Upload
vukhanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Syarat A, B, …Syarat A, B, …
PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIAPEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
MONETERMONETER PERBANKANPERBANKAN
Dibutuhkan berbagai syarat untuk mendukung
Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di
Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya.
Salah satunya adalah keterlibatan sektor moneter dan perbankan, yang
merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembangunan tersebut.
Bahkan sebagian masyarakat sering berharap terlampau banyak dari
sektor moneter dan perbankan dalam memecahkan berbagai masalah
ekonomi, termasuk masalah yang timbul dari krisis ekonomi yang melanda
Indonesia dewasa ini. Kebijakan moneter dan perbankan sering dipandang
mempunyai kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif dapat
dicapai dengan kebijakan tersebut. Disatu sisi hal ini dapat dipahami
mengingat sektor moneter dan perbankan memang mempunyai fungsi yang
mampu memberi pelayanan pada bekerjanya sektor riil; baik kegiatan
investasi, produksi, distribusi maupun konsumsi. Namun, sampai pada tahap
tertentu, harapan yang terlalu banyak tersebut perlu diluruskan …
Sektor moneter-perbankan, dan karenanya juga kebijakan moneter-perbankan,
hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan kebijakan pembangunan nasional
yang secara bersama- sama dalam suatu sinergi diarahkan untuk mencapai
berbagai sasaran pembangunan. Oleh karena itu, pembahasan maupun
perumusan kebijakan moneter-perbankan harus senantiasa ditempatkan
pada konteksnya sebagai bagian dari kebijakan ekonomi nasional.
Pemahaman ini menjadi semakin penting dalam kaitannya dengan arah
kebijakan ekonomi nasional kita dewasa ini yang diarahkan pada upaya
pemulihan ekonomi pasca-krisis dengan menitikberatkan pada program
stabilisasi dan reformasi ekonomi.
DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIADAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Penurunan Nilai Tukar Yang TajamCONTAGION EFFECTCONTAGION EFFECT( Efek Penularan )( Efek Penularan )
GEJOLAK NILAI TUKARGEJOLAK NILAI TUKAR
Terputusnya Akses Sumber Dana LN
Turunnya Kegiatan Produksi
Pengusaha Kesulitan Memenuhi Kewajiban
Pemutusan Hubungan Kerja
Kenaikan Laju Inflasi ( 77,6 % )
Penurunan Penghasilan Masyarakat
DAMPAK NEGATIF KRISIS EKONOMIDAMPAK NEGATIF KRISIS EKONOMI
Kerusuhan Sosial Jaringan Distribusi Macet Panic Buying
menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat,
domestik maupun internasional, terhadap prospek ekonomi Indonesia
OTONOMI
• Auto: sendiri• Nomia (nomy): aturan• Otonomi: mengatur diri sendiri• Dalam pemerintahan:
– Pelimpaham sebagian kewenangan, tugas, kewajiban dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
PERKEMBANGAN OTONOMI• 1903: Desentralisasi Wet: Dh Swapraja• 1945: UU No 1/1945: penekanan pd dekonsentrasi. Komite
Nasional Daerah diangkat Pemerintah Pusat. KDH dipilih dr anggota Komite
• 1948: UU No 22/1948: Eksekutif ada di DPRD dan sehari2 dilaksanakan oleh DPD. KDH adalah Ketua DPD, diangkat oleh Pem Pusat dr calon usulan DPRD. KDH bisa diangkat dr Pamong Praja secara langsung
• 1957: UU No 1/1957: penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya) menimbulkan keresahan di kalangan Pamng Praja
• 1959: Penetapan Presiden No 6/1959: Pemda adalah KDH dan DPRD. KDH juga Ketua DPRD. BPH dipilih dr anggota DPRD dan membantu KDH debagai eksekutif
• 1965: UU No 18/1965: KDH tidak lagi sbg Ketua DPRD, penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya)
PERKEMBANGAN OTONOMI
• 1974: UU No 5/1974: desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Pemda adalah KDH dan DPRD
• 1999: UU No 22/1999: penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya).Legislatif: DPRD, Eksekutif: KDH. KDH diangkat, bertanggung jawab kpd dan diberhentikan oleh DPRD.
• 2004: UU No 32/2004
OTONOMI DAERAHUU NO. 32/2004
• Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
PRINSIP OTONOMI DAERAH(PENJELASAN UU 32/2004)
• Otonomi seluas-luasnya• Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab• Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat
• Menjamin keserasian hubungan antara Daerah dg Daerah lainnya, Daerah dg Pusat
• Memelihara dan menjaga keutuhan NKRI• Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan
fasilitasi
Pemberian Otonomi Luas diarahkan untuk:
• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat
• Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, serta keanekaragaman daerah
URUSAN WAJIB YANG MENJADI KEWENANGAN PEMDA PROVINSI
(UU NO. 32/2004)
Urusan dalam skala propinsi yang meliputi:a. Perencanaan dan pengendalian pembangunanb. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruangc. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakatd. Penyediaan sarana dan prasaranan umume. Penanganan bidang kesehatanf. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumberdaya
potensialg. Penanggulangan masalah sosial lintas`kabupaten/kotah. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas`kabupaten/kota
KEWENANGAN PEMDA PROVINSI (LANJUTAN)
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota
j. Pengendalian lingkungan hidupk. Pelayanan pertanahan termasuk lintas`kabupaten/kotal. Pelayanan kependudukan dan catatan sipilm. Pelayanan administrasi umum pemerintahann. Pelayann administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kotao. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum
dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kotap. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundangan
PEMBANGUNAN NASIONAL(UU 25/2004)
• Upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
• Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional (pasal 150 ayat (1)).
• Perencanaan pembangunan daerah disusun sesuai kewenangannya yang dilaksanakan oleh Bappeda (pasal 150 ayat (2)).
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
• Perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan (pasal 152 ayat (1))
• Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan (pasal 153)
Formulasi tujuan
Formulasi sasaran
Identifikasialternatif/Pilihan
Penilaian komparasi
Perencanaanimplementasi
Implementasi
Evaluasi
Pengumpulan danAnalisis data
Rencana yang dipublikasikan
Alur Perencanaan dan Penganggaran
RPJM Daerah
RPJP Daerah
RKP RPJM Nasional
RPJP Nasional
RKP Daerah
Renstra KL
Renja - KL
Renstra SKPD
Renja - SKPD
RAPBN
RAPBD
RKA-KL
RKA - SKPD
APBN
Rincian APBN
APBD
Rincian APBD
Diacu
Pedoman Dijabarkan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diperhatikan
Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diacu
Diacu
Diserasikan melalui Musrenbang
UU SPPN
Pe
me
r inta
h
Pu
sat
Pe
me
r inta
h
Da
era
h
UU KN
PENDEKATAN POLITIK
• Pemilihan Presiden dan Kepala Daerah dilihat sebagai proses perencanaan:– Rakyat memilih berdasarkan program
pembangunan yang ditawarkan calon• Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan calon pada saat kampanye
PENDEKATAN TEKNOKRATIK
• Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertanggung jawab
• Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan:– Ka Bappenas– Ka Bappeda
PENDEKATAN PARTISIPATIF
• Melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
• Untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki
PENDEKATAN TOP-DOWN N BOTTOM-UP
• Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan• Penyelarasan proses melalui Musrenbang• Musrenbang:
– Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan daerahDari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan Nasional
Human Development Report 2006 (UNDP) NEGARA
HARAPAN HIDUP
(TAHUN)
TINGKAT MELEK
HURUF (%)
ANGKA PARTISI-PASI
SEKOLAH GABUNGAN (%)
PDB PER KAPITA
(PPP US $)HDI 2006 RANGKING
(174 NEGARA)
High Human Development
NORWEGIA 79,6 99,0 100 38.454 0,965 1
USA 77,5 99,0 93 39,676 0,948 8
JEPANG 82,2 99,0 85 29.251 0,949 7
SINGAPURA 78,9 92,5 87 28,077 0,916 25
BRUNEI 76,6 92,7 77 19.210 0,871 34
MALAYSIA 73,4 88,7 73 10,276 0,805 61
LIBIYA 73,8 82 94 7.57 0,798 64
THAILAND 70,3 92,6 74 8.090 0,784 74
PHILIPINA 70,7 92,6 82 4.614 0,763 84
INDONESIA 67,2 90,4 68 3.609 0,711 108
VIETNAM 70,8 90,3 63 2.745 0,709 109
KAMBOJA 56,5 73,6 60 2.423 0,583 129
MYANMAR 60,5 89,9 49 1.027 0,581 130
LAOS 55,1 68,7 61 1.954 0,553 133
Low Human Development
TOGO 54,5 53,2 55 1.536 0,495 147
Medium Human development
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)30 PROPINSI DI INDONESIA SESUAI IHDR 2004
NO PROPINSIANGKA
HARAPAN HIDUP (TH)
ANGKA MELEK HURUF DEWASA
(%)
RATA-RATA LAMA SEKOLAH
(TH)
PENGELUARAN PER KAPITA
(RIBU RUPIAH)NILAI IPM RANGKING
1 DKI Jakarta 72,3 92,2 10,4 616,9 0,756 12 Sulawesi Utara 70,9 98,8 8,6 587,9 0,713 23 Daerah Istimewa Yogyakarta 72,4 85,9 8,1 611,3 0,708 34 Kalimantan Timur 69,4 95,2 8,5 591,6 0,700 45 Riau 68,1 96,5 8,3 588,3 0,691 56 Kalimantan Tengah 69,4 96,4 7,6 585,8 0,691 67 Sumatera Utara 67,3 96,1 8,4 589,2 0,688 78 Sumatera Barat 66,1 95,1 8,0 589,0 0,675 89 Bali 70,0 84,2 7,6 596,3 0,675 9
10 Jambi 66,9 94,7 7,4 585,6 0,671 1011 Banten 62,4 93,8 7,9 608,7 0,666 1112 Maluku 65,5 96,3 8,0 576,3 0,665 1213 Jawa Tengah 68,9 85,7 6,5 594,2 0,663 1314 Bengkulu 65,4 93,0 7,6 586,6 0,662 1415 N A D 67,7 95,8 7,8 557,5 0,660 1516 Sumatera Selatan 65,7 94,1 7,1 582,9 0,660 1617 Jawa Barat 64,5 93,1 7,2 592,0 0,658 1718 Lampung 66,1 93,0 6,9 583,3 0,658 1819 Maluku Utara 63,0 95,8 8,4 583,4 0,658 1920 Bangka Belitung 65,6 91,7 6,6 588,2 0,654 2021 Sulawesi Selatan 68,6 83,5 6,8 586,7 0,653 2122 Sulawesi Tengah 63,3 93,3 7,3 580,2 0,644 2223 Kalimantan Selatan 61,3 93,3 7,0 596,2 0,643 2324 Gorontalo 64,2 95,2 6,5 573,3 0,641 2425 Jawa Timur 66,0 83,2 6,5 593,8 0,641 2526 Sulawesi Tenggara 65,1 88,2 7,3 577,9 0,641 2627 Kalimantan Barat 64,4 86,9 6,3 580,4 0,629 2728 N T T 63,8 84,1 6,0 563,1 0,603 2829 Papua 65,2 74,4 6,0 578,2 0,601 2930 N T B 59,3 77,8 5,8 583,1 0,578 30
INDONESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)20 KABUPATEN/KOTA TERPILIH DI INDONESIA SESUAI IHDR 2004
• NO KABUP ATEN KO TA
ANGKA HARAP AN HIDUP (TH)
ANGKA M ELEK HURUF DEW AS A
(%)
RATA-RATA LAM A S EKOLAH
(TH)
P ENGELUARAN P ER KAP ITA
(RIBU RUPIAH)NILAI IP M RANGKING
A 10 TERATAS
1 Ja ka rta Tim ur 72,5 98,5 10,9 614,1 0,760 12 Ja ka rta Se la ta n 71,7 98,3 10,7 619,1 0,757 23 Yogya ka rta 72,9 94,9 10,7 615,4 0,753 34 Ja ka rta Uta ra 72,2 98,2 9,8 616,7 0,751 45 Ja ka rta Ba ra t 72,3 97,9 10,0 614,4 0,750 56 De npa sa r 72,4 94,7 10,7 614,2 0,749 67 Ja ka rta Pusa t 70,7 98,1 10,5 617,2 0,748 78 M a na do 71,5 99,8 10,9 595,5 0,742 89 P a la ngka ra ya 72,9 98,8 10,5 591,4 0,742 9
10 P e m a nta ng S ia nta r 70,9 98,7 10,3 606,9 0,741 10
B 10 TERBAW AH
11 S um e ne p 61,2 69,6 4,1 592,5 0,565 33212 S itobondo 61,5 66,6 4,5 590,6 0,562 33313 Lom bok Tim ur 57,7 75,5 5,5 582,3 0,561 33414 Lom bok Ba ra t 57,9 72,9 5,0 577,8 0,550 33515 Bondow oso 59,0 65,3 4,7 583,3 0,541 33616 Na bire 66,1 75,5 5,0 499,1 0,541 33717 Lom bok Te nga h 57,5 68,1 4,8 583,3 0,539 33818 S um ba Ba ra t 62,4 71,6 5,3 526,0 0,534 33919 S a m pa ng 57,5 56,2 2,9 580,0 0,497 34020 Ja ya w ija ya 64,7 32,0 2,2 570,2 0,470 341
INDO NESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658
SASARAN KEEMPAT adalah meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dengan menyelenggarakan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah yang baik.
PRIORITAS• REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
– Penataan Peraturan Perundang-undangan Sinkronisasi dan Harmonisasi Undang-undang Sektoral dan Daerah
– Peningkatan Profesionalisme Aparat Pemerintah Daerah Aparat Pemda sebagai Pelayan Masyarakat yang Profesional
– Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah Kelembagaan yang Efektif dan Efisien dengan Manajemen Modern
– Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah Kemandirian Daerah dalam Pendanaan Pembangunan
– Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Peran Provinsi dan Kerjasama Antar Daerah, terutama Daerah
perbatasan– Penataan Daerah Otonomi
Terhadap keinginan pembentukan Daerah Otonomi baru
AGENDA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATISAGENDA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
• PENGURANGAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAERAH– Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan khususnya di luar Jawa
Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Peningkatan kerjasama ekonomi sub-regional Peningkatan kerjasama antar daerah.
– Pengembangan Kawasan Tertinggal Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi dengan menerapkan
skim seperti subsidi keperintisan, dan lain-lain Peningkatan keterkaitan kegitan ekonomi di wilayah tertinggal
dengan pusat pertumbuhan.
– Pengembangan Perkotaan Peningkatan peran dan fungsi kota menengah dan kecil, terutama di
luar Jawa sebagai penghela pertumbuhan wilayah; Pengendalian pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan.
AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SASARAN KEDUA adalah berkurangnya kesenjangan pembangunan
– Pengembangan Wilayah Perbatasan Fasilitasi pemda agar wilayah perbatasan menjadi
beranda depan Pengamanan wilayah perbatasan dari kegiatan illegal Pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat
pertumbuhan
– Pemulihan Kawasan Konflik Rehabilitasi sarana dan prasarana sosial ekonomi Percepatan proses rekonsiliasi
– Penataan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan keseimbangan pembangunan antar fungsi;
– Pengelolaan Pertanahan Penegakan hukum yang adil dan transparan Pembuatan peta dasar dan pembangunan sistem
pendaftaran tanah Pengembangan sistem informasi pertanahan
• PEMBANGUNAN PERDESAAN– Dengan lintas program yang dilaksanakan di kawasan
perdesaan untuk: meningkatkan kegiatan ekonomi di perdesaan antara
lain melalui pengembangan agribisnis dan KUKM di perdesaan;
meningkatkan sarana dan prasarana perdesaan, antara lain mencakup pengembangan jaringan irigasi, pembangunan jalan dan jembatan, pelayanan air minum, serta listrik perdesaan;
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perdesaan melalui program pendidikan, kesehatan, dan keluarga berencana;
meningkatkan pengelolaan pertanahan dan tata ruang di perdesaan;
meningkatkan perlindungan sumber daya alam dari kegiatan pemanfaatan yang tidak terkendali dan eksploitatif di perdesaan, terutama kawasan-kawasan konservasi dan kawasan lain yang rentan terhadap kerusakan.