PROGRAM KAMPUNG KELUARGA
BERENCANA DI DESA JAPOH KECAMATAN JENAR DAN
KELURAHAN SRAGEN TENGAH KECAMATAN SRAGEN
KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2018 ”.
17
17
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan program kampung keluarga berencana di Desa
Japoh dan Kelurahan Sragen Tengah?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi program kampung KB di kedua
daerah tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis awal pelaksanaan program Kampung KB di Desa Japoh dan
Kelurahan Sragen Tengah
2. Menganalisis faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi program
kampung KB di Desa Japoh dan Kelurahan Sragen Tengah
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai syarat menempuh program sarjana S-1 Geografi di fakultas
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Penelitian ini guna untuk memperluas wawasan peneliti, dan menambah
kajian untuk peneliti selanjutnya.
3. Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi instansi terkait dalam
menyempurnakan program KB
1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1 Telaah Pustaka
a. Kampung KB
Kampung KB adalah satuan setingkat RW, dusun dan yang
setara, yang memiliki kriteria tertentu, yang didalamnya terdapat
program kependudukan, keluarga berencanaa, pembangunan
keluarga secara sistematis. Tujuan dibentuknya kampung KB yaitu
guna untuk meningkatkan kualitas penduduk mulai dari tingkat
18
18
kampung dalam mewujudkan keluarga kecil berkualitas,
meningkatkan peran pemerintah daerah dalam memfasilitasi dan
pembinaan masyarakat untuk menyelenggarakan, meningkatkan
jumlah peserta KB, meningkatkan sarana dan prasarana
pembangunan kampung.
b. Prasyarat wajib dibentuknya kampung KB
Sebelum program kampung KB dicanangkan, terdapat
beberapa syarat dibentuknya kampung KB di berbagai wilayah
yaitu : a) Tersedianya data kependudukan yang akurat dimana data
tersebut bersumber dari hasil pendapatan keluarga, dan potensi
Desa dan catatan sipil sehingga dapat digunakan sebagai dasar
penetapan program yang dilaksanakan. b) Dukungan dan
Komitmen Pemerintah Daerah, khususnya pemerintah
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. c) Partisipasi Masyarakat yang berpatisipasi aktif,
dalam pengelolaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan di kampung KB.
c. Sasaran Penggarapan
Sasaran : Keluarga, Remaja, Penduduk Lanjut Usia
(Lansia), Pasangan Usia Subur (PUS), Sasaran sektor sesuai
dengan bidang tugas masing-masing (Kesehatan, Sosial Ekonomi,
Pendidikan, Pemukiman dan Lingkungan).
Pelaksana : Kepala Desa, Ketua RW, Ketua RT, PLKB,
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat Desa, Tokoh
Masyarakat dan Kader.
19
19
d. Struktur Organisasi Kampung KB
Sumber : Jurnal Nasional Kampung Keluarga Berencana 2015
Tahapan pembentukan program kampung KB melalui empat tahapan yaitu :
a. Membangun komitmen, dimana komitmen tersebut digunakan
sebagai langkah awal pembentukan kampung KB untuk
menjadikan program KB sebagai program/kkegiatan urusan
bersama sehingga sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat
konsisten dan berkesinambungan. Dukungan program KB tersebut
melalui oihak Bupati/Walikota, Kepala SKPD KB, Camat, Kepala
Desa/Lurah, BPD, LPMD, LPMK, para tokoh masyarakat, tokoh
agama, tim penggerak PKK, Kader dan Bidan desa merupakan
modal utama proses pembentukan, operasional kegiatan, sampai
dengan evaluasi dan pelaporan kegiatan kampung KB.
b. Penyusunan profil wilayah, Kabupaten/kota menyiapkan profil
wilayah yang akan ditetapkan sebagai kampung KB terdiri dari :
Penasihat Forum Musyawarah :
BPD (Badan Permusyawarahan Desa),
LPMD (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa ), Tokoh Agama,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat
Pembina
Ketua
Petugas Lini :
PLKB (Petugas Lapangan
Keluarga Berencana), Bidan,
PKK (Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga), PPL (Petugas
Penyuluh Lapangan), dan Petugas
Lapangan Instansi terkait
Skretaris
Kelompok Kegiatan
Kader Kependudukan
Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga
Kelompok Kegiatan
Kader Ekonomi
Kelompok Kegiatan
Kader Pendidikan
Kelompok
Kegiatan Kader
Kesehatan
Bendahara
Pelindung
20
20
Luas dan letak geografis wilayah kampung KB, kesesuaian wilayah
kampung KB yang dipastikan memenuhi persyaratan 1 (satu) atau
kriteria wilayah kampung KB, data demografi wilayah meliputi
(jumlah penduduk, jumlah KK, data kependidikan dll), data
keluarga berencana meliputi ( jumlah PUS, Akseptor, jumlah PUS
yang bukan akseptor), dan data sosial ekonomi wilayah kampung
KB .
c. Proses penetapan wilayah sebagai kampung KB, rekapitulasi profil
diatas kemudian menjadi materi rapaar penetapan kampung KB.
Rapat penetapan wilayah kampun KB dilaksanakan oleh
perwakilan BKKBN yang melibatkan Bupati/Walikota, kepala
SKPD KB, dalam proses penetapan ini juga termasuk penetapan
Kelompok Kegiatan (Poktan), Kader perBidang yang disesuaikan
dengan kebutuhan wilayah masing-masing kemudian dilanjutkan
pembentukan organisasi kampung KB, oleh SKPD KB dan
disahkan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota.
Kemudian seluruh rekapitulasi diatas dikirimkan oleh perwakilan
BKKBN Provindi kepada kepala BKKBN dengan tembusan
Direktorat Bina Lini Lapangan BKKBN Pusat.
d. Penyediaan data dan Informasi, setelah ditetapkan dan dilakukan
pembentukan wilayah kampung KB serta dengan susunan
organisasinya, selanjutnya Ketua Organisasi Kampung KB tersebut
melakukan pelengkapan data dan informasi seperti : Data anggota
keluarga, data dan informasi yang terkait dengan catatan sipil
lokasi kampung KB, Data dan informasi Kelompok Kegiatan
(Poktan) kader per-Bidang yang disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing wilayah.
Keluarga berencana adalah sebuah usaha dan program yang dilakukan
pemerintah dalam mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan cara
menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan
memakai alat kontrasepsi. Berencana diartikan merencanakan apa yang akan kita
21
21
jalani di masa yang akan datang membatasi jumlah anak dimana dalam satu
keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja. KB juga dapat
diartikan sebagai suatu tindakan perencanaan suami dan istri untuk mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran, dan menentukan jumlah
anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai dengan situasi masyarakat dan
negara. (Ali Mukti : 1974)
1.5.2 Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya yang terangkum dalam tabel F.I
adalah sebagai berikut :
1) Penelitian yang dilakukan oleh Ida Herawati pada tahun 1994
dengan judul “Perilaku Akseptor Keluarga Berencana Di
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan
menganalisa tabel silang dan tabel frekuensi serta tabel ststistik
sehingga peneliti dapat mengetahui aspek perilaku akseptor tentang
keluarga berencana, sikap erhadap keluarga berencana, dan faktor-
faktor lama penggunaan alat kontrasepsi.
2) M.Hidayat W.K dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Keluarga
Berencana Terhadap Kesejahteraaan Keluarga Di Desa
Penyangkringan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal” dengan
tujuan mengetahui program pelaksanaan akseptor dan keberhasilan
program KB di Desa Penyangkringan metode yang digunakan
adalah metode survey dengan melakukan pengambilan sampel di
daerah penelitian, hasil yang dapat disimpulkan dalam
peneliatannya yaitu program KB mempunyai pengaruh positif
dalam kesejahteraan keluarga dan akseptor yang memiliki 1-2
cenderung lebih sejahtera dibanding dengan akseptor yang
memiliki anak lebih dari dua.
3) Retno mahasri tahun 2001 penelitiannya dengan judul “Evaluasi
Pelaksanaan KB Studi Kasus di Desa Tanjung dan Desa Pengkol
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo” yang memiliki tujuan
22
22
yaitu mengetahui perbedaan perbedaan tingkat partisippasi dalam
pelaksanaan KB dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Metode
yang digunakan adalah metode survey dengan hasil Terdapat
hubungan positif antara jumlah anak yang dinginkan dengan lama
pemakaian alat kontrasepsi.
Perbedaan antara peneliti saat ini dengan peneliti sebelumnya adalah
lokasi penelitian dan rumusan masalah serta tujuan penelitian.
23
23
Tabel 1.12 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Ida Herawati
(1994)
Perilaku Akseptor Keluarga
Berencana Di Kecamaan
Colomadu Kabupaten
Karanganyar
-Ingin mengetahui karakeristik
akseptor keluarga berencana yang
meliputi : umur saat kawin, umur
saa KB, pendidikan, pendapatan,
jenis alat kontrasepsi, jumlah anak
yang dilahirkan, jarak antara
perkawinan dengan kelahiran.
-Ingin mengetahui faktor-faktor
yang erat hubunganya dengan
lama pemakaian alat KB
-Metode penelitian survei
- analisa tabel silang dan analisa tael
frekuensi dan analisa statistik
-Aspek perilaku akseptor
1. Pengetahuan akseptor tentang
keluarga berencana.
2. Sikap terhadap keluarga
berencana.
3. Praktek keluarga berencana.
-Faktor-faktor yang mempunyai
hubungan dengan lama pemakaian
alat kontrasepsi.
M. Hidayat W.K.
(1999)
Pengaruh Pelaksanaan Keluarga
Berencana Terhadap
Kesejahteraaan Keluarga Di
Desa Penyangkringan
Kecamatan Weleri Kabupaten
Kendal
- Mengetahui pelaksanaan dan
keberhasilan program KB di Desa
Penyangkringan Kecamatan
Weleri Kabupaten Kendal
- Mengetahui tingkat
kesejahteraan keluarga akseptor di
daerah penelitian
- Maengetahui hubungan anak
masih hidup dengan tingkat
kesejahteraasn keluarga
- Metode Survey
- Pengambilan daerah sempel secara
purposive sampling.
- pengumpulan data primer melalui
kuisioner dan data sekunder
menggunakan data-data dari instansi
terkait.
- Program KB mempunyai pengaruh
positif terhadap tingkat
kesejahteraan keluarga, walaupun
belum seluruhnya menikmati
kesejahteraan
- Jumlah anak masih hidup akan
berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan keluarga dimana
akseptor yang memiliki 1-2
senderung lebih sejahtera
dibandingkan akseptor yang
mempunyai anak lebih dari dua.
24
24
Sumber: Penulis 2018
Retno Mahasri (2001) Evaluasi Pelaksanaan KB Studi
Kasus di Desa Tanjung dan Desa
Pengkol Kecamatan Nguter
Kabupaten Sukoharjo
-Mengetahui perbedaan tingkat
partisippasi dalam pelaksanaan
KB
- Faktor yang mempengaruhi
perbedaan keberhasilan dalam
pelaksanaan KB
- Metode survey - Terdapat hubungan negatif antara
variabel pendidikan dengan lama
pemakaian alat kontrasepsi
- Terdapat hubungan positif antara
jumlah anak yang dinginkan dengan
lama pemakaian alat kontrasepsi
Devi Patikasari (2014) Analisis Program Kampung
Keluarga Berencana di Desa
Japoh dan Desa Sragen Tengah
Kabupaten Sragen
-Bagaimana pelaksanaan program
kampung keluarga berencana di
Desa Japoh dan Desa Soko?
- Tingkat keberhasilan kampung
KB di tahun 2018
-Metode penelitian wawancara
mendalam
-Dilengkapi dengan catatan
dilapangan, dokumen pribadi dll
Hasil yang diharapkan :
-analisis perbandingan dua
wilayah kampung KB
- peta persentase keberhasilan
kampung KB
Sumber : Penulis, 2018
25
25
1.6 Kerangka Penelitian
Kusdinar Untung Yuni sebagai Bupati Sragen menyampaikan bahwa
Pengelolaan kependudukan penting dilakukan dalam rangka pengendalian
kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas penduduk. Pengendalian kuantitas
penduduk dilakukan dalam rangka menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
melalui pengaturan kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan. Dalam rangka
pengaturan kelahiran, program KKBPK (Kependudukan Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga) menggunakan konsep “Dua Anak Cukup” sementara
dalam rangka pendewasaan usia perkawinan menggunakan konsep “ Pernikahan
ideal” yakni 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Perlu adanya
peran Pemerintah dan swasta untuk pembangunan keluarga berencana untuk
kembali mengelorakan 2 anak cukup, dan meningkatkan pendidikan dan sumber
daya manusia harus diolah sedemikian rupa.
Penduduk adalah faktor penting dalam pembangunan suatu wilayah.
Namun, harus kita ketahui bahwa tidak semua penduduk dibumi ini adalah
penduduk yang sejahtera hidupnya baik secara lahir dan batin. Penduduk yang
sejahtera yaitu penduduk yang tercukupi baik dari segi sandang, pangan, dan
papan. Pembangunan suatu wilayah yang baik dapat kita lihat dari segi kualitas
penduduknya. Pertumbuhan penduduk merupakan masalah yang sering terjadi
diberbagai daerah dan kemiskinan kian meningkat.
Keluarga Berencana (KB) menurut UU no 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sebagai dasar
pelaksanaan dari Program Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai
dasar pelaksanaan program BKKBN yang terfokus pada masalah pengendalian
penduduk dan pembangunan Keluarga Berencana. Oleh karena itu, Pemerintah
membuat kebijakan Kampung Keluarga Berencana untuk mengatur angka
kelahiran anak dan mewujudkan keluarga yang berkualitas.
26
26
Kampung KB
Faktor yang mempengaruhi
berjalannya program
kampung KB
Terciptanya keluarga yang sejahtera
dan berkualitas
Sumber : Penulis, 2018
Keluarga Berencana (KB) menurut UU no 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlinudngan dan bantuan
sesuai degan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Bab l Pasal
Ayat 10).
Program Pemerintah tentang
Keluarga Berencana
Ledakan Penduduk
Proses terbentuknya
kampung KB
Desa Japoh,
Kecamatan Jenar
Desa Sragen
Tengah, Kecamatan
Sragen
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
27
27
1.7 Batasan Operasional
Penduduk adalah anggota masyarakat, warga negara sebagai himpunan, kuantitas
yang bertempat tinggal disuatu tempat dalam batas wilayah Negara
pada waktu tertentu (UU.RI.NO.10 Tahun 1992)
Program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program merupakan
upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Arif Rohman (2009: 101-
102)
Kampung KB merupakan satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara
yang memiliki kritera tertentu dimana terdapat keterpaduan program
KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga) yang
dilakukan secara sistemik dan sistematis. (Surya Candra : 2015)
Keluarga Berencana (KB) menurut UU no 52 Tahun 2009 : tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Bab l
Pasal Ayat 10).
Desa merupakan sebagian wilayah administratif yang berada di bawah kecamatan
dan dipimpin oleh Kepala Desa secara langsung yang pemukimannya
berupa kumpulan beberapa unit atau pemukiman kecil yang disebut
dusun. (R.Bintarto)
Kelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil dibawah kecamatan dipimpin
oleh Lurah yang diangkat oleh Bupati/Walikota. (R.Bintarto)