Upload
dodang
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan aktivitas penting dalam fenomena internasional.
Jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan lintas batas negara semakin
meningkat dari tahun ke tahun, dari sebanyak 25 juta turis pada tahun 1950 hingga
1,035 juta pada tahun 2012. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan
pelancong untuk melakukan perjalanan kian bervariasi, seperti 52 % untuk
hiburan, 27% untuk kesehatan, kunjungan keluarga, keperluan religius, 14 %
untuk kunjungan bisnis, dan kepentingan lainnya sebanyak 7% (UNWTO, 2013).
Tujuan pariwisata yang semakin bervariasi telah meningkatkan ketertarikan
negara-negara di dunia untuk mengembangkan kegiatan pariwisatanya. Maka dari
itu persaingan untuk menarik pelancong mancanegara pun semakin besar. Negara
menggunakan keunggulan domestik masing-masing dalam mengembangkan
kegiatan pariwisata sebagai salah satu strategi ekonomi.
Dalam bidang pariwisata, Perancis berhasil mempertahankan posisinya
sebagai negara yang paling banyak dikunjungi di dunia sejak tahun 1990. Pada
tahun 1990an, saat Amerika Serikat sebagai negara kedua dengan jumlah inbound
tourism terbesar berhasil menarik 43 juta pengunjung, Perancis telah mampu
mendatangkan 60.033.000 pengunjung. Sepuluh tahun kemudian, angka tersebut
melonjak hingga 74.988.000 (World Bank, 2013). Kemampuan Perancis sebagai
negara dengan jumlah pengunjung terbesar di dunia mampu bertahan hingga kini,
terlepas dari perkembangan pariwisata negara-negara berkembang seperti Cina,
dan posisi Amerika Serikat sebagai negara Super Power serta konsep American
Dreams yang dipromosikan oleh industri film.
Perancis tetap menjadi negara tujuan wisata terbesar didunia dengan
posisi yang tidak tergantikan selama lebih dari 20 tahun lamanya, mengalahkan
kemampuan negara-negara tetangganya di Eropa seperti Spanyol, Italia, juga
2
Inggris yang memiliki karakteristik geografis maupun budaya yang tidak jauh
berbeda. Selain kondisi persaingan, konstelasi dan perkembangan isu dunia
internasional yang bervariasi, beberapa hal seperti runtuhnya tembok Berlin, krisis
Asia, permasalahan kesehatan seperti SARS, hingga krisis ekonomi global 2008
juga turut mempengaruhi perkembangan pariwisata. Namun, terlepas dari hal
tersebut Perancis tetap mampu mempertahankan posisinya.
Sejak tahun 1997 jumlah pengunjung internasional yang datang ke
Perancis telah melebihi jumlah penduduk di negara tersebut. Salah satu
contohnya, pada tahun 2012 Perancis berhasil mendatangkan 83.018.000
wisatawan (BBC, 2013). Hal ini sangat mengagumkan karena Perancis hanya
memiliki 64.285.510 penduduk (World Population Review, 2013). Walaupun
demikian, pengembangan pariwisata di Perancis tidak selalu berjalan dengan
sempurna. Pada tahun 2008 Perancis mengalami penurunan dalam jumlah
wisatawan yang datang dari 80.853.000 di tahun 2007 menjadi 79.218.000 di
akhir tahun 2008 dan kembali menurun pada angka 76.764.000 di tahun 2009.
Pada tahun 2010 angka kedatangan pelancong mulai meningkat kembali
dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2012 (World Bank, 2013). Tahun 2008
hingga 2010 memang terjadi penurunan kegiatan pariwisata yang disebabkan oleh
krisis ekonomi dunia. Namun, penurunan jumlah pelancong yang datang ke
Perancis tidak mengubah posisinya sebagai negara dengan jumlah inbound
tourism terbesar didunia. Dapat disimpulkan bahwa Perancis merupakan contoh
tersukses dalam pengembangan sustainableinbound tourism.
Tahun Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5
1990 Perancis
(52.497.000)
Amerika
Serikat
(39.000.000)
Spanyol
(34.085.000)
Italia
(26.679.000)
Inggris
(18.013.000)
1991 Perancis
(55.041.000)
Amerika
Serikat
(43.000.000)
Spanyol
(34.181.000)
Italia
(25.878.000)
Inggris
(17.125.000)
3
1992 Perancis
(59.740.000)
Amerika
Serikat
(47.000.000)
Spanyol
(36.492.000)
Italia
(26.113.000)
Inggris
(18.535.000)
1993 Perancis
(60.565.000)
Amerika
Serikat
(46.000.000)
Spanyol
(37.268.000)
Italia
(26.379.000)
Inggris
(19.398.000)
1994 Perancis
(61.312.000)
Amerika
Serikat
(45.000.000)
Spanyol
(43.232.000)
Italia
(27.480.000)
Inggris
(20.794.000)
1995 Perancis
(60.033.000)
Amerika
Serikat
(43.490.000)
Spanyol
(34.920.000)
Italia
(31.052.000)
Inggris
(21.719.000)
1996 Perancis
(62.406.000)
Amerika
Serikat
(46.636.000)
Spanyol
(36.221.000)
Italia
(32.943.000)
Inggris
(22.936.000)
1997 Perancis
(66.591.000)
Amerika
Serikat
(47.875.000)
Spanyol
(39.553.000)
Italia
(34.692.000)
Cina
(23.770.000)
1998 Perancis
(70.109.000)
Amerika
Serikat
(46.377.000)
Spanyol
(41.892.000)
Italia
(34.933.000)
Cina
(25.073.000)
1999 Perancis
(73.147.000)
Amerika
Serikat
(48.509.000)
Spanyol
(45.440.000)
Italia
(36.516.000)
Cina
(27.047.000)
2000 Perancis
(77.190.000)
Amerika
Serikat
(51.238.000)
Spanyol
(46.403.000)
Italia
(41.181.000)
Cina
(31.229.000)
2001 Perancis
(75.202.000)
Spanyol
(48.565.000)
Amerika
Serikat
(46.927.000)
Italia
(39.563.000)
Cina
(33.167.000)
2002 Perancis
(77.012.000)
Spanyol
(50.331.000)
Amerika
Serikat
(43.581.000)
Italia
(39.799.000)
Cina
(36.803.000)
2003 Perancis
(75.048.000)
Spanyol
(50.854.000)
Amerika
Serikat
(41.218.000)
Italia
(39.604.000)
Cina
(32.970.000)
4
2004 Perancis
(74.433.000)
Spanyol
(52.430.000)
Amerika
Serikat
(46.086.000)
Cina
(41.761.000)
Italia
(37.071.000)
2005 Perancis
(74.988.000)
Spanyol
(55.914.000)
Amerika
Serikat
(49.206.000)
Cina
(46.809.000)
Italia
(36.513.000)
2006 Perancis
(77.916.000)
Spanyol
(58.004.000)
Amerika
Serikat
(50.977.000)
Cina
(49.913.000)
Italia
(41.058.000)
2007 Perancis
(80.853.000)
Spanyol
(58.666.000)
Amerika
Serikat
(55.978.000)
Cina
(54.720.000)
Italia
(43.654.000)
2008 Perancis
(79.218.000)
Amerika
Serikat
(57.942.000)
Spanyol
(57.192.000)
Cina
(53.049.000)
Italia
(42.734.000)
2009 Perancis
(76.764.000)
Amerika
Serikat
(54.962.000)
Spanyol
(52.178.000)
Cina
(50.875.000)
Italia
(43.239.000)
2010 Perancis
(77.648.000)
Amerika
Serikat
(59.796.000)
Cina
(55.664.000)
Spanyol
(52.677.000)
Italia
(43.626.000)
2011 Perancis
(81.411.000)
Amerika
Serikat
(62.711.000)
Cina
(57.581.000)
Spanyol
(56.694.000)
Italia
(46.119.000)
2012 Perancis
(83,0 juta)
Amerika
Serikat
(67,0 juta)
Cina
(57,7 juta)
Spanyol
(57,7 juta)
Italia
(46,4 juta)
1.1 Tabel International Tourist Arrival by Countries 1990 – 2012 (UNWTO, World
Bank, Eea- Europa, ITA – USA)
Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perekonomian
Perancis. Secara keseluruhan pariwisata memberikan konstribusi sebesar 197,6
milyar Euro atau 9,7 % dari total Gross Domestic Product (GDP). Penghasilan
pariwisata secara langsung (direct contribution) tercatat berjumlah 77,7 milyar
Euro atau 3,8 % dari total GDP. Dalam hal investasi, pariwisata menyumbang
5
sebesar 21,4 milyar Euro di tahun 2012. Selain berkontribusi langsung pada
pendapatan negara, pariwisata juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Perancis terutama dalam bidang lapangan pekerjaan. Pariwisata memberikan
1.189.000 lapangan pekerjaan bagi masyarakat Perancis di tahun 2012 atau sekitar
4,4 % dari total lapangan pekerjaan di Perancis (World Travel & Tourism
Council, 2013). Oleh sebab itu, pariwisata merupakan salah satu aspek penting
dalam perekonomian Perancis yang menarik untuk diteliti lebih lanjut strategi
dalam pengembangannya.
Keberhasilan Perancis dalam menarik wisatawan dalam jumlah yang
fantastis merupakan topik yang menarik diteliti. Hal ini disebabkan karena:
Pertama, posisi kedua, ketiga dan seterusnya selalu berganti secara fluktuatif
karena ketatnya persaingan negara yang mengembangkan pariwisata. Terbukti
sejak tahun 1997 hingga 2012, posisi Cina dapat menggeser Inggris dari peringkat
lima besar, bahkan dalam 3 tahun terakhir Cina menduduki Peringkat 3 dunia.
Kedua, Perancis dikelilingi oleh negara-negara maju lainnya seperti Jerman,
Spanyol, Italia, dan Inggris yang memiliki kondisi infrastruktur, ekonomi,
akomodasi, dan tempat wisata yang tidak jauh berbeda, namun dalam kenyataanya
Perancis selalu unggul dari negara-negara tetangga bahkan dengan perbedaan
angka yang signifikan. Ketiga, kondisi internasional selalu diwarnai oleh berbagai
isu global seperti masalah keamanan, penyebaran penyakit layaknya H1N1,
hingga krisis ekonomi yang dapat mempengaruhi motivasi pelancong untuk
melakukan perjalanan. Namun disamping berbagai hambatan tersebut Perancis
berhasil mempertahankan performa bahkan meningkatkan keberhasilan inbound
tourism.
B. Rumusan Masalah
„Bagaimana strategi Perancis dalam mempertahankan posisinya sebagai
negara dengan jumlah inbound tourism terbesar di dunia sejak 1990 - 2012?‟
6
C. Landasan Konseptual
1. Definisi Inbound Tourism
Tourism oleh World Tourism Organizations didefinisikan sebagai
aktivitas bepergian yang dilakukan oleh seseorang, dan tinggal di tempat yang
berada diluar lingkungan asalnya, tidak lebih dari satu tahun dengan tujuan
hiburan (leisure), bisnis, atau tujuan lain yang sesuai dengan tempat tujuannya.
Selain itu, Inbound Tourism juga didefinisikan oleh WTO sebagai kegiatan
berpergian yang dilakukan oleh seseorang menuju suatu tempat diluar
kewarganegaraannya (WTO, 2008).
1.2 Klasifikasi Inbound Travellers (Laimer, 2010)
Peter Lamer dalam United Nations World Tourism Organization telah
menjelaskan dan mengklasifikasi secara terperinci aktor-aktor dan aktivitas yang
termasuk dalam inbound tourism. Dalam inbound tourism,inbound visitors terbagi
menjadi pelancong yang menginap (menghabiskan lebih dari satu hari didalam
Nationals
residing
abroad
7
teritorial negara) dan pelancong yang hanya berkunjung kurang dari satu hari serta
memiliki tujuan yang bervariasi termasuk bisnis, kunjungan teman/keluarga,
pendidikan, kesehatan, transit dan lain sebagainya. Penulis akan lebih fokus
membahas mengenai pelancong lintas negara yang bukan warga negara Perancis
(foreigner), mengunjungi Perancis lebih dari satu hari, dan bertujuan untuk
wisata.
Sustainable Inbound Tourism merupakan gambaran dari kedatangan
wisatawan yang stabil, cenderung meningkat bahkan terjadi kunjungan oleh
wisatawan secara berulang (revisit) (Elliot, 1997). Hal tersebut merupakan
parameter dari keberhasilan pariwisata. Oleh sebab itu, Perancis merupakan
contoh keberhasilan pariwisata terbaik di dunia karena berhasil menjadi negara
paling banyak dikunjungi selama lebih dari dua puluh tahun lamanya.
2. Two Level Games Theory
Robert Putnam menyatakan bahwa pemerintah sebagai pembuat
kebijakan harus mencapai keberhasilan dari level domestik dan internasional.
Parameter keberhasilan dari teori Two Level Games adalah saat pemerintah
mampu mendapatkan kerjasama dan dukungan atas kebijakannya didalam negeri,
serta menciptakan citra positif dari dunia internasional.
“At the national level, domestic groups pursue their interests by
pressuring the government to adopt favorable policies. At the international
level, national governments seek to maximize their own ability to satisfy
domestic pressures, while minimizing the adverse consequences of foreign
development.”(Putnam, 1988)
Dalam level domestik, strategi yang disusun hendaknya mampu
mensinergikan kepentingan dari berbagai pihak. Pertama, Pemerintah harus
menyediakan sarana bagi pihak-pihak terkait dalam lingkup domestik untuk
menyuarakan kepentingannya. Putnam menyatakan bahwa dalam kebijakan
8
ekonomi, pemerintah hendaknya bernegosisasi dengan konstituen domestik yaitu
industri dan para pekerja. Koordinasi yang baik antara sektor publik dan privat
dapat mensinergikan kepentingan dari kedua belah pihak yang akan berimplikasi
pada kerjasama yang maksimal dalam pembuatan maupun implementasi
kebijakan. Kedua, kebijakan yang diambil hendaknya mendapatkan dukungan
dari masyarakat secara luas. Kebijakan tanpa dukungan dari masyarakat
menyebabkan rendahnya partisipasi bahkan penolakan yang akan mengganggu
implementasi kebijakan.
“The government must spent as much time negotiating with domestic
constituents (both industry and labor) and members of the congress as it
did negotiating with their foreign trading partners. Because any leader
who fails to satisfy his fellow players at domestic table risks being envicted
from his seat and enabling them to achieve otherwise unattainables
objectives.”(Putnam, 1988)
Pengembangan bisnis pariwisata membutuhkan strategi perencanaan
(planning) jangka panjang. Dalam perencanaan hingga implementasi pemerintah
memerlukan koordinasi dengan kementrian terkait, kerjasama antara pemerintah
daerah, serta partisipasi dari sektor privat. Koordinasi tersebut penting untuk
merumuskan arah pengembangan pariwisata, serta evaluasi untuk selalu
memberikan performa pariwisata yang terbaik (Hall & Jenskin, 1995). Dalam
bisnis pariwisata, dukungan serta partisipasi dari masyarakat akan memberikan
rasa aman dan nyaman bagi wisatawan sehingga menciptakan atmosfer pariwisata
yang menyenangkan, selain itu partisipasi dari wisatawan lokal juga mampu
mendukung perkembangan bisnis pariwisata (Elliot, 1997).
Dalam level internasional, pemerintah memaksimalkan kemampuannya
untuk memenuhi tuntutan domestik dengan meminimalisir tekanan dari dunia
internasional. Pemerintah membentuk dan mempertahankan citra positif melalui
strategi promosi, branding, dan diplomasi secara internasional. Tujuan dari
pembentukan citra positif ialah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
9
internasional akan pariwisatanya dan menjaga ketertarikan wisatawan untuk selalu
mengunjungi wilayahnya (Buhalis, 2000).
Untuk mencapai sustainable inbound tourism, pemerintah Perancis
berupaya untuk mensinergikan kepentingan berbagai pihak dalam lingkup
domestik dan internasional. Dalam ranah domestik, Pemerintah mengatur adanya
koordinasi antar pihak terkait untuk memaksimalkan kerjasama dalam pembuatan
maupun implementasi kebijakan pariwisata, serta meningkatkan dukungan dari
masyarakat luas. Dalam lingkup internasional, pemerintah Perancis juga berhasil
menciptakan citra positif untuk mendukung industri pariwisatanya.
3. Konsep Sustainable Tourism Development
Suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) hendaknya memiliki tiga komponen
yaitu : (a) sesuatu yang dapat dilihat (something to see); (b) sesuatu yang dapat
dilakukan (something to do); dan (c) sesuatu yang dapat dibeli (something to
buy)(Yoeti, 1996). Dalam menyediakan ketiga fungsi tersebut, Perancis
mejadikan konsep Sustainable Tourism Development (STD) sebagai landasan
pengembangan pariwisata. STD bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan
menjaga sumber daya yang digunakan oleh pariwisata dimasa mendatang seperti
kondisi lingkungan dan sosial (Swarbrooke, 1999).
Strategi pariwisata Perancis ialah Sustainable Tourism Development,
yaitu (France Tourism Report, 2008):
Economic Prosperity
a. To ensure the long term competitiveness, vialibility, and prosperity of
tourism enterprises and destinations
b. To provide quality employment opportunities, offering fair pay and
conditions for all employees and avoiding all forms of discrimination
10
Social Equity and Cohesion
a. To enchance the quality of life of local communities through tourism,
and engage them in its planning and management.
b. To provide a safe, satisfying and fulfilling experience for visitors,
available to all without discrimination by gender, race, religion,
disability or in other ways.
Environmental and cultural protection
a. To minimize pollution and degradation of the global and local
environment and the use of scarce resources by tourism activities.
b. To maintain and strengthen cultural richness and biodiversity and
contribute to their appreciation and conservation.
Pertama, menjamin kemakmuran ekonomi jangka panjang bagi wirausaha
dan tujuan pariwisata, juga berkontribusi positif bagi peningkatan kualitas kerja
masyarakat. Kedua, meningkatkan kulitas hidup dari masyarakat lokal, dan
membantu pengembangan wilayah Perancis, menyediakan fasilitas wisata yang
aman, berkesan, dan tersedia bagi semua kalangan terlepas gender, ras, agama,
atau keterbatasan fisik. Ketiga, Menjaga lingkungan sekitar dengan
meminimalisir polusi maupun dampak dari kegiatan pariwisata yang merusak
lingkungan, juga turut berpartisipasi dalam konservasi dan penghargaan bagi
lingkungan hidup.
Pariwisata jenis ini juga disebut sebagai responsible tourism.
Pengembangan pariwisata dinegara maju identik dengan inovasi, salah satu cara
Perancis untuk melakukan inovasi dan beradaptasi dengan tuntutan pasar ialah
dengan menggunakan konsep pengembangan pariwisata yang memberikan
dampak seminimal mungkin terhadap alam dan memberikan keadilan secara
sosial bagi wisatawan asing dan masyarakat lokalnya.
11
1.3 Bentuk dan Relasi Sustainable Tourism Development
STD memastikan bahwa pariwisata memberikan kontribusi bagi
perkembangan industri dan keuntungan bagi masyarakat khususnya masyarakat
lokal, selain itu dalam mencapai keuntungan pariwisata harus dapat
meminimalisir kerusakan pada lingkungan(Weaver, 2007). Pengembangan
pariwisata berkepanjangan mampu mendorong Perancis untuk mengembangkan
potensi wisata di wilayah lain, selain kota-kota besar seperti Paris yang telah
menjadi primadona pariwisatanya selama beberapa abad. Pariwisata yang lebih
bervariasi mampu menarik kedatangan wisatawan untuk kembali berkunjung, atau
wisatawan baru untuk datang berkunjung. Konsep STD digunakan untuk
menjawab strategi Perancis dalam memberikan inovasi dan menjamin
keberlanjutan pariwisatanya, sehingga sustainable inbound tourism dapat tercapai.
D. Hipotesa
Strategi Perancis dalam mempertahankan posisinya sebagai negara
dengan jumlah inbound tourism terbesar didunia sejak tahun 1990 – 2012 ialah:
Pertama, dalam lingkup domestik, pemerintah mensinergikan kepentingan dari
sektor publik (kementrian dan pemerintah daerah) dengan sektor privat (pelaku
industri pariwisata dan pekerja) melalui koordinasi,serta meningkatkan dukungan
dari masyarakat luas untuk memaksimalkan kerjasama dan mempermudah proses
Lingkungan
Industri
Wisatawan
Masyarakat
12
perencanaan, implementasi serta evaluasi kebijakan. Kedua, pemerintah
mempertahankan citra positif dalam kancah internasional, melalui strategi
promosi, pencitraan (branding), penawaran (bidding) hingga proliferasi konsep
sustainable tourism development melalui diplomasi. Ketiga, strategi sustainable
tourism development yang diterapkan oleh pemerintah Perancis menjadi cara
Perancis untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar. Dampak dari strategi STD ialah
peningkatan kualitas sektor swasta untuk mendapatkan keuntungan ekonomi
jangka panjang dan memenangkan persaingan, pengembangan daerah tujuan
wisata di berbagai kawasan lokal sehingga mampu menarik wisatawan
mancanegara, kemudahan akses bagi seluruh wisatawan, dan pengembangan
pariwisata berbasis lingkungan serta budaya yang berimplikasi pada
meningkatnya jumlah wisatawan.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah
metode kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan pada analisis sosial dan tidak
bergantung pada numerikal, sehingga analisa dilakukan berdasarkan pada teori-
teori yang ada.Pengumpulan data dilaksanakan melalui studi pustaka. Adapun
proses penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber
seperti artikel, jurnal, buku, dan sumber terkait lainnya. Setelah itu penulis akan
mengklasifikasikan data-data kedalam unit analisis yang relevan. Langkah
terakhir ialah menganalisa data-data yang telah diklasifikan kedalam landasan
konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya (Bhattacherjee, 2012).
Dalam penelitian mengenai strategi Perancis dalam mencapai Sustainable
Inbound Tourism (1990 – 2012) ini, penulis akan mengumpulan data melalui
sumber-sumber terbitan pemerintah, organisasi internasional, juga buku dan jurnal
yang turut membahas mengenai pariwisata Perancis. Setelah itu, penulis akan
menklasifikasikan data-data yang ada kedalam beberapa kelompok. Pertama,
fakta pariwisata Perancis. Kedua, peran pemerintah dan pihak swasta dalam
13
mengembangkan pariwisata Perancis. Lalu penulis akan mengembangkan analisa
keberhasilan pariwisata berdasarkan peran pemerintah dalam bisnis pariwisata,
serta sinergi hubungan antara pemerintah dan pihak swasta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk menjawab rumusan masalah yang ada, penelitian ini akan dibagi
kedalam empat bab:
Bab pertama, akan menjelaskan mengenai fenomena pariwisata
Perancis yang berhasil menjadi negara dengan jumlah pengunjung terbesar
didunia sejak tahun 1990. Dijelaskan pula landasan konseptual untuk menganalisa
keberhasilan tersebut. Bab pertama akan menggambarkan secara keseluruhan
mengenai tujuan, cara, hingga argumen utama (hipotesis) dari penelitian.
Bab kedua, akan membahas sekilas mengenai pariwisata. Dalam bab ini,
penulis akan menjabarkan keberhasilan Perancis dalam mencapai sustainable
inbound tourism, variasi pariwisata Perancis, serta keberhasilan Perancis dalam
mengembangkan infrastruktur pendukung pariwisata.
Bab ketiga, akan menganalisa strategi Perancis dalam mensinergikan
kepentingan dalam level domestik melalui koordinasi. Selain itu, bab ini akan
membahas mengenai cara Perancis dalam mempertahankan citra positif dalam
lingkup internasional.
Bab keempat, akan membahas strategi pengembangan pariwisata
dengan konsep sustainable inbound tourism, strategi ini digunakan untuk
beradaptasi dengan pasar internasional dan beimplikasi baik bagi kemampuan
sektor swasta untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang, dan inovasi
pariwisata.
Bab Kelima, penulis akan menyimpulkan bagaimana strategi Perancis
dalam mencapai sustainable inbound tourism sejak 1990 hingga 2012. Penulis
hanya akan membahas dinamika pariwisata atau strategi yang mempengaruhi
inbound tourism selama tahun 1990 – 2012.