21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengubah peta politik dalam penataan kewenangan dan kewajiban pemerintahan. Masa-masa indah era sentralisasi pemerintahan telah berakhir. Selama orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam setiap aktivitas pemerintahan di daerah, bahkan rancangan pembangunan di setiap daerah lebih sering mengacu pada pedoman yang ditetapkan pemerintah. 2 Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah di daerah mendapat kewenangan “riil” yang lebih besar dalam mengatur dirinya sendiri, kecuali di lima bidang yaitu pertahanan, agama, hubungan luar negeri, moneter dan hukum. 3 Adanya otonomi daerah pembangunan nasional telah berkembang merata di masing-masing daerah di karenakan setiap daerah bisa merespon 1 Indra Maulana. 2012. Pendekatan Pengaturan pada Sektor Penyiaran menuju Era Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Hal. 20-21. 2 H. Djoko Sudantoko. 2003. Dilema Otonomi Daerah. Yogyakarta. Penerbit ANDI. Hal. 3. 3 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/25590/2/jiptummpp-gdl-muchamadal-38438-2-bab1.pdf · dengan adanya pembangunan menara komunikasi maka penyelenggara jasa telekomunikasi

  • Upload
    lekiet

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur,

yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

telah mengubah peta politik dalam penataan kewenangan dan kewajiban

pemerintahan. Masa-masa indah era sentralisasi pemerintahan telah berakhir.

Selama orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam setiap aktivitas

pemerintahan di daerah, bahkan rancangan pembangunan di setiap daerah

lebih sering mengacu pada pedoman yang ditetapkan pemerintah.2 Dengan

ditetapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah di daerah

mendapat kewenangan “riil” yang lebih besar dalam mengatur dirinya sendiri,

kecuali di lima bidang yaitu pertahanan, agama, hubungan luar negeri,

moneter dan hukum.3

Adanya otonomi daerah pembangunan nasional telah berkembang merata

di masing-masing daerah di karenakan setiap daerah bisa merespon

1 Indra Maulana. 2012. Pendekatan Pengaturan pada Sektor Penyiaran menuju Era Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Hal. 20-21. 2 H. Djoko Sudantoko. 2003. Dilema Otonomi Daerah. Yogyakarta. Penerbit ANDI. Hal. 3. 3 Ibid.

2

kebutuhan masyarakat meliputi berbagai macam sektor termasuk di

dalamnya adalah sektor telekomunikasi.4

Telekomunikasi merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

menunjang dan meningkatkan daya saing ekonomi suatu bangsa.

Telekomunikasi juga berperan dalam peningkatan pendidikan dan

peningkatan hubungan antar bangsa. Oleh karena peranannya yang penting

dan strategis tersebut maka penyelenggaraan layanan telekomunikasi perlu

ditingkatkan terus menerus, baik aksesibilitas, mutu layanan maupun densitas

sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah dan dinikmati seluruh lapisan

masyarakat.5

Industri telekomunikasi di Indonesia saat ini berkembang pesat dan

semakin bersaing. Operator-operator telekomunikasi menyediakan penawaran

yang beragam dari produk mereka kepada masyarakat, mulai dari persaingan

harga pulsa, fasilitas yang diberikan, sampai dengan bonus lainnya.

Penawaran yang bersaing ini telah menyediakan berbagai pilihan dan

tambahan manfaat bagi konsumennya. Persaingan penawaran tersebut

tentunya harus didukung dengan teknologi dan kualitas yang baik dari produk

para operator telekomunikasi, salah satu di antaranya adalah kualitas sinyal

atau jaringan yang baik. Untuk menunjang perbaikan kualitas sinyal atau

4 Edward Mahendratama (0910113114). 2013. Pengawasan Izin Mendirikan Bangunan Menara Telekomunikasi di Kota Malang (Studi Tentang Pendirian Menara Telekomunikasi Menurut Peraturan Walikota Malang Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi). Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya. 5 Depkominfo. 2010. Studi Dampak Penataan Lokasi Menara BTS Terhadap Kualitas Layanan Jaringan Bergerak Seluler. Jakarta. Departemen Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Badan Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Puslitbang Pos Dan Telekomunikasi. Hal. 1.

3

jaringan dari produk yang dikeluarkan, perusahaan-perusahaan dari operator

telekomunikasi (penyelenggara telekomunikasi), ataupun perusahaan-

perusahaan penunjang penyelenggaraan telekomunikasi, melakukan pendirian

menara-menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.6

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 20 Peraturan Daerah Kabupaten Madiun

Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pembangunan, Pengendalian dan Pengawasan

Menara Telekomunikasi menyatakan menara telekomunikasi yang

selanjutnya disebut menara adalah bangunan-bangunan untuk kepentingan

umum yang didirikan diatas tanah, atau bangunan yang merupakan satu

kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung yang digunakan untuk

kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa kerangka baja, yang

diikat oleh berbagai simpul atau berupa tunggal tanpa simpul, dimana fungsi,

desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana penunjang

menempatkan sarana perangkat telekomunikasi.

Perusahaan-perusahaan operator seluler semakin agresif membangun

menara telekomunikasi di berbagai daerah. Menara Telekomunikasi sangat

diperlukan oleh operator telepon seluler. Keberadaan menara telekomunikasi

sangat berpengaruh terhadap pelayanan telekomunikasi bagi pelanggan

operator telepon seluler.7 Pembangunan menara telekomunikasi dirasa sangat

penting dan merupakan suatu keharusan bagi pelaku usaha telepon seluler

6 Intan Devita Rosmalia (0806427120). 2010. Pencabutan Ijin Usaha PT x Bermodal Asing Terkait dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor: 02/per/m.kominfo/3/2008 Tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, Tesis Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. 7 Rudyanti Dorotea Tobing. 2011. Aspek Hukum Pendirian Menara Telekomunikasi, Jurnal Socioscientia, vol. 3 No. 1. STIH Tambun Bungai Palangkaraya. Hal. 118.

4

untuk memberikan fasilitas terbaik kepada para pelanggannya/ pengguna jasa

telekomunikasi. Pembangunan menara telekomunikasi di haruskan untuk

memperhatikan estetika lingkungan, tata ruang dan wilayah dan juga faktor

keamanan dan keselamatan masyarakat yang berada di sekitar menara

telekomunikasi tersebut. Pembangunan menara telekomunikasi yang begitu

agresif oleh pelaku usaha telepon seluler dapat mengakibatkan gesekan-

gesekan dengan masyarakat terutama menara telekomunikasi yang

pembangunannya di sekitar pemukiman warga masyarakat. Pembangunan

menara telekomunikasi yang bertujuan memberikan pelayanan kualitas

terbaik kepada pelanggannya/ pengguna jasa telekomunikasi ini tidak selalu

bisa diterima oleh masyarakat, ada kalanya masyarakat akan merasa

terganggu keamanan dan kenyamanannya terkait dengan pembangunan

menara telekomunikasi tersebut. Oleh karena itu, agar dalam proses pendirian

menara telekomunikasi tersebut berjalan dengan baik dan lancar maka di

perlukan adanya suatu izin.

Administrasi negara adalah alat perlengkapan negara baik di tingkat

pusat dan daerah yang menjalankan seluruh kegiatan bernegara dalam

menjalankan pemerintahan. Alat tersebut dapat berupa seorang petugas/

pejabat maupun badan pemerintahan. Alat perlengkapan negara ini dilengkapi

dengan wewenang untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan mengambil

kebijakan-kebijakan.8 Berkaitan dengan prinsip otonomi daerah yang telah

ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 8 Sjahran Basah dalam SF. Marbun dkk. (2004 : 81) dalam Muhammad Zulfan Hakim. 2011. Izin sebagai Instrumen Pengasawan dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Jurnal Ilmiah Ishlah, Vol.13 No. 02. Fakultas Hukum. Universitas Hasanuddin. Hal. 181.

5

Pemerintahan Daerah, maka pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam

mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Salah satu bentuk kewenangan yang menjadi

perhatian adalah kewenangan pemerintah daerah dalam menerbitkan izin,

yang lahir berdasarkan wewenang yang diberikan oleh undang-undang

kepada pemerintah daerah. Pemerintah dalam mengatur mempunyai makna

pemerintah terlibat dalam penerbitan dan pelaksanaan peraturan perundang-

undangan termasuk melahirkan sistem-sistem perizinan melalui instrumen

pengaturan tersebut, pemerintah mengendalikan masyarakat dalam bentuk

peraturan termasuk izin yang mengandung larangan dan kewajiban.9 Dengan

demikian, izin sebagai salah satu instrumen pemerintahan berfungsi

mengendalikan tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.10

Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan

undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu

menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-

undangan. Adapun pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan

fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah

terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan

memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk

9 Effendi (2003 : 62) dalam Muhammad Zulfan Hakim. 2011. Izin sebagai Instrumen Pengasawan dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Jurnal Ilmiah Ishlah, Vol.13 No. 02. Fakultas Hukum. Universitas Hasanuddin. Hal. 181. 10 Muhammad Zulfan Hakim. 2011. Izin sebagai Instrumen Pengasawan dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Jurnal Ilmiah Ishlah, Vol.13 No. 02. Fakultas Hukum. Universitas Hasanuddin. Hal. 182.

6

melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi

memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya

pengawasan.11

Pemerintah melalui izin terlibat dalam kegiatan warga negara. Dalam hal

pemerintah mengarahkan warganya melalui instrumen perizinan untuk

terlibat dalam kegiatan warga. Bahkan tidak berhenti pada satu tahap, akan

tetapi melalui serangkaian kebijakan. Setelah izin diproses, masih dilakukan

pengawasan, pemegang izin diwajibkan memberikan laporan berkala sebagai

rangkaian dari kegiatan pengawasan. Fungsi izin adalah sebagai instrumen

yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi warga agar

mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan

konkret.12

Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur pemerintah, karena

perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus dipatuhi masyarakat

yang berisi larangan dan perintah. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi

sebagai pengarah, atau untuk mengemudikan tingkah laku warga. Perizinan

juga dimaksudkan untuk mengadakan pembinaan, pengaturan, pengendalian

dan pengawasan. Izin dikeluarkan oleh penguasa sebagai instrumen untuk

mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara yang

dianjurkannya guna mencapai tujuan yang konkrit.13

11 Adrian Sutedi. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta. Sinar Grafika. Hal. 167-168. 12 Hadjon (1993 : 5) dalam Muhammad Zulfan Hakim. 2011. Izin sebagai Instrumen Pengasawan dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Jurnal Ilmiah Ishlah, Vol.13 No. 02. Fakultas Hukum. Universitas Hasanuddin. Hal. 186. 13 Muhammad, Izin…, Op.cit. Hal. 186.

7

Sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Timur, Kabupaten Madiun juga

mengalami kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan banyaknya menara telekomunikasi yang tersebar diseluruh

wilayah Kabupaten Madiun. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu

anggota Seksi Evaluasi dan Pengaduan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Madiun yang menyatakan bahwa jumlah menara telekomunikasi

yang tersebar di wilayah Kabupaten Madiun adalah 133 unit.14 Hal inilah

yang menjadi pertanyaan, apakah dari keseluruhan menara telekomunikasi

tersebut sudah memiliki/ mengantongi izin resmi pendirian ataukah masih

terdapat menara telekomunikasi yang belum memiliki izin pendirian.

Peran dari Pemerintah Kabupaten untuk mengatur penyelenggaraan

perizinan khususnya terkait dengan perizinan menara telekomunikasi

sangatlah penting agar pendirian menara telekominikasi tersebut tidak asal-

asalan dan merugikan banyak pihak. Berdasarkan ketentuan Pasal 25

Peraturan Bupati Madiun Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pembangunan dan Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi di Kabupaten

Madiun menyatakan bahwa permohonan izin mendirikan bangunan menara

diajukan oleh penyedia menara kepada Bupati. Penyelenggaraan perizinan

pendirian menara telekomunikasi di kabupaten Madiun dilaksanakan oleh

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT). Jadi setiap pendirian menara

telekomunikasi di Kabupaten Madiun harus melakukan perizinan terlebih

dahulu di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu.

14 Hasil wawancara dengan anggota Seksi Evaluasi dan Pengaduan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Madiun, Senin 16 Desember 2013.

8

Hal ini dilakukan agar dalam setiap pembangunan menara

telekomunikasi di wilayah Kabupaten Madiun telah memenuhi syarat

perizinan dan mendapatkan izin dari KPPT. Perizinan pembangunan menara

telekomunikasi ini mutlak diperlukan karena pembangunannya berada di

wilayah Kabupaten Madiun. Setiap pengusaha operator telepon seluler harus

memenuhi segala prosedur dan persyaratan perizinan yang telah ditetapkan

oleh KPPT apabila ingin melakukan pembangunan menara telekomunikasi di

wilayah Kabupaten Madiun. Hal ini dilakukan agar dalam pembangunan

menara telekomunikasi di wilayah Kabupaten Madiun memperhatikan dan

mempedulikan faktor lingkungan, tata ruang dan wilayah dan juga tidak pula

mengabaikan faktor keamanan dan keselamatan masyarakat serta agar tidak

terjadi gesekan-gesekan dengan masyarakat, terutama menara telekomunikasi

yang pembangunannya di sekitar pemukiman warga masyarakat.

Izin pembangunan menara telekomunikasi di wilayah Kabupaten Madiun

sangat penting untuk dilakukan. Dengan adanya izin pembangunan menara

telekomunikasi akan memberikan berbagai keuntungan diantaranya yaitu

dengan adanya pembangunan menara komunikasi maka penyelenggara jasa

telekomunikasi/ perusahaan telepon seluler akan melakukan perizinan kepada

Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun yang secara otomatis akan

memberikan pemasukan yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada

Kabupaten Madiun terkait retribusi pendirian menara telekomunikasi. Dengan

adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung pendapatan

pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan, pemohon

9

harus membayar retribusi terlebih dahulu.15 Dari sisi masyarakat, dengan

adanya perizinan pembangunan menara telekomunikasi maka masyarakat

akan merasa terlindungi dengan kepastian hukum, kepastian hak dan juga

memudahkan mendapatkan fasilitas serta meningkatnya kualitas pelayanan

terhadap masyarakat pengguna jasa telekomunikasi. Apabila bangunan yang

didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapat fasilitas.16

Berikut disajikan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

menara telekomunikasi yang bertujuan untuk membedakan antara penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya, sebagaimana tersebut di bawah ini :

Tabel 1

Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Menara Telekomunikasi

No Nama Judul Hasil

1 Agung Budi

Setiawan

(Fakultas

Hukum

Universitas

Brawijaya

2013)

Pengawasan dan

Pengendalian Terhadap

Pembangunan Menara

Telekomunikasi

Berdasarkan Pasal 29

ayat (1) Peraturan

Daerah Kabupaten

Ponorogo Nomor 11

Tahun 2011 tentang

Pembangunan,

Penataan dan Retribusi

Pengendalian Menara

Telekomunikasi (Studi

Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa dalam rangka

pengawasan dan pengendalian

terhadap pembangunan menara

telekomunikasi, Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kabupaten Ponorogo

menetapkan izin operasional

penggunaan menara bersama

telekomunikasi, membentuk Tim

Penataan dan Pengawasan

Pembangunan Menara

Telekomunikasi (TP3MT) dan

15 Adrian Sutedi, Hukum…, Op.cit. Hal. 200. 16 Ibid.

10

di Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu

Kabupaten Ponorogo).

menarik retribusi secara rutin

terhadap menara telekomunikasi.

Adapun hambatan dalam

pengawasan dan pengendalian

pembangunan menara

telekomunikasi oleh KPPT

Kabupaten Ponorogo

diantaranya kurangnya anggota

dan sarana prasaranan yang

belum memadai dalam

melaksanakan pengawasan dan

pengendalian pembangunan

menara telekomunikasi.

Solusi untuk mengatasi

hambatan-hambatan dalam

pengawasan dan pengendalian

pembangunan menara

telekomunikasi yaitu KPPT

Kabupaten Ponorogo

mengajukan permohonan kepada

Pemerintah Kabupaten Ponorogo

agar ditambahkannya jumlah

anggota dalam TP3MT untuk

memudahkan dalam

melaksanakan pengawasan dan

pengendalian pembangunan

menara telekomunikasi.

2 Edward

Mahendrata

ma

(Fakultas

Pengawasan Izin

Mendirikan Bangunan

Menara

Telekomunikasi di Kota

Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa setiap pengajuan izin

mendirikan bangunan menara

telekomunikasi di Kota Malang

11

Hukum

Universitas

Brawijaya

2013)

Malang (Studi Tentang

Pendirian Menara

Telekomunikasi

Menurut Peraturan

Walikota Malang

Nomor 50 Tahun 2007

Tentang

Penyelenggaraan

Menara

Telekomunikasi).

harus mematuhi prosedur dan

persyaratan yang diatur dalam

Peraturan Walikota Malang

Nomor 50 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Menara

Telekomunikasi dan Peraturan

Walikota Malang Nomor 95

Tahun 2012 tentang Peta Arah

Persebaran Menara

Telekomunikasi Bersama untuk

Antena Makro Seluler.

Hambatan dalam pengawasan

izin mendirikan bangunan

menara telekomunikasi di Kota

Malang yaitu kurangnya

koordinasi antara pihak pemberi

izin Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BP2T) dengan pihak

Satpol PP. Satpol PP tidak

mengetahui menara-menara

yang sudah berizin dan yang

belum berizin sehingga pihak

Satpol PP melakukan klarifikasi

kepada BP2T setiap ada menara

telekomunikasi yang baru

berdiri.

3 Radityo

Aryo S

(Fakultas

Hukum

Universitas

Optimalisasi Penertiban

Izin Pendirian

Bangunan Menara

Telekomunikasi Seluler

Menurut Peraturan

Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa upaya yang dilakukan

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo

untuk mengoptimalkan

penertiban izin pendirian menara

12

Brawijaya

2013)

Daerah Kabupaten

Sidoarjo Nomor 23

Tahun 2007 Tentang

Penyelenggaraan

Menara

Telekomunikasi.

telekomunikasi/ tower di

Kabupaten Sidoarjo yaitu

membentuk tim untuk

mengorganisasi pendirian tower,

menerapkan sanksi administratif

terhadap pelanggaran

pemasangan tower, dan upaya

represif dengan secara berkala

memeriksa dan membongkar

tower yang melanggar ketentuan

pemasangan tower di Kabupaten

Sidoarjo.

Hambatan dalam proses

optimalisasi penertiban izin

pendirian tower di Kabupaten

Sidoarjo yaitu terdiri dari

hambatan internal dan eksternal.

Hambatan internal disebabkan

karena minimnya tenaga

operasional yang mengerti

pelaksanaan operasi penertiban

dan minimnya dana untuk

keperluan tersebut. Hambatan

ekternal disebabkan masyarakat

yang menghalang-halangi

pelaksanaan penertiban karena

telah mendapat kompensasi dari

pemasangan tower.

Upaya mengatasi hambatan

internal yaitu menambah tenaga

dengan memanfaatkan bantuan

13

dari instansi lain yang memiliki

kelebihan tenaga untuk

membantu pelaksanaan

penertiban izin pendirian tower.

Upaya mengatasi hambatan

eksternal yaitu Dinas Perizinan

dibantu Pemerintah Kabupaten

Sidoarjo melakukan sosialisasi

terhadap pentingnya ketertiban

pemasangan tower.

Sumber : Hasil dari penelitian terdahulu yang diolah.

Ada beberapa hal yang membedakan antara penelitian terdahulu yang

telah dipaparkan di atas dengan penelitian ini. Apabila peneliti sebelumnya

lebih menekankan pada aspek pengawasan dan upaya optimalisasi izin

mendirikan menara telekomunikasi, dalam penelitian ini penulis bertujuan

untuk menjelasakan dan mengkaji tentang permasalahan pelaksanaan

perizinan pendirian menara telekomunikasi serta akibat hukum pendirian

menara telekomunikasi yang tidak memiliki izin.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di ataslah yang menjadi

landasan bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan

Perizinan Pendirian Menara Telekomunikasi” (Studi di Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Madiun).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan perizinan pendirian menara telekomunikasi di

Kabupaten Madiun?

14

2. Bagaimana akibat hukum pendirian menara telekomunikasi yang tidak

memiliki izin?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji pelaksanaan perizinan pendirian menara telekomunikasi

di Kabupaten Madiun.

2. Untuk mengkaji akibat hukum pendirian menara telekomunikasi yang

tidak memiliki izin.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitiam hukum ini adalah :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan

baru guna menambah wawasan tentang pelaksanaan perizinan

pendirian menara telekomunikasi. Selain itu, penelitian ini juga

sebagai prasyarat akademis untuk mendapatkan gelar sarjana S1

dalam bidang ilmu hukum.

b. Bagi Masyarakat

1) Memberikan pengetahuan hukum mengenai pelaksanaan

perizinan pendirian menara telekomunikasi.

15

2) Agar setiap perusahaan operator telepon seluler tergerak untuk

melakukan perizinan terlebih dahulu sebelum mendirikan

menara telekomunikasi di wilayah Kabupaten Madiun.

c. Bagi Pemerintah

Agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap pendirian

menara telekomunikasi di Kabupaten Madiun. Hal tersebut

diharapkan mampu mengantisipasi pendirian menara telekomunikasi

illegal.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bentuk sumbangan

terhadap ilmu administrasi negara, terutama terkait masalah perizinan

pendirian menara telekomunikasi.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode yuridis sosiologis untuk mengkaji dan membahas permasalahan

yang akan dikemukakan. Penelitian yuridis sosiologis mempunyai objek

kajian mengenai perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat yang dikaji

adalah perilaku yang timbul akibat berinteraksi dengan sistem norma

16

yang ada.17 Penelitian yuridis sosiologis bisa pula digunakan untuk

meneliti efektivitas bekerjanya hukum di dalam masyarakat.18 Dalam

kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa penulis melakukan

pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat dalam hal ini

yaitu terkait dengan pelaksanaan perizinan pendirian menara

telekomunikasi.

2. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Madiun. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

merupakan instansi yang bertugas dan berwenang untuk

mneyelenggarakan dan memberikan pelayanan di bidang perizinan di

Kabupaten Madiun. Dalam hal ini terdapat banyak bangunan menara

telekomunikasi di Kabupaten Madiun yang perlu diteliti terkait dengan

izin pendiriannya. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu sebagai instansi

yang berwenang dalam pelaksanaan perizinan dalam hal ini adalah izin

mendirian menara telekomunikasi merupakan lokasi yang sangat tepat

dan berhubungan dengan tujuan penelitian penulis yaitu mengenai

pelaksanaan perizinan pendirian menara telekomunikasi.

3. Jenis Data :

a. Data Primer

Adalah jenis data, dokumen tertulis, file, rekaman, informasi,

pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama/ 17 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 51. 18 Ibid. Hal. 52.

17

pertama.19 Data primer dalam penelitian hukum ini adalah data yang

diperoleh dari hasil pengamatan dan penelitian empiris yaitu

penelitian yang dilakukan langsung di dalam lingkungan masyarakat.

Data primer ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui

observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi tentang

pelaksanaan perizinan pendirian menara telekomunikasi di Kantor

Pelayanan Perizinan terpadu Kabupaten Madiun. Penulis melakukan

penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 sampai

dengan bulan April 2014.

b. Data Sekunder

Adalah jenis data yang diperoleh dari dokumen tertulis, file,

rekaman, informasi, pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari

sumber kedua (Sekunder-buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan

lain-lain).20 Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai

literatur, jurnal dan pendapat para ahli yang terkait dengan

permasalahan atau materi-materi penelitian tentang pelaksanaan

perizinan pendirian menara telekomunikasi. Penulis menggunakan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini adalah

Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 3 Tahun 2013 Tentang

Pembangunan, Pengendalian, dan Pengawasan Menara

Telekomunikasi dan Peraturan Bupati Madiun Nomor 39 Tahun

19 Pedoman Penulisan Hukum. 2012. Fakultas Hukum UMM. Hal. 18. 20 Ibid.

18

2012 Tentang Pedoman Pembangunan dan Penyelenggaraan Menara

Telekomunikasi di Kabupaten Madiun.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan

langsung di lokasi penelitian. Penelitian dilakukan terhadap objek

yang menjadi bahasan dalam penelitian ini dengan :

1) Observasi

Observasi di dalam penelitian ini untuk mengetahui dan

mencatat gejala-gejala yang tampak dalam pelaksanaan

perizinan pendirian menara telekomunikasi di Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Madiun.

2) Wawancara

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh dan

mengumpulkan data serta informasi, peneliti melakukan

wawancara dengan cara memberikan pertanyaan dan diskusi

dengan beberapa staf di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Madiun yaitu antara lain dengan Hery Koendarjatie

(Kasubag Tata Usaha), Yayuk Sri Wahyuni (Kepala Seksi

Pelayanan Perizinan Tertentu), Pancoro Pamungkas (Seksi

Pelayanan Perizinan Tertentu), Budi Suratno dan Elvy Nyraeny

19

(Seksi Evaluasi dan Pengaduan). Selain itu penulis juga

melakukan wawancara dengan Tony Agus (Kepala Seksi

Keamanan dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Madiun) serta dengan pihak dari divisi Civil

Mechanical Electrical (CME) atau divisi pembangunan

perusahaan kontraktor menara telekomunikasi.

3) Dokumentasi

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, peneliti mengumpulkan dan mempelajari data

yang dibutuhkan dari laporan tahunan, peraturan perundang-

undangan dan juga dokumen-dokumen yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini yang dimiliki oleh Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Madiun maupun yang

diperoleh dari studi pustaka. Kemudian data tersebut dipelajari,

dikaji dan disusun/ dikategorikan sedemikian rupa sehingga

dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan

dengan penelitian yang akan dilakukan.

5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan dan

menjelaskan data serta fakta-fakta secara sistematis yang ditemukan

dalam penelitian yakni yang berkaitan dengan pelaksanaan perizinan

pendirian menara telekomunikasi, kemudian diolah, disusun secara

20

sistematis sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang

objek penelitian. Selanjutnya data dianalisis dengan melakukan

pemisahan dan penelitian data yang telah diperoleh berdasarkan

kualitasnya yang kemudian diteliti untuk memperoleh kesimpulan serta

pemecahan masalah.

G. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis dan secara

berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan terarah. Adapun

sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,

serta sistematika penulisan yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab dimana dalam bagian ini peneliti menyajikan teori-teori

maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

maupun literatur-literatur yang akan digunakan untuk mendukung analisis

yang akan dilakukan pada penelitian yaitu terdiri dari tinjauan tentang

perizinan, tinjauan tentang menara telekomunikasi, tinjauan tentang

efektivitas hukum, dan tinjauan tentang pelayanan publik.

21

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang pembahasan, analisis dan juga

memaparkan data-data hasil penelitian yang berupa penjelasan tentang

pelaksanaan perizinan pendirian menara telekomunikasi di Kabupaten

Madiun dan akibat hukum pendirian menara telekomunikasi yang tidak

memiliki izin.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian yang berisikan kesimpulan

dari pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya serta berisikan saran

penulis dalam menanggapi permasalahan yang telah diangkat dan diteliti oleh

penulis mengenai pelaksanaan perizinan pendirian menara telekomunikasi.