Upload
others
View
4
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara kepulauan dilihat dari aspek kondisi
geografisnya memiliki lebih dari 17.000 pulau, membentang dari barat ke
timur sepanjang 5.000 km (sama dengan Amerika Serikat), dari utara sampai
selatan kurang lebih 1.900 km. Jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang,
terbanyak nomer 4 di dunia, lebih dari separuh penduduknya terpusat di pulau
Jawa yang besarnya hanya 7% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Agar
perkembangan terjadi secara merata diseluruh kawasan di Indonesia dalam
segala aspek kehidupan, diperlukan suatu tindakan penting untuk
menyambung pulau-pulau yang menyebar dengan luas ini, hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan pembenahan sistem transportasi agar lebih
efisien di seluruh kawasan di Indonesia, terutama di pulau Jawa, tempat
terpusatnya penduduk, terutama di ibu kota Jakarta.1
Sejauh ini tatanan sistem transportasi yang ada di Indonesia masih jauh
dari sempurna. Hal ini terlihat dari masih banyaknya daerah yang terisolasi
karena tingkat aksesibilitas yang rendah, yang akan berdampak terhadap tidak
meratanya derap pertumbuhan yang terjadi di Indonesia, rendahnya tingkat
kesejahteraan dan ekonomi masyarakat, keterbatasan sumber daya alam
(rendahnya produktivitas lahan/kritis), terbatasnya ketersediaan prasarana dan
1Susetyo Herman, 2010, Tanggung Jawab Nakhoda pada Kecelakaan Kapal dalam
Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Laut di Indonesia, Jurnal Hukum, Semarang,
Hal 8
2
sarana kawasan, serta rendahnya kualitas sumber daya manusia.2Hal tersebut
menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga pembangunan
dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak
diperlukan.3
Sesuai dengan kebijakan Transportasi Laut Nasional Era Pemerintahan
Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla (2015-2019) yang merupakan bagian dari
rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 yang
bertujuan untuk menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan merata
dibentuklah Pembangunan tol laut yang merupakan upaya penyediaan jaringan
angkutan laut secara tetap dan teratur melalui penyelenggaraan pelayanan
angkutan laut (pola subsidi) dan didukung peningkatan fasilitas kepelabuhan.
Pola jaringan angkutan Tol Laut menghubungkan simpul pelabuhan utama
(hub) dan pelabuhan-pelabuhan pengumpannya (Feeder).4
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dengan segala
aktivitas ekonomi tersebut, maka kebutuhan masyarakat akan alat transportasi
kian meningkat pula, demikian pula halnya di Gili Indah yang merupakan
bagian dari pulau Lombok. Gili Indah merupakan pulau kecil yang
berpenduduk dan merupakan pusat pariwisata yang sering dikunjungi oleh
wisatawan asing, karena letaknya yang dipisahkan oleh lautan. Untuk
2 Anzy Indrashanty, 2016, Aksesibilitas Dan Mobilitas Transportasi Di Provinsi Bengkulu
Dalam Konteks Negara Maritim Dan Penguatan Daerah Tertinggal, Jurnal Penelitian
Transportasi Multimoda. Hal: 96 3Rahman Zaibur, 2008, Perlindungan Hukum Konsumen Jasa Pengangkutan Laut (Studi Kasus
terhadap Kecel akaan Yang Terjadi Di Selat Gresik – Baweantanggal 24 Desember 2006), Tesis Universitas Muhammadiyah Malang.
4Mentri Perhubungan, 2017, Arah Kebijakan Pembangunan Kemaritiman, Rapat Koordinator
Nasional Bidang Kemaritiman. Hal: 4
3
menjangkau daerah tersebut dibutuhkannya transportasi laut. Selain dapat
mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya, juga
dapat memperlancar kegiatan perekonomian di gili indah. Adapun pihak
pelaku usaha yang bergerak di bidang pelayanan transportasi laut di daerah ini
diantaranya adalah Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari, yang menyediakan
jasa pengangkutan menggunakan kapal motor.5
Sarana transportasi yang khususnya angkutan laut merupakan suatu
mata rantai penghubung, yang sangat menunjang kegiatan untuk tercapainya
tujuan yang diinginkan oleh pengguna jasa atau penumpang. Untuk itu jasa
angkutan laut harus cukup tersedia agar semua sektor dapat berjalan dengan
baik, sebab tidak menutup kemungkinan pula terjadi hal-hal yang
menyebabkan kerugian bagi pihak pengguna jasa angkutan laut.hal-hal yang
merugikan tersebut antara lain adalah apabila terjadi kecelakaan yang
disebabkan kelalaian dari pelaku usaha.6
Sesuai dengan pasal 40 Ayat 1 dan 2 UU No. 17 Th. 2008 Tentang
Pelayaran pada dasarnya perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab
terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang
diangkutnya sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen
muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.
Berdasarkan ketentuan pasal 41 ayat (3) dapat diperoleh bahwa atas
tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud pada pasal 41 (1) UU No. 17
5Pelabuhan Bangsal Lombok Utara.www.lomboksociety.web.id/2016/03/pelabuhan-bangsal-
lombok-utara.html?m=1. Diakses 23 Mei 2017 6 Ida Bagus Wisnu, 2016, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Pengguna Jasa
Angkutan Laut Apabila Terjadi Kecelakaan (Studi Pada Pt. Jj Fast Boat Sanur Denpasar),
Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar. Hal: 3
4
Tahun 2008, yaitu akibat dari pengoperasian kapal, pengangkut juga
diwajibkan untuk mengasuransikan tanggung jawabnya tersebut.Apabila
perusahaan pengangkutan tidak melaksanakan ketentuan pasal 41 ayat (3) di
atas, dapat dijatuhkan sanksi yang ditentukan sesuai dengan Pasal 292 UU No.
17 tahun 2008.
Selain memperhatikan keamanan dan keselamatan pelayaran, penting
juga untuk memperhatikan standar pelayanan penumpang angkutan laut.
Seperti yang tertera dalam PM No. 37 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Angkutan Laut bertujuan untuk menjamin terpenuhinya jenis dan mutu
pelayaran yang berhak diperoleh oleh pengguna jasa angkutan laut.7
Pasal 1 ayat 2 UUPK menentukan bahwa konsumen adalah setiap
orang pemakai barang / jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan. Sumber hukum utama yang mengatur tentang
perlindungan konsumen di Indonesia adalah Undang-Undang (UU) No.8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang mulai
diberlakukan tanggal 20 April 1999, Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor
42. Di luar UUPK masih terdapat beberapa peraturan khusus yang dapat
dijadikan sumber hukum yang melindungi konsumen.8
Disamping itu terdapat juga sumber-sumber formal aturan hukum yang
bertujuan melindungi konsumen di bidang transportasi laut menunjukkan
7Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, Dua Peraturan Mentri Terkait Keselamatan dan
Pelayanan Angkutan Laut Diterbitkan, 2015, dephub.go.id/berita/baca/dua-peraturan-mentri-
keselamatan-danpelayanan-angkutan-laut-diterbitkan. 8Syamsudin M, 2008, Perlindungan Hukum Konsumen Kapal Laut, Jurnal Hukum, Edisi 18,
Hal 287.
5
adanya perlindungan hukum secara normatif. Perlindungan hukum secara
normatif artinya perlindungan hukum yang didasarkan pada ada tidaknya
norma-norma hukum yang dapat dijadikan dasar konsumen untuk melindungi
hak-hak dan kepentingan-kepentingannya dalam mengkonsumsi barang dan /
atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha.Dengan adanya aturan-aturan atau
norma-norma hukum tersebut.9
Jika terdapat pelanggaran terhadap keselamatan pelayaran akan
dikenakan sanksi pidana maupun sanksi administratif berupa pemberhetian
personil dari jabatan atau pencabutan izin bagi operator sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.10
Berdasarkan uraian atas permasalahan pada latar belakang dan
beberapa alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan
penelitian yang berjudul : “Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap
Penumpang Transportasi Laut Apabila Terjadi Kecelakaan. (Studi di Koperasi
Angkutan Laut Karya Bahari”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri No.20 tahun 2015
tentang standar keselamatan pelayaran oleh koperasi Karya Bahari?
2. Bagaimana bentuk tanggung jawab Koperasi Karya Bahari terhadap
penumpang korban akibat kecelakaan?
9Syamsudin M, 2008, Op. Cit. hal 289 10Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, Op.Cit
6
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap penumpang jasa angkutan
transportasi laut
2. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab yang di berikan terhadap
penumpang atau konsumen angkutan laut.
D. Manfaat (Untuk Subyek) Penelitian
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas
antara lain:
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil
yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pendidikan khususnya dibidang
ilmu hukum perdata untuk menambah pemahaman, wawasan dan ilmu
pengetahuan terkait dengan hukum khususnya yang mengatur perlindungan
dan tanggung jawab terhadap penumpang.
2. Manfaat Praktis, diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yuridis untuk memberikan wawasan dan pengetahuan
bagi masyarakat luas mengenai perlindungan hukum dan tanggung jawab
terhadap konsumen pengguna jasa angkutan laut.
E. Kegunaan (Untuk Obyek) Penelitian
1. Bagi Penulis: Penulisan ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis
mengenai permasalahan yang diteliti, serta sebagai syarat untuk
menyelasaikan tugas akhir perkuliahan dalam Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
7
2. Bagi akademisi: penelitian ini bisa dijadikan sedikit informasi serta
menambah wawasan serta refrensi dalam penelitiian hukum yang lebih
lanjut.
3. Bagi Masyarakat: penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi dan
sebagai acuan masyarakat untuk mengetahui hak-hak yang bersangkutan
sebagai penumpang pengguna jasa transportasi laut agar tidak ada pihak
yang dirugikan haknya
F. Metode Penelitian
Adapun Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode pendekatan
Pendekatan penyelesaian masalah merupakan proses pemecahan atau
penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga
mencapai tujuan peneliti atau penulis11.dalam penulisan ini menggunakan
pendekatan yuridis sosiologis, yakni melihat hukum sebagai perilaku
manusia dalam masyarakat dan dihubungkan dengan peraturan yang sudah
ada serta sumber-sumber hukum yang berhubungan dengan obyek yang
akan diteliti. Penelitian yuridis sosiologis merupakan penelitian hukum yang
ber titik tolak dari data primer yang didapat langsung dari masyarakat
sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapang.
Pendekatan yuridis sosiologis dlam penelitian inidilakukan dengan
cara menggambarkan dan menganalisis secara jelas tentang fakta apa yang
ada di lapangan trekait tanggung jawab dan perlindungan hukum terhadap
11Abdul kadir muhammad, 2004 hukum dan penulisan hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal.12
8
konsumen apabila terjadi kecelakaan (studi di Koperasi Angkutan Laut
Karya Bahari).
2. Lokasi Peneltian
Lokasi penelitianoleh penulis untuk melakukan penelitian guna
mendapatkan informasi bahan-bahan yang akurat dalam penulisan ini yaitu
di Kopersi Angkutan Laut Karya Bahari yang berlokasi di jalan gili indah
pelabuhan bangsal kecamatan pemenang kabupaten Lombok Utara.
Penelitian dilokasi tersebut didasarkan pada letak beroprasinya kapal-kapal
pengangkut penumpang dengan tujuan gili Indah (Air,Meno,Trawangan)
atau sebaliknya yang dikelola oleh koperasi Angkutan Laut Karya Bahari
sebagai pelaksana angkutan laut.
3. Jenis data
a. Jenis data primer
Jenis data primer adalah jenis data, dokumen tertulis, file,
informasi atau pendapat yang di peroleh langsung dari sumber
utama/pertama. Yang mana hal ini di peroleh peneliti dari hasil
wawancara dengan responden di Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari,
Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara serta dokumen-dokumen yang di
peroleh dari lokasi penelitian terkait dengan permasalahan yang akan
penulis teliti yaitu terkait Tanggung Jawab Dan Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Jasa Angkutan Laut yang ada di Koperasi Angkutan
laut Karya Bahari di Pelabuhan Bangsal , Lombok Utara.
9
b. Jenis Data Sekunder
Jenis data sekunder adalah jenis data yang mendukung serta
melengkapi data primer yang diperoleh dari study kepustakaan melalui
bahan-bahan literatur seperti undang-undangatau peraturan-peraturan,
buku, jurnal, serta penelusuran situs-situs internet yang berhubungan
dengan kasus yang diteliti. Undang-undang yang terkait antara lain:
1) UU No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
2) Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2015
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu teknik pengambilan data yang diperoleh dengan cara tanya
jawab, dialog atau diskusi melalui penjelasan dari kepala Koperasi
Angkutan Laut Karya Bahari yaitu, Bapak Sabarudin yang di anggap
banyak mengetahui dan memahami terkait obyek penelitian. Wawancara
juga bisa di sebut dengan metode tatap muka dengan responden untuk
menanyakan fakta-fakta yang ada, pendapat maupun persepsi dari
responden. Hasil wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan wawancara dari pihak yang berkompeten. Wawancara
langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian ilmu
hukum empiris, dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana
10
semua pertanyaan disusun secara sistematik, jelas dan terarah sesuai
dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian.12
b. Dokumentasi
Yaitu berupa pengumpulan data-data melalui dokumen tertulis
yang di perlukan terkait dengan tanggung jawaab dan perlindungan
hukum di lokasi penelitianguna mendukung kelengkapan bahan materi
yang lain.
c. Studi Kepustakaan
Yaitu melakukan penelusuran dan pencarian baha-bahan
kepustakaan dari berbagai literatur termasuk buku-buku ataupun jurnal
serta peraturan perundang-undangan.
d. Teknik Analisa Data
Setelah melakukan teknik pengumpulan data penelitian baik
melalui wawancara, study dokumen, maupun studi pustaka yang dirasa
telah cukup, selanjutnya penulis akan menggunakan metode analisis data
deskriptif kualitatif 13 yaitu mendeskripsikan dan menganalisi secara
aktual, sistematis, akurat data yang akan diteliti, yang telah diperoleh dari
lapangan (berupa kalimat-kalimat) kemudian menampilkan gambaran
obyektif dari hasil penelitian berdasrkan kenyataan yang terjadi serta
dikaitkan dengan teori-teori terkait, undang-undang yang relevan,
sehingga menghasilkan hasil yang obyektif. Dalam melakukan analisis
12 Mustam Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press,
Malang, Hal.103 13 Bambang Sunggono, 2003, Metode Penulisan Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
hal.38
11
deskriptif kualitati ini maka akan dilakukan analisis terhadap Tanggung
Jawab Pengangkut Terhadap Penumpang Jasa Transportasi Laut Apabila
Terjadi Kecelakaan (studi di Koperasi Angkutan Laut Karya Bahari).
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 (empat)
bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, hal ini bertujuan
agar mudah untuk dipahami. Adapun sistematika penulisan yang secara garis
besar dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan substansi dalam pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab,
yang terdiri dari latar belakang,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
dan kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi kajian tentang teori-teori hukum yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitutentang Tanggung Jawab
Pengangkut Terhadap Penumpang Jasa Transportasi Angkutan Laut Apabila
Terjadi Kecelakaan (Studi di Koperasi Karya Bahari). Teori-teori hukukm ini
diperoleh dari studi kepustakaan dan digunakan sebagai kerangka untuk
memudahkan penulisan penelitian.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam sub bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh
penulis yang selanjutnya akan dianalisi secara sistematis, guna mengkaji,
12
menyesuaikan dan menyelarsakan hasil penelitian dengan kenyataan yang ada
(yangterjadi) terhadap obyek yang di teliti serta didukung dengan bahan
hukum dan teori-teori yang relevan dengan permaslahan dalam penulisan
hukum ini.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir dalam penulisan hukum ini, yang berisi
kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya dan berisikan saran dari penulis
guna menanggapi permaslahan yang di teliti.