40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan merupakan salah satu Unit Kerja Eselon II di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Sebagai suatu instansi pemerintah, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya melalui laporan akuntabilitas. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggara negara dan pemerintah harus mampu menampilkan akuntabilitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan ideal yang dicanangkan dengan keluaran dan manfaat yang dihasilkan. Untuk itu, disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012 sebagai: (1) pertanggungjawaban Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam melaksanakan program dan kegiatannya selama tahun 2012; (2) bahan untuk mengevaluasi kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012; (3) untuk mengetahui tingkat pencapaian atau keberhasilan program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan berikut permasalahan dan penyelesaian permasalahan dan sebagai masukan serta perbaikan kinerja Pusat di masa datang. B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 61/Kpts/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan pemantauan dan pemantapan ketersediaan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP_Ketersediaan_2012.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan merupakan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan merupakan salah satu Unit Kerja Eselon II dilingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Sebagai suatu instansipemerintah, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai kewajiban untukmempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya melalui laporanakuntabilitas.

    Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggarapemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok danfungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan programdengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana strategis, rencanakinerja, dan pengukuran kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggara negaradan pemerintah harus mampu menampilkan akuntabilitas kinerjanya dalam melaksanakantugas pokok dan fungsinya sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan ideal yangdicanangkan dengan keluaran dan manfaat yang dihasilkan.

    Untuk itu, disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pusat Ketersediaan danKerawanan Pangan Tahun 2012 sebagai: (1) pertanggungjawaban Pusat Ketersediaan danKerawanan Pangan kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalammelaksanakan program dan kegiatannya selama tahun 2012; (2) bahan untuk mengevaluasikinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2012; (3) untuk mengetahuitingkat pencapaian atau keberhasilan program dan kegiatan yang dilakukan oleh PusatKetersediaan dan Kerawanan Pangan berikut permasalahan dan penyelesaian permasalahandan sebagai masukan serta perbaikan kinerja Pusat di masa datang.

    B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi

    Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.61/Kpts/OT.140/10/2010 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,pengembangan pemantauan dan pemantapan ketersediaan serta pencegahan danpenanggulangan kerawanan pangan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, PusatKetersediaan dan Kerawanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 2

    1. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan danpemantapan akses pangan;

    2. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan akses pangan;

    3. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian dan pemantauan, pencegahan danpenanggulangan kerawanan pangan;

    4. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pencegahan dan penanggulangan kerawananpangan;

    5. Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan danpemantapan ketersediaan pangan;

    6. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengembangan ketersediaan pangan;

    7. Evaluasi pelaksanaan kegiatan ketersediaan dan akses pangan serta pencegahan danpenanggulangan kerawanan pangan

    Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan telah dibantuoleh tiga bidang yang terdiri dari:

    1. Bidang Ketersediaan Kerawanan Pangan terdiri dari Subbidang Analisis KetersediaanPangan dan Subbidang Sumberdaya Pangan yang mempunyai tugas melakukan(a) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan,pemantauan dan evaluasi serta analisis ketersediaan pangan; (b) penyiapan bahanpengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan danevaluasi sumberdaya pangan.

    2. Bidang Akses Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Akses Pangan dan SubbidangPengembangan Akses Pangan yang mempunyai tugas melakukan (a) penyiapan bahanpengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan danevaluasi analisis akses pangan; (b) penyiapan bahan pengkajian, penyusunan kebijakan,pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi pengembangan akses pangan.

    3. Bidang Kerawanan Pangan terdiri dari Subbidang Analisis Kerawanan Pangan danSubbidang Penanggulangan Kerawanan Pangan dengan tugas melaksanakanpenyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasipencegahan kerawanan pangan dan penanggulangan kerawanan pangan. Fungsi daribidang ini adalah untuk: (a) penyiapan penyusunan rencana dan pelaksanaanpengkajian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan pencegahan kerawanan pangan;(b) penyiapan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan,pemantauan, evaluasi dan pemantapan penanggulangan kerawanan pangan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 3

    Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan padaTahun Anggaran 2012 telah berupaya mengoptimalkan tugas dan fungsinya melaluidukungan sumberdaya manusia baik personil teknis maupun non teknis. Adapun dukungansarana/prasarana lainnya berupa biaya, data/informasi, alat pengolah data/komputer, danakhususnya dalam melaksanakan pemantauan, pengkajian, dan perumusan kebijakanketahanan pangan. Data pendukung yang terkait diantaranya adalah data statistik (penduduk,statistik pertanian, konsumsi/Susenas, status gizi, kemiskinan, industri, ekspor/impor, stokpangan, dan lain-lain) secara series, serta data primer dan sekunder dari instansi terkait yangada di pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 4

    BAB II

    PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

    A. Rencana Strategik

    1. Visi

    Mengacu visi, misi, arah, dan kebijakan Badan Ketahanan Pangan, maka Visi PusatKetersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2010-2014 “Responsif, aspiratif, inovatif, danmampu memobilisasi sumberdaya dalam peningkatan ketersediaan, akses danpenanganan kerawanan pangan”

    2. Misi

    Guna mencapai visi tersebut, disusun Misi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sebagai berikut:

    a. Membangun koordinasi yang sinergi dan efektif melalui partisipasi pemerintah daerah(provinsi dan kabupaten) dalam upaya peningkatan ketersediaan, akses danpenanggulangan kerawanan pangan.

    b. Membangun partisipasi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam peningkatanketersediaan, akses dan penanggulangan kerawanan pangan

    c. Menyiapkan analisis yang akurat dan bahan rumusan kebijakan yang tepat tentangketersediaan, akses dan kerawanan pangan

    d. Membangun model-model pengembangan ketersediaan, akses dan penanggulangankerawanan pangan secara partisipatif dan transparan.

    3. Rencana Strategis

    a. Tujuan Strategis

    Tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) 2010 – 2014, sehingga walaupun visi dan misinya telah disesuaikan denganperubahan lingkungan strategis; tujuan, sasaran, program dan kegiatan yangdilaksanakan pada tahun 2012 ini masih mengacu pada program dan kegiatan PusatKetersediaan dan Kerawanan Pangan yang tercantum pada Rencana Strategis BadanKetahanan Pangan Tahun 2010 – 2014. Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuanstrategis dari Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan adalah: 1) Melakukanpengkajian dan menyiapkan bahan perumusan kebijakan dalam ketersediaan, akses dan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 5

    penanganan kerawanan pangan, 2) Melakukan pemantauan dan pemantapanketersediaan, akses dan penanganan kerawanan pangan dan 3) memberdayakanmasyarakat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dikuasainya.

    b. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama

    Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan PanganTahun 2012, serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi di lingkup BadanKetahanan Pangan, disusun sasaran strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan PanganTahun 2012 yang hendak dicapai, yaitu : Meningkatnya pemantapan ketersediaanpangan dan penanganan rawan pangan, yang ditetapkan dengan Indikator KinerjaUtama (IKU) sebagai berikut :

    Tabel 1. Formulir Penetapan KinerjaTingkat Unit Organisasi Eselon II Kementerian/Lembaga

    Unit Organisasi Eselon II : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan PanganTahun Anggaran : 2012

    Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target(1) (2) (3)

    Meningkatnyapemantapanketersediaan pangandan penangananrawan pangan

    1. Jumlah desa yang diberdayakan DesaMapan

    2. Jumlah penanganan daerah/lokasirawan pangan, SKPG

    3. Jumlah hasil penyusunan FSVA4. Jumlah hasil kajian ketersediaan

    pangan, rawan pangan, dan aksespangan

    5. Jumlah aparat yang mengikuti apresiasianalisis ketersediaan, akses danpenanganan kerawanan pangan

    3.414 Desa

    444 lokasi

    100 Laporan34 Laporan

    132 aparat

    Jumlah AnggaranKegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan :Rp 204.486.700,00

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 6

    c. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran

    1) Kebijakan

    Kebijakan ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dan kerawanan pangandiarahkan untuk: (a) meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi dalamnegeri menuju kemandirian pangan; (b) mengembangkan kemampuan akses pangansecara sinergis dan partisipatif; dan (c) mencegah serta menanggulangi kondisirawan pangan secara dinamis.

    2) Program

    Program yang dilaksanakan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan padatahun 2010–2014 sesuai dengan program Badan Ketahanan Pangan tahun 2010-2014, yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan PanganMasyarakat. Pada tahun 2010 merupakan masa peralihan, dengan program kerja :Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, danProgram Penerapan Kepemerintahan yang baik.

    Dalam rangka mencapai sasaran program Badan Ketahanan Pangan tersebut,sasaran program yang hendak dicapai oleh Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan adalah pengembangan model-model peningkatan ketersediaan danpenanganan kerawanan pangan. Hal ini dilakukan dengan menggerakkan berbagaikomponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakatuntuk memobilisasi, memanfaatkan, dan mengelola aset setempat (sumberdayaalam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi,serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga danmasyarakat.

    4. Rencana Kinerja Tahun 2012

    Rencana kinerja pada tahun 2012 merupakan implementasi rencana jangka menengah yangdituangkan kedalam rencana kerja jangka pendek, yang mencakup tujuan, sasaran kegiatandan indikator kinerja berikut :

    A. Sasaran Kinerja Tahun 2012

    Berdasarkan visi, misi dan tujuan strategis Pusat Ketersediaan dan Kerawanan PanganTahun 2012 yang masih mengacu pada Renstra Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan Tahun 2010 - 2015, serta mengakomodasi berbagai perubahan yang terjadi dilingkup Badan Ketahanan Pangan, disusun sasaran strategis Pusat Ketersediaan danKerawanan Pangan Tahun 2012 yang hendak dicapai, yaitu meningkatnya kualitas

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 7

    analisis ketersediaan dan akses pangan serta penanganan rawan pangan. Kegiatanprioritas terdiri dari :

    1) Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan pangandan Gizi (SKPG), adalah upaya yang dilakukan untuk pencegahan danpenanggulangan terjadinya bencana rawan pangan kronis dan transien. Penanganankerawanan pangan kronis dilakukan dengan penerapan instrumen SistemKewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), melalui tahap pengumpulan data, analisis,pemetaan, investigasi dan intervensi. Sedangkan untuk penanganan kerawananpangan transien dilakukan melalui investigasi dan intervensi daerah yang terindikasirawan pangan.

    Tujuannya antara lain : (a) Menyediakan data dan informasi tentang keadaan pangandan gizi secara rutin yang digunakan pengambilan keputusan pemerintah dalamupaya penanganan kerawanan pangan dan gizi, (b) Menghasilkan benchmark setiapindikator yang digunakan dalam menentukan situasi pangan dan gizi di suatu daerah

    2) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security andVulnerability Atlas (FSVA), bertujuan untuk menyediakan informasi bagipengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan sasaran/lokasi,penanganan kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatandan desa.

    3) Kajian Ketersediaan Pangan, Akses Pangan dan Penanganan Rawan Pangan,adalah kegiatan dalam rangka penyediaan data dan informasi serta hasil analisis,secara berkala dan berkelanjutan untuk perumusan kebijakan dan programketersediaan, rawan pangan dan akses pangan, antara lain melalui pemantauanketersediaan pangan, sinkronisasi sub sektor dan lintas sektor, penyusunan NBM,penyusunan dan analisis sumberdaya pangan, monitoring dan analisis situasi aksespangan, pengembangan akses pangan, penyebarluasan informasi ketersediaan,kerawanan dan akses pangan.

    4) Apresiasi Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan, adalah rangkaian kegiatanuntuk meningkatkan kemampuan dalam metode pengumpulan, pengolahan, dananalisis data serta evaluasi kegiatan dalam pelaksanaan pemantauan ketersediaanpangan, penanggulangan rawan pangan dan pengembangan akses pangan bagiaparat di daerah dan pusat.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 8

    5) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan), adalah kegiatanpemberdayaan masyarakat di desa rawan pangan untuk mewujudkan ketahananpangan masyarakat dengan pendekatan penguatan kelembagaan masyarakat,pengembangan sistem ketahanan pangan dan koordinasi lintas sektor, selama empattahun secara berkesinambungan.

    Untuk mewujudkan sasaran strategis dalam rangka meningkatnya pemantapan ketersediaanpangan dan penanganan rawan pangan, ditetapkan Rencana Kerja Tahunan PusatKetersediaan dan Kerawanan Pangan sebagai berikut :

    Tabel 2. Formulir Penetapan Rencana Kerja TahunanTingkat Unit Organisasi Eselon II Kementerian/Lembaga

    Uraian Target Output

    1. Penanganan Daerah RawanPangan (PDRP) dan SKPG

    a. 410 Kabupaten/ Kota 410 Laporan SKPG dan410 Laporan PDRP

    b. 33 Provinsi 33 Laporan SKPG dan33 Laporan PDRP

    2. Penyusunan Peta Ketahanandan Kerentanan Pangan(FSVA) di tingkat kabupatendengan level desa

    22 Provinsi di 100 Kab. 100 laporan FSVA

    3. Kajian ketersediaan pangan,akses pangan dan penangananrawan pangan

    a.Penyusunan NBM 33 Provinsi dan 1 Pusat 34 buku NBMb. Analisis Situasi Akses Pangan 3 wilayah 1 Laporanc. Pengembangan akses pangan 10 kabupaten 1 Laporan4. Apresiasi Analisis Ketersediaan

    dan Akses Pangana.Apresiasi analisis ketersediaanpangan

    33 Provinsi 1 Laporan

    b.Apresiasi gerakan kemandirianpangan

    65 Fasilitator dan 520Petani

    65 Fasilitator dan 520Petani

    Pengembangan Desa MandiriPangan (Demapan)

    2.989 desa : tahappersiapan 429 desa,penumbuhan 262pengembangan 466 desa,kemandirian 359 desa,replikasi 369 desa, daninti 1.104 desa.

    1 Laporan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 9

    B. Kegiatan Yang Dilaksanakan Dalam Program Kerja Tahun 2012

    Program Kerja tahun 2012 yang telah disusun dan ditetapkan, merupakan implementasidari Visi dan Misi dengan tetap mengacu pada Tugas Pokok Pusat Ketersediaan danKerawanan Pangan, BKP Kementerian Pertanian. Berbagai kegiatan dan indikatorkinerja kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 sebagai berikut:

    1) Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan pangandan Gizi (SKPG)Penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan melalui instrumen SKPG, denganindikator sebagai berikut :a) Menggunakan input anggaran senilai Rp. 12.321,7 juta.

    b) Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis SKPG danintervensi sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang menerapkanSKPG sebanyak 410 kabupaten/kota.

    c) Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawanpangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangantransien sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang melakukanintervensi penanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 410kabupaten/kota.

    d) Benefit yang diharapkan, jumlah kabupaten/kota yang telah dapatmencegah/mengatasi terjadinya rawan pangan sebanyak 410 kabupaten/kota.

    e) Impact yang diharapkan adalah jumlah penurunan kabupaten/kota yangmengalami rawan pangan sebanyak 410 kabupaten/kota.

    Hasil dari pemantauan dan análisis kerawanan pangan dengan instrumen SKPGditindaklanjuti dengan intervensi terhadap Penanganan Daerah Rawan Pangandengan indikator sebagai berikut :

    a). Inputs anggaran senilai Rp.23,940 juta yang dilaksanakan oleh aparat pusat dandaerah (provinsi dan kabupaten), dengan menggunakan sarana dan prasaranakomputer 6 unit, serta Pedoman Teknis sebanyak 2 paket.

    b). Outputs yang diharapkan: jumlah kabupaten yang melakukan intervensisebanyak 410 kabupaten;

    c). Outcomes yang diharapkan: jumlah kabupaten yang mempunyai informasikerawanan pangan sebanyak 410 kabupaten dan jumlah kabupaten yangmelakukan intervensi sebanyak 410 kabupaten.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 10

    d). Benefits yang diharapkan, terealisasinya dana PDRP Kabupaten dan Provinsisebanyak 410 kabupaten dan 33 provinsi.

    e). Impacts yang akan dicapai : jumlah penurunan kabupaten rawan pangansebanyak 410 kabupaten; dan

    2) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security andVulnerability Atlas (FSVA)Kegiatan analisis kerawanan paangan yang dilakukan melalui penyusunan petaFSVA, dengan indicator sebagai berikut :

    a) Input anggaran senilai Rp. 450,99 juta.

    b) Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang mengikuti sosialisasi Peta

    Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 100 kabupaten serta

    jumlah provinsi yang mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan

    Pangan (FSVA) sebanyak 33 provinsi.

    c) Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang menyusun peta (FSVA)

    sebanyak 100 kabupaten

    d) Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan

    penanganan kerawanan pangan dan gizi di 100 kabupaten.

    e) Impact yang diharapkan adalah jumlah kabupaten yang melakukan intervensi

    kerawanan pangan di 100 kabupaten.

    3) Kajian ketersediaan pangan, akses pangan dan penanganan rawan pangan Analisis Situasi Akses Pangan, bertujuan untuk

    - Memperoleh gambaran kondisi aksesibilitas pangan maupun usahameningkatkan akses pangan masyarakat khususnya dari aspek sosial sertakondisi sosial akses pangan masyarakat diperoleh melalui tiga sudut pandangyaitu institusi, rumah tangga, dan aparat.

    - Peran kelembagaan/institusi lokal dalam penyediaan pangan maupunmencegah terjadi rawan pangan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 11

    Analisis Situasi Akses Pangan dilakukan dengan menggunakan indikator sebagaiberikut :

    a) Input anggaran senilai Rp. 564,7 juta.

    b) Output yang diharapkan adalah data dan informasi karakteristikinstitusi/kelembagaan sosial, peran rumah tangga/anggota masyarakat dalamorganisasi (institusi/kelembagaan sosial) serta pola kepemimpinan dalampermasalahan sosial masyarakat.

    c) Outcomes yang diharapkan adalah tersedianya bahan referensi yang dapatdimanfaatkan dalam upaya pencegahan terjadinya rawan pangan.

    d) Benefits yang diharapkan adalah tersedianya berbagai referensi yang dapatdijadikan bahan perumusan kebijakan pencegahan terjadinya rawan pangan.

    e) Impacts yang akan dicapai adalah terwujudnya keterkaitan antara rumah tanggadan institusi sosial dalam penyediaan pangan maupun upaya pencegahanterjadinya rawan pangan.

    Peningkatan Akses Pangan Antar Desa, bertujuan untuk menggali potensi padasetiap desa di wilayah kecamatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkanakses pangan antar desa.Adapun kegiatan ini :

    a) Menggunakan input anggaran senilai Rp. 329,8 juta.

    b) Output yang diharapkan adalah tersedianya informasi kondisi dan potensiwilayah di 10 lokasi.

    c) Outcomes yang diharapkan tumbuhnya kerjasama pada tingkat wilayah denganmemanfaatkan potensi yang tersedia.

    d) Benefits yang diharapkan adalah terwujudnya wilayah mandiri pangan dimanadesa-desa yang tercakup di dalamnya saling berkontribusi untuk peningkatanakses pangan di wilayah tersebut sesuai dengan potensi masing-masing.

    e) Impacts yang akan diraih adalah meningkatnya akses pangan di masing-masingwilayah.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 12

    4) Apresiasi Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan

    Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan, bertujuan untuk meningkatkankemampuan aparat di pusat dan daerah dalam melakukan analisis ketersediaanpangan wilayah. Indikator yang digunakan sebagai berikut :

    a). Input anggaran senilai Rp. 879,35 juta.

    b).Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis ketersediaanpangan 32 provinsi.

    c). Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisisketersediaan pangan sebanyak 32 provinsi.

    d).Benefit yang diharapkan, tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakanketersediaan pangan di 32 provinsi.

    e). Impact yang diharapkan tersedianya pangan sesuai kebutuhan di 32 provinsi.

    Apresiasi Akses Pangan, bertujuan untuk menggerakan kemandirian panganmasyarakat petani dalam meningkatkan produksi pertaniannya denganmemanfaatkan kelembagaan, pengetahuan dan sumberdaya lokal dan membangunsinerji pemerintah-masyarakat-perguruan tinggi-swasta.

    Adapun kegiatan ini menggunakan indicator sebagai berikut :

    a) Input anggaran senilai Rp. 690,9 juta.

    b) Output yang diharapkan adalah terlatihnya 520 orang petani yang mampumemahami gerakan kemandirian pangan.

    c) Outcomes yang diharapkan adalah petani yang mandiri dalam menjalankanusaha tani dengan semaksimal mungkin memanfaatkan kelembagaan,pengetahuan dan sumberdaya lokal.

    d) Benefits yang diharapkan adalah untuk meningkatkan produksi pertanian.

    e) Impacts yang akan diraih adalah meningkatnya akses pangan.

    5) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan)

    Pengembangan Desa Mandiri Pangan dilaksanakan dengan memfasilitasi desarawan pangan menjadi Desa Mandiri Pangan melalui proses pemberdayaan selamakurun waktu empat tahun secara berkesinambungan melalui 4 tahapan: Persiapan,Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Dalam rangka mendorong gerakankemandirian pangan di masyarakat, desa yang telah dibina selama 4 (empat) tahundan sudah mandiri, dijadikan Desa Inti, untuk membina 3 (tiga) desa rawan pangan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 13

    yang ada disekitarnya sebagai Desa Replikasi Demapan dengan model SekolahLapangan (SL). Bagi desa yang belum mandiri, akan dibina oleh provinsi dankabupaten hingga mencapai kemandirian pada tahun berikutnya.

    Indikator kegiatan sebagai berikut :

    a). Input anggaran sebesar : Rp. 92.032 juta.

    b).Output yang diharapkan desa mandiri pangan yang dibina sebanyak 3.414 desadan terbentuknya lembaga ketahanan pangan desa yang terbentuk di setiap DesaMapan diharapkan sebanyak minimal 3 lembaga: Tim Pangan Desa (TPD),Lembaga Keuangan Desa (LKD), dan Kelompok Afinitas.

    c). Outcomes berupa jumlah desa yang masuk tahap kemandirian pada tahun 2012sebanyak 2.561 desa, berasal dari lokasi yang dibangun pada tahun 2006sebanyak 250 desa di 122 kabupaten, dan lokasi yang dibangun pada tahun2007 sebanyak 604 desa di 181 kabupaten; tahun 2008 sebanyak 825 desa di 202kabupaten; tahun 2009 sebanyak 1.184 desa di 276 kabupaten; tahun 2010sebanyak 1.885 desa di 378 kabupaten; tahun 2012 sebanyak 2.561 desa di 399kabupaten;

    d).Benefits yang diharapkan, jumlah KK miskin 73.950 yang tertangani melaluiPengembangan Desa Mandiri Pangan tahun 2012 sebanyak 38.375 jiwa

    e). Impacts berupa menurunnya penduduk yang mengalami rawan pangan di DesaMapan sebesar 100 persen dari anggota kelompok akhir afinitas.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 14

    BAB III

    AKUNTABILITAS KINERJA

    Secara umum, pengukuran capaian kinerja pada Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan dilakukan dengan cara membandingkan antara target dan realisasi masing-masingindikator kinerja. Selain membandingkan dengan realisasinya, indikator kinerja sasaran dankegiatan juga dapat diukur melalui perbandingan dengan capaian kinerja tahun-tahunsebelumnya atau capaian kinerja dari suatu kegiatan sejenis yang pernah dilakukan olehinstansi atau unit kerja pertanian lainnya.

    A. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

    Tahun 2012 merupakan tahun transisi dari Program Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) tahun 2010-2014. Dengan mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) danProgram Kerja Pemantapan Ketahanan Pangan Tahun 2010, dan mengikuti perubahankebijakan dan lingkungan strategis di lingkup Badan Ketahanan Pangan KementerianPertanian selama tahun 2012, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan telah menetapkansatu sasaran yang akan diukur. Sasaran tersebut diukur dengan menggunakan 5 (lima)indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan Tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerjasasaran dengan realisasinya.

    Tabel 3 : Pengukuran Pencapaian Sasaran Pusat Ketersediaan dan Kerawanan PanganTahun 2012

    SasaranStrategis

    Indikator Kinerja Target Realisasi %

    (1) (2) (3)Meningkatnyapemantapanketersediaanpangan danpenangananrawan pangan

    1. Jumlah desa yangdiberdayakan Desa Mapan

    2. Jumlah penanganandaerah/lokasi rawan pangan,SKPG

    3. Jumlah hasil penyusunanFSVA

    4. Jumlah hasil kajianketersediaan pangan, rawanpangan, dan akses pangan

    5. Jumlah aparat yang mengikutiapresiasi analisisketersediaan, akses danpenanganan kerawananpangan

    3.414 Desa

    444 lokasi

    100 Laporan

    34 Laporan

    132 aparat

    3.414 Desa

    444 lokasi

    100 Laporan

    34 Laporan

    132 aparat

    100

    100

    100

    100

    100

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 15

    Secara ringkas, sasaran strategis tahun 2012 yang ditargetkan telah tercapai 100 persen,program dan kegiatan yang digunakan untuk mencapai sasaran masih merupakan kelanjutandari program, kegiatan, dan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Realisasi pencapaian sasaranstrategis tersebut kemudian dievaluasi dan dianalisis, dan dijadikan sebagai referensi untukpelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil evaluasi dan analisis terhadappencapaian sasaran strategis adalah sebagai berikut :

    B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

    Sasaran program dan kegiatan yang dilaksanakan Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan yang digunakan pada tahun 2012 mengacu pada sasaran yang telah disusun padaRencana Strategis (Renstra), IKU dan PK, serta mengikuti perubahan kebijakan danlingkungan strategis Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selama tahun 2012,telah ditetapkan satu sasaran, yaitu meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan danpenanganan rawan pangan. Sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan lima(lima) indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Ketersediaan dan KerawanPangan Tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerjasasaran dengan realisasinya.

    Realisasi pencapaian sasaran sampai dengan akhir tahun 2012 telah tercapai 100 persen,Terpenuhinya setiap target yang direncanakan pada setiap sasaran dipengaruhi oleh: (a)sasaran dan target yang direncanakan berdasarkan hasil evaluasi tahun sebelumnya sertakegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan sejak tahun sebelumnya, yang terusmengalami perkembangan yang cukup baik; dan (b) kerja sama dari seluruh pelaksanakegiatan pusat dan daerah yang berkomitmen untuk melaksanakan program dan kegiatanguna mendukung tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

    Walaupun sasaran tersebut telah terealisasi dengan baik, namun dalam prosespencapaiannya, terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi, antara lain perubahankebijakan dan lingkungan strategis yang terjadi sewaktu-waktu, sehingga mengakibatkanpelaksanaan kegiatan kurang berjalan lancar dan tepat waktu.

    C. Pengukuran Kinerja dan Analisis Capaian Kinerja

    Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yangmendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dicapai melalui satu program, danpencapaian setiap sasaran dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Namun demikian,kegiatan yang dilaporkan untuk mencapai setiap sasaran dibatasi hanya pada kegiatan yangbersifat strategis.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 16

    Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2012 Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan adalah sebagai berikut:

    1. Bidang Kerawanan Pangan

    a). Desa Mandiri Pangan (Demapan)

    Kegiatan Demapan umumnya diarahkan pada: (a) wilayah yang mempunyaiproporsi penduduk miskin tinggi dan beresiko terhadap terjadinya kerawanan pangan dangizi; (b) memiliki karakteristik: kualitas sumberdaya masyarakat rendah, penyediaansumber daya modal terbatas, akses teknologi rendah, dan infrastruktur pedesaan masihkurang. Dengan demikian, sasaran kegiatan Demapan tahun 2012, mengentaskankemiskinan dan kerawanan pangan sekitar 51.875 kelompok masyarakat yang tersebar di3.280 desa pada 410 kabupaten/kota rawan pangan di 33 propinsi. Sasaran tersebutdibangun secara bertahap pada: tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten pada 30propinsi yang sudah masuk dalam tahap Kemandirian, tahun 2007 sebanyak 354 desa di58 kabupaten pada 32 propinsi yang sudah masuk dalam desa mandiri, tahun 2008sebanyak 221 desa di 21 kabupaten pada 32 propinsi yang sudah masuk dalam desamandiri, tahun 2009 sebanyak 359 desa di 74 kabupaten pada 33 propinsi yang barumasuk dalam tahap kemandirian, tahun 2010 sebanyak 829 desa, 378 kabupaten/kotayang masuk tahap pengembangan, tahun 2011 sebanyak 838 desa di 399 kabupaten/kotamasuk tahap penumbuhan, dan tahun 2012 sebanyak 429 desa di 410 kabupaten/kota, 33provinsi masuk tahap persiapan, seperti tertera dalam Tabel 4 berikut.

    Selama 6 (enam) tahun pelaksanaan kegiatan Desa Mapan sejak tahun 2006 hingga2012 telah berhasil dibangun 2.958 Desa Mapan atau 115,4 persen dari rencana sebanyak3.414 desa, tersebar di 410 kabupaten/kota pada 33 propinsi. Perkembangan DesaMandiri Pangan pada tahun 2012 terdiri dari: (1) Desa Inti : 369 (2) desa replikasi 1104desa 3) desa baru : 398 desa sedangkan untuk pembinaan dilakukan pada desa regular,desa baru dan desa replikasi. Relisasi desa replikasi tahun 2008 dilaksanakan pada tahun2012, seperti Tabel 4.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 17

    Tabel 4: Perkembangan Jumlah Lokasi Kegiatan Desa Mapan Tahun 2006-2012

    UraianRencana Realisasi

    Propinsi Kabupaten/KotaDesa/

    Kelurahan PropinsiKabupaten/

    KotaDesa/

    KelurahanTA.2006:RegulerReplikasi

    303030

    122122122

    1.000250750

    303030

    122122122

    985250732

    TA. 2007:RegulerReplikasi

    323232

    585858

    1.416354

    1.062

    323232

    585858

    561354207

    TA 2008:RegulerReplikasi

    323232

    212121

    884221663

    3232

    0

    2121

    0

    221221

    0TA. 2009Reguler 33 74 349 33 74 359TA. 2010Reguler 33 107 470 33 106 466TA. 2011:Reguler 33 18 262 33 18 262TA. 2012:Reguler 33 11 398 33 11 398Total:RegulerReplikasi

    333333

    411400201

    4.7791.9062.475

    333333

    410399180

    2.2491.912

    939

    Pada perkembangan tahapan pelaksanaan Desa Mandiri Pangan, kegiatan Demapantelah berkembang. Sampai dengan tahun 2012, lokasi desa mandiri pangan mulai dari tahappersiapan sampai dengan tahap kemandirian sebagai berikut :

    (1) Tahun 2006 sebanyak 250 desa di 122 kabupaten pada 30 propinsi, pada tahun 2009sudah masuk dalam tahap Kemandirian, dan dijadikan Desa Inti dalam GerakanKemandirian Pangan (Gema Pangan) untuk membina 3 desa rawan pangan di sekitarnyamenjadi Desa Replikasi;

    (2) Tahun 2007 sebanyak 354 desa di 181 kabupaten pada 32 propinsi, pada tahun 2010sudah masuk dalam tahap Kemandirian, untuk selanjutnya dijadikan Desa Inti untukmelaksanakan Gema Pangan;

    (3) Tahun 2008 sebanyak 221 desa di 202 kabupaten pada 32 propinsi, sudah masuk dalamtahap Kemandirian, untuk selanjutnya dijadikan Desa Inti untuk melaksanakan GemaPangan

    (4) Tahun 2009 sebanyak 359 desa di 276 kabupaten pada 33 propinsi, masuk dalam tahapkemandirian;

    (5) Tahun 2010 sebanyak 829 desa di 378 kabupaten pada 33 provinsi, sudah masuk dalamtahap pengembangan;

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 18

    (6) Tahun 2011 sebanyak 838 desa di 399 kabupaten pada 33 provinsi, sudah masuk dalamtahap penumbuhan;

    (7) Tahun 2012 sebanyak 429 desa di 410 Kabupaten pada 33 provinsi sudah masuk dalamtahap persiapan.

    Rata-rata jumlah RTM penerima manfaat mengalami pertumbuhan sebesar 32 % per tahun.Perkembangan alokasi jumlah RTM, kelompok, desa pelaksana, kabupaten dan provinsidapat dilihat pada Tabel berikut.

    Tabel 5 : Perkembangan Jumlah Lokasi dan Anggota Kelompok Kegiatan DesaMandiri Pangan Tahun 2006 - 2012

    TahunTahapan

    Lokasi Jumlah KK Kelompok Afinitas JumlahBantuan

    Modal Usaha(Rp.000.000)

    Pro. Kab. Desa KKKK Miskin

    KK %

    2006 Mandiri 30 122 250 124.010 31.250 53,89 25.0002007 Mandiri 32 181 354 143.306 44.250 56,79 35.4002008 Mandiri 32 202 221 60.408 27.625 51,33 22.1002009 Kemandirian 33 276 359 50.328 44.875 43.69 35.9002010 Pengembangan 33 378 829 47.125 87.625 48.56 50.2302011 Penumbuhan 33 399 838 66.275 95.750 49.74 40.6002012 Persiapan 33 410 429 73.950 38.375 51.38 39.800

    Jumlah - 33 410 3.280 565.402 295.053 51.77 250.042

    Dari hasil Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) dan hasil Survey Rumah Tangga (SRT) dilokasi menunjukkan, bahwa dari 565.402 rumah tangga sasaran tahun 2006-2012 yangtergabung dalam kelompok afinitas, sebanyak 295.053 KK atau 51,77 persen KK miskin. Halini menunjukkan, bahwa pemilihan sasaran desa penerima manfaat masih konsisten, denganrasio jumlah keluarga miskin lebih dari setengah terhadap jumlah keluarga di seluruh desapenerima manfaat pertahun, seperti pada Grafik 1 berikut

    Sumber : Laporan tahunan Demapan Kabupaten

    Grafik 1. Jumlah Kepala Keluarga Miskin Desa Penerima Manfaat Demapan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 19

    Perkembangan Bansos TA. 2012

    Alokasi dana APBN untuk mendukung kegiatan Desa Mapan dialokasikan di provinsiberupa Dana Dekonsentrasi di Provinsi maupun Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten.Dana tersebut untuk kegiatan pembinaan maupun bansos bagi desa-desa baru yangditumbuhkan pada tahap persiapan. Penyaluran dana bansos untuk penguatan Modal UsahaProduktif (PMUK) dan dana ini yang nantinya akan dikelola oleh LKD yang ditumbuhkanoleh masyarakat. Pada tahun anggaran 2012, alokasi bansos untuk kegiatan pengembanganDesa Mapan sebesar Rp. 100 juta (seratus juta) untuk desa baru, pada 11 kabupaten baru.Bagi desa-desa baru yang merupakan replikasi dari desa inti yang ditumbuhkan TA.2008tidak dialokasikan bansos, hanya dana pembinaan untuk tahap persiapan desa baru.Diharapkan alokasi bansos berasal dari peran pemerintah daerah melalui dana APBD Imaupun II.

    Grafik 2. Perkembangan Alokasi Bansos Desa Mandiri Pangan

    Alokasi dana bansos yang telah disalurkan pada kelompok, mulai tahun 2006 s.d 2012mengalami peningkatan sesuai dengan jumlah alokasi desa (seperti pada grafik 2).Perkembangan masing-masing bansos: Rp.25.000 juta (2006), Rp.35.400 juta (2007),Rp.22.100 juta (2008), Rp.35.900 juta (2009), Rp.50.230 juta (2010), Rp.40.600 juta (2011)dan Rp. 39.800 juta (2012). Pemanfaatan dana bansos digunakan untuk usaha di bidang onfarm (60 %), off farm (14 %) dan non farm (26 %). Usaha di bidang pertanian (on farm),antara lain: budidaya tanam sawah, tanaman buah, perikanan dan pembibitan, danpeternakan. Usaha di bidang olahan pangan (off farm), antara lain: olahan hasil pertanian,olahan hasil perikanan, dan olahan hasil pekarangan. Usaha di luar pertanian (non farm),antara lain : simpan pinjam, aneka jenis dagang, jual beli, kerajinan: batik, ukiran kayu,ukiran rotan; pembuatan mebel.

    Perkembangan Modal LKD dari 692 Kelompok Afinitas pada 164 Desa PaskaKemandirian, total modal awal Rp.16,8 millyar mengalami peningkatan sebesar 19,94 %menjadi 20,15 millyar. Modal yang ada di LKD cukup berkembangan baik, namun sebagian

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 20

    besar LKD belum mampu menjadi Badan Usaha Milik Desa secara utuh.Dibutuhkankomitmen dan perhatian dari pemerintah daerah, dengan menghubungkan LKD denganlembaga permodalan (Bank/Swasta) dan Dinas Koperasi.

    Untuk membantu anggota kelompok binaan yang mayoritas keluarga miskin, sejak tahun2006-2012 disalurkan Bansos senilai Rp.250,042 milyar, dengan alokasi Rp.100 juta perdesa(desa baru), dan 25 juta per desa (desa replikasi), untuk digunakan kelompok dan anggotadalam pengembangan berbagai jenis usaha. Alokasi anggaran bansos Desa Mandiri Pangansejak tahun 2006 – 2012 dapat diketahui mengalami kenaikan dan penurunan anggaran halini disebabkan karena pemberian dana pada setiap tahun tergantung penambahan desa baru dikabupaten/kota. Untuk tahun 2012 ada 11 kabupaten baru yang menerima dana alokasi desamandiri pangan sebanyak Rp. 100.000.000 selain itu untuk 225 kabupaten lama jugamendapatkan alokasi dana bansos dari APBN.

    Dalam rangka mengetahui dampak pelaksanaan kegiatan Desa Mapan, Badan KetahananPangan Pusat dan Daerah dengan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)Badan Litbang Pertanian bekerjasama untuk menyusun instrumen evaluasi dampakpenurunan kemiskinan terhadap pelaksanaan kegiatan Desa Mapan. Kajian evaluasi dampakkegiatan Desa Mapan dilakukan di 25 provinsi, 139 kabupaten/kota, di 270 desa. Adapundata hasil kajian dari 25 Provinsi (Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim, Aceh, Sumut, Sumsel,Sumbar, Riau, Bengkulu, Babel, Lampung, Kepri, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sultra, Sulteng,Sulbar, Gorontalo, NTT, NTB, Maluku, dan Papua) dilakukan sampling terhadap 3858anggota kelompok afinitas dan 3785 diluar anggota kelompok afinitas yang dilakukandengan metode FGD dan dukungan data skunder untuk menentikan tingkat tingkatkemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Indeks kemiskinan rumah tangga miskinditentukan oleh dua kelompok indikator yaitu: ”kondisi rumah tinggal” dan “kondisi sosialekonomi“ keluarga. Dari hasil analisis yang mempergunakan IRM (Indeks RumahtanggaMiskin) terlihat ada perubahan kelompok keluarga sangat miskin menjadi miskin, keluargamiskin menjadi kurang sejahtera dan keluarga kurang sejahtera menjadi sejahtera. Secaranasional anggota kelompok afinitas yang masuk kategori keluarga sangat miskin, miskin,kurang sejahtera dan sejahtera sebelum mengikuti kegiatan Demapan masing-masing sebesar15,54 persen; 57,49 persen; 25,74 persen dan 1,23 persen (Tabel 5). Persentase kelaskeluarga miskin ini berubah menjadi lebih baik atau mengalami penurunan persentase padakeluarga miskin dan sebaliknya meningkat pada keluarga yang masuk kategori sejahtera.Anggota keluarga afinitas sangat miskin turun 10,55 persen, keluarga afinitas miskin turun15,25 persen dan keluarga kurang sejahtera mengalami kenaikan sebesar 16,70 persen. Halyang sama juga terjadi pada keluarga sejahtera yang sebelumnya hanya 1,23 persen setelahikut program Desa Mapan naik menjadi 10,33 persen.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 21

    Perubahan penurunan jumlah keluarga miskin yang paling banyak terdapat di luar pulauJawa, baik anggota kelompok afinitas maupun yang bukan anggota kelompok afinitas. Diluar pulau Jawa baik pada awal menerima kegiatan sampai tahun 2012 paling banyak adalahkeluarga miskin dan persentasenya mengalami perubahan dari 61,10 persen menjadi 43,69persen. Keluarga sangat miskin berkurang dari 15,81 persen menjadi 5,15 persen. Keluargasejahtera naik dari 21,88 persen menjadi 43,28 persen dan keluarga sejahtera naik dari 1,21persen menjadi 7,88 persen.Hal yang sama juga terjadi di kelompok afinitas yang ada dipulau Jawa, dimana keluarga miskin yang awalnya sebesar 43,06 persen turun menjadi 35,43persen ; keluarga sangat miskin menjadi 4,36 persen dari 14,48 persen. Medskipun hanyasedikit tetapi persentase keluarga kurang sejahtera mengalami penurunan dari 41,17 persenmenjadi 39,08 persen. Sebaliknya keluarga sejahtera meningkat cukup tajam dari 1,30 persenmenjadi 20,13 persen.

    Tabel 6. Dinamika Tingkat Kemiskinan Rumah Tanggadesa Mapan MenurutWilayah di Indonesia, Awal dan Tahun 2012

    No Wilayah/Uraian Anggota KA Bukan Anggota KAAwal Program 2012 +/- 20121 Jawa

    Sangat Miskin (%) 14.48 4.36 -10.12 7.70Miskin (%) 43.06 36.43 -6.62 44.25Kurang Sejahtera (%) 41.17 39.08 -2.09 28.03Sejahtera (%) 1.30 20.13 18.83 20.03

    2 Luar JawaSangat Miskin (%) 15.81 5.15 -10.66 12.56Miskin (%) 61.10 43.69 -17.41 46.13Kurang Sejahtera (%) 21.88 43.28 21.39 35.39Sejahtera (%) 1.21 7.88 6.67 5.92

    3 IndonesiaSangat Miskin (%) 15.54 4.99 -10.55 11.75Miskin (%) 57.49 42.24 -15.25 45.81Kurang Sejahtera (%) 25.74 42.44 16.70 34.16Sejahtera (%) 1.23 10.33 9.10 8.27

    Keterangan: Analisis data didasarkan 5 provinsi di Jawa dan 20 provinsi di Luar JawaSumber:1. Jawa: rataan dari 5 provinsi; (Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim)2. Luar Jawa: rataan dari 20 provinsi (Aceh, Sumut, Sumsel, Sumbar, Riau, Bengkulu, Babel,

    Lampung, Kepri, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, NTT, NTB, Maluku,Papua)

    Dari hasil analisis dampak Desa Mapan terhadap dinamika dan komparasi tingkatkemiskinan rumah tangga diperoleh informasi penting sebagai berikut: (1) Di Jawa denganposisi awal tingkat kemiskinan yang lebih rendah, Desa Mapan memberikan dampak positifyang lebih besar terhadap peningkatan rumah tangga dengan katagori “sejahtera”, yaitu dari

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 22

    1,30% menjadi 20,13%; (2) Di luar Jawa dengan posisi awal tingkat kemiskinan yang relatiftinggi, Desa Mapan memberikan dampak positif yang relatif signifikan terhadap penurunanproporsi rumah tangga dengan katagori “sangat miskin” dan “miskin”, yang selanjutnyadiikuti oleh peningkatan yang besar pada rumah tangga yang katagori “kurangsejahtera” dari21,88% menjadi 43,28%; (3) Secara agregat nasional dapat disimpulkan telah terjadipenurunan rumah tangga miskin, dan pada saat bersamaan terjadi peningkatan tingkatkesejahteraan rumah tangga sejahtera dengan adanya Desa Mapan. Secara nasional rumahtangga “sangat miskin” menurun dari 15,54% menjadi 4,99% dan rumah tangga “sejahtera”meningkat dari 1,23% menjadi 10,33%

    Peningkatan kesejahteraan salah satunya ditunjukkan dari peningkatkan penghasilan.Penghasilan keluarga rata-rata Rp. 500.000 perbulan merupakan penghasilan yang palingbanyak di anggota kelompok afinitas (41,05%) maupun yang bukan kelompok afinitas(35,62%). Tetapi setelah adanya bantuan permodalan untuk usaha, penghasilan anggotakelompok afinitas mulai mengalami peningkatan, yaitu masing-masing: keluarga yangpenghasilannya kurang dari Rp. 500.000 berkurang dari 41,05% menjadi 24.27% ;penghasilan Rp. 500.000 s.d. Rp. 1.000.000 meningkat dari 37,76% menjadi 36,26% :penghasilan Rp. 1 juta s.d. Rp. 2 juta meningkat dari 16.40% menjadi 27.17% danpenghasilan yang lebih dari Rp. 2 juta meningkat dari 15,99% menjadi 26,63% sertapenghasilan yang lebih Rp 2 juta meningkat dari 5,19% menjadi 12,84%.

    Dukungan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Pusat tahun anggaran 2012, telahdialokasikan dana sebesar Rp. 1.604.492.000 dengan realisasi capaian sebesar 87 %.

    Adapun kegiatannya meliputi :

    (1) Penyusunan Pedoman Desa Mandiri PanganPenyusunan Pedoman Desa Mandiri Pangan, meliputi : Pedoman Umum Desa MandiriPangan dan Pedoman Teknis Desa Mandiri Pangan. Tujuan penyusunan pedoman adalahsebagai acuan bagi pelaksana kegiatan di Pusat dan Daerah.

    (2) Pertemuan Teknis DDRT/SRTTujuan pertemuan teknis data base : (a) mempelajari metode pelaksanaan survei dan tatacara penarikan sampel rumahtangga dan potensi lokasi desa rawan pangan, (b)melakukan pelatihan pengolahan data yang meliputi DDRT dan SRT, (c) mempelajaricara melakukan intrepretasi dan analisis data, (d) memberikan pemahaman kepadapeserta untuk melakukan survei masalah kerawanan pangan dan gizi sampai tingkatrumahtangga. Sasaran: Wilayah yang melaksanakan kegiatan Desa Mandiri Pangan dantermasuk dalam kriteria wilayah rawan pangan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 23

    (3) Sosialisasi Desa Mandiri PanganPelaksanaan kegiatan Sosialisasi Desa Mandiri Pangan dilaksanakan di Hotel QualityMakassar pada tanggal 25 – 27 Februari 2012, tujuan sosialisasi Desa Mapan ini adalahmemberikan pemahaman pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan TA 2012,konsultasi dan koordinasi dengan aparat di propinsi dan kabupaten serta mengembangkankegiatan Desa Mandiri Pangan. Sasarannya aparat propinsi dan kabupaten yangmenangani kegiatan Desa Mandiri Pangan. Output berupa : Rumusan hasil untuk ditindaklanjuti oleh daerah. Peserta yang hadir dari 33 propinsi yaitu Kepala Badan/Kantor/DinasKetahanan Pangan Propinsi dan Eselon III yang menangani kegiatan Desa MandiriPangan, selain itu ada beberapa Kabupaten yang hadir dalam acara sosialisasi tersebut.

    (4) Pertemuan Teknis Pokja KemandirianPertemuan Pokja Desa Mandiri Pangan TA. 2012 dilaksanakan hari Selasa, tanggal 31Juli 2012 di Hotel Maharadja-Jakarta dan dihadiri oleh anggota Kelompok Kerja TeknisDewan Ketahanan Pangan, Kementerian/Lembaga Teknis Terkait. Pertemuan bertujuanuntuk melakukan koordinasi kegiatan Desa Mapan dan dukungan kerjasama lintas sektor.

    (5) Pertemuan Konsolidasi Desa Mandiri PanganKegiatan pertemuan konsolidasi desa mandiri pangan dilaksanakan di Hotel Wira Carita,Pandeglang, Propinsi Banten pada 9 – 11 Agustus 2012. Peserta terdiri dari: AparatKabupaten, Tim Pangan Desa, Lembaga Keuangan Desa, Pendamping yang menanganikegiatan Desa Mapan se propinsi Banten. Pertemuan ini bertujuan untuk : (1)Mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan di Banten; (2) Membangunpersamaan persepsi bagi aparat pelaksana Desa Mapan (tenaga pendamping, TPD,pengelola LKD, kelompok afinitas dan Aparat provinsi maupun kabupaten/kota),sehingga kegiatan Desa Mapan dapat dilaksanakan secara optimal sesuai tujuan dansasaran yang akan dicapai; dan (3) Menyusun rencana tindak lanjut perbaikan kegiatanDesa Mapan di Banten.

    (6) Apresiasi Peningkatan Kapasitas Pengelola Desa MapanGuna meningkatkan peran pendampingan dan pengelola kegiatan Desa Mandiri PanganPusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan bekerjasamadengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menyelanggarakan kegiatanApresiasi peningkatan kapasitas pengelola Desa Mandiri Pangan. Tujuan kegiatanapresiasi ini adalah untuk meningkatkan kapasitas aparat yang menangani kegiatan DesaMapan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 24

    (7) Worshop Evaluasi Akhir Desa MapanTujuan workshop evaluasi akhir adalah: mengetahui permasalahan dan hambatan yangdihadapi selama pelaksanaan kegiatan Desa Mapan; Mengevaluasi pelaksanaan kegiatanDesa Mapan tahun 2012; Merencanakan tindak lanjut kegiatan Desa Mapan. SasaranKegiatannya adalah : optimalisasi pelaksanaan kegiatan Desa Mapan tahun 2012 di Pusatdan Daerah (Propinsi dan Kabupaten).

    b). Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi(SKPG)

    Hasil analisis SKPG yang ditunjukkan oleh warna merah (rawan) dan kuning (waspada)mengindikasikan kondisi rawan pangan kronis. Oleh sebab itu perlu adanya intervensikebijakan terhadap penyebab rawan pangan di wilayah tersebut, salah satunya dengankoordinasi lintas sektor dan penyaluran dana bansos sesuai hasil investigasi. Dana bansosyang dialokasikan di propinsi dan kabupaten/kota, dapat digunakan untuk mencegahterjadinya kerawanan pangan kronis hasil analisis SKPG untuk Belanja PenanggulanganKemiskinan. Sedangkan untuk menanggulangi terjadinya rawan pangan transien akibatbencana yang didasarkan pada kejadian dan informasi dari lokasi kejadian serta hasilanalisis SKPG yang mendukung kondisi tersebut, dapat mencairkan dana bansos untukBelanja Penanggulangan Bencana. Berikut adalah realisasi dana Bansos PDRP 2012 :

    Tabel 7. Realisasi dana Bansos PDRP 2012Alokasi Anggaran Pagu Realisasi %

    Dekonsentrasi 8.770.000.000 3.279.381.739 37.39TP 15.170.000.000 5.410.577.011 35,67

    Total 23.940.000.000 8.689.958.750 36,30

    Pada tahun 2012, dana TP setiap kabupaten adalah Rp 37 juta. Dari 410 kabupaten targetintervensi di 33 provinsi, ada 146 kabupaten kabupaten/kota yang terealisasi, atau sebesar35,67 persen dari target, senilai Rp 5,41 milyar. Provinsi dengan persentase pencairan danatertinggi yaitu provinsi Sulawesi Tengah (99.73%), diikuti Jawa Tengah (96.77%) danBangka Belitung (83,00%). Selanjutnya provinsi dengan pencairan dana bansos 60-70persen yaitu Provinsi Papua Barat (71.43%), Sulawesi Utara (70%), dan NTT (65%).Provinsi dengan pencairan dana 30-50 persen yaitu Sulawesi Tenggara (49.64%), SumateraSelatan (48.89%), Jawa Barat (42.88%), Jawa Timur (40.62%), Aceh (36.83%), MalukuUtara (33.33%) dan Maluku (30%). Provinsi yang tidak mencairkan ada 9 yaitu ProvinsiDKI Jakarta, DIY, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, NTB, banten, Gorontalo dan SulawesiBarat.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 25

    Dana daerah terdiri dari dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP) Provinsi, dan TPKabupaten. Berikut tabel realisasi dana bansos PDRP 2012 per provinsi dari provinsi denganurutan dana total bansos terbesar ke terkecil:

    Tabel 8. Realisasi Dana Bansos PDRP 2012 Per Provinsi

    Prop/Kab/KotaDana Bansos (Dekon+TP) Persentase

    Target (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)1 Sulawesi Tengah 657,000,000 50.000.000 57,472 Jawa Tengah 1,617,000,000 364.868.725 29,173 Papua Barat 659,000,000 1.578.000.000 97,594 Sulawesi Tenggara 620,000,000 109.477.500 21,985 Maluku 670,000,000 511.058.211 33,896 Sulawesi Utara 620,000,000 357.838.000 37,557 DKI Jakarta 87,000,000 311.273.300 26,208 Papua 905,000,000 328.001.500 33,509 Bangka Belitung 472,000,000 0 0,00

    10 Nusa Tenggara Timur 1,190,000,000 0 0,0011 Aceh 953,000,000 253.268.225 32,9812 Kalimantan Tengah 718,000,000 217.253.680 31,3013 Kalimantan Timur 496,000,000 0 0,0014 Banten 435,000,000 296.540.000 41,3015 Jawa Timur 1,508,000,000 32.820.000 5,4116 Sumatera Barat 979,000,000 177.680.209 35,8217 Sumatera Selatan 768,000,000 358.873.600 57,8818 Lampung 694,000,000 655.883.550 99,8319 Jawa Barat 1,251,000,000 74.000.000 6,5020 Sumatera Utara 1,188,000,000 433.428.500 69,9121 Maluku Utara 522,000,000 411.000.000 61,3422 DI. Yogyakarta 498,000,000 37.000.000 10,6323 Kepulauan Riau 285,000,000 0 0,0024 Bali 348,000,000 481.000.000 40,4225 Sulawesi Selatan 1,138,000,000 461.000.000 50,9426 Bengkulu 620,000,000 37.000.000 5,9727 Kalimantan Selatan 607,000,000 124.000.000 23,7528 Riau 607,000,000 148.800.000 34,2129 Jambi 657,000,000 257.893.750 54,6430 Kalimantan Barat 731,000,000 0 0,0031 Nusa Tenggara Barat 620,000,000 37.000.000 12,9832 Gorontalo 435,000,000 585.000.000 88,7733 Sulawesi Barat 385,000,000 0 0,00

    Total 23,940,000,000 8.689.958.750 36,30

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 26

    Pemanfaatan dari dana bansos TP ini adalah untuk bahan pangan, dan non pangan. Bahanpangan berupa paket kombinasi dari beras, tiwul instan, tiwul manis, terigu, mie instan,minyak goreng, minyak sayur, telur ayam, sarden, kecap, gula pasir, susu kental manis,susu formula, PMT pada balita, susu balita, vitamin, biskuit, roti, kacang hijau dan buah-buahan. Sarana produksi untuk : (1) budidaya tanaman padi, jagung, jagung manis,kacang tanah, palawija, cabe rawit, cabe merah, pepaya, jahe, kunyit, sosis, tomat, terong,mentimun, kencur; (2) budidaya ternak ayam; dan (3) budidaya ikan gurame. Non panganberupa tikar, sarana produksi dan food for work. Sarana produksi meliputi traktor, pompaair, cangkul, arit, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, dan obat-obatan. Food for workmerupakan upah tenaga berupa pangan untuk kegiatan padat karya, yaitu : perbaikanpematang sawah.

    Dana total PDRP merupakan jumlah dana bansos yang diterima tiap provinsi, yang manamerupakan penjumlahan dari dana dekonsentrasi, dan TP kabupaten. Pada tahun 2012,provinsi dalam total pencairan dana bansos PDRP Sebanyak 3 provinsi telahmenyalurkan seluruh dananya dengan pencairan 80-99 persen, yaitu Provinsi SulawesiTengah, Jawa Tengah dan Papua Barat. Selanjutnya provinsi dengan pencairan 61-70persen yaitu Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku. Provinsi dengan persentasepencairan 41-60 persen yaitu Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Papua, BangkaBelitung. Provinsi dengan pencairan 21-40 persen yaitu Provinsi NTT, Aceh, KalimantanTengah, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,Lampung, Jawa Barat, Sumatera Utara, Maluku Utara dan DIY. Sedangkan Provinsidengan persentase pencairan 1-20 persen yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bali, SulawesiSelatan, Bengkulu, dan Kalimanten Selatan. Sebanyak 6 provinsi tidak mencairkan danaPDRP yaitu Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Barat, NTB, Gorontalo, dan SulawesiBarat.

    2. Bidang Ketersediaan Pangan

    a). Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan

    Kegiatan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan menggunakan input anggaran sebesarRp. 879,35 juta atau terealisasi 97,59 persen dari target alokasi 901,1 juta. Inputs tersebutdigunakan untuk menghasilkan outputs, yaitu jumlah provinsi yang melakukan analisisketersediaan pangan sebanyak 32 provinsi atau terealisasi 97 persen. Dengan tersedianyaoutput tersebut, dihasilkan outcome jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisisketersediaan pangan sebanyak 32 provinsi. Hal ini telah memberikan benefits,tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan ketersediaan pangan di 32 provinsi danimpacts, tersedianya pangan sesuai kebutuhan di 32 provinsi.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 27

    Kegiatan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan dilaksanakan di Lombok, NusaTenggara Barat pada bulan Febuari 2012 dan diikuti oleh 85 orang peserta. Materi yangdiberikan dalam apresiasi ini terdiri dari: (a) Penyusunan Neraca Bahan Makanan(NBM); (b) Aplikasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Pola Pangan Harapan (PPH);(c) Analisis Pola Panen Bulanan; (d) Analisis Prognosa Ketersediaan Pangan MenjelangHari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN).

    b). Penyusunan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas)

    Pada tahun 2012, dilaksanakan penyusunan FSVA Kabupaten pada level desa. FSVAKabupaten ini menggunakan indikator yang berbeda dengan FSVA Nasional maupunFSVA Provinsi karena ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu karakteristikdesa berbeda dengan karakteristik kabupaten dan kecamatan, serta ketersediaan datasampai tingkat desa. Penyusunan FSVA Kabupaten tahun 2012 dilaksanakan di 22Provinsi mencakup 100 kabupaten yang masuk dalam prioritas 1-3 berdasarkan FSVANasional 2009, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu,Kepulauan Riau, Riau, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, SulawesiTenggara, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

    Seperti halnya FIA Nasional 2005, FSVA Nasional 2009 dan FSVA Provinsi 2010 dan2011, FSVA Kabupaten 2012 ini juga menyediakan sarana bagi para pengambilkeputusan untuk secara cepat dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimanainvestasi dari berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia daninfrastuktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yanglebih baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Untuk itulahdilakukan pertemuan Koordinasi, Validasi Data dan Penyusunan FSVA sebagai tindaklanjutnya.

    [

    Kegiatan penyusunan FSVA bertujuan untuk: 1) Meningkatkan pemahaman petugaspelaksana tentang pentingnya informasi ketahanan dan kerentanan pangan; 2)Meningkatkan kemampuan petugas pelaksana dalam penyusunan peta ketahanan dankerawanan pangan (FSVA) kabupaten; 3) Meningkatkan kemampuan petugas pelaksanadalam pemanfaatan data/indikator peta ketahanan dan kerawanan pangan untukmenyusun rencana program peningkatan ketahanan pangan dan penanggulangankerawanan pangan dan gizi. Total anggaran untuk kegiatan Penanganan Daerah RawanPangan dan Penyusunan FSVA sebesar Rp. 559 juta. Inputs yang digunakan untukkegiatan penyusunan FSVA berupa anggaran sebesar Rp. 450,994 juta atau 81 % daritotal anggaran. Kegiatan penyusunan FSVA menghasilkan output berupa (1) Jumlah

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 28

    provinsi yang mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA)sebanyak 33 provinsi; (2) Laporan FSVA Kabupaten tahun 2012 di 22 Provinsi sebanyak100 laporan atau terealisasi 100 persen.

    Outcome kegiatan adalah provinsi yang menyusun FSVA sebanyak 22 provinsi atauterealisasi 100% dari target 22 provinsi. Benefit yang didapatkan berupa tersedianyabahan untuk penyusunan kebijakan penanganan kerawanan pangan dan gizi di 100kabupaten.

    Kegiatan FSVA meliputi:

    (1) Pertemuan Review Data dan Meteodologi FSVA

    Pertemuan review data dan metodologi FSVA dilaksanakan di Medan pada tanggal19-21 Maret, diikuti peserta dari 22 provinsi yang menyusun FSVA, yaitu ProvinsiAceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Riau,Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTB,NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Tujuan dari pertemuan iniadalah untuk melatih para petugas yang menangani FSVA agar lebih lancar dalammenyusun peta.

    (2) Pertemuan Validasi Data dan Penyusunan FSVAPertemuan validasi data dan penyusunan FSVA dilaksanakan di Makassar padatanggal 4 – 6 November 2012 dan dihadiri oleh peserta dari 29 provinsi yaituProvinsi Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Riau,Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, JawaBarat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, KalimantanTengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara,Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatandan Sulawesi Utara. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melihat keakurasiandata yang terukur, dan digunakan sebagai indikator untuk penyusunan FSVAProvinsi.

    (3) Pembinaan FSVAPembinaan FSVA dilaksanakan di 15 provinsi, yaitu ProvinsiAceh, Sumatera Barat,Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,Gorontalo dan Maluku Utara.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 29

    3. Bidang Akses Pangan

    a). Analisis Situasi Akses Pangan

    Tujuan kegiatan ini adalah memperoleh gambaran kondisi aksesibilitas pangan maupunusaha meningkatkan akses pangan masyarakat khususnya dari aspek sosial serta kondisisosial akses pangan masyarakat diperoleh melalui tiga sudut pandang yaitu institusi,rumah tangga, dan aparat. Adapun output yang diharapkan dari kegiatan analisis situasiakses pangan yaitu mengidentifikasi karakteristik institusi/kelembagaan sosial,mengidentifikasi peran rumah tangga/anggota masyarakat dalam organisasi(institusi/kelembagaan sosial) serta mengidentifikasi karakteristik pola kepemimpinandalam permasalahan sosial masyarakat. Kegiatan analisis ini lebih difokuskan terhadapperan dan fungsi institusi/organisasi sosial (formal dan informal) masyarakat terkaitpenyediaan dan pemenuhan akan pangan bagi individu, rumah tangga atau kelompokmasyarakat. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan analisis situasi akses pangan terdiridari beberapa kegiatan sebagai berikut:

    (1).Sosialisasi dan Pembinaan Situasi Akses Pangan

    Adanya perubahan struktur organisasi di BKP Pusat berdampak pada penekanankegiatan bidang akses pangan, dimana kegiatan analisis situasi akses pangan Tahun2012 lebih ditekankan pada aspek sosial. Hal ini karena aspek fisik/ketersediaan danekonomi sudah dikerjakan di bidang atau pusat lain. Kegiatan sosialiasasi danpembinaan situasi akses pangan telah dilaksanakan di 13 provinsi, meliputi ProvinsiNTB, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Tengah, Bali,Kalimantan Barat, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kep. Riau, Jawa Barat, danKalimantan Selatan.

    (2).Pengumpulan Data dan Informasi Akses Pangan

    Pengumpulan data dan informasi analisis situasi akses pangan dilaksanakan di tigaprovinsi yang mewakili Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan yaitu Provinsi Kep.Riau, Kalimantan Tengah dan DI Yogyakarta. Data yang dikumpulkan adalah dataprimer dan sekunder, yang bersumber dari rumah tangga dan institusi di tingkatdesa/kelurahan, sampel dari setiap provinsi sebanyak 40 rumah tangga sebagairesponden yang mewakili wilayah perkotaan dan pedesaan. Data primer diperolehdengan wawancara langsung dengan rumah tangga, pengurus institusi/kelembagaandan aparat desa/kelurahan yang menjadi responden, sedangkan data sekunderdiperoleh dari data monografi desa/kelurahan setempat. Kegiatan ini menggunakaninputs anggaran sebesar Rp. 468.984.792,- atau 83 % dari target Rp.564.700.000,-.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 30

    b). Peningkatan Akses Pangan Antar Desa

    Peningkatan Akses Pangan Antar Desa bertujuan menggali potensi pada setiap desa diwilayah kecamatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan akses pangan antardesa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkoordinir pengembangan wilayah pedesaansehingga akses pangan antar desa dapat meningkat sesuai dengan potensi yang ada disuatu wilayah kecamatan.

    Pelaksanaan kegiatan temu wicara peningkatan akses pangan antar desa difokuskan padawilayah/desa-desa yang mendapatkan program desa mandiri pangan khususnya di PulauJawa. Kegiatan ini dilaksanakan di 10 lokasi yaitu kabupaten Klaten, Sragen, Magelang(Jawa Tengah); Bantul (DI Yogyakarta); Probolinggo, Jember, Pacitan (Jawa Timur);Ciamis, Kuningan dan Garut (Jawa Barat).

    Kegiatan peningkatan akses pangan antar desa dikemas dalam bentuk temu wicara danberbagi pengalaman, sedangkan peserta dari setiap kegiatan temu wicara peningkatanakses pangan antar desa terdiri dari : Desa mandiri pangan : ketua tim pangan, ketua LKD, aparat desa, tokoh

    masyarakat/agama dan perwakilan pengusaha; Tingkat desa : aparat desa, tokoh masyarakat/agama dan pengusaha; Tingkat kecamatan : perwakilan aparat kecamatan, tokoh masyarakat/agama dan

    pengusaha; Tingkat kabupaten : perwakilan aparat yang menangani program desa mandiri

    pangan; Tingkat provinsi : perwakilan dari aparat yang menangani program desa mandiri

    pangan.

    Kegiatan ini menggunakan inputs anggaran di pusat sebesar Rp. 310.896.301,- atau 94 %dari target Rp.329.800.000,-.

    c). Gerakan Kemandirian Pangan Membangun Petani Profesional

    Tujuan dari Gerakan Mandiri Pangan Membangun Petani Profesional adalah untuk melatihpetani untuk meningkatkan produksi pertaniannya dengan memanfaatkan kelembagaan,pengetahuan dan sumberdaya lokal dan membangun sinerji pemerintah-masyarakat-perguruan tinggi-swasta. Adapun output yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu 520 orangpetani yang mampu memahami gerakan kemandirian pangan dan mampu melaksanakanpengolahan media tanam, pembuatan pupuk organik, pestisida organik, dan musuh alamitanaman secara benar dan lahan seluas 13 hektar yang ditanami padi varietas lokal.

    Pelaksanaan kegiatan gerakan kemandirian pangan membangun petani professionaldilakukan melalui 2 tahapan kegiatan sebagai berikut :

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 31

    (1). Apresiasi Fasilitator Gerakan Kemandirian Pangan

    Apresiasi fasilitator gerakan kemandirian pangan membangun petani professionaldilaksanakan di Hotel Griyadi Antariksa, Singosari, Kabupaten Malang. Pesertaapresiasi tersebut berjumlah 83 orang, merupakan perwakilan dari 18 kabupaten yaituKabupaten Garut, Karawang, Bogor, Indramayu, Bantul, Jombang, Banyuwangi,Jember, Lumajang, Malang, Lamongan, Serang, Klaten, Semarang, Magelang, Brebes,Oku Timur dan Banyuasin.

    (2). Apresiasi Gerakan Kemandirian Pangan

    Kegiatan apresiasi gerakan kemandirian pangan adalah tindak lanjut dari kegiatanapresiasi fasilitator yang telah dilaksanakan di Hotel Antariksa, Singosari, KabupatenMalang. Kegiatan ini dilaksanakan di 13 lokasi yaitu Kabupaten Garut, Karawang,Indramayu, Ciamis (Jawa Barat), Bantul (DIY), Jombang, Banyuwangi, Jember (JawaTimur), Lebak (Banten), Klaten, Kab. Semarang, Magelang, dan Brebes (JawaTengah). Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan, antara lain : pemahamanterhadap filosofi kemandirian pangan sampai usaha mewujudkannya, pemahamansecara teoritis terhadap sumberdaya alam dan lingkungan, jenis tanaman dan carapenananaman yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, praktek langsung pengenalandan pengolahan lahan; pengenalan dan pengelolaan hama penyakit serta pengenalanteknologi budidaya dan pengamatan pertanaman, bekerjasama dengan perguruantinggi untuk analisis kimia, fisika dan biologi tanah, lembaga kemasyarakatan untukpenyediaan sarana pelatihan dan lahan praktikum, swasta untuk penyediaan saranapelatihan dan pendampingan dan lembaga pemerintah untuk fasilitasi pengembanganprogram secara umum.

    Kegiatan ini menggunakan inputs anggaran di Pusat sebesar Rp. 676.619.450,- atau98 % dari target Rp.690.900.000,-.

    D. Akuntabilitas Keuangan (termasuk analisis perbandingan dengan tahun 2011)

    Secara nasional akuntabilitas keuangan yang dilaksanakan oleh Pusat Ketersediaandan Kerawanan Pangan sebesar 88,05 persen dari pagu anggaran sebesarRp. 202.592.700.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 178.390.139.280.

    Guna mendukung pelaksanaan kegiatan di Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan TA. 2012 telah dialokasikan anggaran melalui Satker BKP Kementerian Pertanianuntuk alokasi anggaran Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan sebesarRp. 8.236.7000.000 telah direalisasikan sebesar Rp. 7.155.656.367 atau 86,88 persen.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 32

    Tabel 9. Akuntabilitas Keuangan Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

    Tahun 2012

    No Uraian Alokasi Realisasi Sisa Anggaran

    RP % Rp % Rp %

    1 Penanganan Daerah Rawan Pangan 971,700,000 11.8 860,231,900 12.02 111,468,100 10.31

    2 Penyusunan FSVA Kabupaten di 22 Propinsi 559,000,000 6.79 489,362,900 6.84 69,637,100 6.44

    3 Pemantauan dan ketersediaan pangan 280,050,000 3.40 271,493,650 3.79 8,556,350 0.79

    4 Sinkronisasi sub sektor dan lintas sektor 322,100,000 4 298,952,150 4.18 23,147,850 2.14

    5 Penyusunan neraca ban makanan 251,600,000 3.05 248,044,690 3.47 3,555,310 0.33

    6 Kajian analisis stock beras 141,000,000 1.71 99,000,000 1.38 42,000,000 3.89

    7 Penyusunan database sumberdaya pangan 177,500,000 2.15 116,701,630 1.63 60,798,370 5.62

    8 Penyusunan pemanfaatan potensi sumberdaya pangan 264,500,000 3.21 246,163,950 3.44 18,336,050 1.70

    9 Analisis situsasi akses pangan 564,700,000 6.86 468,984,792 6.55 95,715,208 8.85

    10 Peningkatan akses pangan antar desa 329,800,000 4.00 311,336,301 4.35 18,463,699 1.71

    11 Manajemen Keg pusat Ketersediaan dan KP 671,950,000 8.16 621,358,057 8.68 50,591,943 4.68

    12 Pembinaan dan promosi ketersediaan dan KP 714,050,000 8.67 690,074,691 9.64 23,975,309 2.22

    13 Monitoring pemanfaatan sumber daya lahan kering 199,300,000 2.42 17,150,000 0.24 182,150,000 16.85

    14 Monitorinng akses pangan 234,158,000 2.84 185,030,500 2.59 49,127,500 4.54

    15 apresiasi analisis ketersediaan pangan 210,200,000 2.55 198,738,900 2.78 11,461,100 1.06

    16 Gerakan kemandirian pangan membangun petani profesional 690,900,000 8.39 676,169,450 9.45 14,730,550 1.36

    17Pengembangan desa mandiri pangan menuju gerakankemandirian 1,654,192,000 20.08 1,356,862,806 18.96 297,329,194 0.28

    Total 8,236,700,000 100 7,155,656,367 100 1,081,043,633 100

    Sampai akhir tahun 2012, anggaran tersebut telah terealisasi Rp. 7.155.656.367 atau86,88 persen, dari total anggaran Rp. 8.236.700.000

    Kegiatan yang paling terbesar pada pengembangan desa mandiri pangan menujugerakan kemandirian, sedangkan penyerapan yang paling terkecil pada monitoringpemanfaatan sumber daya lahan kering sebesar Rp. 17.150.000 atau 0,24 persen.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 33

    Dalam hal akuntabilitas keuangan, laporan baru dapat menginformasikan realisasipenyerapan anggaran, dan belum dapat menginformasikan adanya efisiensi penggunaansumberdaya. Hal ini diakibatkan oleh sistem penganggaran yang belum sepenuhnya berbasiskinerja, sehingga salah satu komponen untuk mengukur efisiensi, yaitu standar analisis biayabelum ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 34

    BAB IVPENUTUP

    Dari hasil Pengukuran Kinerja menunjukkan, bahwa sebagian besar indikator kinerjakegiatan telah memiliki benefits, sedangkan impacts baru sebagian kecilnya karena sebagianbesar kegiatan masih memerlukan waktu untuk klarifikasi.

    Secara umum, kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat Ketersediaan danKerawanan Pangan selama tahun 2012 telah berjalan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,yang tampak dari hasil pengukuran kinerja dengan sasaran meningkatnya kualitas analisisketersediaan dan akses pangan serta penanganan kerawanan pangan, yang ditetapkan melalui5 indikator berikut:

    1. Jumlah desa yang diberdayakan Desa Mandiri Pangan di 3.414 desa dengan capaian di3.414 desa atau 100%

    2. Jumlah penanganan daerah/lokasi rawan pangan SKPG di 444 lokasi dengan capaian 444lokasi atau 100%

    3. Jumlah hasil kajian ketersediaan pangan, rawan pangan dan akses pangan 34 laporanmencapai 100%

    4. Jumlah hasil penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Kabupaten,dengan capaian 100% atau 100 kabupaten di 22 provinsi.

    5. Jumlah aparat yang mengikuti apresiasi analisis ketersediaan, akses dan penanganankerawanan pangan mencapai 132 aparat mencapai 100%

    Guna mendukung pelaksanaan kegiatan di Pusat Ketersediaan dan Kerawanan PanganTA. 2012 telah dialokasikan anggaran melalui Satker BKP Kementerian Pertanian untukalokasi anggaran Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan sebesar Rp. 8.236.700 milyar,yang dialokasikan pada di 17 kegiatan yang meliputi : penanganan daerah rawan pangan,penyusunan FSVA kabupaten di 22 provinsi, pemantauan ketersediaan pangan, sinkronisasisub sektor dan lintas sektor, penyusunan neraca bahan makanan, kajian analisis stock beras,penyusunan database sumberdaya pangan, penyusunan pemanfaatan potensi sumberdayapangan, analisis situasi akses pangan, peningkatan akses pangan antar desa, manajemenkegiatan pusat ketersediaan dan kerawanan pangan, pembinaan dan promosi ketersediaan dankerawanan pangan, monitoring pemanfaatan sumber daya lahan sawah, monitoing aksespangan, apresiasi analisis ketersediaan pangan, gerakan kemandirian pangan membangunpetani profesioanl, pengembangan desa mandiri panngan menuju gerakan kemandirian.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 35

    Sampai akhir tahun 2012, anggaran tersebut telah terealisasi Rp. 7.155.656.367 atau86,88 persen, dari total anggaran Rp. 8.236.700.000. Kegiatan yang paling terbesar padapengembangan desa mandiri pangan menuju gerakan kemandirian, sedangkan penyerapanyang paling terkecil pada monitoring pemanfaatan sumber daya lahan kering sebesar Rp.17.150.000 atau 0,24 persen.

    Adapun rincian capaian Rencana Kerja Tahunan 2012 Pusat Ketersediaan dan KerawananPangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi(SKPG)

    a. Input anggaran senilai Rp. 12.321,7 juta.

    b. Output yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan analisis SKPG danintervensi sebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang menerapkanSKPG sebanyak 410 kabupaten/kota.

    c. Outcome yang diharapkan, jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawanpangan berdasarkan analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transiensebanyak 33 provinsi serta jumlah kabupaten/kota yang melakukan intervensipenanganan rawan pangan berdasarkan analisis SKPG sebanyak 410 kabupaten/kota.

    d. Benefit yang diharapkan, jumlah kabupaten/kota yang telah dapatmencegah/mengatasi terjadinya rawan pangan sebanyak 410 kabupaten/kota.

    e. Impact yang diharapkan adalah jumlah penurunan kabupaten/kota yang mengalamirawan pangan sebanyak 410 kabupaten/kota.

    2. Penyusunan FSVA Kabupaten di 22 Provinsi

    a. Inputs yang digunakan untuk kegiatan penyusunan FSVA berupa anggaran sebesar

    Rp. 450,99 juta atau 81% dari total anggaran.

    b. Output Kegiatan penyusunan FSVA menghasilkan berupa (1) Jumlah provinsi yang

    mengikuti apresiasi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sebanyak 33

    provinsi dan (3) Laporan FSVA Kabupaten sebanyak 100 buah atau terealisasi 100

    persen.

    c. Outcome kegiatan adalah jumlah kabupaten yang menyusun FSVA sebanyak 100

    provinsi atau terealisasi 100%.

    d. Benefit yang didapatkan berupa tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan

    penanganan kerawanan pangan dan gizi di 100 kabupaten.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 36

    3. Kajian Ketersediaan Pangan, Akses Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan

    1) Analisis Situasi Akses Pangana. Input kegiatan Analisis Situasi Akses Pangan menggunakan anggaran sebesar Rp.

    468,98 juta atau terealisasi 83 % dari target alokasi Rp. 564,70 juta.b. Output yang diharapkan adalah data dan informasi karakteristik

    institusi/kelembagaan sosial, peran rumah tangga/anggota masyarakat dalamorganisasi (institusi/kelembagaan sosial) serta pola kepemimpinan dalampermasalahan sosial masyarakat.

    c. Outcomes yang diharapkan adlaah tersedianya bahan referensi yang dapatdimanfaatkan dalam upaya pencegahan terjadinya rawan pangan.

    d. Benefits yang diharapkan adalah tersedianya berbagai referensi yang dapatdijadikan bahan perumusan kebijakan pencegahan terjadinya rawan pangan.

    e. Impacts yang akan diraih adalah terwujudnya keterkaitan antara rumah tangga daninstitusi sosial dalam penyediaan pangan maupun upaya pencegahan terjadinyarawan pangan.

    2) Peningkatan Akses Pangan Antar Desaa. Input kegiatan Peningkatan Akses Pangan Antar Desa menggunakan anggaran

    sebesar Rp. 310,89 juta atau terealisasi 94 % dari target alokasi Rp. 329,80 juta.

    b. Output yang diharapkan adalah tersedianya informasi kondisi dan potensi wilayahdi 10 lokasi.

    c. Outcomes yang diharapkan tumbuhnya kerjasama pada tingkat wilayah denganmemanfaatkan potensi yang tersedia.

    d. Benefits yang diharapkan adalah terwujudnya wilayah mandiri pangan dimanadesa-desa yang tercakup di dalamnya saling berkontribusi untuk peningkatan aksespangan di wilayah tersebut sesuai dengan potensi masing-masing.

    e. Impacts yang akan diraih adalah meningkatnya akses pangan di masing-masingwilayah.

    4. Apresiasi Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan

    1) Apresiasi Analisis Ketersediaan

    a. Input Kegiatan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan menggunakan anggaran

    sebesar Rp. 879,35 juta atau terealisasi 97,59 persen dari target alokasi Rp. 901,1

    juta.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 37

    b. Outputs, yaitu jumlah provinsi yang melakukan analisis ketersediaan pangan

    sebanyak 32 provinsi.

    c. Outcome kegiatan ini adalah jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis

    ketersediaan pangan sebanyak 32 provinsi.

    d. Benefits yang dicapai adalah tersedianya bahan untuk penyusunan kebijakan

    ketersediaan pangan di 32 provinsi dan impacts, tersedianya pangan sesuai

    kebutuhan di 32 provinsi.

    2) Gerakan Mandiri Pangan Membangun Petani Profesionala. Input kegiatan Gerakan Mandiri Pangan Membangun Petani Profesional

    menggunakan anggaran sebesar Rp. 676,61 juta atau terealisasi 98 % dari targetalokasi Rp. 690,90 juta.

    b. Output yang diharapkan adalah terlatihnya 520 orang petani yang mampumemahami gerakan kemandirian pangan.

    c. Outcomes yang diharapkan adalah petani yang mandiri dalam menjalankan usahatani dengan semaksimal mungkin memanfaatkan kelembagaan, pengetahuan dansumberdaya lokal.

    d. Benefits yang diharapkan adalah untuk meningkatkan produksi pertanian.e. Impacts yang akan diraih adalah meningkatnya akses pangan.

    5. Pengembangan Desa Mandiri Pangan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan

    a. Input anggaran sebesar : Rp. 92.032 juta.

    b. Output yang diharapkan desa mandiri pangan yang dibina sebanyak 3.414 desa danterbentuknya lembaga ketahanan pangan desa yang terbentuk di setiap Desa Mapandiharapkan sebanyak minimal 3 lembaga: Tim Pangan Desa (TPD), LembagaKeuangan Desa (LKD), dan Kelompok Afinitas.

    c. Outcomes berupa jumlah desa yang masuk tahap kemandirian pada tahun 2012sebanyak 2.561 desa, berasal dari lokasi yang dibangun pada tahun 2006 sebanyak250 desa di 122 kabupaten, dan lokasi yang dibangun pada tahun 2007 sebanyak604 desa di 181 kabupaten; tahun 2008 sebanyak 825 desa di 202 kabupaten; tahun2009 sebanyak 1.184 desa di 276 kabupaten; tahun 2010 sebanyak 1.885 desa di 378kabupaten; tahun 2012 sebanyak 2.561 desa di 399 kabupaten;

    d. Benefits yang diharapkan, jumlah KK miskin 73.950 yang tertangani melaluiPengembangan Desa Mandiri Pangan tahun 2012 sebanyak 38.375 jiwa

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 38

    e. Impacts berupa menurunnya penduduk yang mengalami rawan pangan di DesaMapan sebesar 100 persen dari anggota kelompok akhir afinitas.

    Sebagian besar dapat diketahui bahwa kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangantahun 2012 secara umum cukup baik dari tahun sebelumnya, yaitu sudah semua terealisasi100 persen. Namun demikian, dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang telahdirencanakan, masih ditemukan berbagai hambatan dan kendala.

    Dari hasil evaluasi kinerja berbagai kegiatan jangka pendek tahunan kegiatan PusatKetersediaan dan Kerawanan Pangan, ditemui beberapa permasalahan dan kendala utamadalam pelaksanaan kegiatan selama tahun 2012 sebagai berikut:

    1. Pengembangan Desa Mandiri Pangan: (a) jumlah KK miskin hasil DDRT tidak semuamenjadi anggota kelompok afinitas, karena alokasi anggaran terbatas; (b) koordinasi olehpropinsi dalam DKP bagi kabupaten pelaksana kegiatan belum optimal; (c) pembinaanpandamping masih belum optimal; (d) pendampingan kelompok oleh petugas belumoptimal; dan (e) kurangnya dukungan daerah dalam keterpaduan/sinergitas kegiatanuntuk mempercepat pembangunan di lokasi demapan.

    2. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP): (a) dana bansos hanya dapat dicairkan untukbantuan atau intervensi penanggulangan rawan pangan transien bagi masyarakat yangterkena bencana alam, sehingga Dana Bansos PDRP tidak dapat dimanfaatkan jika tidakterjadi bencana alam; (b) dana bansos hanya dapat dicairkan untuk mengantisipasiterjadinya rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG. Namun, sebagian besarpropinsi dan kabupaten/kota tidak melakukan analisis SKPG; dan (c) adanya perbedaanpesepsi/pemahaman daerah terhadap penggunaan Bansos PDRP.

    3. Kegiatan yang terkait dengan data dan informasi, penyediaan data/informasi tersebutmerupakan tantangan bagi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan untukmenghasilkan analisis yang akurat, karena data dan informasi sering dianggap bukankegiatan prioritas bagi pemerintah daerah, sehingga sering mengalami kesulitan dalammemperoleh data.

    4. Tidak adanya dukungan anggaran untuk pelaksanaan pembinaan, monitoring dan evaluasimenyebabkan petugas Kabupaten/Kota jarang melakukan kunjungan lapangan kekelompok sasaran.

    5. Tingginya mobilitas pegawai pemerintah daerah, sangat mempengaruhi kinerja institusidi daerah. Oleh karena itu, kemampuan aparat daerah dalam melakukan berbagai kegiatanyang terkait dengan pengembangan ketersediaan pangan dan penanganan kerawananpangan perlu diperhatikan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 39

    6. Berjalannya kegiatan SKPG dan PDRP diseluruh provinsi tahun 2012 tidak terlepas dariberbagai kendala. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan SKPGdiantaranya yaitu:

    a) Ketersediaan data untuk analisis SKPG yaitu data yang sesuai dengan indikatorSKPG yang ditetapkan, tidak seluruhnya dapat tersedia disetiap wilayah.

    b) Terkait Tim Pokja SKPG dan koordinasinya: (a) beberapa provinsi dan kabupatenbelum membentuk Tim SKPG; (b) efektifitas kerja Tim SKPG belum berjalanoptimal. Hal ini berdampak pada proses analisis data dan pelaporan rutin olehprovinsi; (c) Koordinasi dengan dinas terkait dalam melakukan pemantauan danmengumpulkan data tidak semuanya berjalan dengan baik; (d) Aparat di beberapadaerah masih belum memahami kegiatan SKPG sebagai sistem pemantauan pangandan gizi serta alat analisis; (e) Sering terjadinya mutasi pejabat/pegawai yangmenangani kegiatan SKPG, sehingga menghambat proses analisis SKPG, (f) aspekketersediaan dan pemanfaatan untuk indikator SKPG masih terlalu tinggi persentasepengukurannya

    c) Hal yang lain adalah SKPG merupakan salah satu instrument dalam pencairanbansos PDRP, maka berdasarkan hasil diperoleh juga permasalahan yang dihadapidalam pelaksanaannya yaitu: (a) Mata anggaran bansos PDRP terkendala dalampencairan dana bansos PDRP di daerah, seperti yang dialami oleh petugaskabupaten/kota di Provinsi Riau tidak dapat mencairkan dana bansos PDRP melaluianalisis SKPG karena mata anggarannya untuk dana bansos bencana.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

    Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 40

    Lampiran