33
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kosmetik merupakan bagian dari gaya hidup seseorang. Bagi kalangan wanita maupun pria mulai menyadari akan pentingnya kosmetik untuk memenuhi gaya hidup yang bersih, sehat, serta nyaman dan menarik untuk dipandang. Fenomena tersebut terjadi karena mereka memiliki kesadaran bahwa kosmetik sudah menjadi suatu kebutuhan untuk memenuhi gaya hidup mereka. Gaya hidup dan kosmetik tidak bisa lepas dari kaum wanita. Hampir semua wanita bergantung kepada produk kosmetik, terutama bagi wanita yang telah bekerja, mereka dituntut untuk selalu berpenampilan menarik. Fenomena tersebut membuat kaum wanita harus menentukan pilihan produk yang sesuai dengan diri mereka. Melihat pilihan produk yang semakin banyak, tidak dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan perilaku konsumen. Ketika pilihan produk semakin banyak, konsumen menjadi semakin aktif mencari informasi produk. Hal tersebut berlaku pula pada produk kosmetik dan perubahan perilaku konsumen wanita. Seiring perkembangan produk kosmetik, konsumen wanita menjadi lebih aktif dan literate dalam mengakses informasi. Masyarakat menjadi semakin teliti dalam menentukan produk yang akan dibeli. Terlebih keberadaan internet juga semakin memudahkan penggunanya untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Dari survei yang dirilis oleh JakPat, 90 persen dari total responden yang mengatakan pernah melakukan transaksi e-commerce menyatakan bahwa mereka selalu membaca review barang sebelum menentukan pembelian. Dalam tulisan Randi Eka yang berjudul Masyarakat Indonesia Makin Selektif Berbelanja Berkat E-Commerce . dalam situs dailysocial.id, Tak hanya itu, nyaris semua konsumen e-commerce (99 persen) mengatakan selalu membaca ulasan tentang produk sebelum memutuskan untuk membeli. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi konsumen saat ini sudah semakin cerdas sebelum mereka memutuskan untuk melakukan pembelian. Review produk semakin berkembang karena

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

  • Upload
    vohuong

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kosmetik merupakan bagian dari gaya hidup seseorang. Bagi kalangan wanita

maupun pria mulai menyadari akan pentingnya kosmetik untuk memenuhi gaya

hidup yang bersih, sehat, serta nyaman dan menarik untuk dipandang. Fenomena

tersebut terjadi karena mereka memiliki kesadaran bahwa kosmetik sudah menjadi

suatu kebutuhan untuk memenuhi gaya hidup mereka. Gaya hidup dan kosmetik

tidak bisa lepas dari kaum wanita. Hampir semua wanita bergantung kepada

produk kosmetik, terutama bagi wanita yang telah bekerja, mereka dituntut untuk

selalu berpenampilan menarik. Fenomena tersebut membuat kaum wanita harus

menentukan pilihan produk yang sesuai dengan diri mereka. Melihat pilihan

produk yang semakin banyak, tidak dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan

perilaku konsumen. Ketika pilihan produk semakin banyak, konsumen menjadi

semakin aktif mencari informasi produk. Hal tersebut berlaku pula pada produk

kosmetik dan perubahan perilaku konsumen wanita.

Seiring perkembangan produk kosmetik, konsumen wanita menjadi lebih aktif

dan literate dalam mengakses informasi. Masyarakat menjadi semakin teliti dalam

menentukan produk yang akan dibeli. Terlebih keberadaan internet juga semakin

memudahkan penggunanya untuk mendapatkan berbagai informasi yang

dibutuhkan. Dari survei yang dirilis oleh JakPat, 90 persen dari total responden

yang mengatakan pernah melakukan transaksi e-commerce menyatakan bahwa

mereka selalu membaca review barang sebelum menentukan pembelian. Dalam

tulisan Randi Eka yang berjudul Masyarakat Indonesia Makin Selektif Berbelanja

Berkat E-Commerce. dalam situs dailysocial.id, Tak hanya itu, nyaris semua

konsumen e-commerce (99 persen) mengatakan selalu membaca ulasan tentang

produk sebelum memutuskan untuk membeli. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kondisi konsumen saat ini sudah semakin cerdas sebelum mereka memutuskan

untuk melakukan pembelian. Review produk semakin berkembang karena

Page 2: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

2

konsumen memiliki kendali atas akses informasi yang semakin mudah serta arus

informasi yang semakin bebas. Salah satu review produk yang sedang

berkembang pesat sejak pertengahan tahun 2015 adalah online review dalam

User-Generated Content (UGC) Purbasari Lipstick Color Matte. Produk lipstik

bertekstur matte merupakan produk kosmetik yang sedang fenomenal dan menjadi

sebuah tren yang diikuti oleh kalangan wanita baik di dalam negeri maupun

mancanegara. Berdasarkan pemberitaan pada situs www.tribunnews.com berjudul

Lipstik Tekstur Matte Tetap Jadi Tren di Tahun Depan oleh Fajar Anjungroso

tahun 2015, Jenis Lipstik dengan tekstur matte, tahun 2015 ini telah mendominasi

tren rias wajah wanita. Seriring dengan kemunculan tren tersebut, produk

Purbasari Lipstick Color Matte tidak hanya menjadi buah bibir di kalangan

pengguna kosmetik, namun produk tersebut juga diminati hingga sempat

mengalami kelangkaan produk.

Sudah menjadi hal yang wajar apabila sebuah brand kosmetik memiliki satu

produk yang menonjol atau iconic. Selama ini brand lokal yang berada di bawah

naungan PT. Gloria Origita Cosmetics ini dikenal karena produk lulur mandi yang

legendaris, namun Purbasari belum pernah mengeluarkan produk kosmetik yang

iconic. Kemunculan Lipstik Color Matte ini, membuat brand yang berdiri pada

tahun 1993 ini menjadi perbincangan yang sangat ramai. Banyak masyarakat yang

sebelumnya belum mengetahui produk tersebut, akhirnya menjadi tahu. Meskipun

produk ini belum diiklankan di televisi, namun pada akhir tahun 2015 puluhan

review kosmetik yang mengulas Purbasari Lipstick Color Matte sudah tersebar di

berbagai media sosial, baik instagram, blog maupun video blog melalui channel

Youtube. Lebih dari lima puluh review kosmetik yang ada di media online

membahas tentang produk ini. Keberadaan online review tersebut telah menarik

perhatian konsumen wanita hingga menyebabkan perubahan perilaku. Banyak

konsumen yang sebelumnya tidak mengetahui produk tersebut serta tidak pernah

mengakses informasi mengenai brand Purbasari, kemudian menjadi banyak

konsumen yang mengakses review produk tersebut, mencari produk dalam review

tersebut serta melakukan pembelian.

Page 3: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

3

Kini keadaan konsumen di Indonesia semakin cerdas dan aktif. Mereka

memperbincangkan brand sedemikian rupa di luar kendali perusahaan pemilik

produk. Konsumen memiliki kendali atas arus informasi yang turut

mengendalikan pula perilaku orang lain yang mereka kenal. Hal ini terjadi karena

kemudahan akses informasi sehingga pengguna tidak memerlukan waktu lama

untuk membaca dan meng-update segala informasi tersebut. Semakin banyak

pilihan produk, masyarakat menjadi semakin selektif sehingga ia berubah menjadi

lebih aktif untuk mencari informasi produk sebelum memutuskan melakukan

pembelian. Hal tersebut juga memicu berkembangnya aktivitas masyarakat yang

membuat review produk untuk membantu memberikan informasi mengenai

pengalaman setelah menggunakan produk. Fenomena tersebut memiliki

keterkaitan dengan brand, karena review produk yang ditulis oleh pengguna,

sebagian besar menyebutkan nama brand. Hal tersebut akan menimbulkan

pengaruh terhadap persepsi atau penerimaan khalayak terhadap brand yang

diperbincangkan. Kini, kendali atas sebuah brand tidak hanya dipegang oleh

pemilik brand saja, namun juga dikendalikan oleh konsumen yang

memperbincangkan brand tersebut.

Berdasarkan fenomena perubahan perilaku tersebut, Penelitian ini akan

melihat apakah online review dalam User Generated Content Purbasari Lipstick

Color Matte berpengaruh terhadap brand image kosmetik Purbasari. Penelitian ini

berfokus pada penerimaan brand image karena adanya perubahan sikap konsumen

terhadap brand Purbasari yang terlihat sangat jelas, berawal dari kemunculan

review produk, banyaknya khalayak yang mengakses, hingga konsumen

memutuskan melalukan pembelian. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti

untuk mengetahui bagaimana brand image yang diterima khalayak setelah

mengakses online review Purbasari Lipstick Color Matte. Penelitian ini penting

untuk dilakukan karena objek dalam penelitian ini berpengaruh terhadap

penjualan suatu produk. Diawali dengan bagaimana respon seseorang dalam

melihat brand image suatu produk setelah mendapatkan stimulus dari media

berupa online review dalam User Generated Content (UGC). Kemudian

Page 4: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

4

pandangan terhadap brand image tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan gambaran fenomena yang telah dikemukakan di atas,

rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

―Bagaimana pengaruh online review dalam User Generated Content Purbasari

Lipstick Color Matte terhadap brand image kosmetik Purbasari?‖

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh Online review dalam User Generated Content Purbasari Lipstick Color

Matte terhadap brand image kosmetik Purbasari.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat baik secara

akademis maupun manfaat secara praktis.

1. Manfaat akademis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian

mengenai brand image suatu produk.

2. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberi rekomendasi

bagi para praktisi dibidang periklanan, public relation dan marketing

communication serta perusahaan untuk mengetahui bagaimana citra dari

brand yang dikelola di kalangan masyarakat. Selain itu penelitian ini

bermanfaat untuk mengetahui bagaimana penerimaanbrand image produk

lokal Indonesia melalui media online dalam bentuk User Generated

Content. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para

pelaku industri kosmetik lokal untuk mengembangkan strategi

pengembangan brand yang dikelola melalui media online.

Page 5: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

5

E. Objek Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana khalayak menilai,

memandang, menerima dan memberikan persepsi terhadap suatu brandtertentu,

khusunya brand kosmetik dimana sangat dekat kaitannya dengan wanita. Artinya,

penelitian ini mengeksplorasi khalayak wanita sebagai objek penelitian. Lokus

penelitian ini terletak pada ranah penerimaan pesan. Sedangkan fokus penelitian

ini adalah efek yang diterima oleh objek penelitian, yakni sikap objek penelitian

dalam bentuk cara pandang terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah cara pandang

terhadap brand kosmetik Purbasari.

Posisi brand Purbasari di pasar kosmetik Indonesia tidak hanya berada di

dalam persaingan brand lokal, namun juga brand impor yang banyak dipasarkan

di Indonesia seperti NYX, Revlon, Maybelline, dan lain sebagainya. Berdasarkan

hasil survey terhadap sepuluh wanita yang memahami kosmetik, diperoleh data

brand Purbasari berada pada urutan ke 14 dari 16 produk dengan urutan paling

mahal hingga paling murah atau dengan kata lain, Purbasari menduduki peringkat

ke-3 kategori kosmetik yang paling murah. Dalam kategori kosmetik yang

dianggap berkualitas tinggi hingga rendah, Purbasari berada pada posisi ke-13,

atau dengan kata lain Purbasari berada pada posisi ke 4 brand kosmetik yang

dianggap memiliki kualitas rendah.

Urutan Brand kosmetik berdasarkan

anggapan harga paling mahal hingga murah

Urutan Brand kosmetik berdasarkan

anggapan berkualitas tinggi hingga rendah

Wardah

Caring

Revlon

Oriflame

Purbasari

Zoya

Ranee

Sariayu

Mustika Ratu

Ultima

Loreal

Maybelline

LT Pro

Pixy

Make Over

NYX

3

Wardah

Caring

Revlon

Oriflame

Purbasari

Zoya

Ranee

Sariayu

Mustika Ratu

Ultima

Loreal

Maybelline

LT Pro

Pixy

Make Over

NYX

5,36 3

Page 6: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

6

Urutan Brand kosmetik berdasarkan

anggapan paling modern hingga tradisional

Urutan Brand kosmetik berdasarkan

anggapan paling alami hingga tidak alami

Gambar 1.1: Grafik survey brand kosmetik di Indonesia

Di dalam kategori kosmetik yang dianggap paling modern hingga tradisional,

Purbasari berada pada urutan ke-11 atau urutan ke 5 kosmetik yang dianggap

tradisional. Data ini menunjukkan bahwa dalam citra kosmetik modern, Purbasari

masih berada di bawah Wardah, LT Pro, Make Over, dan juga Caring dimana

keempat brand tersebut juga merupakan produk kosmetik lokal. Dalam kategori

kosmetik yang paling alami hingga tidak alami, Purbasari berada pada urutan ke 6

dari 16 brand kosmetik yang dipasarkan di Indonesia.

F. Kerangka Teori

Wanita dan kosmetik merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan. Kosmetik menjadi suatu gaya hidup tersendiri bagi kaum wanita

untuk menunjukkan persona publik mereka. Kosmetik adalah bagian tak

terpisahkan dari kultur konsumen wanita dan merupakan salah satu cara untuk

menunjukkan pesona mereka pada khalayak. (Beausoleil, 1994; Bloch and

Richins, 1992 ; Cash, 1988; Darden dan Worden, 1994; Etcoff, 1999).Tidak hanya

sekadar untuk memenuhi gaya hidup saja, namun kosmetik juga merupakan

sarana penemuan diri bagi kaum wanita. Beausoleil (1994); Women use cosmetics

to audition various selves Thompson and Haytko (1997), and cosmetics matter

Wardah

Caring

Revlon

Oriflame

Purbasari

Zoya

Ranee

Sariayu

Mustika Ratu

Ultima

Loreal

Maybelline

LT Pro

Pixy

Make Over

NYX

6,73

Wardah

Caring

Revlon

Oriflame

Purbasari

Zoya

Ranee

Sariayu

Mustika Ratu

Ultima

Loreal

Maybelline

LT Pro

Pixy

Make Over

NYX

11,82

Page 7: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

7

because they are a means of self invention (Hebdige, 1988). Penemuan diri dalam

hal ini adalah bagaimana mereka akan menunjukkan siapa diri mereka di hadapan

publik melalui penggunaan kosmetik. Gaya hidup menggunakan kosmetik

memiliki pengaruh terhadap aktivitas pencarian yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi mengenai kosmetik. Salah satu aktivitas pencarian

tersebut dilakukan melalui Online review produk kosmetik yang merupakan

bagian dari User Generated Content (UGC).

1. Electronic Word of mouth pada Online review

Konsumen membicarakan produk yang mereka sukai karena mereka

percaya dengan kualitas produk tersebut dan mereka merasa perlu untuk

berbagi kepuasan dengan orang lain. Biasanya konsumen ingin melakukan

sejumlah penelitian sebelum melakukan pembelian, terutama jika produk

tersebut masih terbilang baru atau mahal. Penelitian yang dilakukan biasanya

terdiri dari mencari pendapat konsumen lain dan memeriksa bagaimana review

dari produk tersebut secara online. Bentuk penelitian produk ini adalah contoh

dari marketing word-of-mouth, ketika orang yang satu berbicara dengan orang

yang lain tentang barang atau jasa yang mereka jual.

Online review dalam User Generated Content (UGC) yang merupakan

konten media digital yang diproduksi dan disebarkan oleh pengguna internet.

Dalam situs technopedia.com dijelaskan pemahaman mengenai User

Generated Content, User-generated content is also known as consumer-

generated media (CGM) or conversational media. UGC diproduksi oleh

pengguna internet yang dapat diakses, dikonsumsi dan dibagikan oleh

pengguna internet lainnya dengan konten berupa gambar, video, status/tweets,

infographics, komentar, blog, iklan online dan sebagainya. Penelitian ini

berkaitan dengan alah satu bentuk dari UGC yakni Online review, dimana

Online review tersebut mencakup konten komentar dan banyak diunggah di

blog, media sosial, maupun video blog dalam situs Youtube.

Online review dalam User Generated Content memiliki konsep komunikasi

Word of Mouth (WOM). Kotler & Keller (2007:204) mengemukakan bahwa

Word of mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut

Page 8: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

8

merupakan proses komunikasi berupa pemberian rekomendasi baik secara

individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan

untuk memberikan informasi secara personal.

Konsep Word of Mouth berkembang dalam bentuk elektronik yang disebut

dengan eWOM (Electronic Word of Mouth). eWOM merupakan pernyataan

positif maupun negatif yang dibuat oleh pelanggan potensial, aktual atau

mantan pelanggan tentang produk atau perusahaan yang tersedia untuk banyak

orang dan lembaga melalui internet (Hennig-Thuran et al. 2004). Konsep

eWOM menjelaskan bagaimana Online review berperan sebagai suatu hal yang

berpengaruh terhadap persepsi konsumen terhadap suatu produk, barang, jasa

maupun brand. Berdasarkan jurnal yang berjudul Online Consumer Review:

Word-of-Mouth as a New Element of Marketing Communication Mix yang

ditulis oleh Yubo Chen dan Jinhong Xie Dalam Jurnal Management Science.

Vol. (54). No. 3. Hal. 477, Online review dijelaskan sebagai ―...a new type of

word-of-mouth information, online consumer product review is an

phenomenon that is playing an increasingly important role in consumers

purchase decisions”.

Di dalam jurnal tersebut Online review dijelaskan sebagai salah satu bentuk

atau tipe dari Word of mouth yang mampu mempengaruhi keputusan pembelian

suatu produk ataupun jasa. Online review dianggap sebagai produk baru dari

saluran informasi yang memiliki kepentingan dan popularitas yang sedang

berkembang. Kemampuan tersebut membuat Online review dilihat sebagai tipe

spesial dari WOM, “Online consumer reviews, as consumer-created product

information, can be viewed as a special type of WOM”(e.g., Godes and

Mayzlin 2004).

Gruen (2006) mendefinisikan e-WOM sebagai sebuah media komunikasi

untuk saling berbagi informasi mengenai suatu produk atau jasa yang telah

dikonsumsi antar konsumen yang tidak saling mengenal dan bertemu

sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Jimenez dan Mendoza (2013),

menunjukkan bahwa e-WOM memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen

Page 9: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

9

sebelum konsumen memutuskan untuk membeli sebuah produk atau jasa.

Goyette et al.,(2010) membagi e-WOM dalam tiga dimensi yaitu:

a. Intensity

Liu (2006), mendefinisikan intensitas (intensity) dalam e-WOM sebagai

banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs

jejaring sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al., (2010)

membagi indikator dari Intensity sebagai berikut:

1) Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial

2) Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial

3) Banyaknya Ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial.

b. Valence of Opinion

Merupakan pendapat konsumen baik positif atau negatif mengenai

produk, jasa dan brand. Valence of Opinion memiliki dua sifat yaitu

negatif dan positif. Valence of Opinion meliputi:

a. Komentar positif dari pengguna situs jejaring sosial

b. Rekomendasi dari pengguna situs jejaring sosial

c. Content

Merupakan isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan

produk dan jasa. Indikator dari Content meliputi:

a. Informasi variasi produk

b. Informasi kulaitas produk

c. Informasi mengenai harga yang ditawarkan.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, yakni penelitian yang

dilakukan oleh Nurkholish Majid dengan judul Analisis Pengaruh Electronic

Word of mouth terhadap Brand Image dan Dampaknya pada Minat Beli

Smartphone Samsung di Kota Malang menunjukkan bahwa EWOM

berpengaruh terhadap brand image namun tidak memiliki pengaruh terhadap

minat beli sedangkan brand image memiliki pengaruh terhadap minat beli

masyarakat kota Malang pada produk smartphone Samsung.

Page 10: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

10

2. Teori Stimulus Organism Respons (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus),

komunikan (organisme), efek (respon). Model S-O-R dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1.2 Model teori S-O-R (Sumber: Effendy (2003:255))

Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme

dapat diterima atau dapat ditolak sehingga proses selanjutnya terhenti. Hal ini

menandakan bahwa stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi

organisme, maka tidak ada perhatian (attention) dari organisme. Jika stimulus

diterima oleh organisme berarti terjadi komunikasi dan ada perhatian dari

organisme, dalam hal ini stimulus yang diberikan efektif dan mampu

menimbulkan reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat

perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat

melanjutkan proses berikutnya.

Pada langkah berikutnya organisme menerima secara baik apa yang telah

diolah sehingga dapat terjadi kesediaan dalam mengubah sikap. Dalam

perubahan sikap ini dapat dilihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika

rangsangan yang diberikan melebihi rangsangan semula. Perubahan terjadi

apabila stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme, dan akhirnya

secara efektif dapat merubah sikap. Hovland (dalam Effendy,2003:255)

beranggapan bahwa perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar.

Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel penting yang menunjang

Page 11: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

11

proses belajar tersebut yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Asumsi

dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah,

segera dan langsung terhadap penerima pesan atau komunikan. Sikap yang

dimaksud disini adalah kecendrungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukanlah

perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan untuk berperilaku dengan cara

tertentu terhadap objek sikap, dengan demikian pada kenyataan tidak ada

istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap juga bukanlah sekedar rekaman masa

lalu, tetapi juga menentukan apakah seseorang harus setuju atau tidak setuju

terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan.

Apabila dibandingkan dengan teori SCMR, teori SCMR terlihat lebih

kompleks. Hal ini dikarenakan teori SCMR lebih menjelaskan secara detail

terkait dengan elemen yang terdapat dalam teori tersebut. Dalam hal ini lebih

diuraikan mengenai siapa yang membuat pesan (source), pesan (message)

seperti apa yang diproduksi, menggunakan saluran (channel) yang bagaimana

dalam menyampaikan pesan tersebut dan siapa penerima pesannya (receiver).

Dengan adanya ulasan yang lebih detail, maka setiap elemen dalam teori perlu

penjabaran secara luas. Teori SCMR memiliki proses komunikasi yang dinamis

dan berkesinambungan, sehingga tidak diketahui titik awal dan akhirnya.

Apabila teori ini diterapkan dalam penelitian ini, akan menjadi sulit karena

penelitian ini dilakukan secara general terhadap online review apapun yang

dibaca oleh responden sehingga tidak memiliki fokus pada satu sumber

(source) tertentu.

Dibandingkan dengan teori Stimulus Respons (SR), teori SR

berpandangan bahwa media massa diibaratkan sebuah jarum suntik

(hypodermic needle) yang menembakkan keinginan dari sumber langsung ke

dalam pemikiran, sikap dan perilaku yang akan dilakukan oleh penerima pesan.

Dengan demikian, teori SR ini mengabaikan faktor-faktor lain yang terdapat

dalam diri individu yang menerima pesan. Teori ini menganggap bahwa hasil

yang akan didapatkan dari pesan yang telah disuntikkan kepada masyarakat

selalu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemberi pesan. Sehingga teori

Page 12: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

12

ini dapat dikatakan sebagai proses komunikasi satu arah. Apabila diterapkan

dalam penelitian, teori ini kurang sesuai karena kurang mengeksplorasi faktor

organisme yang dianggap memiliki pengaruh karena penelitian ini berfokus

pada pengukuran sikap, dimana hal tersebut merupakan pengukuran kualitatif

yang dikuantitatifkan. Sehingga perlu memperhatikan faktor organisme seperti

halnya teori Stimulus – Organism – Respons (S-O-R).

Sesuai penjelasan dalam latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk

melihat hubungan korelasional antara Online review dalam User Generated

Content dan brand image. Dari tujuan tersebut dapat dilihat titik awal dan titik

akhir yang jelas. Titik awal dalam penelitian ini adalah Online review produk

Purbasari Lipstick Color Matte kemudian titik akhir dari penelitian ini adalah

brand image kosmetik Purbasari yang dihasilkan sebagai respon yang

diberikan oleh responden. Dengan demikian maka teori yang dianggap paling

sesuai untuk digunakan dalam penlitian ini adalah teori SOR. Hal ini

dikarenakan penelitian dilakukan hanya untuk melihat respon yang didapatkan

dari organisme terhadap stimulus yang diberikan.

Teori S-O-R lebih berfokus pada ranah media konvensional, dimana

media tersebut memiliki karakter yang sangat berbeda dengan media baru.

Teori S-O-R yang berfokus pada media konvensional, tidak memiliki konsep

interaktivitas yang ada dalam media baru. Hal ini yang menjadi kendala dalam

penggunaan teori S-O-R. Kendala terletak pada variabel Organisme yang

terdiri dari dimensi Perhatian, pengertian dan penerimaan. Dimensi tersebut

dipandang kurang merepresentasikan interaktivitas khalayak, karena

karakteristik User Generated Content (UGC) yang merupakan media baru

memiliki salah satu konsep penting yaitu interaktivitas. Peneliti membuat

modifikasi terhadap teori SOR pada bagian dimensi dari Organisme.

Modifikasi dilakukan dengan mengubah dimensi pengertian, penerimaan dan

perhatian menjadi dimensi yang berfokus pada interaktivitas pengguna (User).

Organisme dalam teori S-O-R dimodifikasi dengan penambahan konsep

dari Levy dan Windahl (1984) tentang aktifitas audiens. Levy dan Windahl

(1984) menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi,

Page 13: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

13

diantaranya: Orientasi audiens dan Dimensi temporal. Orientasi audiens

mencakup aspek selektivitas, keterlibatan dan kegunaan. Sedangkan dimensi

temporal menjelaskan mengenai aktivitas audiens yang dilihat sebelum, selama

dan setelah terpaan.

Tabel 1.1

Tipologi Aktivitas Audiens(Levy dan Windahl, 1984)

Urutan komunikasi

OrientasiAudiens Sebelum

terpaan

Selama

terpaan

Sesudah terpaan

Selektivitas Terpaan

selektif,

mencari-cari

Persepsi selektif Ingatan selektif

Keterlibatan Antisipasi dari

terpaan

Perhatian,

pembentukan

makna, interaksi

parasosial,

identifikasi

Identifikasi jangka

panjang,mengkhayal

Kegunaan Koin

pertukaran

Menggunakan

untuk

memperoleh

kepuasan

Menggunakan

opinion leader suatu

topik

Levy dan Windahl (1984) juga menghubungkan antara variabel keterlibatan

selama terpaan dengan variabel Preexposure selectivity, yang menghasilkan 4

subtipe aktivitas audiens. Tipologi subtipe aktivitas audiens berupa keterlibatan

selama terpaan. Konsep ini menjelaskan bagaimana tingkat preexposure

selectivity audiens di dalam keterlibatan mereka ketika terjadi terpaan.

Page 14: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

14

Tabel 1.2

Preexposure selectivity

Preexposure selectivity

Keterlibatan

selama terpaan

Tinggi Rendah

Tinggi Mencari kepuasan yang

dimotivasi

Keterlibatan

indiskriminasi

Rendah Topik ritual Melewatkan waktu

3. Karakteristik Media Baru (New Media)

Menurut (Jan van Dijk, 2006: 4-9) mencirikan media baru dalam beberapa

karakteristik sebagai berikut:

a. Integrasi (Integration)

Karakteristik utama media baru secara struktural adalah integrasi

antara telekomunikasi, data komunikasi, dan komunikasi massa dalam satu

media tunggal. Ini yang disebut proses konvergensi. Karena itu, media

baru sering disebut multimedia. Integrasi dapat terjadi pada salah satu

ranah berikut.

1) Infrastruktur—misalnya menggabungkan sambungan transmisi

dengan peralatan yang berbeda untuk telepon dan komunikasi data

komputer.

2) Transportasi—misalnya telepon Internet dan web TV menumpang

pada televisi satelit atau televisi kabel.

3) Manajemen—misalnya sebuah perusahaan kabel yang terjun

menggeluti layanan telepon dan sebuah perusahaan telepon yang

terjun menggeluti televisi kabel.

4) Layanan—misalnya kombinasi layanan komunikasi dan informasi

di Internet.

Page 15: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

15

5) Jenis data—menyatukan suara, data, teks, dan gambar.

Integrasi ini mengarah pada penggabungan bertahap telekomunikasi,

komunikasi data, dan komunikasi massa, bahkan mungkin perbedaan

makna ketiga istilah ini akan hilang.

b. Interaktivitas (Interactivity)

Karakter struktural media baru yang kedua dalam revolusi komunikasi

adalah kemunculan media interaktif. Secara umum, interaktivitas adalah

urutan aksi dan reaksi. Van Dijk dan de Vos menawarkan definisi

operasional interaktivitas yang seharusnya berlaku untuk komunikasi tatap

muka. Kedua peneliti ini mendefinisikan interaktivitas pada empat tingkat

akumulatif—dengan landasan bahwa konsep interaktivitas bersifat

multidimensi.

Pada level pertama, interaktivitas adalah kemungkinan untuk

membangun komunikasi dua sisi atau multilateral komunikasi. Ini adalah

dimensi ruang. Semua media digital menawarkan kemungkinan ini sampai

batas tertentu. Level kedua interaktivitas adalah derajat sinkronisitas. Ini

adalah dimensi waktu. Hal ini juga diketahui bahwa urutan aksi dan reaksi

(yang tidak terganggu) biasanya meningkatkan kualitas interaksi.

Level ketiga interaktivitas adalah cakupan kontrol yang dilakukan oleh

para pihak yang berinteraksi. Ini adalah dimensi perilaku, yang

didefinisikan sebagai kemampuan pengirim dan penerima untuk berganti

peran setiap saat. Dengan kata lain, ini tentang kontrol atas peristiwa

dalam proses interaksi. Interaktivitas dalam hal kontrol adalah dimensi

yang paling penting dalam semua definisi interaktivitas dalam kajian

media dan komunikasi.

Level keempat dan tertinggi interaktivitas adalah bertindak dan

bereaksi dengan memahami makna dan konteks. Ini adalah dimensi

mental—kondisi yang diperlukan untuk interaktivitas penuh, misalnya,

dalam percakapan fisik dan komunikasi melalui komputer.

Page 16: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

16

c. Kode Digital (digital code)

Kode digital merupakan karakteristik media secara teknis yang hanya

digunakan untuk mendefinisikan bentuk baru operasi media. Namun, kode

digital memiliki konsekuensi yang besar besar untuk komunikasi. Kode

digital berarti bahwa dalam menggunakan teknologi komputer, setiap

sitem informasi dan komunikasi dapat diubah dan ditransmisikan dalam

bentuk rangkaian satu dan nol yang disebut bit. Kode buatan ini

menggantikan kode alami pembuatan serta transmisi informasi dan

komunikasi analog. Efek besar pertama dari transformasi semua isi media

dalam kode digital yang sama adalah keseragaman dan standarisasi isi.

Bentuk dan substansi tidak dapat dipisahkan dengan mudah seperti yang

dikira oleh banyak orang.

4. Brand image

Timmerman (dalam Noble, 1999) menyebutkan bahwa Brand image

sering dianggap sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan

dengan sebuah brand. Brand image terdiri dari: faktor fisik berupa karakteristik

fisik dari brand tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama brand, fungsi dan

kegunaan produk dari brand itu; dan faktor psikologis yang dibentuk oleh

emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen

menggambarkan produk dari brand tersebut.

Kotler dan Amstrong (2001:225) mendefinisikan brand image sebagai

seperangkat keyakinan konsumen mengenai brand tertentu. Konsep tersebut

tentu berbeda dengan konsep brand, namun keduanya saling memiliki

keterkaitan dan saling berpengaruh. Brand image lebih menekankan kepada

sisi penerimaan konsumen dan cara pandang brand terhadap sebuah brand.

Seperti halnya pemahaman yang dikemukakan oleh (Ouwersoot dan Tudorica,

2001) yakni brand image adalah kumpulan persepsi tentang sebuah brand yang

saling berkaitan yang ada dalam pikiran manusia.

Page 17: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

17

Brand image digambarkan oleh Hogan (2005) sebagai asosiasi dari

semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari

brand yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara, yang pertama

melalui pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan

fungsional dan kepuasan emosional. Suatu brand tidak hanya bekerja maksimal

dan memberikan penampilan hasil yang dijanjikan saja namun juga harus dapat

memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh

konsumen dan juga memenuhi kebutuhan individual konsumen, yang

kemudian akan berkontribusi pada hubungan dengan brand tersebut. Kedua,

persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari brand tersebut melalui berbagai

macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat

(public relations), logo, fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani

penjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak brand, media dan lingkungan

di mana brand tersebut dijual dapat mengomunikasikan atribut-atribut yang

berbeda. Setiap alat pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan

dengan konsumen.

Keller (2008:5) mendefinisikan sebuah brand lebih dari sekadar

produk, karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi diferensiasi dengan

produk lain yang sejenis. Diferensiasi tersebut harus bersifat rasional dan

terlihat secara nyata dengan performa suatu produk dari sebuah brand atau

lebih simbolis, emosional, dan tidak kasat mata yang mewakili sebuah brand.

Definisi di atas menekankan pada fungsi brand untuk mengidentifikasikan

penjual atau perusahaan yang menghasilkan produk tertentu yang

membedakannya dengan penjual atau perusahaan lain yang memiliki nilai yang

berbeda yang pada setiap brand.

Menurut Keller (2008: 43) membangun brand yang kuat dengan ekuitas

besar memberikan manfaat yang sangat banyak pada perusahaan pemegang

brand tersebut. Peranan brand dalam membawa karakter suatu produk

memberikan dimensi lain tentang pencitraan suatu produk. Pengelolaan sebuah

brand akan berpengaruh terhadap terciptanya brand image terhadap brand

tersebut. Oleh karena itu, untuk menciptakan brand image yang baik, tentunya

Page 18: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

18

pengelolaan brand dari suatu produk harus dilakukan dengan benar dan tepat

sesuai image yang ingin diciptakan karena brand image sangat berpengaruh

terhadap ingatan manusia. Hal ini dijelaskan oleh (Keller, 1998:93) “Brand

image can be defined as a perception about brand as reflected by the brand

association held in consumer memory”. Dalam hal ini brand image dapat

dikatakan sebagai persepsi tentang brand yang digambarkan oleh asosiasi

brand yang ada dalam ingatan manusia sebagai konsumen. Pengertian brand

Image (Keller, 2003:166) bahwa: (1) Anggapan tentang brand yang

direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. (2) Cara

orang berpikir tentang sebuah brand secara abstrak dalam pemikiran brand,

sekalipun pada saat brand memikirkannya, brand tidak berhadapan langsung

dengan produk. Faktor–faktor pendukung terbentuknya brand image dalam

keterkaitannya dengan asosiasi brand (Keller, 2003):

1. Kekuatan asosiasi brand (Strength of brand association / familiarity of

brand association)

2. Keunggulan asosiasi brand (Favorability of brand association)

3. Keunikan asosiasi brand (Uniquesness of brand association)

Strength association merupakan perpanjangan dari asosiasi terkait suatu

brand sebagai hasil dari penerimaan informasi oleh konsumen. Artinya,

semakin dalam konsumen memikirkan suatu informasi dan mengaitkannya

dengan sebuah brand, maka asosiasi brand tersebut akan menjadi semakin

kuat. Pembentukan informasi dalam strength association diperkuat oleh dua

hal, yaitu tingkat relevansi konsumen terhadap informasi yang diterima dan

tingkat konsistensi dari informasi tersebut. Favorability association diciptakan

guna memberikan perasaan yakin kepada konsumen bahwa kebutuhan dan

keinginannya dapat terpenuhi oleh brand tersebut (Keller, 1998). Terdapat dua

nilai yakni nilai positif dan nilai negatif dimana subjek sudah tidak lagi dilihat

sebagai konten dalam brand image melainkan dilihat sebagai sebuah rasa yang

muncul dari konsumen akibat dari setiap asosiasi yang ada (Riezebos, 2003).

Asosiasi positif dari sebuah brand, salah satunya adalah reputasi. Reputasi

sering dianggap sebagai indikasi sebuah impresi atas sebuah brand dalam skala

Page 19: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

19

global. Brand dengan reputasi tinggi merupakan suatu dasar penting dalam

penerapan strategi prestisius (Riezebos, 2003). Uniqueness association

merupakan Unique Selling Proposition yang menjadi alasan bagi konsumen

untuk melakukan pembelian pada suatu brand tertentu (Keller, 1998).

G. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep-konsep yang sudah

ditelaah dan dipilah sesuai dengan kebutuhan penelitian. Konsep brand image

yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep dari (Keller 1998: 93) “Brand

image can be defined as a perception about brand as reflected by the brand

association held in consumer memory”. Dalam hal ini brand image dapat

dikatakan sebagai persepsi tentang brand yang digambarkan oleh asosiasi brand

yang ada dalam ingatan manusia sebagai konsumen. Pengertian brand Image

(Keller, 2003:166) bahwa: (1) Anggapan tentang brand yang direfleksikan

konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. (2) Cara orang berpikir

tentang sebuah brand secara abstrak dalam pemikiran brand, sekalipun pada saat

brand memikirkannya, brand tidak berhadapan langsung dengan produk.

Terdapat tiga komponen yang dapat mengelompokkan brand image menurut

Keller (1998), yaitu: Strength association, Favorability association, dan

Uniqueness association. Strength association merupakan perpanjangan dari

asosiasi terkait suatu brand sebagai hasil dari penerimaan informasi oleh

konsumen. Artinya, semakin dalam konsumen memikirkan suatu informasi dan

mengaitkannya dengan sebuah brand, maka asosiasi brand tersebut akan menjadi

semakin kuat. Pembentukan informasi dalam strength association diperkuat oleh

dua hal, yaitu tingkat relevansi konsumen terhadap informasi yang diterima dan

tingkat konsistensi dari informasi tersebut. Favorability association diciptakan

guna memberikan perasaan yakin kepada konsumen bahwa kebutuhan dan

keinginannya dapat terpenuhi oleh brand tersebut (Keller, 1998). Terdapat dua

nilai yakni nilai positif dan nilai negatif dimana subjek sudah tidak lagi dilihat

sebagai konten dalam brand image melainkan dilihat sebagai sebuah rasa yang

muncul dari konsumen akibat dari setiap asosiasi yang ada (Riezebos, 2003).

Page 20: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

20

Asosiasi positif dari sebuah brand, salah satunya adalah reputasi. Reputasi

sering dianggap sebagai indikasi sebuah impresi atas sebuah brand dalam skala

global. Brand dengan reputasi tinggi merupakan suatu dasar penting dalam

penerapan strategi prestisius (Riezebos, 2003). Uniqueness association

merupakan Unique Selling Proposition yang menjadi alasan bagi konsumen untuk

melakukan pembelian pada suatu brand tertentu (Keller, 1998).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi Stimulus-

Organism-Respons (S-O-R). Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab

terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)

yang berkomunikasi dengan organisme. Elemen-elemen dari model ini adalah

pesan (stimulus), komunikan (organisme), efek (respon).

Konsep online review dalam User Generated Content (UGC) yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitian ini adalah konsep dari Kotler & Keller (2007:204)

yang mengemukakan bahwa word of mouth Communication (WOM) atau

komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi yang berupa

pemberian rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu

produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara

personal.Goyette et al.,(2010) membagi e-WOM dalam tiga dimensi yaitu:

Intensity, Valence of Opinion, Content.

Pada variabel Organisme, konsep yang digunakan adalah Orientasi audiens,

Dimensi temporal, dan Tipologi subtipe aktivitas audiens. Orientasi audiens

mencakup aspek selektivitas, keterlibatan dan kegunaan. Sedangkan dimensi

temporal menjelaskan mengenai aktivitas audiens yang dilihat sebelum, selama

dan setelah terpaan. Tipologi subtipe aktivitas audiens merupakan bagaimana

tingkat preexposure selectivity audiens di dalam keterlibatan mereka ketika terjadi

terpaan.

Page 21: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

21

Stimulus Organism Respons

Online Review Khalayak Brand Image

○Intensity

○ Valence of Opinion

○ Content

o Orientasi audiens

○ Strength association

○ Favorability association

o Uniqueness of

Association

Tabel 1.3: Kerangka konsep

H. Operasionalisasi Konsep

Tabel 1.4

Operasionalisasi Konsep

No Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala

1 Stimulus

Online

review

dalam

UGC

Intensity

a. Frekuensi mengakses informasi

dari situs jejaring sosial Likert

b. Frekuensi interaksi dengan

pengguna situs jejaring sosial Likert

c. Banyaknya Ulasan yang ditulis Likert

Valence of

Opinion

a. Komentar positif terhadap

produk dalam online review Likert

b. Rekomendasi penggunaan

produk Likert

Content

a. Informasi Variasi Likert

b. Informasi kualitas Likert

c. Informasi mengenai harga yang

ditawarkan. Likert

2 Organism Khalayak Orientasi

audiens

a. Selektivitas Likert

b. Keterlibatan Likert

c. Kegunaan Likert

3

Respon

Brand

image

Strength of

Association

a. Atribut Likert

b. Manfaat Likert

Favorability

of Association

a. Desirability Likert

b. Deliverability Likert

Uniqueness of

Association

a. Point of parity Likert

b. Point of Difference Likert

Page 22: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

22

I. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, peneliti menelaah melalui dua variabel, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Online review dalam User-Generated

Content (UGC) Purbasari Lipstick Color Matte sebagai variabel bebas, yakni

variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan brand image

Purbasari adalah variabel terikat, dimana variabel ini dipengaruhi oleh

variabel bebas.

1. Online review

Online review dalam UGC Purbasari Lipstick Color Matte digambarkan

sebagai bentuk electronic Word of Mouth (eWOM) yang memaparkan review

tentang produk baru dari kosmetik Purbasari yakni Purbasari Lipstick Color

Matte. Adapun indikatornya adalah Intensity, Valence of Opinion, Content.

a. Intensity

Berdasar identifikasi intensity oleh Liu (2006), dimensi intensity

dalam penelitian ini adalah tingkat akses informasi dan banyaknya

pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs jejaring

sosial. Berdasarkan penjelasan Goyette et al., (2010) dalam

pembagian indikator intensity, peneliti merangkum konsep intensitas

sebagai berikut:

1) Frekuensi akses internet

2) Frekuensi akses informasi Purbasari Lipstick Color Matte dari situs

jejaring sosial.

3) Banyaknya UlasanPurbasari Lipstick Color Matte yang diakses

oleh oleh pengguna situs jejaring sosial.

b. Valence of Opinion

Adalah pendapat konsumen baik positif atau negatif mengenai produk,

jasa dan brand. Valence of Opinion memiliki dua sifat yaitu negatif

dan positif. Valence of Opinion meliputi:

1) Komentar positif terhadap Purbasari Lipstick Color Matte dari

pengguna situs jejaring sosial.

Page 23: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

23

2) Rekomendasi penggunaan Purbasari Lipstick Color Matte dari

pengguna situs jejaring sosial.

c. Content

Adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk

dan jasa yang terdiri dari beberapa indikator:

1) Variasi produk

2) Kualitas produk

3) Harga yang ditawarkan

2. Organisme

Levy dan Windahl (1984) menyusun tipologi aktifitas audiens yang

dibentuk melalui dua dimensi, diantaranya: Orientasi audiens dan dimensi

temporal. Orientasi audiens mencakup aspek selektivitas, keterlibatan dan

kegunaan. Sedangkan dimensi temporal menjelaskan mengenai aktivitas

audiens yang dilihat sebelum, selama dan setelah terpaan.

a. Dimensi orientasi audiens:

1) Selektivitas terhadap isi media:

Selektivitas diartikan sebagai aktivitas membuat pilihan

sesuai dengan minat dan kebutuhan ketika audiens mengakses

konten informasi.

2) Keterlibatan (involvement):

a) Tingkatan dimana audiens menghubungkan dirinya dengan

isi media,

b) Suatu tingkatan dimana individu berinteraksi secara

psikologis dengan media atau termasuk di dalamnya dengan

pesan-pesan media.

3) Kegunaan (utility), yaitu individu menggunakan atau

mengantisipasi penggunaan komunikasi massa untuk tujuan sosial

atau psikologisnya.

Page 24: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

24

Dalam penelitiannya, Levy dan Windahl (1984) menyatakan bahwa ada

korelasi positif yang signifikan antara pengukuran aktivitas audiens dengan

indikator-indikator pencarian kepuasan dan pemerolehan kepuasan. Pada kasus

hubungan antara aktivitas dengan pencarian kepuasan, ditemukan bahwa individu

menggunakan media untuk memperoleh kepuasan sosial maupun psikososialnya,

dan audiens akan aktif memenuhi harapannya itu dalam proses komunikasi yang

dilakukannya. Sebaliknya, hubungan antara aktivitas dengan pemerolehan

kepuasan, memperlihatkan bahwa pengalaman individu yang lebih aktif akan

berada pada level kepuasan yang lebih tinggi, dan aktivitas harus dilihat sebagai

variabel independen.

3. Brand image Purbasari

Definisi brand image Purbasari adalah persepsi brand Purbasari yang ada

di benak konsumen atau masyarakat. Penjabaran indikator dari variabel brand

image adalah menggunakan tiga komponen yang dapat mengelompokkan

brand image menurut Keller (1998), yaitu: Strength association, Favorability

association, dan Uniqueness association. Penjabaran dimensi brand image

Purbasari didefinisikan sebagai berikut

a. Strength of association

Dimensi ini menggambarkan bagaimana informasi Purbasari Lipstick

Color Matte dalam online review masuk dan bertahan di dalam ingatan

konsumen. Dalam tahap ini konsumen mampu menguraikan berbagai

macam informasi mengenai Purbasari Lipstick Color Matte, mampu

berpikir semakin dalam dan menguhubungkannya dengan pengetahuan

yang mereka miliki. Asosiasi tersebut berasal dari informasi yang

diperoleh dari brand attribute dan brand benefit.

1) Attribute

a) Product related attribute

Terdiri dari komposisi fisik dari produk Purbasari Lipstck

Color matte dan kebutuhan layanan. Product related attribute

Page 25: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

25

berkaitan dengan aspek tangible seperti: bentuk, warna,

ukuran, kemasan.

b) Non product related attribute

Terdiri dari aspek eksternal yang tercipta dari bauran

pemasaran Purbasari Lipstick Color Matte, yakni

(1) Informasi harga produk Purbasari Lipstick Color Matte

(2) Informasi kemasan Purbasari Lipstick Color Matte

(3) User imagery (informasi aspek demografi konsumen

Purbasari Lipstick Color Matte: Jenis kelamin, usia, ras,

penghasilan, pengeluaran, pekerjaan, lingkungan.

(4) Usage imagery: waktu penggunaan produk, lokasi

penggunaan produk, jenis kegiatan yang dilakukan ketika

menggunakan produk Purbasari Lipstick Color Matte.

2) Benefit

Menurut Keller (1993:4) Benefit atau manfaat merupakan nilai

personal yang melekat pada atribut produk. Dalam hal ini adalah

nilai personal yang melakat pada produk Purbasari Lipstick Color

Matte. Aspek ini terdiri dari Manfaat fungsional, pengalaman, dan

simbolik.

a) Manfaat fungsional, dilihat dari indikator manfaat utama dari

Purbasari Lipstick Color Matte sebagai produk kosmetik.

b) Manfaat pengalaman, dilihat dari indikator hal yang dirasakan

konsumen ketika menggunakan produk Purbasari Lipstick

Color Matte. Manfaat ini didesain untuk memenuhi kebutuhan

pengalaman seperti sensory pleasure, variety, dan cognitive

stimulation (Keller, 1993:4).

c) Manfaat simbolik dilihat dari perasaan mengenai prestis,

eksklusivitas, dan rasa bangga ketika menggunakan produk

Purbasari Lipstick Color Matte.

Page 26: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

26

b. Favorability association

Kepercayaan konsumen bahwa atribut dan manfaat dari brand

Purbasari Lipstick Color Matte dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.

1) Desirability

Kemampuan Purbasari Lipstick Color Matte dapat memenuhi

keinginan dan harapan konsumen yang menjadi sasaran. Terdiri

dari beberapa aspek:

a) Relevance: tingkat kesesuaian Purbasari Lipstick Color Matte

di mata konsumen.

b) Distinctiveness: tingkat kekhasan brand Purbasari Lipstick

Color Matte di mata konsumen.

c) Believability: tingkat kredibilitas Purbasari Lipstick Color

Matte untuk dipilih konsumen dibandingkan dengan brand

lain.

2) Deliverability

Kemampuan penyampaian produk melalui program pemasaran

kepada konsumen. Terdiri dari beberapa aspek:

a) Feasibility: tingkat kemampuan program pemasaran Purbasari

Lipstick Color Matte dalam menunjukkan manfaat brand

Purbasari Lipstick Color Matte.

b) Communicability: tingkat kemampuan program komunikasi

Purbasari Lipstick Color Matte untuk membuat konsumen

percaya.

c) Sustainability: tingkat kemampuan membentuk citra positif

yang dilihat dari respon konsumen Purbasari Lipstick Color

Matte.

c. Uniqueness Association

1) Point of parity

Sejauh mana asosiasi merek Purbasari Lipstick Color Matte

memiliki unsur kesamaan. Digolongkan dalam beberapa aspek:

Page 27: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

27

a) Category point of parity: pandangan konsumen tentang

kredibilitas Purbasari Lipstick Color Matte sehingga diakui

sejajar dengan brand lain.

b) Competitive point of parity: kemampuan bersaing brand

Purbasari Lipstick Color Matte dengan kompetitor.

2) Point of Difference

a) Unique Selling Proposition: kemampuan suatu brand untuk

membuat konsumen memilih brand tersebut dibandingkan

yang lain

b) Sustainable Competitive Advantage: Tingkat kemampuan

penyampaian nilai produk Purbasari Lipstick Color Matte yang

unggul ke dalam pasar dalam jangka waktu yang lama.

J. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai perkiraan hasil atas research question yang ada

dalam penelitian (Punch, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Gambar 1.3

H1 : Online review dalam User Generated Content Purbasari Lipstick Color

Matte memiliki pengaruh terhadap Brand image kosmetik Purbasari.

H0 : Online review dalam User Generated Content Purbasari Lipstick Color

Matte tidak memiliki pengaruh terhadap Brand image kosmetik Purbasari.

K. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metodologi penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang

menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan, sehingga tidak

Online review dalam User

Generated Content Purbasari

Lipstick Color Matte

Brand image

kosmetik Purbasari

Page 28: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

28

memerlukan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih berfokus pada keluasan

data sehingga hasil riset mampu merepresentasikan seluruh populasi.

Penelitian kuantitatif menuntut peneliti untuk bersikap objektif dan

memisahkan diri dari data penelitian. Peneliti tidak boleh membuat batasan

konsep maupun alat ukur data sesuai keinginan sendiri. Oleh karena itu, batasan

konsep dan alat ukur harus objektif dan diuji terlebih dahulu sesuai prinsip

validitas dan reliabilitas.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Eksplanatif. Dalam penelitian

eksplanatif, peneliti menghubungkan dan mencari sebab akibat antara dua

atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. Oleh karena itu, penelitian

eksplanatif cenderung menjelaskan pertanyaan ―mengapa‖ atau ―bagaimana‖

mengenai suatu hubungan sebab akibat. Peneliti memerlukan definisi konsep,

kerangka konseptual dan kerangka teori. Periset melakukan kegiatan berteori

guna menghasilkan dugaan awal (hipotesis) antara variabel satu dengan

lainnya.

2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Metode survei merupakan metode yang tepat digunakan untuk mendapatkan

keterkaitan antara online review yang dilihat oleh konsumen terhadap

pemaknaan brand image Purbasari. Survei adalah metode riset yang

menggunakan kuesioner sebagai instrumen nutama dalam pengumpulan data.

Asmadi Alsa (2004:20) memaparkan rancangan survei merupakan suatu

prosedur dimana peneliti melaksanakan survei atau memberikan angket atau

skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau

karakteritik responden. Dari hasil survei ini, peneliti membuat claim tentang

kecenderungan yang ada dalam populasi. Margono (2005) memberikan

definisi metode penelitian survei yakni pengamatan atau penyeledikan yang

kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu

persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Penelitian survei

Page 29: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

29

umumnya bertujuan untuk mencapai generalisasi, dan sebagian lain juga

untuk membuat prediksi. Penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang

besar maupuun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih

dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi

relative dari variabel-variabel (Fred N.Kerlinger, 2004:660).

3. Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Umar,

2000:145). Populasi merupakan objek secara keseluruhan atau generalisasi

dari keseluruhan objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya. Menurut

Umar (2000:145), sampel adalah bagian dari populasi atau bagian dari

karakteristik yang dimiliki olehpopulasi yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini dipilih yang dianggap mewakili satu populasi tertentu.

Pemilihan populasi dikaitkan dengan Online review kosmetik yang memiliki

sasaran wanita yang masih muda, memiliki ketertarikan terhadap kosmetik,

memperhatikan apa yang mereka gunakan, memerhatikan opini orang lain

dan gemar menggunakan kosmetik.

Populasi dari penelitian ini adalah Pasar dari Purbasari Lipstick Color

Matte berjenis kelamin perempuan yang juga merupakan pengguna internet,

dengan kriteria rentang usia produktif 18-35 tahun baik bekerja maupun

mahasiswa, dan memiliki psikografis sebagai wanita aktif dan responsif.

Berdasarkan hasil survey profil pengguna internet di Indonesia tahun 2015

oleh PUSKAKOM dengan APJII, secara keseluruhan jumlah pengguna

internet wanita sebesar 51% dari 88,1 juta orang, dimanasebagian besar

pengguna internet wanita tersebut adalah wanita yang bekerja dengan

persentase 55% dan mahasiswa 18%. Berdasarkan hasil survey tersebut

diperoleh jumlah pengguna internet berjenis kelamin perempuan sebanyak

44.931.000. Kemudian dipersempit berdasarkan rentang usia 18-35 tahun

Page 30: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

30

dengan kriteria telah bekerja dan atau berstatus mahasiswa, sehingga

diperoleh jumlah populasi 27.156.296 orang. Berdasarkan perhitungan di

bawah, jumlah sampel penelitian ini diperoleh sebanyak 400 orang. Adapun

sampel penelitian diambil berdasarkan rumus Slovin (Umar, 2000:78) sebagai

berikut:

n =

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = Presentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini

persentase tersebut sebesar 5%.

4. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penarikan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan

teknik Purposive sampling, yaitu penunjukkan sampel yang didasarkan atas

ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam

teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu

berdasar tujuan penelitian. Sedangkan orang orang dalam populasi yang tidak

sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.

Penggunaan teknik pengambilan sampel di atas dikarenakan tidak semua

masyarakat yang dijumpai dapat dijadikan sampel, karena peneliti hanya

menggunakan sampel 400 orang berjenis kelamin wanita yang merupakan

pasar dari kosmetik Purbasari. Sistem penyebaran kuesioner yang dilakukan

peneliti adalah snow ball, dimana peneliti meminta bantuan kepada responden

untuk menyebarkan kuesioner.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Page 31: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

31

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan mengirimkan

daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Data yang diperoleh berasal dari

sumber pertama, maka dari itu hasil dari kuesioner ini termasuk ke dalam data

primer. Kuesioner ini akan disebarkan baik secara online.

b. Studi literatur

Peneliti melakukan analisis berbagai literatur seperti buku, jurnal,

makalah, dan skripsi yang berkaitan dengan motivasi konsumen melakukan

komunikasi eWOM melalui media sosial. Selain itu, peneliti juga

menggunakan referensi pendukung seperti buku, artikel, majalah, dan

penjelajahan internet untuk memperoleh informasi berkaitan dengan peneliti.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang

digunakan. Sebelum melakukan pengukuran penting sekali untuk memastikan

bahwa instrumen yang digunakan sudah valid. Pada penelitian ini, metode uji

validitas dilakukan terhadap 30 kuesioner sebelum melakukan penelitian (pilot

test) dengan menggunakan Pearson test, yaitu membandingkan nilai angka rhitung

dengan nilai korelasi tabel (rtabel), dimana derajat kebebasan = n - 2. Dengan

sampel 30 responden, maka didapatkan nilai derajat kebebasan (dk) = 28. Selang

kepercayaan (α) ditentukan sebesar 5% maka didapatkan nilai dari rtabel adalah

0,295. Apabila angka rhitung > 0,295, maka item kuesioner valid. Namun, bila

angka rhitung ≤ 0,295, maka item kuesioner dinyatakan tidak valid. Hasil uji

validitas akan ditampilkan pada Bab IV.

Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap 30 kuesioner yang akan diuji sebelum

penelitian dilakukan. Reliabilitas adalah kemampuan suatu instrumen

menunjukkan kestabilan dan konsistensi dalam mengukur konsep. Pengujian ini

didasarkan pada nilai Cronbach‟s Alpha, dimana item kuesioner dinyatakan

reliabel jika nilai Cronbach‟s Alpha > 0,6. Hasil uji reliabilitas akan ditampilkan

pada Bab IV.

Page 32: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

32

7. Teknik Analisis Data

Setelah mengetahui metode penelitian, populasi dan sampling serta teknik

pengumpulan data yang akan digunakan pada saat penelitian, dibutuhkan pula

teknik dalam menganalisis data agar dapat dalam memproses data lebih

sederhana sehingga mudah di baca dan interpretasikan. Penelitian ini akan

menggunakan tiga teknik analisis data yaitu analisis deskriptif, analisis regresi

dan analisis korelasional.

Analisis Deskriptif (Statistika Deskriptif)

Statistika deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan pengumpulan

dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.

Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai

dan sama sekali tidak menarik kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang

lebih besar (Dedy Kuswanto,2012:27). Pada analisis deskriptif akan dilakukan

analisis mean dan crosstabulation.

Analisis Regresi

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan

analisis Regresi Sederhana. Analisis regresi sederhana adalah analisis untuk

mengetahui hubungan linier antara variabel independen (X2), variabel

Intervening (X1) dan variabel dependen (Y). Formula persamaan linier adalah

sebagai berikut:

Y = a0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X1.X2

Keterangan:

Y = Variabel dependen

X1 = Variabel Intervening

X2 = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y apabila X=0)

b1 = Koefisien regresi untuk X1

b2 = Koefisien regresi untuk X2

b3 = Koefisien regresi untuk X3

Analisis Korelasi (Pearson Correlation Test)

Page 33: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100023/potongan/S1-2016... · Bentuk penelitian produk ini adalah contoh dari marketing word-of-mouth, ketika

33

Tujuan penelitian korelasional menurut Gary dalam Emzir

(2007:38); adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk

menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Sedangkan

menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk mendeteksi sejauh mana

variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu

atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Koefesien

korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua

variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien

korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah

hubungan dua variabel acak. Untuk memudahkan melakukan interpretasi

mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan

kriteria sebagai berikut (Sarwono, 2006:87):

0: Tidak ada korelasi antara dua variabel

>0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5: Korelasi cukup

>0,5 – 0,75: Korelasi kuat

>0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat

1: Korelasi sempurna

8. Timeline Penelitian

Tabel 1.5

Timeline Penelitian

Tanggal Kegiatan

2-3Juni 2016 Penyebaran uji kuesioner

3-4Juni 2016 Uji validitas dan Uji reliabilitas

4-13Juni 2016 Penyebaran kuesioner

14-16 Juni 2016 Pengolahan data