Upload
ngokhuong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah advokat di Indonesia, organisasi advokat di Indonesia
bermula pada masa kolonialisme. Pada masa itu, jumlah advokat masih
sedikit dan keberadaannya terbatas pada kota-kota besar yang memiliki
Landraad dan Raad van Justitie. Mereka bergabung dalam organisasi advokat
yang dikenal sebagai Balie van Advocaten. Di awal orde baru para advokat
Indonesia memiliki banyak organisasi advokat sebagai warisan dari
banyaknya Balie van Advocaten yang dibentuk pada masa sebelumnya.1
Namun sebenarnya yang paling diakui keberadaannya dalam lingkup
nasional adalah Persatuan Advokat Indonesia atau lebih dikenal dengan nama
Peradin. Sebab memang Peradin didirikan dengan maksud untuk
mentransformasikan beberapa Balie van Advocaten ke dalam sebuah
organisasi advokat yang lebih besar. Dengan figur kepemimpinan yang kuat,
Peradin berhasil menjalankan peran yang signifikan bagi perbaikan tidak
hanya profesi advokat, melainkan juga sistem hukum dan peradilan
Indonesia.
1 Binzaid Kadafi, et all, 2004, Pembentukan Organisasi Advokat Indonesia: Keharusan atau
Tantangan?, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia atas kerjasama dengan The Asia
Foundation, Jakarta, hlm. 1.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Lambat laun, peran yang dijalankan Peradin tersebut mulai diakui
pemerintah. Peradin misalnya, menjadi satu-satunya organisasi advokat yang
diakui pemerintah dalam rangka pembelaan para Terdakwa pada proses
peradilan tokoh-tokoh G30S/PKI. Namun hubungan harmonis tersebut tidak
bertahan lama, sebab banyak pula kritik yang dilancarkan Peradin terhadap
kebijakan pemerintah orde baru yang menimbulkan benturan antara
pemerintah dengan Peradin, terutama pada dekade 1970-an sampai dengan
1980-an.
Keinginan untuk mengatur segala bidang kehidupan demi
kelanggengan kekuasaannya membuat organisasi advokat pada saat itu tidak
lepas dari genggaman pengaruh pemerintah orde baru. Peradin dilemahkan
dengan berbagai cara, diantaranya dengan melegitimasi pembentukan
berbagai organisasi advokat baru seperti Himpunan Penasihat Hukum
Indonesia (HPHI), Pusat Bantuan dan Pengabdian Hukum (Pusbadi), serta
Forum Studi dan Komunikasi Advokat (Fosko Advokat), dan lain-lain.2
Setelah beragam organisasi advokat tersebut bermunculan, mereka kemudian
dipaksa untuk melebur ke dalam satu organisasi advokat yang direstui
pemerintah, dengan nama Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin). Ikadin
didirikan di Jakarta pada tanggal 10 November 1985, yang ide pendiriannya
2 Binziad Kadafi, et all, 2001, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Studi tentang Tanggung
Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Pusat Bantuan Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta, hlm.
270.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
pertama kali ditawarkan oleh wakil pemerintah dalam kongres Peradin 1980
di Surabaya.3
Setelah kelahiran Ikadin tetap saja bermunculan berbagai organisasi
advokat baru, baik yang pembentukannya dilatarbelakangi oleh konflik
internal, kebutuhan spesialisasi tertentu, maupun alasan lainnya. Banyak
organisasi advokat berdiri pada perjalanannya menimbulkan pemborosan
sumber daya, sebab yang terjadi bukannya persaingan sehat antar organisasi
untuk menyediakan layanan bagi anggotanya maupun menarik simpati
masyarakat, melainkan lebih pada pertarungan eksistensi.
Terakhir terbentuklah Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI)
oleh Ikadin, AAI, IPHI, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara
Indonesia (SPI), dan Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),
ditambah dengan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI), kedelapan
organisasi tersebut diakui sebagai pemegang kewenangan transisi organisasi
advokat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat. Akhirnya pada tanggal 21 Desember 2004, kedelapan
organisasi advokat yang tergabung dalam KKAI tersebut membulatkan tekad
untuk membentuk organisasi advokat melalui Deklarasi Pendirian
Perhimpunan Advokat Indonesia (Indonesian Bar Association), yang
disingkat dengan Peradi, pada tanggal 21 Desember 2004.
3 Ibid.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Terbentuknya Peradi ternyata tidak otomatis membuat advokat
berada pada satu naungan organisasi, seiring berjalannya waktu tetap berdiri
berbagai organisasi advokat di Indonesia, beberapa organisasi menyatakan
diri sebagai organisasi advokat yang sah dan sesuai dengan mandat dari
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003. Hal ini juga berdampak pada
pelaksanaan pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi, yang sejak
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 diundangkan, merupakan salah satu
syarat untuk dapat dikatakan sebagai seorang advokat.4 Sebagai contoh pada
saat pelaksanaan pengambilan sumpah advokat Peradi di Pengadilan Tinggi
Banten pada April 2014 lalu. Ketua Pengadilan Tinggi Banten Mas’ud Halim
mengaku mendapat tekanan selama seminggu sebelum prosesi pengambilan
sumpah advokat dari Peradi dilaksanakan, tekanan tersebut datang dari
organisasi advokat lain, hal ini tentu berkaitan erat dengan eksistensi
organisasi advokat lain yang juga beranggapan bahwa organisasi advokat
bukan hanya Peradi.5 Namun demikian, hal ini tidak hanya terjadi di
Pengadilan Tinggi Banten, rata-rata di beberapa Pengadilan Tinggi di
Indonesia juga mengalami hal serupa, seperti di Pengadilan Tinggi
Yogyakarta.6
4 Khaidir Nasution, 2009, Berita Acara Sumpah Advokat Tidak Sempurna, Varia Advokat - Volume
10, Jakarta, hlm. 33. 5 Ali Salmande, “Sumpah Advokat PERADI, KPT Banten Mengaku Dapat Tekanan”,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt534bcb92d00ae/sumpah-advokat-peradi--kpt-banten-
mengaku-dapat-tekanan, diakses pada hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 pukul 20.22 WIB. 6 Wawancara dengan Dr. Sri Muryanto, S.H., M.H. di Pengadilan Tinggi Yogyakarta pada hari Senin
tanggal 5 Januari 2015.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Padahal bila mengacu pada ketentuan pasal 2 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 yang dapat diangkat sebagai advokat
adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah
mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh
organisasi advokat, yang kemudian pengangkatan advokat dilakukan oleh
organisasi advokat, namun melihat banyaknya organisasi advokat yang secara
de facto ada di Indonesia membuat ketentuan tersebut patut diteliti, organisasi
mana yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengangkatan yang
kemudian berlanjut pada permasalahan berikutnya yakni berkaitan dengan
pengambilan sumpah advokat pada pengadilan tinggi. Hal ini yang kemudian
membuat Penulis tertarik untuk meneliti, menelaah, dan menganalisis
mengenai eksistensi dari organisasi advokat di Indonesia, serta
mengkaitkannya dengan salah satu syarat seorang advokat agar dapat
berpraktik sesuai dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003, yakni
pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
Penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana eksistensi organisasi advokat yang ada di Indonesia
pasca Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2003?
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
2. Bagaimana implikasi eksistensi organisasi advokat di Indonesia
terhadap pengambilan sumpah advokat pada Pengadilan Tinggi
Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Subjektif
Tujuan subjektif dari penulisan hukum ini adalah sebagai
prasyarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada.
2. Tujuan Objektif
Tujuan objektif penulisan hukum ini sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dipaparkan di atas ialah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui, menelaah, dan menganalisis eksistensi
organisasi advokat yang ada di Indonesia pasca Undang-
Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2003.
b) Untuk mengetahui, menelaah, dan menganalisis implikasi
eksistensi organisasi advokat di Indonesia terhadap
pengambilan sumpah advokat pada Pengadilan Tinggi,
dalam hal ini khususnya pada Pengadilan Tinggi
Yogyakarta.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh Penulis
di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan media
internet, Penulis menemukan penulisan hukum yang membahas mengenai
organisasi advokat dan berkaitan dengan sumpah advokat di Pengadilan
Tinggi, diantaranya:
1. LEGALITAS ORGANISASI ADVOKAT NON PERADI
PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR
79/PUU-VIII/2010 ATAS PASAL 28 UNDANG-UNDANG
ADVOKAT
Merupakan penulisan hukum/skripsi yang ditulis oleh
Wahyu Apri Utama, Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia. Yang menjadi permasalahan utama penulisan hukum
ini adalah keabsahan mengenai organisasi advokat non Peradi
pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-VIII/2010
dan terkait dengan beracaranya advokat yang tergabung dalam
organisasi advokat non Peradi di Pengadilan pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-VIII/2010.
Hal yang membedakan penulisan hukum ini dengan
penulisan hukum yang telah dilaksanakan diatas adalah
penulisan diatas membahas mengenai keabsahan organisasi
advokat non Peradi pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.
79/PUU-VIII/2010, sedangkan dalam penulisan hukum ini
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Penulis membahas lebih kepada eksistensi organisasi advokat,
baik Peradi maupun non Peradi dengan mendasarkan pada
instrumen-instrumen hukum terkait tidak hanya terpaku pada
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-VIII/2010,
sehingga diharapkan mampu memberikan pandangan mengenai
permasalahan organisasi advokat di Indonesia. Kemudian,
penulisan hukum ini selain membahas mengenai eksistensi
organisasi advokat juga membahas mengenai implikasinya
secara langsung terhadap praktik pengambilan sumpah advokat
di Pengadilan Tinggi Yogyakarta.
2. KENDALA ADVOKAT DALAM BERACARA TERKAIT
DENGAN PENGANGKATAN SUMPAH PROFESI
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003
Merupakan penulisan hukum/skripsi yang ditulis oleh
Erna Permata Sari, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Yang menjadi permasalahan utama penulisan
hukum ini adalah kendala advokat dalam beracara dan langkah
advokat dalam beracara terkait dengan pengangkatan sumpah
profesi menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2003.
Hal yang membedakan penulisan hukum ini dengan
penulisan hukum yang telah dilaksanakan diatas adalah dalam
penulisan hukum diatas yang menjadi pokok bahasan adalah
kendala dan langkah yang diambil advokat dalam beracara
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
dikaitkan dengan pengangkatan sumpah advokat, namun dalam
penulisan hukum ini Penulis membahas hal pokok
dilatarbelakangi oleh permasalahan eksistensi organisasi
advokat yang secara de facto ada di Indonesia yang kemudian
berpengaruh terhadap pengambilan sumpah advokat di
Pengadilan Tinggi. Kemudian, dalam penulisan hukum ini tidak
menyoroti hal yang berkaitan dengan kendala maupun langkah
advokat terkait pengangkatan sumpah profesi, melainkan lebih
kepada pelaksanaan pengambilan sumpah advokat itu sendiri di
Pengadilan Tinggi, khususnya Pengadilan Tinggi Yogyakarta
dan tidak mengkaitkan dengan profesi advokat ketika praktik
beracara.
Dengan demikian penulisan hukum ini dilakukan dengan dasar
iktikad baik, jika terdapat penelitian yang serupa diluar pengetahuan penulis,
hal tersebut bukan merupakan suatu kesengajaan, tetapi diharapkan penelitian
ini dapat menambah informasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya
sehingga dapat memperkaya khasanah pengetahuan serta penulisan hukum
yang bersifat akademis.
E. Kegunaan Penelitian
Penulis berkeyakinan penelitian ini memiliki manfaat atau kegunaan
teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan Penulis terhadap eksistensi organisasi
advokat di Indonesia sejak awal adanya hingga pasca
dibentuknya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat yang kemudian berkaitan dengan
pengangkatan advokat dan pengambilan sumpah advokat di
Pengadilan Tinggi. Selain itu, penelitian ini juga dapat
menumbuhkan jiwa Penulis dalam meningkatkan sikap kritis
terhadap perkembangan hukum yang terjadi baik secara teoritis
maupun praktis.
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pemerintah terhadap permasalahan-permasalahan yang
akan ditemui khususnya dalam bidang keadvokatan, yang
kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan atau
pembenahan terhadap peraturan yang ada, dengan harapan agar
dapat lebih memberikan perlindungan hukum bagi seluruh
pihak dan menimbulkan kepastian hukum sehingga dapat
menanggulangi konflik-konflik yang berpotensi terjadi.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan memberikan pendapat kepada masyarakat baik
yang akan maupun sudah berkecimpung dalam bidang yang
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
diteliti, serta masyarakat pada umumnya yang juga pada situasi
tertentu memerlukan bantuan hukum dari advokat-advokat yang
bernaung dalam suatu organisasi advokat.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum,
khususnya dalam bidang Hukum Advokatur. Penulisan ini juga
diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai eksistensi
dari organisasi advokat di Indonesia, serta mengkaitkannya
dengan salah satu syarat agar seorang advokat dapat berpraktik
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2003
yakni pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi.
Dalam jangka panjang penulisan ini diharapkan dapat
memberikan alternatif, solusi, maupun kesepamahan mengenai
eksistensi organisasi advokat di Indonesia dan implementasi
pengambilan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi dikaitkan
dengan eksistensi organisasi advokat di Indonesia itu sendiri.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai “jalan ke”, namun demikian
menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan,
yakni: suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan
penilaian, atau suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, atau cara
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.7 Sedangkan yang dimaksud
dengan penelitian adalah usaha pencarian fakta menurut metode objektif yang
jelas, untuk menemukan hubungan fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.8
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang
menggabungkan antara penelitian normatif dengan penelitian empiris,
sehingga dapat disebut dengan penelitian yuridis normatif-empiris.
Penelitian normatif-empiris merupakan penelitian yang selain dengan
melakukan studi kepustakaan dengan menelaah buku-buku, laporan,
penelitian, jurnal, dan peraturan perundang-undangan, juga melakukan
penelitian ke lapangan melalui metode interview dan pengamatan
langsung terhadap kondisi lokasi yang diteliti dengan seakurat mungkin
dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode interview tersebut
dipergunakan sebagai cara untuk memperoleh data dengan jalan
melakukan wawancara dengan narasumber atau responden.9
2. Bentuk Data
Dalam melakukan penelitian Penulis menggunakan 2 (dua) cara
yaitu:
a) Penelitian Kepustakaan
7 Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hlm. 5. 8 Moh. Nazir, 1998, Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta, hlm. 14. 9 M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, 2008, Teknik Menulis Skripsi dan Thesis, Hanggar Kreator,
Yogyakarta, hlm. 45.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang
dilakukan dengan mencari data sekunder yang diperoleh
dengan studi pustaka yang diperoleh dari berbagai buku,
literatur, peraturan perundang-undangan, tesis, skripsi,
makalah, jurnal hukum, majalah, surat kepustakaan, serta
bahan-bahan lainnya yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan, setelah itu untuk dipelajari dan dianalisis data
yang diperoleh.10 Bahan pustaka terdiri dari:
1) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yang dimaksud
adalah bahan-bahan hukum yang berupa
peraturan perundang-undangan dimana bahan
tersebut ada dengan melalui mekanisme-
mekanisme hukum dan bahan hukum tersebut
mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak ditentukan lain. Bahan hukum
primer dalam penelitian ini terdiri dari:
- Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
10 Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 201.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
- Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat.
2) Bahan hukum sekunder
Merupakan bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer
serta memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer.11 Bahan hukum sekunder
terdiri dari:
- Buku-buku yang membahas
tentang advokat; dan
- Buku-buku yang membahas
tentang advokat dimana
didalamnya membahas juga hal-
hal mengenai organisasi advokat
dan prosedur pengangkatan
advokat.
3) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier merupakan
bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer dan sekunder,
11 Ronny Hanityo Sumitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 25.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
yaitu Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
dan Kamus Bahasa Belanda-Indonesia.
b) Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan adalah penelitian yang
dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan berkaitan dengan
masalah yang diteliti.12 Data dalam penelitian lapangan
terdiri dari data yang diperoleh langsung dari narasumber
yang dipilih dan dianggap mengetahui masalah yang diteliti
dan data yang diperoleh secara tidak langsung berupa Berita
Acara Sumpah Advokat dan wawancara terhadap pihak-
pihak tertentu.
3. Pengumpulan Data
a) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, yaitu
mengumpulkan data dan informasi dengan cara mengadakan tanya
jawab secara langsung dengan narasumber. Tujuan wawancara
disini untuk mendapatkan data, informasi, serta pendapat berkaitan
dengan eksistensi organisasi advokat dan pelaksanaan pengambilan
sumpahnya pada Pengadilan Tinggi, adapun narasumber tersebut
12 Ibid., hlm. 27.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
terdiri dari Hakim pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta dan advokat-
advokat yang tergabung dalam berbagai organisasi advokat.
b) Alat Pengumpulan Data
Penelitian Lapangan (Field Research)
Pada penelitian lapangan, penulis menggunakan pedoman
wawancara. Pedoman wawancara yang akan dilaksanakan
menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dan hanya
memuat garis besar sehingga tidak menutup kemungkinan untuk
dijadikan pertanyaan lain yang masih berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
c) Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penulisan hukum ini
dilakukan dengan menggunakan teknik non-random sampling,
artinya pengambilan sampel atas sifat populasi yang sudah diketahui
terlebih dahulu dan ditentukan dengan tidak semua individu dalam
populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota
sampel. Jenis sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
dimana pengambilan sampel/subjek penelitian sudah ditentukan
terlebih dahulu.
4. Jalannya Penelitian
a) Tahap Persiapan
Diawali dengan merumuskan permasalahan yang ada dan
menyiapkan rancangan penelitian.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
b) Tahap Pelaksanaan
Dimulai dengan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan
kerangka berpikir mengenai masalah yang terkait dengan judul yang
diangkat, serta mendapatkan gambaran maupun kondisi pengaturan
mengenai organisasi advokat dan pengambilan sumpah advokat.
Dengan data sekunder tersebut, kemudian mulai dilakukan
wawancara baik secara langsung maupun melalui e-mail dengan
advokat-advokat yang ada di Yogyakarta maupun di Jakarta. Selain
itu, Penulis melakukan pengurusan izin dan kelengkapan dokumen
untuk dapat dilakukan penelitian, yang hingga akhirnya sampai
kepada penelitian di Pengadilan Tinggi Yogyakarta.
c) Tahap Penyelesaian
Penyusunan dan penyelarasan serta menganalisis data yang
terkumpul. Kemudian menemukan korelasi masalah serta
menemukan kesimpulan dan solusi atas masalah tersebut.
5. Analisis Data
Data yang telah terkumpul melalui penelitian lapangan maupun
penelitian kepustakaan yang kemudian data tersebut dianalisis secara
kualitatif, yaitu mengumpulkan dan menyeleksi data yang diperoleh
berdasarkan kualitas kebenarannya dan sesuai dengan permasalahan
yang diteliti, kemudian diolah dengan disusun secara sistematik dan
dihubungkan dengan teori dan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang Advokat.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
Hasil penelitian yang didapatkan dipaparkan secara deskriptif,
yaitu menjelaskan atau menggambarkan suatu keadaan yang sebenarnya
di lapangan, sehingga dari penelitian tersebut dapat memberikan
gambaran atau pemahaman yang mampu memberikan kesimpulan dari
permasalahan yang ada.13
13 Nico Ngani, 2012, Metodologi Penelitian Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hlm.
182.
ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI EKSISTENSI ORGANISASI ADVOKAT TERHADAP PENGAMBILANSUMPAH ADVOKAT DIPENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA DEWA GEDE GIRI SANTOSAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/