13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu bagian dalam kehidupan manusia yang berbicara dan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan salah satu media bagi manusia untuk berekspresi sesuai dengan keinginannya karena tidak ada batasan bagi siapa pun dan kapan pun boleh mengambil sebuah sastra sebagai sebuah karya seni. Dalam fenomena kehidupan, kenyataannya manusia adalah tokoh utama sebagai pencetus ide atau gagasan dalam menciptakan suatu hasil sastra. Berbagai permasalahan kehidupan individu atau masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan atau ide dalam penciptaan suatu karya sastra berdasarkan kehidupannya. Manusia, karya sastra, dan kehidupannya berjalan secara beriringan, ketiganya memiliki hubungan timbal balik yang saling berpengaruh. Maka dari itulah sastra memberikan warna bagi kehidupan masyarakat dan drama hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang memiliki dua dimensi. Dalam dimensi pertama, drama dipandang sebagai sebuah seni sastra dan dimensi yang kedua dapat dipandang sebagai seni pertunjukkan. Drama sebagai seni pertunjukan tidak hadir begitu saja. Pertunjukan drama ini tentunya hadir atas dasar pengelolaan karya sastra yang tentunya berbentuk drama. Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke dalam bentuk karya dengan diterima pengarang melalui indera perasa, baik melalui pendengaran, penglihatan bahkan perasaannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah salah satu bagian dalam kehidupan manusia yang berbicara

dan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan salah satu

media bagi manusia untuk berekspresi sesuai dengan keinginannya karena tidak

ada batasan bagi siapa pun dan kapan pun boleh mengambil sebuah sastra sebagai

sebuah karya seni. Dalam fenomena kehidupan, kenyataannya manusia adalah

tokoh utama sebagai pencetus ide atau gagasan dalam menciptakan suatu hasil

sastra. Berbagai permasalahan kehidupan individu atau masyarakat dapat

dijadikan sebagai bahan atau ide dalam penciptaan suatu karya sastra berdasarkan

kehidupannya. Manusia, karya sastra, dan kehidupannya berjalan secara

beriringan, ketiganya memiliki hubungan timbal balik yang saling berpengaruh.

Maka dari itulah sastra memberikan warna bagi kehidupan masyarakat dan

drama hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang

memiliki dua dimensi. Dalam dimensi pertama, drama dipandang sebagai sebuah

seni sastra dan dimensi yang kedua dapat dipandang sebagai seni pertunjukkan.

Drama sebagai seni pertunjukan tidak hadir begitu saja. Pertunjukan drama ini

tentunya hadir atas dasar pengelolaan karya sastra yang tentunya berbentuk

drama. Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang

pengarang yang dituangkannya ke dalam bentuk karya dengan diterima pengarang

melalui indera perasa, baik melalui pendengaran, penglihatan bahkan perasaannya

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

2

ketika mengalami sebuah kejadian. Setelah diterima, perjalanan batin tersebut

langsung diolah di dalam otak pengarang, diproses dan disaring dengan perasaan

lalu jadilah sebuah karya setelah ditulis menjadi sebuah karya yang utuh.

Berdasarkan uraian tersebut, di dalam pertunjukan tradisional pasti

terkandung nilai-nilai yang dapat dijadikan cerminan, barometer bahkan filtrasi

manusia dalam menjalani kehidupan salah satunya adalah nilai pendidikan

karakter yang menjadi ciri khas seseorang. Melalui pertunjukan tradisional maka

seseorang akan mampu melihat watak seseorang karena karakter merupakan

watak seseorang yang sudah melekat dalam diri serta pribadi kesehariannya.

Berdasarkan Kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia dalam

kurikulum 2013 dengan pembelajaran berbasis teks bertujuan agar dapat

membawa peserta didik sesuai perkembangan mentalnya, dan menyelesaikan

masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Dalam penerapannya,

pembelajaran bahasa Indonesia memiliki prinsip, yaitu (1) bahasa hendaknya

dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah

kebahasaan. (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk

kebahasan untuk mengungkapkan makna. (3) bahasa bersifat fungsional, artinya

penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dipisahkan dari konteks, karena

bentuk bahasa yang digunakan mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi

pemakai/penggunanya. (4) bahasa merupakan sarana pembentukan berpikir

manusia.

Berkaitan dengan hal di atas, khususnya poin 3 dapat ditafsirkan bahwa

pembelajaran sastra pada hakikatnya dimaksudkan untuk mencerminkan ide,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

3

sikap, nilai, dan ideologi pemakai/penggunanya sehingga mampu menjadikan

bahasa sebagai sarana pembentukan berpikir manusia. Lebih rincinya pengajaran

sastra merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai

yang terkandung dalam karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati

pengalaman-pengalaman yang disajikan itu.

Nilai beserta sikap yang dimaksud dalam tujuan tersebut berkaitan dengan

sebuah pembentukan karakter yang ada dalam diri seorang siswa. Dalam dunia

pendidikan dan sosial, karakter seseorang sangat diperlukan sebagai tolok ukur

utama sifat individu tersebut. Oleh sebab itu di sektor formal pendidikan karakter

menjadi hal yang sangat penting karena pendidikan karakter ternyata juga

diimplisitkan melalui proses pembelajaran melalui Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang memuat sikap-sikap yang harus dimiliki siswa setelah

proses pembelajaran selesai. Selain itu, guru juga dapat mengawali dan

mengakhiri proses pembelajaran dengan pelajaran-pelajaran terpetik berupa cerita

yang mampu membuat siswa berpikir dua kali untuk melakukan perilaku

menyimpang. Hal-hal yang terjadi di sekolah pun dapat dijadikan sebagai bahan

untuk pembelajaran karakter bagi siswa.

Pengembangan secara tidak langsung ini yang seringkali membuat siswa

tidak menyadari ketika dalam proses pemerolehan kompetensi pengetahuan ternyata

juga memuat kompetensi keagamaan dan sosial yang menjadi bagian dari ranah sikap

atau afektif. Maka dari itulah dalam hal ini Guru juga harus pandai dalam mencari

celah yang tepat untuk menyampaikan nilai-nilai karakter kepada siswa. Hal itu

dilakukan agar siswa mampu menerima dengan baik dan mampu menerapkannya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

4

Bahkan, pengembangan nilai karakter dalam suatu materi ajar lebih mudah diingat

oleh siswa daripada hanya dilisankan saja. Sama halnya dengan penanaman amanat

pada suatu cerita yang lebih mudah diingat daripada teorinya.

Berbicara mengenai karakter, dewasa ini karakter masih menjadi topik

perbincangan nasional. Hal ini disebabkan karakter anak bangsa yang menjadi

sebagai penerus ini semakin lama semakin hilang kepopularitasnya karena masih

banyak kasus kenakalan remaja yang dilakukan para pelajar. Maraknya tawuran,

minum-minuman keras, narkoba, pergaulan bebas di kalangan pelajar, merupakan

wujud penyimpangan yang mengakibatkan kemerosotan moral di kalangan

remaja. Pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah dan di

lingkungan keluarga dirasa belum cukup untuk menanamkan pendidikan karakter

dalam diri remaja. Banyak tindak kriminal dan krisis moral di kalangan remaja

yang memprihatinkan.

Berangkat dari hal tersebut maka pendidikan karakter menjadi sangat

diperlukan ketika menghadapi krisis karakter yang saat ini banyak dimiliki anak

bangsa. Krisis karakter tersebut akhirnya menggerakkan segala jenis sektor untuk

berlomba-lomba menanamkan nilai karakter dalam diri manusia. Maka dari itulah

nilai pendidikan karakter sebenarnya bisa diperoleh dan dipelajari dari berbagai

hal. Mulai dari agama, sejarah, budaya, adat istiadat, bahkan kesenian termasuk

seni pertunjukan. Melalui seni pertunjukan ketoprak sebenarnya dapat

dimasukkan pendidikan karakter terutama menyangkut nilai-nilai nasionalisme

dan kejuangan. Lebih-lebih jika mengingat bahwa melalui pertunjukan termasuk

ketoprak, bisa diperoleh berbagai hal yang bermuara pada pendidikan karakter.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

5

Dirumuskan dalam kurikulum 2013 khususnya Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII dalam kompetensi inti berisi bahwa siswa harus mampu

mengidentifikasi unsur-unsur drama (tradisional dan modern) yang disajikan

dalam bentuk pentas atau naskah dengan kompetensi dasar bahwa siswa mampu

menginterpretasi drama (tradisional dan modern) yang dibaca dan

ditonton/didengar. Maka dari itulah mengintepretasi dalam hal ini adalah

bagaimana siswa mampu mengelola apa yang terdapat dalam pertunjukan

tradisional yang ditontonnya sebagai pedoman dalam memahami nilai karakter

yang harus ditanamkan dalam dirinya sendiri.

Berpijak dari hal tersebut, maka peneliti mengkaji pertunjukan tradisional

ketoprak yang dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi siswa untuk mampu

mengadaptasi penanaman nilai karakter bangsa yang ada di dalamnya. Dalam hal ini

peneliti memilih pertunjukan tradisional ketoprak untuk dijadikan sebuah objek penelitian

dengan alasan bahwa mengingat fenomena globalisasi saat ini membuat siswa atau anak

lupa akan budaya tradisionalnya sendiri sehingga peneliti mengangkat ketoprak sebagai

wawasan bagi siswa untuk mengadaptasi nilai karakter yang ada di dalamnya untuk

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, untuk menciptakan sebuah

kecintaan anak atau siswa terhadap budaya lokal daerah yang menjadi sejarah

perkembangan bangsa Indonesia sehingga tidak lupa dan memahami mengenai

pertunjuakan tradisional ketoprak.

Senada dengan penjelasan Basuki (2007) bahwa ketoprak sebagai salah

satu kesenian daerah Jawa telah mampu mengundang banyak penonton dan

pendengar diberbagai pelosok Jawa. Hal ini disebabkan oleh penampilan ketoprak

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

6

sebagai teater tradisional yang mampu menggambarkan cerita yang telah berakar,

berdasarkan keteladanan yang luhur bangsa Indonesia pada masa silam, serta

merupakan refleksi kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Jawa khususnya

mengenai karakter kepribadian yang dimilikinya. Peranan dan fungsi kesenian

ketoprak dalam kehidupan masyarakat sangat terasa dan dapat diterima oleh

masyarakat, hal ini menyebabkan kesenian ketoprak tetap hidup dan berkembang

sampai saat ini dan berkembang sesuai dengan zamannya. Ketoprak merupakan

sarana komunikasi maupun informasi yang tradisional dalam penyampaiannya di

masyarakat (Lisbijanto, 2013: 36).

Melalui cerita yang disajikan dalam tema tertentu dan diperankan oleh

tokoh, maka akan dengan mudah peserta didik menyerap nilai karakter yang

muncul sehingga nantinya dapat ditanamkan pada diri peserta didik sebagai

refleksi diri atas cerita ketoprak yang sudah dilihat. Budaya ketoprak sangat

penting bagi masyarakat. Fungsi budaya ketoprak bagi masyarakat yaitu sebagai

sarana penghibur, sarana pendidikan, sarana dalam upacara adat atau ritual dan

lain-lain. Selain itu, dengan adanya kesenian ketoprak dapat memenuhi tuntunan

guna menyertakan nilai-nilai yang ada untuk mencintai, melestarikan budaya

bangsa dan menjadikan salah satu karakter bagi negara Indonesia. Dengan

menonton pertunjukan ketoprak, masyarakat bisa menyerap nilai-nilai

kemanusiaan dan moral di dalam setiap cerita terutama berasal dari tokoh utama

ketoprak tersebut.

Berangkat dari keterkaitan dan hubungan yang terjadi antara adaptasi nilai

pendidikan karekter yang diperoleh dari seni pertunjukkan melalui ketoprak, maka

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

7

peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan sebuah kajian mengenai nilai-nilai

pendidikan karakter yang ada dalam pertunjukan tradisional ketoprak

Siswobudoyo. Alasan mendasar peneliti memilih ketoprak Siswobudoyo sebagai

sebuah kajian penelitian dikarenakan beberapa tema ketoprak yang digunakan

adalah berkaitan dengan sejarah masa lampau negara Indonesia. Sehingga

menurut peneliti, hal tersebut sangat cocok untuk menjadi pijakan pembelajaran

karakter dalam diri siswa yang biasa diamati di setiap cerita dalam ketoprak

Siswobudoyo.

Apabila dilihat dari perjalanan ketoprak di Indonesia menurut Herry

Lisbijanto (2013 : 10) Ketoprak Siswobudoyo masuk pada periode ketoprak gaya

baru pada tahun 1958 – 1987. Hal ini berarti bahwa pertunjukan tradisional

Siswobudoyo ini memang pantas disajikan untuk anak-anak khususnya kelas VIII

SMP sesuai materi yang ada karena dengan Siswobudoyo mereka juga mampu

memahami kondisi bangsa Indonesia di masa lampau. Melalui ketoprak

“Siswobudoyo”, siswa kelas VIII khususnya dapat belajar bagaimana mampu

mengintepretasikan pertunjukan tradisional tersebut dalam watak atau karakter

yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan karakter pernah di lakukan oleh

Fujiastuti (2016) dengan judul “Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Budaya

Jawa (Ketoprak)” menjelaskan bahwa Ketoprak digunakan sebagai wahana

pendidikan karakter yang bertujuan untuk mengembalikan roh budaya Jawa di

antara generasi muda yang saat ini dinilai semakin pudar. Mayoritas remaja lebih

menggemari budaya praktis atau instan. Remaja semakin tidak mengenal sopan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

8

santun dan tata krama. Ketoprak perlu dikenalkan kepada generasi muda untuk

membentuk karakter karena kaya akan nilai budaya Jawa seperti tata krama, sopan

santun, dan hormat kepada orang tua. Oleh sebab itu, budaya ketoprak

mempunyai peran penting dalam penanaman pendidikan karakter. Ketoprak

sebagai media pendidikan karakter dapat dilihat dari dialog-dialog (bahasa) yang

digunakan dalam ketoprak dan dilihat dari cerita yang terkandung dalam ketoprak.

Perbedaan penelitan tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah nilai

karakter yang berusaha ditanamkan dalam diri seorang anak sedangkan penelitian

ini fokusnya adalah mengkaji nilai-nilai karakter apa saja yang ada dalam lakon

pertunjukkan tradisional siswobudoyo. Jika dilihat persamaannya adalah sama-

sama mengkaji mengenai budaya ketoprak yang dikaitkan dengan nilai karakter.

Penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan karakter juga pernah dilakukan

oleh Syafithri (2017) dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam

Biografi Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar

di SMA” bahwa kajian nilai pendidikan karakter yang ada dalam suatu biografi

atau objek kesenian lain mengandung nilai-nilai karakter yang dapat

dikembangkan sebagai bahan ajar di pendidikan SMA. Selain itu, penelitian oleh

Suryanto dkk (2016) yang berjudul “Kajian Struktural dan Pendidikan Karakter

Naskah Drama Panembahan Reso Karya W.S. Rendra untuk Pengembangan

Materi Ajarmata Kuliah Kajian dan Apresiasi Drama” mendukung bahwa Nilai-

nilai pendidikan karakter dalam naskah drama merupakan unsur terkait dan utama

membangun karakter seseorang melalui watak masing-masing tokohnya.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah objek

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

9

penelitian yang digunakan yaitu sebelumnya menggunakan novel sedangkan

penelitian selanjutnya ini akan menggunakan karya sastra berupa seni

pertunjukkan ketoprak tradisional yang akan dikaitkan dengan kompetensi

pembelajaran siswa di sekolah menengah pertama.

Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti memiliki ide dalam

pengembangan kajian yang berbeda dengan fokus penelitian yang sama mengenai

nilai pendidikan karakter dengan judul penelitian yakni “Pertunjukkan

Tradisional Ketoprak Siswobudoyo Lakon Pendekar Galungguh dan

Relevansinya dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter)”.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada aspek-aspek nilai pendidikan karakter yang

dikaji dalam pertunjukkan drama tradisional Siswobudoyo. Pembentukan nilai

pendidikan karakter bangsa berproses secara dinamis sebagai sebuah fenomena.

Hal inilah yang diangkat peneliti untuk dijadikan objek penelitian sehingga

berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian ini maka dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1) Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

pertunjukkan tradisional ketoprak Siswobudoyo?

2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam pertunjukkan

tradisional ketoprak Siswobudoyo dengan pembelajaran apresiasi drama?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

10

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

pertunjukkan tradisional Siswobudoyo.

2) Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam pertunjukkan

tradisional Siswobudoyo dengan dunia pendidikan dalam pembelajaran

apresiasi drama.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari hasil penelitian ini diharapkan

mampu memberikan manfaat bagi ilmu akademik terkait. Adapun manfaat teoretis

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi terkait

banyaknya nilai pendidikan karakter terutama dalam pertunjukkan tradisional

Siswobudoyo.

2) Merupakan salah satu kajian lintas disipliner antar ilmu sastra dengan kajian

nilai-nilai pendidikan karakter yang akan menambah keragaman teori serta

materi terkait.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

11

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi berbagai pihak utamanya yang membahas mengenai nilai-nilai

pendidikan karakter serta relevansinya terhadap dunia pendidikan. Adapun

manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu :

1) Memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai adanya nilai-nilai

pendidikan karakter yang didapatkan dari pertunjukkan tradisional

2) Memberikan gambaran terhadap pembaca untuk merefleksikan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.

3) Bagi peneliti, penelitian ini mampu menambah wawasan dan pengetahuan

terkait nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada pertunjukkan

tradisional Siswobudoyo utamanya di dunia pendidikan.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan Istilah yang terdapat dalam penelitian ini diuraikan untuk

menghindari adanya salah penafsiran penelitian pada istilah yang digunakan.

Adapun beberapa penegasan istilah yang diartikan dalam uraian berikut ini :

1) Nilai Pendidikan Karakter merupakan kepribadian yang mencakup beberapa

aspek yang luas, baik itu kualitas atau kekuatan mental seseorang. Berdasarkan

dengan gerakan penguatan pendidikan karakter tahun 2017 keseluruhan 18

nilai karakter kemudian dikristalisasi menjadi 5 nilai karakter utama. Menurut

Kemendikbud (2016: 9) kelima nilai karakter utama bangsa yang dimaksud

adalah Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong dan Integritas.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

12

a) Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang

Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama

dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung

tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan

lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

b) Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan

diri dan kelompoknya.

c) Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada

orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk

merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

d) Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai

semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan

bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/

pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

e) Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang

didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen

dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).

2) Relevansi adalah sebuah keseuaian atau kecocokan. Dalam hal ini Relevan

adalah bersangkut paut, berguna secara langsung yang terdapat pada dokumen

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44798/2/BAB I.pdf · Dalam hal ini naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya ke

13

yang dapat membantu penulis dalam memecahkan kebutuhan akan informasi.

Relevansi yang digunakan adalah kesesuaian terkait nilai pendidikan karakter

yang terdapat dalam pertunjukan tradisional ketoprak Siswobudoyo lakon

Pendekar Galungguh relevan dengan pembelajaran apresiasi drama.

3) Pertunjukkan tradisional ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat yang sangat

terkenal, khususnya didaerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Ketoprak

merupakan kesenian Jawa tradisional yang penyajiannya menggunakan bahasa

jawa. Jalan cerita di dalam pementasan Ketoprak bermacam-macam, mulai

dialog tentang sejarah, sampai cerita fantasi yang biasanya selalu didahului

dengan alunan tembang-tembang Jawa yang indah. Kostum dan dandanannya

selalu disesuasikan dengan adegan dan jalan cerita.