21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam laporan International Crisis Group tertanggal 6 September 2010 yang berjudul Illicit Arms in Indonesia, perampokan bersenjata yang terjadi di beberapa daerah seperti Medan pada tahun 2010 memiliki keterkaitan dengan jaringan kelompok teroris. Senjata-senjata yang digunakan dalam aksi perampokan adalah hasil selundupan dari Filipina bagian selatan maupun Thailand Selatan. 1 Tertangkapnya terduga pelaku teror di solo pada 31 Agustus 2012 serta ditemukannya barang bukti berupa pistol Baretta milik Filipina dengan kode PNP memberi isyarat bahwa penyelundupan senjata api terjadi begitu mudah di Indonesia. Kasus yang sama sebelumnya juga terjadi di Depok, bahkan perampokan Bank di Medan pada 2003 oleh International Crisis Group (ICG) diduga dilakukan oleh kelompok yang sama. Menurut ICG sirkulasi senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik seperti Maluku dan Poso. Di dalam era yang semakin mengglobal dan tanpa batas ini, penyelundupan dan perdagangan senjata ilegal tentu semakin mudah. Kegiatan 1 ICG Policy Briefing, Illicit Arms in Indonesia, Jakarta 6 September 2010. Dapat diakses di www.crisigroup.org

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam laporan International Crisis Group tertanggal 6 September 2010

yang berjudul Illicit Arms in Indonesia, perampokan bersenjata yang terjadi di

beberapa daerah seperti Medan pada tahun 2010 memiliki keterkaitan dengan

jaringan kelompok teroris. Senjata-senjata yang digunakan dalam aksi

perampokan adalah hasil selundupan dari Filipina bagian selatan maupun

Thailand Selatan.1 Tertangkapnya terduga pelaku teror di solo pada 31 Agustus

2012 serta ditemukannya barang bukti berupa pistol Baretta milik Filipina

dengan kode PNP memberi isyarat bahwa penyelundupan senjata api terjadi

begitu mudah di Indonesia. Kasus yang sama sebelumnya juga terjadi di Depok,

bahkan perampokan Bank di Medan pada 2003 oleh International Crisis Group

(ICG) diduga dilakukan oleh kelompok yang sama. Menurut ICG sirkulasi

senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik seperti

Maluku dan Poso.

Di dalam era yang semakin mengglobal dan tanpa batas ini,

penyelundupan dan perdagangan senjata ilegal tentu semakin mudah. Kegiatan

1 ICG Policy Briefing, Illicit Arms in Indonesia, Jakarta 6 September 2010. Dapat

diakses di www.crisigroup.org

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

2

ekonomi dan sosial tampak sudah meninggalkan batas-batas konvensional

negara. Teknologi menjawab tantangan menembus batas-batas konvensional

tersebut. Konsep ruang dan waktu tradisional yang sebelumnya selalu dapat

diperhitungkan menjadi kian tidak relevan. Dalam kondisi yang hampir tidak

mengenal batas-batas ruang dan waktu ini, pergerakan sosial, ekonomi, politik

dan lain sebagainya yang terjadi di satu belahan dunia akan mempengaruhi

belahan dunia lainnya. Gejolak ekonomi di Indonesia pada tahun 1998,

serangkaian serangan teror dimulai dari Bom Bali memberi dampak pada paling

tidak terhadap negara-negara tetangga.

Di sisi lain, pergerakan barang, jasa, uang dan orang yang semakin

tinggi tingkat frekuensinya membawa serta tantangan lain yang dapat

merugikan masyarakat. Pergerakan lintas batas ini dapat saja dimanfaatkan oleh

sekelompok orang untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal dan terror

seperti dalam kasus penyelundupan senjata oleh kelompok teroris di Solo dan

Depok. Seperti yang diungkapkan oleh Rahmanto, kejahatan lintas negara, yang

salah satunya adalah peredaran dan perdagangan senjata ilegal menjadi

konsekuensi dari betapa mudahnya lalu lintas barang dan orang melewati batas-

batas negara.2 Hal tersebut, bagi Rahmanto, menjadikan tindak kejahatan lintas

negara seperti penyelundupan manusia, perdagangan obat terlarang hingga

2 Rahmanto, Anggi Setio, Pola Penyelundupan dan Peredaran Senjata Api Ilegal

di Indonesia, Jurnal Kriminologi Indonesia vol. V, no. 2 Agustus 2009, hal. 31-46.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

3

eksploitasi kekayaan laut yang tidak bertanggung jawab, menjadi semakin

mudah.3

Dengan kondisi yang semakin tanpa batas ini, justru kejahatan lintas-

batas menjadi momok dan tantangan bagi negara. Terlepas dari dampak yang

ditimbulkan serta kerugian yang ditanggung oleh masyarakat dari aktifitas

perdagangan dan peredaran senjata kecil dan kaliber kecil ini, sesungguhnya

dalam tingkatan tertentu, hal tersebut mengancam kewibawaan negara serta

kedaulatannya. Dalam rumusan konseptual, kepentingan serta keamanan

nasional suatu negara, dalam hal ini Indonesia, menjadi terancam oleh sebab

terjadinya perdagangan senjata ilegal.

Dari sekian banyak tindak kejahatan, penyelundupan dan perdagangan

senjata ringan dan kaliber kecil (Small Arms and Light Weapon/SWAL)

menjadi sorotan tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Hal ini dapat diartikan

bahwa penyelundupan dan perdagangan senjata ringan dan kaliber kecil

menjadi awal mula lahirnya kejahatan-kejahatan lainnya seperti perampokan

bersenjata seperti di Medan tahun 2003 dan 2010 serta tindakan teror dengan

berbagai motif dan latar belakang. Harus diakui bahwa terorisme sendiri, seperti

yang tertuang dalam laporan ICG Agustus 2010, berkaitan erat dengan aktifitas

penyelundupan dan perdagangan senjata ilegal. Dalam hal karakteristik, seperti

yang tertuang dalam Peraturan Presiden no 46 2010 tentang pembentukan

3 Rachmanto, Ibid.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

4

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tindak kejahatan terorisme

dikategorikan sebagai kejahatan lintas negara.4

Seperti yang dipaparkan oleh Kemenlu dalam laman resminya, secara

umum, small arms (senjata kecil) meliputi beragam jenis alat pembunuh dari

senjata genggam sampai laras panjang. Meskipun belum ada kesepakatan

definisi, istilah small arms dipahami sebagai senjata api portable (dapat dibawa-

bawa) dan amunisinya yang didesain untuk penggunaan individual oleh militer.

Termasuk dalam hal ini adalah pistol; rifle dan carbine; senjata serbu; dan

senjata mesin ringan. Definisi mengenai small arms terus menjadi diskusi guna

mendapatkan pemahaman yang seragam.

Sedangkan light weapons (kaliber ringan) lebih berat dan lebih besar

dari small arms dan dirancang untuk digunakan oleh sebuah tim kecil atau crew

infantry. Termasuk dalam hal ini adalah man-portable firearms dan amunisinya;

light artillery guns; roket; serta guided missile yang digunakan terhadap tank,

pesawat atau fortification. Light weapons juga dapat meliputi senjata mesin

berat (heavy machine-guns), pelontar granat (hand-held under-barrel and

mounted grenade launcher), portable anti-tank dan rocket launcher systems,

serta mortir di bawah kaliber 100 mm. Light weapons sangat banyak

4 Lihat, Peraturan Presiden No 46 2010 tentang Pembentukan Badan Nasional

Pemberantasan Terorisme (BNPT)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

5

diproduksi, mudah disembunyikan, dan membutuhkan sedikit perawatan, atau

pelatihan penggunaan.

Satu dekade proyek global “perang terhadap terror” di sisi lain

masyarakat ineternasioal telah juga merambah permasalahan peredaran dan

perdagangan ilegal senjata ringan dan kaliber kecil. Hal ini tampak dari upaya

PBB pada tahun 2001 dalam pertemuan tahunannya menggagas instrumen

internasional dalam mencegah dan mengendalikan perdagangan dan peredaran

senjata ilegal dalam hal ini adalah senjata ringan dan kaliber kecil atau SALW.

Instrumen yang akhirnya menjadi suatu program aksi mengenai upaya untuk

memerangi perdagangan gelap senjata ringan dan kaliber kecil (Program of

Action to Prevent, Combat and Eradicate the Illicit Trade in Small Arms and

Light Weapons in All Its Aspects/POA), menjadi payung dan pedoman bagi

negara-negara di dunia dalam tataran praktis.

Seperti yang diutarakan oleh Kementrian Luar Negeri Indonesia dalam

situs resminya, Indonesia berkepentingan akan suatu pengaturan yang dapat

mencegah perdagangan gelap SALW. Panjangnya garis pantai, letak geografis,

dan situasi potensi konflik lokal di beberapa tempat di tanah air menjadikan

Indonesia sangat rentan terhadap kegiatan penyelundupan dan menjadi salah

satu tempat tujuan dari perdagangan gelap SALW. Hal ini dapat dilihat dari

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

6

contoh kasus di mana kelompok separatis dan teroris sering menggunakan

senjata selundupan dalam aksi-aksi mereka.5

Jika melihat catatan laporan dari ICG pada Agustus 2010 tentang senjata

ilegal di Indonesia, sumber dari peredaran senjata secara umum dapat dilacak

dari dua sumber yaitu luar dan dalam negeri.6 Dari segi sumber dalam negeri,

senjata-senjata tersebut berasal dari kepemilikan Polri dan TNI yang

peredarannya disebabkan oleh penjualan oleh oknum dalam institusi tersebut

maupun dirampas oleh pelaku kejahatan. Namun, yang menjadi sorotan dari

ICG terutama adalah maraknya korupsi dan penyalahgunaan wewenang dalam

tubuh institusi tersebut sehingga menyebabkan maraknya penjualan senjata

secara ilegal. Sumber lain juga bisa berasal dari kelompok sipil, khususnya

pembuatan senjata ilegal yang sering digunakan dalam tindak kejahatan serta

separatisme seperti di Aceh dan Papua.7

Dari segi sumber luar negeri, senjata-senjata tersebut diselundupkan dari

wilayah-wilayah konflik seperti di Mindanao, Filipina Selatan dan Pattani

Thailand Selatan. Senjata-senjata tersebut membanjiri daerah-daerah konflik di

Indonesia seperti Aceh, Maluku, Poso bahkan ke daerah-daerah yang tidak

terkena konflik komunal di Pulau Jawa seperti yang terungkap pada

5Kemenlu (07/07/10), Small Arms And Light Weapons, diakses dari >http://www.deplu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=17&l=id< pada 27/09/12.

6 ICG Policy Briefing, Illicit Arms in Indonesia, Jakarta 6 September 2010. Dapat diakses di www.crisigroup.org

7 Ibid.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

7

penangkapan teroris di Solo dan Depok. Ancaman yang ditimbulkan dari

peredaran senjata ini adalah gerakan disintergarasi dan separatisme serta

terorisme. Indonesia pantas meresponnya dengan segala upaya agar tetap

terjaganya keutuhan bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan

oleh Kemenlu di atas di mana Indonesia sangat berkepenting dalam meredam

laju peredaran senjata kecil dan kaliber ringan ilegal.

Terlepas dari belum adanya undang-undang yang mengatur secara

komprehensif mengenai aspek-aspek registrasi, marking and tracing, transfer,

maupun brokering dalam pengadaan SALW yang komprehensif di Indonesia,

seperti diutarakan Kemenlu, namun sudah terlihat usaha paling tidak dalam

kebijakan luar negeri untuk merespon fenomena tersebut. Terlebih lagi PBB

melalui UN PoA 2001 telah menyediakan suatu manual dari tindakan strategis

suatu negara dalam meresepon peredaran dan perdagangan senjata ringan dan

kaliber kecil ilegal. Dalam laporan tiap negara mengenai kemajuan dalam

implementasi UN PoA tersebut, Indonesia terhitung 2009 hingga sekarang telah

mengeluarkan laporan tentang pencapain dalam implementasinya.

Dengan melihat permasalahan di atas, hal ini menjadi relevan untuk

melihat kebijakan Indonesia dalam mencegah peredaran dan perdagangan

senjata kecil dan kaliber ringan (SALW).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di awal, maka

penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Kebijakan apa yang

diambil oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mengatasi peredaran senjata

kecil dan ringan ilegal di Indonesia”?

C. Kerangka Pemikiran

Dalam hal ini teori dan konsep akan membantu menjelaskan masalah-

masalah di atas. Konsep adalah abstraksi yang merepresentasikan sebuah objek,

karakter sebuah objek, atau fenomena tertentu.8 Salah satu fungsi dari konsep

adalah mensistematisasikan ide-ide, persepsi-persepsi, dan simbol-simbol dalam

bentuk klasifikasi dan generalisasi.9 Sedangkan teori membantu menjelaskan

dan memprediksi suatu fenomena tertentu. Menurut McCain dan Sagal, teori

adalah sekumpulan pernyataan-pernyataan yang terhubung yang mengandung

hal-hal berikut: (1) kalimat-kalimat yang memperkenalkan pemaknaan serta

mengacu pada konsep-konsep dasar, (2) kalimat-kalimat yang terhubung pada

konsep-konsep dasar, (3) kalimat-kalimat yang terhubung pada pernyataan-

pernyataan teoritis dengan sekumpulan analisis empiris atas objek (hipotesa).10

8 Mochtar Mas’oed, Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi (Jakarta:

LP3ES, 1990), p.p. 93-94 9 Ibid., p. 95 10 Ibid., p. 187

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

9

Teori juga merupakan uraian yang menjelaskan variabel-veriabel dan

hubungan antar variabel berdasarkan konsep dan definisi tertentu. Dalam hal ini

teori akan membantu dalam menerangkan fenomena yang difokuskan pada

artikulasi kebijakan Indonesia dalam hal penanggulangan peredaran dan

perdagangan senjata kecil dan kaliber ringan ilegal. Dalam hal ini, penulis akan

menggunakan konsep kebijakan publik dalam menerangkan upaya pemerintah

Indonesia dalam menanggulangi peredaran senjata kecil dan ringan ilegal.

1. Konsep Senjata Kecil Kaliber Ringan (Small Arm Light

Weapon/SALW)

Seperti yang dipaparkan oleh Kemenlu dalam laman resminya, secara

umum, small arms (senjata kecil) meliputi beragam jenis alat pembunuh dari

senjata genggam sampai laras panjang. Meskipun belum ada kesepakatan

definisi, istilah small arms dipahami sebagai senjata api portable (dapat dibawa-

bawa) dan amunisinya yang didesain untuk penggunaan individual oleh militer.

Termasuk dalam hal ini adalah pistol; rifle dan carbine; senjata serbu; dan

senjata mesin ringan. Definisi mengenai small arms terus menjadi diskusi guna

mendapatkan pemahaman yang seragam.

Sedangkan light weapons (kaliber ringan) lebih berat dan lebih besar

dari small arms dan dirancang untuk digunakan oleh sebuah tim kecil atau crew

infantry. Termasuk dalam hal ini adalah man-portable firearms dan amunisinya;

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

10

light artillery guns; roket; serta guided missile yang digunakan terhadap tank,

pesawat atau fortification. Light weapons juga dapat meliputi senjata mesin

berat (heavy machine-guns), pelontar granat (hand-held under-barrel and

mounted grenade launcher), portable anti-tank dan rocket launcher systems,

serta mortir di bawah kaliber 100 mm. Light weapons sangat banyak

diproduksi, mudah disembunyikan, dan membutuhkan sedikit perawatan, atau

pelatihan penggunaan.

Menurut United Nations’s Group of Goverment Expert pada tahun 1997,

small arms dirancang untuk penggunaan satu orang termasuk: Revolvers, self-

loading, pistols, rifles (senapan) dan carbine, sub-machine-guns, assault rifles

and light-machine guns. Sementara itu, light weapon dirancang untuk

penggunaan satu kru (yang terdiri dari dua atau lebih orang) atau pasukan kecil

termasuk: Heavy machine-guns, grenade launchers, small mortars, mobile anti-

aircraft dan anti-tank guns, mobile rocket launchers, shoulder-fired anti-

aircraft missile launcher, dan mortars dengan kaliber di bawah 100 mm.

Amunisi termasuk: Cartridges untuk small arms, shells dan missiles untuk light

weapons, anti-personnel, dan anti-tank grenades, landmines, bahan peledak,

dan shells untuk single-actions anti-aircraft dan anti-tank system11.

11 United Nations’s Group of Goverment Expert, 2007, Consequences of The

Proliferation and Misuse of Small Arms and Light Weapon. Diakses dari >http://www.fas.org/asmp/campaigns/smallarms/sawg/2006factsheets/SAWG_Small_Arms_Fact_S heet_2006.pdf<. Diakses pada 01/10/2012.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

11

Sementara itu, menurut dokumen yang oleh Majelis Umum PBB (United

Nations Assembly Document) No. A/52/298 yang dikeluarkan pada tanggal 27

Agustus 1997, small arms adalah “senjata-senjata yang khusus dibuat dengan

spesifikasi militer yang didesain untuk digunakan secara perorangan dan

berbeda dari senjata berat yang membutuhkan beberapa orang untuk

mengoperasikan dan memeliharanya12. Sedangkan, menurut Amnesty

Internasional, SALW ialah senjata yang dapat dibawa dan digunakan oleh satu

atau dua orang, termasuk senapan gengam, assault rifles (jenis senjata), senapan

mesin, peluncur granat, anti-tank atau senjata anti-pesawat udara dan motar

cahaya. Senjata ringan, amunisi, granat, ranjau darat dan peledak juga

merupakan bagian dari kategori ini13.

Karena sifatnya yang sangat mudah dibawa dan dioperasikan, SKKR

menjadi ancaman laten bagi kedaulatan negara. Kelompok separatis dan teroris

sering memanfaatkan SKKR dalam setiap tindakan ofensif mereka, maka tidak

heran jika kemudian peneyelundupan serta peredaran SKKR illegal yang sangat

mengancam keamanan lintas negara ini digolongkan sebagai kejahatan lintas

negara (transnational crime).

12 Philips Jusario Vermonte, Problematikan Peredaran Small Arms di Kawasan

Asia Tenggara: Thailand, Filipina dan Indonesia, dalam jurnal “Analisis CSIS Terorisme dan Keamanan Manusia” Tahun XXXII/2003 No. 1. CSIS Indonesia 2003. Hal 61

13 Amnesty Internasional, Small Arms and International Humanitarian Law, >http://www.amnestyinternationalusa.org<, diakses pada 01/10/12

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

12

Mengenai kejahatan lintas negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah

mengeluarkan Resolusi 55/25 mengenai United Nations Convention against

Transnational Organized Crime. Dalam Konvensi ini ditentukan bahwa suatu

kejahatan bersifat transnasional, jika dalam kejahatan tersebut melibatkan lebih

dari satu negara. Misalnya dilakukan di dua negara atau lebih, dilakukan di

suatu negara namun dipersiapkan, diawasi atau dikontrol dari negara lain,

dilakukan di suatu negara tetapi melibatkan organisasi kriminal yang

beraktifitas di lebih dari satu negara dan dilakukan di suatu negara tetapi

berdampak di negara lain14.

2. Kebijakan Pemerintah/Publik

Kebijakan publik adalah keputusan atau peraturan yang dibuat oleh yang

berwenang untuk mengatasi masalah publik, sehingga diharapkan tujuan

organisasi dapat dicapai dengan baik. Ciri utama kebijakan publik adalah suatu

peraturan atau ketentuan yang diharapkan dapat mengatasi masalah publik.

Cohran dan Malone mengemukakan: “public policy is the study of

14 United Nations Convention against Transnational Organized Crime Resolution

No. 55/25 Chapter 3/2. Disebutkan bahwa kejahatan lintas negara adalah jika: First, it is committed in more than one State; second, it is committed in one State but a substantial part of its preparation, direction or control takes place in another State; third, it is committed in one State but involves an organized criminal group that engages in criminal activities in more than one State; or fourth, it is committed in one State but has substantial effects in another State.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

13

government’s decision and actions designed to deal with matter of public

concern”15.

Dari pengertian di atas, maka keputusan Presiden, Menteri, Direktorat

Jendral, Direktur Departemen terkait pada dasarnya merupakan Kebijakan

Publik. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang dilakukan

pemerintah, bagaimana mengerjakannya, mengapa perlu dikerjakan dan

perbedaan apa yang dibuat. Dye seperti yang dikutip Winarno berpandangan

lebih luas dalam merumuskan pengertian kebijakan, yaitu sebagai pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.16

Dengan mengacu pada pandangan Dye, maka keputusan-keputusan

pemerintah adalah kebijakan, namun membiarkan sesuatu tanpa ada keputusan

juga merupakan kebijakan. Kebijakan public pada dasarnya tidak permanen,

tapi harus selalu disesuaikan, karena adanya perubahan keadaan, baik masalah

politik, sosial, ekonomi maupun adanya informasi yang berubah. perubahan

kebijakan publik dilakukan setelah adanya evaluasi. perubahan dalam kebijakan

dalam kebijakan publik dengan demikian adalah dinamis mengikuti perubahan

yang didorong oleh perubahan lingkungan di luar maupun di dalam organisasi

15 Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik,Yogyakarta: Media

Pressindo 16 Winarno, Budi. Ibid.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

14

publik tersebut. Ciri utama kebijakan publik seperti diutarakan oleh Plester dan

Stewart adalah “formulated, implemented and evaluated”.17

Munculnya permasalahn publik adalah titik awal dari perlunya

keputusan pemerintah untuk membuat kebijakan. Masalah itu sendiri timbul

karena adanya faktor ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan

sarana. Dalam menyusun suatu kebijakan, urut-urutan perlu dilalui, dari mulai

perumusan masalah, dan diakhiri dengan penghentian kebijakan. Lester dan

Stewart menyusun tahapan dalam enam langkah18:

1. Agenda Setting (penyusunan agenda)

2. Policy Formulation (penyusunan kebijakan)

3. Policy Implementation (penerapan kebijakan)

4. Policy Evaluation (evaluasi kebijakan)

5. Policy Change (pergantian/penyesuaiam kebijakan)

6. Policy Termination (penghapusan kebijakan)

Pada tahap penyusunan agenda, pembuat kebijakan akan mengumpulkan

masalah-masalah publik. Dari masalah-masalah yang dikumpulkan, kemudian

dianalisa dan diikuti dengan penyusunan pembuatan kebijakan. siklus

berikutnya ialah menerapkan kebijakan tersebut dalam masyarakat, dan diikuti

degan mengevaluasi. Dengan menganalisis hasil evaluasi, dibuatlah

17 James P. Lester and Joseph Stewart, 2000, Public Policy: an Evolutionary

Approach. The University of California: Wadsworth Thomson Learning. 18 James P. Lester and Joseph Stewart, Ibid.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

15

penyesuaian atau perubahan bagi penyempurnaan Kebijakan. Langkah terakhir

dari siklus pembuatan kebijakan ialah mengakhiri kebijakan karena tujuan

sudah tercapai.

Dalam hal merespon maraknya peredaran senjata kecil kaliber ringan

ilegal serta penyalahgunaannya, pemerintah Indonesia melalui Kementerian

Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Departemen Pertahanan, Tentara

Nasional Indonesia (TNI), Polri, BIN, Kementerian Hukum dan HAM serta

Kementerian Perdagangan membentuk satu institusi payung yang disebut

Interdepartmental Working Group (IWG)19. Institusi ini bertugas mengawal

setiap kebijakan yang menyangkut regulasi, sirkulasi serta produksi senjata

kecil dan kaliber ringan. Dalam hal regulasi misalnya pembuatan serta produksi

senjata hanya boleh dilakukan oleh PT. Pindad. Segala aktifitas produksi senjata

di luar PT. Pindad, kecuali impor atas ijin pemerintah, bisa dikategorikan

sebagai tindakan ilegal dan dikenai sangsi hukum.

Dalam perkembangannya, setiap institusi pemerintah yang tersebut di

atas mengeluarkan kebijakannya masing-masing dalam menanggulangi

peredaran senjata ilegal. Polri misalnya melalui surat keputusan Kapolri no.

Skep/82/II/2004 menegaskan bahwa Polri memiliki kewenangan mengawasi

peredaran senjata di masyarakat dengan koordinasi dengan TNI serta Badan

19 Indonesia National Report 2007-2008 on Impelentation of the United Nations

Program of Action to Prevent, Combat and Eradicate the Illicit Trade in Smalls Arm and Light Weapons in All Its Aspects.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

16

Intelijen. Segala aktifitas penggunaan serta kepemilikan senjata di masyarakat

harus sepengetahuan dari Polri berkoordinasi dengan TNI dan Intelejen20.

Dalam perspekti kebijakan publik, keputusan Kapolri dapat dilihat

dalam rangka merespon masalah yang dihadapi oleh masyarakat akibat dari

peredatan dan penyalahgunaan senjata kecil dan kaliber ringan. Dengan melihat

dampak yang dapat ditimbulkan oleh peredaran senjata kecil kaliber ringan ini

seperti diuraikan dalam latar belakang masalah, maka pemerintah perlu

menindaklanjutkan setiap uapaya pencegahan dan penannggulangan dari

keberadan senjata kecil kaliber ringan ilegal.

Namun, sifat dari pola peredaran dan penyelundupan SKKR ilegal yang

melampaui batas-batas negara, sehingga digolongkan sebagai kejahatan lintas

negara, maka kebijakan pemerintah yang melingkupi dalam negeri saja tidak

cukup. Hal ini, selain juga SKKR menjadi perhatian setiap negara di dunia

terlebih melalui PBB, permasalahan yang sama juga dihadapi negara-negara

lain khususnya negara-negara ASEAN. Maka kebijakan yang komprehensif

sangat diperlukan guna menanggulangi peredaran dan perdagangan SKKR

ilegal.

Dalam hal ini, kerjasama pemerintah Indonesia dengan negara-negara

lain juga merupakan bagian integral dari kebijakan pemerintah di dalam negeri.

Kerjasama tersebut bisa dilihat dari kesepakatan-kesepakatan yang tertuang

20 Ibid.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

17

dalam perjanjian dan kerjasama keamanan sesam negara anggota ASEAN. Hal

ini seperti yang diungkapkan oleh William D. Coplin, pemecahan permasalahan

bersama antar negara hanya mungkin jika mereka memiliki kesepakatan

bersama tentang potensi ancaman serta bentuk permasalahan tersebut21.

Menurut Coplin, setidaknya ada dua motivasi dalam kerjasama antar-negara

yang dalam hal ini juga mengacu pada uapaya penanggulangan peredaran dan

perdagangan SKKR ilegal. Pertama, permasalahan yang bersifat lintas batas

mendorong pemerintah negara-negara untuk bekerjasama. Hal ini bisa dikaitkan

sebagai kesamaan pandangan terhadap satu permasalahan bersaman. Kedua,

efisiensi serta efektifitas yang lebih yang didapat jika kerjasama dilakukan

antar-negara dalam merespon suatu permasalahan bersama yang bersifat lintas

batas22.

D. Hipotesa

Kebijakan Indonesia dalam memerangi peredaran senjata ringan dan

kaliber kecil dapat dilihat 1) pemerintah mengambil kebijakan law enforcement

di level nasioanl, 2) pemerintah mengambil kebijakan menjalin kerjasama luar

negeri khususnya dengan negara-negara di ASEAN. Hal tersebut dilakukan

karena dari akibat yang ditimbulkan dari peredaran dan perdagangan senjata

21 Coplin, William D, 2003, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Edisi Kedua, Bandung: Percetakan Sinar Baru Algensindo, hal. 284. Penerjemah: Marsedes Marbun.

22 Coplin, William D, Ibid. hal. 284

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

18

ilegal tersebut yaitu disintegrasi, separatisme, terorisme serta kejahatan yang

melibatkan penggunaan senjata.

E. Jangkaun Penelitian

Penelitian ini akan fokus pada kebijakan Indonesia dalam hal

penanggulangan peredaran dan perdagangan senjata kecil dan kaliber ringan

(SKKR) dari tahun 2009 hingga 2011. Hal ini diambil karena pada tahun 2009

hingga sekarang Indonesia mulai melaporkan sejauh mana usaha Indonesia

dalam menanggulangi peredaran dan perdaganagn SKKR. Dalam hal ini,

laporan 2009 menunjukkan kinerja tahun 2007 dan 2008 dalam hal hal

penanggulangan peredaran dan perdagangan senjata kecil dan kaliber ringan

(SALW). Ini menunjukkan bahwa mulai tahun 2007, Indonesia tampak lebih

siap secara infrastruktur maupun legislasi dalam menanggulangi peredaran dan

perdagangan SKKR. Namun, demi membatasi lingkup jangkauan periode, maka

penelitian ini mengambil studi kasus 2009 hingga 2011, agar mampu melihat

data yang paling kontemporer dari usaha Indonesia dalam penanggulangan

SKKR ilegal.

.

F. Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui prosedur yang benar dalam penelitian

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

19

2. Mengetahui bagaimana menggunakan perspektif dan konsep tertentu

dalam suatu penelitian yang melibatkan operasionalisai konsep.

3. Mendalami kebijakan Indonesia dalam menangani peredaran dan

perdagangan senjata kecil dan kaliber ringan ilegal.

4. Menyelesaikan studi Strata 1 di Universeitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

G. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang dipakai untuk meneliti dalam tulisan ini

dibedakan menjadi 2 yaitu, Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisa

Data.

1. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah studi

pustaka. Penulis akan mengumpulkan informasi tentang kebijakan pemerintah

Indonesia dalam menanggulangi peredaran dan perdagangan senjata kecil

ringan (SKKR) ilegal, maupun data tentang perkembangannya secara umum

dari jurnal, majalah, surat kabar, ensiklopedia dan media-media informasi

lainnya seperti Internet.

2. Metode Analisa Data

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

20

Dalam melakukan analisa data, penulis akan menggunakan metode

deskriptif, analitis dan prediktif. Segala aspek dalam hal kebijakan pemerintah

Indonesia dalam hal penanggulangan peredaran dan perdagangan senjata kecil

dan kaliber ringan (SALW) akan menjadi sorotan utama dalam penulisan ini.

Sedangkan konsep kebijakan publik akan dijadikan alat untuk menganalisis

fakta dan data yang diperoleh.

H. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang akan membicarakan alasan pemilihan

judul, tujuan penulisan, latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan

teoritik (konsep politik dan kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional),

hipotesa, metodologi penelitian, jangkauan penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Menjelaskan tentang masalah peredaran senjata kecil dan kaliber ringan

ilegal secara umum dan Indonesia secara spesifik

Bab III mendiskusikan tentang penegakan hukum dalam penanggulangan

peredaran dan perdagangan senjata ilegal di Indonesia

Bab IV membahas tentang kebijakan Indonesia dalam hal kerjasama dengan

negara lain di ASEAN dalam penanggulngan peredaran dan perdagangan

senjata kecil dan kaliber ringan ilegal.

Bab V Kesimpulan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah , …thesis.umy.ac.id/datapublik/t39622.pdf · senjata illegal juga banyak ditemukan di daerah-daerah bekas konflik ... contoh kasus di mana

21