36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dekade 1920-an membawa perubahan besar bagi negara Amerika. Perubahan tersebut dapat dirasakan oleh kalangan masyarakat kelas menengah (Middle Class) dan masyarakat kelas atas (Upper Class). Perubahan ini memperlihatkan bahwa segala bentuk keberhasilan, kekayaan, dan kesuksesan terwujud dengan mengusung konsep American Dream, yang menjadi ideologi orang-orang Amerika. Berpijak dari ideologi tersebut, baik masyarakat Amerika maupun para pendatang berlomba-lomba mewujudkan impian mereka. Menurut Juliasih (1994: 8), konsep masyarakat Amerika ini yang dikenal sebagai The American Dream, sebenarnya merupakan Trinitas Ideologi Amerika, yaitu, liberty, opportunity, dan progress. Konsep tersebut tercermin dalam kehidupan masyarakat, baik dalam lingkup sosial maupun budaya yang berkembang pada tahun 1920-an, ketika segala bentuk kehidupan modern mulai bermunculan dengan pesat. American Dream yang kemudian menjadi spirit bagi setiap orang untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Dasar bagi perjuangan masyarakat, bahkan jauh sebelum Amerika didirikan oleh kaum imigran. Amerika yang dikenal sebagai daerah industri dan tekhnologi dapat menarik siapa saja yang ingin mengubah hidup menjadi lebih baik. Namun, apa yang dijanjikan oleh American Dream tidak sepenuhnya terjadi. Banyak yang salah melihat kesempatan yang diberikan oleh negara yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dekade 1920-an membawa perubahan besar bagi negara Amerika. Perubahan

tersebut dapat dirasakan oleh kalangan masyarakat kelas menengah (Middle Class)

dan masyarakat kelas atas (Upper Class). Perubahan ini memperlihatkan bahwa

segala bentuk keberhasilan, kekayaan, dan kesuksesan terwujud dengan mengusung

konsep American Dream, yang menjadi ideologi orang-orang Amerika. Berpijak dari

ideologi tersebut, baik masyarakat Amerika maupun para pendatang berlomba-lomba

mewujudkan impian mereka. Menurut Juliasih (1994: 8), konsep masyarakat

Amerika ini yang dikenal sebagai The American Dream, sebenarnya merupakan

Trinitas Ideologi Amerika, yaitu, liberty, opportunity, dan progress. Konsep tersebut

tercermin dalam kehidupan masyarakat, baik dalam lingkup sosial maupun budaya

yang berkembang pada tahun 1920-an, ketika segala bentuk kehidupan modern mulai

bermunculan dengan pesat.

American Dream yang kemudian menjadi spirit bagi setiap orang untuk

meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Dasar bagi perjuangan masyarakat, bahkan jauh

sebelum Amerika didirikan oleh kaum imigran. Amerika yang dikenal sebagai daerah

industri dan tekhnologi dapat menarik siapa saja yang ingin mengubah hidup menjadi

lebih baik. Namun, apa yang dijanjikan oleh American Dream tidak sepenuhnya

terjadi. Banyak yang salah melihat kesempatan yang diberikan oleh negara yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

2

menjanjikan tersebut dalam mewujudkan harapan dan kesuksesan. Kekayaan (wealth)

yang berlebihan bisa mengubah kehidupan menuju kesengsaraan dan penderitaan.

Berkembangnya industri dan prekonomian adalah membuka kesempatan bagi

masyarakat untuk bekerja. Pekerjaan yang menjanjikan dan mendapat uang dengan

mudah dan cepat. Banyak orang tertarik mengejar kebahagiaan dengan

mengumpulkan materi. Sukses yang besar diukur dengan banyaknya materi—uang—

yang dimiliki. Muniroh (2009: 12) menjelaskan bahwa Amerika adalah daratan baru

yang menjanjikan. Tempat baru bagi siapa saja yang menghendaki kehidupan yang

lebih baik dan kebahagiaan. Ungkapan ini adalah konsep dari mimpi American

Dream yaitu Pursuit of Happiness (mencari kebahagiaan).

Keberhasilan dalam pencapaian materi merupakan bukti sukses dan kerja keras

dari mimpi Amerika. Karakteristik utama bagi perkembangan masyarakat Amerika

pada dasawarsa tersebut adalah munculnya materialisme yang berlebihan. Kebutuhan

materi menjadi tujuan setiap orang untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan.

Beberapa penulis abad itu merangkum situasi masyarakat di lingkungan Amerika,

seperti ‗Babbitt‘ (1922) oleh Sinclair Lewis, ‗Martin Eden‘ (1909) oleh Jack London,

‗American Tragedy’ (1925) karya John Dreiser, dan sebagainya. Penulis-penulis ini

melukis kehidupan masyarakat yang berambisi dengan materi yaitu uang. Gambaran

yang diungkapkan bahwa dengan uang mereka bisa mendapatkan segalanya,

termasuk orang yang ia cinta. Gambaran realitas sosial masyarakat yang diangkat

oleh penulis-penulis tersebut adalah bagian dari ciri abad 20—merupakan awal bagi

Amerika memasuki era modern.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

3

Abad 20 yang menggemparkan yang sering dikenal juga dengan Roaring

Twenties (Baughman, 1996: vii). Awal dari suatu kemajuan dan permulaan

berkembangnya tekhnologi serta membawa kemajuan bagi masyarakat Amerika. Hal

ini menunjukkan munculnya berbagai media dan fasilitas hidup. Bersamaan dengan

hadirnya media dan kecanggihan tekhnologi memberi kemudahan dalam menjalankan

berbagai aktifitas. Disamping itu, kemajuan menjadi salah satu bentuk dari

kesuksesan dimasa itu. Kemajuan yang dirasakan, baik dibidang ekonomi, sosial dan

politik, membawa dampak yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter

masyarakat Amerika. Masa yang memberi rasa percaya diri dan kebebasan. Hal ini

dapat diketahui melalui maraknya budaya; berupa dansa, minum-minuman keras,

traveling (pelayaran), olahraga dan sebagaianya.

Bangsa Amerika di masa ―Dasawarsa 20-an yang Mengaum‖ jatuh cinta

dengan hiburan modern. Adapun ciri dari kehidupan modern adalah berubahnya gaya

hidup (life style), berdirinya bar sebagai penyedia minuman keras dan klub malam

tumbuh subur, menyajikan musik jazz, minuman koktil, dan gaya busana dan dansa

yang berani. Berdansa, menonton film, tur bermobil, dan radio adalah gaya nasional

(Baughman, 1996). Wanita Amerika, khususnya, merasa terbebaskan

mengekspresikan diri dengan gaya hidup baru abad itu. Banyak yang meninggalkan

peternakan dan desa untuk mengerjakan pekerjaan sipil di kota-kota (Vanspanckeren,

tanpa tahun: 60). Sehingga tidak mengherankan bila Amerika di kenal dengan

sebutan promise land (daratan yang menjanjinkan). Semua bentuk realitas ini

mengungkapkan identitas Amerika.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

4

Munculnya kemakmuran dan kekayaan, menjadikan orang-orang mendapatkan

kesempatan bekerja dan mencari uang dengan cepat. Menjalankan segala aktivitas

yang mendatangkan uang, hidup tidak lagi dianggap beban, dimana peluang untuk

menjadi kaya terbuka lebar. Salah satu kegiatan yang mendatangkan uang dengan

cepat adalah penjualan dan berdirinya bar-bar yang dikenal dengan speakeasy (kedai

minuman keras). Banyak orang menjadi kaya dari penghasilan pendistribusian

minuman alkohol. Berdirinya kedai-kedai dan bar minuman keras, membawa

pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Kelompok-kelompok ini dengan

bebas menjalankan bisnis ilegal penjualan cairan-cairan minuman mengandung

alkohol. Baughman (1996: 198) menegaskan bahwa pada bulan januari 1920 ada

sekelompok orang yang menjalankan aktivitas mereka melalui penyelundupan

barang-barang ilegal. Ada perilaku kejahatan pada hubungan politik lokal yang bisa

menjanjikan karir dalam ranah posisi pemerintahan, bahkan besar kemungkinan akan

bisa mendatangkan kekayaan (wealth). Peluang untuk menjadi kaya dapat terwujud

dengan melakukan penjualan minuman-minuman ilegal tersebut. Aktivitas ini dikenal

dengan kegiatan bootlegging (penyelundupan minuman alkohol).

Disamping konflik penyelundupan alkohol, terdapat satu peristiwa yang paling

penting dalam sejarah Amerika di abad modern adalah kasus suap dalam

pertandingan olahraga (sport) yang dikenal dengan Black Sox Scandal. Suatu

permainan olahraga (baseball) World Series yang diadakan setiap akhir musim semi

pada bulan oktober di Amerika (Deveney, 2009: 1). Pertandingan ini mengalami

konflik yang sangat hebat. Masalah besar terjadi dikalangan para pemain dari World

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

5

Series adalah bahwa delapan orang dari tim baseball White Sox menerima uang suap

dari seorang penjudi.

Skandal suap pada pertandingan Series ini, mempengaruhi terciptanya teks The

Great Gatsby. Karena sejarah turnamen ini membawa skandal buruk bagi kesatuan

Nasional dalam pertandingan baseball (permainan kasti) abad 20. Skandal suap ini

merupakan konflik terbesar dalam sejarah olah raga Amerika. Skandal-skandal ini

yang akan dikaji dan dianalisis selanjutnya dalam penelitian ini. Isu suap dan

penyelundupan barang ilegal dan alkohol menjadi hal menarik untuk diangkat.

Bahkan sampai diberlakukannya prohibition di Amerika, yang menandakan Amerika

abad 20 mengalami perubahan dari berbagai segi sosialita. Nampak jelas bahwa

realitas masyarakat yang hedonis, dengan melakukan berbagai cara demi mencari

nama, kekayaan, dan popularitas.

The Great Gatsby adalah salah satu karya sastra dari penulis prosa realis

Amerika, F. Scott. Fitzgerald. Karya inilah yang membawa namanya masuk dalam

deretan kesusastraan Amerika. Vanspanckeren (tanpa tahun) menerangkan bahwa

pentingnya mengahadapi kenyataan menjadi tema dominan di dasawarsa 1920-an dan

1930-an. Novel yang lahir di abad 20 (twentieth century) ini menggambarkan

perubahan sosialita masyarakat di era modern. Masyarakat yang mulai yakin bahwa

dengan kemajuan industri dan prekenomian akan membawa pada kebahagiaan.

Novel The Great Gatsby ditulis pada tahun 1922 dan diterbitkan tahun 1925.

Mengambil seting rumah-rumah besar dan mewah di Gold Coast, Long Island, New

York. Karya klasik ini melukiskan sebuah aspirasi yang merepresentasikan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

6

kemewahan, berlebihan, dan kemakmuran tahun 1920-an. Fitzgerald menggambarkan

kehidupan kecil sosialita masyarakat Amerika, semangat suatu jaman, mimpi-mimpi

pencarian status yang akhirnya hanya merupakan mimpi buruk. Menggunakan tokoh

utama Jay Gatsby sebagai contoh bangkit dan jatuhnya American Dream (Bloom,

2009: 67). Isu skandal dan gagalnya pencapaian mimpi American Dream yang

terdapat dalam novel tersebut memperjelas masalah yang kontroversial mengenai

identitas diri suatu masyarakat.

Realitas tekstual yang berkaitan dengan skandal suap dan isu-isu pengaruh

undang-undang prohibition merupakan masalah yang menarik untuk dikaji. Oleh

karenanya, dalam penelitian ini bila disandingkan dengan konsep yang dikembangkan

Iser yakni berkaitan dengan repertoire—hal-hal atau konvensi yang menjadi materi

yang dikenali dalam teks (TGG), akan diungkapkan. Bukan itu saja, peristiwa yang

terjadi pada dasawarsa 1920-an adalah bagian dari realitas ekstratekstual yang

dimunculkan dalam teks. Bagian dari realitas ekstratekstual ini akan membangun

suatu respons pembaca melalui efek yang ditimbulkan oleh teks.

1.2 Rumusan Masalah

Semua hal yang tergambar dalam novel The Great Gatsby dapat digunakan

untuk mengungkapkan repertoire yang dihadirkan dalam cerita. Kemudian penulis

melakukan suatu proses pembacaan, sehingga ia dapat memunculkan hubungan

antara realitas (fakta) dan fiksi, atau melihat gambaran sejauh mana fiksi mampu

merepresentasikan fakta (repertoire) yang ada. Disamping itu juga, teks TGG dapat

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

7

dimanfaatkan sebagai pemberi efek pada pembaca, agar nantinya makna yang

diharapkan dapat dikonkretisasikan sebagai bentuk respons estetik melalui proses

pembacaan (komunikasi). Mengetahui itu, ada dua masalah yang akan dipecahkan,

yaitu:

1. Bagaimanakah perwujudan norma sosial budaya sebagai repertoire

dalam novel The Great Gatsby?

2. Bagaimanakah perwujudan norma historis sebagai repertoire dalam

novel The Great Gatsby?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua jenis tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus. Tujuan khusus ialah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yaitu

mengungkapkan perwujudan norma sosial budaya, dan kondisi historis dalam novel

The Great Gatsby sebagai fakta atau realitas yang menjadi landasan dalam

penciptaan novel tersebut. Dengan menjawab permasalahan tersebut, dapat dicapai

tujuan lebih luas, yakni tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah

memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai teks The Great Gatsby karya

Fitzgerald, yang memanfaatkan realitas kehidupan sosial budaya dan historis untuk

mengungkapkan bagaimana perwujudan repertoire sebagai kajian respons estetik.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

8

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.

Manfaat teoretis adalah untuk mengembangkan penerapan ilmu tentang

bagaimana/cara untuk mengetahui dan mengungkapkan fakta/realitas yang menjadi

bagian dari struktur terciptanya novel The Great Gatsby (TGG) yang relevan dan

sesuai. Sementara manfaat praktis analisis ini adalah untuk memecahkan dan

menjawab permasalahan-permasalahan yang dibahas – dalam hal ini

mengungkapkan repertoire yang terkandung dalam teks sastra – dan menghadirkan

bentuk pengetahuan respons estetik Wolfgang Iser, khususnya yang berkaitan

dengan repertoire, bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Pembahasan novel The Great Gatsby sudah banyak dilakukan, baik sebagai

respons-respons pembaca terhadap novel itu yang dituangkan dalam bentuk esai

maupun kritik dan karya ilmiah. Diantaranya ada penelitian terhadap novel The

Great Gatsby yang dijadikan objek material oleh Tri Pramesti untuk penelitian di

Universitas Gadjah Mada “The Obsession In The Great Gatsby and Winter Dreams

by F. Scott Fitzgerald” (1991). Hasil analisisnya menyatakan bahwa obsesi dari

tokoh yang dimunculkan dari masing-masing novel tersebut tidak hanya disebabkan

oleh cinta mereka pada seorang wanita yang kaya dan cantik, tapi juga berasal dari

kepercayaan mereka sendiri bahwa mereka ditakdirkan untuk sukses, terkenal dan

kaya. Tokoh menjadi terobsesi dengan kesuksesan, tanpa menyadari bahwa hal

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

9

tersebut membuat hidupnya hancur. Hasil penemuan analisis tersebut terkesan sama

dengan penelitan ini namun, yang membedakan adalah terletak pada perspective

yang digunakan dalam proses pembacaan yaitu dengan bekal repertoire untuk

memperoleh efek kemudian dimunculkan dalam respons estetik.

Selanjutnya, sebuah disertasi ditemukan berjudul “The Inexhaustible of Life:

Satire of the Nouveau Riche in Petronius’ satyr icon Moliere’s Le Bourgeois

Gentilhomme, and Fitzgerald’s The Great Gatsby” ditulis oleh Sheila Horis Byrd

(1996) di Graduate Faculty of Middle Tennessee State University of America.

Dalam disertasi tersebut menyimpulkan bahwa orang-orang kaya baru (Nouveau

Riche) merupakan satir yang ditampilkan melalui tokoh-tokohnya. Menyindir

kemewahan materi, khususnya uang, yang berasal dari masyarakat yang haus akan

uang, namun uang tidak dapat membeli kebahagiaan.

Peneliti lain dilakukan oleh Bambang Setiawan dari Universitas Gadjah

Mada, dengan judul “F. Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby: Reflection of the

American Moral Failure in the Twenties” (1999). Penelitiannya menyimpulkan

bahwa Amerika Serikat pada tahun 1920-an mengalami kekacauan di bidang sosial,

politik dan ekonomi akibat dari kemerosotan moral masyarakatnya.

Penelitian skripsi juga dilakukan oleh Faizah Hidayati, Universitas Gadjah

Mada 2006, dengan judul “The Management Of Ambition Attaining Dreams In F.

Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

bahwa setiap orang bebas untuk bermimpi dan memiliki cita-cita, siapapun dia dan

apapun latar belakangnya. Dan mimpi itu akan lengkap apabila ada keinginan dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

10

usaha kerja keras untuk meraihnya. Keberhasilan cita-cita didukung oleh

keseimbangan antara moral dan usaha yang terkontrol.

Ditemukan juga sebuah tesis yang ditulis oleh Darin D. Halvorsen tahun

(2006) berjudul ―The Automobile and Fateful Nostalgia in The Magnificent

Ambersons, One of Ours, and The Great Gatsby” di South Dakota State University

America. Tesis ini menyimpulkan bahwa kemajuan tekhnologi dapat dirasakan oleh

masyarakat baik di kota dan pedesaan. Dengan hadirnya tekhnologi dapat

memproduksi banyak mobil. Kemewahan mobil menjadi simbol kemajuan,

perubahan budaya dan menjadi tren di era 1920-an.

Peneliti The Great Gatsby yang lain, dengan judul The Pursuit Of Happiness

in F. Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby, dihasilkan oleh Zahratul Muniroh pada

tahun 2009 di Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya

orang yang bisa bermimpi secara bijak serta mampu menyeimbangkan kesuksesan

materi dengan nilai-nilai spiritual yang akan berhasil mendapatkan kebahagiaan

yang dijanjikan oleh mimpi Amerika. Hasil dari penelitian tersebut melihat bahwa

mimpi Amerika tidak berhasil menjadikan tokoh Gatsby menjadi kaya dan sukses.

Tesis dengan judul ―American Self-Identification: A Strategy of Maintenance

Traced in The Red Badge of Courage, The Great Gatsby, and Catch-22‖ ditulis oleh

Amir Rostamdokht pada tahun (2010) di Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa Amerika mengindentifikasikan dirinya sepanjang Perang

Dunia melalui tiga cara, yaitu: pertama, dengan mencapai keseimbangan konsep

‗diri‘nya di Perang Saudara; kedua, dengan meningkatkan kesadaran nasionalisme

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

11

Amerika ketika melangkah kepada Perang Dunia I sebagai suatu pola kekuatan diri;

ketiga, dengan mempromosikan citra nasional dan global, unik dan unggul

dibanding dengan bangsa lain serta mampu menyimpan sisa warisan dunia—novel

trilogi—yang berperan sebagai ‗arsip‘ khusus untuk memudahkan analisis perebutan

karakter identitas Amerika.

“Semangat kewirausahaan dalam novel The Great Gatsby karya F. Scott

Fitzgerald” (2011) merupakan penelitian yang dihasilkan di Universitas Gadjah

Mada oleh Nasrum. Hasil penelitian ini menggambarkan fenomena masyarakat di

Amerika di tahun 1920-an, di mana jumlah pemilik bisnis bertambah dan memiliki

tujuan berbeda-beda, termasuk menjadikan bisnis sebagai alat untuk merebut

kembali cinta yang hilang, menjadi kaya raya, sukses dan tenar.

Ditemukan juga penelitian oleh Sarah Funderburke yang berjudul

“Operating the Silencer: Muted Group Theory in The Great Gatsby” (2012) di

Liberty University Lynchburg, Virginia. Ia menyimpulkan bahwa ada kelompok

dominan yang berkuasa memiliki status sosial tinggi. Dan sebaliknya ada kelompok

yang tidak berkuasa (diam) dalam hal pembelaan diri dan tidak memiliki power

dalam melawan tindakan-tindakan dari kelompok yang berstatus sosial tinggi.

Penelitian lain dalam tesis yang berjudul “Within and Without: Narrative

Patterns In The Great Gatsby” yang ditulis oleh Adam Bristor (2014), di California

State University, Dominguez Hills. Analisisnya menemukan bahwa penceritaan

dalam TGG yang ditampilkan melalui tokoh Gatsby adalah penceritaan yang

dualisme. Ada sisi kebaikan, keindahan ditampilkan dalam kehidupannya yang serba

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

12

mewah dan gemerlap, namun dibalik itu ada sisi gelap yang tersimpan. Semangat

dan perjuangan yang dilakukan sang tokoh utama, berakhir dengan penderitaan

(tragic hero).

Berangkat dari beberapa tinjauan pustaka tersebut, penulis melihat segala

kondisi yang dialami oleh tokoh utama, Gatsby sudah diungkapkan. Namun, dalam

kepentingan analisis ini akan mengungkapkan repertoire yang berupa kondisi-

kondisi sosial budaya dan historis yang ada dalam wilayah intratekstual dan

menghubungkannya dengan wilayah ekstratekstual dengan harapan teks tersebut

dapat memberi efek (Wirkung) kepada pembaca yang kemudian memunculkan

respons estetik. Hal ini akan menekankan pada proses pemerolehan efek yang

ditimbulkan oleh teks kepada pembaca dan akan berbeda dengan penelitian

sebelumnya. Oleh karena itu, dengan berpedoman pada perspektif teori repertoire

yang terdapat dalam buku The Act of Reading; An Aesthetic Response of Wolfgang

Iser (1978), dengan berbekal repertoire maka akan dilakukan tindakan analisis dan

akan diungkapkan. Ditegaskan bahwa penelitian ini menekankan pada efek yang

ditimbulkan oleh teks kepada pembaca guna memberi respons estetik sesuai dengan

horizon harapan pembaca.

1.6 Landasan Teori

Berdasarkan uraian masalah yang diangkat, ditentukan untuk melakukan

penelitian yang merupakan kajian respons estetik terhadap novel The Great Gatsby

karya F. Scott Fitzgerald, khususnya yang berkaitan dengan repertoire (repertoire

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

13

yang ada dalam teks). Sehingga alat analisis yang digunakan untuk memecahkan

permasalahan tersebut di atas adalah teori respons estetik ditemukan Wolfgang Iser

dan tercantum dalam buku The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Response

(1987).

The Act of reading: A theory of Aesthetic Response (1987) yang digagas Iser

menawarkan ada tujuh aspek dari konsep teori atau perspetkif dalam menggali

makna teks sastra. Konsep-konsep tersebut antara lain: konkretisasi makna (the

production of meaning); model pembaca implisit (the implied reader); bentuk fungsi

teks (the funtionalist model of the text); proses pembentukan teks—sebuah

fenomenologi pembacaan (processing the text: A phenomenological of reading);

sastra dan komunikasi: interaksi antara teks dan pembaca (literature and

communication: interaction between text and reader); Antropologi sastra (Iser‘s

literary anthropology); dan teori resepsi bertemu dengan kritik kognitif (reception

theory meets cognitive criticism) (Shi, 2013: 982). Di antara ke tujuh konsep

tersebut penulis mengambil satu fokus perspektif yaitu bentuk fungsi teks sastra

(functionalist model of the text), yang dijadikan sebagai pijakan—kaitannya dengan

repertoire—akan memandu selanjutnya dalam penelitian ini.

Pada dasarnya, konsep yang ditawarkan Iser memberikan perhatian pada dua

hal, yaitu hubungan antara teks dengan realitas, dan hubungan antara teks dengan

pembaca (Iser, 1987: 54). Dari konsep ini dapat diketahui bahwa Iser

mengedepankan perhatian pembaca dalam dua hal; pertama teks sebagai pemberi

efek (Wirkung) atau kesan kepada pembaca atau teks menimbulkan efek atau

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

14

pengaruh; yang kedua, pembaca sebagai pemberi respons terhadap karya atau teks

yang dibacanya —pembaca masuk melakukan tindak pembacaan atau berdialog

untuk memberi tanggapan estetiknya.

Penjelasan tersebut menjadi pijakan penulis untuk dijadikan landasan atau

perspektif, yaitu functionalist model of the text (bentuk fungsi teks sastra), yang

berkaitan dengan repertoire teks, karena setiap karya atau fiksi memiliki cara-cara

yang berbeda dalam mengangkat serta memunculkan suatu konvensi dalam teks.

Lebih lanjut Iser (1987: 53) menjelaskan bahwa teks sastra atau fiksi

memberitahukan kita sesuatu tentang realitas (fiction is a means of telling us

something about reality) dengan menawarkan konvensi-konvensinya, sehingga ia

menjadi gambaran objek atau fokus dari suatu penelitian. Iser (1987: 69) menyebut

konvensi-konvensi ini sebagai repertoire teks. Repertoire adalah wilayah familiar

yang terdapat dalam teks dan pembaca bertemu untuk memulai komunikasinya (Shi,

2013: 984). Pendapat ini senada dengan dengan ungkapan Austin (dalam Iser,

1987: 69) menjelaskan bahwa ada tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh karya sastra

kaitannya dengan tindak pembacaan demi berlangsungnya komunikasi yaitu: (1)

konvensi-konvensi yang sama bagi pembicara dan penerima—teks dengan pembaca,

(2) prosedur-prosedur yang sudah disepakati bersama—teks dengan pembaca

(penerima), dan (3) keninginan (willingness) keduanya untuk melakukan aksi

komunikasi. Konvensi-konvensi yang diperlukan untuk membangun situasi dalam

teks adalah repertoire, prosedur-prosedur yang diterima disebut dengan strategi,

sedangkan partisipasi pembaca adalah realisasi (konkretisasi).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

15

Repertoire terdiri dari semua batas wilayah atau materi-materi yang familiar,

yang dapat dikenali dalam teks. Materi ini bisa berupa referensi terhadap karya-

karya terdahulu atau norma-norma historis atau juga keseluruhan kultur/budaya

darimana teks trsebut muncul. Pada kenyataannya, realitas ini dijadikan

rujukan/acuan memiliki dua implikasi: (1) realitas ditimbulkan, bukan ditentukan,

pada halaman cetak, dan (2) unsur-unsur atau realitas tersebut dipilih sebagai

referensi, bekal pengetahuan tidak dimasukkan semata-mata untuk dijadikan replika

atau tiruan saja (Iser, 1987: 69). Melalui repertoire, teks sastra menyusun kembali

norma-norma baik sosial dan budaya maupun tradisi-tradisi kesusastraan, sehingga

pembaca bisa merealisasikan fungsinya kembali pada kehidupan nyata.

Pada dasarnya, pembacaan yang dilakukan terhadap karya sastra (teks sastra)

merupakan suatu dialog atau interaksi antara struktur karya sastra dengan

pembacanya. Iser (1987: 20) menyatakan bahwa “Central to the reading of every

literary works is the interaction between its structure and its recipients”. (Inti

pembacaan setiap karya sastra adalah interaksi antara struktur teks dan

penerimanya). Karena itu, pembaca (penerima) memiliki peran aktif dalam proses

pemaknaan karya sastra. Iser (1987: 21) menjelaskan bahwa karya sastra hanya

menghadirkan ―aspek-aspek skematik‖ atau schematized aspects kepada pembaca,

yang digunakan untuk memaknai serta memberikan realisasi terhadap aspek-aspek

tersebut melalui konkretisasi. Aspek-aspek skematik itu berupa pokok permasalahan

dari karya itu dihasilkan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

16

Menurut Iser (1987: 24), sebuah teks sastra dapat didefinisikan sebagai

wilayah indeterminasi atau wilayah ketidakpastian (indeterminacy areas). Wilayah

ketidakpastian ini merupakan ―bagian-bagian kosong‖ atau ―tempat-tempat terbuka‖

(Leerstellen, open place) yang ―mengharuskan‖ pembaca untuk mengisinya. Hal ini

disebabkan oleh sifat karya sastra yang mempunyai banyak penafsiran (poly-

interpretability) (Sangidu, 2004: 21; Pradopo, 1995: 235).

Namun, perlu ditekankan bahwa karya sastra memiliki dua pola, yaitu pola

artistik dan pola estetik. Pola artistik merupakan hasil tulisan pengarang, sedangkan

pola estetik merupakan hasil dari realisasi yang disempurnakan oleh pembaca.

Berdasarkan pola ini, jelaslah bahwa karya sastra itu tidak bisa diidentikkan dengan

teks, maupun dengan konkretisasi saja, tetapi harus ditempatkan antara keduanya

(Iser, 1987: 21). Jadi, kedua pola ini (artistik dan estetik) saling berhubungan dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab karya sastra tidak bisa dimaknai tanpa

menghubungkan kedua pola tersebut. Sehingga fokus dari teks sastra selanjutnya

berada pada konkretisasi, dan objek estetiknya.

Perbedaan yang paling mendominasi dari karya sastra itu adalah bahwa karya

sastra menguraikan konvensi-konvensi dengan cara yang khusus, karena sastra

memberitahukan pembaca tentang fakta atau realitas dengan menawarkan konvensi

kesastraan, sehingga konvensi tersebut menjadi objek dari cerminan atau refleksi

pembaca. Iser menyebut konvensi-konvensi ini adalah sebagai “repertoire” dalam

teks. Repertoire ini adalah familiar territory atau ―wilayah yang dikenali‖, tempat

teks dan pembaca melakukan komunikasi. Iser (1987: 69) menjelaskan:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

17

“The repertoire consists of all the familiar territory within in the text.

This may be in the form of references to earlier works, or to social and

historical norms, or the whole culture from which the text has

emerged—in brief, to what the Prague structuralisms have called the

“extra textual reality” (1987: 69)

―Repertoire terdiri atas semua wilayah atau materi yang dikenali

dalam teks. Wilayah atau materi ini dapat berupa karya-karya

terdahulu, norma-norma sosial dan historis, atau juga bisa berupa

unsur atau fenomena kebudayaan yang dimunculkan dalam teks itu.

Jadi, repertoire itu berisi apa saja yang oleh Strukturalisme Praha

menyebutnya sebagai realitas ekstratekstual‖ (Iser, 1987: 69).

Melalui repertoire (yang juga disebut sebagai ―gudang pengetahuan‖ (istilah

Munawwar, 2007: 35)), teks sastra menyusun kembali norma-norma sosial dan

budaya, sehingga pembaca bisa memfungsikannya kembali norma ini dalam

kehidupan nyata. Teks seharusnya dipahami sebagai sebuah reaksi dari sistem ide

yang sudah dipilihkan oleh repertoire itu sendiri (1987: 72). Artinya, potongan

repertoire yang sudah dimunculkan dalam teks memberikan pancingan kepada

pembaca agar mudah memahami teks yang dibacanya

Cara mengungkapkan repertoire atau merepresentasikan makna dari sebuah

teks sastra disebut Iser sebagai ―strategi‖ untuk membentuk atau merancang fungsi

repertoire ini. Iser (1987: 86) menyebutkan bahwa strategi itu mempengaruhi

struktur imanen dalam teks dan tindakan-tindakan pembacaan menggerakkan

pemahaman pada pembaca. Adapun menurut Iser (1987: 87) menyebutkan diantara

peran utama dari ―strategi‖ ini adalah mendefamiliarisasikan hal-hal yang familiar.

Pada kenyataannya, strategi mengatur persepsi pembaca dalam proses

pembacaan agar makna yang direalisasikan tidak semena-mena. Adapun struktur

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

18

yang mengatur strategi di sini adalah background (latar belakang) dan foreground

(latar depan). Latar belakang dan latar depan ini yang nantinya akan mengendalikan

persepsi dan imajinasi pembaca dan bertanggung jawab atas pemberian makna karya

sastra. Lebih lanjut Iser (1987: 95) menegaskan bahwa hubungan background dan

foreground merupakan struktur dasar yang, dengan melaluinya strategi-strategi teks,

menciptakan tegangan/rangsangan yang membawa kesan atau efek kepada

serangkaian tindakan dan interaksi yang berbeda, yang pada akhirnya diputuskan

dengan kemunculan objek-objek estetis.

Adanya struktur teks dan tindakan terstruktur menjadi bagian yang tidak bisa

dihindarkan dalam memahami proses pembacaan. Iser (1987: 21) menyebutkan

bahwa, dalam karya sastra, pesan disampaikan melalui dua cara yaitu, pertama

pembaca menerima dan kedua pembaca menyusun kembali atas apa yang diterima

tersebut. Selanjutnya, dalam mencari struktur yang memungkinkan pembaca

menjelaskan kondisi dasar interaksi, dengan cara ini pembaca akan mampu

mendapatkan pandangan tentang pengaruh potensial yang menyatu dalam teks itu

(Iser, 1987: 21). Interaksi antara pembaca dengan teks menjadi sangat penting.

Tanpa adanya interaksi ini maka pembacaan (pemaknaan) karya sastra tidak bisa

terjalin. Secara praktis setiap struktur yang dapat dilihat dalam fiksi memiliki dua

sisi: sisi verbal, yaitu yang membimbing reaksi dan mencegahnya dari penafsiran

yang sembarangan; serta sisi afektif, yaitu pemenuhan yang dibuat struktur

sebelumnya melalui bahasa teks (Iser, 1987: 21). Kedua sisi tersebut (verbal dan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

19

afektif) tidak dapat dipisahkan, ia menyatu dalam mendukung terjadinya pembacaan,

di mana struktur pengaruh (teks) dan tanggapan oleh pembaca.

Sudah jelas terlihat bahwa konsep dasar teori aesthetic response (respons

estetik) berpusat pada pertanyaan mendasar yang menyangkut proses tanggapan

estetik seorang pembaca dalam mengemukakan makna potensial teks yang

dihasilkan melalui komunikasi antara teks dan pembacanya (Iser, 1987: 54), yakni

bagaimana dan dalam kondisi apa sehingga sebuah teks menjadi bermakna bagi

pembacanya. Pertanyaan ini berkaitan dengan (1) hubungan antara teks dan relitas

(fakta), hubungan atau patner dalam komunikasi; (2) interaksi antara teks dengan

pembaca, cara atau tindakan pembacaan. Cara atau tindakan pembacaan berkaitan

dengan bagaimana teks mengarahkan pembaca dalam proses pembacaan dan

bagaimana pengalaman pembaca mengatur pembacaannya. Dalam kaitannya dengan

pemaknaan, Iser (1987: xx) menegaskan bahwa pembaca seharusnya melakukan

reaksi terhadap teks, bukan sekedar menerima apa yang disampaikan teks semata.

Sehingga pembaca memiliki peran aktif dalam proses pemaknaan teks dan sebagai

pemberi respons.

Pembaca mengisi ―tempat-tempat kosong‖ yang terdapat di dalam karya

sastra, dan karena itu pembaca pada hakikatnya masuk dalam suasana berdialog dan

berkomunikasi dengan teks. Dalam komunikasi sastra, kedua belah pihak, yaitu teks

dan pembaca berinteraksi. Dalam interaksi itu, wujud struktur yang terjangkau

melalui teks berperan memberikan arahan kepada pembaca yang diangkat dari

repertoire dengan strateginya, sehingga lahirlah realisasi teks. Realisasi teks berupa

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

20

respons (tanggapan) dan penafsiran yang berbeda-beda dari pembaca karena mereka

telah dibekali oleh pengalaman dan pengetahuan yang berbeda pula.

Tanda-tanda atau skema yang ditawarkan dalam teks dan pembaca bertemu

melalui cara dari suatu situasi yang tergantung pada realitasnya di dalam

berinteraksi. Jika komunikasai sastra sukses, maka ia harus menghasilkan semua

komponen yang diperlukan untuk pembangunan situasi, karena hal ini tidak

memiliki eksistensi di luar karya sastra. Teks dan pembaca melakukan dialog terus

menerus untuk menghasilkan efek dan mengungkapkan makna terhadap teks yang

dibacanya. Repertoire yang ada dalam teks (repertoire teks) dan yang dimiliki oleh

pembaca inilah yang berinteraksi secara terus-menerus, pembaca dan teks

melakukan kolaborasi tanya jawab sampai menghasilkan makna konkretisasi yang

diharapkan. Dalam hal ini, Iser (1987: 9) menyebutkan bahwa:

“Such a meaning must clearly be the product of an interaction between

the textual signals and the reader’s acts of comprehension. And,

equally clearly, the reader cannot detach himself from such an

interaction; on the contrary, the activity stimulated in him will link him

to the text and induce him to create the conditions necessary for the

effectiveness of the text.”(1987: 9)

―Secara jelas, bahwa makna merupakan hasil interaksi antara tanda-

tanda yang ada dalam teks [repertoire teks] dengan tindakan

pemahaman pembaca [repertoire pembaca]. Dan juga pembaca tidak

bisa melepaskan dirinya sendiri dari sebuah interaksi; sebaliknya,

Aktivitas yang dibangun pada diri pembaca akan menghubungkan dia

dengan teks dan mendorongnya/membangkitkan kesadaran pembaca

untuk menciptakan kondisi-kondisi yang sesuai secara efektif di dalam

teks‖.

Teori ini menegaskan bahwa makna teks sastra tidak hanya mucul begitu

saja, tanpa adanya peran aktif dari pembaca. Pembaca memiliki peran utama dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

21

proses konkretisasi. Dengan bekal pengetahuan atau repertoire yang dimiliki

pembaca akan menstimulasi/merangsang pemahamannya untuk berinteraksi dengan

repertoire yang ada dalam teks. Sehingga dalam proses dialog tersebut akan

menimbulkan efek/kesan atau ‗Wirkung’ (dalam istilah Iser), yang nantinya akan

menghasilkan makna pada diri pembaca. Fungsi dari repertoire juga yaitu akan

menjadi pemandu bagi pembaca untuk menghadirkan makna dalam proses

pembacaannya. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa karya sastra tidak

bisa terlepas dari materi-materi ekstratekstual (wilayah norma-norma) sebagai

repertoire teks, ia berperan penting dalam membangun struktur karya sastra.

Teks dan pembaca bertemu melalui cara dari suatu situasi yang tergantung

pada realisasinya. Jika komunikasi itu akan berhasil, maka ia harus menghasilkan

semua komponen yang diperlukan untuk membangunan situasi, karena hal ini tidak

memiliki eksistensi di luar karya sastra (Iser, 1987: 68). Komponen yang dimaksud

di sini adalah seperti pendapat Austin (dalam Iser, 1987: 69) tentang tiga kondisi

utama yang membangun (suatu situasi komunikasi) suatu tindakan ujaran

performative (performative utterance); konvensi-konvensi umum bagi pembicara

dan penerima (teks dan pembaca), prosedur-prosedur yang diterima keduanya,

keinginan keduanya berpartisipasi dalam tindak ujaran atau komunikasi. Jelasnya,

bahwa konvensi-konvensi yang ditawarkan—yang nantinya disebut sebagai

repertoire teks—adalah familiar atau berlaku umum bagi pembicara dan penerima,

antara teks dan pembaca. Sedangkan prosedur yang dimaksud di sini adalah strategi-

strategi yang menuntun pembaca untuk membangun suatu situasi dalam proses

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

22

interaksi—teks dengan pembaca. Sementara partisipasi pembaca yang akhirnya

menentukan dalam ungkapan konkretisasi atau realisasi makna potensial dari teks

yang dibacanya atau dalam konteks ini pembaca/peneliti berperan memberi respons

estetiknya.

Situasi komunikasi itu dibangun dan berada di dalam teks sastra, dan

mengikutsertakan peran pembaca. Hal ini akan berlangsung jika dalam suatu analisis

yang ditekankan pada realisasi makna. Asumsinya bahwa, teks dan pembaca akan

memenuhi kondisi kesediaan, tetapi sejauh konvensi-konvensi dan prosedur itu

disadari, hal inilah yang pertama kali ditekankan dan ditentukan oleh teks. Jadi, hal

terpenting juga adalah bahwa repertoire –wilayah familiar yang ada dalam teks –

menjadi kerangka awal dalam mengenali gudang pengetahuan yang dimunculkan

oleh teks sastra yang dibaca.

Konvensi-konvensi yang sesuai akan membangun sebuah situasi, situasi ini

lebih tepat di sebut dengan repertoire teks. Repertoire teks inilah yang membangun

persepsi pembaca, jika yang dilihat adalah fiksi tersebut sebagai komunikasi.

Penerimaan prosedur-prosedur yang diterima tersebut dinamakan dengan strategi-

strategi, dan partisipasi pembaca yang selanjutnyan ditunjuk untuk melakukan

realisasi/konkretisasi. Jelas, bahwa repertoire dan prosedur-prosedur yang

melingkupinya tidak bisa dipisahkan ia memiliki keterkaitan dalam membangun

komunikasi sastra dengan strateginya untuk menghasilkan makna atau respons

estetik, dan pengaruh (Wirkung) setelah dilakukan proses pembacaan.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

23

Untuk melihat seleksi-seleksi norma-norma dan kiasan-kiasan yang dijadikan

repertoire, terlebih dahulu harus memahami apa yang dimaksud dengan realitas

(reality). Karena realitas yang diseleksi inilah yang kemudian dibangun dalam

bentuk serta wujud repertoire dalam teks. Istilah realitas sudah dihubungkan, di

mana tidak ada teks sastra yang menghubungkan suatu keadaan dengan satuan

realitas, tetapi lebih kepada model-model/konsep-konsep realitas dalam

kemungkinan-kemungkinan (hal-hal yang dianggap kebetulan) dan kompleksitas,

hal ini telah dihilangkan menjadi sebuah struktur yang berarti. Sehingga Iser

menyebutnya dengan struktur-struktur sistem atau gambar dunia (structures world-

picture or system) (Iser, 1987: 70).

Munculnya hubungan sistem yang unik antara teks dengan realitas, dalam

bentuk sistem ide atau model-model realitas. Teks tidak menyalin hal-hal ini, dan

juga tidak menyimpang—meskipun terkesan seperti itu karena teori refleksi cermin

dan penyimpangan stilistik. Ia justru menjadi penanggapan atau reaksi terhadap

sistem-sistem ide yang sudah dipilih dan dipadukan dalam repertoire itu sendiri

(Iser, 1987: 72). Artinya, repertoire yang terepresentasi dalam teks yang diambil

dari sistem-sistem ide dari realitas, ditanggapi atau direfleksikan kembali—sebagai

reaksi yang digerakkan kembali oleh kemampuan batasan sistem ide tersebut dengan

realitas yang beraneka ragam guna memberikan perhatian khusus pada hal-hal yang

masih mengalami kekurangan atau sesuatu yang belum tersaji. Lebih lanjut Iser

(1978) menjelaskan bahwa hasil akhir dari gerakan penanggapan atau reaksi yang

dilakukan adalah untuk menyusun dan mengatur kembali kehadiran susunan pola

Page 24: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

24

makna potensial teks. (dalam makna kekinian/kontemporer), dimana final dari

pemberian atau tindakan dari respons estetik itu adalah memformulasikan hal-hal

yang belum diformulasikan sebelumnya sehingga ia dapat diproses dan dipahami

kembali.

Repertoire memiliki dua model fungsi: membentuk kembali garis besar

potongan skema familiar untuk disusun/diformulasian sebagai sebuah latar belakang

(background) untuk melakukan proses komunikasi; ia menyediakan kerangka umum

yang dengan bersamanya pesan atau makna teks bisa dibangun/diungkapkan (Iser,

1987: 81).

Repertoire teks dibangun/berangkat dari materi yang sudah diseleksi/dipilih

dari sistem-sistem sosial dan kiasan-kiasan kesusastraan. Seleksi-seleksi norma

sosial dan kiasan-kiasan kesusastraan ini dihadirkan dalam karya dengan konteks

referensial dengan harapan sistem-sistem yang sudah disamakan dapat

diaktualisasikan.

Pada akhirnya fungsi dari strategi adalah untuk menyusun aktualisasi ini, dan

mereka (strategi) bertindak/muncul dengan berbagai cara. Bukan hanya bertindak

dalam kondisi menguhubungkan antara unsur-unsur atau materi repertoire yang

berbeda-beda, membantu untuk menempatkan dasar bagi produksi/menghasilkan

kesamaan, akan tetapi mereka menyediakan sebuah pertemuan (meeteng-point)

antara repertoire dan penghasil dari kesamaan-kesamaan tersebut, yaitu pembaca itu

sendiri. Dengan kata lain, strategi-strategi di sini adalah menyusun kedua hal—

materi-materi repertoire teks dan kondisi-kondisi dibawah naungan material yang

Page 25: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

25

dikomunikasikan. Strategi-strategi tidak disamakan dengan pengaruh atau efek,

namun ia hadir beroperasi pada sebuah titik poin sebelum representasi atau efek itu

disesuaikan. Mereka (strategi) meliputi struktur-struktur imanen dalam teks dan

tindkan-tindakan pemahaman dengan cepat digerakkan dalam diri pembaca (Iser,

1987: 86).

Konsep utama yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah kaitannya

dengan repertoire, Wirkung, indeterminasi area, dan respons estetik. Kesemua

bagian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan repertoire yang terkandung dalam

teks TGG dan mewujudkannya melalui pemberian efek kepada pembaca dalam

proses komunikasi atau pembacaan. Sehingga tujuan akhirnya adalah konkretisasi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa repertoire adalah wilayah

familiar yag dikenali dalam teks (Iser, 1987: 69). Wilayah familiar itu merupakan

materi-materi yang penting yang terdapat dalam teks—TGG—khususnya yang

berkaitan dengan seluruh norma atau kondisi sosial, maupun budaya dan historis,

bahkan konflik-konflik yang menjadi materi ekstratekstual teks tersebut. Dari materi

yang dikenali inilah yang nantinya menjadi pancingan kepada pembaca untuk

melakukan interaksi (dialog) agar pembaca dapat mengungkapkan repertoire

tersebut dan menghadirkannya dalam wujud respons estetik. Kemudian, respons

estetik adalah hasil dari konkretisasi makna—wujud makna potensial—atau efek

potensial yang ditimbulkan oleh teks yang berhasil diaktualisasikan atau

direalisasikan sesuai dengan harapan pembaca.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

26

Iser (1987: x) menegaskan bahwa respons estetik itu adalah mengkaji—

dalam istilah—hubungan dialektik antara teks, pembaca, dan interaksi antara

keduanya. Inilah yang disebut sebagai respons estetik, karena meskipun kondisi ini

dikendalikan oleh teks, dan karena respons estetik ini akan berperan dalam imajinasi

dan prespektif pembaca. Artinya, respons estetik yang akhirnya mengatur arah dan

fokus pembaca dalam konkeretisasi.

Adapun hubungannya dengan efek (Wirkung), digambarkan bahwa efek dan

respons adalah properti (sistem) tidak ditimbulkan oleh teks, dan tidak juga oleh

pembaca, teks merepresentasikan efek potensial manakala ia direalisasikan melalui

proses pembacaan (Iser, 1987: ix). Dalam hal ini pembaca tetap memiliki peran

utama dalam wujud konkretisasi makna. Pembaca dapat menerima efek ketika ia

melakukan aktivitas dialog atau pembacaan. Pemerolehan efek itu tidak terlepas dari

apa yang ditawarkan di dalam teks, yakni adanya area-area kosong atau wilayah

ketidakpastian yang dikenal dengan Indeterminasi area. Wilayah-wilayah kosong

inilah yang di isi oleh pembaca dan akan menemukan tegangan, ada daya tarik-

menarik oleh pembaca dan terproses dalam kesadaran dan imajinasi pembaca. Proses

ini akan terus menerus berlangsung sampai pembaca menemukan suatu pemaknaan

dari apa yang dibacanya. Dalam hal ini, TGG akan menampilkan ruang-ruang

kosong yang memberikan peluang kepada pembaca untuk mengisinya, dengan

memberikan tanggapan estetiknya.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

27

Untuk lebih jelasnya poin-poin utama penjelasan teori Iser digambarkan

pada bagan berikut. Hal ini berkaitan dengan fungsi teks sastra. Dimana teori yang di

gagas Iser ini bersifat fungsionalis.

Bagan1. Model Fungsi Teks (Functionalis Model of the Text).

Wilayah

Indeterminasi

Wujud Skematik

Implied Reader

Realitas intratekstual dan

ekstratekstual

Konkretisasi

Repertoire pembaca

Teks Strategi

Efek

Page 28: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

28

Keterangan Bagan:

Pembaca melakukan proses pembacaan terhadap teks. Dimana di dalam teks

terdapat pembaca implisit yang dikenal dengan implied reader. Implied reader ini

menawarkan efek, yaitu bagaimana sebuah teks mengarahkan reaksi-reaksi kepada

pembaca untuk mendekati teks sastra yang dibacanya. Sementara, pembaca memiliki

strategi (tindak-tindak pemahaman) yang berfungasi mengarahkan perhatian pada

teknik konkretisasi. Karena, setiap teks selalu menghadirkan wilayah indeterminasi

(tempat terbuka/kosong). Wilayah kosong atau tempat terbuka ini mengharuskan

pembaca untuk mengisinya sesuai dengan memori dan horison harapan yang

dimilikinya. Untuk mengkonkretisasi makna teks yang dibaca, pembaca akan

menemukan ‗pandangan skematik‘ yaitu pokok permasalahan dari karya itu

dilahirkan. Ini akan merangsang pembaca untuk membangun imajinasinya sehingga

ia memiliki ruang gerak dan fokus pada wujud skematik yang ditampilkan oleh teks

yang menjadi wilayah intratekstual bagi teks tersebut. Dari wujud skematik ini

pembaca terdorong untuk mencari dan mengungkapkan serta menghubungkannya

dengan wilayah ekstratekstual yang berkaitan dengan konteksnya. Setelah

mengungkapkan dua wilayah ini—intratekstual dan ekstratekstual—maka pembaca

kemudian memunculkan respons-respons estetiknya dalam bentuk konkretisasi

makna yang diharapkan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

29

1.7 Hipotesis

Peneliti mengasumsikan bahwa antara wilayah intratekstual yang terdapat

dalam fiksi (dunia rekaan pengarang) dan wilayah ekstratekstual (tempat hidup atau

sebagai latar dari penciptaan karya sastra) terdapat hubungan yang erat. Dalam hal

ini, apa yang dihadirkan dalam teks memuat sumber-sumber yang berupa norma

atau fakta sosial, historis, dan kultural atau budaya yang ada di sekitar

penciptaannya, baik yang telah dialami—oleh pengarang sendiri—ataupun yang

sudah diketahui dan dilihatnya, dan menjadikan fakta tersebut sebagai sarana

komunikasi berupa karya sastra. Hubungan antara intra dan ekstra tekstual dapat

diungkapkan, dan dijelaskan dengan kerangka teori repertoire untuk memperoleh

efek yang kemudian menghadirkan suatu respons estetik. Dari hipotesis ini, dapat

dilihat bahwa hubungan antara realitas dalam teks (fiksi) dapat diungkapkan dan

dijelaskan dengan kerangka teori repertoire.

1.8 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena

yang dialami objek penelitian secara holistik (menyeluruh) dan dengan

menggunakan cara deskriptif (Moleong, 2007: 6). Adapun yang dimaksud dengan

deskriptif adalah data yang dihadirkan berupa kata-kata, gambar, dan kutipan-

kutipan dari teks (objek penelitian), dan bukan statistik (Moleong, 2001:6).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

30

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian, hal penting yang harus dilakukan adalah menentukan objek

material dan objek formal. Adapun objek material dalam penelitian ini adalah novel

―The Great Gatsby‖ (1925) karya F. Scott. Fitzgerald, yang diterbitkan oleh Charles

Scribner‘s Son. Sedangkan objek formal peneltian The Great Gatsby yang berkaitan

dengan teori respons estetik Iser adalah ‗repertoire’ yang terdapat dalam teks

tersebut. Seperti yang dijelaskan Faruk (2012: 23) bahwa yang disebut dengan objek

material adalah objek yang menjadi lapangan penelitian, sedangkan objek formal

adalah objek yang dilihat dari sudut pandang tertentu.

Selain itu, penulis juga menentukan data primer dan data skunder. Data

primer adalah data yang berupa unsure-unsur yang membangun repertoire yakni

fakta sosial budaya dan historis dalam teks. Sedangkan data skunder adalah sumber-

sumber data tambahan yang berupa referensi kepustakaan baik itu, berupa buku,

jurnal, laporan penelitian, dan essai. Referensi tertulis akan dipilih dan yang sesuai

dengan objek kajian, yaitu kaitannya dengan repertoire. Dimana data sekunder ini

merupakan kemungkinan terdapat adanya keterkaitan antara fakta ekstratekstual

yang menjadi latar belakang (background) untuk mengungkapkan latar depan

(foreground) yang ada dalam teks tersebut. Hal ini diharapkan akan memandu

penulis dalam mewujudkan hubungan antara teks dengan dunia di luar teks—berupa

fakta sosial, historis, dan keseluruhan budaya yang dimunculkan dalam teks.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

31

1.8.2 Metode Analisis Data

Berkaitan dengan analisis data, Faruk (2012: 25) menegaskan bahwa metode

analisis data merupakan seperangkat cara atau teknik penelitian yang merupakan

perpanjangan dari pikiran manusia karena fungsinya bukan untuk mengumpulkan

data, melainkan untuk mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah

dinyatakan sendiri oleh data yang bersangkutan. Oleh karenanya, data-data yang

diperoleh adalah berupa data-data deskriptif, diperlukan langkah-langkah untuk

mencari hubungan antardata tersebut. Sehingga, analisis data dilakukan dengan

tindak pembacaan, klasifikasi data, dan konklusi.

Penelitian ini akan berpedoman pada metode analisis data yang sesuai dengan

teori Respons Estetik Wolfgang Iser. Khususnya yang berkaitan dengan fungsi teks,

dengan menawarkan konsep repertoire. Repertoire yang digunakan dalam analisis

ini adalah memusatkan perhatian pada proses interaksi antara teks dengan

pembacanya, sehingga menghasilkan suatu respons atau objek estetik. Dalam hal ini

untuk memunculkan objek estetik atau respons, maka yang berhak dalam melakukan

tindakan tersebut hanyalah pembaca. Iser (1987: 21) menekankan bahwa ada dua

pola dalam karya sastra yaitu artisitik dan estetik. Pembaca berperan penting dalam

realisasi makna, yaitu kaitannya dengan pola estetik dalam teks sastra. Hal ini

dipertegas kembali dengan ungkapan Iser (1987: 20) bahwa teks hanya akan

memberi makna apabila teks itu dibaca (dilakukan pembacaan). Oleh karena itu,

untuk menggali repertoire yang ada dalam TGG, perlu dilakukan pembacaan.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

32

Dimana, metode yang dilakukan dalam analisis ini adalah metode baca (pembacaan

terhadap teks).

Berdasarkan pada pernyataan bahwa teks sastra dapat didefinisikan sebagai

area indeterminasi atau wilayah ketidakpastian/tidak menentu (Iser, 1987: 24). Area

indeterminasi ini disebut juga ―wilayah atau ruang-ruang kososng‖ yang kerap

dikenal dengan sebutan Leerstellen. Tempat-tempat terbuka atau ruang-ruang

kosong ini memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mengisinya. Peran

pembaca mengisi ―ruang-ruang kosong‖ dalam teks ini dalam kondisi komunikasi

atau melakukan dialog dengan teks yang dibacanya. Jelasnya, komunikasi dapat

terjadi, bila pembaca melakukan tindak pembacaan terhadap teks TGG.

Selain itu, teks bisa menimbulkan efek (Wirkung) kepada pembaca. Efek ini

akan mempengaruhi atau menstimulasi pengalaman serta pemikiran-pemikiran yang

dimiliki pembaca. Oleh karena dengan adanya area indeterminasi pada teks,

membuat seorang pembaca membuka pikirannya. Pada saat itulah ide-ide ataupun

penafsiran muncul, mengacu pada pengalaman serta bekal pengetahuan yang

dimiliki. Proses berdialog atau komunikasi yang telah dilakukan dikendalikan oleh

strategi. Strategi merupakan background dan foreground yang mengatur persepsi

pembaca, agar pemaknaan yang akan dihadirkan nantinya tidak semena-mena.

Selain itu, strategi ini juga akan mewujudkan ―bekal atau gudang pengetahuan‖ yang

dimiliki pembaca yang selanjutnya akan melakukan gerakan tarik-menarik atau

kesepakatan dengan harapan-harapan pembacaan yang tersimpan serta kemampuan

pembaca melakukan tindakan kreatif dalam mengimajinasikan teks yang dibacanya

Page 33: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

33

sehingga, harapan akhir dari pembacaan pembaca dapat terwujud dalam bentuk

konkretisasi (realisasi makna potensial teks) yaitu wujud objek estetik.

Melalui proses tersebut, diharapkan repertoire teks TGG dapat

diaktualisasikan. Repertoire dimanfaatkan sebagai pemandu oleh pembaca (peneliti)

untuk mencari hubungan antara fakta dengan fiksi, yaitu fakta atau realitas yang

terepresentasi dalam teks TGG. Fakta yang termasuk dalam lingkup norma atau

realitas sosial budaya, dan historis. Fakta sosialnya yaitu berupa konsep American

Dream, bila dihubungkan degan perspektif repertoire, American Dream merupakan

salah satu fakta yang menjadi background cara pandang suatu masyarakat,

khususnya Amerika. Konsep American Dream ini mewakili adanya pola pikir, cara

pandang masyarakat dalam keseharian aktivitas hidupnya yang dimunculkan dalam

teks-teks TGG. Hal ini menekankan bahwa American Dream memiliki keterkaitan

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial maupun kultural masyarakat

Amerika. Seperti yang dijelaskan oleh Adams (dalam Cullen, 200: 6) bahwa

American Dream adalah suatu pencapaian mimpi akan hidup yang lebih baik, lebih

kaya, dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas dan

golongan. Berbicara tentang Amerika, tidak terlepas dari kondisi masyarakatnya,

yakni dimana Amerika sendiri yang merupakan tanah subur yang menjanjikan.

Sehingga tidak sedikit dari masyarakat yang berada di belahan negara Eropa datang

demi mewujudkan cita-cita dan kesuksesan hidup yang lebih baik. Persoalan ini

tergambar dengan adanya masyarakat kelas, dunia bisnis, majunya ekonomi,

bebasnya minuman alkohol (sebagai fakta sosial) yang dilatar belakangi oleh

Page 34: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

34

fenomena pasca perang Dunia I (sebagai fakta historis). Sehingga dalam tindak

pembacaan dan komunikasi yang terus-menerus dilakukan oleh pembaca (peneliti)

dapat diungkapkan keterkaitan antara realitas atau fakta yang tercermin dalam teks

TGG. Komunikasi antara teks dan pembaca dilakukan berulang-ulang sampai

menghasilkan makna teks secara keseluruhan.

Setelah melakukan pembacaan, selanjutnya dilakukan klasifikasi. Dalam

klasifikasi ini dua cara yang akan dilakukan yaitu living in dan living out (Sangidu,

2004: 74). Cara ini dipergunakan untuk mengelompokkan data yang mendukung

unsur-unsur yang berkaitan dengan repertoire, yakni data yang sesuai akan masuk

pada living in—yang berupa norma atau fakta sosial budaya dan historis. Sementara

data yang tidak berkaitan dengan repertoire akan di living out. Dengan demikian,

dapat diketahui seberapa jauh teks merepresentasikan realitas yang ada dalam TGG,

dan repertoire teks dapat diungkapkan. Setelah dilakukan pengelompokan data,

akan dilakukan konklusi, yaitu tujuannya untuk membuat simpulan dari hasil

penelitian berdasarkan klasifikasi dari data yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya

dapat digambarkan cara kerja penelitian ini pada bagan berikut.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

35

Bagan 2: Langkah kerja penelitian

nn

Pembaca TGG

Pengungkapan Materi

Repertoire

Norma sosial budaya

Norma/fakta Historis

Wolfgang Iser

-American Dream,

Masyarakat kelas,

Materialis, Bisnis, dan

Skandal suap (fakta sosial).

-Pesta dansa dan musik Jazz

atau Jazz age (fakta budaya)

-Pasca Perang (PD-I)

-Pertempuran di Hutan

Argonne

-Undang-undang

Prohibition (Pelarangan

Alkohol).

Respons Estetik

Repertoire Wirkung/Efek

Page 36: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84099/potongan/S2-2015... · Scott Fitzgerald’s The Great Gatsby”. Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan

36

1.9 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang

terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II

berisi perwujudan atau pengungkapan repertoire dalam The Great Gatsby yang

meliputi norma atau fakta sosial American Dream, masyarakat kelas atas (upper

class) dan kelas bawah (lower class), bisnis, dan kurangnya nilai moral, serta norma

budaya yang terungkap (lifestyle [gaya hidup], jazz age [era jazz], musik jazz dan

dansa) sebagai repertoire. Bab III membahas norma historis sebagai repertoire,

yaitu perubahan hidup pasca-PD I, skandal suap dalam (1919 World Series) serta

undang-undang Prohibition (Pelarangan). Bab IV merupakan penutup, yang berisi

simpulan dan saran.