Upload
phungnhu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara didirikan dengan tujuan utama untuk
memberikan kesejahteraan (termasuk dalam pengertian ini
antara lain kemakmuran, kesehatan, pendidikan dan rasa
aman) kepada rakyat serta meningkatkan harkat dan
martabat rakyat sebagai manusia. Kesejahteraan
masyarakat merupakan tujuan pembangunan nasional yang
hendak dicapai untuk meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia dengan mengacu pada kepribadian
bangsa dan nilai-nilai luhur yang universal untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri,
berkeadilan, maju, kokoh dengan kekuatan moral dan
sejahtera.
Untuk mencapai tujuan tersebut Negara membentuk
suatu organisasi yang bernama pemerintah sebagai
pemegang mandat kekuasaan Negara untuk merencanakan,
menetapkan tujuan dan sasaran, mengatur, menggerakkan,
mengarahkan, dan mensinergikan segenap upaya bersama
dalam mencapai tujuan bernegara tersebut. Dengan
kewenangan pokok yang dilakukan pemerintah sebagai
sebuah organisasi Negara1. pemerintah merupakan sebuah
gejala yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaan
Negara2. Dengan kekuasaan yang diberikan Negara
1 Muhadam Labolo, 2006, Memahami Ilmu Pemerintahan Suatu Kajian, Teori, Konsep,
dan Pengembanganya, Jakarta: Raja GrafindoPersada, hal.17. 2 Inu Kencana Syafi’i, 1998, Ekologi Pemerintahan, Jakarta: PT.Pertja, hal.4
1
2
kepadanya itu, pemerintah bisa melakukan segala upaya
untuk mensejahterakan rakyatnya.
Pemikiran tentang kesejahteraan masyarakat
sebenarnya sudah ada sejak terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam alenia ke-IV
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
lndonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa salah satu
tujuan dari pembentukan Negara Republik Indonesia adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum3.
Pemerintah mengandung arti suatu kelembagaan atau
organisasi yang menjalankan kekuasaan pemerintahan,
sedangkan pemerintahan adalah proses berlangsungnya
kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam mengatur
kekuasaan suatu Negara. Penguasa dalam hal ini
pemerintah yang menyelanggarakan pemerintahan,
melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum, yang
dijalankan oleh penguasa administrasi Negara yang harus
mempunyai wewenang. Seiring dengan perkembangan,
fungsi pemerintahan ikut berkembang, dulu fungsi
pemerintahan hanya membuat dan mempertahankan
hukum, akan tetapi pemerintahan tidak hanya
melaksanakan undang-undang tetapi berfungsi juga untuk
merealisasikan kehendak Negara dan menyelenggarakan
kepentingan kepentingan umum (public service). Perubahan
paradigma pemerintahan dari penguasa menjadi pelayanan,
pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk
3 Pustaka Yustitia, 2007, Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Perubahan Pertama,
Kedua, Ketiga Dan Keempat (Dalam Satu Naskah) Data Wilayah Administrasi 33 Propinsi,
349 Kabupaten Dan 91 Kota Di Seluruh Indonesia, Jakarta : PT. Buku Kita, hal. 2.
3
meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat.
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah
terlebih setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang demikian
luas oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur rumah tangga
daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian
pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun
Berbagai isu yang muncul di kalangan masyarakat, ternyata
hak pelayanan yang diterima oleh masyarakat atau
perorangan terasa belum memenuhi harapan semua pihak
baik dari kalangan masyarakat umum maupun dari
kalangan pemerintah sendiri. Pelayanan masyarakat yang
diberikan oleh aparatur pemerintah seringkali cenderung
rumit seperti : a) Tata cara Pelayanan, untuk mendapatkan
pelayanan harus melalui proses yang panjang dari bawah
sampai dengan tingkat atas, dapat dibilang jika tidak ada
yang kenal dengan pegawai yang mengurus urusan akan
menjadi lama b) Rendahnya Pendidikan aparat, hal ini
berakibat pada lambannya pelayanan yang diberikan c)
Kurangnya sarana dan prasarana, terutama sistem
komputerisasi yang kadang online kadang tidak, serta
kemampuan petugas dalam penguasaan teknologi dan d)
Disiplin kerja, yaitu jam pelayanan yang tidak sesuai dengan
ketentuan, baik jam pelayanan buka maupun jam pelayanan
tutup. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan umum di daerah.
Pelayanan masyarakat dapat dikategorikan efektif
apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan
4
dengan prosedur yang singkat, biaya murah, cepat, tepat
dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektivitas
pelayanan Umum ditentukan oleh faktor kemampuan
pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja aparat
pelayanan. Masalah nyata proses pelayanan Umum,
terutama pengurusan surat pengantar pembuatan KTP,
Surat Keterangan Pindah, pelayanan IMB, dan pengantar
pembuatan akte kelahiran, dirasakan masih berbelit dan tak
terkendali secara efektif, sehingga wilayah aspirasi dan
kepentingan Umum masih kurang tersentuh.
Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik adalah untuk membangun
kepercayaan atas pelayanan publik yang dilakukan oleh
para penyelenggara negara agar supaya seiring dengan
harapan dan tuntutan seluruh warga negara, selain itu juga
sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap
warga negara serta terwujudnya tanggung jawab
penyelenggara negara dalam menyelenggarakan pelayanan
publik.
Pelayanan adalah proses menyangkut segala usaha
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam rangka mencapai tujuan4. Pelayanan hakekatnya
adalah serangkaian kegiatan, karena itu merupakan suatu
proses. Sebagai proses, pelayanaan berlangsung secara rutin
dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang
dalam masyarakat. Pelaksanaan pelayanaan dapat diukur,
oleh karena itu dapat ditetapkan standar baik dalam waktu
yang diperlukan maupun hasilnya. Dengan adanya standar
4 Moenir, 2001, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, hal 27
5
dalam pelayanan maka pada akhirnya dapat memberikan
kepuasan pada pihak-pihak yang mendapat layanan.
Pelayanan Umum adalah proses pelayanan kepada
masyarakat. Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas
dari masalah kepentingan umum, sehingga ada korelasi
antara pelayanan umum dan kepentingan umum. Dalam
perkembangannya pelayanan umum dapat timbul karena
adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan
kegiatan organisasi (pemerintahan).
Penyelenggaraan pelayanan umum didasarkan pada
asas umum pemerintahan yang baik dan bertujuan untuk
memenuhi kewajiban negara melayani publik atau
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Persoalan yang timbul saat ini adalah realitas pelaksanaan
fungsi pelayanan pemerintah yang telah dilaksanakan di
daerah, khususnya pelaksanaan fungsi pelayanan di bidang
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten Semarang
tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
Masyarakat.
Hal tersebut nampak pada jadwal penyampaian
instruksi dari pemerintah atasan, kepada kecamatan,
kelurahan sering terlambat dari waktu yang ditentukan,
kurang tepatnya penilaian tentang tafsiran biaya bangunan
karena kesulitan yang ditemui petugas di lapangan, sebab
petugas belum banyak pengalaman dan masyarakat kurang
cepat memberikan informasi tentang bangunan, sehingga
tafsiran biaya untuk bengunan hanya berdasarkan pikiran
yang menyebabkan retribusi kurang cocok dengan kondisi
bangunan
6
Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan
bangunan yang menjamin keandalan teknis bangunan dari
segala keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan dan mewujudkan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan bangunan, Pemerintah Kabupaten
Semarang menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 16 tahun
2006 tentang Ijin Mendirikan Bangunan. Untuk menjamin
daya guna dan hasil guna pelaksanaan Perda tersebut
dikeluarkan Peraturan Bupati Semarang nomor 11 tahun
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Ijin
Bangunan. Dalam pelaksanaan pemberian izin mendirikan
bangunan di Kabupaten Semarang meliputi : Persyaratan,
Prosedur dan Waktu penyelesaian.
Syarat-syarat yang harus dilampirkan dalam
pengurusan IMB di Kabupaten Semarang antara lain adalah
: foto kopi kartu tanda penduduk, foto kopi hak atas tanah,
foto kopi tanda pelunasan PBB, surat keterangan tanah dari
kepala desa/lurah, surat pernyataan penggunaan tanah
apabila bukan milik sendiri, foto kopi ijin lokasi, surat
pernyataan teknis, gambar situasi lokasi bangunan, site
plant (tata letak bangunan terhadap lahan/kapling),
rekaman gambar bangunan, izin pendirian tempat ibadah
untuk bangunan keagamaan, surat pernyataan penggunaan
bangunan dan kesanggupan UPL atau UKL atau AMDAL.
Sedangkan prosedur dalam pengurusan IMB antara lain
adalah:
1. Mengisi formulir permohonan sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditetapkan, mulai dari RT, Kelurahan,
Kecamatan dan selanjutnya ke KPPT;
2. Kemudian petugas KPPT :
7
a. meneliti formulir dan kelengkapan syarat-syarat
administrasi dan teknis; b.menghitung dan
menetapkan besaran retribusi; c.memberitahukan
besaran retribusi yang wajib dibayar oleh pemohon
atau memberi tahu penolakan atas izin yang diajukan
oleh pemohon dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) hari kerja terhitung sejak tanggal berkas
permohonan diterima.
3. Pembayaran retribusi disampaikan pada bendahara
penerima KPPT dan disetor ke kas daerah;
4. Setelah melunasi retribusi, pemohon mendapat surat IMB
resmi yang langsung dikeluarkan oleh kepala KPPT paling
lama 12 (dua belas) hari kerja. Waktu penyelesaian adalah
5 (lima) hari kerja + ‘X’ hari kerja (tergantung kecepatan
pemohon membayar retribusi) + 12 (dua belas) hari kerja,
dihitung sejak diterimanya permohonan yang telah
diagendakan.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2009
tentang pelimpahan kewenangan bidang pelayanan
umum/perijinan dalam pemberian Izin Mendirikan
Bangunan, Camat diberi kewenangan untuk mengeluarkan
Izin dengan ketentuan luas bangunan sampai dengan 250
m2 (bangunan 1 lantai). Berikut ini adalah diagram Alir
Proses Pelayanan Perizinan Izin Mendirikan Bangunan:
8
PEMOHON PETUGAS
INFORMASI
PETUGAS
PENDAFTARAN
PETUGAS
PEMROSESAN
KEPALA
KPPT/
CAMAT
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Catatan:
-berkas sdh
dilampiri
rekomendasi:
dinas pariwisata
bila usaha
akomodasi Dinas
Perhubungan bila
pendirian tower
Dinas Kesehatan
bila usaha bid
kesehatan
-berkas
diperbanyak
rangkap 2 dg asli
-warna map,
merah
Ya
Sumber : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Semarang.
Mencari
Informasi
Memberikan info&formul
ir
permohona
n
Mengisi
formulir&
melengkapi
persyaratan
Menerima&
memeriksa
berkas
permohonan
lengkap
Membuat tanda
terima berkas
permohonan
Agenda
pemeriksaan
lapangan
Pembuatan
undangan tim
Pemeriksa
lapangan
(berita acara)
diizinkan
Cek draft izin Penanda
tanganan
izin
Agenda izin
Resi
penyerahan
Surat
penolakan
Surat izin
Pemberitah
uan
undangan
9
Warga masyarakat yang akan mencari Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) harus memperoleh keterangan mulai dari
RT, Kelurahan, Kecamatan, DPU dan KPPT (Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu). Prosedur yang panjang ini
tentu menyita banyak energi yang harus dikeluarkan oleh
pemohon IMB. Ketika terjadi kesalahan gambar, prosesnya
jadi semakin panjang dan lama, akibatnya pemohom enggan
untuk mengurus sendiri, sehingga diurus lewat biro jasa
atau notaris, dengan cara seperti ini maka biaya yang
dikeluarkan juga semakin banyak. Aparat sangat lamban
memproses masalah ini belum lagi adanya pungutan liar.
Disamping itu adalah minimnya sosialisasi kepada
masyarakat oleh Pemerintah Daerah tentang pentingnya
IMB,dan tidak adanya sanksi yang tegas terhadap bangunan
yang tidak memiliki IMB, sehingga yang mengajukan IMB
adalah sebagian masyarakat yang mempunyai usaha saja.
Dibawah ini adalah data pemohon dan realisasi IMB di
Kecamatan Getasan mulai tahun 2007 sampai dengan 2011:
Tabel 1.1 Permohonan dan Realisasi IMB yang dikeluarkan oleh Camat
Getasan
No JENIS Th.2011
Pemohon Realisasi
1 Hotel - -
2 Peternakan - -
3 Rumah tinggal 5 4
4 Toko/Tpt usaha - -
5 Kafe/karaoke - -
6 Lain-lain 3 1
Jumlah 8 5
Sumber: Kantor Camat Getasan, 2011
10
Tabel 1.2 Permohonan dan Realisasi IMB Kecamatan Getasan yang
dikeluarkan oleh KPPT Kabupaten Semarang
No
Jenis
Th.2011
Pemohon Realisasi
1 Hotel 15 14
2 Peternakan 3 -
3 Rumah tinggal 8 5
4 Toko/Tpt usaha - -
5 Kafe/karoke 2 1
6 Lain-lain 8 8
Jumlah 36 23
Sumber: KPPT Kab. Semarang, 2011
Dari tabel 1.1. dan 1.2 maka dapat dilihat antara
pemohon yang terealisasi dan pemohon yang ditolak,
permohonan yang ditolak disebabkan antara lain :
1. Tidak memenuhi garis sempadan jalan (garis batas
bangunan yang diijinkan dari as jalan);
2. Belum adanya tukar guling tanah;
3. Belum ada kajian dari Disperindag (untuk
minimarket).
Berbagai fenomena diatas, maka sangat perlu untuk
menilai kinerja birokrasi publik di Kabupaten Semarang ,
baik kualitas, kuantitas, efisiensi pelayanan sehingga dapat
memotivasi aparat pelaksana, mendorong pemerintah agar
lebih responsif kepada masyarakat yang dilayani. Di dalam
Perda juga mengatur garis sempadan jalan untuk jalan
provinsi (arteri) : 35 m, jalan provinsi sekunder 25 m, jalan
kabupaten Primer : 21m, jalan Kabupaten sekunder : 14 m,
jalan lingkungan : 6 m, sehingga fakta di lapangan banyak
11
bangunan di wilayah Kecamatan Getasan yang tidak
memenuhi sempadan jalan tidak mengurus ijin Mendirikan
Bangunan alias bangunan tanpa IMB banyak berdiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) di Kabupaten Semarang ?
2. Kendala-kendala apakah yang dihadapi oleh pemohon
dalam penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan
pemberian Ijin Mendirikan Bangunan di Kabupaten
Semarang.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala-kendala
apakah yang dihadapi oleh pemohon dalam penerbitan
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini antara lain adalah :
1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan secara
teoritis dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan
ilmu hukum, khususnya dalam bidang Hukum
Administrasi Negara
2. Bagi pembangunan, hasil penelitian ini diharapkan
memberikan umpan balik kepada Pemerintah Kabupaten
Semarang beserta elemen-elemen yang terkait sehingga
Pemerintah Kabupaten Semarang lebih membuka diri dan
mau bermitra dengan berbagai pihak baik peneliti dari
12
kalangan perguruan tinggi, DPRD, tokoh masyarakat,
LSM, dan Pengusaha dalam rangka mencari format
kebijakan yang diperlukan untuk model kegiatan
pemerintahan dalam pelayanan yang lebih efisien,
responsif dan akuntabel.
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Untuk membahas permasalahan yang penulis ajukan
dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah
pendekatan Yuridis Empiris, yaitu penelitian yang
menggunakan data primer dan data sekunder dengan
melakukan penggalian data secara langsung dari
sumbernya. Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan
normatif dengan cara meneliti bahan pustaka dengan
mempelajari dan menelaah teori-teori, konsep-konsep serta
peraturan yang berkaitan dengan permasalahan5.
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian pada tesis ini adalah deskriptif
analitis yaitu penelitian yang bertujuan memberikan
gambaran atas sebuah permasalahan dengan melalui
kegiatan analisis data penelitian. Pada tesis ini hal yang
digambarkan adalah Problematika Peraturan Daerah
tentang penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di
Kabupaten Semarang.
5 Soejono Soekamto dan Sri Mamuji, 1998, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat,Cetakan Ke II. Jakarta: Rajawali, hal 14-15
13
3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau
hal yang menjadi sumber pengambilan sampel,
sekumpulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah penelitian (Sugiyono,
2009). Dalam penelitian ini populasinya adalah
seluruh pemohon IMB Kecamatan Getasan Tahun
2011 sebanyak 36 orang pemohon.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang
dapat dijadikan wakil dari populasi dalam suatu
penelitian (Hadi, 2003). Adapun sampel adalah 10
orang pemohon yang direalisasi dan 10 orang pemohon
yang tidak direaliasi.
4. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang
berasal dari sumber yang berbeda yaitu :
a. Data Primer
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh
data primer yang berupa kejadian-kejadian di lapangan
atau pendapat subyek penelitian atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
b. Data Sekunder
Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka
merupakan data dasar yang dalam ilmu penelitian
dikatagorikan sebagai data sekunder, baik data sekunder
yang bersifat pribadi maupun data sekunder yang bersifat
14
publik. Dilihat dari sisi kekuatan mengikatnya, data
sekunder di bidang hukum dapat dibedakan menjadi :
a. Bahan-bahan hukum primer, meliputi :
- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
- Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan;
- Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan
Bangunan
- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 03
Tahun 2003 tentang Izin Gangguan
- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16
Tahun 2006 tentang Izin Bangunan.
- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13
Tahun 2007 tentang Garis Sempadan
- Peraturan Bupati Semarang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin
Bangunan di Kabupaten Semarang
b. Bahan-bahan hukum sekunder, meliputi : bahan
hukum yang diperoleh dari teks, jurnal, kasus-kasus,
serta simposium atau yang sejenis yang berhubungan
dengan persoalan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);
c. Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti
kamus hukum eksiklopedi dan sebagainya.
15
4. Teknik Pengumpulan Data
Mengenai penelitian ini bertitik tolak pada data
sekunder, maka langkah pertama dalam pengumpulan data
yaitu dilakukan dengan cara mengadakan telaah bahan
pustaka dan studi dokumen. Bahan pustaka dan dokumen
ini yang diteliti berkaitan dengan permasalahan, baik yang
berkaitan dengan masalah fungsi pelayanan pemerintah
khususnya di bidang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
maupun berkaitan dengan kinerja pelayanan publik.
Disamping itu, juga dilakukan studi lapangan melalui
serangkaian wawancara pada instansi terkait, wawancara
dilakukan setelah melakukan inventarisasi permasalahan
secara lebih konkrit, yang berkaitan dengan pendapat para
sarjana mengenai hukum Admnistrasi, literatur-literatur
yang berkaitan dengan fungsi pelayanan pemerintah
khususnya di bidang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
maupun berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pelayanan publik untuk selanjutnya memperoleh
data sebanyak-banyaknya mengenai sumber maupun
informasi, yang relevan dengan pokok permasalahan dan
penelitian.
5. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa data, data yang telah diperoleh
dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif dengan
menggunakan pola pikir induksi. Teknik ini dilakukan
dengan metode interaktif yang terdiri dari tiga jenis kegiatan,
yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan yang dapat dilakukan pada saat sebelum dan
selama pengumpulan data.
16
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
dan juga transformasi data yang muncul dari catatan tertulis
di lapangan. Sementara penyajian data merupakan
penyajian sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan6.
G. Sistematika Penulisan Tesis
Hasil penelitian yang sudah diperoleh dan telah
dianalisa akan dibuat suatu tesis yang sistematikanya
sebagai berikut :
Bab I sebagai bab pendahuluan yang akan memuat
latar belakang dilakukanya penelitian, bab ini terbagi dalam
perumusan masalah, tujuan penelitian dan metode
penelitian yang terbagi atas spesifikasi penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data dan metode analisis
data .
Bab II akan mengkaji tentang tinjauan teoritis
terhadap pelayanan publik oleh birokrasi kepada
masyarakat, pemerintah daerah sebagai birokrasi pelaksana
pemerintahan di daerah, tinjauan tentang ijin mendirikan
bangunan dan tinjauan tentang kesejahteraan rakyat dan
penerapan hukum.
Bab III merupakan hasil penelitian dan analisa, yang
sebelumnya dibahas Kondisi Umum dan Pemerintahan
Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Getasan,
yang merupakan instansi yang bertugas memberikan
6 Matthew B.Miles dan A.Michel Huberman, Edisi Indonesia, 1992, Analisa Data Kualitatif
Tentang Sumber Metode-Metode Baru, Jakarta: UI Press, hal. 16-18.
17
pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada
masyarakat, pembahasan selanjutnya adalah mengungkap
sebab-sebab fungsi pelayanan pemerintah dalam pemberian
Ijin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Semarang
terkendala dalam pelaksanaanya, standar pelayanan
pemberian ljin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai bentuk
tanggung jawab pemerintah di Kabupaten Semarang dan
upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Semarang
dalam rangka mengatasi kendala pelaksanaan pelayanan
pemberian Ijin Mendirikan Bangunan. Tesis ini akan ditutup
dalam Bab IV, yang akan menguraikan kesimpulan dan
sejumlah rekomendasi strategi bagi perbaikan (peningkatan)
kualitas pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang.