16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dibahas dalam sumber ajaran Islam adalah pernikahan. Ajaran Islam menganjurkan untuk menikahi orang yang baik (saleh) dan yang masih bujang, hal tersebut telah disinyalir dalam al-Qur‟an dalam surat An-Nur ayat 32: ه ا ه ا Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian- Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. An-r [24] : 32). 1 Setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini dijadikan oleh Allah SWT untuk berpasang-pasangan dengan tujuan dapat menjalani kehidupan dengan sempurna. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat menjalani kehidupan dengan sempurna tanpa adanya pasangan mereka. Sebagaimana kisah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT yaitu Adam dan Hawa di muka bumi ini. Jumlah bilangan umat manusia di dunia ini terus bertambah dan berkembang biak memenuhi seluruh pelosok dunia. Karena pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk mengembangkan keturunan dan kelestarian hidupnya. 2 Demikian Rasulullah Saw. telah menjelaskan kepada umatnya, sebagaimana sabda beliau : 1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1971, h. 549 2 Maftuh Ahnan, Ruhmaku Surgaku, Galaxy, Cet. I, 2008, h. 83

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

  • Upload
    lekhue

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang dibahas dalam sumber ajaran Islam adalah

pernikahan. Ajaran Islam menganjurkan untuk menikahi orang yang baik

(saleh) dan yang masih bujang, hal tersebut telah disinyalir dalam al-Qur‟an

dalam surat An-Nur ayat 32:

الله الله

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,

dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba

sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang

perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan

mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-

Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. An-Nūr [24] : 32).1

Setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini dijadikan oleh Allah SWT

untuk berpasang-pasangan dengan tujuan dapat menjalani kehidupan dengan

sempurna. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap makhluk hidup di muka

bumi ini tidak dapat menjalani kehidupan dengan sempurna tanpa adanya

pasangan mereka. Sebagaimana kisah manusia pertama yang diciptakan oleh

Allah SWT yaitu Adam dan Hawa di muka bumi ini.

Jumlah bilangan umat manusia di dunia ini terus bertambah dan

berkembang biak memenuhi seluruh pelosok dunia. Karena pernikahan

adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk

mengembangkan keturunan dan kelestarian hidupnya.2 Demikian Rasulullah

Saw. telah menjelaskan kepada umatnya, sebagaimana sabda beliau :

1Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Departemen Agama, 1971, h. 549 2 Maftuh Ahnan, Ruhmaku Surgaku, Galaxy, Cet. I, 2008, h. 83

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

2

ث نا عيسى بن م ث نا احد بن األزىر : حدث نا آدم : حد يمون ، عن القاسم ، عن عائشة حدلي قالت : قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم : النكاح من سنت . فمن ل ي عمل بسنت ف

د ف عليو من . وت زوجوا ، فإن مكاثر بكم األمم . ومن كان ذا ط ول ف لي نكح ومن ل ييام . فإن الصوم لو وجاء. )رواه ابن ماجة( 3بالص

Artinya:“ Ahmad ibn Al-Azhar menyampaikan kepada kami dari Adam,

dari Isa ibn Maimun, dari Al-Qasim, dari „Aisyah bahwa

Rasulullah Saw bersabda, “Menikah adalah sunnahku.

Barangsiapa enggan melaksanakan sunnahku, ia bukan termasuk

golonganku. Menikahlah, sesungguhnya aku bangga dengan

banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh umat. Barangsiapa

memiliki kemampuan untuk menikah, menikahlah! Dan,

barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa

adalah perisai baginya dari berbagai syahwat.” (HR. Ibn

Majah).4

Hal ini terjadi karena Allah SWT menjadikan setiap makhluk hidup

mempunyai pasangan hidup masing-masing, Allah SWT juga memberikan

bekal nafsu yang merangsang manusia untuk saling mempunyai rasa cinta

dan kasih sayang terhadap lawan jenisnya. Dalam hal ini Allah SWT juga

menjelaskan dalam firman-Nya surat Ali Imrān ayat 145:

اللهو Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta

yang bayak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesengangan hidup di

dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

(surga)”.(Q.S. Ali Imrān ayat [3]:14)

3 Abū „Abdullāh Muḥammad ibn Yazīd Al-Qazwini Ibn Mājah, Sunan Ibnu Majah, Dār

al-Hadis, Kairo, Juz 2, 2010, h. 152-153 4

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Ensiklopedia Hadis 8;

Sunan Ibnu Majah, Terj. Saifuddin Zuhry, Almahira, Jakarta, Cet. I, Maret 2013, h. 328 5 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op.cit, h. 518

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

3

Tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk mahligai rumah

tangga yang langgeng dengan dipenuhi rasa kasih sayang, saling mencintai,

dan dapat mendidik anak-anak sehingga dapat menjadi anak yang shalih-

shalihah. Untuk hal pernikahan dapat dikatakan sebagai perjanjian yang

kokoh atau miṡaqan galiẓan yaitu sebuah perjanjian antara suami istri untuk

hidup bersama sedemikian kukuh, sehingga bila mereka dipisahkan di dunia

oleh kematian, maka mereka yang taat melaksanakan pesan-pesan Ilahi,

masih akan digabungkan dan hidup bersama kelak di hari kemudian. Begitu

juga dengan Rasulullah Saw ketika menikahkan putrinya Fatimah r.a., beliau

bersabda kepada calon suami anaknya itu bahwa “Wahai Ali, dia, yakni

Fatimah, untukmu, dengan harapan engkau berbaik-baik menemaninya.”6

Pernikahan telah Allah SWT sebut dengan istilah “miṡaq”

(perjanjian) kemudian Allah SWT menyifati perjanjian ini dengan “galiẓ”

(kuat). Kata miṡaqan galiẓan dalam al-Qur‟an terdapat pada tiga tempat7,

yaitu dalam Q.S. Al-Aḥzab [33: 7] Allah SWT berfirman8:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi

dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra

Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian

yang teguh”. (Q.S. Al-Aḥzab [33]: 7)

Kedua dalam Q.S. An-Nisā‟ [4: 154]9,

6M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Lentera

Hati, Jakarta, Cet. II, Vol. II, 2009, h.368 7 Amru Khalid, Meraih Keluarga Sakinah, Terj. Ahmad Syakirin, PT.Aqwam Media

Profetika, Solo, Cet. I, 2012, h. 23 8 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op.cit, h. 667 9 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op.cit, h. 149

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

4

Artinya: “ Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina

untuk (menerima) Perjanjian (yang telah Kami ambil dari)

mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu

gerbang itu sambil bersujud dan Kami perintahkan (pula)

kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan

mengenai hari Sabtu, dan Kami telah mengambil dari mereka

Perjanjian yang kokoh.” (Q.S. An-Nisā‟ [4]: 154).

Dan yang terakhir terdapat dalam Q.S. An-Nisā‟ [4: 21],10

Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain

sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah

mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.” (Q.S. An-Nisā‟ [4]:

21).

Yang dimaksud “perjanjian yang kuat” dalam surat Al-Aḥzab adalah

perjanjian antara Allah dan para Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah

agama pada masing-masing umat mereka, kemudian untuk yang disebut

kedua yaitu pada surat An-Nisā‟ ayat 154 adalah perjanjian antara Allah SWT

dengan manusia dalam konteks melaksanakan pesan-pesan agama, dan

kalimat yang sama Allah SWT sematkan dalam surat An-Nisā‟ ayat 21

dengan tidak ada penambahan atau pengurangan. Artinya, perjanjian yang

diucapkan ketika akad nikah bobotnya tidak ubahnya seperti perjanjian yang

ada di antara Allah Swt dan para Rasul-Nya, sebuah perjanjian yang

berat.11

Pesan yang terkandung dalam surat An-Nisā‟ ayat 21 jelas bahwa

untuk mengawali sebuah mahligai rumah tangga tentunya dibutuhkan

segenggam keyakinan bahwa pasangan yang dipilih benar-benar sesuai

dengan apa yang telah disyari‟atkan oleh agama.

Dalam pandangan Islam, pernikahan bukanlah hanya urusan perdata

semata, bukan pula sekadar urusan keluarga dan masalah-masalah budaya,

10 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op.cit, h. 120 11

Irfan Supandi, Keajaiban Rumah Tangga; Hal yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin,

PT Tiga Setangkai Pustaka Mandiri, Solo, 2012, h. 29

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

5

tetapi masalah dan peristiwa agama. Karena pernikahan dilakukan untuk

memenuhi sunnah Allah SWT dan sunnah Nabi Saw serta dilaksanakan

sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Nabi Saw. Di samping itu,

pernikahan juga bukan untuk mendapatkan ketenangan hidup sesaat, tetapi

untuk selama hidup.12

Maka dalam hal ini, Islam mempunyai konsep-konsep sebelum

memasuki jenjang pernikahan. Salah satu konsep untuk mencapai tujuan

pernikahan tersebut Islam memberikan petunjuk tentang kriteria memilih

calon suami atau istri, akan tetapi dalam pembahasan skripsi ini lebih

difokuskan tentang kriteria memilih calon istri. Dalam hadis Nabi Saw

menganjurkan para laki-laki untuk mempertimbangkan anjuran yang telah

diberikannya sebagaimana hadis di bawah ini :13

ث نا يي عن عب يدا د حد ث نا مسد ثن سعيدبن اب سعيد عن ابيو عن اب ىري رة حد هلل قال حدها وجالا رضي اهلل عنو عن النب صلى اهلل عليو وسلم قال ت نكح المرأة ألربع لمالا ولسب

ين تربت يداك )رواه البخاري(.ولدينها فاظفر بذ 14ات الدArtinya: “Musaddad menyampaikan kepada kami dari Yahya, dari

Ubaidillah, dari Said bin Abu Said dari Ayahnya, dari Abu

Hurairah bahwa Nab Saw bersabda, “Perempuan dinikahi

karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,

kecantikannya, dan karena agamanya. Maka menangkanlah

wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung”.

(H.R. Bukhari)15

Hadis di atas adalah riwayat Imām Bukhāri sebagai perwakilan dari

beberapa hadis yaitu diriwayatkan oleh Imām Muslim, Abū Dāwud, an-

12

Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, Kencana, Jakarta, 2007, h.48 13

Marhumah dan M. Alfatih Suryadilaga, (ed). Membina Keluarga Mawaddah Wa

Rahmah dalam Bingkai Sunah Nabi, Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Yogyakarta, Cet. I, Desember 2003, h. 51 14 Al-Imām Abī „Abdillāh Muḥammad ibn Ismāil ibn Ibrāhim ibn Al-Mugīrah ibn Al-

Bukhāri Al-Ja‟fī, Ṣāhih Al-Bukhāri, Dār al-Fikr, Juz 5, 2005, h. 123 15 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah Ibn Al-

Bukhari Al-Ja‟fi, Ensiklopedia Hadis 2; Shahih al-Bukhari 2, Terj. Subhan Abdullah dkk,

Almahira, Jakarta, Cet. I, Februari 2012, h. 333

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

6

Nasā‟i, Ibn Mājah, ad-Dārimī, dan Aḥmad bin Ḥanbal dari sahabat Abū

Hurairah r.a. dan Jābir ibn „Abdullāh.16

Berkenaan dengan redaksi hadis Tazwīji Żawāti ad-dīni di atas yang

mana menjadi tema utama penelitian ini, hadis tersebut mengisyaratkan

tentang cara memilih calon istri yang baik. Rasulullah Saw menjelaskan

bahwa ada empat kriteria perempuan yang baik untuk dinikahi. Keempat

kriteria tersebut adalah kekayaan, keturunan, kecantikan dan agama.

Akan tetapi, di abad modern ini telah menunjukkan berkembangnya

kondisi masyarakat muslim dan naiknya martabat perempuan dalam

masyarakat. Sehingga dikhawatirkan pemilihan calon istri yang

memprioritaskan pada aspek agama sedikit terabaikan, karena empiris

masyarakat saat ini cenderung konsumtif, matrealis, dan hedonis. Persoalan

keagamaan menjadi suatu yang sangat penting karena kriteria yang lain

cenderung mengarah kepada performa fisik seseorang. Masalah lahiriyah

seperti kecantikan, kekayaan dan keturunan cenderung bisa berubah. Kendati

demikian, agama yang kuat juga tidak merupakan jaminan sebagai sesuatu

yang kekal. Maka dari itu, dalam menyikapi persoalan demikian seseorang

haruslah mampu melihat calon istri dengan baik dari gambaran yang terlihat

secara lahiriyah yang dapat berupa akhlak atau budi pekerti yang luhur.17

Oleh karena itu, perlu adanya pemaknaan hadis secara kontekstual

dari hadis Nabi Saw tersebut dengan dalih bahwa kesemuanya adalah produk

manusia. Hasil karya manusia pada zamannya merupakan refleksi dan

manifestasi terhadap realitas empiris yang berkembang pada masa itu. Tafsir

yang kreatif atas berbagai wacana yang muncul dalam abad lampau perlu

ditinjau ulang agar sesuai dengan persoalan kekinian.18

Dalam upaya berinteraksi dengan hadis Nabi Saw adakalanya secara

tekstual dan kontekstual. Di antara pemahaman hadis secara kontekstual

adalah dengan mengkaji hadis yang berkembang di masyarakat. Hal inilah

16

A.J. Wensinck, Al- Mu’jam al-Mufahras li al-Lafaẓ Al-Hadīs an-Nabawi, Juz 6, EJ.

Brill, Leiden, 1967, hal. 551 17

Marhumah dan M. Alfatih Suryadilaga, (ed). op. cit., h. 95 18

Marhumah dan M. Alfatih Suryadilaga, (ed). op. cit., h. 96

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

7

yang kemudian menjadi penting untuk dipaparkan bahwa sejatinya hadis

dipahami dan diaplikasikan sebagai sebuah landasan dari fenomena-fenomena

yang terjadi di lingkungan masyarakat dewasa ini.

Merujuk pada masyarakat dalam penelitian ini, peneliti mengarah

pada kalangan akademis tepatnya di UIN Walisongo Semarang. Karena pada

era global sekarang, pendidikan dan lembaga pendidikan terutama pendidikan

tinggi memainkan peran yang sangat signifikan dalam membawa kemajuan

dan kesejahteraan bagi masyarakat.

UIN Walisongo Semarang merupakan satu-satunya perguruan tinggi

Islam di Semarang. Dari berbagai macam Fakultas yang ada di UIN

Walisongo Semarang, peneliti memilih Fakultas Ushuluddin dan Humaniora

sebagai objek penelitian. Adapun alasan dosen Fakultas Ushuluddin dan

Humaniora UIN Walisongo Semarang sebagai objek penelitian adalah;

Pertama, dosen yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora memiliki

kharismatik dan pengaruh yang luar biasa dalam penyebaran Islam. Kedua,

background keilmuan masing-masing dosen yang ada di Fakultas Ushuluddin

dan Humaniora UIN Walisongo merupakan sasaran penelitian ini, sehingga

nanti diharapkan persepsi dari berbagai dosen Program Studi, yaitu: Aqidah

Filsafat, Tafsir Hadis, Tasawuf Psikoterapi, dan Pembandingan Agama

mampu memberikan wawasan baru terhadap kontekstualitas hadis.

Dengan adanya lembaga pendidikan tinggi Islam tersebut, diharapkan

mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas SDM. Sehingga

peran serta UIN Walisongo sebagai perguruan tinggi Islam mampu menjawab

tantangan zaman seperti peningkatan peradaban Islam dan kajian keislaman

yang akan menopang kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, perlu kiranya

cendekiawan muslim (dalam hal ini dosen) memberikan persepsi sebagai

bentuk kontekstualitas hadis sesuai dengan persoalan kekinian. Karena dari

persoalan memilih pasangan hidup inilah akan berdampak pada sebuah

keluarga, dan dari sebuah keluarga yang baiklah akan terlahir masyarakat

yang baik, kemudian pada akhirnya akan berdiri negara dan bangsa yang baik

pula.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

8

Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji

dan menggali persepsi dosen sebagai wacana ilmu pengetahuan tentang hadis

Tazwīji żawāti ad-dīni tersebut dan bagaimana karakteristik metodologi

pemahaman dosen terhadap hadis tersebut mengingat responden (dosen)

mempunyai background keilmuan agama yang berbeda-beda, sehingga nanti

diharapkan akan memperoleh hasil pemahaman yang komprehensif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN

Walisongo Semarang terhadap hadis tentang Tazwīji żawāti ad-dīni ?

2. Bagaimana karakteristik metode pendekatan dosen Fakultas Ushuluddin

dan Humaniora UIN Walisongo terhadap hadis tentang Tazwīji żawāti ad-

dīni ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dengan adanya pokok masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN

Walisongo Semarang tentang hadis tentang Tazwīji żawāti ad-dīn.

2. Mengetahui karakteristik metode pendekatan dosen Fakultas Ushuluddin

dan Humaniora UIN Walisongo terhadap hadis tentang Tazwīji żawāti

ad-dīn.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara akademik

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai syarat

menyelesaikan Strata Satu (S1) di jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang.

2. Secara metodologi

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

9

Yaitu bermanfaat untuk mengembangkan metodologi keilmuan

hadis dan bahan referensi para peneliti di bidang hadis serta menambah

khazanah kepustakaan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Program

Studi Tafsir Hadis.

3. Secara praktis

Diharapkan persepsi dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora

bisa memberikan wawasan praktis yang kontekstual dengan persoalan

sekarang.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian yang membahas tentang hadis Tazwīji żawāti ad-dīn

sebenarnya telah banyak dilakukan, namun dalam format sebagai bahan

pelengkap suatu karya bukan sebagai tema utama. Oleh karenanya, apabila

dalam karya tulis berupa skripsi maupun karya tulis lain yang membahas

tema ini, hal itu pun dari berbagai perspektif atau pendekatan yang berbeda,

semua itu merupakan sebagai salah satu upaya untuk menambah pengetahuan

ataupun memperkaya khazanah intelektual dalam dunia Islam baik secara

umum maupun lebih khusus.

Sesuai dengan tema penelitian ini, peneliti telah melakukan tinjauan

pustaka terhadap karya-karya sebelumnya. Berdasarkan penelusuran yang

peneliti lakukan, peneliti belum menemukan karya yang sama dalam bentuk

skripsi maupun tesis yang membahas tema ini. Peneliti hanya menemukan

beberapa tinjauan skripsi dan buku yang berkaitan dengan kajian yang akan

diteliti, sehingga penelitian ini terhindar dari plagiarisme.

Adapun skripsi yang berkaitan dengan pembahasan peneliti di

antaranya adalah :

1. Skripsi Auliya Rahmawati dengan judul Anjuran Menikahi Wanita

Produktif (Tela’ah Ma’anil Hadis), Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dengan memperhatikan situasi makro pada saat hadis ini turun, maka

wajar jika kesuburan wanita diperhitungkan. Karena posisi wanita pada

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

10

saat itu sebagai obyek pasif dan mayoritas pihak yang aktif dalam urusan

publik adalah laki-laki. Kemudian dalam kehidupan rumah tangga

Rasulullah Saw, beliau tidak mempermasalahkan kesuburan istri-istrinya.

Yang terpenting adalah bagaimana jalan terbaik untuk tetap menjaga

keutuhan rumah tangga dalam segala situasi apapun. Dalam hal

relevansinya, hadis ini relevan jika ditempatkan pada saat sebelum

menikah dan sudah tidak relevan lagi jika ditempatkan sesudah menikah.

Karena bagaimanapun juga, tujuan utama sebuah pernikahan adalah

membangun rumah tangga sakinah mawaddah warahmah. Dan dalam hal

ini, relasi positif antara suami dan istri sangat penting demi menjaga

kelanggengan sebuah keluarga.

2. Skripsi oleh Haerul Anwar dengan judul Kafa’ah dalam Perkawinan

sebagai Pembentukan Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa Kemang

Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor), Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009. Dalam penelitian tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa kafa’ah di sini mengandung arti bahwa laki-laki

harus sama atau setara dalam tingkatan ekonomi, pendidikan, akhlak dan

tampilan wajah dan terutama dalam hal agama. Karena kafa’ah dalam

perkawinan berperan dalam pembentukan keluarga yang sakinah, sehingga

dengan adanya kafa’ah diharapkan dapat menyelamatkan perkawinan dari

kegagalan yang disebabkan perbedaan di antara dua pasangan. Di Desa

Kemang, yaitu tempat di mana penelitian ini dilakukan ternyata realitas

masyarakat sudah cukup mengetahui ajaran kesamaan dalam perkawinan

secara substansi, yaitu perkawinan yang memiliki kesamaan latar belakang

antara calon suami dan istri, namun masyarakat kurang biasa dengan

istilah kafa’ah atau sekufu.

3. Skripsi oleh Lathifatun Ni‟mah dengan judul Konsep Kafa’ah dalam

Hukum Islam (Studi Pemikiran Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqh As-

Sunnah), Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011.

Dalam penelitian tersebut bahwa dalam kitabnya Fiqh As-Sunnah Sayyid

Sabiq menjelaskan tentang signifikansi kafa’ah yang terdiri atas enam

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

11

faktor yaitu, dalam ukuran keturunan, status merdeka, agama Islam,

pekerjaan, kekayaan, dan selamat dari cacat. Akan tetapi dari keenam

faktor tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud kafa’ah

oleh Sayyid Sabiq adalah laki-laki yang sebanding dengan calon istrinya

dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak serta ketaqwaannya

kepada Allah SWT.

Sementara beberapa literature yang berkaitan dengan tema dalam

pembahasan skripsi adalah:

1. Artikel oleh Khoiruddin Nasution dalam tema Keluarga Sakinah dengan

judul Signifikansi Kafa’ah dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia

(Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Dalam karyanya,

penulis menjelaskan bahwa konsep kafa’ah dijadikan sebagai salah satu

wahana untuk mencari kecocokan antara calon pasangan suami dan istri.

Mencari kecocokan dan keserasian di sini dimaksudkan untuk bisa bekerja

sama dalam rangka menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga

sebagai tujuan pernikahan. Sebaliknya konsep ini bukan dijadikan sebagai

ajang untuk melebih-lebihkan atau merendahkan seseorang dari orang lain.

Kesetaraan di bidang pendidikan misalnya dapat digunakan alasan

kesekufuan. Sebab dengan pendidikan yang setara, akan menjadikan

mereka mempunyai pola pikir yang minimal setara. Dengan demikian,

ketika membahas atau memutuskan satu permasalahan dalam rumah

tangga, mereka diharapkan mempunyai pandangan yang sepola atau

setingkat. Oleh karena itu, sangat logis jika kafa’ah sangat diperlukan

dalam pernikahan demi mewujudkan keluarga yang tentram, sejahtera dan

damai.

E. Metodologi Penelitian

Setiap kegiatan ilmiah supaya lebih terarah dan rasional maka

diperlukan suatu metodologi yang sesuai dengan obyek yang dikaji.

Metodologi penelitian sendiri dapat diartikan sebagai suatu pengkajian dalam

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

12

mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.19

Adapun

metodologi yang digunakan dalam skripsi ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yang bersifat kualitatif, artinya penelitian yang datanya peneliti

peroleh dari lapangan, baik berupa data lisan maupun data tertulis

(dokumen) yang tidak menggunakan kaidah statistik20

. Sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis, artinya

peneliti akan melihat gejala yang terjadi di masyarakat (dosen) dan

memaparkan seperti apa adanya tanpa diikuti persepsi peneliti (verstehen).

Dalam melihat gejala yang terjadi, peneliti berusaha untuk tidak terlibat

secara emosioal.21

2. Populasi, Sampel dan Instrumen Penelitian

Pelaksanaan penelitian selalu berhadapan dengan obyek yang

diteliti, baik berupa manusia, benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi,

karena hal itu merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan

masalah atau menunjang keberhasilan penelitian. Di bawah ini akan

dijelaskan perihal yang bersangkutan mengenai populasi, sampel, dan

instrumen penelitian.

a. Populasi

Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti

dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.22

Populasi dalam

penelitian ini bersifat heterogen, artinya sumber data yang mana unsur-

unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi23

. Adapun populasi

dalam skripsi ini adalah dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN

19

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, PT. Bumi

Aksara, Jakarta, Cet. I, 2008, h. 41 20

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung,

2002, h. 27 21

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Social, Erlangga, Bandung, 2009, h. 246 22

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori-Aplikasi), Cet . II

2007, PT Bumi Aksara, Jakarta, h.116 23

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, 1995, h. 143

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

13

Walisongo Semarang, karena menurut peneliti seorang dosen memiliki

kharismatik dan wawasan keilmuan yang luas.

b. Sampel

Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan populasi

sepenuhnya, akan tetapi peneliti mengambil sebagian dari anggota

populasi tersebut yang lazim disebut sampel.24

Penentuan pengambilan

sampel juga dibutuhkan suatu teknik, teknik tersebut adalah teknik

sampling, dengan menggunakan teori accidental sampling, yaitu dalam

teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti

langsung menemukan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya,

penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan

mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit

sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa

yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.25

Teknik ini

termasuk dalam lingkupan Nonprobability sampling.26

Riset menyarankan mengambil sampel sebesar 10% dari populasi,

akan tetapi semakin besar sampel maka semakin representatif.27

Maka

peneliti menetapkan mengambil sampel 50% dari populasi dosen Fakultas

Ushuluddin dan Humaniora Semarang yang berjumlah 44 dosen.28

Jadi,

sampel dalam penelitian ini adalah 22 dosen.

c. Instrumen Penelitian

Setelah data populasi dan sampel diketahui langkah selanjutnya

adalah menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan

alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data.29

Instrumen sebagai

alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian

24 Nurul Zuriah, ibid, h.119 25 Nurul Zuriah, ibid, h.124 26

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel. Lihat Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan ; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Cet ke-19, 2014, Alfabeta, Bandung, h. 122 27

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. III, 2001, h. 82 28

Lampiran Surat Keputusan Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Nomor:

UN.10.2/D/PP.9/0001/2016 Tanggal 4 Januari 2016 29

Nurul Zuriah, op, cit, h.168

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

14

rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Dalam

instrumen pengumpulan data terdapat metode-metode. Metode tersebut

terdiri atas wawancara (interview), observasi, angket, kuesioner, ujian atau

tes dan dokumentasi.30

Data dalam skripsi ini menggunakan teknik

wawancara, kuesioner dan dokumentasi.

1) Metode Interview (wawancara)

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara

lisan pula, dengan kata lain wawancara merupakan suatu proses

interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi penting yang diinginkan.31

Mode wawancara yang

digunakan peneliti adalah wawancara terpimpin, artinya pertanyaan

yang diajukan terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan

saja.32

2) Kuesioner

Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara

tertulis. Model kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah

kuesioner tak berstruktur atau kuesioner terbuka, artinya jawaban

responden terhadap setiap pertanyaan kuesioner dapat diberikan

secara bebas menurut pendapat sendiri.33

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori,

pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian.34

30

Nurul Zuriah, op, cit, h.172 31 Nurul Zuriah, op, cit, h.179 32 Nurul Zuriah, op, cit, h.180 33 Nurul Zuriah, op, cit, h.182 34 Nurul Zuriah, op, cit, h.191

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

15

3. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis untuk

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan

catatan lapangan lainnya. Analisis data yang peneliti gunakan adalah

deskriptif kualitatif, artinya apabila data (persepsi) sudah terkumpul

kemudian dideskripsikan dan dilaporkan apa adanya, kemudian diambil

kesimpulan yang logis. 35

Kemudian selanjutnya hasil pendeskripsian

persepsi tersebut dikategorikan berdasarkan metode pendekatan-

pendekatan hadis yang telah dipaparkandalam bab II.

F. Sistematika Penulisan

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan komprehensif

mengenai pembahasan skripsi ini, maka secara global penulis merinci

dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan, di sini memuat latar belakang

masalah, penegasan judul, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan. Bab ini merupakan pengantar untuk memahami bahasan

penelitian yang akan dikaji.

Bab kedua ada tiga bagian, pertama tentang persepsi, antara lain

mencakup pengertian persepsi, proses terjadinya persepsi dan faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi. Kedua, tentang metode pendekatan-

pendekatan dalam memahami hadis Nabi Saw.

Sementara pada bab ketiga melingkupi dua bagian. Pertama,

memaparkan profil Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo

Semarang, di antaranya mengenai sejarah berdirinya Fakultas Ushuluddin

dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, letak geografis, struktur

keorganisasian, dan visi misi. Kedua, menguraikan gambaran umum hadis

35

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik, Tarsito,

Bandung, 1994, h. 140

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.walisongo.ac.id/6960/2/BAB I.pdfapa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak,

16

tentang Tazwīji żawāti ad-dīni, yang melingkupi takhrij hadis, pengertian

memilih pasangan, ta‟aruf dalam Islam, dan hadis Tazwīji żawāti ad-dīni.

Adapun dalam bab keempat mencakup dua bagian, yaitu peneliti

berusaha menganalisis persepsi dosen Fakultas Ushuluddin dan

Humaniora UIN Walisongo Semarang dan karakteristik metode

pendekatan dosen terhadap hadis tentang Tazwīji żawāti ad-dīni.

Bab yang kelima adalah penutup, peneliti mengemukakan

kesimpulan dan saran dari seluruh hasil penelitian ini.