18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah advokat di Indonesia, organisasi advokat di Indonesia bermula pada masa kolonialisme. Pada masa itu, jumlah advokat masih sedikit dan keberadaannya terbatas pada kota-kota besar yang memiliki Landraad dan Raad van Justitie. Mereka bergabung dalam organisasi advokat yang dikenal sebagai Balie van Advocaten. Di awal orde baru para advokat Indonesia memiliki banyak organisasi advokat sebagai warisan dari banyaknya Balie van Advocaten yang dibentuk pada masa sebelumnya. 1 Namun sebenarnya yang paling diakui keberadaannya dalam lingkup nasional adalah Persatuan Advokat Indonesia atau lebih dikenal dengan nama Peradin. Sebab memang Peradin didirikan dengan maksud untuk mentransformasikan beberapa Balie van Advocaten ke dalam sebuah organisasi advokat yang lebih besar. Dengan figur kepemimpinan yang kuat, Peradin berhasil menjalankan peran yang signifikan bagi perbaikan tidak hanya profesi advokat, melainkan juga sistem hukum dan peradilan Indonesia. 1 Binzaid Kadafi, et all, 2004, Pembentukan Organisasi Advokat Indonesia: Keharusan atau Tantangan?, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia atas kerjasama dengan The Asia Foundation, Jakarta, hlm. 1. ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILAN SUMPAH ADVOKAT DI PENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSA Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82168/potongan/S1... · pelaksanaan pengambilan sumpah advokat di Pengadilan ... dengan penelitian adalah

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah advokat di Indonesia, organisasi advokat di Indonesia

bermula pada masa kolonialisme. Pada masa itu, jumlah advokat masih

sedikit dan keberadaannya terbatas pada kota-kota besar yang memiliki

Landraad dan Raad van Justitie. Mereka bergabung dalam organisasi advokat

yang dikenal sebagai Balie van Advocaten. Di awal orde baru para advokat

Indonesia memiliki banyak organisasi advokat sebagai warisan dari

banyaknya Balie van Advocaten yang dibentuk pada masa sebelumnya.1

Namun sebenarnya yang paling diakui keberadaannya dalam lingkup

nasional adalah Persatuan Advokat Indonesia atau lebih dikenal dengan nama

Peradin. Sebab memang Peradin didirikan dengan maksud untuk

mentransformasikan beberapa Balie van Advocaten ke dalam sebuah

organisasi advokat yang lebih besar. Dengan figur kepemimpinan yang kuat,

Peradin berhasil menjalankan peran yang signifikan bagi perbaikan tidak

hanya profesi advokat, melainkan juga sistem hukum dan peradilan

Indonesia.

1 Binzaid Kadafi, et all, 2004, Pembentukan Organisasi Advokat Indonesia: Keharusan atau

Tantangan?, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia atas kerjasama dengan The Asia

Foundation, Jakarta, hlm. 1.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

Lambat laun, peran yang dijalankan Peradin tersebut mulai diakui

pemerintah. Peradin misalnya, menjadi satu-satunya organisasi advokat yang

diakui pemerintah dalam rangka pembelaan para Terdakwa pada proses

peradilan tokoh-tokoh G30S/PKI. Namun hubungan harmonis tersebut tidak

bertahan lama, sebab banyak pula kritik yang dilancarkan Peradin terhadap

kebijakan pemerintah orde baru yang menimbulkan benturan antara

pemerintah dengan Peradin, terutama pada dekade 1970-an sampai dengan

1980-an.

Keinginan untuk mengatur segala bidang kehidupan demi

kelanggengan kekuasaannya membuat organisasi advokat pada saat itu tidak

lepas dari genggaman pengaruh pemerintah orde baru. Peradin dilemahkan

dengan berbagai cara, diantaranya dengan melegitimasi pembentukan

berbagai organisasi advokat baru seperti Himpunan Penasihat Hukum

Indonesia (HPHI), Pusat Bantuan dan Pengabdian Hukum (Pusbadi), serta

Forum Studi dan Komunikasi Advokat (Fosko Advokat), dan lain-lain.2

Setelah beragam organisasi advokat tersebut bermunculan, mereka kemudian

dipaksa untuk melebur ke dalam satu organisasi advokat yang direstui

pemerintah, dengan nama Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin). Ikadin

didirikan di Jakarta pada tanggal 10 November 1985, yang ide pendiriannya

2 Binziad Kadafi, et all, 2001, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Studi tentang Tanggung

Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Pusat Bantuan Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta, hlm.

270.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

pertama kali ditawarkan oleh wakil pemerintah dalam kongres Peradin 1980

di Surabaya.3

Setelah kelahiran Ikadin tetap saja bermunculan berbagai organisasi

advokat baru, baik yang pembentukannya dilatarbelakangi oleh konflik

internal, kebutuhan spesialisasi tertentu, maupun alasan lainnya. Banyak

organisasi advokat berdiri pada perjalanannya menimbulkan pemborosan

sumber daya, sebab yang terjadi bukannya persaingan sehat antar organisasi

untuk menyediakan layanan bagi anggotanya maupun menarik simpati

masyarakat, melainkan lebih pada pertarungan eksistensi.

Terakhir terbentuklah Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI)

oleh Ikadin, AAI, IPHI, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),

Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara

Indonesia (SPI), dan Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),

ditambah dengan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI), kedelapan

organisasi tersebut diakui sebagai pemegang kewenangan transisi organisasi

advokat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003

tentang Advokat. Akhirnya pada tanggal 21 Desember 2004, kedelapan

organisasi advokat yang tergabung dalam KKAI tersebut membulatkan tekad

untuk membentuk organisasi advokat melalui Deklarasi Pendirian

Perhimpunan Advokat Indonesia (Indonesian Bar Association), yang

disingkat dengan Peradi, pada tanggal 21 Desember 2004.

3 Ibid.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

Terbentuknya Peradi ternyata tidak otomatis membuat advokat

berada pada satu naungan organisasi, seiring berjalannya waktu tetap berdiri

berbagai organisasi advokat di Indonesia, beberapa organisasi menyatakan

diri sebagai organisasi advokat yang sah dan sesuai dengan mandat dari

Undang-Undang No. 18 Tahun 2003. Hal ini juga berdampak pada

pelaksanaan pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi, yang sejak

Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 diundangkan, merupakan salah satu

syarat untuk dapat dikatakan sebagai seorang advokat.4 Sebagai contoh pada

saat pelaksanaan pengambilan sumpah advokat Peradi di Pengadilan Tinggi

Banten pada April 2014 lalu. Ketua Pengadilan Tinggi Banten Mas’ud Halim

mengaku mendapat tekanan selama seminggu sebelum prosesi pengambilan

sumpah advokat dari Peradi dilaksanakan, tekanan tersebut datang dari

organisasi advokat lain, hal ini tentu berkaitan erat dengan eksistensi

organisasi advokat lain yang juga beranggapan bahwa organisasi advokat

bukan hanya Peradi.5 Namun demikian, hal ini tidak hanya terjadi di

Pengadilan Tinggi Banten, rata-rata di beberapa Pengadilan Tinggi di

Indonesia juga mengalami hal serupa, seperti di Pengadilan Tinggi

Yogyakarta.6

4 Khaidir Nasution, 2009, Berita Acara Sumpah Advokat Tidak Sempurna, Varia Advokat - Volume

10, Jakarta, hlm. 33. 5 Ali Salmande, “Sumpah Advokat PERADI, KPT Banten Mengaku Dapat Tekanan”,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt534bcb92d00ae/sumpah-advokat-peradi--kpt-banten-

mengaku-dapat-tekanan, diakses pada hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 pukul 20.22 WIB. 6 Wawancara dengan Dr. Sri Muryanto, S.H., M.H. di Pengadilan Tinggi Yogyakarta pada hari Senin

tanggal 5 Januari 2015.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

Padahal bila mengacu pada ketentuan pasal 2 ayat (1) dan (2)

Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 yang dapat diangkat sebagai advokat

adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah

mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh

organisasi advokat, yang kemudian pengangkatan advokat dilakukan oleh

organisasi advokat, namun melihat banyaknya organisasi advokat yang secara

de facto ada di Indonesia membuat ketentuan tersebut patut diteliti, organisasi

mana yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengangkatan yang

kemudian berlanjut pada permasalahan berikutnya yakni berkaitan dengan

pengambilan sumpah advokat pada pengadilan tinggi. Hal ini yang kemudian

membuat Penulis tertarik untuk meneliti, menelaah, dan menganalisis

mengenai eksistensi dari organisasi advokat di Indonesia, serta

mengkaitkannya dengan salah satu syarat seorang advokat agar dapat

berpraktik sesuai dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003, yakni

pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

Penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana eksistensi organisasi advokat yang ada di Indonesia

pasca Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2003?

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

2. Bagaimana implikasi eksistensi organisasi advokat di Indonesia

terhadap pengambilan sumpah advokat pada Pengadilan Tinggi

Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Subjektif

Tujuan subjektif dari penulisan hukum ini adalah sebagai

prasyarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada.

2. Tujuan Objektif

Tujuan objektif penulisan hukum ini sesuai dengan rumusan

masalah yang telah dipaparkan di atas ialah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui, menelaah, dan menganalisis eksistensi

organisasi advokat yang ada di Indonesia pasca Undang-

Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2003.

b) Untuk mengetahui, menelaah, dan menganalisis implikasi

eksistensi organisasi advokat di Indonesia terhadap

pengambilan sumpah advokat pada Pengadilan Tinggi,

dalam hal ini khususnya pada Pengadilan Tinggi

Yogyakarta.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh Penulis

di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan media

internet, Penulis menemukan penulisan hukum yang membahas mengenai

organisasi advokat dan berkaitan dengan sumpah advokat di Pengadilan

Tinggi, diantaranya:

1. LEGALITAS ORGANISASI ADVOKAT NON PERADI

PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR

79/PUU-VIII/2010 ATAS PASAL 28 UNDANG-UNDANG

ADVOKAT

Merupakan penulisan hukum/skripsi yang ditulis oleh

Wahyu Apri Utama, Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia. Yang menjadi permasalahan utama penulisan hukum

ini adalah keabsahan mengenai organisasi advokat non Peradi

pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-VIII/2010

dan terkait dengan beracaranya advokat yang tergabung dalam

organisasi advokat non Peradi di Pengadilan pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-VIII/2010.

Hal yang membedakan penulisan hukum ini dengan

penulisan hukum yang telah dilaksanakan diatas adalah

penulisan diatas membahas mengenai keabsahan organisasi

advokat non Peradi pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.

79/PUU-VIII/2010, sedangkan dalam penulisan hukum ini

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

Penulis membahas lebih kepada eksistensi organisasi advokat,

baik Peradi maupun non Peradi dengan mendasarkan pada

instrumen-instrumen hukum terkait tidak hanya terpaku pada

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-VIII/2010,

sehingga diharapkan mampu memberikan pandangan mengenai

permasalahan organisasi advokat di Indonesia. Kemudian,

penulisan hukum ini selain membahas mengenai eksistensi

organisasi advokat juga membahas mengenai implikasinya

secara langsung terhadap praktik pengambilan sumpah advokat

di Pengadilan Tinggi Yogyakarta.

2. KENDALA ADVOKAT DALAM BERACARA TERKAIT

DENGAN PENGANGKATAN SUMPAH PROFESI

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003

Merupakan penulisan hukum/skripsi yang ditulis oleh

Erna Permata Sari, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. Yang menjadi permasalahan utama penulisan

hukum ini adalah kendala advokat dalam beracara dan langkah

advokat dalam beracara terkait dengan pengangkatan sumpah

profesi menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2003.

Hal yang membedakan penulisan hukum ini dengan

penulisan hukum yang telah dilaksanakan diatas adalah dalam

penulisan hukum diatas yang menjadi pokok bahasan adalah

kendala dan langkah yang diambil advokat dalam beracara

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

dikaitkan dengan pengangkatan sumpah advokat, namun dalam

penulisan hukum ini Penulis membahas hal pokok

dilatarbelakangi oleh permasalahan eksistensi organisasi

advokat yang secara de facto ada di Indonesia yang kemudian

berpengaruh terhadap pengambilan sumpah advokat di

Pengadilan Tinggi. Kemudian, dalam penulisan hukum ini tidak

menyoroti hal yang berkaitan dengan kendala maupun langkah

advokat terkait pengangkatan sumpah profesi, melainkan lebih

kepada pelaksanaan pengambilan sumpah advokat itu sendiri di

Pengadilan Tinggi, khususnya Pengadilan Tinggi Yogyakarta

dan tidak mengkaitkan dengan profesi advokat ketika praktik

beracara.

Dengan demikian penulisan hukum ini dilakukan dengan dasar

iktikad baik, jika terdapat penelitian yang serupa diluar pengetahuan penulis,

hal tersebut bukan merupakan suatu kesengajaan, tetapi diharapkan penelitian

ini dapat menambah informasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya

sehingga dapat memperkaya khasanah pengetahuan serta penulisan hukum

yang bersifat akademis.

E. Kegunaan Penelitian

Penulis berkeyakinan penelitian ini memiliki manfaat atau kegunaan

teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam

menambah pengetahuan Penulis terhadap eksistensi organisasi

advokat di Indonesia sejak awal adanya hingga pasca

dibentuknya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2003 tentang Advokat yang kemudian berkaitan dengan

pengangkatan advokat dan pengambilan sumpah advokat di

Pengadilan Tinggi. Selain itu, penelitian ini juga dapat

menumbuhkan jiwa Penulis dalam meningkatkan sikap kritis

terhadap perkembangan hukum yang terjadi baik secara teoritis

maupun praktis.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi pemerintah terhadap permasalahan-permasalahan yang

akan ditemui khususnya dalam bidang keadvokatan, yang

kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan atau

pembenahan terhadap peraturan yang ada, dengan harapan agar

dapat lebih memberikan perlindungan hukum bagi seluruh

pihak dan menimbulkan kepastian hukum sehingga dapat

menanggulangi konflik-konflik yang berpotensi terjadi.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan memberikan pendapat kepada masyarakat baik

yang akan maupun sudah berkecimpung dalam bidang yang

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

diteliti, serta masyarakat pada umumnya yang juga pada situasi

tertentu memerlukan bantuan hukum dari advokat-advokat yang

bernaung dalam suatu organisasi advokat.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum,

khususnya dalam bidang Hukum Advokatur. Penulisan ini juga

diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai eksistensi

dari organisasi advokat di Indonesia, serta mengkaitkannya

dengan salah satu syarat agar seorang advokat dapat berpraktik

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2003

yakni pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi.

Dalam jangka panjang penulisan ini diharapkan dapat

memberikan alternatif, solusi, maupun kesepamahan mengenai

eksistensi organisasi advokat di Indonesia dan implementasi

pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi dikaitkan

dengan eksistensi organisasi advokat di Indonesia itu sendiri.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai “jalan ke”, namun demikian

menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan,

yakni: suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan

penilaian, atau suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, atau cara

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.7 Sedangkan yang dimaksud

dengan penelitian adalah usaha pencarian fakta menurut metode objektif yang

jelas, untuk menemukan hubungan fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.8

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang

menggabungkan antara penelitian normatif dengan penelitian empiris,

sehingga dapat disebut dengan penelitian yuridis normatif-empiris.

Penelitian normatif-empiris merupakan penelitian yang selain dengan

melakukan studi kepustakaan dengan menelaah buku-buku, laporan,

penelitian, jurnal, dan peraturan perundang-undangan, juga melakukan

penelitian ke lapangan melalui metode interview dan pengamatan

langsung terhadap kondisi lokasi yang diteliti dengan seakurat mungkin

dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode interview tersebut

dipergunakan sebagai cara untuk memperoleh data dengan jalan

melakukan wawancara dengan narasumber atau responden.9

2. Bentuk Data

Dalam melakukan penelitian Penulis menggunakan 2 (dua) cara

yaitu:

a) Penelitian Kepustakaan

7 Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hlm. 5. 8 Moh. Nazir, 1998, Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta, hlm. 14. 9 M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, 2008, Teknik Menulis Skripsi dan Thesis, Hanggar Kreator,

Yogyakarta, hlm. 45.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang

dilakukan dengan mencari data sekunder yang diperoleh

dengan studi pustaka yang diperoleh dari berbagai buku,

literatur, peraturan perundang-undangan, tesis, skripsi,

makalah, jurnal hukum, majalah, surat kepustakaan, serta

bahan-bahan lainnya yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan, setelah itu untuk dipelajari dan dianalisis data

yang diperoleh.10 Bahan pustaka terdiri dari:

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang dimaksud

adalah bahan-bahan hukum yang berupa

peraturan perundang-undangan dimana bahan

tersebut ada dengan melalui mekanisme-

mekanisme hukum dan bahan hukum tersebut

mempunyai kekuatan hukum mengikat

sepanjang tidak ditentukan lain. Bahan hukum

primer dalam penelitian ini terdiri dari:

- Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

10 Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 201.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

- Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2003

tentang Advokat.

2) Bahan hukum sekunder

Merupakan bahan-bahan yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer

serta memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer.11 Bahan hukum sekunder

terdiri dari:

- Buku-buku yang membahas

tentang advokat; dan

- Buku-buku yang membahas

tentang advokat dimana

didalamnya membahas juga hal-

hal mengenai organisasi advokat

dan prosedur pengangkatan

advokat.

3) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan

bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer dan sekunder,

11 Ronny Hanityo Sumitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 25.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

yaitu Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,

dan Kamus Bahasa Belanda-Indonesia.

b) Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang

dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk

memperoleh data yang diperlukan berkaitan dengan

masalah yang diteliti.12 Data dalam penelitian lapangan

terdiri dari data yang diperoleh langsung dari narasumber

yang dipilih dan dianggap mengetahui masalah yang diteliti

dan data yang diperoleh secara tidak langsung berupa Berita

Acara Sumpah Advokat dan wawancara terhadap pihak-

pihak tertentu.

3. Pengumpulan Data

a) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, yaitu

mengumpulkan data dan informasi dengan cara mengadakan tanya

jawab secara langsung dengan narasumber. Tujuan wawancara

disini untuk mendapatkan data, informasi, serta pendapat berkaitan

dengan eksistensi organisasi advokat dan pelaksanaan pengambilan

sumpahnya pada Pengadilan Tinggi, adapun narasumber tersebut

12 Ibid., hlm. 27.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

terdiri dari Hakim pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta dan advokat-

advokat yang tergabung dalam berbagai organisasi advokat.

b) Alat Pengumpulan Data

Penelitian Lapangan (Field Research)

Pada penelitian lapangan, penulis menggunakan pedoman

wawancara. Pedoman wawancara yang akan dilaksanakan

menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dan hanya

memuat garis besar sehingga tidak menutup kemungkinan untuk

dijadikan pertanyaan lain yang masih berhubungan dengan masalah

yang diteliti.

c) Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penulisan hukum ini

dilakukan dengan menggunakan teknik non-random sampling,

artinya pengambilan sampel atas sifat populasi yang sudah diketahui

terlebih dahulu dan ditentukan dengan tidak semua individu dalam

populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota

sampel. Jenis sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

dimana pengambilan sampel/subjek penelitian sudah ditentukan

terlebih dahulu.

4. Jalannya Penelitian

a) Tahap Persiapan

Diawali dengan merumuskan permasalahan yang ada dan

menyiapkan rancangan penelitian.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

17

b) Tahap Pelaksanaan

Dimulai dengan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan

kerangka berpikir mengenai masalah yang terkait dengan judul yang

diangkat, serta mendapatkan gambaran maupun kondisi pengaturan

mengenai organisasi advokat dan pengambilan sumpah advokat.

Dengan data sekunder tersebut, kemudian mulai dilakukan

wawancara baik secara langsung maupun melalui e-mail dengan

advokat-advokat yang ada di Yogyakarta maupun di Jakarta. Selain

itu, Penulis melakukan pengurusan izin dan kelengkapan dokumen

untuk dapat dilakukan penelitian, yang hingga akhirnya sampai

kepada penelitian di Pengadilan Tinggi Yogyakarta.

c) Tahap Penyelesaian

Penyusunan dan penyelarasan serta menganalisis data yang

terkumpul. Kemudian menemukan korelasi masalah serta

menemukan kesimpulan dan solusi atas masalah tersebut.

5. Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui penelitian lapangan maupun

penelitian kepustakaan yang kemudian data tersebut dianalisis secara

kualitatif, yaitu mengumpulkan dan menyeleksi data yang diperoleh

berdasarkan kualitas kebenarannya dan sesuai dengan permasalahan

yang diteliti, kemudian diolah dengan disusun secara sistematik dan

dihubungkan dengan teori dan ketentuan peraturan perundang-undangan

di bidang Advokat.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

18

Hasil penelitian yang didapatkan dipaparkan secara deskriptif,

yaitu menjelaskan atau menggambarkan suatu keadaan yang sebenarnya

di lapangan, sehingga dari penelitian tersebut dapat memberikan

gambaran atau pemahaman yang mampu memberikan kesimpulan dari

permasalahan yang ada.13

13 Nico Ngani, 2012, Metodologi Penelitian Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hlm.

182.

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/