Upload
vothuy
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tugas dan tanggung jawab seorang praktisi Public Relation tidaklah
mudah. Tidak hanya sekedar menjadi guide bagi patner perusahaannya saja.
Namun lebih dari itu, seorang praktisi Public Relation juga diharuskan untuk
mampu menjadi penawar bagi citra yang tengah terpuruk, sebagai penjaga saat
citra telah terangkat dan sebagai gawang bagi masuknya keluhan stakeholder
hingga memberikan “obat penenang” bagi stakeholder yang merasa kecewa
dengan perusahaan. Berbagai cara dilakukan untuk menjadi seorang praktisi
Public Relation yang mumpuni bagi perusahaan. Terlebih dengan adanya
media yang dapat digunakan sebagai alat pembantu komunikasi seorang PR.
Salah satu media tersebut dengan melakukan kegiatan penulisan Press Release
yang juga dikenal dengan nama Public Relation Journalism.
A. Latar Belakang
Tidak ada profesi yang mudah untuk dijalani. Begitu pula dengan
profesi public relations. Ketidakmudahan tersebut pun dialami oleh para
praktisi PR. Bila beberapa dekade sebelumnya, para praktisi PR dipandang
sebelah mata. Melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan “harfiahnya”
sebagai seorang publuc relations. Seiring dengan perkembangan zaman dan
perkembangan dunia bisnis yang menuntut adanya keprofesionalan dalam
menangani beberapa masalah dan juga mulai merasakan bahwa membangun
citra merupakan langkah awal untuk menunjukkan kredibilitas sebuah
perusahaan atau organisasi. Maka tugas, fungsi dan tanggung jawab dari
seorang praktisi PR mulai bertambah dan diperhitungkan kedudukannya dalam
sebuah perusahaan.
Tugas, fungsi hingga tanggung jawab yang dimiliki oleh sorang PR
menjadi sangat berat disaat mereka juga harus memikirkan bagaimana
perusahaan dapat “bersahabat” dengan seluruh stakeholder-nya. Salah satu dari
stakeholder adalah perusahaan media. Sehingga menjadi PR tidak hanya
sekedar memiliki fungsi sebagai public affairs, tidak hanya bertugas untuk
menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak internal maupun eksternal, sebagai
agen untuk melakukan lobbying tetapi, saat ini seorang praktisi public relations
2
pun diharuskan untuk memiliki kemampuan dalam menulis. Kegiatan menulis
yang dilakukan oleh seorang public relations disebut dengan public relations
journalism, dan press release merupakan hasil dari kegiatan menulis tersebut.
Adanya tuntutan tersebut menjadikan seorang PR wajib berperan
sebagai “jurnalis” perusahaan. Hal tersebut tentunya membuat tanggung jawab
seorang PR menjadi lebih kompleks. Menjadi wajib bagi setiap PR untuk dapat
meng-informasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan perpusahaan
kepada masyarakat atau stakeholder. Bahkan, kemampuan menulis akan
menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi perusahaan atau organisasi yang
ingin mempekerjakan seorang PR. Hal itu, dikuatkan dengan pendapat Smith
menyatakan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang Public
Relations memang penting, seperti kemampuan public speaking, interpersonal,
analitik dan lain sebagainya – tapi memiliki kemampuan menulis yang baik
sangat krusial.
Kemampuan menulis yang harus dimiliki oleh seorang PR pun kembali
ditegaskan oleh Sietel. Dia mengatakan bahwa sorang praktisi public relations
yang profesional harus memiliki keahlian menulis, karena kegiatan meulis
adalah kunci utama bagi praktisi public relations dalam mengembangkan
profesinya. Bukan tanpa alasan pula mengapa para praktisi PR diharuskan
memiliki kemampuan menulis. Dengan melakukan kegiatan menulis, maka
hasil dari tulisan seorang PR tersebut dapat dijadikan sebagai sumber informasi
kepada para stakeholder.
Lebih tepatnya adalah sebagai sumber informasi bagi seluruh
stakeholder dengan meminjam kekuatan media massa. Kegiatan menulis yang
dilakukan para praktisi PR tersebut dikenal dengan sebutan Public Relations
Journalism. Kegiatan Public Relations Journalism ini nantinya akan
menghasilkan sebuah tulisan atau informasi yang bernama Press Release.
Fungsi dan kegunaan dari press release itu sendiri adalah sebagai sumber
informasi pula bagi para media, baik media elektronik maupun media cetak.
Adanya fungsi dan keguanaan dari press release tersebut memunculkan
pemikiran bahwa saat ini para awak media tidak lagi mencari informasi dan
turun lapangan untuk mencari kebenaran secara fakta.
3
Bahkan pada saat ini seakan telah terjadi sebuah perlombaan diantara
para praktisi PR untuk dapat mengirimkan press release –press release yang
telah mereka buat kepada pihak media. Tentu dengan tanpa alasan dengan
pengiriman press release yang mereka miliki. Media memiliki kekuatan yang
tidak dimiliki oleh press release itu sendiri, yaitu kekuatan menyebarkan
informasi secara serentak meskipun berbeda letak geografis dari para
khalayaknya. Dengan meminjam kekuatan media tersebut, secara tidak
langsung informasi positif yang dimuat dalam press release dapat sampai pada
stakeholder perusahaan.
Berlomba-lombanya praktisi PR untuk membuat, menyusun dan
mengirimkan press release kepada perusahaan media tidak hanya berlaku pada
perusahaan swasta saja. Perusahaan pemerintah pun saat ini menggunakan
press release sebagai media komunikasi dan informasinya. Terlebih pada saat
ini, perusahaan milik BUMN terlihat sedang melakukan beberapa perbaikan
baik dalam pihak internal maupun eksternal. Sehingga, wajar kiranya bila ada
pemikiran bahwa isi dari media massa saat ini bersumber dari press release
yang dikirimkan kepada media.
Meski harus melewati beberapa penyeleksian dari pihak media. Karena
pihak media sendiri memiliki kriteria-kriteria akan sebuah konten informasi
yang akan dimuat dalam medianya. Meskipun demikian, masih dapat dijumpai
dalam sebuah media massa terlebih media cetak yang menggunakan press
release sebagai salah satu sumber berita yang dimuat dalam content-nya.
Wajar, bila semakin banyak perusahaan yang mengirimkan press release yang
mereka miliki agar dapat dimuat atau dijadikan sumber informasi dalam media
massa cetak. Oleh sebab itu, penelitian yang akan dilakukan nanti akan
melihat, membuktikan dan juga memberikan gambaran tentang adanya
mekanisme dari penggunaan press release sebagai sumber informasi dalam
sebuah media cetak.
Media cetak yang dipilih adalah media cetak Jawa Pos periode
November hingga Desember 2012. Sedangkan penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil press release-press
release milik perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang digunakan
4
sebagai objek penelitian. Penelitian ini bertujuan sebagai sebuah pembuktian
bahwa berita atau informasi yang diberikan oleh media cetak Jawa Pos periode
November hingga Desember bersumber dari press release baik milik
perusahaan BUMN atau pun perusahaan swasta.
B. Rumusan Masalah
Berkembanganya dunia public relations harus berbanding lurus dengan
kemampuan yang dimiliki oleh public relations. Saat ini public relations tidak
hanya berfungi sebagai public affairs, tidak hanya bertugas untuk menjaga
hubungan baik dengan pihak-pihak internal maupun eksternal, sebagai agen
untuk melakukan lobbying tetapi, saat ini seorang praktisi public relations pun
diharuskan untuk memiliki kemampuan dalam menulis. Kegiatan menulis yang
dilakukan oleh seorang public relations disebut dengan public relations
journalism, dan press release merupakan hasil dari kegiatan menulis tersebut.
Press release dibuat untuk memberikan informasi kepada stakeholder
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Sehingga bentuk dari press release pun
bermacam-macam, disesuaikan dengan tujuan dan kondisi yang sedang
berlangsung dalam sebuah perusahaan. Tidak hanya itu, press release saat ini
dijadikan sebagai sumber berita oleh para awak media massa. Tidak mudah
memang untuk mengetahui apakah berita tersebut benar-benar berita atau
terdapat pengaruh dari sebuah press release. Meskipun keduanya memiliki
tujuan yang sama, yaitu memberikan informasi kepada khalayaknya.
Maka dari itu, rumusan masalah yang akan menjadi pijakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut;
Bagaimanakah mekanisme penggunaan press release perusahaan BUMN dan
perusahaan Swasta sebagai sumber berita Jawa Pos periode November hingga
Desember 2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa pada saat
ini berita yang ada pada media massa, terutama media cetak Jawa Pos tidak
5
hanya hasil kerja jurnalis atau awak medianya yang turun langsung ke
lapangan. Tetapi juga menggunakan press release sebagai salah satu
sumbernya. Selain itu pula, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang bagaimana mekanisme press release tersebut dijadikan
sebagai salah satu sumber berita yang dimuat dalam Jawa Pos periode
November hingga Desember 2012.
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi,
gambaran sekaligus jawaban atas fenomena yang terjadi. Fenomena tentang
penggunaan press release sebagai sumber berita atau informasi yang dimuat
dalam sebuah media massa terutama media cetak. Press release yang
digunakan sebagai sumber berita atau informasi tersebut tidak hanya dari press
release perusahaan BUMN saja, tetapi juga dari perusahaan swasta.
E. Kerangka Pemikiran
Bila bagi media bad news is a good news, maka berbeda dengan
perusahaan yang dilanda berita buruk tersebut. Hal tersebut dikarenakan, citra
positif sangat diperlukan oleh perusahaan demi berjalannya peforma
perusahaan yang baik pula. Bukan hal mudah tentunya untuk meng-handle
semua berita atau informasi buruk yang berhubungan dengan perusahaan, maka
dari itu press release dibutuhkan. Press release akan membantu perusahaan
untuk melakukan konfirmasi atau bahkan klarifikasi terhadap informasi-
informasi negatif. Disamping itu pula, press release juga dapat digunakan
untuk menjelaskan semua kegiatan perusahaan baik yang akan dilakukan
maupun yang telah dilakukan.
Content dari press release yang berisi tentang keberhasilan perusahaan
dalam penyelenggaraan CSR, meraih kepercayaan nasabah, menambah
pelanggan atau beberapa hal positif lainnya membuat press release juga sering
disebut sebagai cermin perusahaan. Disebut demikian karena press release
seolah mampu memberikan gambaran tentang bagaimana performa, kinerja
dan berbagai hal lainnya yang sangat kental dengan perusahaan. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang press release dan bagaimana press release dapat
6
digunakan sebagai sumber berita media massa, terlebih media cetak. Maka
peneliti akan berusaha untuk menjabarkannya dengan baik pada sub-bab
berikut ini. Di dalam sub-bab ini juga akan dijelaskan pula tentang media
massa, berita dan sumber berita.
A. Press Release Sebagai Sumber Berita
Di dalam sejarah, tercatat bahwa press release pertama kali di keluarkan
oleh King’s College yang saat ini dikenal dengan Columbia University. Isi dari
press release tersebut adalah tentang pengumuman wisuda pada tahun 1758.
Kontent press release tersebut sangat sederhana, yaitu hanya sekedar
memberikan pengumuman tentang wisuda mahasiswa dari Colombia
University tersebut. Kesederhaan dari press release yang mereka berikan
kepada masyarakat, justru memberikan dampak positif bagi universitas
tersebut.
Namun, kesederhanaan dalam pengemasan konten dalam press release
merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh press release itu sendiri.
Tidak ada dalam sejarah, bahwa press release dicetak dalam banyak halaman.
Press release hanya disusun, dibuat dan juga dicetak dengan maksimal dua
hingga tiga lembar saja. Hal itulah yang menjadi tantangan tersendiri bagi
praktisi PR. Tidak mudah untuk menyusun informasi yang padat, jelas
sekaligus dapat merangkum informasi secara keseluruhan hanya dalam dua
lembar saja. Maka dari itu, para praktisi public relations diharuskan untuk
memiliki ketarampilan menulis yang mumpuni.
Perlu diketahui bahwa sebutan untuk “karya tulis” para praktisi PR ini
bermacam-macam. Artinya, banyak yang menyebut tulisan ini dalam nama
atau sebutan yang berbeda namun notabenenya adalah hal yang dimaksud
adalah sama. Diantara sebutan tersebut adalah media release, press notice, atau
news release. Arrison dan Spencer pun menyebut press release dengan sebutan
yang berbeda (meski yang dimaksudnya adalah hal yang sama) yaitu news
release announce a client’s news atau publiccize its product or services (1993 :
1).
Adanya berbagai macam sebutan dari “karya tulis” praktisi PR tersebut
tidak membuat fungsi, kegunaan maupun definisi tentang press release
7
berubah. Di bawah ini terdapat beberapa definisi press release yang diberikan
oleh para ahli PR, diantaranya adalah
a) Dennis L. Wilcox dan Glen T. Cameron (2009 : 367)
Press release is a simple document whose primary purpose is the
dessemination of information to mass media such as newspepars, broadcast
and magazines.
b) Rachmat Krisyantono (2008 : 131)
Press release is pseudo story that seeks to demonstrate to an editor or
reporter the newswothiness of a perticular person, event, service or
product; press release is simply a statement prepared for distribution to the
media. The purpose of a press release is to give journalist information that
is useful, accurate and interesting.
c) Soemirat dan Ardianto(2004) :1
Press Release atau siaran pers menurut adalah informasi dalam bentuk berita
yang dibuat oleh Public Relations (PR) suatu organisasi/ perusahaan yang
disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi media massa (tv, radio, media
cetak, media online) untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.
Beberapa definisi di atas mengindikasikan bahwa press release
merupakan susunan informasi yang sengaja untuk dibuat oleh praktisi PR yang
kemudian diserahkan kepada media massa. Penyusunan informasi tentang
perusahaan tersebut tentu bukan tanpa maksud dan tujuan. Dan dapat dilihat
dari semua definisi di atas, bahwa press release dibuat untuk didistribusikan
kepada media massa dengan tujuan agar informasi yang dimiliki oleh
perusahaan dapat dijadikan sumber atau bahkan dimuat dalam media massa
dan tersebar kepada seluruh stakeholder perusahaan.
Hal-hal di atas sedikit banyak menjelaskan tentang bagaimana konten
dari press release dapat dimuat dalam sebuah media massa, baik media
elektronik maupun media cetak. Bahkan fenomena yang selama ini menyeruak
1 dalam Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si, http://www.scribd.com/doc/28943332/11-Membuat-Press-
Release, unggah 03/26/2010, unduh 10/11/2012 pukul 18.19.
8
adalah adanya pengambilan bagian-bagian atau bahkan keseluruhan dari
informasi dari press release yang digunakan sebagai sumber berita media oleh
para jurnalis. Terlepas dari kesemuanya itu press release merupakan salah satu
dari berbagai cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk dapat menjalin
hubungan dengan media massa.
Lacy and Coulson dalam buku yang berjudul The Public Relations
Writer’s Handbook memberikan gambaran dengan jelas tentang penggunaan
press release sebagai salah satu konten dalam media. Seperti yang dijabarkan
berikut ini;
“Many published news and feature stories originate from news releases, the
most common form of public relations writing. Also called press releases, news
releases announce a client’s news or publicize its products or services. Almost
60 percent of the editorial content of the New York Timesand the Washington
Postare generated by public relations efforts, according to a classic study
(Sigal, 1973). A more recent study of six major newspapers, including those
two prestigious ones, showed that on the environmental beat, an average of 39
percent of sources were from business, which means they were most likely
mediated by public relations sources. Within that figure, 48 percent of sources
used by science writers and 70 percent of sources used by business writers on
the topic of the environment were from business — again, public relations
sources.”
Untuk dapat dijadikan menjadi sumber berita bagi media atau bahkan
dimuat secara utuh, press release-press release tersebut memerlukan beberapa
tahapan yang disesuaikan dengan kriteria perusahaan media yang
bersangkutan. Tentunya hal tersebut tidaklah mudah. Terlebih dengan adanya
persaingan yang dimiliki oleh para praktisi PR pada setiap perusahaan, yang
tentunya ingin press release yang mereka susun dapat menjadi sumber berita
atau bahkan dimuat keseluruhan dalam sebuah media massa. Baik perusahaan
BUMN maupun swasta pastinya memiliki kepentingan dan juga karakteristik
yang berbeda-beda. Para praktisi PR harus jeli dan cermat untuk mengetahui isi
informasi yang bagaimana yang disukai dan juga memiliki nilai berita tinggi
bagi media.
Di dalam buku yang berjudul The Public Relations Writer’s Handbook
yang ditulis oleh Merry Aronson, Don Spetner dan Carol Ames menguatkan
pendapat di atas sekaligus memberikan gambaran tentang berapa banyak press
9
release yang diterima oleh perusahaan media dengan menjabarkan sebagai
berikut;
“The media are inundated by dozens of news releases everyday. If your release
is to be read and considered for coverage, it must offer a newsworthy story,
stated clearly and simply, long on information and short on adjectives. A news
release typically introduces a new product, service, or idea; reports new
findings from a survey; alerts the media to an upcoming event; announces a
staff change; or simply presents new information. Sometimes a release is the
basis of an entire story. More often, an idea in it suggests a related story or
affects a story an editor or reporter already has in progress.”
Kutipan di atas membuktikan bahwa setiap press release perusahaan
yang menginginkan segala informasi yang mereka miliki memerlukan beberapa
persyaratan. Diantaranya adalah memiliki nilai berita yang tinggi, dapat
menjelaskan segala informasi dengan jelas dan sederhana, ditambah pula
dengan adanya kepadatan informasi yang dimiliki. Dengan begitu,
kemungkinan para editor media akan lebih mempertimbangkan untuk
menjadikan press release tersebut sebagai sumber berita atau bahkan memuat
secara keseluruhan press release yang ada. Secara tidak langsung, penjelasan
di atas menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
mengapa media mempercayai press release sebagai sumber berita media?
Padahal diketahui dengan pasti, bahwa press release merupakan
sekumpulan informasi yang “sengaja” dibuat oleh PR guna kepentingan dari
perusahaan itu sendiri. Maka Wilcox dan Cameron memiliki jawabannya
tersendiri. Diantaranya adalah 1. Bahwa realita dari media massa kita saat ini
adalah bahwa wartawan dan editor lebih banyak menghabiskan waktu mereka
untuk memproses informasi yang ada tapi tidak untuk mengumpulkan
informasi. 2. Perusahaan media saat ini tidak memiliki staf yang cukup untuk
meng-cover semua peristiwa yang terjadi (2009 : 367). Konsekuensinya adalah
banyak media yang menggunakan dan memproses informasi yang telah
disediakan oleh public releations, salah satunya adalah press release.
Dua penjelasan di atas, paling tidak memberikan gambaran bahwa pada
saat ini telah terdapat pergeseran yang luar biasa terhadap kinerja para awak
media. Di sisi lainnya hal tersebut tentunya memberikan keutungan besar
kepada para perusahaan. Melalui tulisan-tulisan yang berisikan informasi
10
perusahaan, baik berkenaan dengan performa perusahaan, kinerja perusahaan
hingga laporan CSR akan dapat didistribusikan dengan baik melalui media
massa. Sedangkan bagi praktisi PR, diharuskan untuk mampu melengkapi
tulisan-tulisan dan informasi mereka sehingga dapat dipertimbangkan oleh para
editor media.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa tidak mudah untuk
press release-press release yang dibuat oleh praktisi PR ini “meluluhkan”
editor, sehingga press release yang ada dapat dimuat atau jadikan sumber
berita. Dengan adanya persaingan ditambah pula dengan kriteria yang
ditetapkan oleh para awak media, membuat para praktisi PR untuk dapat
menjadi pintar dan jeli dalam menyusun informasi yang mereka miliki.
Setidaknya hal itulah yang disampaikan oleh Michael Bland, Alison Theake
dan David Wragg dalam bukunya yang berjudul Effective Media Relations
How to Get Results.
Di dalam penjabarannya, mereka berpandangan bahwa setidaknya ada
beberapa kriteria yang dapat meloloskan press release untuk masuk dan dimuat
dalam sebuah media massa. Diantaranya adalah sebagai berikut (2005:73-75);
a. Selalu mencantumkan tanggal release pada posisi atas, karena dengan
melakukan hal tersebut akan membuat editor media dapat melihat seberapa
penting dan mendesaknya informasi yang ada dalam press release tersebut.
b. Penggunaan headline yang pendek namun “eye-catcing” akan lebih
dibutuhkan untuk menarik perhatian dari editor media yang sangat sibuk.
c. Pengemasan informasi yang penting dan juga fakta sebaiknya dikemas pada
paragraf pertama. Hal tersebut dikarenakan, kebanyakan para editor media
akan mulai mengedit bahkan memotong informasi dalam press release
dimulai dari paragraf bawah. Sehingga, apabila informasi yang ada dalam
paragraf bawah dipotong, informasi dalam press release tersebut masih
dapat bermanfaat.
d. Mencantumkan kutipan akan membuat press release semakin lengkap.
Terlebih dengan mencantumkan nama petinggi perusahaan, sehingga
memudahkan media untuk melakukan konfirmasi kepada perusahaan.
11
e. Setiap paragraf setidaknya tidak lebih dari tiga kalimat, dengan satu atau
dua kalimat di awal paragrafnya.
f. Tentu akan ada pengaruh apabila press release terlalu banyak memberikan
detail-detail informasi, akan tetapi yang poin yang lebih penting adalah
keakurasian informasi dalam press release tersebut.
g. Bila terdapat foto yang dimasukkan atau dicantumkan dalam press release,
maka pastikan bahwa foto tersebut sesuai dengan informasi yang diberikan
dalam press release tersebut.
Bila ada beberapa hal yang membuat press release “dilirik” dan
menyita perhatian dari para editor media. Maka ada beberapa hal pula yang
perlu diperhatikan oleh para praktisi PR untuk menghindari beberapa hal di
bawah ini, karena beberapa hal di bawah ini membuat press release gagal
untuk dapat dimuat atau dijadikan sumber berita sebuah media. Berikut
beberapa alasan yang membuat press release gagal dimuat dan dijadikan
sumber berita oleh media;
a. Release mungkin tidak berisi berita, atau jika release berisikan berita atau
informasi maka informasi yang diberikan harusnya informasi yang menarik.
b. Tidak sedikit release ditulis dengan sangat buruk, terlalu banyak memberi
jargon dan juga material-material yang sesungguhnya tidak diperlukan
sehingga informasi yang sebenarnya harus disampaikan tidak terlihat. Poin
inilah yang paling sering dilakukan oleh para praktisi PR dan membuat
press release gagal untuk dimuat.
c. Banyak release yang dibuat dan kemudian dikirimkan kepada pihak media
massa tanpa target yang akurat. Banyak para praktisi PR yang dengan ala
kadarnya mengirimkan press release mereka kesemua kontak media tanpa
memikirkan target mana yang akan dituju.
Untuk dapat menghindari beberapa poin yang dapat membuat gagalnya
press release dimuat atau dijadikan menjadi sumber berita bagi media. Sudah
sepatutnya, para praktisi PR kembali mempertimbangkan dan juga mengetahui
beberapa macam jenis dari press release. Dengan mengetahui beberapa jenis
dan bentuk dari press release poin ketiga dari penyebab kegagalan press
12
release dimuat dalam media dapat mengetahui bagaimana cara mengemas
pesan atau informasi dan juga target yang ingin dituju.
Beberapa para pakar PR memberikan gambaran dan juga penjelasan
mengenai beberapa jenis dari press release itu sendiri. Tentunya di setiap jenis
press release yang ada selalu memiliki kelebihannya masing-masing, yang
disesuaikan dengan jenis press release-nya. Krisyantono memberikan beberapa
jenis press release, diantaranya adalah sebagai berikut (2008, 140-141);
1. Basic Publicity Release
Topik dalam press release ini adalah segala informasi yang
berhubungan dengan perusahaan atau organisasi yang memiliki nilai
berita tinggi bagi media massa, baik media massa regional maupun
nasional.
2. Product Release
Press release ini berisi informasi tentang produk perusahaan. Mencakup
transaksi tentang target suatu produk khusus atau produk reguler
lainnya untuk suatu publikasi perdangan dalam suatu industri. Jenis
release ini lebih terbatas pada media-media ekonomi bisnis atau pada
segment komunikasi bisnis. Pada release ini juga disinyalir menjadi
press release yang paling sulit untuk dibuat, karena apabila tidak
berhati-hati maka akan terkesan seperti beriklan.
3. Financial Release
Press release ini dibuat dengan pertimbangan bahwa bukan hanya
pemengang saham yang memerlukan informasi keuangan, tetapi juga
publik berhak untuk mengetahui informasi keuangan. Informasi ini
akan menjadi penilaian publik tentang kredibilitas sebuah perusahaan.
4. Executive Statment Release
Press release ini mengenai CEO dan para jajaran eksekutif perusahaan
lainnya. Lebih luas dari pada product release, karena menyampaikan
berbagai isu yang relevan dengan perusahaan.
5. Feature Articles
Merupakan penjelasan yang rinci mengenai produk atau program lain
yang layak diberitakan, yang telah ditulis public relations untuk segera
di publikasikan.
13
6. Relational Release
Press release ini berisi informasi yang ditujukan untuk menjaga
hbungan dengan publik. Misalnya, release tentang ucapan terima kasih
atau release untuk meluruskan komplain pelanggan.
Wilcox dan Cameron menambahkan lagi dengan dua jenis press release
yang tidak terangkum sebelumnya, dua tersebut adalah (2009 : 371-375) ;
1. Internet News Release
Format dan isi dari press release atau news release yang didistribusikan
melalui e-mail dan internet memiliki beberapa perbedaan dibandingkan
beberapa jenis press release lainnya. Press release yang dikirim lewat
e-mail hanya menggunakan spasi tunggal. Kontak atau CP yang biasa
diletakkan di akhir berita atau release maka pada jenis press release ini
diletakkan pada atas release. Internet news release ini juga dikenal
dengan sebuah e-release.
2. Mat Release
Bentuk lainnya sering disebut dengan nama Mat Release. Sejujurnya
akan sulit untuk mengartikan kata mat ke dalam bahasa indonesia.
Sebutan “mat” sendiri dikarenakan release ini dikirimkan dalam bentuk
siap printing atau cetak. Format dari release ini berbeda dengan bentuk
press release lainnya, dengan menggunakan sisi feature yang digunakan
sebagai pokok dari pesan yang ingin disampaikan. Mat release sendiri
merupakan salah satu taktik kampanye public relations. Bentuk dari
mat release adalah seluruh lembarnya berwarna, yang kemudian media
massa dapat memilih dan mempublikasikannya tanpa biaya.
B. Press Release dan Penyusunannya
Setidaknya penjabaran tentang kegagalan press release yang
mengakibatkan gagalnya press release dimuat atau pun dijadikan sebagai
sumber berita di atas selalu berhubungan dengan cara pengemasan informasi
dan penulisan press release. Maka dari itu yang diperlukan oleh praktisi PR
tidak hanya memiliki kemampuan menulis tetapi juga harus memiliki
keterampilan dalam mengolah pesan dan juga mengemaskan menjadi jajaran
kalimat yang menarik untuk dibaca. Tentunya hal demikian tidaklah mudah
14
untuk dilakukan. Diperlukan pula latihan-latihan yang untuk menyusun
press release yang notabenenya memiliki space sangat sedikit.
Bila ada yang mempertanyakan, mengapa press release menjadi
penting bagi perusahaan? atau mengapa pengemasan informasi dalam press
release haruslah secara benar dan cermat? Setidaknya jawaban yang cukup
mewakili adalah penjabaran milik Hellen Eliasm yang ia jelaskan pada
bukunya yang berjudul Effective Press Relations for the Built Environment.
Di dalam bukunya tersebut ia menjelaskan bahwa dengan menggunakan
press release setidaknya terdapat empat hal yang dapat di cover dengan
menulis press release. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut;
a. Corporate Issues (Isu-isu Korporasi)
Berbicara tentang isu-isu dalam korporasi tentunya tidak hanya
membahas satu atau dua hal saja. Tetapi ada begitu banyak isu-isu korporasi
yang menarik untuk dikemas dalam press release dan yang menarik pula
bagi para stakeholder untuk mengetahuinya. Dari sekian banyak isu
korporasi yang paling sering dikemas dalam press release adalah isu tentang
Finansial. Baik tentang laporan tahunan yang membahas tentang kondisi
finansial perusahaan hingga informasi atau gambaran tentang trading yang
stabil. Informasi tentang isu korporasi seperti itulah yang terkadang lebih
mudah diterima oleh stakeholder.
Selain isu tentang finansial, isu berikutnya yang juga sering
diinformasikan dalam sebuah press release adalah tentang pengakuisisian
perusahaan, adanya merger, pembagian distribusi hingga pengambil-alihan
perusahaan yang dapat mengakibatkan perusahaan dalam keadaan yang
kurang menguntungkan dapat dikemas dalam press release dengan baik.
Pembukaan kantor baru, peluncuran atau memperkenalkan layanan baru dan
pengumuman tentang prestasi perusahaan juga merupakan bagian dari isu
korporasi atau perusahaan.
b. Project issues
Dengan menggunakan kekuatan press sendiri merupakan salah satu
contoh dari bagaimana sebuah perusahaan tersebut memberitakan atau
memberikan informasinya kepada stakeholder atau pun kepada masyarakat
lainnya secera general. Press release sendiri dapat ditulis kapan saja yang
disesuaikan dengan kegiatan/event yang sedang berlangsung. Hal tersebut
15
dilakukan karena dengan menggunakan press release dapat menekan adanya
informasi yang simpang siur tentang proyek-proyek perusahaan.
c. Technical design/knowledge issues
Penjabaran teknis tentang inovasi, ide-ide kreatif dan juga pendekatan
baru yang dilakukan oleh perusahaan/korporat merupakan beberapa material
yang dapat digunakan sebagai bahan yang menarik untuk press dan juga
jurnalis. Adanya inovasi yang nyata begitu pula dengan adanya pekerja,
teknologi, desain dan beberapa meterial lainnya adalah bentuk dari
keprofesionalan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak
press dikemudian hari.
d. People news
Para senior yang biasanya mendominasi dan selalu mempromosikan
segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan melalui press release.
Dengan memberikan press release yang berisikan atau melakukan
penggambaran reputasi yang diwakili oleh orang-orang yang mumpuni
justru akan memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Adanya
pemberitaan yang diberikan oleh orang-orang yang memahami kondisi
perusahaan, baik tentang perkembangan perusahaan, pengambilalihan
perusahaan, pengambilan karyawan baru hingga peluncuran tempat servis
baru tidak akan hanya menguntungkan bagi perusahaan namun juga para
jurnalis.
Beberapa hal di atas merupakan materi-materi yang sering dikemas
oleh perusahaan atau pun korporat dalam press release yang mereka buat.
Keempat hal di atas memberikan gambaran bahwa segala sisi dalam
perusahaan dapat menjadi sumber berita bagi jurnalis. Segala informasi
tersebut dapat didistribusikan kepada beberapa perusahaan media yang
dikehendaki. Tentunya pendistribusian tersebut melalui perhitungan dan juga
pemikiran yang menjadikan perusahaan atau korporat pengirim press release
mendapat keuntungan dengan dimuatnya atau dijadikannya press release
sebagai sumber berita. Berikut merupakan gambar yang menjelaskan kepada
media mana saja press release dapat didistribusikan;
16
Gambar 1 : Lingkupan Isi Press Release dan Pendistribusian Press
Release Kepada Perusahaan Media
Bila hampir disemua materi perusahaan dapat dimuat dalam press
release dan dapat berguna bagi perusahaan media. Maka, para praktisi PR pun
diharuskan untuk memahami dan mempertimbangkan pula bagaimana cara
untuk dapat mengemas pesan atau informasi tersebut dengan baik. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan media tidak akan dengan mudah menggunakan press
release sebagai salah satu isi dalam medianya, atau bahkan menggunakan press
release sebagai sumber berita. Terlebih dengan banyaknya press release dari
perusahaan lainnya yang juga dikirimkan pada perusahaan media yang sama.
Bila para praktisi PR diharapkan mampu mengemas informasi yang
mereka miliki dengan panjang halaman maksimal dua lembar saja. Maka dari
itu, tuntutan terhadap praktisi PR menjadi berlipat. Praktisi PR diharuskan
cermat dalam menyusun press release, memilih dan memilah pesan-pesan
mana sajakah yang harus ditonjolkan. Tidak sekedar menulis dengan jargon-
jargon atau hal-hal lainnya yang justru mengaburkan inti dari informasi yang
sebenarnya. Hellen Elias memberikan penjelasannya mengenai tiga hal yang
perlu diperhatikan oleh seluruh praktisi PR, seperti di bawah ini; (Elias, 2007 :
30-34)
Market Sector
Press
News: Corporate,
project,technical,people
Construction
industry press
Local press
17
a) Make it look like breaking news
Yang perlu diingat dan diperhatikan bahwa jurnalis lebih menyukai
informasi yang disajikan dalam bentuk yang mudah untuk diambil
intisarinya. Ada beberapa aturan dasar yang perlu diingat tentang
bagaimana informasi tersebut dikemas secara cepat, efisien dan juga
langsung pada intinya. Tidak berarti isi dari press release menjadi sangat
sedikit atau bahkan terlalu sederhana sehingga tidak tampak inti dari
informasi yang diberikan. Bila hal tersebut terjadi, maka jangan harap
para editor media memberikan waktunya untuk membaca press release
tersebut. Setidaknya press release dapat menunjukkan kredibilitas dan
juga ke-profesional-an perusahaan baik dari segi isi, layout hingga
kemasannya.
Bila press release tersebut di-setting layaknya breaking news setidaknya
akan mempermudah baik press release perusahaan hingga editor media
untuk melakukan penyeleksian. Beberapa hal yang perlu dicantumkan
adalah sebagai berikut;
1. Penggunaan head atau kepala informasi
2. Judul
3. Esensi informasi
4. Menghindari penggunaan informasi yang dapat memicu permasalahan
hukum.
b) Setting it out
Tidak hanya memikirkan bagaimana mengemas informasi dengan baik.
Tetapi yang perlu diperhitungkan pula adalah bagaimana cara untuk
mengirimkan press release tersebut. Menggunakan apa dan bagaimana
mengirimkan press release kepada pihak media pun menjadi salah satu poin
utama yang memerlukan perhatian lebih. Bila salah dalam penggunaan
media pengiriman, dapat saja berakibat fatal bagi perusahaan. Baik berupa
hilangnya press release sebelum ada di tangan editor hingga salah sasaran
penerima press release. Press release sendiri dapat dikirimkan melalui pos
dan juga e-mail.
c) Content: the body of the press release
Ide mendasar dalam pembuatan press release adalah agar masyarakat
atau stakeholder mendapatkan informasi secara cetak/printed dan mudah
18
untuk membacanya. Surat kabar dan juga majalah memiliki space yang
besar dibandingkan dengan media lainnya. Namun, dalam prakteknya yang
mengejutkan adalah para jurnalis dapat memangkas dan juga
memperpendek informasi yang ada dalam press release. Itulah mengapa
yang membuat banyak para praktisi PR yang berpendapat bahwa para
jurnalis pun masih membutuhkan pelatihan penulisan press release sebagai
sumber berita. Pada dasarnya penulisan press release dalam media massa
seharusnya ditulis dan dimuat sesuai dengan naskah press release yang
diterima oleh para editor. Jika para jurnalis/editor harus mengedit kembali,
setidaknya informasi yang berasal dari hasil pemotongan tersebut masih
dapat menjelaskan dengan baik.
Beberapa hal yang telah diketahui di atas, tidak akan berjalan dengan
baik apabila tidak diimbangi dengan adanya pengetahuan dan juga banyaknya
pelatihan penulisan yang dilakukan oleh para praktisi PR. Banyak literatur
yang menjelaskan tentang apa dan bagaimana cara penulisan press release agar
dapat menjadi “kemasan” informasi perusahaan yang baik dan bermanfaat. Ada
beberapa aturan yang perlu diketahui dan diperhatikan ketika seorang praktisi
PR membuat dan menyusun press release. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan tersebut adalah sebagai berikut (Darmastuti, 2012 : 213-215);
1. Judul
a. Judul dalam sebuah release harus pendek, menarik dan mudah diterima
b. Judul harus informatif
c. Judul harus menjadi sesuatu yang utama
d. Judul sering kali justru menjadi satu-satunya kesempatan untuk menarik
perhatian dari wartawan yang sangat sibuk dan tidak begitu peduli
dengan berita itu.
2. Content Press Release
a. Paragraf Pertama
Paragraf pertama sering disebut dengan lead, yang berisikan fakta-fakta
yang sangat penting untuk diinformasikan dan berisi fakta-fakta yang sangat
signifikan. Paragraf ini merupakan kesempatan bagi Public Relations untuk
menuntun pembaca ke dalam berita atau cerita yang ingin dilaporkan.
19
Lead sama halnya dengan intro pada sebuah lagu, apabila pada intro
telah dapat mengambil perhatian pendengar, maka pendengar tersebut akan
rela meluangkan waktunya untuk mendengarkan keseluruhan dari lagu
tersebut. Dan lead yang baik adalah telah melalui proses selektivitas dari
beberapa unsur yang dianggap paling penting.
b. Paragraf Kedua
Untuk paragraf kedua pada konten press release yang dituliskan oleh
seorang Public Relations harus dapat memberikan informasi yang detail
kepada khalayak atau stakeholder. Seorang PR harus mampu menguraikan
dengan baik pada paragraf kedua ini. Tentu saja dengan tetap menjaga alur
yang telah dijabarkan pada paragraf sebelumnya.
c. Paragraf Ketiga
Tidak ada salahnya untuk menambahkan kutipan dari seseorang atau
narasumber yang bersangkutan atau yang relevan dengan informasi yang
diberikan. Akan tetapi, tidak diperkenan apabila seorang PR berusaha atau
terlalu memaksakan narasumber yang kurang relevan untuk dimasukkan
dalam sebuah press release.
d. Paragraf Keempat
Pada paragraf keempat ini merupakan bagian “ekstra”. Dimana pada
bagian ini dapat dicantumkan beberapa data atau informasi pendukung yang
mampu turut memperkuat data atau kutipan dari narasumber yang telah
dicantumkan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Data pendukung tersebut
dapat berupa foto, diagram, chat atau beberapa data pendukung lainnya.
Untuk penggunaan foto (Photos)2 sendiri pihak media massa serempak
mengatakan bahwa mereka pernah mendapati news release dengan foto,
tetapi jarang.
News release atau press release yang disertai foto biasanya adalah
news release yang dikirimkan melalui email, sedangkan dalam bentuk fisik,
pihak media massa menyatakan bahwa mereka jarang bahkan tidak pernah
menerimanya, mengingat pengiriman format fisik melalui pos atau kurut
juga semakin ditinggalkan. Foto yang menyertai news release dapat muncul
2 Prida Ariani Ambar Astuti. News Release : Ekspektasi Antar Media Massa dan Public
Relations. Jurnal Communique, Vol. 5, No 1 Juli 2009. Universitas Pelita Harapan.
20
dalam pemberitaan apabila mencakup tiga hal, yaitu (1). Tempat
pelaksanaan acara di luar kota, atau kebetulan tidak ada wartawan yang bisa
menghadiri sebuah acara tersebut. (2). Apabila foto tersebut layak
dimunculkan dalam pemberitaan, terkait angle dan nilai berita yang
terkandung. (3). Apabila keseluruhan standar yang ditetapkan oleh media
massa dapat dipenuhi.
Perlu diingat bahwa press release menyajikan informasi tambahan dan
catatan untuk mendukung cerita utama di dalam paragraf utama (lead).
Laporan di dalam release biasanya sangat penting dengan fakta-fakta yang
dibuat, meski terkadang dengan sedikit berlebihan. Ketika seorang praktisi
PR memutuskan fakta mana yang lebih penting, beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan sebagai berikut3;
a. Is the story truly newsworthy and will it interest the intended audience?
b. Does this story answer all the question it’s likely to raise?
c. Will this story, if covered, advance, my client’s objectives?
d. Are all the facts and figures in the story 100 precent accurate?
3. Piramida Terbalik
Untuk menulis press release dengan baik, maka para praktisi PR
diharapkan mampu memahami materi-materi apa saja yang penting untuk
dimuat. Kemudian para praktisi PR juga harus tahu bagaimana merangkum
informasi dari awal penulisan release, membuat lead dari hal-hal yang nyata
dan menyimpan detail informasi penting di akhir release. Hal seperti itu
disebut dengan cara penulisan piramida terbalik atau biasa yang sering disebut
dengan inverted pyramid.
Perlu diingat bahwa seluruh isi dari lead sebuah press release
merupakan informasi yang penting dan memiliki nilai berita atau informasi
yang tinggi. Seluruh informasi yang ingin disampaikan pada press release
tersebut diringkas pada lead – setidaknya pada lead juga akan terjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sering diutarakan oleh para jurnalis, yaitu meliputi
5 W (who, what, when, where dan why) – pada pargraf pertama juga akan
dijelaskan pula jenis atau tipe release. Dengan demikian akan mudah
3 Aronson, Merry & Spencer, Don. The Public Relations Writers Handbook “before you write”. Page 3.
Josey – Bass. 1993
21
mendapatkan informasi secara jelas meskipun hanya sekedar membaca lead
atau paragraf pertama, pembaca akan mendapatkan poin dari informasi
tersebut.
Gumilar pun mencoba untuk menjelaskan keuntungan dari penggunaan
penulisan menggunakan piramida terbalik ini. Ia mencoba untuk menjabarkan
menjadi beberapa poin, diantaranya adalah sebagai berikut4;
a. Pembaca dikategorikan sebagai orang yang sibuk dan mempunyai waktu
yang singkat untuk mendapatkan berita-berita yang faktual.
b. Redaksi media massa harus memotong press release tersebut tanpa
mengurangi isi pokoknya.
c. Redaksi tidak mempunyai cukup waktu untuk membaca keseluruhan press
release sebelum radaksi memutuskan untuk membuang atau dipakainya
press release tersebut, mereka harus tahu dengan cepat apa keseluruhan isi
release.
Gambar 2 : Struktur Piramida Terbalik Press Release (sumber : Mappototo)5
4. Format
Sebuah press release harus berisi beberapa elemen yang mengikutinya,
seperti beberapa elemen berikut ini:
4 dalam Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si, http://www.scribd.com/doc/28943332/11-Membuat-Press-
Release, unggah 03/26/2010, unduh 10/11/2012 pukul 18.19. 5 ibid
22
a. Tanggal release. tanggal ini adalah hari dimana organisasi membuat berita
yang dibuat dalam bentuk release yang disajikan bagi masyarakat umum
dan stakeholder.
b. Contact person, yang dilengkapi dengan nama dan nomor telepon. Ini
adalah contact person untuk wartawan jika mereka membutuhkan informasi
yang lebih untuk release yang dikirimkan tersebut. Biasanya pihak press
akan mendaftar contact person ini.
c. Judul, bagian ini menjadi bagian yang sangat penting dari sebuah release.
d. Identifikasi organisasi, identifikasi organisasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu;
(1) Dalam setiap release yang dikirimkan, release tersebut harus dicetak
dengan menggunakan kertas yang memiliki kop surat. Begitu pula
dengan release yang dikirimkan dengan format softcopy, tetap harus
mencantumkan identitas perusahaan atau organisasi.
(2) Bagian akhir dari release ditambahkan satu paragraf lagi untuk
mendiskripsikan organisasi dan misi dari organisasi atau perusahaan
tersebut.
e. Slug line6
Slug line dijelaskan oleh Smith (2003) sebagai pernyataan penyambung
dari halaman sebelumnya. Slug line terletak pada halaman 2 dan pada halaman-
halaman selanjutnya, biasanya ditulis dengan menggunakan huruf besar,
dicantumkan pada bagian atas news release diikuti oleh dua hingga tiga
kalimat kesimpulan dan nomor halaman. Contoh : PROMOSI BANK – 2.
f. More Line7
More line digunakan sebagai isyarat bagi pihak media massa bahwa news
release tersebut berjumlah lebih dari satu halaman. Tanda more line ini
diletakkan pada baris paling bawah halaman pertama. Versi umum more line
ini adalah kata-kata “more” atau “more-more-more”. Media massa menyatakan
bahwa pencantuman more line penting untuk semua format news release yang
dikirimkan, khususnya yang dikirim melalui faksimili. Menurut mereka, tanda
more line penting sebagai penanda jumlah halaman news release tersebut dan
6 ibid
7 ibid
23
apakah jumlah halaman yang mereka dapatkan telah lengkap. Sedangkan pada
news release dengan format email keberadaan more line tidak terlalu penting.
5. Distribusi
Sebuah press release akan efektif bukan hanya oleh penulisan yang baik,
tapi juga pengiriman pada waktu yang tepat supaya sampai ke reporter berita.
Kecepatan dan distribusi yang efektif dari press release tergantung pada
rencana, teknologi dan follow up yang dilakukan oleh praktisi PR. Segala usaha
dan upaya dalam pembuatan dan penyusunan press release yang dilakukan
oleh para praktisi PR akan sia-sia bila tidak ada satu pun aturan atau pun tata
cara di atas yang dilakukan.
Akan menjadi percuma pula mengirimkan press release kepada pihak
media tanpa adanya feedback dari media itu sendiri. Bahkan para editor media
tak akan melirik untuk kedua kalinya, apabila cara penyusunan dan
pengemasan press release tidak menarik dan juga tidak memiliki nilai berita
yang tinggi. Bila press release dimuat atau dijadikan menjadi sumbe berita
dalam sebuah media, tentunya akan banyak keuntungan yang dapat didapati,
baik oleh perusahaan media atau pun perusahaan pengirim press release itu
sendiri.
C. Metodologi Penelitian
1) Jenis Penelitian
Di dalam penelitian yang akan dilakukan nanti akan menggunakan jenis
penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif sendiri merupakan metode
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau pun
lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2000;3).
Sedangkan Craswel mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu proses
untuk memperoleh pemahaman menggunakan prinsip metodologi tertentu yang
mampu mengeksplorasi masalah sosial atau pun manusia.
Penelitian kualitatif sendiri memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya
adalah; (Holliday, 2006 : 6)
24
a) Dekat dengan konteks. Penelitian jenis ini selalu menginginkan untuk
sedekat mungkin dengan pembentukan suatu realita dikonteks yang
sesungguhnya, tidak artifisial. Maka dari itu peneliti dapat secar rinci fakta-
fakta yang yang diamati.
b) Melihat segala fenomena dengan lebih mendalam, bahkan dapat menembus
pada kehidupan sosial di masyarakat.
c) Misteri yang menyelimuti realitas, dapat dikumpulkan oleh peneliti dan juga
dapat melakukan intrepatasi.
d) Mengplorasi subjek yang diteliti.
e) Fokus dan mendalam
Maka dari itu, pemilihan jenis penelitian kualitatif bukan tanpa alasan.
Adanya ciri-ciri unik yang dimiliki oleh jenis penelitian ini, membuat peneliti
merasa perlu untuk menggunakan jenis penelitian untuk menggali lebih dalam
fenomena yang saat ini ada di kalangan masyarakat. Memang benar adanya
bahwa isi dari media massa, terutama media elektronik tidak hanya berita.
Namun apakah ada yang memberikan pendeskripsian bahwa berita tersebut
merupakan hasil turun lapangan dari seorang jurnalis? Maka dengan
menggunakan kualitatif, diharapkan mampu untuk membuktikan pertanyaan
tersebut. Terlebih bahwa muncul fenomena adanya kepercayaan bahwa berita
bersumber dari press release perusahaan.
2) Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi pada
saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara
aktual. Metode analisis dekriptif sendiri merupakan metode penggambaran
objek penenlitian atas pertanyaan yang telah dirumuskan (Lindolf, 1995:21).
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif peneliti
akan mampu menggambarkan secara mendalam data-data tentang mekanisme
press release sebagai sumber berita yang dimuat dalam Jawa Pos periode
November hingga Desember 2012.
25
3) Objek Penelitian
Sesuai dengan tema penelitian yang diambil, yaitu Mekanisme
Pemuatan Press Release Sebagai Sumber Berita Dalam Surat Kabar Jawa Pos
Periode November-Desember 2012. Maka yang akan dijadikan menjadi objek
penelitian adalah berita-berita di dalam surat Jawa Pos periode November –
Desember 2012, yang bersumber dari press release perusahaan baik milik
BUMN atau perusahaan Swasta. Maka secara langsung peneliti telah
melakukan suatu pembatasan objek penelitian. Pembatasan yang dilakukan
adalah peneliti hanya mendalami dan menganalisis berita-berita yang
bersumber dari press release perusahaan BUMN dan perusahaan swasta saja.
Bila kemudian timbul pertanyaan, bagaimana mengetahui bahwa berita
tersebut bersumber dari press release? Jawabannya adalah peneliti akan
melakukan perbandingan konten dari press release dengan konten berita yang
dimuat dalam surat kabar tersebut. Dari perbandingan tersebut, akan didapati
kesamaan-kesamaan konten baik dari press release atau pun berita yang
dimuat.
Dari pre-survey yang telah dilakukan oleh peneliti, maka didapati 10
berita perusahaan BUMN dan Swasta dan juga 10 naskah press release dari
kedua perusahaan tersebut. Berbekal dari naskah press release yang didapatkan
peneliti saat melakukan pre-survey, didapati PT. Semen Gresik Tbk dan Bank
BTN sebagai sample dari perusahaan BUMN. Sedangkan dari perusahaan
Swasta adalah Matahari Dept. Store, Axiata/XL, Axis, L’Oreal Indonesia dan
juga PT. Holcim.
Dipilihnya Jawa Pos karena Jawa Pos merupakan salah satu media
cetak terbesar di Indonesia. Jawa Pos juga menjadi surat kabar yang menjadi
trendsetting dan mendapatkan penghargaan dengan sirkulasi lebih dari 400.000
copy setiap harinya. Jawa Pos juga di kukuhkan sebagai koran anak muda
dunia dengan predikat Newspaper of The Year oleh World Young Reader Prize
2001, di Wina 12 Oktober 2011.
26
4) Jenis dan Sumber Data
Setidaknya terdapat dua jenis dan sumber data yang digunakan oleh
peneliti. Jenis dan sumber data tersebut akan membantu peneliti untuk memilih
dan memilah dalam melakukan pengumpulan data nantinya. Jenis dan sumber
data tersebut adalah sebagai berikut;
a) Data primer
Data primer ini berasal dari press release perusahaan, baik perusahaan
BUMN maupun perusahaan Swasta. Selain itu pula, peneliti
menempatkan berita-berita yang dimuat dalam Jawa Pos periode
November – Desember yang bersumber dari press release sebagai data
primer yang akan digunakan nantinya.
b) Data sekunder
Data sekunder ini merupakan data-data pendukung. Seperti literatur
maupun jurnal yang digunakan untuk mendukung analisis yang
nantinya akan digunakan.
5) Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan
data primer dan sekunder secara komprehensif. Hal tersebut diawali dengan
pengamatan, pencatatan, pengelompokan, memaparkan dengan
menggambarkan secara detail data yang dilengkapi dengan elaborasi terhadap
data sekunder yang ada (Wimmer&Dominick, 2006:86). Merujuk pada
penjelasan Wimmer dan Dominick, peneliti menjabarkan proses penganalisisan
data yang akan dilakukan setelah data penelitian terkumpul. Proses
penganalisisan tersebut adalah;
a) Melakukan pencarian press release perusahaan BUMN dan perusahaan
Swasta.
b) Melakukan pengelompokkan atas berita-berita yang dimuat dalam Jawa Pos
periode November-Desember 2012 yang bersumber dari pres release.
c) Setelah melakukan pengelompokkan tersebut dilakukan. Peneliti akan
memulai untuk mencari persamaan konten informasi yang ada dalam konten
berita Jawa Pos tersebut dengan konten dalam press release perusahaan
BUMN dan perusahaan Swasta.
d) Untuk hasil terakhir adalah melakukan penyederhanaan dan penyatuan data
ke dalam struktur teoritis yang koheren.