Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan,
peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen usaha merupakan bentuk dalam meningkatkan pendapatan
perkapita yang dinamakan pembangunan ekonomi (Hapsari, Hakim, &
Soeaidy, 2014). Berkaitan dengan membangun ekonomi yang maju, banyak
yang harus dilakukan pemerintah, akan tetapi fokus dalam penelitian ini
adalah peran pemerintah dalam memperhatikan atau mengembangkan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah.
UMKM adalah sebuah usaha yang hidup untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, karena termasuk dalam bisnis usaha kecil dengan modal yang
kecil serta jumlah karyawan yang kecil, tetapi memiliki andil dalam
pembangunan ekonomi nasional. Di Indonesia posisi UMKM sudah lama
diakui sebagai sektor usaha yang sangat penting, mulai dari sharenya dalam
pembentukan PDB sekitar 63,58%, lalu kemampuannya menyerap tenaga
kerja sebesar 99,45% dari pada usaha besar, dan sangat besarnya jumlah unit
usaha yang terlibat yakni sekitar 99,84% dari seluruh unit usaha yang ada,
sehingga pada sharenya yang cukup signifikan dalam jumlah nilai ekspor
adalah mencapai 18,72% (Niode, 2008).
2
Demikian menurut BPS kemampuan UMKM menyerap tenaga kerja juga
semakin meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, tahun 1990 dan
tahun 1993 angka ini terus meningkat menjadi berkisar 45 juta dan 71 juta,
kemudian pada tahun 2001 meningkat kembali menjadi 74,5 juta. Dari data
tersebut perkembangan UMKM dapat dikatakan cukup baik dan masih
mempunyai prospek yang baik kedepannya untuk ditingkatkan (Niode,
2008).
Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Di Karasidenan Surakarta (Dalam Miliar Rupiah) 2013-2016
Kabupaten 2013 2014* 2015* 2016**
1 2 3 4 5
Boyolali 16266,50 17148,35 18160,98 19118,76
Klaten 20241,43 21424,52 22558,98 23717,93
Sukoharjo 19401,89 20449,01 21612,08 22836,64
Wonogiri 15303,28 16107,80 16107,80 17862,65
Karanganyar 19256,52 20262,44 21286,29 22428,65
Sragen 19102,18 20169,82 21390,87 22614,62
Surakarta 25631,68 26984,36 28453,49 29966,37
Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo dalam angka 2017.
Dilihat data PDRB atas harga konstan tahun 2010 dari BPS Kabupaten
Sukoharjo menunjukan bahwa jumlah PDRB di Kabupaten Sukoharjo setiap
tahun mengalami kenaikan dari tahun 2013 bahkan sampai titik 2016 terus
meningkat, ini berarti bisa dikatakan jumlah nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah terus
bertambah dan meningkat, dan yang paling utama ditinjau dari adanya Usaha
Mikro Kecil dan Menengah yang dapat menyerap tenaga kerja dan
melahirkan usaha industri kecil baru sehingga mengurangi tingkat
pengangguran di wilayah Sukoharjo.
3
Terbukti pada saat krisis moneter tahun 1997-1998 di Indonesia,
sebanyak 80% perusahaan besar yang bangkrut karena krisis moneter yang
mengakibatkan mereka harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
karyawan, sehingga banyak pekerja yang menganggur pada waktu itu.
Saat terjadi krisis, UMKM dapat berdiri tegak dan kokoh tahan banting
yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha
sangat kecil atau minim bahkan ada yang menggunakan modal sendiri,
walaupun kebanyakan mendapatkan pembiayaan badan usaha maupun
lembaga keuangan bank dan non bank pasti itu dengan bunga rendah atau
minim, dan jangka waktu kredit sudah ditentukan kesepakatan bersama bagi
Bank Syariah, karena para pelaku usaha mikro kebanyakan memilih kredit di
bank syariah. Prinsip bagi hasil atau nisbah antara pihak bank dengan pihak
yang dibiayai dan tidak mau resiko kredit yang terlalu besar serta laba yang
mereka dapat juga tidak terlalu tinggi menjadi pilihan mereka untuk
meperoleh bantuan modal. Kedua, banyak karyawan yang menganggur
karena krisis moneter beralih dari sektor formal menjadi informal dengan
terjun mejadi pelaku UMKM dengan modal sesuai kemampuan mereka.
(Pristiyanto, Bintoro, & Soekarto, 2013). Berikut ini adalah Tabel 1.1 untuk
lebih memperjelas klasfisikasi UMKM berdasarkan aset dan omzet.
4
Tabel 1.2 Klasifikasi UMKM berdasarkan Aset dan Omset
Sumber : UU Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 yang mengatur UMKM, usaha mikro
memiliki kriteria aset maksimal 50 juta dan omzet ≤ 300 juta, lalu usaha kecil
memiliki kriteria aset 50 juta - 500 juta dan omzet 300 juta – 2,5 milyar
rupiah, kemudian usaha menengah memiliki kriteria aset 500 juta – 10 miliar
dan omzet 2,5 milyar – 50 milyar rupiah (Tambunan, 2012).
Diagram 1.1 Jumlah UMKM Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
Sumber: Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Sukoharjo.
Kabupaten Sukoharjo memiliki Usaha Mikro Kecil danMenengah
(UMKM) dengan jumlah unit usaha yang cukup banyak. Unit tersebut tersebar
dan terbagi dalam beberapa sektor diantaranya perdagangan, pertanian,
peternakan, industri, aneka usaha dan jasa, serta berbagai sektor nonformal.
Jenis Usaha Dalam Satu Tahun
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp 50 Juta Maksimal Rp 300 Juta
Usaha Kecil >Rp 50 Juta – Rp 500 Juta >Rp 300 Juta – Rp 2,5 Miliar
Usaha Menengah >Rp 500 Juta - Rp10 Miliar >Rp 2,5 Miliar – Rp 50 Miliar
84%
15%
1% Dalam Persen
Mikro
Kecil
Menengah
5
Dilihat dari grafik tersebut dapat dikatakan bahwa usaha mikro yang
menduduki angka paling tinggi yakni 84% dari jumlah total UMKM,lalu
usaha kecil menduduki angak 15% disusul usaha menengah hanya memiliki
angka 1% saja dari total UMKM yang ada di Sukoharjo.
Berdasarkan Diagram 1.1 dapat disimpulkan minat masyarakat lebih
memilih bekerja di sektor non formal dari pada informal. Dengan jumlah
UMKM Sukoharjo yang cukup banyak, tidak akan menutup kemungkinan jika
hal tersebut akan mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat maupun
lembaga keuangan bank atau non bank, bahkan lembaga instansi yang terkait
dalam menumbuh kembangkan usaha mikro kecil dan menengah.
Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah UMKM
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
URAIAN KRITERIA
MIKRO KECIL MENENGAH JUMLAH
Kecamatan Weru 1205 68 0 1273
Kecamatan Bulu 286 63 0 349
Kecamatan Tawangsari 167 65 1 233
Kecamatan Nguter 623 150 7 780
Kecamatan Bendosari 797 84 3 884
Kecamatan Polokarto 571 81 0 652
Kecamatan Mojolaban 1085 691 52 1828
Kecamatan Grogol 693 89 2 784
Kecamatan Baki 909 50 9 968
Kecamatan Gatak 1572 39 0 1611
Kecamatan Kartasura 522 56 9 587
Kecamatan Sukoharjo 1107 235 1 1343
JUMLAH 9.537 1.671 84 11.292
Sumber : Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten SukoharjoKota
Kabupaten Sukoharjo terdapat 11.292 UMKM yang tercatat di Dinas
Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo sejak bulan Mei
6
2017. Sebanyak 35% atau sekitar 3000 UMKM diantaranya masuk dalam
kategori mengkhawatirkan. Rintangan pada umumnya untuk semua UMKM
adalah ketidakmampuan dalam investasi, kesulitan dalam pemasaran produk,
teknologi yang belum memadai, tenaga kerja yang kurang produktifitas atau
bisa dikatakan SDM rendah, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang
pasar.
Akan tetapi yang paling utama masalah yang dihadapi para pelaku UMKM
adalah kurangnya modal dan teknologi yang tepat guna, karena jika suatu
usaha memiliki modal yang kurang maka untuk menuju ketahap selanjutnya
juga akan mengalami kesulitan, apalagi teknologi yang benar benar
dibutuhkan didalam era globalisasi sekarang ini untuk mengolah input yang
ada dan pemasaran produk agar tidak ketinggalan oleh pasar dan dapat
bersaing (Tambunan, 2012). Kemudian kurangnya ketrampilan dan
meningkatkan pangsa pasar, tenaga kerja yang kurang produktif, kurangnya
sistem informasi pasar dan iklim usaha yang saling mematikan, tingginya
barang impor yang masuk ke Indonesia menyebabkan produk domestik kalah
bersaing dengan produk lokal, serta bimbingan dari pemerintah yang masih
sangat kurang untuk memajukan UMKM jauh lebih sejahtera (Jauhari, 2010).
Peran pemerintah sangat diharapkan, dalam hal membantu dalam
mengembangkan UMKM di Provinsi Sukoharjo. Kebijakan dalam
memajukan perkembangan UMKM sudah ada, akan tetapi wujud tujuan
tersebut masih kurang maksimal. Apalagi sekarang MEA atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN sudah didepan mata, yang mau tidak mau produk domestik
7
benar benar bersaing dengan produk lokal walaupun dikatakan belum siap
100%.
Maka dari itu peran pemerintah dalam menunjang majunya UMKM yang
menjadi tolak ukur pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus benar
benar menjadi perhatian, misalnya pemerintah bisa melakukan kebijakan
pemberdayaan UMKM dengan cara memberikan bantuan modal untuk pelaku
usaha yang kekurangan dana, memberikan edukasi bagaimana caranya
menyerap tenaga kerja yang handal dan dapat dipercaya serta mampu bekerja
sama, lalu memperluas jaringan pasar agar produk lebih banyak dikenal
masyarakat dan ikut bersaing. Kemudian menyediakan sarana dan prasarana
seperti tempat yang strategis untuk memulai usaha atau alat alat dalam
mengolah suatu output menjadi input, bisa juga memberi pengetahuan tentang
teknologi tepat guna seperti menawarkan produk melalui aplikasi online.
Singkatnya pemberdayaan adalah upaya memberdayakan atau
mengembangkan usaha masyarakat dari keadaan yang tidak guna atau kurang
guna menjadi keadaan yang berguna atau mempunyai daya guna untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat (Rifa'i, 2013). Setiap wilayah pasti
terdapat UMKM yang tersebar di berbagai kecamatan, dan setiap UMKM
pasti ada yang namanya pemberdayaan atau binaan dari pemerintah maupun
badan usaha dan lembaga keuangan bank, atau mungkin setidaknya mendapat
perhatian dari pemerintah setempat, walaupun tidak semuanya.
8
Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM Binaan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008-2016
Sumber : Dinkop UKM Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan grafik 1.1 jumlah unit UMKM binaan setiap tahun
bertambah. Hal tersebut mengindikasikan banyak masyarakat yang
termotivasi dan mengevaluasi dari binaan tahun sebelumnya. Mungkin dari
segi jumlah unit bertambah, tetapi belum tentu sejahtera, banyak usaha yang
kondisinya dalam keadaan tidak makmur atau menghawatirkan. Maka
pemberdayaan UMKM tidak hanya dilakukan secara introduksi saja atau
ceramah dan pemberian edukasi belaka, melainkan juga merajuk pada tahap
internalisasi lalu ke tahap evaluasi dan kemudian tahap akhir yaitu tindak
lanjut usaha. Dari itu semua dapat dikatakan bahwa pemberdayaan dikatakan
sempurna.
Dalam penelitian ini usaha mikro kecil dan menengah di Kabupaten
Sukoharjo meliputi legalitas usaha, produksi dan pemasaran. Produksi, yaitu
mengubah satu atau lebih masukan (input) menjadi satu atau lebih (output).
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Posisi: S.d TRIWULAN IV 2016
Jumlah…
9
Sebuah proses produksi yang melibatkan variabel independen yang meliputi
nilai produksi, jumlah tenaga kerja, modal atau aset, dan pemberdayaan
dimana semua variabel tersebut dapat dimanfaatkan dan diolah dari input
dengan sumber daya alam yang tersedia untuk menghasilkan output atau
produk yang maksimal yang akan menciptakan profit.
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang ingin memperlihatkan
pengaruh input yang digunakan terhadap output yang diinginkan. Fungsi
produksi Frontier dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis tingkat
efisiensi teknis usaha dari variabel dependen dan independen yakni jumlah
produksi sebagai variabel (Y) dan jumlah tenaga kerja dan modal sebagai
variabel (X) kemudian pemberdayaan sebagai variabel (Z).
Dengan rumus fungsi Y = f (x,z). Secara umum, fungsi produksi
Frontier dapat ditulis kedalam persamaan sebagai berikut ini (Mutiara &
Bendesa, 2016).
Spesifikasi model yang diduga parameter estimasi dari fungsi
produksi Cobb Douglas melalui pendekatan Stochastic Frontier Analysis
formulasi matematis sebagai berikut ini (Gultom, Winandi, & Jahroh, 2014):
Ln Y = Ln β0 + βi Ln Xn + βi Ln Xn + ...........βi Zn+(vi – ui)
Dimana :
Y = Nilai Output
β0 = Intercept atau konstanta
βi = Koefisien regresi faktor produksi
10
Xn = Input usaha n
Zn = Input variabel tambahan yang diduga berpengaruh
vi – ui = Error pada usaha n
Skema model penelitian diatas merupakan bentuk replikasi dari jurnal
penelitian : Sumber : Gultom, L, Winandi, R, Jahroh, S. (2014). “Technical
Efficiency Analysis of Semi Organic RiceFarming “. Jurnal Informatika
Pertanian, Vol 23 No 1.
Suatu fungsi produksi pasti berkaitan dengan efisiensi teknis, dimana
dalam menunjang keberhasilan proses produksi diukur melalui efisiensi teknis
dengan kebijakan mikro yang dinamakan pemberdayaan. Efisiensi teknis
adalah pengendalian proses produksi menjadi ouput atau produk yang
diharapkan dari sumber daya yang tersedia atau input seperti jumlah modal
dan pengaruh tenaga kerja dalam menunjang proses produksi yang maksimal.
Jika output yang dihasilkan semakin tinggi tanpa menambah nilai input yang
ada, maka tingkat efisiensi dari suatu usaha juga semakin tinggi (Miller,
2000). Maka disini penulis ingin melihat seberapa besar pengaruh
pemberdayaan terhadap efisiensi teknis UMKM di Kabupaten Sukoharjo.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diambil perumusan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap nilai produksi UMKM di
Kabupaten Sukoharjo.
2. Bagaimana pengaruh modal terhadap nilai produksi UMKM di Kabupaten
Sukoharjo.
11
3. Bagaimana tingkat efisiensi teknis UMKM di Kabupaten Sukoharjo
terhadap penggunaan faktor faktor produksi terutama pengaruh
pemberdayaan ?
4. Bagaimana pengaruh pemberdayaan terhadap efisiensi teknis UMKM di
Kabupaten Sukoharjo.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap nilai produksi UMKM di
Kabupaten Sukoharjo.
2. Mengetahui pengaruh modal terhadap nilai produksi UMKM di Kabupaten
Sukoharjo.
3. Mengetahui tingkat efisiensi teknis UMKM di Kabupaten Sukoharjo
terhadap penggunaan faktor faktor produksi terutama pengaruh
pemberdayaan.
4. Mengetahui pengaruh pemberdayaan terhadap efisiensi teknis UMKM di
Kabupaten Sukoharjo.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pelaku UMKM
Memberikan sumbangan pemikiran agar dapat meningkatkan keberhasilan
usaha melalui pendapatan yang diperoleh dan masukan tentang pentingnya
pemberdayaan bagi para pelaku UMKM sebagai tolak ukur keberhasilan
usaha.
12
2. Bagi Pemerintah
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang upaya
memajukan pelaku UMKM melalui pemberdayaan usaha, sehingga para
pelaku UMKM dapat hidup sejahtera dan menyumbangkan hasil
pendapatannya terhadap PDRB.
3. Bagi Akademis
Sebagai salah satu bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan
dibidang ekonomi pembangunan khususnya ekonomi mikro tentang
pengaruh pemberdayaan terhadap efisiensi UMKM.
4. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman berharga dan kesempatan bagi peneliti untuk
menerapkan teori maupun konsep yang sudah diperoleh selama duduk di
bangku kuliah, terutama menyangkut tentang ekonomi mikro. Serta
sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Ekonomi
Pembangunan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Bagi Penulis Lainnya
Memberikan wacana pengetahuan di bidang ekonomi mikro, sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat, kontribusi maupun referensi
penelitian yang akan datang.
6. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan keilmuan tentang ilmu ekonomi studi
pembangunan khusunya ekonom mikro.
13
E. METODE PENELITIAN
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan teori
produski StochasticFrontier Analisis version 4.1. Dalam fungsi produksi ini
akan mengetahui variabel tenaga kerja, modal, sebagai variabel X, apakah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi UMKM di
Sukoharjo. Maka secara matematis model penduga fungsi produksi Stochastic
Frontier UMKM di Sukoharjo sebagai berikut (Laksmayani, Alam, &
Effendy, 2015)
Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3Z1 (vi – ui)
Dimana :
Y = Jumlah Produksi
X1 = Modal (Rupiah)
X2 = Tenaga Kerja (Orang)
Z1 = Pemberdayaan (Frekuensi)
β0 = Intercept
( vi – ui ) = Error usaha n
Untuk analisis mengenai tingkat efisiensi teknis penggunaan input
produksi dalam UMKM di Sukoharjo akan terlihat secara otomatis dalam hasil
output sofware Frontier version 4.1.
Analisis efisiensi teknis dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut
(Amri, 2013) :
14
Dimana :
ET = Tingkat efisieni teknis
Yi = Besarnya produksi (output)
Ŷi = Besarnya produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang
diperoleh dari fungsi produksi Frontier Cobb- Douglas.
F. SISTEMATIKA PENELITIAN
1. BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
2. BAB II merupakan tinjauan pustaka yang membahas mengenai landasan
teori tentang variabel, penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti,
hipotesis atau jawaban sementara yang masih bersifat praduga sebab
masih harus dibuktikan kebenarannya.
3. BAB III merupakan metode penelitian yang berisi tentang desain
penelitian, subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengambilan sample, definisi operasional variabel,dan metode analisis.
4. BAB IV merupakan hasil Penelitian dan pembahasan yang dilakukan
berisi tentang keadaan geografis, kondisi sosial masyarakat, kondisi
UMKM, gambaran umum responden dan analisis data.
5. BAB V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
yang direkomendasikan.