Upload
nguyenkhue
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia Syarief
Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai 2 juta unit, menurut Syarief,
sampai dengan Desember 2012 UMKM mencapai 55,2 juta unit (www.
economy.okezone.com). Pada tahun 2010 jumlah UMKM sebesar 53.828.569 unit
dengan usaha mikro 53.207.500 unit, sedangkan pada tahun 2011 jumlah UMKM
yaitu sebesar 55.206.444 unit dengan jumlah usaha mikro sebesar 54.559.969
unit, usaha kecil 602.195 unit, dan usaha menengah 44.280 unit (www.bi.go.id).
Hal ini menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah UMKM semakin meningkat.
Semakin banyak jumlah UMKM, maka dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan
UMKM akan semakin besar.
Tabel 1.1
Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Tahun 2009-2012
(Miliar Rupiah)
Baki Debet 2009 2010 2011 2012
Kredit mikro 255.148,6 284.001,9 323.844,0 325.965,0
Kredit Kecil 284.017,9 395.769,9 515.181,5 636.146,3
Kredit
Menengah
227.734,9 281.936,9 352.833,5 438.018,0
Sumber : Data Kredit UMKM Tahun 2009-2012 (data diolah kembali)
(www.bi.go.id)
2
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahun 2009 perkembangan baki debet kredit UMKM yang diberikan
oleh perbankan sesuai dengan plafon, yaitu usaha mikro (Rp 0 – Rp 50 juta)
sebesar Rp 255.148,6 miliar, dan setiap tahun mengalami peningkatan, dan dari
tahun 2009-2012 yang terbesar pada tahun 2012 sebesar Rp 325.965,0 miliar.
Sedangkan untuk usaha kecil (>Rp 50 juta – Rp 500 juta) perkembangan baki
debet pada tahun 2009 sebesar Rp 284.017,9 miliar, dan terus meningkat hingga
tahun 2012 perkembangan baki debet kredit sebesar Rp 636.146,3 miliar.
Sementara untuk usaha menengah (>Rp 500 juta – Rp 5 miliar) pada tahun 2009
sebesar Rp 227.734,9 miliar, dan mengalami peningkatan sehingga pada tahun
2012 perkembangan baki debet kredit sebesar Rp 438.018,0 miliar. Setiap tahun
perkembangan baki debet yang diberikan oleh perbankan terus meningkat, baik
bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Perkembangan baki debet kredit
yang paling besar yaitu ditempati oleh usaha kecil, sedangkan yang terakhir yaitu
usaha mikro. Padahal usaha mikro adalah usaha yang paling banyak ada di
masyarakat Indonesia, tetapi ternyata perkembangan baki debet kreditnya lebih
kecil daripada usaha kecil dan usaha menengah yang jumlahnya jauh lebih sedikit
daripada usaha mikro.
UMKM pada saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan ekonomi di
masyarakat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan UMKM setiap tahunnya.
Masyarakat berpikir bahwa dengan mendirikan UMKM dapat meningkatkan taraf
hidup dan tentu pendapatannya akan meningkat. Banyak sekali permasalahan
yang dihadapi oleh UMKM, terutama mikro, karena usaha mikro masih minim
3
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
modal dan aset pun hanya terbatas, sehingga untuk mengajukan pembiayaan di
bank akan sedikit sulit, karena terbentur oleh jaminan. Usaha mikro memerlukan
lembaga keuangan yang dapat memberikan pembiayaan yang tidak memberatkan
usahanya.
Dalam Booklet Perbankan (2012, 15-16) ada beberapa permasalahan yang
menyebabkan sulitnya akses terhadap layanan jasa keuangan bagi masyarakat baik
dari sisi penawaran maupun permintaan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Desain dan Pola Pelayanan. Sebagai contoh, pada produk tabungan
yang biaya administrasinya dirasa berat bagi masyarakat kecil atau
tidak tersedianya layanan kredit harian bagi pedagang mikro,
menyebabkan mereka tetap menggunakan layanan kredit dari lintah
darat yang cicilannya dipungut langsung dari pedagang tersebut. Selain
itu, bank umumnya lebih mengutamakan kredit dalam jumlah besar
daripada kredit skala kecil yang dibutuhkan oleh UMKM.
2. Information gap. Kesenjangan informasi antara apa yang menjadi
persyaratan dan prosedur Bank maupun produk Bank dengan apa yang
umum diketahui oleh UMKM. Kesenjangan inilah yang memerlukan
jembatan penghubung antara masyarakat luas, khususnya UMKM,
dengan lembaga keuangan, terutama perbankan, sehingga
permasalahan dapat diidentifikasi dan pemecahan masalah disesuaikan
dengan permasalahan riilnya.
3. Masalah Legal atau Formalization Gap. Perikatan Bank dengan
nasabah umumnya diatur secara formal dengan persyaratan legal yang
ketat. Namun usaha mikro umumnya sulit untuk memenuhi
persyaratan formal bank seperti izin usaha, jaminan dalam bentuk
sertifikat sehingga akhirnya masyarakat miskin tidak mampu
memperoleh akses kredit yang memadai.
4
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Self Exclusion. Keengganan untuk memperoleh layanan jasa keuangan
juga dapat disebabkan oleh terdapatnya keyakinan sebagian
masyarakat bahwa bunga Bank adalah riba yang diharamkan, sehingga
layanan jasa keuangan yang berdasarkan syariah dan terbebas dari riba
dapat menjadi solusi.
Sebenarnya terdapat berbagai jenis lembaga keuangan selain perbankan
dan yang sistem operasionalisasinya menggunakan syariah Islam, yaitu Asuransi
Syariah, Reksa Dana Syariah, serta Baitul Maal wa Tamwil. Dari ketiga jenis
tersebut, lembaga yang berhubungan dengan upaya pengentasan kemiskinan
adalah Baitul Maal wa Tamwil. Pada tahun 1992 muncul Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Dengan adanya BMI diharapkan dapat menyentuh kalangan
bawah, tetapi pada kenyataannya hal tersebut terkendala dengan undang-undang
perbankan, usaha kecil/mikro tidak dapat memenuhi prosedur perbankan yang
telah dibakukan dalam undang-undang. Selain BMI ada BPRS, yaitu untuk
menjangkau masyarakat bawah, akan tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa
permasalahan, diantaranya prosedur peminjaman BPRS sama dengan bank umum
sehingga inilah yang menjadi kendala bagi usaha mikro. Dari permasalahan
tersebut muncullah lembaga keuangan lain yaitu Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
Menurut Muhammad Ridwan (2011:73) BMT merupakan “lembaga yang terlahir
dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yakni
pengusaha kecil/mikro”.
Menurut Muhammad Ridwan (2011:74) mengenai peran BMT, yaitu :
5
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peran BMT dalam menumbuhkembangkan usaha mikro dan kecil di
lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi
pembangunan nasional. Bank yang diharapkan mampu menjadi perantara
keuangan ternyata hanya mampu bermain pada level menengah atas.
Hingga akhir 2012 sudah ada 3900 BMT di seluruh Indonesia
(www.tempo.co). Menurut Muhammad Ridwan (2011:126) “BMT merupakan
organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial terlihat dari definisi
Baitul Maal, sedangkan peran bisnis terlihat dari definisi Baitul Tamwil”.
Produk yang ditawarkan oleh BMT beragam, mulai dari tabungan,
pembiayaan, dan sewa/ijarah. Salah satu produk BMT, yaitu pembiayaan dengan
sistem bagi hasil. Menurut Suwardi selaku pendiri sekaligus Wakil Direktur dan
Peneliti Ekonomi-Politik Forum for Studies of Islam Thought and Civilization
menyatakan bahwa (www.jambiekspres.co.id)
Mengingat fasilitas pembiayaan dengan berbagai macam akad yang
ditawarkan oleh BMT sebagai lembaga keuangan mikro penyalur
pembiayaan berbasis syariah, sejatinya mampu melahirkan kekuatan
ekonomi baru dengan menghadirkan kreativitas berekonomi dan berbisnis.
Sebagai contoh, pelaku usaha selaku mudharib yang tidak memiliki modal
usaha namun memiliki keahlian tinggi dalam menciptakan laba usaha dan
bisnis dapat dibiayai seratus persen oleh shahibul maal (baca : BMT), atau
dengan pendekatan musyarakah, dan sejenisnya. Artinya, kreativitas bisnis
dalam lingkup usaha micro economic dapat seiring sejalan diberdayakan
dengan adanya semangat membangun ekonomi berbasis syariah yang
berkeadilan dan menguntungkan melalui lembaga BMT.
Pembiayaan yang paling pas untuk UMKM adalah pembiayaan bagi hasil,
yaitu pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Bagi usaha mikro pembiayaan
yang paling tepat adalah pembiayaan mudharabah, dimana BMT memberikan
modal 100% dan nasabah tinggal mengelola dana tersebut. Adapun pengertian
6
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembiayaan mudharabah menurut Veithzal dan Andria (2008:43), yaitu sebagai
berikut :
sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak
pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh (100%) kebutuhan
modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan
suatu proyek), sedangkan customer sebagai pengelola (mudharib)
mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini customer sebagai
pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya.
Pada dasarnya usaha mikro tidak terlalu membutuhkan dana yang terlalu
banyak, sehingga pembiayaan mudharabah ini sangat pas karena plafon
pembiayaan sampai Rp 50 juta, dan tidak akan memberatkan nasabah/usaha mikro
karena apabila ada kerugian selama itu bukan kelalaian nasabah, maka akan
ditanggung oleh shahibul maal (BMT).
Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah) BMT adalah salah satu induk
koperasi syariah yang menaungi BMT di Indonesia. Sampai saat ini ada 385
anggota BMT di Indonesia. Berikut ini adalah pembiayaan yang disalurkan oleh
Inkopsyah BMT adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Grafik Pembiayaan Inkopsyah BMT Tahun 2009-2012
(Rupiah)
7
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Laporan Keuangan Inkopsyah BMT Tahun 2009-2012
(www.inkopsyahbmt.co.id) (data diolah kembali)
Pada gambar 1.1 di atas terlihat bahwa pembiayaan yang disalurkan oleh
Inkopsyah BMT setiap tahun terjadi peningkatan. Pada tahun 2009 pembiayaan
yang disalurkan sebesar Rp 38.577.317.624,70, pada tahun 2010 terjadi
peningkatan sehingga pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 60.210.572.426,8,
dan akhirnya pada tahun 2012 juga terjadi peningkatan sehingga pembiayaan yang
disalurkan sebesar Rp 133.357.360.023,00.
Gambar 1.2
Grafik Pembiayaan Mudharabah BMT “X” Tahun 2009-2012
(Rupiah)
0.00
20,000,000,000.00
40,000,000,000.00
60,000,000,000.00
80,000,000,000.00
100,000,000,000.00
120,000,000,000.00
140,000,000,000.00
160,000,000,000.00
2009 2010 2011 2012
Pe
mb
iaya
an
Tahun
Pembiayaan
Pembiayaan
8
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Data Pembiayaan Mudharabah BMT “X” Tahun 2009-2012
(data diolah kembali)
BMT “X” merupakan salah satu BMT di Kota Bandung yang menawarkan
produk pembiayaan mudharabah. Pada gambar 1.2 pembiayaan mudharabah pada
BMT “X” setiap tahun fluktuatif. Pada tahun 2009 pembiayaan yang disalurkan
sebesar Rp 121.000.000,00 dan terjadi penurunan pada tahun 2010, karena
pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 16.657.000,00. Pada tahun 2011 kembali
terjadi penurunan, pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 11.304.000,00 dan
pada tahun 2012 terjadi peningkatan, pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp
80.496.000,00. Untuk mendapatkan pembiayaan mudharabah pada BMT “X”,
nasabah harus memenuhi persyaratan, diantaranya yaitu Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Nikah, Surat Ijin usaha,dan lain-lain. Pada
BMT “X” ini pembiayaan mudharabah banyak disalurkan pada bidang konveksi
dan distro, dan jangka waktu pembiayaan maksimal empat bulan, hal ini
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
140000000
2009 2010 2011 2012
Pe
mb
iaya
an M
ud
har
abah
Tahun
Pembiayaan Mudharabah
PEMBIAYAANMUDHARABAH
9
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikarenakan pembiayaan disesuaikan dengan proyek yang dijalankan oleh
nasabah. Sejalan dengan peningkatan penyaluran pembiayaan maka akan
meningkatkan pendapatan, seperti yang dinyatakan oleh Kasmir (2004:35) yaitu
“besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat
keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dan bunga simpanan”.
Adapun dalam prinsip syariah tidak ada yang namanya bunga yang ada adalah
bagi hasil.
Pada Inkopsyah BMT terjadi peningkatan pendapatan. Pada tahun 2008
pendapatan Inkopsyah BMT adalah sebesar Rp 2,6 miliar dan pada tahun 2009
pendapatannya sebesar Rp 4,3 miliar. Terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp
1,7 miliar dari tahun sebelumnya (www.inkopsyahbmt.co.id). Adapun berikut ini
grafik pembiayaan BMT “X” yaitu sebagai berikut :
Gambar 1.3
Grafik Pendapatan BMT “X” Tahun 2009-2012
(Rupiah)
10
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Data Pendapatan BMT “X” Tahun 2009-2012 (data diolah kembali)
Pada gambar 1.3 total pendapatan yang dihasilkan oleh BMT “X” terus
meningkat setiap tahun. Pada tahun 2009 pendapatan BMT “X” sebesar Rp
138.447.533,17 dan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2010 terjadi peningkatan
sehingga pendapatan sebesar Rp 323.122.592,27. Pada tahun 2011 pendapatan
BMT “X” sebesar Rp 565.387.203,34 dan terjadi peningkatan pada tahun
berikutnya, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp 1.002.162.923,22.
Gambar 1.4
Grafik Persentase Pendapatan BMT “X” dari Pembiayaan Hiwalah,
Murabahah, dan Mudharabah Tahun 2009-2012
(%)
Sumber : Data Persentase Pendapatan dari Pembiayaan Hiwalah, Murabahah, dan
Mudharabah BMT “X” periode tahun 2009-2012 (data diolah kembali)
0
200000000
400000000
600000000
800000000
1E+09
1.2E+09
2009 2010 2011 2012
Pe
nd
apat
an
Tahun
Pendapatan
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
2009 2010 2011 2012
Pe
rse
nta
se
Tahun
Hiwalah
Murabahah
Mudharabah
11
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari gambar 1.4 di atas dapat dilihat bahwa pendapatan dari pembiayaan
murabahah pada tahun 2009 memiliki persentase terbesar terhadap total
pendapatan, yaitu sebesar 75,51%. Pada tahun 2010 persentase terbesar dari
pendapatan pembiayaan mudharabah sebesar 70%. Pada tahun 2011 dan 2012
persentase terbesar dari pendapatan pembiayaan hiwalah, yaitu sebesar 65% dan
83%. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (1994) (dalam Nurhayadi, 2008:1) „bunga
kredit ini menjadi sumber pendapatan (income) bagi setiap bank. Semakin banyak
jumlah kredit yang diberikan suatu bank, maka akan semakin banyak pula
pendapatan bank tersebut‟. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurhayadi (2008) bahwa adanya hubungan yang sangat kuat antara volume
kredit bank kepada UMKM dengan pendapatan bank. Serta sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nita Gantini Gunawan (2012) bahwa volume
kredit berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan bank, dan penelitian yang
dilakukan oleh R. Bhatara Didjaya (2009) bahwa adanya hubungan positif kuat
antara pembiayaan dengan total pendapatan pada PT BPRS PNM Mentari.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul
“Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Pendapatan (Suatu Kasus
pada BMT “X”) ”
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dalam hal ini penulis
membatasi masalah dan akan menjadi pokok bahasan dan terbatas pada masalah :
12
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana pembiayaan mudharabah yang disalurkan kepada usaha
mikro pada BMT “X” ?
2. Bagaimana pendapatan BMT “X” ?
3. Apakah pembiayaan mudharbaah berpengaruh positif terhadap
pendapatan pada BMT “X” ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka maksud dan tujuan
penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan
mudharabah terhadap pendapatan pada BMT “X”.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian dalam penyusunan laporan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pembiayaan mudharabah yang
disalurkan kepada usaha mikro pada BMT “X”.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan BMT “X”.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
pendapatan pada BMT “X”.
13
Novia Endah Saputri, 2014 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan memperhatikan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Praktis
Dapat menjadi masukan dan informasi bagi BMT mengenai bagaimana
pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan, sehingga BMT dapat
mengetahui sampai sejauh mana pembiayaan mudharabah yang disalurkan pada
usaha mikro berpengaruh terhadap pendapatan BMT.
1.4.2 Kegunaan Teoritis
1. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan mengenai bagaimana pengaruh
pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan.
2. Bagi Pembaca, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
pendapatan.