Upload
phamtuong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bentanglahan volkanik mempunyai potensi sumberdaya alam dan bencana.
Potensi sumbedaya alam bentanglahan volkanik salah satunya tanah yang subur dan
lebih produktif dibandingkan tanah-tanah yang lain (Sukarman, dkk., 2014). Tanah
yang subur membuat bentanglahan volkanik mempunyai penutup lahan yang
bervariasi. Jenispenutup mempengaruhi kandungan karbon di biomassa dan tanah.
Monitoring dan perhitungan cadangan karbon pada biomassa dan tanah
diperlukan untuk melakukan analisis perubahan iklim. Peningkatan konsentrasi
karbondioksida (CO2) akibat pelepasan karbon dari biomassa dan tanah dapat
menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Salah satu cara mengurangi emisi CO2
di udara dengan mempertahankan kandungan karbon di dalam biomassa dan tanah.
Karbon (C) tersimpan dan diukur di daratan dalam 3 komponen pokok, yaitu:
biomassa, nekromassa, dan bahan organik tanah (Hairiah, dkk., 2011). Penelitian
menfokuskan pada pengukuran karbon organik yang tersimpan di dalam tanah.
Distribusi spasial karbon organik tanah menunjukkan distribusi nilai
cadangan karbon pada suatu daerah. Karbon organik tanah berasal dari dekomposisi
biomassa dan nekromassa dari vegetasi. Daerah yang mempunyai biomassa dan
nekromassa yang banyak akan mempunyai nilai karbon organik tanah yang tinggi.
Distribusi spasial karbon organik tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan
fisik dan aktivitas manusia. Faktor lingkungan pengontrol variabilitas spasial
karbon organik tanah, yaitu: tipe tanah, penggunaan lahan, topografi (Hoffman,
dkk., 2014), vegetasi dan iklim (Esteban, dkk., 2000). Proses eksogenik seperti
erosi, aliran permukaan/erosi (Wicaksono, 2012), dan longsor juga mempengaruhi
distribusi karbon organik tanah (Dewi, 2011). Karbon organik tanah berasal dari
dekomposisi sisa vegetasi yang sudah mati di tanah. Persebaran vegetasi menjadi
faktor penting yang mempangaruhi variabilitas spasial karbon organik tanah.
Aktivitas pengolahan lahan oleh manusia mempengaruhi kondisi penutup lahan,
sehingga mempengaruhi biomassa, nekromassa, dan karbon organik tanah. Lahan
yang sudah diolah manusia mempunyai cadangan biomassa, nekromassa, dan
karbon organik tanah yang lebih rendah dibandingkan lahan yang belum diolah.
2
Faktor lingkungan pengontrol varibilitas spasial karbon organik tanah
memiliki kemiripan dengan karakteristik bentuklahan. Bentuklahan
menggambarkan karakteristik relief, bahan penutup permukaan, batuan dasar, dan
intensitas proses geomorfologi yang mempengaruhi persebaran tanah dan vegetasi
(Sartohadi, dkk., 2014). Penelitian bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan
bentuklahan dan penutup lahan sebagai faktor lingkungan pengotrol variabilitas
spasial karbon organik tanah di kompleks Gunungapi Ijen. Penelitian juga bertujuan
untuk menghitung kandungan karbon organik total di DAS Bendo. Batas penelitian
yang digunakan adalah DAS Bendo. Daerah aliran sungai Bendo berada di lereng
tenggarakompleksGunungapi Ijen.
Daerah aliran sungai berdasarkan karakteristik geomorfologi dan aspek
biogeofisik dibagi menjadi wilayah hulu, tengah, dan hilir (Asdak, 2002 dan
Charlton, 2008). Wilayah hulu, tengah, dan hilir mempunyai karakteristik
bentuklahan dan penutup lahan yang berbeda-beda. Karakteristik geomorfologi dan
aspek biogeofisik di DAS akan mempengaruhi distribusi spasial karbon organik
tanah.
1.2.Rumusan Masalah
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendo memiliki variasi bentuklahan dan
penutup lahan. Hulu DAS Bendo merupakan kawasan CA/TMWA Kawah Ijen dan
hutan lindung, sedangkan hilir DAS Bendo merupakan kawasan pertanian,
permukiman, dan perkebunan. Persebaran penutup lahan di DAS Bendo
dipengaruhi oleh karakteristik bentuklahan, sehingga mempengaruhi variabilitas
spasial karbon organik tanah di DAS Bendo. Daerah dengan nilai karbon organik
tanah tinggi mengindikasikan kandungan karbon biomassa dan nekromassa yang
tinggi pula. Daerah dengankandungan karbon tinggi harus dilestarikan agar tidak
meningkatkan konsentrasi karbondioksida (CO2).
Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka permasalahan penelitan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. apa karbon organik tanah berbebeda-beda pada setiap satuan
bentuklahan DAS Bendo?
2. apa karbon organik tanah berbebeda-beda pada setiap penutup lahan
di DAS Bendo?
3
3. berapa kandungankarbon organik tanah total di DAS Bendo?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. mendeskripsikan pengaruh perbedaan satuan bentuklahan terhadap
variabilitas spasial karbon organik tanah di DAS Bendo,
2. mendeskripsikan pengaruh perbedaan penutup lahan terhadap
variabilitas spasial karbon organik tanah di DAS Bendo,
3. menghitung kandungan karbon organik tanah total di DAS Bendo.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat utama penelitian untuk mengetahui variabilitas spasial karbon
organik tanah di DAS Bendo. Secara teoritis penelitian akan menggambarkan
variabiltas spasial karbon organik tanah yang dipengaruhi oleh bentuklahan dan
penutup lahan di DAS Bendo. Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa
karakteristik bentuklahan dan jenis penutup lahan mempengaruhi distribusi spasial
karbon organik tanah.Penelitian juga dapat menunjukkan jumlah karbon organik
tanah yang tersimpan dan varibilitas spasialnya di DAS Bendo.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat praktis terkait
dengan pengelolaan DAS Bendo. Jumlah karbon yang tersimpan di dalam DAS
Bendo perlu dihitung untuk monitoring emisi karbon. Manfaat lainnya dapat
digunakan sebagai pertimbangan pemanfaatan lahan di DAS Bendo. Penutup lahan
dengan simpanan karbon organik tanah tinggi perlu dilestarikan, sehingga
mendukung pengurangan emisi karbondioksida (CO2) global. Pemanfaatan lahan
yang tidak memperhatikan potensi serapan karbon dapat mengurangi penyimpanan
karbon dan meningkatkan emisi CO2 global.
1.5.Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1. Siklus Karbon
Siklus karbon terjadi di atmosfer, laut, dan daratan. Atmosfer, laut, dan
daratan berfungsi sebagai reservoir karbon. Karbon (C) di udara terdapat dalam
bentuk gas CO2. Siklus alami karbon terjadi karena C terlepas menjadi CO2,
kemudian diuraikan oleh tumbuhan menjadi C dan O2. Proses pelepasan dan
penguraian C terjadi secara terus menerus, sehingga disebut siklus karbon
(Suprianto dan Solihat, 2012).
4
Reservoir karbon di atmosfer dipengaruhi oleh karbon yang terlepaskan dari
laut dan daratan.Tanah menyimpan 1500 dari 2000 Pg karbon yang terdapat di
daratan (Bruce, dkk., 2007). Karbon di dalam tanah akan terlepaskan melalui
pembakaran dan tersimpan menjadi karbon organik tanah.
1.5.2. Peran Fotosintesis dalam Siklus Karbon
Tumbuhan berperan menyerap karbondioksida di udara melalui fotosintesis.
Perubahan serta pergerakan utama CO2 dan O2 secara alami dipengaruhi oleh
fotosintesis serta respirasi. Fotosintesis oleh tumbuhan menyerap CO2 di udara.
Sementara itu respirasi oleh tumbuhan mengeluarkan O2. Proses penyerapan CO2
dan pelepasan O2 di atmosfer dalam skala global akan seimbang (Wahyono, 2011).
Fotosintesis mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, protein, dan
lemak. Karbondioksida mengalami proses penimbunan karbon (C) dalam biomassa
tumbuhan. Biomassa didefinisikan sebagai massa pada bagian vegetasi yang masih
hidup yaitu seperti tajuk pohon, tumbuhan bawah, ataupun gulma, (Nadapdap, dkk.,
2013). Biomassa tumbuhan di alirkan ke organisme lain melalui rantai makanan.
Karbon dalam biomassa tumbuhan dapat langsung kembali ke atmosfer
melalui respirasi atau terdekompsosisi. Karbon yang terdekomposisi tersimpan di
dalam tanah menjadi bahan organik tanah. Karbon hasil fotosintesis merupakan
sumber utama bahan organik tanah (Sutanto, 2005).Bahan organik tanah
merupakan sumber utama karbon organik tanah.
1.5.3. Tanah dan Bahan Organik Tanah
Tanah hampir menutupi seluruh permukaan bumi. Tanah adalah tubuh alam
gembur di permukaan bumi yang mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia,
biologi, serta morfologi yang khas dipengaruhi oleh proses pembentukannya
(Sartohadi, dkk., 2012). Tanah tersusun dari pencampuran komponen penyusun
tanah yang heterogen. Komposisi tanah yang ideal, yaitu: 20-30% udara, air 20-
30%, mineral 45%, dan 5% organik (Sutanto, 2005).
Bahan organik tanah berasal dari hasil proses dekomposisi sisa tanaman,
hewan, dan manusia yang ada di permukaan. Sumber bahan organik terbesar berasal
dari dekomposisi sisa vegetasi. Dekomposisi terjadi melalui proses pembakaran
ataupun proses oksidasi. Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut:
C4H + O2 CO2 +2H2O + Energi (Sartohadi, dkk., 2012).
5
Hasil dekomposisi kemudian menyatu dengan tanah. Bahan organik tanah
adalah sumber karbon organik tanah. Bahan organik tanah mengandung 45-60 %
karbon (C) (Sutanto, 2005). Bahan organik dihitung berdasarkan kandungan karbon
di dalam tanah. Tanah juga merupakan salah satu dari lima carbon pool.
Carbon pool digunakan untuk menghitung kandungan karbon di biomassa,
nekromassa, dan tanah. Carbon pool adalah reservoir atau subsistem yang
mempunyai kemampuan menyimpan dan atau membebaskan karbon (Hairiah, dkk.,
2011). Tanah merupakan carbon pool terbesar di reservoir daratan. Perhitungan
karbon pada carbon pool dapat memberikan informasi pelepasan dan penyerapan
karbondioksida di reservoir daratan.
1.5.4. Faktor Lingkungan Pengontrol Karbon Organik Tanah
Kandungan karbon organik tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Faktor lingkungan pengontrol variabilitas spasial karbon organik tanah, yaitu:
penggunaan lahan, topografi, bahan induk tanah, dan iklim (Queslati, dkk., 2013).
Proses-proses eksogenik juga mengontrol distribusi spasial karbon organik tanah.
a. Punutup Lahan dan Penggunaan Lahan
Penutup lahan merupakan karakteristik dari tutupan lahan di permukaan
bumi meliputi karakteristik fisik alami dan non alami. Berbeda dengan penggunaan
lahan yang dilihat dari pemanfaatkan lahan oleh manusia untuk tujuan tertentu
(Derek, dkk, 2013). Penggunaan lahan memiliki skala pemetaan yang lebih detail
daripada penutup lahan.
Penutup lahan menentukan kandungan karbon di dalam suatu wilayah.
Perbedaan penutup lahan mempengaruhi kandungan karbon. Vegetasi merupakan
sumber utama dari karbon organik tanah. Penutup lahan dengan vegetasi yang
banyak akan mempunyai kandungan karbon biomassa, nekromassa, dan tanah yang
tinggi.
b. Vegetasi dan Karbon Organik Tanah
Vegetasi mempengaruhidistribusi spasial kandungan karbon organik tanah.
Vegetasi merupakan sumber utama karbon organik tanah. Karbon organik tanah
berasal dari dekomposisi sisa vegetasi. Jenis, umur, pertumbuhan, dan kerapatan
vegetasi mempengaruhi proses dekomposisi. Tanah subur dan kondisi iklim yang
sesuai untuk pertumbuhan vegetasi akan meningkatkan potensi simpanan karbon
6
organik tanah. Karbon organik tanah berasal dari dekomposisi serasah dan
tumbuhan mati.
c. Topografi dan Karbon Organik Tanah
Topografi mempengaruhi distribusi spasial karbon organik tanah. Topografi
digambarkan dari ketinggian dan lereng. Kemiringan lereng mengontrol proses
eksogenik, seperti: erosi, aliran permukaan, dan longsor yang dapat
mentransportasikan karbon organik tanah (Dewi, 2011 dan Wicaksono, 2012).
Proses eksogenik mentransportasikan karbon organik tanah ke zona deposisi yang
landai atau cekung. Transportasi karbon organik tanah oleh proses ekogenik
membuat kandungan karbon organik tanah di daerah landau lebih besar
dibandingkan daerah yang miring.
Topografi mempengaruhi pola pemanfaatan lahan pada suatu daerah.
Ketinggian dan kemiringan lereng mempengaruhi kemampuan lahan yang
berpengaruh terhadapa pola pemanfaatan lahan. Daerah dengan kemiringan lereng
curam akan dimanfaatkan sebagai kawasan hutan penyangga. Daerah dengan
kemiringan lereng landai akan dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman dan
pertanian. Perbedaan karakteristik topografi mempengaruhi pola penutuplahan dan
secara langsung juga akan mempengaruhi kandungan karbon.
Suhu menurun seiring bertambahnya ketinggian pada daerah tropis. Setiap
kenaikan 100 mdpal suhu akan menurun 1 derajat °C. Suhu mengontrol
dokomposisi. Dekomposisi semakin cepat terjadi pada daerah yang mempunyai
suhu rendah. Reaksi dekomposisi akan meningkat dua kali lebih intensif setiap suhu
turun 8-9 °C dari rata-rata suhu tahunan (Bot dan Beneties, 2005).
1.5.6. Tanah dan Bentuklahan
Bentuklahan ditentukan oleh beberapa komponen yaitu: proses alam,
topografi, sturktur geologi, material batuan, ruang, dan waktu (Verstappen, 1983).
Bentuklahan dapat diklasifikasikan lagi menjadi satuan bentuklahan yang lebih
detail. Satuan bentuklahan diklasifikasikan berdasarkan relief, bahan penutup
permukaan, batuan dasar, dan intensitas proses geomorfologi (Sartohadi, dkk.,
2014).
Pembentukan tanah merupakan bagian intregal dari proses geomorfologi
yang terdapat pada bentuklahan (Birkeland, 1984). Berdasarkan pemahaman
7
konsep bentuklahan dan tanah dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara
bentuklahan dan tanah. Faktor pembentuk bentuklahan mempunyai kemiripan
dengan faktor pembentuk tanah. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor ikilm,
topografi, organisme, bahan induk, waktu, serta faktor lokal (Jenny, 1941.,dalam
Sartohadi, , Jamulya, Dewi, 2012).
Variabilitas spasial tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah.
Persebaran satuan tanah dipengaruhi oleh relief dan bahan induk. Relief merupakan
salah satu aspek utama dalam analisis bentuklahan. Reliefdigunakan untuk
menganalisis persebaran spasial satuan tanah. Relief juga digunakan untuk
mendeskripsikan variabilitas spasial karbon organik tanah di dalam satuan tanah.
Horison tanah menggambarkan proses pembentukan dan perkembangan
tanah. Pembentukan tanah melibatkan empat proses, yaitu: penambahan,
pengurangan, perpindahan, dan perubahan (Sartohadi, dkk., 2012). Perkembangan
tanah ditandai dengan perubahan karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah yang
dibedakan berdasarkan horison tanah. Proses penambahan material baru di dalam
tanah dapat berupa penambahan material organik dalam profil tanah. Penambahan
material organik ke dalam tanah menjadikan bahan organik sebagai salah satu
faktor untuk identifikasi horison tanah.
Horison O dan A merupakan horison tanah yang mengandung banyak bahan
organik tanah. Horison O dan A terbentuk difase terakhir proses perkembangan
horison. Horison O dicirikan dengan lapisan tanah yang didominasi oleh bahan
organik. Horison A dicirikan dengan lapisan tanah yang sudah menunjukkan
kehilangan sebagian atau keseluruhan sturktur asli batuan. Horison A merupakan
lapisan tempat terjadinya akumulasi humifikasi bahan organik dan bercampur
dengan bahan mineral (Sutanto, 2005).
Akumulasi karbon organik tanah sebagian besar berada pada horison O dan
A, sehingga horison O dan A mempunyai kandungan karbon organik tanah yang
tinngi. Horison O dan A berada di lapisan tanah paling atas dalam profil tanah,
sehingga perhitungan kandungan karbon organiktanah dilakukan pada lapisan
paling atas dengan kedalaman tertentu. Karbon organik tanah akan semakin
menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah karena akumulasi bahan organik
terkonsentrasi pada lapisan tanah paling atas.
8
Kandungan lempung di dalam tanah juga mempengaruhi kandungan karbon
organik tanah. Material lempung dan bahan organik tanah mudah tererosi,
kemudian terendapkan di lereng yang lebih landai. Lempung mudah tererosi,
sehingga banyak terdapat pada lereng yang landai. Kandungan lempung akan terus
meningkat dengan menurunnya kemiringan lereng (Birkeland, 1984). Lereng landai
mempunyai kandungan lempung tinggi, karena merupakan tempat akumulasi
material hasil erosi. Bahan organik tanah banyak terendapkan di lereng landai
seperti halnya koloida lempung. Lempung juga mempunyai kemampuan mengikat
karbon organik tanah.
1.5.7. Intrepetasi Citra Satelit
Intrepetasi citra adalah kegiatan mengkaji foto udara atau citra satelit
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan arti penting dari obyek (Sutanto,
1992). Kegiatan intrepetasi dilakukan melalui:
a. deteksi
merupakan tindakan pengamatan terhadap suatu objek,
b. identifikasi
merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi melalui
keterangan,
c. analisis
merupakan upaya pengumpulan keterangan lebih lanjut untuk identifikasi
lebih lanjut atau validasi hasil intrepetasi.
Intrepetasi citra dilakukan dengan memperhatikan tujuh kunci intrepetasi.
Tujuh kunci intrepetasi citra menurut (Sutanto, 1992), yaitu:
a. rona dan warna
rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek citra, sedangkan warna
adalah wujud yang tampak pada mata,
b. bentuk
bentuk adalah variabel kualitatif yang memberikan kerangka bentuk pada
suatu obyek,
c. ukuran
ukuran adalah atribut obyek yang menjelaskan ukuran antara lain jarak,
luas, tinggi, lereng, dan volume obyek,
9
d. tekstur
tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Frekuensi rona dapat
berupa pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk
dibedakan,
e. pola
pola adalah susunan keruangan dari suatu obyek yang dapat mencirikan atau
menjelaskan nama obyek,
f. bayangan
bayangan adalah kenampakan bayangan dari obyek yang dapat memberikan
keterangan pada obyek,
g. situs
situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek yang lain di sekitar.
10
1.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sebelumnya.
No Peneliti Tempat/tahun Judul penelitian Tujuan Metode Hasil
1 Hoffmann, U.,
Hoffmann, T.,
Jurasinski ., Glatzel,
S., and Kuhn, N.J.
Swiss, 2014 Assessing the Spatial
Variability of Soil Organic
Carbon Stock in Alpine
Setting (Grindelwald,
Swiss Alps)
Menghitung variabilitas
spasial karbon organik
tanah berdasarkan faktor
pengontrol lingkungan,
yaitu: tipe tanah,
penggunaan lahan, dan
topografi mengunakan
teknik interpolasi kriging
Kuantitatif,
Pengukuran karbon
organik tanah
dengan metode
iterpolasi inverse
distance, ordinary-,
block-, dan
regression-kriging
Hasilnya bahwa terdapat varibilitas
karbon organik tanah yang jelas,
menggunakan faktor pengontrol
lingkungan sebagai unit analisis.
Teknik interpolasi kriging
merupakan teknik hybrid yang baik
untuk mengetahui variabilitas
karbon organik tanah
2 Queslati, I.,
Allamano, P.,
Bonifacio, E., and
Claps, P.
Itali, 2013 Vegetation and
Topographic Control on
Spatial Variability of Soil
Organic Carbon
Mengetahui pengaruh
vegetasi dan topografi
terhadap varibilitas spasial
karbon organik tanah
Kuantitatif,
Statistika korelasi
regresi
Variabel vegetasi dan topografi
berpengaruh terhadap distribusi
spasial karbon organik tanah
3 Wicaksono, A.P. Indonesia,
2012
Distribusi Spasial
Kehilangan Tanah dan
Karbon Organik Tanah
oleh Aliran Permukaan di
DAS Oyo
Mengetahui pengaruh
aliran permukaan terhadap
distribusi spasial karbon
organik tanah
Pemodelan aliran
permukaan
Aliran permukaan berperan dalam
distribusi spasial karbon organik
tanah
4 Dewi, N. I. Indonesia,
2011
Redistribusi karbon
Organik Tanah (C-organik)
Melalui Mekanisme
Longsorlahan di DAS
Kayangan, Kulon Progo,
DIY
Mengetahui pengaruh
longsorlahan terhadap
distribusi karbon organik
tanah
Kuatitatif,
inventarisasi data
longsor dikaitkan
dengan kandungan
karbon organik
tanah
Karbon organik tanah dapat
dipindahkan melalui mekanisme
longsorlahan
11
1.7. Kerangka Pemikiran
Jumlah dan variabilitas spasial karbon organik tanah dikontrol oleh faktor
lingkungan. Faktor pengontrol lingkungan paling mempengaruhi variabilitas spasial
karbon organik tanah, yaitu: tipe tanah, penggunaan lahan, topografi (Hoffman,
dkk., 2014), vegetasi, dan iklim (Esteban, dkk., 2000). Proses-proses eksogenik juga
mengontrol distibusi spasial karbon organik tanah.
Daerah aliran sungai berdasarkan karakteristik geomorfologi dan aspek
biogeofisik dibagi menjadi wilayah hulu, tengah, dan hilir (Asdak, 2002 dan
Charlton, 2008). Wilayah hulu, tengah, dan hilir mempunyai karakteristik
bentuklahan dan penutup lahan yang berbeda-beda.Berdasarkan karakteristik
geomorfologi hulu DAS merupakan sumber material, tengah DAS merupakan zona
transportasi, dan hilir DAS merupakan zona deposisi. Berdasarkan aspek
biogeofisik hulu DAS merupakan daerah konservasi, tengah DAS merupakan
daerah transisi, dan hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan. Karakteristik
geomorfologi dan aspek biogeofisik di DAS mempengaruhi distribusi spasial
karbon organik tanah.
Bentuklahan menggambarkan karakteristik geomorfologi. Pembagian
wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS dapat dilakukan analisis karakteristik
bentuklahan. Bentuklahan diklasifikasikan menjadi satuan bentuklahan yang lebih
detail. Satuan bentuklahan diklasifikasikan dari relief, bahan penutup permukaan,
batuan dasar, dan intensitas proses geomorfologi (Sartohadi, dkk., 2014). Satuan
bentuklahan mempengaruhi distribusi spasial tanah dan karbon organik oleh proses
eksogenik. Proses eksogenik yang berpengaruh diantaranya erosi, aliran
permukaan, dan longsor.
Bentuklahan juga mempengaruhi pola penutup lahan pada suatu wilayah.
Pola penutup lahan dapat menggambarkan kerapatan vegetasi. Distribusi spasial
penutup lahan dinilai dapat menggambarkan variabilitas dan dinamika kandungan
karbon biomassa serta karbon organik tanah (Houghton, 2013). Vegetasi merupakan
sumber utama bahan organik tanah. Vegetasi yang sudah mati atau nekromassa dan
seresah akan terdekomposisi dan menjadi karbon organik tanah.
Faktor pembentuk bentuklahan mempunyai kemiripan dengan faktor
pembentuk tanah. Faktor pembentuk bentuklahan, yaitu: proses alam, material
12
batuan, topografi, struktur geologi, ruang, dan waktu. Bentuklahan dapat menjadi
batas yang bersifat umum untuk mengetahui distribusi satuan tanah. Karbon organik
tanah banyak terdapat pada horison O dan A. Horison O dan A merupakan lapisan
tempat akumulasi bahan organik. Bahan organik merupakan sumber utama karbon
organik tanah.
Topografi dan iklim menjadi faktor pengontrol distribusi karbon organik
tanah melalui proses-proses eksogenik yang terjadi. Topografi serta iklim
menentukan intensitas erosi, aliran permukaan, dan longsor. Kehilangan karbon
organik tanah dari DAS pada dasarnya merupakan perpindahan materi dari dataran
ke perairan atau pembakaran. Kebarakan lahan akan melepaskan karbon dari
biomassa, nekromassa, dan karbon organik tanah. Topografi dapat digambarkan
dari elevasi. Semakin tinggi elevasi dan semakin rendah suhu udara kandungan
karbon organik tanah akan lebih tinggi (Rasel, 2013). Suhu udara yang rendah dan
lembab lebih mempertahankan kandungan karbon di dalam tanah serta
mempercepat dekomposisi.
Proses erosi dan sedimentasi dipengaruhi oleh curah hujan, topografi, dan
vegetasi. Erosi memindahkan karbon organik tanah ke daerah yang lebih landai dan
rendah. Daerah landai dan rendah akan mempunyai kandungan karbon organik
tanah yang lebih tinggi, karena terjadi penimbunan karbon akibat proses
sedimentasi. Tekstur tanah lempung yang mudah tererosi juga mampu mengikat
karbon organik tanah (Birkeland, 1984). Lempung akan tersedimentasi mengikat
karbon organik tanah pada daerah landai dan cekung.
Karakteristik fisik bentuklahan mempunyai kemiripan dengan faktor
lingkungan pengontrol jumlah dan variabilitas spasial karbon organik tanah.
Bentuklahan dapat menggambarkan faktor lingkungan dan proses eksogenik yang
mengontrol variabilitas spasial karbon organik tanah. Hubungan spasial antara
satuan bentuklahan dan penutup lahan dengan karbon organik tanah tergambarkan
di kerangka pemikiran (Gambar 1.1).
13
Proses
Geomorfologi
Bentuklahan
Karakteristik wilayah
DAS
Batuan
dasarTopografi/relief
Bahan
permukaan
Ruang dan
waktu
Aspek biogeofisik
Satuan
BentuklahanPenutup lahan
Hulu Tengah Hilir
VegetasiProses
eksogenikPenutuplahan
Jenis Kerapatan
Dekomposisi
Bahan organik
tanah
Karbon organik
tanah
Variabilitas spasial karbon
organik tanah
Tengah
Gambar 1.1 Kerangka penelitian
1.8. Batasan Istilah
Bahan organik tanah adalah bahan organik yang berasal dari proses
dekomposisi makhluk hidup atau dekomposisi dari bahan yang terdiri dari
senyawa organik (Sutanto, 2005).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk
topografi yang khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologi
pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis (Verstappen, 1983).
Biomassa adalah total tanur kering vegetasi (Badan Standarisasi Nasional,
2011).
Carbon pool adalah reservoir yang mempunyai kemampuan dan atau
membebaskan karbon (Hairiah, dkk., 2011).
14
C-tanah adalah kandungan karbon organik tanah dalam satuan ton per
hektar(Badan Standarisasi Nasional, 2010).
C-tanah total adalah total cadangan karbon dalam luasan tertentu dalam
satuan (Badan Standarisasi Nasional, 2010).
C-organik tanah adalah unsur karbon yang berasal dari bahan organik tanah
(Hakim,dkk., 1986).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang mempuyai satu outlet
sungai dan dibatasi oleh pungung-punggung gunung (Asdak, 2002).
Dekomposisi adalah penguraian bahan mineral dan organik yang
didalamnya terdapat proses biokimia, peruraian secara mekanis, dan peruraian
secara mikroorganisme (Sutanto, 2004).
Penutup lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat
diamati merupakan hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang
dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi,
perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut (Badan Standarisasi
Nasional, 2010).
Karbon adalah unsur kimia bukan logam dengan simbol atom C yang
banyak terdapat di dalam semua bahan organik tanah dan di dalam bahan anorganik
tertentu. Nomor atom unsur karbon yaitu nomor atom 6 dan berat atom 12 g. (Agus,
dkk., 2011).
Karbon organik tanah adalah massa karbon untuk setiap satuan berat tanah
(Badan Standarisasi Nasional, 2011).
Nekromassa adalah massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang
masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), kayu tumbang/tergeletak di
permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (serasah) yang belum
terlapuk (Hairiah, dkk., 2011).
Serasahadalah kumpulan bahan organik di lantai hutan yang belum
terdekomposisi secara sempurna ditandai dengan bentuk jaringan yang masih
utuh(Badan Standarisasi Nasional, 2011).
Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup
lokasi, letak, dan posisinya (Undang-Undang No.4, 2011).
Variabilitas adalah keadaan bervariasi (http://kbbi.web.id, 2014)