29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Cina kini telah menjadi negara yang bisa bersaing dengan negara maju lainnya seperti, Amerika Serikat dan Jepang. Perubahan negara Cina yang cepat membantunya untuk maju dan berkembang luas di dunia sebagai negara yang harus dipertimbangkan. Dunia telah mengakui kemajuan Cina yang semakin meningkat. Peningkatan ekonomi yang cepat sudah menjadikan Cina sebagai calon negara maju selanjutnya. Bahkan Cina pun diramalkan akan menjadi negara nomer satu yang akan menggantikan posisi Amerika Serikat. Seperti dalam wacana Andrew Kohut selaku Direktur Pendiri Pew Research Center 1 , menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Eropa berpandangan bahwa Cina akhirnya akan mengalahkan Amerika Serikat sebagai negara adidaya terkemuka, hasil ini merupakan pandangan mayoritas lima dari tujuh negara Amerika Latin 2 . Seperti yang di ketahui bahwa negara Cina dahulu merupakan negara yang memiliki sistem pemerintahan tertutup. Berawal dari kebijakan politik Mao Zedong tahun 1949 yang mengubah Cina menjadi negara Republik Rakyat Cina (RRC) dengan sistem pemerintahan komunis. Sistem ekonomi Cina pada saat kepemimpinan Mao Zedong merupakan sistem yang selalu identik dengan 1 Pew Research Center, merupakan sebuah organisasi media info yang terbentuk sebagai sebuah wadah berupa fakta fakta informasi publik tentang isu-isu, sikap, tren yang membentuk Amerika dan dunia. Metode yang dilakukan dengan poling opini publik, penelitian demografi (perubahan penduduk), serta menganalisis isi media juga meneliti ilmu sosial empiris lainnya, dalam http://www.pewresearch.org/about/ diakses pada tanggal 04 September 2013, pukul 17.16 WIB. 2 Dina Mirayanti Hutauruk, 2013, Susul Amerika, China Diyakini Jadi Negera Ekonomi Terbesar, OkeZone, dalamhttp://economy.okezone.com/read/2013/07/18/213/839089/susul-amerika-china- diyakini-jadi-negara-ekonomi-terbesa diakses pada tanggal 04 September 2013, pukul 17.24 WIB.

BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21673/2/jiptummpp-gdl-bunganuran-38858-2-babi.pdf(RRC) dengan sistem pemerintahan komunis. Sistem ekonomi Cina pada saat kepemimpinan

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Cina kini telah menjadi negara yang bisa bersaing dengan negara maju

lainnya seperti, Amerika Serikat dan Jepang. Perubahan negara Cina yang cepat

membantunya untuk maju dan berkembang luas di dunia sebagai negara yang

harus dipertimbangkan. Dunia telah mengakui kemajuan Cina yang semakin

meningkat. Peningkatan ekonomi yang cepat sudah menjadikan Cina sebagai

calon negara maju selanjutnya. Bahkan Cina pun diramalkan akan menjadi negara

nomer satu yang akan menggantikan posisi Amerika Serikat. Seperti dalam

wacana Andrew Kohut selaku Direktur Pendiri Pew Research Center1,

menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Eropa berpandangan bahwa Cina

akhirnya akan mengalahkan Amerika Serikat sebagai negara adidaya terkemuka,

hasil ini merupakan pandangan mayoritas lima dari tujuh negara Amerika Latin2.

Seperti yang di ketahui bahwa negara Cina dahulu merupakan negara yang

memiliki sistem pemerintahan tertutup. Berawal dari kebijakan politik Mao

Zedong tahun 1949 yang mengubah Cina menjadi negara Republik Rakyat Cina

(RRC) dengan sistem pemerintahan komunis. Sistem ekonomi Cina pada saat

kepemimpinan Mao Zedong merupakan sistem yang selalu identik dengan

1Pew Research Center, merupakan sebuah organisasi media info yang terbentuk sebagai sebuah

wadah berupa fakta – fakta informasi publik tentang isu-isu, sikap, tren yang membentuk Amerika

dan dunia. Metode yang dilakukan dengan poling opini publik, penelitian demografi (perubahan

penduduk), serta menganalisis isi media juga meneliti ilmu sosial empiris lainnya, dalam

http://www.pewresearch.org/about/ diakses pada tanggal 04 September 2013, pukul 17.16 WIB. 2Dina Mirayanti Hutauruk, 2013, Susul Amerika, China Diyakini Jadi Negera Ekonomi Terbesar,

OkeZone, dalamhttp://economy.okezone.com/read/2013/07/18/213/839089/susul-amerika-china-

diyakini-jadi-negara-ekonomi-terbesa diakses pada tanggal 04 September 2013, pukul 17.24 WIB.

2

komunis yakni sistem ekonomi komando3. Sehingga negara Cina menjadi negara

yang tertutup dengan negara lain yang menganut sistem liberal. Namun, kondisi

Cina sekarang berbeda. Cina yang dulunya tertutup kepada negara liberal kini

terbuka kepada kaum liberal bahkan mengajak negara liberal untuk bekerjasama

seakan - akan tidak ada perbedaan diantara negara komunis dan negara liberalis.

Cina pun berkembang pesat yang dikategorikan sebagai negara dengan tingkat

perekonomiannya tinggi.

Keberhasilan Cina ini berawal dari perubahan kebijakan atau sistem

ekonomi pasar melalui gagasan Gaige Kaifang (reformasi dan membuka diri)

pada tahun 1978. Kebijakan ekonomi ini menerapkan sistem ekonomi pintu

terbuka kepada dunia internasional. Pemikiran Gaige Kaifang ini dihadirkan oleh

Deng Xiaoping sebagai kepala pemerintahan Cina pada masa itu. Lebih jelasnya

Deng Xiaoping memproklamasikan kebijakannya pada sidang Komite Sentral ke-

11 bulan Desember 19784. Setelah jabatannya naik, Deng Xiaoping memberi

perubahan kepada rakyat dan negara Cina. Sehingga negara Cina yang dahulu

xenophobia5 berubah menjadi terbuka kepada semua negara.

Semenjak menjadi pemimpin, Deng Xiaoping mulai menerapkan aspek –

aspek yang menggambarkan nilai Gaige Kaifang. Dimulai dari membuka pasar

bebas Cina hingga memberi peluang kepada investor asing. Situasi tertekan yang

diciptakan ketika sistem ekonomi komando mulai berubah dengan sistem

3 Sistem ekonomi di mana semua kebijakan ekonomi adalah atas kebijakan pemerintah, segala

obyek ekonomi seperti tanah, pabrik industri dan segala macam yang berkaitan dengan hal

ekonomi merupakan milik pemerintah, diatur oleh pemerintah sepenuhnya bahkan kontrol harga

merupakan kebijakan pemerintah pusat dan tidak dapat diganggu gugat. 4 Bob Widyahartono, 2004, Bangkitnya Naga Besar Asia (Peta Politik, Ekonomi, dan Sosial China

menuju China Baru), Yogyakarta, Penerbit Andi, hal. 45 5 “Anti terhadap orang asing atau benda asing” dalam kamus, John M. Echols dan Hassan

Shadily, 1976, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 657.

3

ekonomi pasar ini. Namun, Deng Xiaoping ingat bahwa Cina adalah negara

komunis maka dari itu sistem pemerintahan Cina merupakan komunis.

Dengan kepercayaan komunis, Deng Xiaoping memperagakan gaya koboy

ala Texas, Deng Xiaoping merupakan pemimpin komunis pertama dan

revolusioner yang menginjakkan kakinya di tanah liberal, Amerika Serikat. Hal

ini ditunjukkan Cina sebagai sikap positif untuk melakukan kerjasama Cina –

Amerika Serikat6.

Hal yang pertama dilakukan oleh Deng Xiaoping sebagai tujuan perubahan

atau modernisasi Cina ialah menerapkan program Empat Moderenisasi, yaitu

program kebijakan baru yang terdiri dari aspek pertanian, industri, ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta pertahanan nasional di mana telah di setujui oleh

Komite Sentral Partai Komunis pada bulan Desember tahun1978. Namun sebelum

tujuan tersebut dilaksanakan, program Empat Modernisasi ini sudah dibentuk oleh

Deng Xiaoping dan Zhou Enlai pada Kongres Rakyat Nasional Keempat tahun

19757.

Selain itu, Deng Xiaoping memberikan kebebasan pada sektor pendukung

perekonomian seperti yang tercantum pada empat moderenisasi. Misalnya salah

satu sektor penting di Cina ialah sektor petani, para petani yang diberi upah rata

oleh pemerintah sebelumnya, pada zaman pemerintahan Deng Xiaoping rakyat

diberikan peluang untuk mengelolah tanah tersebut. Setiap penghasilan para

petani sesuai dengan hasil kinerja tersebut yang sesuai dengan banyaknya

6 Whitney Stewart, 2001, A Lerner Biography Deng Xiaoping (Leader in a Changing China,

U.S.A., Lerner Publications Company, hal. 12. 7Leman Yap, 2009, The Best of Chinese “Heroic Leaders”(Belajar dari Mereka yang Berhasil

Mengubah Krisis dan Ketidakpastian Menjadi Peluang Kesuksesan), Jakarta, Gramedia Pustaka

Utama, hal. 142.

4

produksi yang di hasilkan. Adapun hal lain seperti menghapus monopoli

perdagangan negara dan melakukan mekanisme pasar seperti harga barang

diserahkan kepada permintaan dan penawaran yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat (lingkungan pasar misalnya) walaupun sebenarnya peran pemerintah

masih tetap ada sebagai peran pengambil tugas dalam stabilitas harga. Para

pengusaha industri diberi otonomi mengatur kegiatan ekonomi tersebut. Serta

memberi peluang pada investor asing untuk menanamkan modal di Cina.

Pemerintah serius dalam mengajak investor asing masuk dan berinvestasi

di Cina dengan pembentukan ZEK (Zona Ekonomi Khusus) pada tahun 1980

yang berlokasi di provinsi Guandong (Zhuhai, Shantou, Shenzhen), Xiamen di

provinsi Fujian dan Hainan. Tujuannya memberikan fasilitas dan kemudahan bagi

investor asing. Seperti memberikan kemudahan pajak, memberikan peraturan

yang sederhana, mengurangi birokrasi yang tidak penting, pelayanan, keamanan,

kepastian hukum dan sebagainya8.

Walaupun sistem ekonomi di Cina terbuka bukan berarti sistem

pemerintah di Cina ikut terbuka. Hal itu dikarenakan Deng Xiaoping merupakan

seorang komunis sejati. Deng Xiaoping tidak mempermasalahkan sistem

perekonomian Cina yang berubah asalkan ditopang dengan sistem pemerintahan

komunis untuk menciptakan politik yang kuat. Dalam buku David Goodman

menyatakan9 Deng Xiaoping menjalankan moderenisasi dan nasionalisi demi

membaiknya ekonomi Cina dan kekuatan penuh secara politik.

8 Nanda Akbar A., 2011, Transformasi Besar China (Dinamika Negara Dalam Kebangkitan

Ekonomi), Jogja Mediautama, Yogyakarta, hal. 101. 9 David S. G. Goodman, 2002, Deng Xiaoping and The Chinese Revolution (A Political

Biography), Routledge, London – New York, Hal. 3

5

Setelah pasca pemerintahan Mao Zedong, Cina menjadi negara dunia

ketiga yang berhasil menggabungkan dua sistem yang berbeda, melalui Gaige

Kaifang di Cina yang disebut sebagai sistem ekonomi terbuka berbasis sosialis

Cina atau bisa juga disebut sebagai ekonomi pasar dengan sistem politik

komunis. Dua hal yang sebelumnya sangat bertentangan bahkan tidak mungkin

disatukan karena pemikiran yang berbeda namun sudah dibuktikan oleh Cina

bahwa Cina mampu melangkah maju dengan dua sistem tersebut.

Di dalam reformasi, Deng Xiaoping berperan penting sebagai pemimpin

RRC dan orang yang pertama mampu mengubah metode komunis di Cina. Secara

bertahap Deng Xiaoping membawa Cina ke dunia internasional dengan cara

berhubungan dengan negara – negara liberal yang notabennya merupakan lawan

dari kelompok komunis. Melalui Gaige Kaifang Deng Xiaoping bekerja sama

dengan negara liberal. Hal ini yang menjadikan DengXiaoping sebagai contoh di

dunia dan terkenal sebagai Bapak Revolusi.

Perubahan kebijakan ekonomi Cina dibawah pemerintahan Deng Xiaoping

tersebut menarik untuk diteliti. Dimulai dari apa yang memotivasi Deng Xiaoping

untuk merubah kebijakan ekonomi dan tujuan utama pengambilan kebijakan

ekonomi yang dapat ditelusuri dengan mempelajari latar belakang dari kehidupan

Deng Xiaoping itu sendiri dan keluarga, pendidikan sampai pada aktifitasnya di

dalam dunia politik dan lainnya yang berhubungan dengan faktor – faktor

pendorong Deng Xiaoping untuk mereformasi Cina. Karena hal tersebut

mempengaruhi perilaku Deng Xiaoping serta menjadi landasan awal pengambilan

kebijakan.

6

Deng Xiaoping pernah mendapatkan penolakan dari pemikirannya yang

kapitalis bahkan sebelum Deng Xiaoping menjadi pemimpin di Cina. Deng

Xiaoping sendiri pernah dijatuhkan dan dianggap sebagai penentang komunis oleh

Mao Zedong karena merasa telah menentang sistem yang sudah ditetapkan oleh

Mao Zedong10

. Namun Deng Xiaoping bersama rekan pendukung seperti Liu

Siauqi dan Zhou Enlai berpendirian teguh dan terus memperjuangkan

kesejahteraan rakyat Cina yang sering disebut moderenisasi Cina contoh salah

satunya ialah pembentukan Empat Moderenisasi.

Deng Xiaoping mengetahui bahwa negara komunis tidak selamanya harus

identik dengan kemiskinan, negara komunis berhak menjadi negara kaya yang

sama halnya dengan negara liberal. Menurut Deng Xiaoping nilai sosialis dalam

komunis merupakan cara untuk meningkatkan standar kehidupan, bertujuan

mengurangi kemiskinan, dimana tugas pokok itu seperti pengembangan kekuatan

produksi (pertanian dan industri), menciptakan kesejahteraan sosial yang lebih

baik memenuhi kebutuhan material serta kultural rakyat yang menjadi baik11

.

Sesuai dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui dan

meneliti lebih jauh tentang Deng Xiaoping. Penulis ingin mengetahui apa yang

menyebabkan Deng Xiaoping untuk mengambil kebijakan berbeda dari pemimpin

10

Pada saat itu, Revolusi Kebudayaan yang menyebabkan kemerosotan pada perekonomian

masyarakat Cina, dan Deng Xiaoping beserta rekan – rekannya terutama Liu Shaoqi yang pada

saat itu juga menjabat sebagai presiden sementara RRC berusaha untuk meredakan beban rakyat

dengan mencanangkan Program “Tiga Milik Pribadi dan Satu Garansi (Sanzi yibao)”, yang mana

Liu mengizinkan rakyat untuk mengerjakan tanah miliknya sendiri, dalam, Ivan Taniputera, 2011,

History Of China, Yogyakarta, Ar-Ruzzmedia, hal. 587. 11

Nainggolan, Poltak Pattogi, 1995, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping: Pasar Bebas

dan Kaitalis Dihidupkan Lagi, Pustaka Sinar Harapan, dalam artikel Erlita Tantri, Perkembangan

dan Kekuatan Ekonomi China, Jakarta, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR-LIPI),

dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/113084948_1411-7932.pdf diakses pada Tanggal 20

Februari 2013, pukul 19.34 WIB.

7

komunis lainnya yang anti liberal dengan mereformasi Cina melalui metode

Gaige Kaifang (reformasi dan terbuka).

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di dalam penelitian ini timbul pertanyaan

dalam rumusan masalah ini yaitu mengapa Deng Xiaoping mengambil perubahan

kebijakan ekonomi Gaige Kaifang di Cina ?

1.3. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah latar belakang Deng

Xiaoping dan menjelaskan tentang “Pengaruh Deng Xiaoping Terhadap

Pengambilan Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang”di Cina.”

1.4. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian terbagi atas dua manfaat yaitu manfaat

akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Akademis.

Sebagai bahan kajian untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

bidang Hubungan Internasional, khususnya tentang “Pengaruh Deng Xiaoping

Terhadap Pengambilan Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang” di Cina.”

1.4.2. Manfaat Praktis.

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan referensi untuk

menambah informasi dan masukan dalam memecahkan masalah penelitian

berikutnya, terutama yang berhubungan dengan Kebijakan Gaige Kaifang di Cina

8

era Deng Xiaoping. Serta berguna untuk menjawab pertanyaan yang muncul

dalam masyarakat terutama mengenai latar belakang Deng Xiaoping dalam

mengambil keputusan Gaige Kaifang di Cina.

1.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pembeda antara penelitian

sebelumnya dengan penelitian lain. Tujuan daripada itu ialah untuk melihat

pembaharuan dan perbedaan dari penelitian lain. Penelitian terdahulu yang

sekiranya dapat menjadi acuan pembaharu dan pembeda dalam penelitian ini

adalah pada penelitian terdahulu, pertama milik Erlita Tantri dengan judul

Perkembangan dan Kekuatan Perekonomian Cina12

. Dalam latar belakang artikel

Erlita Tantri tersebut menjelaskan bagaimana awal mula dari reformasi atau

perubahan yang terjadi di Cina dari era Mao Zedong ke era Deng Xiaoping

berikut dengan aspek – aspek yang terjadi seperti perubahan kebijakan ekonomi

pada era Mao Zedong yang berupa sistem komando sedangkan pada era Deng

Xiaoping yang mengubahnya menjadi sistem ekonomi pasar. Tujuan dari artikel

ini ialah untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan Cina dalam

meningkatkan perekonomiannya sehingga menjadi sebuah negara perekonomi

yang besar di Asia. Serta bagaimana pengaruh dari perubahan kebijakan ekonomi

era Deng Xiaoping terhadap perkembangan Cina yang signifikan tersebut.

Dalam rumusan masalah Erlita bertujuan untuk mengetahui perkembangan

dan aspek kekuatan perekonomian di Cina, khususnya dalam bidang pertanian dan

industri, serta bagaimana peranannya dalam perubahan sosial, khususnya dalam

12

Erlita Tantri Perkembangan dan Kekuatan Perekonomian China, Ibid., dalam

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/113084948_1411-7932.pdf diakses pada tanggal 20 Februari

2013, pukul 15.25 WIB.

9

pertumbuhan kelas menengah di RRC. Erlita juga menggunakan penulisan dengan

metodologi deskriptif serta menggunakan konsep ekonomi pasar untuk penelitian

dalam artikelnya.

Penelitian kedua ialah penelitian bentuk jurnal milik Yongjiu Shu, Qingfei

Zhai, & Rui Wang dengan judul The Great Open-minded Thinking by Deng

Xiaoping and Its Contemporary Significance13

. Pada abstraksi jurnal ini ingin

mengetahui pemikiran – pemikiran dari Deng Xiaoping dalam mengambil

keputusan untuk sistem ekonomi terbuka dan memberikan dampak yang baik bagi

perkembangan perekonomian di Cina.

Dalam penulisan terbagi beberapa aspek pemikiran Deng Xiaoping.

Adapun beberapa aspek yang terbagi di dalamnya ialah sebagai berikut:

i. The Historical Background of the Great Open-minded Thinking by Deng

Xiaoping, dalam rangkumannya di aspek ini penulis menjelaskan latar

belakang negara Cina itu sendiri mengadopsi sistem sosialis yang

memberikan dampak kurang baik pada perkembangan masyarakat,

khususnya dalam kesejahteraan ekonomi perindividu. Seperti

permasalahan makanan dan tempat tinggal belum terselesaikan dengan

baik. Sistem sosialis mengisolasi Cina terhadap dunia internasional.

Terciptanya dua sistem dunia yang bertentangan akibat dari pasca perang

dunia, memberikan dampak yang signifikan dalam hubungan internasional

13

Jurnal milik Yongjiu Shu, Qingfei Zhai, & Rui Wang, The Great Open-minded Thinking by

Deng Xiaoping and Its Contemporary Significance, Kanada, Canadian Center of Science and

Education, dalam http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=the%20great%20open-

minded%20thinking%20by%20deng%20xiaoping%20and%20its%20contemporary%20significan

ce&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ccsenet.org%

2Fjournal%2Findex.php%2Fass%2Farticle%2Fdownload%2F25292%2F15732&ei=4ojwUfu5N8

WsrAer0IHYDw&usg=AFQjCNEBrRilA9X4zevwnAjyHnfEhjXtZQ&bvm=bv.49784469,d.bmk,

diakses pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 10.30 WIB.

10

suatu negara, konflik, ketidakstabilan di negara – negara tertentu, namun

yang paling terpenting dalam hal ini ialah perekonomian masyarakat demi

tujuan kesejahteraan rakyat. Pada era reformasi tahun 1970an Deng

Xiaoping mengambil kebijakan ekonomi pasar.

ii. Major Content of the Great Open-minded Thinking by Deng Xiaoping,

dalam penulisan ini terdapat dua pemikiran Deng Xiaoping di mana telah

diterapkan pada era pemerintahannya. Antara lain, (a) external thinking,

sosialisme harus menyerap dan memanfaatkan semua prestasi peradaban

maju yang diciptakan oleh kapitalisme untuk mengembangkan dan

memperluas sendiri. Dalam komite 11 Deng Xiaoping mengungkapkan

bahwa negara Cina merupakan negara sosialis. Namun dalam

penerapannya bukan berarti tidak menerapkan sistem kapitalis khususnya

dalam kebijakan ekonomi, di mana kapitalis memiliki modal untuk

perkembangan di Cina dan kapitalis hanya digunakan sebagai

perkembangan perekonomian di Cina saja tidak dalam segala aspek. Cina

butuh kapitalis, juga perlu untuk memanfaatkan sepenuhnya dari kedua

pasar baik internasional maupun domestik serta efektifitas sumber daya

dalam lingkup yang lebih luas. Sadar akan kebutuhan sumber daya alam

yang tidak dimiliki, maka Cina perlu suatu hubungan kerjasama antar

negara. Sebagai landasannya maka negara diharuskan untuk membuka

pintu nasional untuk kepentingan nasional negara Cina. Selanjutnya, (b)

internal thinking, kebijakan reformasi dapat memperkuat kekuatan

ekonomi dalam negeri, karena sistem ekonomi dalam gagasan Deng

Xiaoping tidak mengikat masyarakat, dan justru masyarakat dibebaskan

11

untuk berkreasi dan kreatif dalam menciptakan pasar modal guna

meningkatkan perekonomian negara Cina, yaitu sistem pasar bebas.

iii. The Contemporary Significance of the Great Open-minded Thinking by

Deng Xiaoping, dasar pemikiran Deng Xiaoping tidak mengubah ideologi

dari Marxist, melainkan mengembangkan ideologi tersebut tanpa

mengubah unsur dasar dari sistem politik, karena ideologi Marxist menjadi

pedoman untuk mempertahankan Partai Komunis Cina dan pembangunan

nasional Cina.

Berdasarkan uraian jurnal Yongjiu Shu, Qingfei Zhai, & Rui Wang, mereka ingin

menjelaskan dan mengkategorikan bagaimana pemikiran dari Deng Xiaoping

dalam menerapkan pemikirannya pada periode masanya, serta pentingnya konsep

Marxisme dalam mempertahankan politik nasional Cina.

Penelitian ketiga, ialah penelitian dalam bentuk artikel milik Jungwon

Yong dengan judul The Technocratic Trand and Its Implication in China14

. Dalam

pendahuluan penelitian ini Yong menjelaskan tentang keberhasilan dari kebijakan

reformasi pada era Deng Xiaoping. Transformasi ini memberi perubahan besar

pada teknokrat Cina pada saat itu. Perbedaan yang ditimbulkan yaitu nggota PKC

yang dulu direkrut oleh Mao Zedong di ganti oleh Deng Xiaoping ketika masa

pemerintahannya. Deng Xiaoping mengubah anggota PKC dan pemerintahan lain.

Hal ini dilihat dari profesi serta latar belakang masing – masing anggota

14

Jungwon Yong, 2007, The Technocratic and Its Implication in China, presented at International

Multidiciplinary Graduate Student Conference, Washington, DC, dalam

http://archive.cspo.org/igscdocs/Jungwon%20Yoon.pdf diakses pada tanggal 21 Juli 2013, pukul

18.14 WIB.

12

pemerintahan. Dari masa Mao Zedong yang telah merekrut petani, tentara dan

tenaga kerja diganti oleh para ilmu pengetahuan dan kaum intelek (insinyur).

Pada artikel ini, Yong berfokus pada teknokrat dalam reformasi di Cina.

Dalam pembahasannya Deng Xiaoping memaparkan tentang sejarah teknokrat.

Adapun empat rumusan masalah yang ingin di cari Yong yaitu, 1) apa latar

belakang dan keaslian dari elit teknokrat Cina, 2) bagaimana kekuatan mereka, 3)

dengan cara apa mereka berbeda dari para pendahulu mereka serta rekan mereka

dari Barat, 4) apakah kepemimpinan teknokrasi ini diaplikasikan kepada

masyarakat Cina. Untuk menjawab rumusan masalah diatas Yong menggunakan

konsep Teknokrasi.

Hasil dari penelitian Yong yaitu corak kepemimpinan Cina telah

mengimplikasikan teknokrat Cina setelah reformasi. Beberapa hal yang terlihat

dari implikasi teknokrasi Cina yaitu kepemimpinan PKC yang muda dan

berpendidikan tinggi ketimbang pendahulunya. Teknokrasi ini sering disebut

sebagai moderenisasi reformasi Cina.

Perkembangan lain banyak mahasiswa Cina yang berasal dari warga asing,

diantaranya berasal daru US dan Eropa Barat. Teknorasi Cina dirasa telah

memberikan keuntungan terhadap perkembangan politik dan ekonomi

kepemimpinan Cina. Namun dari semua itu masih ada beberapa kaum intelek lain

yang berbeda pendapat berbeda dan menyangkal adanya teknokrasi Cina kaena

mereka merasa bahwa teknokrasi bukan berasal dari ahli teknik melainkan berasal

dari politisi yang hanya bernamakan insinyur.

13

Pada penelitian keempat merupakan penelitian dari David Sambaugh

dengan judul penelitian Deng Xiaoping: The Politician15

. Dalam artikel ini

membahas tentang perilaku politik Deng Xiaoping dari waktu ke waktu, dan

artikel ini juga dengan sengaja tidak mengadopsi pendekatan analisis tentang

keputusan kebijakan Deng Xiaoping dalam berbagai isu sebagai sebuah indikasi

(pedoman) gaya politiknya. Adapun perilaku politik yang ingin dipelajari dalam

penulisan David Sambaugh ini seperti gaya kerja administrasi (tatausaha), agenda

kebijakan, strategi – strategi, teknik peraturan, sumber dan penggunaan

kekuasaan, interaksi dengan rekan kerja, bawahan dan calon penggantinya, dan

metode pengambilan keputusan, dan implementasi (pelaksanaan/ penerapan)

kebijakan. Secara keseluruhan artikel ini meneliti tentang perilaku Deng Xiaoping

sebagai individu politik serta tipe gaya kepemimpinannya.

Adapun alat yang digunakan oleh David Sambaugh dalam penelitian ini

dengan menggunakan tiga paradigma analisis. Pertama, "power base" approach

(pendekatan “kekuatan dasar”). Metode ini berguna untuk menganalisis

bagaimana politisi bergerak naik melalui hirarki (tingkat) organisasi (partai,

prajurit, negara) dan mengembangkan wewenang kepemimpinan. Pada

pendekatan ini di Cina terdapat empat variasi prinsip yaitu credentialist (surat

kepercayaan/ mandat) yang melihat kekuatan dari kenaikan politisi melalui

pangkat dengan melihat kemampuan dan pengalaman, personal (pribadi)

menjelaskan dasar kekuatan dalam sistem politik Cina ada dua prinsip yaitu

15

David Sambaugh, 1993, Deng Xiaoping: The Politician, The China Quarterly, No. 135, hal. 457

– 490 published Cambrige University Press on behalf of the School of Oriental and African

Studies dalam http://www.jstor.org/stable/654098diakses pada tanggal 23 November 2009, pukul

03.15, dalam http://www.mconway.net/page1/page9/files/Deng%20the%20Politican.pdf diakses

pada tanggal 16 Juni 2013, pukul 15.50 WIB.

14

pelindung nasabah dan isu dasar jaringan faksi, institutional (kelembagaan) yang

menjelaskan kekuatan dasar Cina adalah akar dari partai, negara dan birokrasi

militer, territorial (wilayah hukum) kekuatan dibawa dari daerah tertentu dari

negara. Kedua, “paramounts leader”approuch (pendekatan “pemimpin

tertinggi”). Ini adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan Deng

Xiaoping, khususnya sejauh Deng Xiaoping tidak pernah memegang portofolio

resmi Presiden, Ketua atau Sekretaris Jenderal Partai Komunis, atau perdana

menteri dalam Dewan Negara, meskipun Deng Xiaoping dijadikan sebagai

Sekretaris Jenderal Komite Sentral, Ketua Komisi Militer Pusat, dan Wakil

Perdana Menteri Dewan Negara. Pendekatan ini berusaha untuk memahami gaya

Deng Xiaoping sebagai pemimpin tertinggi bangsa, meskipun ia tidak memegang

posisi resmi yang penting. Ketiga, “agenda-setting”(agenda – seting). Pada

paradigma ini merupakan pendekatan yang mengkaji agenda politik nasional,

untuk melihat para pemimpin mampu mengatur suatu agenda nasional. Serta

bagaimana seorang pemimpin bernegosiasi dan membangun koalisi (kombinasi

antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama) untuk

mengadopsi dan menerapkan kebijakan yang diberikan.

Selanjutnya pada penelitian kelima, penelitian artikel milik Rusdi Amor,

Cina dan Hegemoni Baru Ekonomi16

. Pada abstraksi artikel ini secara garis besar

membahas perubahan kebijakan di Cina khususnya pada aspek ekonominya dari

16

Rusdi Amor, 2006, Cina danKuasa Hegemoni Baru Ekonomi, Fakulti Pengajian Antarabangsa

Universiti Utara Malaysia, dalam

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20ekonomi%20china&source=web&cd=6&ca

d=rja&ved=0CFUQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.ijms.uum.edu.my%2Findex.php%2Fjooml

a-forums%2Fcategory%2F9-ijms-vol.-13-no.-1-june-2006-10%3Fdownload%3D90%253Achina-

dan-kuasa-hegemoni-baru-

ekonomi&ei=QbgkUciLG4jJrQf0ooDQBQ&usg=AFQjCNHuKR9gTr3snCSZvK7OqRZsFuufxg

&bvm=bv.42661473,d.bmk , diakses pada tanggal 20 Februari 2013, pukul 19.47 WIB.

15

kebijakan tertutup berubah menjadi kebijakan ekonomi terbuka yang diterapkan

oleh pemimpin negara Cina Deng Xiaoping dalam upaya untuk menghasilkan

aktivitas perekonomian kompetitif serta kepentingan keanggotaan Cina dalam

organisasi perdagangan dunia WTO. Adapun perubahan tersebut memberikan

dampak yang positif terhadap peningkatan perekonomian di Cina dan juga

membawa Cina ke ranah internasional sebagai negara yang mampu bersaing

dengan negara adidaya lainnya seperti Amerika Serika dan Jepang. Tidak lepas

dari peranan penting dibalik kesuksesan Cina ini ialah ketika perubahan kebijakan

pintu terbuka itu di terapkan oleh Deng Xiaoping pada era 1978. Berbanding

terbalik dengan kondisi Cina sebelum reformasi, Cina masa Mao Zedong

merupakan negara dengan masyarakat yang miskin dan tertutup. Namun, kini

Cina sudah menjadi negara yang berbeda, yang tebuka untuk dunia global, dan

menjadi negara yang siap bersaing dengan negara berpotensi lainnya, serta

menjadi calon penguasa hegemoni baru di dunia. Selain daripada itu, dalam

penelitian Rusdi Amor juga membahas tentang bergabungnya Cina kedalam WTO

dan juga peranan Hong Kong dan Makao yang turut membantu pembangunan

politik di Cina.

Penelitian terdahulu keenam adalah penelitian bentuk artikel milik

Frederick C. Teiwes, dengan judul Politics At The „Core‟: The Political

Circumstances Of Mao Zedong, Deng Xiaoping And Jiang Zemin (Politik Pada

“Inti” : Kondisi Politik Mao Zedong, Deng Xiaoping Dan Jiang Zemin)17

. Pada

penelitian ini Teiwes menggunakan konsep „inti.‟ Tujuan dari konsep ini ialah

17

Frederick C.Teiwes, Politics At The „Core‟: The Political Circumstances Of Mao Zedong, Deng

Xiaoping And Jiang Zemin, dalam, http://chinainstitute.anu.edu.au/morrison/morrison61.pdf ,

diakses pada tanggal 16 Juni 2013, pukul 16.59 WIB.

16

untuk mengkelas - kelaskan sebagai konsep yang akan menjelaskan perbedaan

terhadap cara pemimpin Mao Zedong, Deng Xiaoping, dan Jiang Zemin dimana

ketiga pemimpin ini hadir sebagai pemimpin pusat Cina dan membawa Cina

kepada generasi revolusi. Ketiga pemimpin ini hadir pada generasi yang berbeda,

gaya kepemimpinan yang berbeda, dan gagasan yang berbeda pula. Terfokus pada

era Mao Zedong dan Deng Xiaoping yang memiliki perbedaan generasi

kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang berbeda menjadikan konsep „inti‟

menjadi alat jitu untuk mengetahui hasil dari tujuan penelitian Teiwes ini. Adapun

peran Jiang Zemin namun dalam sejarah melihat Jiang Zemin adalah penerus

dalam kepemimpinan Deng Xiaoping, namun tetap ditambahkan dengan gaya

kepemimpinannya juga.

Batasan – batasan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan

melihat dan menelusuri sejarah era kepemimpinan tiga pemimpin inti ini. Seperti

misal ketika Cina dibawah era Mao Zedong, merupakan revolusi yang membawa

Cina kepada keterbatasan yang diyakini Mao Zedong sebagai sebuah awal

kesuksesan Cina, namun berbeda halnya pada gaya kepemimpinan Deng Xiaoping

yang pragmatis melihat bahwa kepemimpinan yang kolektif (bersama – sama)

merupakan kebijakan revolusi yang baik buat Cina dengan membuka pasar global

Cina. Sedangkan Jiang Zemin pun memiliki sejarah yang berbeda walaupun tidak

terlalu signifikan perbedaannya dengan Deng Xiaoping tapi Jiang Zemin

merupakan pengikut atau penerus dari gaya kepemimpinan Deng Xiaoping yang

berbeda pula dengan gaya kepemimpinan Mao Zedong.

17

Tabel 1. Penelitian Terdahulu.

No. Penelitian Terdahulu Metodologi Penelitian atau

Alat Analisa

Hasil

1. Erlita Tantri, Perkembangan

dan Kekuatan perekonomian

China.

- Deskriptif

- Konsep Ekonomi

Pasar Bebas.

Perubahan kebijakan

ekonomi terbuka

memberikan dampak positif

bagi perkembangan

ekonomi Cina. Didukung

dengan konsistensi Cina

dalam mengembangkan

pasar menjadi pondasi dasar

keberhasilaan perekonomian

Cina, khususnya dalam

keberhasilan industri dan

pertanian, yang juga

dipondasi oleh IPTEK dan

pendidikan.

2. Yongjiu Shu, Qingfei Zhai, &

Rui Wang, The Great Open-

minded Thinking by Deng

Xiaoping and

ItsContemporary Significance

- Marksisme. Tiga pilar pemikiran terbuka

Deng Xiaoping yang terbagi

dalam penelitian ini menjadi

poin – poin penting sebagai

gambaran dari alasan

pemikiran Deng Xiaoping

melakukan reformasi di

Cina.

3. Jungwon Yong, The

Technocratic and Its

Implication in China

- Teori Teknoratik Teknokrat yang diterapkan

pada masa reformasi Deng

Xiaoping memiliki ciri khas

tersendiri, dimana hal itu

berbeda dengan masa

pemerintahan Mao Zedong

sebelumnya. Tekokrasi

konsep yang diterapkan di

Cina memberikan

keuntungan tersendiri bagi

keberlangsungan

perkembangan ekonomi dan

politik Cina pada saat itu.

Namun masih tetap menuai

kontroversi bagi beberapa

kelompok lain yang merasa

teknokrat bukan teknisi

tetapi hanya berasal dari

kaum politisi dengan nama

insinyur.

18

4. David Sambaugh, Deng

Xiaoping: The Politician,

- power base

- paramounts leader

- agenda-setting

Deng Xiaoping masuk

kategori gaya pemimpin

politik yang transformalis

dikarenakan Deng Xiaoping

revolusioner. Deng

merangsang kebangkitan

rakyat sipil untuk sejahtera

melalui reformasi ekonomi,

sehingga dengan adanya

reformasi publik mampu

melakukan pendekatan

untuk mempelajari politik

Cina.

5. Rusdi Amor, Cina dan

Hegemoni Baru Ekonomi

- Saat diresmikannya pintu

terbuka di Cina oleh Deng

Xiaoping membawa

dampak positif bagi

perkembangan ekonomi

Cina. Untuk membantu

perkembangan tersebut Cina

butuh kerjasam yang baik

kepada negara lain atau pun

organisasi. Salah satu

organisasi internasional

yang diikuti oleh Cina

adalah WTO. Cina

bergabung dengan WTO

tahun 1990an. Komitmen

Cina terhadap WTO

membuktikan keseriusan

pemerintahan Cina

mengambil kebijakan pintu

terbuka. Adapun hal lain

seperti bekerja sama dengan

negara asing seperti Hong

Kong, Makau, Jepang, AS,

Taiwan dan Korea Selatan.

Hasilnya peningkatan

ekonomi Cina setiap tahap

mengalami peningkatan.

6. Frederick C. Teiwes, Politics

AttThe „Core‟ the Political

Cirumstances of Mao

Zedong, Deng Xiaoping and

Jiang Zemin.

- Konsep „core‟

(inti)

Adanya perbedaan revolusi

masing – masing inti

pemerintahan antara Mao

Zedong, Deng Xiaoping,

dan Juang Zemin. Mao

Zedong yang membawa

paradigma dasar darmakis

(pembatasan) yang lebih

19

sosialis terhadap segala

aspek negara Cina namun

memberikan dampak kurang

baik bagi kesejahteraan

ekonomi masyarakat Cina.

Kemudian gaya

kepemimpinan Deng

Xiaoping lebih konsisten

dengan visi pragmatisnya.

Namun Deng Xiaoping

tetap menjalankan komunis

sebagai pondasi politik

Cina. Sedangkan Jiang

Zemin mungkin tidak

banyak terliat ke „inti‟-an

kepemimpinannya hal ini

dikarena Jiang Zemin lebih

sebagai penerus dari kreasi

Deng Xiaoping.

Dari keenam penelitian terdahulu diatas, ada yang memiliki perbedaan dan

persamaan yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaannya pada penelitian ini

menegaskan bahwa penelitian ini menggunakan teori persepsi untuk membantu

analisis penelitian tentang Pengaruh Deng Xiaoping terhadap Perubahan

Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang” di Cina, sehingga penelitian ini lebih detail

dalam menganalisis individu sebagai unit utama yang berperan sebagai pengambil

dan faktor perubahan kebijakan suatu negara. Adapun persamaan yang ada juga

bukan menjadi suatu kendala bagi penelitian ini, melainkan dapat menjadi sumber

– sumber untuk mendukung dan melengkapi penelitian ini.

1.6. Landasan Teoritis.

1.6.1. Teori Persepsi.

Dalam penelitian ini penulis melihat individu sebagai subjek dasar yang

berperan penting dalam segala fenomena – fenomena di seluruh dunia tanpa

20

terkecuali, karena manusia memiliki nilai, perasaan, pikiran, dan akal yang

menjadikan individu – individu ini mampu memandang, menilai sesuatu yang

berada disekitar lingkungan kehidupannya. Hal ini juga termasuk kedalam ilmu

politik yang menjadi aktifitas sehari – hari para individu, misalkan bagaimana

individu itu memilih dan memutuskan pengambilan kebijakan dalam suatu negara

yang dipimpin dan ditentukan oleh satu individu atau sekelompok sebagai

pemerintah, beserta unit – unit individu lainnya dalam struktur pemerintahan yang

membantu proses kebijakan serta memiliki peranannya masing – masing.

Individu masuk kedalam kategori unit analisa mikro dan unit analisa

empirik yang paling dasar, karena tingkat analisa dalam ilmu hubungan

internasional menekankan pentingnya peranan individu sebagai variabel yang

menjelaskan fenomena internasional. Dalam pendekatan mikro berasumsi bahwa

pengetahuan politik merupakan pengetahuan tentang manusia, yaitu pengetahuan

tentang bagaimana manusia berpikir tentang dirinya sendiri, bagaimana mereka

memandang dunia dan tempat hidup mereka di dalamnya, dan apa yang menurut

mereka penting dalam hidup ini. Jadi, bahan studi politik adalah kebutuhan,

kehendak, citra, nilai dan kepercayaan (akidah) manusia18

, yang berfungsi untuk

memahami bagaimana dunia politik tersebut, serta mengetahui mengapa manusia

melakukan tindakan politik dan apa hubungan tindakan politik itu terhadap bahan

studi politik.

Dalam proses pengambilan kebijakan suatu negara tiap – tiap negara

memiliki keriterianya masing – masing hal ini ditopang oleh karakteristik pribadi

masing – masing pemerintahnya yang berbeda – beda. Menurut Kenneth Boulding

18

Mohtar Mas‟oed, 1989, Studi Hubungan Internasional (Tingkat analisis dan

Teorisasi),Yogyakarta, PAU – Studi Sosial UGM, hal. 1-2.

21

bahwa ketika manusia bereaksi akan lingkungan disekitar manusia itu hidup atau

dunia, sesungguhnya mereka itu bereaksi terhadap citra atau persepsi mereka

tentang dunia. Sedangkan, nilai – nilai yang terdapat dalam dunia nyata dengan

persepsi manusia tentang dunia nyata itu memiliki kemungkinan yang berbeda19

.

Dalam penelitiannya Ole R. Holsti menyatakan bahwa persepsi individu sangat

berpengaruh terhadap citra dan keyakinannya. Sistem keyakinan atau akidah

adalah ”suatu yang lebih atau kurang menggabungkan sekumpulan citra yang

mana menyusun keseluruhan yang relevan bagi individu. Hal tersebut

menyangkut dahulu, sedang terjadi (sekarang), ekspektasi (perkiraan) kenyataan

masa depan dan pilihan nilai dari apa yang seharusnya terjadi.”20

Karena dalam

menerima nilai – nilai atau rangsangan (stimulus) dari luar, individu memerlukan

adanya keyakinan dan citra untuk menafsirkan ataupun menyeleksi, melihat,

menilai dan sebagainya, hal ini yang merupakan proses dari persepsi, keyakinan

pun membantu individu untuk bertindak sebagai penyaring untuk memilih

informasi yang relevan dalam situasi apapun yang terjadi21

. Sehingga persepsi

tersebut lebih bersifat dinamis.

19

Ibid., hal. 19. 20

Ole R.Holsti,“The belief System and National Image: A Case Study,“ Journal of Conflict

Resolution 6 (September 1962), hal. 244-252, dalam, Bruce Russett dan Harvey Starr, 2006,

World Politics The Menu for Choise (eight edition), New York, Thomson Higher Education, hal.

186,dalam

http://books.google.co.id/books?id=vap7_CSJBKEC&pg=PA182&lpg=PA182&dq=Bruce+Russet

t+-

+image+perceptions&source=bl&ots=MqvOZwCRNA&sig=4QUB6L0ngQdVH_160wDl0OWV5

KU&hl=id&sa=X&ei=QLF9UrCzOIT3rQeShYHQBA&ved=0CFwQ6AEwCA#v=onepage&q=B

ruce%20Russett%20-%20image%20perceptions&f=false diakses pada tanggal 21 Desember 2013,

pukul. 03. 04 WIB.

21 Bruce. Russet, Harvey Starr, David Kinsella, 2006,World Politics The Menu for Choise (eight

edition), New York, Thomson Higher Education, hal. 186. Juga dalam, Ole R.Holsti, 1962,“The

Belief System and National Images: A Case Study,”on Journal of Conflict Resolution 6 Volume

3,Departement of Political Science, Stanford University, hal. 245, dalam

22

Setelah sebelumnya disinggung bahwa tanggapan seseorang terhadap

suatu situasi atau stimulus ataupun nilai yang ada disekitar mereka berdasarkan

persepsi mereka masing – masing tentang situasi itu. Berarti sama halnya dengan

para pembuat keputusan yang memiliki persepsi seperti manusia lainnya, yang

mana memang dipengaruhi oleh berbagai proses psikologik sehingga timbul

keyakinan (belief system) dalam diri individu itu yang mempengaruhi persepsi.

Untuk menjelaskannya Ole R. Holsti membuat diagram yang menggambarkan

persepsi dan hubungannya dengan citra dan keyakinan, sebagai berikut:

Gambar 1.1

Sumber : Ole R. Holsti, “The Belief System and National Images: A Case Study,”

hal. 24522

Sesuai gambar di atas, bermula dari nilai dan keyakinan seseorang

membantunya menetapkan arah perhatiannya, yakni menentukan apa stimulusnya

yang berasal dari input - informasi, apa yang dilihat dan apa yang diperhatikan

http://www.acsu.buffalo.edu/~fczagare/PSC%20346/Holsti.pdf, di akses pada tanggal 21

Desember 2013, pukul. 02.48 WIB.

22

Ole R. Holsti, Ibid., dan, Mohtar Mas‟oed, Op. Cit.,, hal. 21.

23

dari suatu individu tersebut. Lalu, berdasarkan sikap dan citra yang telah

dipegangnya selama ini, stimulus itu diinterpretasikan atau diperkirakan. Adapun

jenis citra yang terdapat dalam individu, yaitu terbuka dan tertutup. Citra yang

terbuka menerima semua informasi yang baru, walaupun mungkin bertentangan

dengan citra yang dipegang selama ini, mengelola dan menggabungkannya

dengan citra yang telah dipegang itu, bahkan kalau perlu merubah citra tersebut

yang sudah dianut agar cocok dengan kenyataan. Sedangkan citra yang tertutup,

adalah yang tidak mau menganut informasi baru, karena alasan – alasan

psikologik, menolak perubahan dan karenanya mengabaikan saja informasi yang

bertentangan dengannya dan memilih bagian – bagian tertentu dari informasi yang

masuk yang bisa dipakai untuk mendukung citra yang telah ada.

Setiap individu memiliki persepsi masing – masing tergantung citra yang

dipegangnya tersebut. Tergantung kepada pengalaman masa lalu, keperibadiannya

yang ditanamkan awal, dan sebagainya. Selain menjadi bagian penting dalam

menjalankan peran seseorang, sistem keyakinan atau akidah juga membantu

mengorientasikan individu kepada lingkungan, serta mengatur atau

mengorganisasikan persepsi sebagai penuntun tindakan, menetukan tujuan, dan

bertindak sebagai penyaring informasi yang relevan dalm situasi apapun.

Adapun pernyataan yang mendukung adanya perbedaan citra yang dimiliki

oleh setiap individu. berikut penjelasan Rokeach yang menyatakan bahwa:

“sikap ekstrim tertutup, bahwa informasi baru adalah

hanya bersifat merusak – dengan membatasinya keluar,

mengubahnya, atau mendesaknya dengan mengisolasi batasan.

Dengan jalan ini, sistem percaya – ketidak percaya adalah tidak

lengkap. Pada ekstrim terbuka, ini memiliki jalan yang berbeda:

Informasi baru diterima sebagai . . . dimana yang menghasilkan

24

“keaslian” (sebagai perbandingan dengan macam-bagian atau

kepercayaan yang sebelumnya)perubahan dalam keseluruhan

kepercayaan – ketidak percayaan”23

.

Bahwa menurut Rokeach tersebut sama halnya dengan penjelasan diatas, sikap

ekstri tertutup adalah sikap menentang terhadap informasi baru yang menganggap

hal tersebut sebagai suatu nilai yang akan bertentangang dengan citra individu

sebelumnya. Sedangkan sikap ekstrim terbuka adalah kebalikan dari pada sikap

ekstrim tertutup, yakni menerima informasi baru, tentu saja dengan mengolahnya

menggunakan sistem kepercayaan yang telah dimilikinya, dan mungkin akan

menghasilkan sistem kepercayaan kombinasi dengan informasi baru.

Dalam penelitian ini teori persepsi digunakan sebagai alat untuk

menjelaskan perilaku dari Deng Xiaoping sebagai seorang individu yang

revolusioner dan juga sebagai kepala pemimpin negara komunis Cina, yang mana

dalam masa pemerintahannya Deng Xiaoping mengambil keputusan untuk

mengubah kebijakan ekonomi dalam negeri yang komando menjadi ekonomi

pasar yang bersifat terbuka terhadap dunia global. Dalam hal ini, persepsi yang

tertanam dalam benak Deng Xiaoping diharapkan mampu menjawab dan

menjelaskan alasan dari rumusan masalah penelitian ini. Didukung dengan latar

belakang Deng Xiaoping yang menjadi faktor pengaruh citra dan keyakinannya

untuk mempersepsikan sesuatu. Sehingga munculnya Gaige Kaifang itu.

1.7. Metode Penelitian.

1.7.1. Batasan Ruang Lingkup Penelitian

23

Rokeach, M., 1960, The Open and Closed Mind, Basic Books, New York, hal. 50, dalam Ole

R. Holsti, “The Belief System and National Images: A Case Study”, Ibid., hal. 246.

25

Dalam penelitian ini harus dapat ditentukan ruang lingkup panelitian,

tujuannya ialah agar pembahasan masalah berkembang kearah sasaran yang tepat.

Dengan maksud membatasi masalah agar dalam pembahasan tidak keluar dari

jalur, seperti apa yang ingin di analisis dalam rumusan masalahnya. Adapun dua

kategori yang menjadi batasan dalam suatu ruang lingkup penelitian, sebagai

berikut:

A. Batasan materi

Batasan materi ini menunjukkan adanya ruang sebuah peristiwa yaitu

cakupan kawasan dan gejala serta daerah studi. Pada penelitian ini penulis ingin

membahas tentang pengaruh Deng Xiaoping terhadap perubahan kebijakan

ekonomi di Cina (Gaige Kaifang). Pembatasan dalam penelitian ini ialah dengan

mengulas tentang kebijakan Deng Xiaoping di Cina, aspek – aspek Gaige

Kaifang, latar belakang dan pengalaman Deng Xiaoping sebagai individu sebagai

pendukung penelitian.

B. Batasan Waktu

Pada batasan berikut ini memudahkan penulis dalam penelitian, guna

penelitian tetap terfokus tanpa keluar dari durasi atau batasan waktu penelitian.

Sifat dari penelitian ini ialah histori maka batasan durasinya peneliti membatasi

waktu terjadinya fenomena yang diteliti atau obyek yang akan dianalisa sebelum

terbentuknya keputusan Deng Xiaoping, yakni dari sejarah latar belakang

kehidupan Deng Xiaoping sampai pada putusan kebijakan Gaige Kaifang di Cina.

Karena melalui tinjauan histori penulis dapat mengetahui latar belakang

kehidupan dari Deng Xiaoping dan juga dapat pula diketahui sebab diambilnya

keputusan Gaige Kaifang.

26

1.7.2. Jenis Penelitian.

Penelitian ini bersifat eksplanatif, seperti yang kita ketahui bahwa

penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang meneliti suatu fenomena dengan

tidak hanya mendeskripsikan saja namun mampu menjelaskan mengapa orang

(individu), sekelompok orang, negara, kelompok negara dalam suatu wilayah dan

sistem internasional berada dalam keadaan atau bertingkah laku seperti itu24

.

Penelitian eksplanatif juga dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab

terjadinya suatu fenomena. Jadi dalam penelitian ini untuk menjelaskan mengapa

Deng Xiaoping berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi di Cina

(Gaige Kaifang).

1.7.3. Tingkat Analisa.

Dalam tingkat analisa peneliti harus bisa menetapkan unit analisa dan unit

eksplanasinya. Unit analisa adalah yang perilakunya hendak dideskripsikan atau

dijelaskan (variabel dependen), sedangkan unit eksplanasi adalah dampaknya

terhadap unit analisa yang hendak diamati (variabel independen)25

.

Dalam penelitian ini teridentifikasi sebagai tingkat analisa induksionis.

Dimana unit analisa atau variabel dependen ialah Deng Xiaoping sebagai pembuat

keputusan (individu) lebih tinggi tingkatannya dari pada unit eksplanasi atau

variabel independennya ialah pengambilan kebijakan ekonomi Gaige Kaifang di

Cina (negara – bangsa) yang tingkatannya lebih rendah.

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang diperoleh penulis

melalui studi pustaka yang bersifat sekunder (data pendukung) yakni melalui

24

Mohtar Mas‟oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi), Jakarta,

LP3ES, hal. 261. 25

Mohtar Mas‟oed, Ibid., hal. 35.

27

sumber buku, internet, serta data – data lain yang berkaitan dengan permasalahan

dalam penelitian ini, seperti skripsi, artikel, jurnal, dan sumber berita. Data

sumber yang diperoleh, dibaca dan ditelaah serta diambil point – point penting

yang berkaitan dengan penelitian ini dengan tujuan untuk memperkuat isi dari

penelitian ini.

1.7.5. Teknik Analisa Data.

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa

yang dilakukan tidak menggunakan data statistik. Kalau pun ada data angka atau

tabel digunakan hanya sebagai pendorong dari penelitian atau memperjelas

kualitas penelitian26

.

1.8. Hipotesa

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan diatas penulis menarik hipotesa

bahwa keputusan yang diambil Deng Xiaoping dalam perubahan kebijakan Cina

“Gaige Kaifang”dipengaruhi oleh persepsi Deng Xiaoping berdasarkan

kepercayaan yang diperoleh melalui latar belakang kehidupan, pengaruh keluarga

yang membentuk akar sistem kepercayaannnya, pendidikan dan pengalaman dunia

politiknya Deng Xiaoping. Begitu pula aktor – aktor yang juga berperan penting

dalam kehidupannya, serta memberi pengaruh kuat terhadap persepsinya. Seperti

pengalaman Deng Xiaoping yang pernah mengecap pendidikan di Paris, serta

keikutsertaannya dalam kegiatan perpolitikan di era Mao Mao Zedong menjadi

faktor yang mendukung alasan dari Deng Xiaoping mengambil keputusan Gaige

Kaifang dimana hal itu bertentangan dengan sistem pemerintahan Cina yang

komunis. Namun hal itu dilakukan Deng Xiaoping bukan semata – mata karena

26

Mohtar Mas‟oed, Ibid., hal. 73.

28

dirinya sudah bukan seorang komunis melainkan untuk kesejahteraan masyarakat

Cina. Karena menurut Deng Xiaoping sendiri bahwa Cina atas nama komunis

juga berhak menjadi kaya dan sejahtera.

1.9. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan.

1.1. Latar Belakang.

1.2. Rumusan Masalah.

1.3. Tujuan Penelitian.

1.4. Manfaat Penelitian.

1.4.1. Manfaat Akademis.

1.4.2. Manfaat Praktis.

1.5. Penelitian Terdahulu.

1.6. Landasan Teori

1.6.1. Teori Persepsi.

1.7. Metode Penelitian

1.7.1. Batasan Ruang Lingkup Penelitian.

A. Batasan Materi.

B. Batasan Waktu.

1.7.2. Jenis Penelitian.

1.7.3. Tingkat Analisa.

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data.

1.7.5. Teknik Analisa Data.

1.8. Hipotesa.

1.9. Sistematika Penulisan.

Bab II. Deng Xiaoping dan Gaige Kaifang.

2.1. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Deng Xiaoping.

2.1.1. Latar Belakang Keluarga.

2.1.2. Latar Belakang dan Karir Pendidikan Deng Xiaoping.

2.2. Latar Belakang dan Karir Politik Deng Xiaoping.

2.2.1. Karir Politik Deng Xiaoping Bersama Perjuangan PKC.

2.2.2. Karir Politik Deng Xiaoping bersama Mao Zedong dan RRC.

29

a. Rekosntruksi dan Konsolidasi.

b. Pelita I.

c. Lompatan Jauh ke Depan.

d. Revolusi Kebudayaan.

2.3. Gaige Kaifang.

2.3.1. Proses Menuju Gaige Kaifang.

2.3.2. Reformasi Kebijakan Ekonomi RRC pada 1978.

A. Empat Modernisasi.

1. Pertanian.

2. Industri.

3. Pertahanan.

4. IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

B. Bantuan dan Modal Asing.

Bab III. Analisis Kebijakan Gaige Kaifang Dalam Sudut Pandang Individu

Deng Xiaoping.

3.1. Dasar Pemikiran Deng Xiaoping tentang Gaige Kaifang.

3.1.1. Pengaruh Komunis.

A. Karl Marx dan Pandangan Deng Xiaoping terhadap Marxisme.

B. Komunis Uni Soviet dan Pandangan Deng Xiaoping terhadap Komunis

Uni Soviet.

C. Mao Zedong dan Pandangan Deng Xiaoping terhadap Kebijakan Mao

Zedong (Local Content).

3.2. Sistem Keyakinan Deng Xiaoping.

3.2.1. Persepsi Deng Xiaoping

A. Kondisi Ekonomi Cina

B. Pengalaman Di Perancis.

Bab IV. Penutup.

4.1 Kesimpulan.

4.2. Saran.