Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan hasil gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
Bursa Efek Surabaya (BES). Keduanya digabungkan demi efektivitas operasional dan transaksi
dengan Bursa Efek Indonesia sebagai pasar saham dan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi
dan derivatif. Lembaga yang terlibat dalam pasar modal di Indonesia adalah BEI, dimana menurut
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal disebutkan
bahwa bursa efek adalah suatu pertemuan termasuk suatu sistem elektronik tanpa tempat
pertemuan yang diorganisasikan dan digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan penawaran
jual beli atau perdagangan efek.
Bursa Efek Indonesia mencatat perusahaan publik listed yang pengelompokannya dibagi
menjadi tiga sektor, yaitu sektor utama industri penghasil bahan baku, sektor kedua industri
manufaktur, dan sektor ketiga industri jasa. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
aktivitas utamanya adalah mengolah bahan baku hingga menjadi barang setengah jadi dan atau
barang jadi untuk kemudian langsung dijual kepada konsumen ataupun digunakan untuk
pembuatan produk lain yang lebih kompleks.
Industri manufaktur terdiri dari tiga sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor
aneka industri, dan industri barang konsumsi. Sektor industri barang konsumsi terdiri dari
beberapa sub-sektor, yaitu makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan keperluan rumah
tangga, peralatan rumah tangga, dan lainnya (www.sahamok.com). Makanan dan minuman adalah
sub-sektor yang digunakan dalam penelitian ini.
Perusahaan publik yang telah mecatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI) telah
dikategorikan menjadi 9 sektor, yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
disebut sebagai JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Clasification). Pengkategorian ini
sebagai alat bagi para investor untuk membuat sebuah keputusan investasi (www.sahamok.com).
Sektor utama dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu sektor industri penghasil bahan baku atau
industri pengelola sumber daya alam, yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan.
Sektor kedua dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu sektor industri manufaktur yang tugasnya
untuk merubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual, yaitu terdiri dari sektor
industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Sektor ketiga
dari Bursa Efek Indonesia yaitu sektor jasa, yang terdiri dari sektor properti dan konstruksi
bangunan, sektor infrastruktur dan transportasi, sektor keuangan, sektor perdagangan serta jasa
dan investasi. Berikut ini grafik diagram yang menunjukkan besarnya kapitalisasi pasar pada tahun
2013-2016 dari beberapa sektor yang ada di Indonesia, yaitu:
Dari
grafik diatas dapat dilihat perbandingan kapitalisasi pasar antara sektor pertanian, pertambangan,
industri dasar dan kimia, aneka industri, dan barang dan konsumsi pada periode tahun 2013-2016.
Dalam grafik tersebut menunjukan bahwa kapitalisasi pasar terbesar terdapat pada sektor barang
dan konsumsi. Pada tahun 2013 kapitalisasi pasar sebesar Rp856.850; tahun 2014 kapitalisasi
pasar sebesar Rp1.014.801; tahun 2015 kapitalisasi pasar sebesar Rp1.129.447; tahun 2016
kapitalisasi
pasar sebesar
Rp1.285.281.
Penelitian ini akan menggunakan sektor industri kedua yaitu sektor industri manufaktur.
Didalam Industri manufaktur sendiri terdapat 3 sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor
aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Sedangkan untuk sektor aneka industri terdiri
dari subsektor mesin dan alat berat, subsektor otomoif dan komponennya, subsektor tekstil dan
garmen, subsektor alas kaki, subsektor kabel, subsektor elektronika, dan subsektor lainnya yang
terdapat pada industri manufaktur. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun
tentang Perindustrian, menyatakan bahwa industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
Pertanian Pertambangan Industri Dasar danKimia
Aneka Industri Barang danKonsumsi
2013 2014 2015 2016
Sumber: idx.co.id, data diolah oleh penulis (2018)
Gambar 1.1 Perbandingan Kapitalisasi Pasar Tahun 2013-2016
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan baran jadi yang dapat menjadi
barang dengan memiliki nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya baik dalam kegiatan bangun
dan perekayasaan industri. Dengan terbuktinya semakin banyak sektor industri manufaktur yang
melakukan IPO (Initial Public Offering) berupa penjualan pertama saham umumnya dalam sebuah
perusahaan kepada pada investor umum. Hingga tahun 2017 sektor industri manufaktur yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 56 perusahaan, dimana untuk sektor
makanan dan minuman terdiri dari 18 perusahaan (www.sahamok.com). Dengan demikian sektor
barang dan konsumsi dipilih oleh penulis karena nilai kapitalisasi pasar yang lebih besar
dibandingkan dengan sektor lain dan selalu meningkat dari tahun ke tahunnya. Berikut ini adalah
daftar nama-nama pada perusahan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yaitu:
Tabel 1.1 Daftar Nama Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI
NO Kode Nama Perusahaan
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
3 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
4 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
5 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
6 DLTA Delta Djakarta Tbk
7 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
11 MYOR Mayora Indah Tbk
12 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk
13 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
14 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
15 SKBM Sekar Bumi Tbk
16 SKLT Sekar Laut Tbk
17 STTP Siantar Top Tbk
(bersambung)
18 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company
Sumber: Saham OK, data diolah oleh penulis (2018)
1.2 Latar Belakang Masalah
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak
untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak
bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut
berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Untuk dapat mewujudkan suatu kesejahteraan yang merata bagi masyarakat Indonesia maupun
standar hidup yang layak, maka pemerintah melakukan kebijakan dengan strategi khusus yang
dapat meningkatkan pendapatan negara. Dalam hal ini pemerintah melakukan kebijakan dalam
pemungutan pajak terhadap masyarakat di Indonesia yang memiliki peran yang cukup besar bagi
Negara dalam hal pembangunan (www.pajak.go.id).
Pemerintah menjadikan pajak sebagai sumber penerimaan terbesar untuk APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Dari tahun ke tahun pajak akan mengalami
peningkatan berupa Peningkatan realiasasi penerimaan pajak dan komposisi pajak dalam APBN
dapat dilihat pada tabel 1.2 yang menjelaskan tentang realisasi penerimaan pajak dalam APBN
tahun 2013-2016.
Tabel 1.2
Pendapatan Negara dan Penerimaan Pajak APBN Tahun 2013-2016
(dalam triliun rupiah)
Uraian 2013 2014 2015 2016
Pendapatan
Negara
1.438,9 1.550,5 1.761,6 1.786,2
(sambungan)
Penerimaan
Pajak
1.077,3 1.146,9 1.240,3 1.286
Persentase 74,8% 73,93% 70,41% 72%
Sumber: www.kemenkeu.go.id data telah diolah oleh penulis (2018)
Berdasarkan tabel 1.2 dari tahun 2013 sampai dengan 2016 penerimaan pajak dalam APBN
setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini menunjukan seberapa pentingnya pajak sebagai sumber
pemasukan negara. Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak yang memiliki kewajiban dan
mempunyai tanggung jawab untuk membayar pajaknya. Namun, bagi perusahaan sendiri pajak
dijadikan sebagai salah satu beban yang dapat mengurangi jumlah laba bersih perusahaan. Hal ini
menyebabkan perusahaan-perusahaan akan mencari cara untuk mengurangi beban atau biaya pajak
tersebut.
Menurut Mardiasmo (2016: 9), self assessment system adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Dengan dilakukannya sistem ini khususnya berkaitan dengan
peningkatan dalam hal keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi masyarakat wajib pajak,
sehingga masyarakat wajib pajak mampu melaksanakan hak dan kewajibannya dalam perpajakan
dengan lebih baik lagi. Selain itu self assessment system dilakukan untuk menuntut agar para wajib
pajak memiliki perubahan sikap terhadap pembayaran pajak secara sukarela. Namun dengan
adanya sistem tersebut terdapat kendala yang menghambat pemungutan pajak yaitu kepatuhan
wajib pajak untuk membayar pajak. Selain itu hambatan tersebut dapat terjadi akibat perlawanan
pasif karena masyarakat yang tidak terlalu mengerti dengan sistem perpajakan. Kemudian terjadi
juga perlawanan aktif yang dilakukan wajib pajak dengan tujuan menghindari pajak, kendala
tersebut dapat berupa penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion).
Menurut Mardiasmo (2016:11), penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan suatu
usaha yang dilakukan untuk meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang
yang berlaku Hal tersebut merupakan suatu hambatan yang mempersulit dalam pemungutan pajak.
Dalam hal ini untuk mengurangi berbagai praktik dalam penghindaran pajak maka didalam suatu
perusahaan diperlukan memiliki tata kelola yang baik, di dalam perusahaan harus dapat
menerapkan konsep maupun prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu transparansi
(transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi
(independency), dan kewajaran dan kesetaraan (fairness) (www.knkg-indonesia.org). Penerapan
corporate governance tersebut akan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dalam perpajakan
yang akan digunakan oleh perusahaan.
Selain itu pemerintah juga melakukan optimalisasi perpajakan dalam rangka peningkatan
penerimaan perpajakan, melalui perbaikan basis data pajak sebagai hasil program tax amnesty
(www.kemenkeu.go.id). Pengampunan pajak (tax amnesty) merupakan suatu kesempatan berbatas
waktu pada kelompok wajib pajak tertentu untuk membayar pajak dengan jumlah tertentu sebagai
pengampunan atas kewajiban membayar pajak (termasuk dihapuskannya bunga dan denda) yang
berkaitan dengan masa pajak sebelumnya tanpa takut penuntutan pidana (Hunurrosyidah, 2017).
Kebijakan tax amnesty ini tidak hanya ditujukan pada dana yang disimpan di luar negeri namun
juga diberlakukan bagi semua wajib pajak yang ada di Indonesia. Kebijakan tax amnesty ini
merupakan suatu upaya sistem perpajakan guna dapat meningkatkan penerimaan pajak tanpa harus
menambahkan beban, baik pada jenis pajak baru maupun persentase pajak yang sudah ada kepada
masyarakat. Selain untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah juga mengalami hambatan
yang terjadi akibat perlawanan pasif, karena masyarakat yang tidak melakukan pembayaran yang
disebabkan sistem perpajakan yang sulit dipahami oleh masyarakat. Kemudian terjadi juga adanya
perlawanan aktif yang disebabkan karena perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak dengan
tujuan untuk menghindari pajak, kendala ini dapat berupa penghindaran pajak (tax avoidance )
dan penggelapan pajak (tax evasion).
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang berlaku (Mardiasmo,
2016:11). Penghindaran pajak mengacu terhadap pengurangan dalam pembayaran pajak seacara
legal, misalnya melalui celah-celah pada peraturan perpajakan yang ada. Namun berbeda halnya
dengan penggelapan pajak (tax evasion) yang mengacu terhadap penghindaran pajak secara ilegal,
misalnya dengan melaporakan pendapatan yang tidak benar ataupun melakukan pengurangan
pendapatan yang tinggi. Penghindaran pajak merupakan suatu tindakan yang sah secara hukum
serta moral terkait dengan penghematan diaspek pembayaran pajak, dengan kata lain penghindaran
pajak merupakan suatu tindakan yang dilakukan wajib pajak untuk upaya efisiensi beban pajak.
Fenomena yang terjadi di Indonesia mengenai penghidaran pajak salah satunya adalah
yang terjadi pada salah satu perusahaan dalam kelompok Coca-Cola Company, yakni PT Coca-
Cola Indonesia (CCI). PT CCI diduga mengakali pajak sehingga menimbulkan kekurangan
pembayaran pajak senilai Rp 49,24 miliar. Kasus ini terjadi untuk tahun pajak 2002, 2003, 2004,
dan 2006. Hasil penelusuran Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Kementerian Keuangan
menemukan, ada pembengkakan biaya yang besar pada tahun itu. Beban biaya yang besar
menyebabkan penghasilan kena pajak berkurang, sehingga setoran pajaknya pun mengecil. Beban
biaya itu antara lain untuk iklan dari rentang waktu tahun 2002-2006 dengan total sebesar
Rp566,84 miliar. Akibatnya, ada penurunan penghasilan kena pajak (www.kompas.com).
Berdasarkan fenomena tersebut penulis dapat menganalisis bahwa PT. Coca-Cola
Indonesia bermaksud untuk memperkecil beban pajak perusahaan.. Dimana dalam kasus ini PT
Coca-Cola Indonesia melakukan penggelembungan biaya iklan yang pada akhirnya akan
memperkecil jumlah pajak yang ditanggung perusahaan. Biaya yang besar akan menyebabkan
kecilnya laba yang diperoleh sehingga pajak yang dibayar pun akan lebih kecil.
Fenomena yang kedua adalah kasus yang terjadi pada Starbucks di Inggris yang melakukan
penghindaran pajak. Terbongkarnya skandal penghindaran pajak oleh Starbucks di Inggris
membuktikan ada upaya-upaya masif oleh perusahaan untuk menurunkan beban pajak perusahaan.
Selama periode 2008-2010, Starbucks mengalami kerugian atas operasi perusahaan di Inggris.
Namun, hasil investigasi kantor berita Reuters menunjukan bahwa keuntungan penjualan
Starbucks di Inggris selama periode tersebut mencapai 1,2 milyar poundsterling. Berbagai upaya
dilakukan oleh Starbucks untuk mengaku rugi di Inggris sehingga perusahaan tersebut bebas dari
kewajiban pajaknya. Mulai dari biaya lisensi atas desain, resep, atau logo Starbucks ke anak
perusahaan di Belanda, biaya pembelian biji kopi dari cabang di Swiss hingga biaya utang
antarcabang (www.gatra.com).
Dari fenomena di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kasus yang terjadi pada
Starbucks di Inggris yaitu starbuck melakukan berbagai cara agar mampu menurunkan beban pajak
sehingga mendapatkan keuntungan yang besar.
Terdapat berbagai faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap tax avoidance
diantaranya audit tenur, komite audit, dan ukuran perusahaan yang nantinya akan berkaitan dengan
variabel X dan Y pada penelitian yang akan di laksanakan. Variabel tersebut memang sudah
banyak ditemukan di dalam beberapa penelitian oleh para peneliti sebelumnya, namun penelitian
terdahulu masih menunjukkan variasi dalam hasil penelitian dan menunjukkan inkonsistensi.
Sebuah perusahaan akan memiliki hubungan atau kontrak kerja dengan auditor untuk
mengaudit perusahaan tersebut. Kontrak kerja yang mengikat antara auditor dan perusahaan
sebagai kliennya disebut dengan audit tenur dimana bertugas dalam menjalankan kewajibannya
masing-masing. Audit tenur merupakan jangka waktu atau lamanya kontrak kerja antara auditor
dengan klien, dalam hal ini yaitu Kantor Akuntan Publik dan perusahaan. Kontrak kerja yang lama
antara auditor dan perusahaan klien memungkinkan hubungan yang semakin kuat antar keduanya,
sehingga dapat menurunkan kualitas audit. Hal ini menyebabkan adanya kewajiban perputaran
audit di beberapa negara. (Fernando et al., 2010). Peraturan Menteri Keuangan No.
17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik dapat
memberikan jasa audit paling lama enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan
publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Kualitas audit akan meningkat selama lima
tahun pertama dan akan menurun setelah lima tahun pertama (Belén González et al., 2015)
Penelitian yang dilakukan oleh Jeong (2013) dan Serafat dan Barzegar (2015)
menunjukkan bahwa audit tenur berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Sementara penelitian
yang dilakukan oleh Suyadna dan Supadmi (2017) menyatakan bahwa audit tenur tidak
berpengaruh dalam tax avoidance.
Komite audit merupakan komponen penting yang harus ada pada perusahaan yang terdaftar
Bursa Efek Indonesia, oleh karena itu Bursa Efek Indonesia mengharuskan membentuk dan
memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris independen. Komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, dimana anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh
dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan. Perusahaan
yang memiliki komite audit yang tinggi akan meningkatkan kualitas good corporate governance
didalam perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pengawasan internal perusahaan dan dapat
memperkecil aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance) (Winata, 2014). Keberadaan komite
audit diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengawasan internal yang pada akhirnya ditujukan
untuk memberikan perlindungan kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Menurut penelitian sebelumnya komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Suardana (2014) bahwa komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan penelitian lain mengungkapkan bahwa komite
audit tidak berpengaruh pada tax avoidance (Swingly dan Sukartha, 2015).
Dalam suatu perusahaan ukuran perusahaan sangatlah penting. Ukuran perusahaan
merupakan skala yang dapat mengklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aset, penjualan, kapitalisasi pasar, ukuran perusahaan, dan lain-lain. Semakin
besar perusahaan maka semakin besar jumlah aset yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan
total aset perusahaan untuk melihat ukuran perusahaan. Proksi total aset sebagai variabel
pengukuran ini dipilih dikarenakan total aset lebih stabil dalam menunjukkan ukuran perusahaan
dibandingkan dengan kapitalisasi pasar yang sangat dipengaruhi oleh demand dan supply (Vintilă
& Gherghina, 2013). Dalam melakukan tax planning untuk upaya menekan beban pajak seminim
mungkin yaitu dengan cara memanfaatkan penyusutan dan amortisasi yang timbul dari
pengeluaran untuk memperoleh aset tersebut karena beban penyusutan dan amortisasi dapat
digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewinta dan Setiawan (2016) dan Sari et al. (2016)
menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal
yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa et al. (2017) dan
Nurfadilah et al. (2016) bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan uraian sebelumnya, adanya inkonsistensi hasil dari berbagai penelitian
terdahulu mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak dan juga
berdasarkan fenomena terhadap penghindaran pajak yang telah dibahas, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang terkait pengaruhnya terhadap tax
avoidance. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Audit Tenur,
Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2016”.
1.3 Perumusan Masalah
Banyak upaya yang dilakukan perusahaan agar laba yang diperoleh besar dan risiko yang
ditimbulkan sedikit, salah satunya adalah dengan melakukan penghindaran pajak. Penghindaran
Pajak (tax avoidance) merupakan upaya yang dilakukan wajib pajak untuk dapat mengurangi
pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Namun demikian, praktik
penghindaran laba tidak sesuai dengan semangat undang-undang karena dapat menyebabkan
berkurangnya pendapatan negara yang berasal dari pajak, bahkan menyebabkan kerugian negara
setiap tahunnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak pun masih belum dipahami secara
baik dan masih terus dikaji. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibuktikan beberapa faktor
yang dapat menjadi penyebab terjadinya penghindaran pajak, yaitu audit tenur, komite audit, dan
ukuran perusahaan.
Semakin lama perusahaan di audit oleh KAP yang baik maka akan memperkecil
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Namun disini lama auditor dan KAP harus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang seudah menentukan jangka waktu bagi auditor
dan KAP mengaudit suatu perusahaan.
Semakin tinggi keberadaan komite audit dalam perusahaan akan meningkatkan kualitas
corporate governance di dalam perusahaan, sehingga akan memperkecil kemungkinan praktik
penghindaran pajak yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki
komite audit akan lebih bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan
karena komite audit akan memonitor segala kegiatan yang berlangsung di dalam perusahaan (Dewi
dan Jati, 2014).
Dalam mengetahui praktik penghindaran pajak pada suatu perusahaan dibutuhkan juga
faktor ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin rendah
penghindaran pajak, hal ini dikarenakan semakin tinggi aset perusahaan membuat semakin rendah
penghindaran pajak yang dilakukan yang menunjukkan bahwa total Book Tax Different bukan
upaya penghematan pajak tetapi bisa saja lebih kepada upaya pengaturan laba yang bersifat
oportunis sehingga perusahaan yang besar cenderung tidak melakukan penghindaran pajak
dikarenakan semakin besar suatu perusahaan semakin menjadi sorotan aparat pajak (Kurniasih dan
Sari, 2013).
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana audit tenur, komite audit, ukuran perusahaan, dan tax avoidance pada perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan audit tenur, komite audit, ukuran perusahaan
terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial audit tenur terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial komite audit terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
5. Apakah terdapat pengaruh secara parsial ukuran perusahaan terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan audit tenur, komite audit, ukuran perusahaan, dan tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016.
2. Untuk mengetahui pengaruh audit tenur, komite audit, ukuran perusahaan terhadap tax
avoidance secara simultan pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh audit tenur secara parsial terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016.
4. Untuk mengetahui pengaruh komite audit secara parsial terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016.
5. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan secara parsial terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
Manfaat dari aspek teoritis yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai audit tenur, komite audit,
ukuran perusahaan, dan tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI.
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber referensi dan sumber pustaka untuk
penelitian selanjutnya.
1.6.2 Aspek Praktis
Manfaat dari aspek praktis yang ingin dicapai penulis dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat perusahaan untuk tetap tertib membayar pajak
sesuai dengan peraturan perpajakan yang sudah di tetapkan.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para investor untuk memahami penghindaran
pajak yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
3. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam pembuatan peraturan
agar mampu meminimalisir penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan
objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman
untuk mengetahui bagaimana audit tenur, komite audit, ukuran perusahaan di perusahaan tersebut.
1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan periode 2013-2016 pada perusahaan manufaktur
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
menggunakan laporan keuangan tahunan.
1.7.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (variabel dependen) dan empat variabel
bebas (variabel independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Dalam
penelitian ini variabel independen yang mungkin mempengaruhi penghindaran pajak antara lain
adalah audit tenur, komite audit dan ukuran perusahaan. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh
baik secara simultan maupun parsial faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi perataan laba.
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang saling berkaitan, sehingga
pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan atas permasalahan yang diangkat, yang terdiri dari
beberapa sub – bab. Secara garis besar, sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang
menjelaskan fenomena yang menjadi isu penting sehindda layak untuk diteliti, perumusan masalah
yang mengidentifikasi masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis, ruang
lingkup penelitian dan sistematika penulisan secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi dasar acuan, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan,
identifikasi variabel independen (audit tenur, komite audit, ukuran perusahaan) dan variabel
dependen (penghindaran pajak), definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber
data (populasi dan sampel) serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis
model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai variabel independen dan variabel dependen.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini membahas tentang beberapa kesimpulan dan saran yang ditujukan kepada berbagai
pihak yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan, sehingga diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.