12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini tercemin dari slogan Bangsa Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Berbagai suku, budaya, dan adat istiadat memberikan banyak sekali warna dalam kehidupan bermasyarakatnya, tidak terkecuali dalam hal bertata hukum dimasyarakatnya. Sebagaimana adagium yang sering kita semua dengar, yaitu ibi ius ibi societas (di mana ada masyarakat, di situ pasti terdapat hukum). Maka dari itu, Indonesia disebut pula sebagai Negara Hukum. Berbicara mengenai keberagaman kebudayaan di Indonesia di mana dalam setiap masyarakat pasti memiliki suatu aturan hukum, tentu keberagaman kebudayaan masyarakat Indonesia ini memiliki hukum yang hidup dan selalu dijunjung oleh masyarakat di masing-masing daerah. Dengan kata lain, hukum yang hidup di masing-masing daerah ini adalah hukum adat yang hidup pada suatu masyarakat tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki hukum adat yang beraneka ragam karena bersumber dari keberagaman masyarakatnya. Oleh karenanya, slogan Bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” tersebut harus selalu eksis guna tercapai Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang terdiri dari berbagai macam

suku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang

dimiliki Indonesia yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini tercemin dari slogan Bangsa

Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya walaupun berbeda-beda

tetapi tetap satu jua. Berbagai suku, budaya, dan adat istiadat memberikan banyak

sekali warna dalam kehidupan bermasyarakatnya, tidak terkecuali dalam hal

bertata hukum dimasyarakatnya. Sebagaimana adagium yang sering kita semua

dengar, yaitu ibi ius ibi societas (di mana ada masyarakat, di situ pasti terdapat

hukum). Maka dari itu, Indonesia disebut pula sebagai Negara Hukum.

Berbicara mengenai keberagaman kebudayaan di Indonesia di mana dalam

setiap masyarakat pasti memiliki suatu aturan hukum, tentu keberagaman

kebudayaan masyarakat Indonesia ini memiliki hukum yang hidup dan selalu

dijunjung oleh masyarakat di masing-masing daerah. Dengan kata lain, hukum

yang hidup di masing-masing daerah ini adalah hukum adat yang hidup pada

suatu masyarakat tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki hukum

adat yang beraneka ragam karena bersumber dari keberagaman masyarakatnya.

Oleh karenanya, slogan Bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” tersebut harus

selalu eksis guna tercapai Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

2

Hubungan antara hukum dan masyarakat memang sangat erat kaitannya

satu dengan yang lain. Hukum sangat berperan besar dalam mewujudkan

ketertiban dan keamanan. Peran hukum ini akan terlihat konkrit, bila ada suatu

permasalahan hukum ini dapat dijadikan solusi untuk menyelesaikannya. Dalam

menyelesaikan permasalahan yang menyangkut kepentingan umum atau

masyarakat secara umum, di Indonesia biasa menggunakan hukum pidana. Di

Indonesia sendiri, Hukum Pidana yang berlaku adalah hukum pidana yang

bersumber dari aturan tertulis yang tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (selanjutnya disebut KUHP).

Namun aturan yang tertuang yang di dalam KUHP kadang tidak bisa

menyelesaikan permasalahan yang timbul di masyarakat Indonesia. Apalagi

dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang dengan pesat,

aturan dalam KUHP kita seakan tertinggal, mengingat usia KUHP yang kita

punya ini juga sudah lebih dari 70 Tahun. Untuk itu terkadang untuk

menyelesaikan permasalahan di ranah Pidana, biasa menggunakan Hukum Pidana

Adat.

Menurut Van Vollenhoven, “Hukum Pidana Adat adalah hukum yang

mengatur mengenai tindakan yang melanggar rasa keadilan dan kepatutan yang

hidup di tengah masyarakat, sehingga menyebabkan terganggunya ketentraman

serta keseimbangan masyarakat. Untuk memulihkan ketentraman dan

keseimbangan yang terganggu tersebut, terjadi reaksi adat”.1 Ciri khas dari hukum

1 Van Vollenhoven dalam Wahyu Idris, Memposisikan Nilai-Nilai Hukum Pidana Adat

Sebagai Sumber Hukum dalam Pembaharuan Hukum Pidana

Nasional,http://vechter.blogspot.co.id/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1, diakses tgl 7

April 2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

3

pidana adat ini adalah tidak tertulis, namun selalu hidup dalam kehidupan

masyarakat dan setiap daerah di Negara Indonesia ini masing-masing memiliki

hukum pidana adat istiadat yang berbeda-beda pula sesuai dengan adat pada

masyarakat daerah tersebut.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa usia hukum pidana

kita apabila dilihat dari KUHP sudah berusia sangat tua. Hukum Pidana di

Indonesia yang sekarang berlaku, merupakan hukum pidana dari peninggalan

kolonial Belanda. Sehingga masih ada unsur-unsur seperti asas-asas dan dasar-

dasar hukum pidana kita yang masih diwarnai hukum pidana kolonial. Oleh

karenanya muncul ide atau gagasan untuk melakukan pembaharuan dalam Hukum

Pidana. Ide ini muncul sebagai upaya agar tercipta hukum pidana yang

mencerminkan budaya bangsa Indonesia sendiri.

Selain itu juga, KUHP yang sudah berumur dan belum mengalami

perubahan sama sekali sejak dulu dipandang sebagai penghambat dalam

melakukan pembinaan terhadap hukum nasional yang secara bertahap terus

ditingkatkan. Pembaharuan hukum pidana ini juga sebagai upaya untuk

meningkatkan ketertiban sebagai jalan menjamin rasa keadilan dan kepastian

hukum, serta memberikan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia

dalam jangka panjang. Oleh karenanya, perumusan kembali terhadap KUHP perlu

dilakukan sebagai satu elemen penting dalam mewujudkan pembaharuan hukum

pidana.

Usaha pembaharuan KUHP, di samping ditujukan terhadap pembaharuan

dan peninjauan kembali terhadap 3 (tiga) permasalahan utama dalam hukum

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

4

pidana, yaitu perumusan perbuatan yang dilarang (criminal act), perumusan

pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) dan perumusan sanksi baik

berupa pidana (punishment) maupun tindakan (treatment), juga berusaha secara

maksimal memberikan landasan filosofis terhadap hakikat KUHP sehingga lebih

bermakna dari sisi nilai-nilai kemanusiaan (humanitarian values) baik yang

berkaitan dengan pelaku tindak pidana (offender) atau korban (victim).

Menurut Muladi:

Asas-asas dan sistem hukum pidana nasional ke depan disusun

berdasarkan ide keseimbangan yang mencakup: keseimbangan

monodualistik antara kepentingan umum/masyarakat dan kepentingan

individual/perseorangan; keseimbangan antara ide

perlindungan/kepentingan korban dan ide individualisasi pidana;

keseimbangan antara unsur/faktor obyektif (perbuatan/lahiriah) dan

subyektif (orang batiniah/sikap batin) (ide „daad-dader strafrecht”);

keseimbangan antara kriteria formal dan material; keseimbangan antara

kepastian hukum, kelentura.n/elastisitas/fleksibilitas dan keadilan; dan

keseimbangan nilai-nilai nasional dan nilai-nilai global/internasional/

universal.2

Kebijakan legislatif dari hukum pidana keberlakukan diatur dan dibahas

dalam berbagai seminar hukum pidana adat untuk juga diarahkan reformasi

hukum pidana nasional. Misalnya, dalam Laporan Nasional Criminal Justice

Reform Simposium 1980, antara lain menyatakan, "... upaya reformasi hukum

pidana yang didasarkan pada Politik Hukum Pidana dan aspirasi Pidana

mencerminkan Politik nasional ... Dalam hubungan ini harus menjadi proses

reformasi melalui penelitian dan pengkajian yang mendalam (antara lain) pada: ...

hukum pidana adat dan keagamaan yang hidup dalam masyarakat Indonesia ".

Kemudian di VI Hukum NasionalSeminar Laporan 1994 pada titik ditentukan

2Muladi, Beberapa Catatan tentang Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, Makalah disampaikan pada Sosialisasi RUU KUHP yang diselenggarakan oleh Dep.

Hukum dan HAM, Jakarta, 2004.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

5

bahwa, "hukum tertulis dan hukum tidak tertulis harus saling melengkapi", dan

huruf b menegaskan, "hukum tak tertulis pembentukan yang lebih" luwes

"daripada pembentukan hukum tertulis, karena dapat mengatasi kesenjangan

antara validitas dan efektivitas hukum ".

Pada dasarnya asas legalitas juga sering disebut dengan istilah "asas

legalitas", "legaliteitbeginsel", "non-retroaktif', "de la legalite" atau "ex post facto

hukum". Asas legalitas adalah prinsip yang paling penting dalam hukum pidana.

Dikaji dari perspektif hukum positif (ius constitutum) asas legalitas diatur dalam

Pasal 1 ayat (1) KUHP yang merupakan prinsip legalitas formal. Dalam RUU

KUHP, dikaji dari perspektif asas legalitas constituendum ius baik legalitas

formal dan legalitas bahan diatur dalam Pasal 1 RUU KUHP tahun 2008 yang

berbunyi sebagai berikut:

1. Tidak ada yang bisa dipenjarakan atau dikenakan tindakan apapun,

kecuali tindakan yang diambil telah didefinisikan sebagai sebuah

kejahatan di bawah hukum yang berlaku pada saat perbuatan itu

dilakukan.

2. Dalam menentukan keberadaan kejahatan dilarang menggunakan

analogi.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tanpa mengurangi

hukum yang hidup dalam masyarakat yang menentukan bahwa

seseorang tidak boleh dihukum bahkan jika perbuatan itu diatur dalam

undang-undang.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

6

4. Penerapan hidup dalam masyarakat hukum sebagaimana dimaksud

pada ayat sepanjang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan / atau

prinsip-prinsip hukum yang diakui oleh masyarakat bangsa-bangsa

secara umum.

Ada beberapa catatan substansial adanya asas legalitas sebagaimana diatur

dalam Pasal 1 RUU KUHP. Pertama, asas legalitas dalam Pasal 1 KUHP adalah

prinsip legalitas RUU yang memperluas keberadaan dikenal asas legalitas formal

dan asas legalitas bahan. Dalam rancangan KUHP asas legalitas formal yang

diatur dalam Pasal 1 ayat (1) sedangkan asas legalitas substantif yang diatur dalam

Pasal 1 ayat (3). Pada asas legalitas formal, dasar harus suatu perbuatan hukum

dihukum yang ada sebelum perbuatan tersebut dilakukan. Maka prinsip legalitas

bahan menentukan bahwa dasar harus sebuah tindakan hukum hidup dalam

masyarakat yang bukan hukum tertulis atau hukum adat. Kedua, dalam rangka

membangun tindak pidana dilarang menggunakan analogi (Pasal 1 (2) RUU

KUHP). Penjelasan untuk Pasal Pasal Pasal 1 ayat (2) KUHP, Bill menyatakan

bahwa, “ melarang penggunaan analogi dalam menentukan interpretasi aktivitas

kriminal merupakan konsekuensi dari penggunaan asas legalitas.”

Implikasi aspek penegakan hukum yang membuat hidup di masyarakat

akan dilakukan oleh negara melalui sub-sistem peradilan pidana. Tindakan yang

bertentangan dengan hukum adalah perbuatan yang dianggap oleh publik sebagai

tindakan yang tidak layak dilakukan. Bertentangan dengan ketentuan hukum yang

menentukan, berdasarkan pertimbangan bahwa seseorang narapidana yang

melakukan tindakan yang tidak adil melanggar hukum. Oleh karena itu, untuk

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

7

dapat menjatuhkan pidana, hakim harus menentukan apakah tindakan selain

transaksi dilakukan secara formal dilarang oleh undang-undang dan apakah

tindakan ini juga bertentangan dengan hukum material, dalam hal kesadaran

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang tersebut, maka akan dilakukan penelitian

tentang ANALISIS YURIDIS HUKUM PIDANA ADAT DALAM

PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA NASIONAL.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ilmiah, perumusan masalah merupakan suatu hal

yang sangat penting, karena akan memberikan arah dalam membahas

permasalahan yang sedang diteliti, sehingga penelitian dapat dilakukan lebih

mendalam dan terarah sesuai sasaran yang telah ditentukan dan akan

memberikan arah pembahasan yang jelas pada masalah yang akan diteliti.

Adapun perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Apa dasar hukum dimasukkannya hukum pidana adat dalam

pembaharuan hukum pidana ?

2. Sejauh mana eksistensi hukum pidana adat khususnya hukum pidana

adat dalam pembaharuan hukum pidana nasional ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dasar dasar hukum dimasukkanya hukum adat

dalam pembaharuan hukum pidana.

2. Untuk mengetahui eksistensi hukum adat khususnya hukum pidana

adat .dalam pembaharuan hukum pidana nasional.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

8

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian dalam penulisan penelitian maka penelitian ini

memiliki manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua kegunaan tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan terutama bagi penulis dan bagi para

mahasiswa terutama mahasiswa hukum seperti apa khususnya hukum

pidana adat dalam pembaharuan hukum pidana nasional.

2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan

Hukum Pidana di Universitas Muhammadiyah malang.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan di bidang Hukum Pidana khususnya hukum pidana adat

dalam pembaharuan hukum pidana nasional.

b. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini akan menjadi pengalaman dan

pengetahuan baru di bidang Hukum Pidana khususnya dasar hukum

apa saja Hukum Pidana Adat sebagai kontribusi dalam

pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia.

2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan tambahan pengetahuan mengenai dasar Hukum Pidana

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

9

Adat sebagai kontribusi dalam pembaharuan Hukum Pidana di

Indonesia.

3. Bagi instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi pihak instansi terkait dasar Hukum Pidana Adat

sebagai kontribusi dalam pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia

4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan

dan penjelasan mengenai dasar Hukum Pidana Adat sebagai

kontribusi dalam pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Dalam menyusun atau menulis sebuah skripsi, harus didasarkan pada data

teoretis. Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini lebih berdasarkan kepada

landasan teoretis dalam mencari pokok permasalahan dengan berpedoman

kepada studi kepustakaan (library research )

Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat analisis

deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan kajian

studikepustakaan ( Library Research). Penelitian kepustakaan bertujuan

untuk menunjukkan jalan pemecahan masalah penelitian dalam suatu karya

ilmiah.3

Dalam hal ini penulis membagi data yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Bahan Hukum Primer,

3 Bambang Sugono,Metodologi Penelitian Hukum, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2010.Hal. 112-114.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

10

Data-data yang diperoleh penulis dengan mengkaji peraturan perundang-

undangan, Hukum Perdata dan risalah hukum lainnya yang terkait dengan

penelitian ini.

2. Bahan Hukum Skunder.

Data-data yang diperoleh penulis dengan mengkaji buku-buku di

perpustakaan yang mempunyai relevansi dengan pokok permasalahan

dalam penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier.

Data-data yang diperoleh penulis dengan mengkaji kamus hukum, surat

kabar maupun makalah-makalah yang terkait dengan masalah hukum adat.

Dari data yang telah diperoleh penulis dalam tinjauan kepustakaan ini

diharapkan dapat membantu peneliti dalam menyelesaikan pokok

permasalahan.Sumber data penulisan skripsi ini adalah diambil dari

kontrakfranchiseyang penulis dapat dari bahan hukum di atas yang kemudi

an dianalisis dengan cara mengklasifikasi data yang ada dan

dikelompokkan sesuai jenisnya.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah model studi

kepustakaan. Yaitu mengkaji informasi tertulis mengenai hukum yang

berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif. Yang didasari pada data-

data yag dijadikan obyek penulisan kemudian dikaji dan disusun secara

komprehensif.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

11

5. Teknik Analisa Bahan Hukum

Analisa data di dalam penulisan ini, dilakukan secara kualitatif yakni

pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal di

dalam undang-undang. Kemudian membuat sistematika data-data tersebut.

Data yang dianalisa dibuat uraian secara sistematika dan diseleksi dan

diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga menggambarkan

dan mengungkapkan dasar hukumnya dan dapat memberikan solusi

terhadap permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun secara sistematis dalam bentuk sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pendahuluan yang berisikantentang:

latarbelakang,Perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,

keaslian Penelitian tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika

penelitian.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM ADAT

Dalam bab ini menguraikan tentang : pengertian hukum adat , macam

macam hukum adat di indonesia serta penjelabaranya

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41101/2/BAB 1.pdfsuku, budaya, dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan nilai kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak bisa

12

BAB III : HUKUM PIDANA ADAT DALAM PERSPEKTIF

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

Dalam bab ini membahas tentang : pengertian Hukum pidana, hukum

pidana adat dan peraturan peraturan yang berkaitan dengan hukum pidana serta

pembaharuan hubunganya dengan hukum pidana adat .

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan atas rumusan masalah dan

saran-saran yang perlu disampaikan terkait dengan permasalahan yang dikaji.