71

BAB I - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198202252009122002 _2014.pdfsungguh agar materi pembelajaran bahasa Jepang memang benar-benar disusun atas

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak globalisasi yang terjadi telah menyebabkan masyarakat

Indonesia mengalami degradasi karakter dan moral. Padahal, karakter merupakan

suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada

anak-anak. Salah satu alternative yang banyak dikemukakan untuk mengatasi,

atau paling tidak mengurangi masalah degradasi moral dan karakter bangsa adalah

pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena

pendidikan membelajarkan dan membimbing generasi muda sebagai generasi

penerus bangsa yang lebih baik. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan

kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan

mengurangi penyebab berbagai masalah degradasi moral dan karakter bangsa.

Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan

akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan

karakter sebagai satu konsep pendidikan yang menanamkan budi pekerti yang

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), serta tindakan

(action) merupakan suatu solusi untuk memperbaiki karakter dan moral bangsa.

Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

kebaikan kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran

atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, lingkungan,

maupun nusa dan bangsa sehingga menjadi manusia yang seutuhnya.

Observasi yang dilakukan terhadap praktek pelaksanaan pendidikan

karakter oleh guru bahasa Jepang di sekolah-sekolah menunjukkan bahwa guru

hanya mencantumkan aspek-aspek nilai/karakter yang ingin disasar pada suatu

2

pertemuan pada rencana pembelajaran mereka, sedangkan isi materi

pembelajarannya tetap menggunakan materi-materi bahasa Jepang seperti halnya

pada saat PBKB tersebut belum dicetuskan. Nilai-nilai karakter tersebut tidak

ditetapkan sejak awal sebelum sebuah materi pelajaran dipilih dan ditetapkan.

Yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu materinya ditetapkan terlebih dahulu,

kemudian guru mengeneralisasi nilai-nilai/karakter apa saja yang dicerminkan

oleh materi tersebut, kemudian menuliskannya pada rencana pembelajaran

mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada usaha sistematis dan sungguh-

sungguh agar materi pembelajaran bahasa Jepang memang benar-benar disusun

atas dasar nilai-nilai/karakter yang ingin dibentuk dalam diri peserta didik karena

materi pelajaran bahasa Jepang sebelum dan sesudah pencetusan pendidikan

berbasis karakter relatif tetap sama.

Wawancara yang dilakukan dengan empat guru bahasa Jepang di empat

sekolah menengah atas (selanjutnya, SMA) negeri di Kabupaten Buleleng

menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya pernah membuat materi pelajaran

bahasa Jepang yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai/karakter yang

ditekankan oleh Puskur. Mereka mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka tetap

menggunakan materi-materi pelajaran ataupun lembar kerja siswa (LKS) yang

sama seperti ketika PBKB belum diberlakukan. Mereka beralasan bahwa

sepengetahuan mereka belum ada buku-buku pelajaran bahasa Jepang yang secara

khusus disusun dengan mengacu pada pengembangan karakter di samping karena

mereka tidak memiliki pengetahuan bagaimana menyusun materi pelajaran bahasa

Jepang berdasarkan pendidikan karakter yang menjadi roh Kurikulum 2013. Satu

hal menarik yang mereka ungkapkan adalah keinginan mereka untuk

mendapatkan informasi tentang bagaimana cara menyusun atau mengembangkan

materi pelajaran bahasa Jepang berbasis karakter. Mereka mengatakan bahwa

mereka pernah mengikuti seminar tentang pendidikan karakter, tetapi tidak

mendapatkan wawasan khusus tentang bagaimana menyusun perangkat

pembelajaran bahasa Jepang yang diinsersi pendidikan karakter.

Mengingat pentingnya masalah penambahan pendidikan karakter saat ini,

oleh karena itu, perlu guru-guru bahasa Jepang diberikan pelatihan pengemasan

perangkat pembelajaran dan pengembangan materi bahasa Jepang berbasis

3

pendidikan karakter. Mengacu kepada hasil observasi dan wawancara dengan

beberapa guru bahasa Jepang sebagaimana dipaparkan di atas, dipandang penting

untuk mengadakan sebuah pengabdian masyarakat (selanjutnya, P2M) untuk

memberikan pengetahuan dan melatih keterampilan para guru bahasa Jepang

tingkat SMA se-kabupaten Buleleng dalam mengembangkan materi bahasa

Jepang berbasis karakter sehingga mereka nantinya bisa menghasilkan materi

bahasa Jepang berbasis karakter yang bisa digunakan dalam kegiatan

pembelajaran bahasa Jepang berbasis pendidikan karakter. Sasaran P2M ini tidak

hanya semata-mata untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan para guru

dalam mengembangkan materi berbasis pendidikan karakter. Jika materi berbasis

karakter berkualitas bisa dihasilkan oleh para guru, diharapkan agar tujuan

dicanangkannya pendidikan berbasis karakter, yaitu para generasi muda yang

berkarakter baik, bisa tercapai. Hal inilah yang merupakan sasaran lanjutan yang

diharapkan dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini. Karena suksesnya

pelaksanaan pendidikan karakter menjadi tanggung jawab semua pihak, maka

kegiatan P2M ini diharapkan dapat membantu tugas Dinas Pendidikan Kabupaten

Buleleng dan Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) Kabupaten Buleleng dalam

meningkatkan kompetensi guru-guru bahasa Jepang dalam mengembangkan

materi dan mengajar berlandaskan pendidikan karakter. P2M ini juga penting

dilakukan karena sebelumnya belum ada pengabdian masyarakat yang dilakukan

oleh para dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha, untuk

memberikan pelatihan pengemasan perangkat pembelajaran Bahasa Jepang

dengan insersi pendidikan karakter bagi guru-guru bahasa Jepang di kabupaten

Buleleng.

Kegiatan P2M ini dilakukan untuk guru-guru bahasa Jepang tingkat SMA

se-kabupaten Buleleng karena bahasa Jepang menjadi mata pelajaran bahasa asing

pilihan di SMA, bahkan di SMA tertentu di kabupaten Buleleng pelajaran Bahasa

Jepang tidak hanya diberikan pada program Bahasa di kelas XI dan XII saja,

namun juga diberikan sebagai bahasa asing wajib pada kelas X. Namun, alasan

yang lebih penting adalah karena sekolah/pendidikan menengah merupakan

fondasi bagi pendidikan tingkat tinggi bagi para peserta didik. Dengan demikian,

pendidikan karakter semestinya harus dilakukan secara baik dan berkualitas mulai

4

dari tingkat SMA, karena akan menjadi landasan yang baik bagi pengembangan

karakter peserta didik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan

alasan tersebut, kegiatan P2M terkait pengemasan perangkat pembelajaran bahasa

Jepang berbasis pendidikan karakter ini dimaksudkan sebagai kegiatan rintisan

dan akan difokuskan pada tingkat SMA, terutama di Kabupaten Buleleng. Di

masa mendatang, pengabdian sejenis diharapkan akan dilanjutkan dan dilakukan

terhadap guru-guru SMA pada kabupaten lain, juga guru-guru pada tingkat

sekolah menengah kejuruan (SMK) di kabupaten Buleleng.

1.2 Analisis Situasi

Sebagaimana dipaparkan di bagian pendahuluan, kegiatan P2M dalam

bentuk pelatihan pengemasan perangkat pembelajaran bahasa Jepang yang

diinsersi pendidikan karakter ini dipandang penting untuk diberikan kepada guru-

guru SMA di Kabupaten Buleleng sebagai rintisan. Alasan pertama adalah karena

berdasarkan observasi dan hasil wawancara diketahui bahwa guru-guru bahasa

Jepang SMA tidak secara sistematis dan terencana menyusun materi bahasa

Jepang berdasar pendidikan karakter tetapi hanya mencantumkan aspek-aspek

pendidikan karakter yang secara kebetulan terkandung dalam materi pelajaran

yang mereka siapkan. Alasan selanjutnya adalah karena guru-guru bahasa Jepang

menginginkan mendapatkan pelatihan penyusunan materi bahasa Jepang berbasis

pendidikan karakter karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan mereka

dalam menyusun materi bahasa Jepang berbasis pendidikan karakter.

Di kabupaten Buleleng, secara keseluruhan terdapat 26 buah SMA yang

menambahkan pelajaran Bahasa Jepang dalam kurikulum sekolahnya. SMA

tersebut tersebar pada 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng (Dinas Pendidikan

Kabupaten Buleleng dalam bulelengkab.go.id) yang terdiri dari 15 SMA negeri

dan 11 SMA swasta (Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dalam

bulelengkab.go.id). Rata-rata, masing-masing SMA memiliki satu hingga dua

orang guru bahasa Jepang. Kebanyakan guru-guru tersebut berkualifikasi

pendidikan bahasa Jepang (D3) atau lembaga kursus bahasa Jepang, tetapi masih

ada beberapa dari mereka yang tidak mempunyai kualifikasi pendidikan bahasa

Jepang, yang diminta mengajar bahasa Jepang karena kekurangan guru bahasa

5

Jepang yang memiliki kualifikasi mengajar bahasa Jepang. Jadi, paling tidak ada

52 guru bahasa Jepang atau yang mengajar bahasa Jepang di seluruh SMA di

Kabupaten Buleleng. Karena bahasa Jepang pada umumnya diajarkan dari kelas

XI sampai kelas XII, berarti sedikitnya ada 52 kelas bahasa Jepang di Kecamatan

Buleleng yang menjadi target pengajaran bahasa Jepang berbasis karakter.

Mengingat kurangnya pengetahuan guru-guru yang mengajar bahasa Jepang

terkait penyusunan materi bahasa Jepang berbasis karakter, jumlah kelas sebanyak

ini tentu saja merupakan sebuah hambatan sekaligus tantangan bagi stakeholders

terkait seperti Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, UPP di masing-masing

kecamatan, dan Kepala Sekolah serta guru-guru bahasa Jepang di ke 26 SMA

tersebut untuk bisa mewujudkan terlaksananya pembelajaran bahasa Jepang

berbasis karakter sebagaimana diamanatkan oleh Puskur. Secara singkat, analisis

situasi kegiatan P2M yang direncanakan bagi guru-guru bahasa Jepang di

Kabupaten Buleleng yang merupakan sasaran kegiatan ini dapat disajikan pada

Gambar 1.

Kebijakan Nasional Pendidikantentang Pendidikan Karakter

SMA di DinasPendidikan KabupatenBuleleng 489 SD

SMA di Lingkungan UPPKabupaten Buleleng 26 SMA 52 kelas bahasa Jepang

- Paling sedikit 52 gurupengajar bahasa Jepang

- Tidak memilikipengetahuan menyusunmateri bahasa Jepangberbasis pendidikankarakter

tantangan

TARGETP2M

6

Gambar 1 Analisis Situasi Kegiatan P2M yang Direncanakan

Gambar 1 di atas menggambarkan bahwa minimnya pengetahuan guru

dalam menyusun materi bahasa Jepang berbasis pendidikan karakter menjadi

hambatan/tantangan bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa Jepang berbasis

karakter pada 52 kelas di 26 buah SMA di UPP Kabupaten Buleleng sesuai

dengan tuntutan Puskur. Tantangan ini sekaligus merupakan peluang

(opportunity) bagi Undiksha, khusus-nya dosen-dosen Pendidikan Bahasa Jepang,

untuk menyelenggarakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang

menjadi tugas pokok dosen, yakni melakukan pengabdian kepada masyarakat

sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Lembaga Pengabdian Masyarakat

Undiksha, 2012). Garis dua arah dalam Gambar 1 menunjukkan bahwa kegiatan

P2M ini bukan hanya berasal dari inisiatif dosen saja, melainkan juga merupakan

kebutuhan para guru bahasa Jepang untuk mendapatkan pelatihan pengemasan

perangkat pembelajaran bahasa Jepang yang diinsersi pendidikan karakter yang

bisa digunakan secara praktis dalam pengajaran bahasa Jepang di kelas mereka

sebagaimana tercermin dari hasil wawancara seperti telah dikemukakan dalam

pendahuluan.

Jika dilihat dari 26 SMA di Kabupaten Buleleng, kegiatan P2M ini bisa

menjangkau seluruh SMA atau 100% dari total seluruh jumlah SMA yang

menambahkan bahasa Jepang ke dalam kurikulum sekolah di Kabupaten

Buleleng. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya potensi untuk melakukan

kegiatan sejenis secara berkesinambungan dengan melibatkan lebih banyak

peserta dari SMK yang ada di Kabupaten Buleleng dan fasilitator seperti

mahasiswa di masa mendatang agar keterjangkauan dan manfaat kegiatan bisa

lebih diperluas lagi sehingga pelaksanaan pendidikan karakter bisa dilaksanakan

dengan baik dan tujuannya dapat tercapai secara maksimal di Kabupaten

Buleleng.

7

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

1.3.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan bagian pendahuluan dan analisis situasi di atas, terdapat dua

hal yang dapat diidentifikasi sebagai masalah terkait penerapan pendidikan

karakter dalam pembelajaran bahasa Jepang di SMA, terutama di UPP

Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buleleng. Pertama, tidak ada usaha dari para

guru untuk secara sistematis merancang materi bahasa Jepang yang didasarkan

atas pendidikan karakter. Yang terjadi adalah materi sudah ditentukan terlebih

dahulu, kemudian nilai-nilai/karakter yang akan ditekankan digeneralisasikan dari

materi yang sudah ditentukan tersebut untuk dicantumkan dalam rencana

pembelajaran. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa antara materi sebelum dan

sesudah diterbitkannya aturan tentang PKBB sama saja. Kedua, minimnya

kompetensi guru dalam merancang/menyusun perangkat pembelajaran bahasa

Jepang yang diinsersi pendidikan karakter sehingga mereka tidak bisa

menghasilkan materi bahasa Jepang yang siap digunakan untuk mengajar bahasa

Jepang dalam bingkai pendidikan karakter. Mengingat pendidikan karakter

mendesak untuk dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah sesuai tuntutan

Puskur, kegiatan P2M berupa pelatihan perangkat pembelajaran bahasa Jepang

yang diinsersi pendidikan karakter di SMA se-Kabupaten Buleleng penting untuk

dilaksanakan.

1.3.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pendahuluan dan analisis situasi pada paparan

sebelumnya, rumusan masalah kegiatan P2M ini adalah “Bagaimana pelatihan

perangkat pembelajaran bahasa Jepang yang diinsersi pendidikan karakter mampu

meningkatkan kemampuan guru bahasa Jepang SMA se-Kabupaten Buleleng

dalam menyusun materi bahasa Jepang yang siap pakai dalam mengajar bahasa

Jepang berbasis pendidikan karakter”.

8

1.4 Tujuan Kegiatan P2M

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru-guru

bahasa Jepang SMA se-Kabupaten Buleleng dalam membuat atau mengemas

perangkat pembelajaran Bahasa Jepang yang diinsersi pendidikan karakter.

1.5 Manfaat Kegiatan P2M

1.5.1 Bagi Dosen Pelaksana Kegiatan P2M

Bagi dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang pelaksana, kegiatan P2M

ini bisa menjadi wahana pendiseminasian ide atau hasil-hasil penelitian, baik yang

dilakukan oleh para dosen maupun mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang,

terutama terkait dengan pendidikan karakter kepada khalayak pengguna, terutama

para guru bahasa Jepang, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat sesuai

amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan semacam ini juga sekaligus dapat

dijadikan sebagai cara menjaring masukan dari para guru atas kebijakan/teori

pembelajaran yang dikembangkan di universitas (theories) apakah seirama atau

sesuai dengan prakteknya di lapangan (practice) untuk memperbaiki metode-

metode dalam upaya meningkatkan kompetensi calon guru di masa mendatang.

Terakhir, kegiatan P2M ini berperan sebagai media bagi dosen pelaksana sebagai

representasi kampus/Undiksha dalam menjalin hubungan kerjasama/kemitraan

dengan pemerintah daerah (Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng/UPP

Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Buleleng).

1.5.2 Guru-Guru Peserta Kegiatan P2M

Kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi para guru bahasa Jepang

yang terlibat dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang pengintegrasian

pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Jepang dan keterampilan mereka

dalam merancang perangkat pembelajaran bahasa Jepang yang diinsersi

pendidikan karakter. Selain itu, kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan

kompetensi mereka dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan

materi bahasa Jepang yang memang dirancang untuk pendidikan karakter. Para

9

guru peserta juga bisa bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan sesama guru

lainnya terkait penerapan pendidikan karakter dalam pengajaran mereka di

sekolah masing-masing. Akhirnya, diharapkan melalui kegiatan ini, kompetensi

profesional para guru bisa ditingkatkan, terutama dalam konteks pengajaran

bahasa Jepang berbasis pendidikan karakter.

1.5.3 Pemerintah (Dinas Pendidikan Kabupaten/UPP Kecamatan)

Bagi pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dan

UPP Kecamatan-Kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng, kegiatan ini

mendukung program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan berbasis

karakter sekaligus tujuan utama kebijakan ini, yakni untuk meningkatkan kualitas

moral/karakter para pelajar sebagai generasi penerus bangsa, terutama di

Kabupaten Buleleng. Kegiatan P2M ini dapat berkontribusi meringankan tugas

mereka terkait usaha pembinaan dan peningkatan kemampuan guru di wilayah

kerja mereka, terutama dalam melaksanakan pengajaran berdasarkan pendidikan

karakter.

1.6 Khalayak Sasaran Strategis

Sasaran strategis dalam kegiatan P2M ini adalah para siswa SMA yang

menjadi anak didik guru-guru bahasa Jepang SMA peserta pelatihan, yang

menjadi sasaran penerapan materi bahasa Jepang berbasis pendidikan karakter

yang dihasilkan maupun rencana pembelajaran yang disusun guru-guru peserta

dalam pembelajaran bahasa Jepang yang sesungguhya. Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Buleleng, Ketua UPP Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buleleng,

dan para kepala sekolah SMA se-kabupaten Buleleng juga menjadi khalayak

sasaran strategis karena terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari kerjasama

dengan pihak-pihak ini. Tak kalah penting adalah Ketua LPM Undiksha yang

menjadi pemberi dana dan yang mengkoordinasikan semua kegiatan P2M

Undiksha dengan berbagai pihak eksternal. Khalayak sasaran strategis kegiatan

P2M ini diringkas dalam Tabel 1.

Tabel 1 Khalayak Sasaran Strategis Kegiatan P2M

No Institusi Peran dan Manfaat1 Kepala Dinas Pendidikan Koordinasi; memberi izin pelaksanaan

10

Kabupaten Buleleng kegiatan di wilayah kerjanya.2 Kepala UPP Kecamatan-

kecamatan di KabupatenBuleleng

Koordinasi; memberi izin pelaksanaankegiatan di wilayah kerjanya sekaligus izinbagi guru-guru peserta dalamberpartisipasi.

3 Kepala Sekolah Koordinasi; memberikan izin kepada guruSMA dalam mengikuti kegiatan

4 Ketua LPM Undiksha Pemberi dana, koordinasi, monitoring danevaluasi pelaksanaan kegiatan; menyetujuidan memberikan realisasi dana kegiatan,pihak yang menjalin MoU denganpemerintah daerah, memonitor realisasikegiatan P2M dan mengevaluasiketerlaksanaan kegiatan P2M.

5 Siswa SMA yang diajarguru-guru peserta

Evaluasi; berfungsi sebagai objek sasaranmateri bahasa Jepang berbasis karakter danrencana pembelajaran yang dihasilkan,sumber informasi keefektifan materi yangdihasilkan.

Dari Tabel 1 nampak bahwa Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Buleleng, Kepala UPP Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buleleng, dan Kepala

Sekolah terkait berfungsi koordinatif baik satu sama lain maupun dengan

pelaksana kegiatan maupun Ketua LPM Undiksha. Sementara itu, siswa SMA

yang diajar guru-guru peserta dan ketua LPM Undiksha dan jajarannya

mempunyai peran evaluatif terkait dengan keberhasilan program kegiatan P2M

ini.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) karakter adalah

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Terminologi

karakter sedikitnya memuat dua hal yaitu values (nilai-nilai) dan kepribadian.

Sebagai suatu cerminan dari kepribadian yang utuh, karakter mendasarkan diri

pada tata nilai yang dianut masyarakat. Tata nilai yang mendasari pemikiran serta

perilaku individu ini ditanamkan dengan proses internalisasi nilai yang sesuai

dengan budaya yang dianut oleh masyarakat. Proses internalisasi inilah yang

kemudian membentuk karakter seorang individu.

Mounier mengajukan dua cara interpretasi dengan melihat karakter

sebagai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang diberikan begitu

saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita.

Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya

(given). Kedua, karakter dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang

individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebut

sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed) (Koesoema, 2007: 90). Maka,

dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur

antropologis manusia yang khas dan berbeda sebagai hasil keterpaduan olah hati,

pikir, raga, rasa dan karsa sebagai kondisi bawaan sejak lahir yang disertai dengan

usaha menuju penyempurnaan diri. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,

yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baikburuk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu

dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Winataputra, 2010:8).

Pembentukan dan pengembangan karakter sebagai upaya pendidikan diharapkan

12

dapat memberikan dampak positif baik bagi individu secara personal maupun bagi

lingkungannya. Hal ini sesuai pendapat Megawangi (2004) bahwa pendidikan

karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil

keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya

(Kesuma, Triatna, &Permana, 2011: 5).

Kemudian Kemendiknas (2011: 1) menyatakan bahwa pendidikan karakter

harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan

tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku

yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau

kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Maka, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya pembentukan dan

pengembangan karakter yang melibatkan semua aspek dimensi manusia baik

kognitif, afektif (emosi), dan psikomotor (fisik) dengan mengetahui, merasakan,

dan melaksanakan perilaku yang baik (knowing the good, loving the good, and

acting the good) sehingga menjadi habit atau kebiasaan yang terus menerus

dipraktikkan yang bersifat personal maupun sosial sebagai tanggung jawab

bersama pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orangtua.

Pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan perubahan perilaku

yang mengarah semakin positif. Perilaku memiliki arti subyektif bagi setiap

pelakunya. Weber (1964) menyatakan bahwa suatu tindakan ialah perilaku

manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya (Sunarto, 2004:12).

Memahami arti subyektif dari sebuah tindakan berarti bersifat empati, yakni

bagaimana menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang melakukan

tindakan, dan situasi serta tujuan-tujuan dilihat menurut persektif tersebut.

Pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang mempertimbangkan tujuan serta

cara untuk mencapainya. Oleh Weber, ini disebut sebagai tindakan rasional

instrumental, yaitu meliputi pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan

dengan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapainya.

2.2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

13

Badan Pengembangan dan Penelitian Pusat Kurukulum (2010)

menyatakan adapun tujuan dan fungsi Pendidikan Karakter Budaya Bangsa adalah

sebagai berikut:

2.2.1. Fungsi Pendidikan Karakter Budaya Bangsa

Badan Pengembangan dan Penelitian Pusat Kurikulum (2010) menyatakan

ada 3 fungsi Pendidikan Karakter Budaya Bangsa yaitu fungsi pengembangan,

perbaikan, dan penyaringan. Mempunyai fungsi pengembangan berarti bahwa

pendidikan karakter akan mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi

pribadi yang berprilaku baik dan memiliki sikap yang mencerminkan budaya dan

karakter bangsa. Fungsi perbaikan maksudnya adalah pendidikan karakter akan

mampu menghasilkan peserta didik yang lebih bermanfaat. Sedangkan sebagai

fungsi penyaring artinya pendidikan karakter berfungsi untuk menyaring budaya

bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

dan karakter bangsa.

2.2.2. Tujuan Pendidikan Karakter Budaya Bangsa

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010)

menyatakan ada 5 tujuan Pendidikan Karakter, yaitu :

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia

dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius

3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa

4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri,kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa

kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

2.3. Nilai-Nilai Pendidikan dan Karakter Budaya Bangsa

14

Pusat Kurikulum (2010) menyatakan ada 18 nilai karakter budaya bangsa.

Semua nilai-nilai karakter ini disarikan dari 4 sumber yang mendasari kehidupan

bangsa Indonesia yaitu agama, Pancasila, budaya bangsa Indonesia, dan tujuan

pendidikan nasional. Selain semua karakter tersebut di atas, sekolah dan guru

juga diberikan wewenang untuk menambahkan ataupun mengurangi nilai karakter

yang ingin dicapai sesuai dengan lingkungan sosial sekolah yang bersangkutan.

2.4. Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah

Peterson (dalam Dewi, 2012) menyatakan bahwa proses pencapaian

sekaligus perkembangan karakter dan intelektualitas memerlukan proses yang

lama dan berkelanjutan. Disarankan juga bahwa pendidikan karakter ini sebaiknya

diberikan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah hingga pendidikan

yang paling tinggi. Ini bertujuan agar peserta didik sejak dari kecil mempunyai

dasar karakter yang kuat sehingga mereka tidak terpengaruh dan tidak terjerumus

dalam tindakan-tindakan amoral di masa kehidupan mereka selanjutnya. Lebih

jauh Lickona dalam Kesuma et al. (2011) menyebutkan bahwa cara terbaik

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah adalah tidak dengan

menambahkan mata pelajaran yang baru tetapi diinsersikan ke dalam mata

pelajaran yang sudah ada. Selain itu nilai-nilai karakter juga dapat dimasukan ke

dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.

Pusat Kurikulum (2010) menyatakan bahwa ada tiga langkah

menginsersikan nilai-nilai karakter ke dalam mata-pelajaran yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahapan ini guru menyiapkan silabus dan RPP yang mendukung

terlaksananya proses pembelajaran yang berbasis kararter. Silabus-

silabus ini harus disusun dengan seksama agar mengakomodasi nilai-

nilai karakter yang ingin dicapai.

2. Tahap implemantasi

Pada tahap ini kegiatan-kegiatan pembelajaran yang digunakan harus

dipilih dengan tepat agar nilai-nilai karakter yang ingin dicapai dapat

diwujudkan. Selain itu pertemuan di kelas juga diarahkan untuk

melatih siswa menjadi lebih menghargai, bertanggung jawab, mandiri,

dan jujur.

15

3. Tahap evaluasi

Pada tahapan ini, dilakukan penilaian terhadap penerapan pendidikan

karakter yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil ini selanjutnya akan

digunakan sebagai balikan untuk pelaksanaan proses pembeajaran

berbasis karakter selanjutnya.

16

BAB III

METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT

3.1 Metode Pelaksanaan

3.1.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisis situasi yang dilakukan, terdapat kecenderungan

bahwa guru-guru bahasa Jepang SMA di kabupaten Buleleng tidak secara

sistematis merancang materi bahasa Jepang untuk dipergunakan dalam

pembelajaran bahasa Jepang secara sistematis. Yang mereka lakukan selama ini

adalah menentukan materi pelajaran, kemudian menginterpretasi dan

memperkirakan aspek pembelajaran karakter yang mana yang sesuai dengan

materi yang telah mereka pilih. Hal ini tentu kurang logis. Sebaiknya jika ingin

mengajar berdasarkan pendidikan karakter, nilai-nilai yang disasarlah yang

harusnya ditentukan lebih dahulu, baru kemudian materi ditentukan berdasarkan

karakter-karakter yang ingin dikembangkan tersebut. Masalah kedua adalah guru-

guru bahasa Jepang SMA tidak menyusun/merancang materi bahasa Jepang

berbasis karakter akibat kurangnya pengetahuan mereka tentang pendidikan

berbasis karakter dan perancangan materi bahasa Jepang.

Dalam merancang materi bahasa Jepang berbasis karakter untuk anak-

anak SMA , seharusnya setiap guru wajib mengetahui karakter-karakter apa yang

harus dikembangkan. Kedelapan belas karakter tersebut adalah religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, dan tangung jawab. Kedelapan belas nilai inilah yang akan menjadi dasar

penyeleseksian, penentuan, dan penyusunan materi ajar. Selain mengetahui

kedelapan belas karakter tersebut, dalam merancang materi bahasa Jepang bagi

pebelajar, para guru bahasa Jepang ini juga harus mengetahui prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Jepang bagi siswa sekolah

17

menengah. Jika kedua hal ini sudah dikuasai, maka kemampuan guru dalam

menyusun materi Bahasa Jepang berbasis karakter juga akan meningkat.

Kompetensi profesional guru sangat menuntut kemampuan menguasai

materi dan penyajian materi. Oleh karena itu, suksesnya sebuah pembelajaran

berbasis karakter mesti ditunjang pemahaman dan keterampilan menyusun materi

bahasa Jepang berbasis karakter. Mustahil sebuah pembelajaran berhasil jika tidak

disertai materi pelajaran yang berkualitas. Rendahnya pengetahuan dan

kompetensi menyusun materi bahasa Jepang guru bahasa Jepang SMA di

Kabupaten Buleleng harus diatasi dengan pemberian informasi tentang pendidikan

karakter dan prinsip penyusunan materi ajar yang baik. Tetapi untuk bisa

menghasilkan materi yang berkualitas dan sesuai harapan, mereka tidak bisa

hanya diberikan pemahaman saja, melainkan juga kesempatan untuk melakukan

atau membuat materi itu sendiri, dengan melalui scaffolding dari ahlinya. Dengan

melakukan sendiri dan dengan bimbingan ahli yang kompeten di bidangnya,

mereka akan mengetahui kelebihan dan kekurangan hasil kerjanya, sehingga

melalui proses memperbaiki yang siklikal, bisa dicapai materi bahasa Jepang yang

berkualitas. Apalagi guru-guru SMA di Kabupaten Buleleng secara umum belum

pernah membuat materi bahasa Jepang berbasis karakter sebelumnya.

Melihat kondisi ini, pendekatan ceramah seperti seminar tidak akan

terlalu efektif karena seminar hanya bersifat pemaparan konsep atau teori yang

kemungkinan hanya sanggup mengatasi masalah kurangnya pengetahuan para

guru bahasa Jepang SMA ini. Karena berdasarkan hasil wawancara diperoleh

bahwa para guru SMA ini ingin mendapatkan pengalaman bagaimana cara

menyusun perangkat pembelajaran bahasa Jepang yang diinsersi karakter yang

jarang terjual di toko-toko buku, bahkan bisa dikatakan belum ada, cara yang

lebih baik untuk menjawab keinginan guru tersebut adalah dengan metode

pelatihan/workshop. Demikian karena workshop memadukan ceramah dari

seorang ahli dan dilanjutkan dengan memberikan kesempatan peserta untuk

berkinerja (biasanya berkelompok) dengan bimbingan narasumber. Dengan

demikian ada praktek segera atas informasi teoritis yang diperoleh peserta.

3.1.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan

18

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode workshop, dengan melalui

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Penyajian makalah oleh 5 orang narasumber yang ahli di bidangpendidikan karakter. Narasumber yang menyajikan makalah adalah :

a. Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. Nara sumber merupakanguru besar yang selama ini sering membawakan materi mengenaikurikulum 2013 pada kegiatan PLPG / PPG.

b. Nyoman Pasek Hadisaputra,S.Pd., M.Pd. Nara sumber merupakanpengajar telaah kurikulum dan pengembangan perangkat pembelajarandi Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Pada tahap ini nara sumberakan memaparkan materi mengenai pembuatan RPP dan silabuspembelajaran Bahasa Jepang yang telah diinsersi pendidikan karakter.

c. Kadek Eva Krishna Adnyani, M.Si. Nara sumber akan memaparkanmateri mengenai pendekatan analitik.

d. Putu Dewi Merlyna,Y.P,S.S.,M.Hum. Pada tahap ini nara sumberakan memberi contoh materi bahasa Jepang yang telah disisipipendidikan karakter.

e.I Putu Ngurah Wage Myartawan, S.Pd.,M.Pd. Pada tahap ini narasumber akan memaparkan materi terkait proses asesmen dan evaluasi.

2. Diskusi terkait sajian teoritis narasumber. Pada tahap ini guru-guru

peserta bisa mendiskusikan aspek-aspek teoritis dari topik yang

disajikan narasumber.

3. Praktek pembuatan materi bahasa Jepang berbasis karakter dan

dilanjutkan dengan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang

dirancang. Melalui panduan dan bimbingan narasumber dan fasilitor

lain (dosen pelaksana kegiatan), para peserta berlatih membuat materi

bahasa Jepang berbasis karakter dan rencana pembelajaran dengan

mengintegrasikan materi yang telah dibuat. Kegiatan ini dilakukan

dalam 5 kelompok yang terdiri atas 10 peserta.

4. Presentasi hasil kegiatan (materi bahasa Jepang berbasis karakter dan

rencana pembelajaran) secara kelompok. Presentasi dilakukan dengan

menunjukkan materi bahasa Jepang yang dihasilkan disertai

penjelasan aspek-aspek pendidikan karakter yang mendasari

19

pembuatan materi tersebut. Secara singkat, kelompok yang ditunjuk

juga akan menceritakan dan menampilkan rencana pembelajaran yang

dihasilkan dan bagaimana materi yang dihasilkan akan

digunakan/diterapkan dalam pengajaran bahasa Jepang berbasis

karakter.

5. Diskusi presentasi hasil. Pada tahap ini, kelompok yang telah

mempresentasikan hasil kegiatannya mendapatkan tanggapan dari

peserta lainnya untuk mendapatkan masukan perbaikan terhadap

materi yang telah dirancangnya.

6. Wakil dari dua atau tiga kelompok dengan materi terbaik akan diminta

untuk memberikan model mengajar menggunakan materi yang mereka

buat dalam format micro-teaching selama 5-7 menit.

7. Masukan dari peserta dan narasumber tentang pelaksanaan micro-

teaching.

8. Pesan dan kesan dari beberapa peserta tentang kegiatan pelatihan.

9. Penyimpulan.

3.2 Rancangan Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap aspek pelaksanaan kegiatan itu sendiri dan

ketercapaian tujuan kegiatan P2M ini. Dari segi pelaksanaan, evaluasi meminta

pendapat peserta mengenai keefektifan dan kebermanfaatan kegiatan P2M bagi

mereka, dan informasi ini digali melalui pemberian kuesioner. Kuesioner

diberikan pada tabel 2.

Tabel 2 Kuesioner untuk Peserta

NO PERNYATAAN RESPON5 4 3 2 1

1 Pelatihan ini mampu menambahwawasan/keterampilan saya dalam mengemasperangkat pembelajaran yang berinsersipendidikan karakter

2 Pelatihan ini mampu menambahwawasan/keterampilan saya dalam

20

mengembangkan materi ajar bahasa Jepang3 Pelatihan ini mempunyai manfaat praktis bagi

saya4 Materi yang disajikan up to date/baru sesuai

isu terkini5 Penyajian menarik/tidak membosankan6 Penyajian materi bervariasi7 Pelatihan menyasar/melibatkan semua peserta8 Informasi/materi yang disajikan narasumber

jelas9 Kegiatan pelatihan sesuai dengan tujuannya

10 Feedback dari narasumber/fasilitatormemuaskan

11 Saya merasa yakin mengalami peningkatankompetensi sesuai dengan tujuan kegiatan

12 Alat bantu/ICT memadai dan membantupelaksanaan kegiatan pelatihan

13 Konsumsi memadai14 Kapasitas ruang pelatihan memadai15 Saya rasa perlu tindak lanjut dari kegiatan ini di

masa mendatang

Table 2 menunjukkan bahwa masing-masing item kuesioner memberikan

5 alternatif jawaban yang disusun dalam skala Likert dari 1 sampai 5. Hasil

kuesioner akan bermanfaat sebagai masukan bagi pelaksanaan pelatihan sejenis di

masa mendatang.

Terkait tujuan kegiatan, ada dua aspek yang dinilai, yaitu kualitas materi

bahasa Jepang berbasis karakter yang dihasilkan dan kualitas rencana

pembelajaran yang dirancang. Penilaian akan diberikan oleh seorang dosen

berpengalaman dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha. Passing grade

untuk tiap item yang dinilai adalah skor 3. Matriks evaluasi diberikan dalam Tabel

3.

Tabel 3 Kisi-Kisi Evaluasi Berdasarkan Tujuan Kegiatan P2M

Aspek Kriteria 1 2 3 4 51. Materi berbasis

pendekatankarakter yangdihasilkan

- Materi bahasa Jepang yang disusun sesuaidengan aspek nilai-nilai karakter yangdikembangkan

- Materi bahasa Jepang cocok untuk anak-anakSMA

21

- Tampilan materi pelajaran menarik (gambar,warna)

- Keefektifan desain materi- Ketepatan bahasa- Kegiatan bervariasi (lagu, game, dll.)- Materi kontekstual- Quiz/evaluasi penguasaan materi cocok untuk

anak SMA- Aspek pendidikan karakter (afektif/psikomotor)

menjadi salah satu aspek penilaian- Kemudahan menggunakan

2. RencanaPembelajarandengan materiberbasispendidikankarakter

- Tujuan pembelajaran dan aspek karakter yangdifokuskan dirumuskan dengan jelas

- Langkah-langkah pembelajaran jelas- Langkah-langkah pembelajaran ada yang

menekankan pembelajaran karakter- Langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan

tingkat SMA- Strategi pembelajaran menarik- Rencana aspek evaluasi bahasa Jepang sesuai- Ada rencana evaluasi pendidikan karakter yang

sesuai- Alat bantu/sumber belajar menarik dan jelas

Selain itu, evaluasi lanjutan setelah pelatihan juga dilakukan, dalam

bentuk melakukan pendampingan kepada peserta pelatihan yang telah kembali ke

sekolahnya masing-masing. Tujuannya untuk mengetahui kinerja para peserta

setelah diadakan pelatihan, yaitu pada saat mereka kembali ke SMA masing-

masing dan menerapkan apa yang sudah dipelajari selama pelatihan. Secara nyata

bentuk kegiatan pendampingan dilakukan pada tanggal 1 dan 2 September 2014

dengan menghubungi para guru melalui telepon (guru yang letak sekolahnya jauh)

serta menemui para guru (yang letak sekolahnya di dalam kota Singaraja) guna

mendapatkan informasi apakah pelatihan yang diikuti telah diimplementasikan

serta mencari tahu kendala yang mungkin dihadapi dalam pembuatan RPP

berbasis karakter tersebut. Selanjutnya, yang dilihat adalah apakah para peserta

pernah membuat materi bahasa Jepang berdasarkan karakter yang lain selain yang

sudah dibuat saat pelatihan. Passing grade untuk evaluasi lanjutan ini adalah jika

minimal para guru membuat tiga set materi bahasa Jepang berbasis karakter untuk

3 pertemuan yang berbeda, termasuk tiga rencana pembelajaran. Evaluasi juga

melibatkan wawancara dengan para siswa secara informal tentang respon mereka

terhadap penggunaan materi tersebut, sebagai masukan bagi pelaksana kegiatan

P2M untuk kegiatan sejenis di masa mendatang. Selain itu, refleksi guru terhadap

22

aktivitas mereka membuat dan melaksanakan pembelajaran berbasis karakter juga

akan digali melalui wawancara informal sebagai bahan masukan lainnya. Untuk

membantu kegiatan evaluasi lanjutan, pelaksana P2M akan dibantu oleh

mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang yang melakukan kegiatan Praktik

Pendidikan Lapangan (PPL), yakni pada tahap ketika mahasiswa mengumpulkan

data dalam konteks orientasi terhadap kondisi SMA di mana mereka

melaksanakan PPL-nya pada semester 8, ataupun mahasiswa yang mengambil

mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa yang khusus menyangkut pengajaran

bahasa Jepang pada semester 5.

23

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan

Kegiatan P2M berjudul “Pelatihan Pengemasan Perangkat Pembelajaran

Bahasa Jepang dengan Insersi Pendidikan Karakter bagi Guru-Guru Bahasa

Jepang Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kabupaten Buleleng” ini dilaksanakan

pada tanggal 29 dan 30 Agustus 2014. Tempat pelaksanaan kegiataan adalah

Ruang Seminar, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Kampus Bawah, Undiksha.

Kegiatan dimulai ada pukul 08.30 dengan kegiatan absensi dan berakhir pada

pukul 17.00 pada masing-masing hari pelaksanaan.

4.2 Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan berjumlah 50 orang sesuai dengan yang direncanakan.

Guru-guru tersebut mewakili seluruh wilayah Kabupaten Buleleng dari wilayah

timur, yaitu Tejakula sampai Gerokgak. SMA yang mengirimkan gurunya sebagai

peserta pelatihan adalah SMAN 1 Singaraja, SMAN 2 Singaraja, SMAN 3

Singaraja, SMAN 4 Singaraja, SMA Lab Undiksha, SMA Saraswati, SMAN 1

Sukasada, SMAN 1 Sawan, SMAN 1 Banjar, SMAN 2 Banjar, SMAN 1

Busungbiu, SMAN 2 Busungbiu, SMAN 1 Seririt, SMA PGRI Seririt, SMA

Saraswati Seririt, SMAN 1 Gerokgak, SMAN 2 Gerokgak, SMAN 1

Kabutambahan, SMAN 1 Tejakula, SMAN 2 Tejakula, SMA Candimas

Pancasari, SMA Bali Mandara, SMA Karya Wisata, dan SMA Sidhi Karya

Kabutambahan. Ada sekolah yang mengirimkan 2 guru bahasa Jepang, namun ada

pula 1 orang guru mewakili satu sekolah. Dengan demikian, persentase kehadiran

peserta adalah 100%, jika dilihat dari peserta dari Kabupaten Buleleng yang

diundang, secara jumlah (kuota), total 50 peserta sudah sesuai dengan jumlah

peserta yang direncanakan dalam proposal.

24

Selain peserta kegiatan, yang diundang dan menghadiri kegiatan tersebut

adalah Ketua MGMP Bahasa Jepang Kabupaten Buleleng, serta Ketua Lembaga

Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Undiksha. Kedua undangan tersebut hadir

pada hari pertama.

Di samping itu, sejumlah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang,

FBS, Undiksha yang diminta membantu pelaksanaan kegiatan P2M ini juga hadir

selama kegiatan untuk membantu dosen-dosen pelaksana dalam melaksanakan

kegiatan, misalnya mempersiapkan ruang dan sound system serta peralatan

elektronik yang diperlukan, membantu absensi dan pembagian kudapan dan

makan siang, serta merapikan ruangan ketika pelaksanaan kegiatan telah selesai

diselenggarakan.

4.3 Narasumber Kegiatan

Secara garis besar, topik sajian dalam kegiatan pelatihan ini dibagi

menjadi lima. Pertama adalah tentang kurikulum 2013, sosialisasi bentuk RPP

sesuai kurikulum 2013, pendekatan analitik, serta hakikat pendidikan karakter

bagi pebelajar anak-anak, sedangkan yang keempat tentang pengembangan materi

bahasa Jepang bermuatan karakter, serta yang kelima mengenai asesmen yang

berbasis pendidikan karakter. Materi pertama dibawakan oleh Prof. Dr. Ni

Nyoman Padmadewi, M.A, materi kedua dibawakan oleh I Nyoman Pasek

Hadisaputra, S.Pd., M.Pd, materi ketiga dibawakan oleh Kadek Eva Krishna

Adnyani,M.Si, materi keempat dibawakan oleh Putu Dewi Merlyna Y.P,M.Hum,

selanjutnya materi kelima dibawakan oleh I Putu Ngurah Wage Myartawan, S.Pd.,

M.Pd.

4.4 Pelaksanaan Kegiatan

Secara umum kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu

tahap pra-pelaksanaan kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap pasca-

pelaksanaan kegiatan. Berikut detail kegiatan pada masing-masing tahap

pelaksanaan pelatihan tersebut.

4.4.1 Tahap pra-pelaksanaan Kegiatan

25

Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan seperti koordinasi dengan

Ketua LPM Undiksha terkait pelaksanaan kegiatan sebagai bagian dari monitoring

dan evaluasi. Koordinasi juga dilakukan dengan Kepala UPP Kecamatan Buleleng

terkait dengan sekolah menengah atas (SMA) yang diundang serta waktu

pelaksanaannya yang tepat agar tidak berbenturan dengan partisipasi sekolah-

sekolah dalam Buleleng Festival 2014. Kepala UPP selanjutnya berkoordinasi

dengan kepala sekolah dari SMA yang diundang tentang calon peserta yang dapat

ditugaskan dalam mengikuti pelatihan. Setelah ditetapkan calon peserta yang akan

diundang, panitia membuatkan surat undangan untuk para calon peserta dan

pengiriman undangan ke 25 SMA asal calon peserta dibantu oleh seorang

mahasiswa yang merupakan panitia pelaksana P2M.

Persiapan juga mencakup peminjaman tempat pelaksanaan dan sound

system serta peralatan elektronik yang diperlukan seperti LCD dan laptop,

persiapan administrasi kegiatan seperti daftar presensi, penggandaan materi

pelatihan, penyiapan alat tulis dan sertifikat, penyediaan konsumsi, perencanan

kegiatan pelatihan, penyiapan MC, dan penyetingan tempat kegiatan. Persiapan

dilaksanakan oleh dosen pelaksana dibantu oleh beberapa orang mahasiswa.

4.4.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pada tiap harinya dijadwalkan mulai pada pukul 08.30 WITA

yang diawali dengan presensi peserta dan berakhir pukul 15.00 WITA. Presensi

menjadi dasar pemberian sertifikat. Pada hari pertama, inti kegiatannya adalah

presentasi dari narasumber pertama tentang kurikulum 2013 dan dari narasumber

kedua hingga narasumber kelima yang masing-masing berkaitan dengan

pengembangan materi bermuatan karakter dan pembuatan RPP yang memuat

materi yang dikembangkan.

Presentasi dilakukan satu demi satu, tidak secara panel. Setelah presentasi,

para peserta mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang

ditanyakan. Narasumber juga mengajak para peserta berbagi pengalaman tentang

praktek pendidikan karakter yang telah mereka lakukan. Hal ini menjadi dasar

(input) bagi para narasumber ketika memandu peserta nantinya dalam

mengembangkan materi dan membuat RPP bermuatan karakter. Termasuk dalam

diskusi adalah para peserta berbagi tentang kesulitan atau hambatan yang mereka

26

alami ketika mempraktekkan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa

Jepang.

Karena pada hari pertama kebanyakan waktu diprioritaskan untuk

presentasi dan diskusi, tahap unjuk kerja membuat materi dan RPP bermuatan

karakter dengan bimbingan narasumber tidak berlangsung secara penuh, dan

kemudian, dilanjutkan pada hari kedua. Kegiatan ini dilaksanakan secara

berkelompok (5 kelompok; masing-masing terdiri dari 10 anggota).

Pada hari kedua, para peserta melanjutkan mengembangkan materi bahasa

Jepang bermuatan karakter dan pembuatan RPP yang mengakomodasi materi

yang mereka kembangkan. Selama kegiatan, narasumber memberikan fasilitasi

kepada setiap kelompok jika terdapat hal-hal yang ditanyakan atau jika kelompok

membutuhkan bimbingan.

Setelah pengembangan materi dan pembuatan RPP bermuatan karakter,

tiga kelompok diundang ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya

kepada kelompok lain. Presentasi ini kemudian mendapat tanggapan dari

kelompok lain dan dilanjutkan dengan konfirmasi dari narasumber manakala ada

hal-hal yang perlu ditegaskan terkait diskusi presentasi kelompok. Kelompok

yang diundang merupakan kombinasi mereka yang hasil kinerjanya, berdasarkan

penilaian narasumber, dianggap bagus dan yang dianggap masih perlu

dimantapkan, sehingga bisa menjadi bahan pembelajaran bagi seluruh peserta.

Menjelang berakhirnya kegiatan, para peserta dibagikan kuesioner

(Lampiran ) untuk meminta pendapat mereka terkait dengan kualitas pelaksanan

kegiatan pelatihan. Sebagai penutup, para narasumber mewawancarai secara

informal beberapa peserta terkait pesan dan kesan mereka terkait dengan pelatihan

yang telah mereka ikuti, yang diakhiri dengan penyimpulan.

4.4.3 Tahap Pascapelaksanaan Kegiatan

Sebagai tindak lanjut kegiatan pelatihan, pendampingan dilakukan oleh

para narasumber kepada peserta pelatihan. Pendampingan sifatnya

konsultasi/fasilitasi oleh narasumber melalui telepon/sms ataupun email, baik

tentang pengembangan materi bahasa Jepang maupun RPP bermuatan karakter.

Beberapa guru SMA yang jarak tugasnya dekat dengan kampus juga ada yang

datang ke kampus menemui narasumber. Dalam tindak lanjut ini, para peserta

27

dalam kelompok ditugaskan mengembangkan materi dan RPP bermuatan karakter

sebanyak tiga set dan mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada narasumber.

Materi dan RPP bermuatan karakter ini, ditambah dengan hasil kinerja peserta

selama pelatihan, dijadikan sebagai dasar evaluasi efektifitas pelatihan yang

dilaksanakan dari segi ketercapaian tujuan kegiatan pelatihan ini.

4.5 Hasil Kegiatan Pelatihan

4.5.1 Respon Peserta terkait Keefektifan dan Kebermanfaatan Kegiatan

Rekapitulasi respon ke-50 peserta terkait keefektifan dan kebermanfaatan

kegiatan yang dinilai dari 4 aspek—yakni kebermanfaatan, penyajian,

ketercapaian tujuan, dan fasilitas—disajikan dalam Lampiran 1.

Tabel 4 Persentase Respon Peserta Tiap Skala

SkalaItem No.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

5 80.0% 67.5% 47.5% 40.0% 27.5% 42.5% 60.0% 17.5% 62.5% 52.5% 32.5% 70.0% 57.5% 60.0% 70.0%

4 12.5% 27.5% 47.5% 52.5% 60.0% 50.0% 37.5% 55.0% 30.0% 35.0% 55.0% 27.5% 35.0% 37.5% 27.5%

3 7.5% 5.0% 5.0% 7.5% 12.5% 5.0% 2.5% 15.0% 7.5% 12.5% 10.0% 2.5% 7.5% 2.5% 2.5%

2 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 12.5% 0.0% 0.0% 2.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

1 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 2.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Tabel 4 menunjukkan bahwa dalam setiap butir pernyataan dalam

kuesioner, persentase respon pada skala 4 (baik) dan 5 (sangat baik) jauh lebih

tinggi dari persentase respon pada skala 2 (kurang) dan 1 (sangat kurang). Dengan

kata lain, respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian pada

masyarakat ini adalah positif.

Aspek yang paling memuaskan adalah item no. 1 yang menanyakan

tentang kebermanfaatan pelatihan dengan persentase sangat baik (5) sebanyak

80%, dilanjutkan dengan item no. 12 (alat bantu ICT) sebanyak 70%, dan no. 2

yang menyangkut kebermanfaatan untuk hal praktis sebanyak 67,5%. Yang

mendapatkan persentase sangat memuaskan paling sedikit (17,5%) adalah item

no. 8, walaupun terdapat 55% yang merespon dengan katagori baik (4). Di

samping itu, 12,5% lainnya merespon kurang baik (2) terhadap pertanyaan item

ini.

28

Yang menarik, pada item no. 11, 55% peserta merasa yakin dan 32,5%

persen sangat yakin bahwa mereka telah mengalami peningkatan kompetensi

sesuai dengan tujuan pelatihan ini. Walaupun 10% masih ragu-ragu dan 2,5%

kurang yakin mereka mengalami peningkatan kompetensi, bahwa mayoritas

peserta merasa mengalami peningkatan kompetensi dalam pengemasan perangkat

pembelajaran berinsersi karakter serta pengembangan materi bermuatan karakter

menunjukkan dampak segera positif dari pelatihan ini.

4.5.2 Kualitas Materi Bermuatan Karakter dan RPP Peserta

Penilaian yang dilakukan terhadap materi bahasa Jepang bermuatan

karakter yang dihasilkan oleh ke-5 kelompok peserta pelatihan disajikan dalam

Tabel 5. Tabel tersebut juga memberikan informasi tentang rerata nilai ke-lima

kelompok dari 10 aspek yang menjadi indikator kualitas materi.

Tabel 5 Hasil Penilaian Materi Bermuatan Karakter Kelompok Peserta Pelatihan

Kelompok ke-Aspek Materi Bermuatan Karakter

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5

2 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4

3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4

4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4

5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 5

Jumlah 21 22 22 19 14 21 21 14 21 22

Rerata 4.76 4.54 4.54 5.26 7.14 4.76 4.76 7.14 4.76 4.54

Rerata tiap aspek penilaian—yang berturut-turut meliputi

pengakomodasian konten karakter, kesesuaian dengan pebelajar, tampilan,

keefektifan desain, ketepatan bahasa, variasi, kekontekstualan, kesesuaian tugas,

penilaian karakter, dan kemudahan penggunaan—sudah melebihi rerata minimal

3,0. Dengan demikian, dari segi materi bermuatan karakter, semua peserta telah

berhasil memiliki kompetensi minimal yang ditargetkan dalam pelatihan.

Hasil penilaian aspek kedua, RPP, yang dihasilkan oleh masing-masing

kelompok ditampilkan dalam Tabel 6.

Tabel 6: Hasil Penilain RPP dari Kelompok Peserta Pelatihan

Kelompokke-

Aspek RPP1 2 3 4 5 6 7 8

1 5 5 5 5 5 5 5 52 5 4 5 5 4 4 5 5

29

3 5 4 5 5 4 3 4 54 4 4 3 4 3 3 4 45 4 4 4 5 3 4 4 4

Jumlah 23 21 22 24 19 19 22 23

Rerata 4.3 4.76 4.54 4.16 5.26 5.26 4.54 4.3

Tabel 6 menunjukkan bahwa rerata ke-8 aspek RPP—yang berturut-turut

terkait dengan rumusan tujuan pembelajaran dan pengakomodasian tujuan

karakter, kejelasan tahapan, pengakomodasian aktivitas terkait karakter,

kesesuaian dengan tingkatan pebelajar, strategi pembelajaran, evaluasi,

pengakomodasian evaluasi aspek karakter, dan alat bantu/sumber belajar—sudah

memenuhi standar minimal 3,0 sehingga bisa dikatakan memenuhi kualitas yang

diharapkan. Pada item-item yang secara khusus menyangkut pendidikan karakter

seperti no. 1, no. 3, dan no.7, rerata masing-masingnya sudah menunjukkan hasil

yang memuaskan. Dengan demikian, dari segi RPP para peserta sudah

menunjukkan kompetensi yang sesuai dengan yang ditargetkan dalam pelatihan.

4.5.3 Hasil Wawancara

Secara umum hasil wawancara mendukung temuan hasil kuesioner. Dari 5

guru yang diwawancarai, seluruhnya menyatakan bahwa materi pelatihan

bermanfaat bagi mereka, dan berguna secara praktis bagi tugas mereka sebagai

guru, terutama karena adanya tuntutan penerapan pendidikan karakter di sekolah.

Dari segi fasilitas mereka menyatakan sudah sangat memadai, baik dari segi

konsumsi maupun TIK yang digunakan. Tetapi mereka juga menyatakan bahwa

mereka membutuhkan pelatihan yang lebih lama untuk benar-benar bisa

kompeten mengemas perangkat pembelajaran serta materi pelajaran bahasa

Jepang bermuatan karakter. Satu saran mereka adalah tentang keefektifan

penyajian narasumber agar lebih efektif, yaitu agar ketiga narasumber

memperoleh waktu presentasi yang berimbang. Maksudnya agar cakupan materi

tidak didominasi oleh aspek teoritis, sehingga aspek praktis mendapatkan porsi

yang cukup dari dua narasumber yang lainnya.

4.5.4 Hasil Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut, para peserta diminta membuat RPP dan melanjutkan

mengembangkan materi bermuatan karakter di luar pelatihan dengan bimbingan

30

para narasumber. Sebagian besar peserta sangat antusias yang ditunjukkan dengan

inisiatif beberapa dari mereka datang ke kampus menemui narasumber,

menghubungi lewat sms, ataupun email (sedikit). Beberapa dari mereka juga ada

yang meminta bantuan narasumber untuk memperoleh informasi berupa website-

website yang memberikan contoh materi bahasa Jepang untuk anak-anak

termasuk strategi atau langkah-langkah pembelajaran.

Secara umum, para peserta sudah membuat beberapa materi dan RPP

bermuatan karakter, bahkan beberapa membuat lebih dari 3 set, karena hal ini

memang menjadi tuntutan sekolah/dinas pendidikan. Masalah terbesar mereka

adalah menciptakan/memperoleh sumber tentang materi inovatif, keterbatasan

fasilitas internet dan dana karena sebagian besar masih guru honor, keterbatasan

wawasan tentang evaluasi untuk pebelajar bahasa anak-anak, serta masalah

akurasi bahasa.

4.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil kuesioner dan evaluasi hasil kinerja para peserta

pelatihan dalam kelompok yang berupa perangkat pembelajaran (RPP) serta

materi bahasa Jepang bermuatan karakter, dapat disimpulkan bahwa target

pelatihan pengemasan perangkat pembelajaran serta pengembangan materi bahasa

Jepang bermuatan karakter bagi guru-guru SMA se-Kabupaten Buleleng telah

tercapai. Dari segi pelaksanaan pelatihan, mayoritas peserta mengungkapkan

dalam kuesioner bahwa pelatihan ini dapat menambah wawasan mereka dan

bermanfaat secara praktis, pelatihan disajikan secara efektif, tujuan pelatihan

memenuhi target yang ditetapkan dan pelatihan diyakini mampu meningkatkan

kompetensi mereka dalam membuat perangkat pembelajaran serta

mengembangkan materi bermuatan karakter, dan fasilitas selama pelatihan

memuaskan. Hasil kuesioner didukung oleh hasil wawancara informal dengan 5

peserta yang menegaskan bahwa pelatihan ini bermanfaat praktis bagi mereka

dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah masing-masing dan bahwa

mereka difasilitasi dengan baik selama pelatihan.

Dari segi pencapaian kompetensi berupa pengemasan perangkat

pembelajaran dan pengembangan materi bahasa Jepang bermuatan karakter, hasil

evaluasi materi bahasa Jepang dan RPP yang dibuat dalam kelompok oleh para

31

peserta juga menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan rerata di atas 3,0 pada

masing-masing item evaluasi perangkat pembelajaran (RPP) serta materi bahasa

Jepang. Hal ini mengindikasikan bahwa perpaduan presentasi materi berupa

hakikat pendekatan karakter dan pengembangan materi bermuatan karakter dan

RPP, ditambah dengan scaffolding selama para peserta berkarya membuat RPP

dan materi, efektif membantu peserta pelatihan meningkatkan kompetensinya

dalam hal mengemas perangkat pembelajaran dan mengembangkan materi

bermuatan karakter. Demikian karena para peserta, pertama memperoleh wawasan

tentang pendidikan karakter dan pengemasan perangkat pembelajaran RPP) dan

pembuatan materi bermuatan karakter dari narasumber, dan kemudian selama

latihan, mereka secara penuh mendapatkan bantuan dari narasumber.

Penempatan peserta dalam kelompok yang terdiri dari 10 orang juga

memiliki peranan yang penting untuk mengefektifkan proses pelatihan, karena

selama pelatihan nampak para guru saling berbagi mengenai permasalahan yang

mereka hadapi, misalnya dalam menentukan tujuan pembelajaran yang berkaitan

dengan karakter dan aktivitas yang bisa dimuatkan dalam pembelajaran untuk

menekankan karakter.

Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa para guru menginginkan

pelatihan yang lebih lama agar mereka bisa secara lebih mantap dapat

mengembangkan materi bahasa Jepang bermuatan karakter dan RPP. Hal ini

beralasan karena workshop umumnya berlangsung selama satu sampai tiga hari,

sedangkan masalah di lapangan begitu dinamis sesuai dengan konteks dan

keterbatasan yang dihadapi oleh guru-guru. Pendapat guru-guru ini

mengimplikasikan bahwa kemungkinan kegiatan pendampingan dalam kegiatan

sejenis (P2M) dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam membantu guru

mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya di lapangan. Sementara

masukan berupa pengalokasian waktu yang lebih banyak untuk penyajian

makalah yang bermuatan praktis daripada yang teoritis merupakan masukan yang

positif untuk kegiatan sejenis di masa mendatang.

Sementara itu, pembimbingan sebagai follow up kegiatan pelatihan

nampak bisa memfasilitasi guru terkait dengan penerapan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka peroleh selama pelatihan sekaligus sebagai enrichment.

32

Pengayaan di sini tidak hanya terkait dengan penerapan pendidikan karakter tetapi

juga tentang hal-hal lain seperti konsultasi mengenai sumber-sumber materi

bahasa Jepang online dan strategi pembelajaran inovatif. Penggunaan handphone

melalui sms dan penggunaan email sebagai TIK ternyata bisa menjadi alternatif

untuk pengembangan profesionalisme guru sebagaimana telah dilakukan oleh

narasumber dan peserta pelatihan ini selama pembimbingan sebagai aktivitas

follow up.

33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan sebelumnya dapat

disimpulkan hal-hal berikut.

1. Kegiatan pelatihan yang mengkombinasikan sajian makalah dan

scaffolding selama praktek oleh peserta mendapatkan respon positif

dari para peserta pelatihan.

2. Kegiatan pelatihan ini dapat membantu para peserta dalam mengemas

perangkat pembelajaran serta mampu mengembangkan materi bahasa

Jepang bermuatan karakter dengan baik.

3. Pendampingan dengan kombinasi face-to-face dan melalui handphone

(sms) dan email setelah pelatihan sebagai follow up bisa berfungsi

sebagai enrichment bagi para peserta pelatihan dalam upaya

peningkatan profesionalismenya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian dan pembahasan pada bab

sebelumnya, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain:

1. Berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta, kegiatan P2M

sejenis yang bermaksud melatih keterampilan tertentu kepada para

guru sebaiknya dilakukan melalui pendampingan karena peningkatan

kompetensi tidak bisa dilakukan dalam satu atau dua hari workshop.

2. Dari wawancara juga diungkap bahwa para guru lebih menghendaki

hal-hal praktis lebih banyak daripada teori. Dengan demikian pelatihan

sejenis di masa mendatang seyogyanya lebih memberi penekanan pada

unsur praktek disertai banyak contoh-contoh nyata sesuai dengan tema

pelatihan. Hal ini beralasan karena profesionalism development ada

34

intinya adalah bagaimana memperkecil gap antara teori dan praktek,

bukan berkiblat pada teori.

Lampiran 1

CONTOH RPP DARI KELOMPOK 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1

MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG

KELAS/SEMESTER : XI/1

MATERI POKOK : BERBELANJA ( Menanyakan Jenis Benda,

Letak/ Tempat Membeli Dan Menanyakan

Harga )

ALOKASI WAKTU : 2X45 MENIT

A. KOMPETENSI INTI

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 :Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,

santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,

responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia.

KI 3 :Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

35

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR

KD 1.1

Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Jepang sebagai

bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan

dalam semangat belajar

KD 2.1

Menunjukkan perilaku santun dan jujur dalam melaksanakan

komunikasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog

sederhana tentang Berbelanja.

KD 3.1

Memahami cara menyatakan keberadaan benda, harga barang dan

sifat atau kondisi dari benda, terkait topik berbelanja (kaimono)

dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur

budaya yang sesuai konteks penggunaannya.

KD 4.1

Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk menyatakan

keberadaan benda, harga barang dan sifat atau kondisi dari benda,

terkait topik berbelanja (kaimono) dengan memperhatikan unsur

kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai

konteks.

36

C. INDIKATOR

1.1.1. Mampu menunjukkan rasa syukur (religius) dapat mengikuti pelajaran

dengan menunjukkan rasa ingin tahu dan mandiri dalam belajar

tentang berbelanja.

2.1.1. Mampu menunjukkan prilaku toleransi, jujur dan komunikatif dalam

melaksanakan komunikasi tentang berbelanja.

3.1.1. Mampu menggunakan kosakata dan kalimat sederhana tentang

berbelanja.

3.1.2. Mampu mengungkapkan kosakata, kalimat dan dialog sederhana

tentang berbelanja.

4.1.1. Mampu melakukan dialog sederhana tentang berbelanja dalam

keseharian.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1.1. Melalui drill siswa mampu menunjukkan rasa syukur, rasa

semangat dan kesungguhan dalam belajar tentang berbelanja.

2.1.1.1. Melalui drill siswa dapat menunjukkan perilaku santun dan

jujur dalam melaksanakan komunikasi tentang berbelanja.

3.1.1.1. Melalui Power Point siswa mampu menyebutkan kosakata,

kalimat dan dialog sederhana tentang berbelanja.

4.1.1. Melalui drill siswa mampu melakukan dialog sederhana

tentang berbelanja dalam keseharian sesuai dengan konteks.

E. MATERI AJAR

E.1. Fakta : Ujaran lisan ( kosakata dan kalimat), seperti:

Kosa kata tempat : ichiba, depaato.

Kosa kata letak (lantai) : chika ikkai, ikkai, nikai, sangai, yonkai,

gokai, rokkai, nanakai, hakkai, kyuukai, juukkai.

37

Kosa kata kata benda : kamera, kaban, kutsu, hon, shatsu, megane,

tokei, boushi, yasai, kudamono.

Kosa kata harga : hyaku rupia, nihyaku rupia, sanbyaku

rupia, yonhyaku rupia, gohyaku rupia, roppyaku rupia, nanahyaku rupia,

happyaku rupia, kyuuhyaku rupia, sen rupia, sanzen rupia, yonsen rupia,

hassen rupia, ichiman rupia, juuman rupia, hyakuman rupia.

Kosa kata kata sifat : akai, shiroi, kuroi, aoi, ii, kirei (na), ookii,

chiisai, takai, yasui.

Kata Tanya : nangai ni arimasuka?, ikura desuka?, , dokode

kaimashitaka?

E.2 Konsep :

KB (benda) wa KB (letak/lantai) ni arimasu. Pola kalimat ini digunakan

untuk menyatakan “keberadaan benda”. Contoh: shatsu wa ikkai ni

arimasu.

KB (harga) rupia. Pola kalimat ini menyatakan “harga dari suatu barang”.

Contoh : ichiman rupia.

KS (-i/-na) KB (benda) desu. Pola kalimat ini digunakan untuk

menyatakan “sifat/kondisi dari benda tersebut”. Contoh : akai kutsu desu.

KB (tempat) de KB (benda) wo kaimashita. Pola kalimat ini digunakan

untuk menyatakan “telah membeli benda di tempat yang disebutkan”.

Contoh : depaato de kamera wo kaimashita.

Pola bertanya :

KB (benda) wa nangai ni arimasuka?

(letak/lantai) ni arimasu.

KB (benda) wa ikura desuka?

(100.000 rupia) desu.

E.3 Prosedur :wacana lisan dalam bentuk monolog dan dialog.

38

A : B san, shatsu wa dokode kaimashita?

B : depaato de kaimashita.

A : ikura desuka?

B : 100.000 rupia desu

A : aa,,,kirei na shatsu desu

B : Arigatou gozaimasu A san.

F. Pendekatan : Saintifik

Metode pembelajaran : Cooperative

Strategi : Drill dan Wawancara

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

39

Tahapan Aktivitas PembelajaranAlokasi

Waktu

Pendahuluan

• Peserta didik mengucap salam dengan bahasa Jepang dan berdoa. (Religius)

• Siswa di cek kehadirannya dengan menayakan siswa yang tidak hadir kepada

sekretaris kelas agar menghemat waktu. (Jujur)

15

menit

Inti

MENGAMATI

• Siswa diminta untuk menyebutkan benda-benda yang sering dibeli, dimana

dibeli dan berapa harganya. (Mandiri, rasa ingin tahu)

• Siswa kemudian memperhatikan guru memberikan contoh penggunaan pola

kalimat yang menggunakan kosakata berbelanja seperti (lihat E 1)

• Siswa memperhatikan kosa kata, kalimat dan dialog pada slide.

• Peserta didik menyimah dialog tentang ungkapan yang terkait dengan

kegiatan berbelanja.

• Peserta didik mencocokkan ujaran/kata/frase dan kalimat yang didengar.

• Peserta didik mengisi dialog rumpang dengan kata/frase yang didengar.

• Peserta didik saling mengkoreksi hasil pekerjaan.

MENANYA

• Siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan materi

informasi berbelanja (mendiskusikan jenis benda yang akan dibeli,

letak/tempat membeli sesuatu, menanyakan harga benda yang akan dibeli)

yang ada pada gambar/video yang ditayangkan. (Rasa Ingin Tahu)

• Peserta didik mengisi table dengan informasi umum, tertentu, rinci

menemukan kata tanya dan kalimat tanya yang ada pada teks lisan yang

didengar secara berpasangan.

MENGEKSPLOR

Pseerta didik mencoba menjawab pertanyaan dengan cara mengulang teks

yang diperdengarkan dibawah bimbingan guru.

Meminta beberapa peserta didik untuk menebak makna dari beberapa ujaran

15

menit

5 menit

20

menit

5 menit

40

yang tersedia.

Peserta didik mencoba melafalkan kata tentang informasi berbelanja dalam

bahasa jepang.

Meminta beberapa peserta didik untuk melakukan percakapan dan tanya

jawab.

MENGASOSIASI

Secara berpasangan peserta didik mengasosiasi (melaporkan) mencari

persemaan kosa kata dengan bahasa asing lainnya.

Siswa diminta untuk mewawancarai 5 orang teman yang berbeda tentang

benda-benda yang dibeli.

Melalui role play peserta didik melakukan Tanya jawab dengan

kelompoknya yang dilakukan secara bergantian.

MENGKOMUNIKASIKAN

• Peserta didik mempraktekkan percakapan tentang berbelanja dalam

kelompoknya.

• Siswa diminta untuk menulis dialog/ laporan sederhana tentang hasil

percakapan. (Komunikatif, toleransi, jujur)

15 menit

Penutup

• Siswa diajak untuk membuat rangkuman tentang apa yang telah dipelajari

tadi.

• Memberikan tugas mewawancarai keluarga dirumah tentang apa saja yang

dibeli, harganya berapa dan membelinya dimana.

• Siswa diminta untuk berdoa sebelum mengakhiri pelajaran.

5 menit

H. PENILAIAN

1. Sikap Spiritual (1.1.1.) dan Sikap Santun (2.1.1.)

Penilaian

Tehnik : observasi

Bentuknya : pengamatan

Indikator perkembangan karakter kreatif, komunikatif,menghargai, disiplin

dan kerja keras

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas

41

2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum

ajeg/konsisten

3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai

ajeg/konsisten

4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh

dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten

2. Pengetahuan (3.1.1.)

Penilaian

Teknik : Tes Tertulis

Bentuk : Objektif

Rancangan Tes Tulis

Indikator Soal Bentuk No Soal Skor Penilaian

Siswa dapat melengkapi dialog

rumpangisian

1 - 5 Benar=1

Salah=0

No.Nama

Siswa

Komunikatif/Mandiri Jujur/rasa ingin tahu Toleransi/religius

BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3

4

5

6

7

10

11

42

Penilaian ; Jumlah Perolehan Skor X 20

3. Penilaian Akhir Kompetensi Keterampilan

Kriteria Skor Penilaian

4 3 2 1

Ketuntas-an

tugas

sesuai

tujuan (

タスク達成

Semua tugas

tuntas dengan

sangat baik dan

sesuai tujuan.

Semua tugas

tuntas, tetapi

ada sebagian

kecil yang salah

namun tetap

sesuai tujuan.

Sebagian besar

tugas tuntas,

namun banyak

kesalahan

sehingga tidak

sesuai dengan

tujuan.

Sebagian besar

tugas tidak

tuntas

sehingga tidak

sesuai dengan

tujuan.

Skor

maksimal

5

Struktur

wacana(談

話構造)

Penyampaian

dengan struktur

wacana sangat

runut dan

mudah dipahami

Penyampaian

dengan struktur

yang cukup

runut dan bisa

dipahami

Penyampaian

kurang runut

sehingga agak

sulit dipahami

Penyampai-an

tidak runut

sehingga tidak

bisa dipahami

Skor

maksimal

5

Kelancar-an

(流暢さ)

Penyampaian

sangat lancar.

Ada

penyampaian

yang dilakukan

dengan agak

kurang lancar,

namun makna

dapat dipahami.

Penyampaian

dilakukan

tersendat-

sendat,

sehingga

makna kurang

dipahami.

Penyampai-an

sangat

tersendat-

sendat,

sehingga

makna tidak

dapat

dipahami.

Skor

maksimal

5

Kosa kata Dapat

mengguna-kan

kosa kata

dengan sangat

Dapat

mengguna-kan

kosa kata

dengan cukup

Dapat

menggunakan

kosa kata

terbatas, dan

Dapat

mengguna-kan

kosa kata yang

sangat

Skor

maksimal

5

43

I. SUMBER dan MEDIA BELAJAR

leluasa dan

benar.

leluasa dan

benar.

ada dapat

menggunakan

kosa kata yang

sangat

terbatas, dan

ada beberapa

kesalahan

kesalahan.

terbatas, dan

banyak

kesalahan.

Tata bahasa Dapat

mengguna-kan

tata bahasa

dengan leluasa

sesuai kondisi.

Dapat

mengguna-kan

tata bahasa yang

sering

digunakan

sesuai kondisi

Hanya dapat

menggunakan

tata bahasa

sederhana.

Dapat terdapat

kesalahan

mendasar

dalam tata

bahasa, namun

dapat

dipahami apa

yang ingin

diutarakan.

Skor

maksimal

5

Pelafalan(

発音)

Pelafalan sangat

baik dan sangat

mudah

dipahami.

Pelafalan cukup

baik, namun ada

sedikit

kesalahan

namun tak

mengubah

makna.

Banyak

kesalahan

pada lafal,

namun masih

dapat

dipahami

maknanya

Banyak

kesalahan

pelafalan,

sehingga tidak

dapat

dipahami.

Skor

maksimal

5

Nilai akhir:Jumlah Perolehan skor X 5

3

44

Sumber

Belajar

- Buku Pelajaran Bahasa Jepang 1 Japan Foundation (Anak tema 4 –

Kaimono, hal. 173-180)

- Buku Sakura

Media Power Point, Lembar kegiatan

Singaraja, 27 Juni 2014

Mengetahui

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

………………….. Ni Kadek Wahyu Swadesi

LAMPIRAN :

1. Lembar kerja untuk wawancara teman.

Nama Nama Benda Tempat Membeli Harga

Saya

( )

Teman 1

( )

Teman 2

( )

Teman 3

( )

45

Teman 4

( )

Teman 5

( )

2. Dialog rumpang

A : B san, ohayou ………….

B : ohayou gozaimasu A san.

A : B san, ……… no shatsu wa ………… kaimashita?

B : depaato de kaimashita.

A : …………. desuka?

B : 100.000 rupia desu.

A : hontou desuka?

B : hai, hontou desu.

A : aa,,,kirei na ………… desu

B : Arigatou gozaimasu A san.

46

Lampiran 2:

Foto-foto pelaksanaan kegiatan

47

Organisasi PelaksanaSusunan pelaksana kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.

1. Ketua Pelaksanaa. Nama Lengkap : Putu Dewi Merlyna Y.P,S.S,M.Humb. Institusi : Jurusan Pendidikan S1 Bahasa Jepang, FBS,

Undikshac. Bidang Ilmu : Linguistikd. Tugas : membuat proposal, surat-menyurat, menyiapkan

alat-alat/perlengkapan terkait pelatihan,melaksanakan kegiatan, melaporkan hasil evaluasi,menyiapkan laporan dan artikel, menyiapkanmonitoring dan seminar hasil

e. Waktu : 6,5 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana 1a. Nama Lengkap : Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.b. Institusi : Jurusan Pendidikan S1 Bahasa Inggris, FBS,

Undikshac. Bidang Ilmu : Pendidikan Bahasa Jepangd. Tugas : membuat proposal, menentukan narasumber,

menentukan materi-materi terkait pelatihan,menulis laporan dan artikel, menyiapkan seminarhasil, menyusun perangkat evaluasi

e. Waktu : 6,5 jam/minggu

3. Anggota Pelaksana 2

a.Nama Lengkap : Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S,M.Sib. Institusi : Jurusan Pendidikan S1 Bahasa Jepang, FBS,

Undikshac. Bidang Ilmu : Kajian Wilayah Jepangd. Tugas : Menyusun proposal, merancang kegiatan,

melaksanakan kegiatan, mengkoordinasikankegiatan, menyusun laporan dan artikel,membantu menyusun alat evaluasi

e. Waktu : 6,5 jam/minggu

48

RAB Kegiatan P2M

RAB P2M

Uraian Tarif/jam Waktu JumlahHari

Jumlah Honor 70%30%

(Jam/Hari) Th I %1. HonorHonrNarasumber 100,000 6 2 1,200,000 - 1,200,000

Jumlah 1,200,000 12 - 1,200,000

Uraian Vol Satuan JumlahJumlah 70% 30%

Th I %2. Bahan HabisPakai danPeralatan

CD RW 60 bh 10,000 600,000 600,000 -Kertas HVS A470gr 4 rim 38,000 152,000 - 152,000Kertas HVS F470 gr 4 rim 40,000 160,000 - 160,000

Toner HP78A 1 kotak 950,000 950,000 - 950,000FlashdiskKingstone 16 GB 3 bh 100,000 300,000 - 300,000

Bolpoint 5 kotak 31,000 155,000 155,000 -

Blocknote 60 bh 5,000 300,000 245,000 55,000Map FolderPlastik 60 bh 15,000 900,000 900,000 -Snack (60 orangx 2 hari) 120 kotak 10,000 1,200,000 1,200,000 -Makan Siang (60orang x 2 hari) 120 kotak 25,000 3,000,000 3,000,000 -

Sub Total 7,717,000 77 6,100,000 1,617,000

4. Lain - LainBiaya Cetak 120 eks 900,000 -

49

Materi (60 eks x2 hari)

7,500 900,000

Biaya CetakLaporan 10 eks 18,300 183,000 - 183,000

Sub Total 1,083,000 11 900,000 183,000

TOTAL 10,000,000 100 7,000,000 3,000,000

50

Daftar Pustaka

Asmani, J.M. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter diSekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, Kementerian PendidikanNasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan KarakterBangsa Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementerian PendidikanNasional.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, Kementerian PendidikanNasional. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter(Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta:Kementerian Pendidikan Nasional.

Buleleng dalam Angka 2010. Diakses pada 27 Agustus 2012 daribulelengkab.go.id.

Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teoridan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM). 2012. Panduan UsulanProposal P2M dan DIPA Undiksha Tahun 2012. Singaraja: LembagaPengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Pendidikan Ganesha.

Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan KrisisMultidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Puskur. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi PembelajaranBerdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing danKarakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan KarakterBangsa. Jakarta: Puskur, Badan Penelitian dan Pengembangan,Kementerian Pendidikan Nasional.

51

LAMPIRAN 3: CURRICULUM VITAE KETUA DAN ANGGOTAPELAKSANA

Curriculum Vitae Ketua

1. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Putu Dewi Merlyna Y.P,S.S,M.Hum

2 Jenis Kelamin Wanita

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP 198202252009122002

5 Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja, 25 Februari 1982

6 Alamat Rumah Jalan Semangka No.8 Singaraja

7 Nomor Telepon/Fax 0362-21030

8 Nomor HP 08172390840

9 Alamat Kantor Kampus Bawah Undiksha, FBS, JurusanPendidikan Bahasa Jepang

Jl. Ahmad Yani No 67 Singaraja, Buleleng, Bali

10 Nomor Telepon/Fax (0362) 21541

11 Alamat e-mail [email protected]

2. Riwayat Pendidikan

1. Program S1 S2 S3

2. Nama PT UniversitasPadjadjaran Bandung

UniversitasUdayana Denpasar

-

3. Bidang Ilmu Bahasa dan SastraJepang

Linguistik Murni -

4. Tahun Masuk 2000 2006 -

5. Tahun Tamat 2005 2008 -

6. Judul Skripsi/ Tesis ” Analisis ”Ajektiva -

52

Penerjemahan ’Akan’sebagai PemarkahModalitas dalamNovel Senja di Jakartakarya Mochtar Lubisdan Terjemahannyaoleh Toshiki Kasuya”

Derivasional dalamBahasa Jepangsebuah KajianMorfologiGeneratif”

7. Nama Pembimbing 1. Etty Kustiati,M.Hum.

2. Hj. Puspa MiraniKadir, M.A.

1. Prof. Dr. N. L.Sutjiati Beratha,M.A.

2. Dr. I NyomanSuparwa,M.Hum

-

3. Pengalaman Penelitian

No. Tahun Judul PenelitianPendanaan

Sumber Jml (Jt Rp)

1. 2011

”Pemberdayaan Pebelajar Cepatdengan Menggunakan ModelKombav untuk MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar BahasaJepang di Kelas X1 SMALaboratorium Undiksha” (Ketua)

DIPA 7,5 Juta

2 2012

“Campur Kode dalam KomunikasiLisan Pasangan Perkawinan BedaBangsa Jepang- Indonesia “ (KajianSosiolinguistik)

DIPA 8 Juta

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dandapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyatadijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratandalam pengajuan proposal pengabdian pada masyarakat 2014. Bersama ini pulasaya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan program ini hingga selesai, apabilausulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.

53

Singaraja, 5 September 2014

Ketua Pengusul,

Putu Dewi Merlyna Y.P,S.S,M.Hum.

54

Curriculum Vitae Anggota Pelaksana I

1. IDENTITAS DIRI1. NAMA Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.

2. NIP 198108142009122002

3. TEMPAT/ TGL LAHIR Kelungkung, 14 Agustus 1981

4. PANGKAT/ GOLONGAN Penata Muda Tk.I/ IIIB

5. PERGURUAN TINGGI Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali

6. ALAMAT KANTOR Jln. Ahmad Yani No. 67 Singaraja Bali

7. TELP. KANTOR 0362-21541

8. ALAMAT RUMAH BTN Banyuning Indah Blok C/7

9. TELP. RUMAH/HP 081936242936

10. EMAIL [email protected]

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

TAHUN PENDIDIKAN(tahun masuk s.d. lulus)

NAMA PERGURUANTINGGI

BIDANG ILMU

S1 2003 IKIP Negeri Singaraja Pendidikan BahasaJepang

S2 2008 Syracuse University English Education

S3 - - -

3. PENGALAMAN PENELITIAN

No. Judul Penelitian Keterangan

Tahun Dana

1 Indonesian Students’Academic and CulturalExperiences atSyracuse University.

Ford 2008 $1,000

2 The Impact of EnglishImmersion Programson English LanguageEducation in Japan andits Implications forEnglish LanguageEducation in Indonesia.

Monbusho 2012 ¥152,000,00

55

3 Penggunaan TeknikKancing Gemerincinguntuk meningkatkankemampuan BerbicaraMahasiswa Semester IBahasa JepangUndiksha

DIPA/Anggota 2013 7,5

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dandapatdipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyatadijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Singaraja, 5 September 2014

Pelaksana,

Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.

56

Curriculum Vitae Anggota Pelaksana 21. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengangelar)

Kadek Eva Krishna Adnyani S.S.,M.Si

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Pangkat / Golongan Penata Muda Tingkat 1 / III/b

4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 198705122012122001

5 NIDN 0012058701

6 Tempat dan Tanggal Lahir Bangli, 12 Mei 1987

7 E-mail [email protected]

8 Alamat Rumah Jalan Gatot Subroto I /IV no.6 Denpasar, Bali

9 Nomor Telepon/Faks 081805515150 / -

10 Alamat Kantor Jalan Ahmad Yani No.67, Singaraja – Bali

11 Nomor Telepon/Fax 0362-21541 / 0362-23575

2. Riwayat Pendidsikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UniversitasGadjah Mada

UniversitasIndonesia (UI)

UniversitasUdayana

Bidang Ilmu Sastra Jepang Kajian WilayahJepang

Linguistik

Tahun Masuk – Lulus Agustus 2004 –Oktober 2008

Februari 2009 –Januari 2011

Agustus 2012– sekarang

JudulSkripsi/Tesis/Disertasi

KarakteristikWisatawanJepang yangBerkunjung keBali PeriodeLiburan MusimPanas 2008

Politik IbuRumah TanggaJepang: KasusTokyoSeikatsushaNetwork sebagaiPartai PolitikLokal

-

IPK 3,59 .3,92 3,81

57

3. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal

No. Judul Artikel Ilmiah Nama JurnalVolume /Halaman

1 The Karooshi Phenomenon in Japan KonferensiInternasionalBudaya Daerahke-2 dengan Tema: Kearifan Lokaldan PendidikanKarakter.Denpasar, 22 – 23Februari 2012.

Proceeding,halaman 391 -

397

2 Kuruwa Kotoba sebagai Lingua Franca dalamDunia Prostitusi Jepang di Jaman Edo

Seminar NasionalBahasa Ibu VI,dengan tema:Pelestarian BahasaIbu untukMemperkuat JatiDiri Bangsa yangMajemuk.UniversitasUdayana, Bali -22-23 Februari 2013.

Proceeding,halaman 358 -

363

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dandapatdipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyatadijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Singaraja, 5 September 2014

Pelaksana,

Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si

58

LAMPIRAN 4: PETA LOKASI DAERAH SASARAN

Peta Kabupaten Buleleng dan Daerah Sasaran Kegiatan P2M

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH : SMK NEGERI 1

MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG

KELAS/SEMESTER : XI/1

MATERI POKOK : BERBELANJA ( Menanyakan Jenis Benda, Letak/ Tempat

Membeli Dan Menanyakan Harga )

ALOKASI WAKTU : 2X45 MENIT

A. KOMPETENSI INTI

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 :Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah

lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan

menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR

KD 1.1

Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa

pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar

KD 2.1

Menunjukkan perilaku santun dan jujur dalam melaksanakan komunikasi secara

lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Berbelanja.

KD 3.1

Memahami cara menyatakan keberadaan benda, harga barang dan sifat atau

kondisi dari benda, terkait topik berbelanja (kaimono) dengan memperhatikan

unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya yang sesuai konteks

penggunaannya.

KD 4.1

Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk menyatakan keberadaan benda,

harga barang dan sifat atau kondisi dari benda, terkait topik berbelanja (kaimono)

dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya secara

benar dan sesuai konteks.

C. INDIKATOR

1.1.1. Mampu menunjukkan rasa syukur (religius) dapat mengikuti pelajaran dengan

menunjukkan rasa ingin tahu dan mandiri dalam belajar tentang berbelanja.

2.1.1. Mampu menunjukkan prilaku toleransi, jujur dan komunikatif dalam melaksanakan

komunikasi tentang berbelanja.

3.1.1. Mampu menggunakan kosakata dan kalimat sederhana tentang berbelanja.

3.1.2. Mampu mengungkapkan kosakata, kalimat dan dialog sederhana tentang berbelanja.

4.1.1. Mampu melakukan dialog sederhana tentang berbelanja dalam keseharian.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1.1. Melalui drill siswa mampu menunjukkan rasa syukur, rasa semangat dan

kesungguhan dalam belajar tentang berbelanja.

2.1.1.1. Melalui drill siswa dapat menunjukkan perilaku santun dan jujur dalam

melaksanakan komunikasi tentang berbelanja.

3.1.1.1. Melalui Power Point siswa mampu menyebutkan kosakata, kalimat dan

dialog sederhana tentang berbelanja.

4.1.1. Melalui drill siswa mampu melakukan dialog sederhana tentang berbelanja

dalam keseharian sesuai dengan konteks.

E. MATERI AJAR

E.1. Fakta : Ujaran lisan ( kosakata dan kalimat), seperti:

Kosa kata tempat : ichiba, depaato.

Kosa kata letak (lantai) : chika ikkai, ikkai, nikai, sangai, yonkai, gokai, rokkai,

nanakai, hakkai, kyuukai, juukkai.

Kosa kata kata benda : kamera, kaban, kutsu, hon, shatsu, megane, tokei, boushi,

yasai, kudamono.

Kosa kata harga : hyaku rupia, nihyaku rupia, sanbyaku rupia, yonhyaku

rupia, gohyaku rupia, roppyaku rupia, nanahyaku rupia, happyaku rupia, kyuuhyaku

rupia, sen rupia, sanzen rupia, yonsen rupia, hassen rupia, ichiman rupia, juuman rupia,

hyakuman rupia.

Kosa kata kata sifat : akai, shiroi, kuroi, aoi, ii, kirei (na), ookii, chiisai, takai,

yasui.

Kata Tanya : nangai ni arimasuka?, ikura desuka?, , dokode kaimashitaka?

E.2 Konsep :

KB (benda) wa KB (letak/lantai) ni arimasu. Pola kalimat ini digunakan untuk

menyatakan “keberadaan benda”. Contoh: shatsu wa ikkai ni arimasu.

KB (harga) rupia. Pola kalimat ini menyatakan “harga dari suatu barang”. Contoh :

ichiman rupia.

KS (-i/-na) KB (benda) desu. Pola kalimat ini digunakan untuk menyatakan “sifat/kondisi

dari benda tersebut”. Contoh : akai kutsu desu.

KB (tempat) de KB (benda) wo kaimashita. Pola kalimat ini digunakan untuk

menyatakan “telah membeli benda di tempat yang disebutkan”. Contoh : depaato de

kamera wo kaimashita.

Pola bertanya :

KB (benda) wa nangai ni arimasuka?

(letak/lantai) ni arimasu.

KB (benda) wa ikura desuka?

(100.000 rupia) desu.

E.3 Prosedur :wacana lisan dalam bentuk monolog dan dialog.

A : B san, shatsu wa dokode kaimashita?

B : depaato de kaimashita.

A : ikura desuka?

B : 100.000 rupia desu

A : aa,,,kirei na shatsu desu

B : Arigatou gozaimasu A san.

F. Pendekatan : Saintifik

Metode pembelajaran : Cooperative

Strategi : Drill dan Wawancara

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Tahapan Aktivitas PembelajaranAlokasi

Waktu

Pendahuluan

• Peserta didik mengucap salam dengan bahasa Jepang dan berdoa. (Religius)

• Siswa di cek kehadirannya dengan menayakan siswa yang tidak hadir kepada

sekretaris kelas agar menghemat waktu. (Jujur)

15

menit

Inti

MENGAMATI

• Siswa diminta untuk menyebutkan benda-benda yang sering dibeli, dimana

dibeli dan berapa harganya. (Mandiri, rasa ingin tahu)

• Siswa kemudian memperhatikan guru memberikan contoh penggunaan pola

kalimat yang menggunakan kosakata berbelanja seperti (lihat E 1)

• Siswa memperhatikan kosa kata, kalimat dan dialog pada slide.

• Peserta didik menyimah dialog tentang ungkapan yang terkait dengan

kegiatan berbelanja.

• Peserta didik mencocokkan ujaran/kata/frase dan kalimat yang didengar.

• Peserta didik mengisi dialog rumpang dengan kata/frase yang didengar.

• Peserta didik saling mengkoreksi hasil pekerjaan.

MENANYA

• Siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan materi

informasi berbelanja (mendiskusikan jenis benda yang akan dibeli,

letak/tempat membeli sesuatu, menanyakan harga benda yang akan dibeli)

yang ada pada gambar/video yang ditayangkan. (Rasa Ingin Tahu)

• Peserta didik mengisi table dengan informasi umum, tertentu, rinci

menemukan kata tanya dan kalimat tanya yang ada pada teks lisan yang

didengar secara berpasangan.

MENGEKSPLOR

Pseerta didik mencoba menjawab pertanyaan dengan cara mengulang teks

yang diperdengarkan dibawah bimbingan guru.

15

menit

5 menit

20

menit

5 menit

Meminta beberapa peserta didik untuk menebak makna dari beberapa ujaran

yang tersedia.

Peserta didik mencoba melafalkan kata tentang informasi berbelanja dalam

bahasa jepang.

Meminta beberapa peserta didik untuk melakukan percakapan dan tanya

jawab.

MENGASOSIASI

Secara berpasangan peserta didik mengasosiasi (melaporkan) mencari

persemaan kosa kata dengan bahasa asing lainnya.

Siswa diminta untuk mewawancarai 5 orang teman yang berbeda tentang

benda-benda yang dibeli.

Melalui role play peserta didik melakukan Tanya jawab dengan

kelompoknya yang dilakukan secara bergantian.

MENGKOMUNIKASIKAN

• Peserta didik mempraktekkan percakapan tentang berbelanja dalam

kelompoknya.

• Siswa diminta untuk menulis dialog/ laporan sederhana tentang hasil

percakapan. (Komunikatif, toleransi, jujur)

15 menit

Penutup

• Siswa diajak untuk membuat rangkuman tentang apa yang telah dipelajari

tadi.

• Memberikan tugas mewawancarai keluarga dirumah tentang apa saja yang

dibeli, harganya berapa dan membelinya dimana.

• Siswa diminta untuk berdoa sebelum mengakhiri pelajaran.

5 menit

H. PENILAIAN

1. Sikap Spiritual (1.1.1.) dan Sikap Santun (2.1.1.)

Penilaian

Tehnik : observasi

Bentuknya : pengamatan

.

Indikator perkembangan karakter kreatif, komunikatif,menghargai, disiplin dan kerja keras

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh

dalam menyelesaikan tugas

2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam

menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten

3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam

menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten

4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam

menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten

2. Pengetahuan (3.1.1.)

Penilaian

Teknik : Tes Tertulis

Bentuk : Objektif

Rancangan Tes Tulis

Indikator Soal Bentuk No Soal Skor Penilaian

No.Nama

Siswa

Komunikatif/Mandiri Jujur/rasa ingin tahu Toleransi/religius

BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1.

2.

3

4

5

6

7

10

11

Siswa dapat melengkapi dialog rumpang isian1 - 5 Benar=1

Salah=0

Penilaian ; Jumlah Perolehan Skor X 20

3. Penilaian Akhir Kompetensi Keterampilan

Kriteria Skor Penilaian

4 3 2 1

Ketuntas-an

tugas

sesuai

tujuan (

タスク達成

Semua tugas

tuntas dengan

sangat baik dan

sesuai tujuan.

Semua tugas

tuntas, tetapi

ada sebagian

kecil yang salah

namun tetap

sesuai tujuan.

Sebagian besar

tugas tuntas,

namun banyak

kesalahan

sehingga tidak

sesuai dengan

tujuan.

Sebagian besar

tugas tidak

tuntas

sehingga tidak

sesuai dengan

tujuan.

Skor

maksimal

5

Struktur

wacana(談

話構造)

Penyampaian

dengan struktur

wacana sangat

runut dan

mudah dipahami

Penyampaian

dengan struktur

yang cukup

runut dan bisa

dipahami

Penyampaian

kurang runut

sehingga agak

sulit dipahami

Penyampai-an

tidak runut

sehingga tidak

bisa dipahami

Skor

maksimal

5

Kelancar-an

(流暢さ)

Penyampaian

sangat lancar.

Ada

penyampaian

yang dilakukan

dengan agak

Penyampaian

dilakukan

tersendat-

sendat,

Penyampai-an

sangat

tersendat-

sendat,

Skor

maksimal

5

kurang lancar,

namun makna

dapat dipahami.

sehingga

makna kurang

dipahami.

sehingga

makna tidak

dapat

dipahami.

Kosa kata Dapat

mengguna-kan

kosa kata

dengan sangat

leluasa dan

benar.

Dapat

mengguna-kan

kosa kata

dengan cukup

leluasa dan

benar.

Dapat

menggunakan

kosa kata

terbatas, dan

ada dapat

menggunakan

kosa kata yang

sangat

terbatas, dan

ada beberapa

kesalahan

kesalahan.

Dapat

mengguna-kan

kosa kata yang

sangat

terbatas, dan

banyak

kesalahan.

Skor

maksimal

5

Tata bahasa Dapat

mengguna-kan

tata bahasa

dengan leluasa

sesuai kondisi.

Dapat

mengguna-kan

tata bahasa yang

sering

digunakan

sesuai kondisi

Hanya dapat

menggunakan

tata bahasa

sederhana.

Dapat terdapat

kesalahan

mendasar

dalam tata

bahasa, namun

dapat

dipahami apa

yang ingin

diutarakan.

Skor

maksimal

5

I. SUMBER dan MEDIA BELAJAR

Sumber

Belajar

- Buku Pelajaran Bahasa Jepang 1 Japan Foundation (Anak tema 4 –

Kaimono, hal. 173-180)

- Buku Sakura

Media Power Point, Lembar kegiatan

Singaraja, 27 Juni 2014

Mengetahui

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

Pelafalan(

発音)

Pelafalan sangat

baik dan sangat

mudah

dipahami.

Pelafalan cukup

baik, namun ada

sedikit

kesalahan

namun tak

mengubah

makna.

Banyak

kesalahan

pada lafal,

namun masih

dapat

dipahami

maknanya

Banyak

kesalahan

pelafalan,

sehingga tidak

dapat

dipahami.

Skor

maksimal

5

Nilai akhir:Jumlah Perolehan skor X 5

3

………………….. Ni Kadek Wahyu Swadesi

NIM: 1112061059

Ni Luh Putu Lindasari

NIM: 1112061062

LAMPIRAN :

1. Lembar kerja untuk wawancara teman.

Nama Nama Benda Tempat Membeli Harga

Saya

( )

Teman 1

( )

Teman 2

( )

Teman 3

( )

Teman 4

( )

Teman 5

( )

2. Dialog rumpang

A : B san, ohayou ………….

B : ohayou gozaimasu A san.

A : B san, ……… no shatsu wa ………… kaimashita?

B : depaato de kaimashita.

A : …………. desuka?

B : 100.000 rupia desu.

A : hontou desuka?

B : hai, hontou desu.

A : aa,,,kirei na ………… desu

B : Arigatou gozaimasu A san.