59
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ibu rumah tangga yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi oleh anggota keluarganya. Ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak harus memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan, cara pemberian makan dan jadwal pemberian makan kepada anak balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Sutomo, 2008: 13). Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orangtua khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak balita. Di pedesaan, makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan setempat. Terdapat pantangan makanan pada anak balita misalnya tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak

Bab i Pendahuluan ( Skripsi Maoli)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gizi dan kesehatan

Citation preview

31

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahIbu rumah tangga yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi oleh anggota keluarganya. Ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak harus memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan, cara pemberian makan dan jadwal pemberian makan kepada anak balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Sutomo, 2008: 13).Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orangtua khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak balita. Di pedesaan, makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan setempat. Terdapat pantangan makanan pada anak balita misalnya tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (Sutomo, 2008: 14).Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia pra-sekolah, anak-anak seringkali mengalami fase sulit makan. Apabila masalah makan anak berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang (Khomsan, 2004: 35).Masalah pola makan anak merupakan persoalan yang tidak ada habisnya. Masa tersulit itu biasanya ketika anak berusia satu sampai kira-kira tiga tahun. Anak-anak membutuhkan waktu untuk memahami bahwa mereka butuh makanan ketika mereka lapar. Tetapi sayangnya, orangtua tanpa sadar menurunkan kebiasaan pola makan yang salah kepada anak, sehingga mengganggu keseimbangan gizi anak. Misalnya, orangtua sering menggunakan makanan sebagai hukuman atau hadiah sehingga memberikan pesan bahwa makan adalah kewajiban (Waluyo, 2010: 830).Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, dari kesehariannya masih banyak anak balita yang pola makannya tidak teratur dangizi belum seimbang. Ibu-ibu masih membiasakan anak balitanya mengkonsumsi jenis-jenis makanan jajanan ringan yang dijual di kios-kios setempat. Jenis makanan yang dikonsumsi berupa makanan yang disukai oleh anak balita seperti snack/semacam chiki-chiki, mie instan, sosis, dan sebagainya.Ibu didalam mengolah makanan keluarga lebih mengutamakan menu makanan untuk anggota keluarga lainnya tanpa menyediakan menu makanan khusus bagi anak balitanya bahkan ada beberapa ibu mengatakan tidak begitu memperhatikan nilai gizi dari setiap menu makanan yang mereka sediakan setiap harinya. Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit,dan rendahnya tingkat kecerdasan anak balita. Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi ikut mempengaruhi penyediaan makanan dalam rumah. Ibu sangat berperan di dalam mengatur pola makan untuk keluarganya terutama anak balita. Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pola Makan Anak Balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan rumusan permasalahan yaitu Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie?.

1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.

1.4 Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita, khususnya ibu-ibuyang memiliki anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie sehingga lebih memperhatikan pola makan dan perkembangan gizi anak balita.

1.5 Definisi Istilah1. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang pola makan anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.2. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh satu orang dan merupakan cirri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.3. Pola makan anak balita adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh anak balita.4. Anak balita dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 1-5 tahun yang ada di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.5. Gampong Lameue Raya adalah salah satu gampong yang ada di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, sebagai tempat peneliti melakukan penelitian.

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengetahuan Ibu tentang Gizi/Pola MakanSecara umum, pengetahuan (knowledge) berarti hasil tahu dari manusia. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010: 10). Sedangkan pengetahuan gizi/pola makan merupakan pemahaman seorang ibu tentang jenis makanan, frekuensi makan, jumlah porsi makan, cara pemberian makan, dan pemilihan makanan yang bergizi seimbang untuk anak balita.Pengetahuan ibu tentang gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan gizi anak balita karena penyediaan makanan bagi anak balita pada umumnya merupakan tugas seorang ibu rumah tangga. Pengetahuan gizi ibu ini dapat diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun non-formal. Pengetahuan gizi non-formal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan dan gizi di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat media massa (koran, majalah dan sebagainya) dan media elektronik (televisi, radio). Pengetahuan gizi ibu disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat menyusun dan membuat makanan yang dikonsumsi oleh anak balita itu bervariasi atau beraneka ragam. Keanekaragaman bahan makanan itu bertujuan supaya sesuai kebutuhan zat gizi seorang anak balita dapat terpenuhi dalam satu menu makanan.

Pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan tinggi akan mampu menyusun pola makan yang baik untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga terutama pada anak balitanya. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Sediaoetama, 2004: 20).2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang GiziMenurut Komsatiningrum (2008: 15), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu antara lain sebagai berikut:a. Pekerjaan Ibu Para ibu yang bekerja setelah melahirkan harus meninggalkan anaknya dari pagi hingga sore dan anak diasuh oleh pengasuh atau neneknya sehingga ibu tidak sanggup memberikan makanan bergizi kepada anak balitanya.b. Pendapatan keluargaMasalah gizi selain dipengaruhi oleh asupan zat gizi, keadaan kesehatan individu juga berkaitan erat dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Pada umumnya kekurangan zat gizi berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.c. Distribusi makanan dalam keluargaKebiasaan tradisional yang mementingkan dan mendahulukan ayah dalam distribusi makan dan mengesampingkan anak-anak terutama anak balita adalah hal yang tidak dibenarkan. Bayi dan anak yang masih kecil serta wanita merupakan kelompok yang rentan terhadap pemberian pangan yang tidak merata dalam keluarga.d. Pendidikan ibuPendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku perawatan anak, khususnya tanggung jawab dalam memilih makanan. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi termasuk gizi, sehingga pengetahuan akan terbatas. Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan memperkecil peluang untuk mendapatkan penghasilan yang memadai dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Tujuan dari pendidikan ibu tentang gizi pada anak balita adalah agar ibu yang mempunyai anak balita dapat memahami kebutuhan gizi anak balitanya. Kebutuhan zat-zat gizi utama meliputi 5 komponen dasar, yaitu karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan air. Pendidikan gizi ini diharapkan dapat merubah kebiasaan mereka menanam bahan makanan dan cara menghidangkan makanan supaya anak balita akan mendapat makanan yang lebih baik mutunya. 2.1.2 Kriteria PengetahuanMenurut Arikunto (2005: 342), pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden kedalam pengetahuan yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas, sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu :a. Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari kuesioner yang benar 76-100%.b. Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuesioner yang benar 56-75%.c. Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden dari kuesioner yang benar < 56%.

2.2 Pengertian Anak BalitaUsia balita adalah 1-5 tahun. Anak balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra-sekolah. Anak dibawah lima tahun merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini merupakan kelompok tersering yang menderita kekurangan gizi (Proverawati dan Asfuah, 2009: 127). Berdasarkan karakteristiknya, anak balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita (konsumen pasif) dan usia 3-5 tahun (pra-sekolah) yang dikenal sebagai konsumen aktif. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun, lambung yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sedang. Sedangkan anak usia 3-5 tahun (usia pra-sekolah) merupakan konsumen aktif, artinya anak sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Tidak heran bila direntang usia 3-5 kerap terjadi anak menolak makanan yang tidak disukai dan hanya mau mengkonsumsi makanan favoritnya. Oleh karena itu, orangtua khususnya ibu perlu memperkenalkan beraneka ragam makanan kepada anaknya (Uripi, 2004: 11).

2.3 Pola Makan 2.3.1 Pengertian Pola MakanPola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Adriani dan Bambang, 2012: 460). Pola makan merupakan cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan makanan serta mengkonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya, dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola pangan (Suhardjo, 2003: 22).Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktivitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan (Almatsier, 2004: 133).

2.3.2 Pola Makan Bergizi SeimbangGizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Berbeda dengan susunan makanan berslogan Empat Sehat Lima Sempurna yang hanya memperhatikan prinsip variasi makanan (variasi makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, ditambah susu), tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan kondisi biologis (Imam, 2010: 10).Pola makan bergizi seimbang bukan hanya memperhatikan sumber zat-zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, melainkan juga sumber zat-zat gizi mikro (vitamin dan mineral) dengan memperhatikan berbagai faktor di luar makanan yang berpengaruh pada kemanfaatan zat-zat gizi tersebut bagi kesehatan. Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proporsional keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan (Imam, 2010: 11).Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental anak balita, oleh karena itu makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan gizi anak balita. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak balita ditentukan oleh makanan yang dimakan sehari-hari, untuk tumbuh optimal membutuhkan asupan makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang (Depkes RI, 2002).

Gambar 2.1 Tumpeng-Bentuk Visual Pedoman Gizi Seimbang Indonesia (Sumber: Imam, 2010: 10).

Menurut Adriani dan Bambang (2012: 207), untuk mendukung pertumbuhan fisik anak balita, diperlukan petunjuk praktis makanan dengan gizi seimbang sebagai berikut:1. Makanlah aneka ragam makanan.2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.5. Gunakan garam beryodium.6. Makanlah makanan sumber zat besi.7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur enam bulan.8. Biasakan makan pagi.9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.11. Hindari minum minuman beralkohol.12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

2.3.3 Bahan Makanan untuk Anak BalitaPada prinsipnya, setiap makanan yang dihidangkan dari makanan pagi, siang dan malam serta makanan selingan harus terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah, sehingga seluruh makanan akan memenuhi prinsip gizi seimbang. a. Bahan makanan pokokBahan makanan pokok memegang peranan penting, bisa dihidangkan pada waktu makan pagi, siang, dan malam. Pada umumnya bahan makanan pokok jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bahan makanan lainnya. Bahan makanan pokok merupakan sumber energi dan banyak mengandung karbohidrat. Jenis bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi adalah beras, jagung, gandum, sagu, dan umbi-umbian.b. Bahan makanan lauk-paukBahan makanan lauk-pauk biasa digunakan sebagai pelengkap makanan pokok yang memberikan rasa enak dan merupakan sumber protein. Sebagai sumbernya dikenal bahan makanan berasal dari hewan yang disebut protein hewani seperti daging, ikan, telur, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati yaitu kacang-kacangan serta hasil olahannya seperti tahu dan tempe.c. Bahan makanan sayur-mayurDalam hidangan orang Indonesia, sayur-mayur sebagai pelengkap makanan pokok pemberi serat dalam hidangan. Bahan makanan sayuran bisa berasal dari berbagai jenis tumbuhan seperti batang, daun, bunga, umbi, buah muda. Bagi anak balita sebaiknya diberikan sayuran yang kadar seratnya tidak terlalu tinggi. Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun jika mengalami pemanasan maka zat gizi yang terdapat di dalamnya dapat rusak atau berkurang.d. Bahan makanan buah-buahanBuah biasanya dihidangkan dan disantap terakhir kali dalam suatu acara makan, umumnya buah yang dipilih adalah buah yang matang dan berasa manis. Buah-buahan merupakan sumber vitamin bagi tubuh dan sebagai zat pengatur.e. SusuSusu adalah cairan berwarna putih yang dikeluarkan oleh kelenjar susu. Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Istilah untuk air susu manusia adalah Air Susu Ibu (ASI) dan susu yang bukan berasal dari manusia disebut pengganti Air Susu Ibu (PASI) yang biasa berasal dari hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Susu merupakan minuman yang baik bagi anak balita, selain itu air putih juga baik diberikan. Susu dapat diperoleh dalam berbagai bentuk yaitu bubuk dan cair (Santoso, 2004: 27). Di Indonesia dianjurkan untuk memberikan ASI kepada anak sampai umur 2 tahun. Pada umur 2 tahun pemberian ASI dihentikan dan makanan anak diganti dengan jenis makanan untuk orang dewasa yang dikonsumsi umum oleh keluarga umumnya (Soedioetama, 2008: 237).2.3.4 Porsi Makanan Anak BalitaMenurut Komsatiningrum (2008: 45), porsi makan bagi orang dewasa dan anak balita sangat jauh berbeda, porsi makan anak balita lebih sedikit karena kebutuhan gizi esensial jumlahnya lebih sedikit yang harus dipenuhi. Selain itu karakteristik pertumbuhan dan aktivitasnya juga berbeda. Porsi makan bagi anak balita harus mempunyai kandungan air dan serat yang sesuai dengan daya toleransi, tekstur makanannya agak lunak agar mudah dicerna, dan memberikan rasa kenyang.Makanan selingan juga perlu diberikan kepada anak balita terutama jika porsi makan utama yang dikonsumsi belum mencukupi. Pemberian makanan selingan tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan berkurangnya nafsu makan akibat terlalu kenyang makan makanan selingan. Pemilihan makanan selingan disesuaikan dengan fungsinya yaitu:a. Mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang pada saat pemberian makan pagi, siang dan sore.b. Memperkenalkan aneka ragam jenis makanan yang terdapat dalam makanan selingan.c. Mengatasi masalah anak yang sulit makan nasi.d. Untuk mencukupi kebutuhan kalori terutama pada anak yang banyak melakukan aktivitas (Komsatiningrum, 2008: 45).

2.3.5 Pengaturan Makanan Anak BalitaFaktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan yang tepat untuk anak balita adalah umur, berat badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan, kesukaan dan ketidaksukaan, dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, umumnya tidak akan terjadi kekeliruan dalam mengatur makanan untuk anak balita. Pada umumnya kepada anak balita telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang berupa tiga kali dan diantaranya dua kali makanan selingan (Soekirman, 2000: 11).Frekuensi konsumsi pangan pada anak balita ada yang terikat pada pola makan 3 kali per hari, tetapi banyak pula yang mengkonsumsi pangan antara 5-7 kali per hari atau lebih. Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar (Khomsan, 2004: 56).Pemberian makanan yang sesuai dengan umur, bentuk makanan, dan frekuensi makan anak balita dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:Tabel 2.1 Pola Pemberian Makanan Sehari Anak BalitaKelompok UmurBentuk makananFrekuensi makan

1-3 tahun1-1 piring nasi/pengganti2-3 potong lauk hewani1 potong lauk nabati1 mangkuk sayur2-3 potong buah1 gelas susu3 kali sehari

4-5 tahun1-1 piring nasi2-3 potong lauk hewani1-2 potong lauk nabati1-1 mangkuk sayur2-3 potong buah1-2 gelas susu3 kali sehari

(Sumber: Depkes RI, 2002: 36).

Keterangan:1 piring nasi = 140 gram1 potong lauk hewani = 50 gram1 potong lauk nabati= 25 gram1 mangkuk sayur= 100 gram1 potong buah= 100 grm1 gelas susu= 200 gram

2.4 Kebutuhan Zat Gizi Anak Balita

Kebutuhan gizi anak balita diberikan harus disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, berat badan, aktivitas, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang, karena anak balita sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Kebutuhan gizi pada anak balita diantaranya yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Adriani dan Bambang, 2012: 207). Kebutuhan energi protein anak balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Anak Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Anjuran (AKG) Rata-rata Per HariKelompok UmurBerat Badan (kg)Tinggi Badan (cm)Energi (kkal)Protein (kkal)

1-3 tahun1290100025

4-5 tahun18110155039

(Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi, 2004).2.4.1 Energi Kebutuhan energi anak balita sehat dapat dihitung berdasarkan usia dan berat badan. Kebutuhan energi dalam sehari pada anak balita usia 1-3 tahun adalah 100 kalori per kilogram berat badan, sedangkan pada anak pra sekolah (4-6 tahun) kebutuhan energi dalam sehari adalah 90 kalori per kilogram berat badan (Sulistijiani, 2001: 10).

2.4.2 Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi penting karena karbohidrat dapat dipecah menjadi glukosa yang merupakan bagian penting dalam reaksi kompleks (Irianto, 2004: 26). Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi paling murah, memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus sehingga memudahkan pembuangan feses, penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak, memberi rasa manis pada makanan, dan memberi aroma serta bentuk khas makanan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007: 30).Dianjurkan 60-70% energi total berasal dari karbohidrat. Pada ASI dan sebagian susu formula bayi sekitar 40-50% kandungan kalori berasal dari karbohidrat terutama laktosa. Karbohidrat diperlukan anak-anak yang sedang tumbuh sebagai sumber energi dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal karbohidrat. Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari jumlah energi yang berasal dari beras, gandum, kentang dan sayuran (Adriani dan Bambang, 2012: 209).2.4.3 ProteinProtein merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, hemoglobin, enzim, hormon, antibodi serta menggantikan sel-sel tubuh yang rusak (Adriani dan Bambang, 2012: 208). Pada anak balita yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan lebih banyak protein, sedangkan pada orang dewasa hanya untuk memelihara jaringan. Jadi apabila protein makanan melebihi jumlah yang diperlukan untuk pembangunan dan pemeliharaan, protein digunakan sebagai zat energi, bila zat energi utama berupa karbohidrat dan lemak kurang dalam makanan sehari-hari (Almatsier, 2004: 45).2.4.4 LemakMenurut Santoso (2004: 115), Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Lemak dapat larut dalam zat pelarut tertentu. Fungsi lemak antara lain sebagai sumber energi, sebagai pelarut vitamin juga membantu transportasi dan absorpsi vitamin A, D, E dan K, menghemat penggunaan protein untuk sintesa protein, memberi tekstur khusus dan kelezatan makanan, melindungi organ jantung, hati, ginjal dari benturan dan bahaya lainnya serta memelihara suhu tubuh (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007: 46).Berdasarkan sumbernya, lemak dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: a) lemak nabati, yang berasal dari tumbuhan, kadar kolesterolnya lebih rendah dibanding lemak hewani. Terdapat dalam kacang tanah, kacang merah, kelapa sawit, kemiri, alpukat, dan wijen; b) lemak hewani, yang berasal dari hewan merupakan bagian penting dalam makanan karena mengandung vitamin A dan D. Lemak hewani terdapat dalam daging, ikan, minyak ikan, susu, keju, dan telur.Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan 15-20% energi total berasal dari lemak. Masukan lemak setelah umur 6 bulan sebanyak 30-35% dari jumlah energi seluruhnya masih dianggap normal, akan tetapi seharusnya tidak lebih rendah. Diet sangat rendah lemak dapat menimbulkan rasa lelah dan menghilangkan rasa kenyang. Sebaliknya pemberian lemak berlebihan dapat menyebabkan obesitas pada anak.2.4.5 VitaminVitamin mempunyai peran utama sebagai zat pengatur dan zat pembangun bersama zat gizi lain melalui pembentukan enzim, antibodi dan hormon. Masing-masing vitamin mempunyai peranan khusus yang tidak dapat digantikan oleh vitamin atau zat gizi lain. Fungsi vitamin sangat penting sebagai sumber vitalitas tubuh serta menjaga kesehatan tubuh kita (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007: 73).2.4.6 MineralMineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan (Almatsier, 2004: 228). Menurut Irianto (2004: 29), unsur mineral dibagi menjadi 2 golongan, yaitu unsur makro (makroelemen) dan unsur mikro (mikroelemen) yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sangat sedikit.a. MakroelemenUnsur mineral ini yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, klor, dan belerang. Natrium, kalium, kalsium, dan magnesium bersifat alkali dalam larutan dan terutama terdapat dalam buah-buahan dan sayuran. Fosfor, klor, dan belerang bersifat asam dalam larutan dan umumnya terdapat dalam makanan yang berprotein dan produk-produk serealia.b. MikroelemenUnsur besi, yodium, fluor, tembaga, dan unsur-unsur perunut (tracerelement) lain ada dalam jumlah yang sangat kecil di dalam tubuh dibandingkan dengan makroelemen, akan tetapi kehadiran unsur ini sangat esensial bagi proses dan struktur tubuh. 2.4.7 AirAir merupakan zat gizi yang sangat penting bagi anak karena bagian terbesar dari tubuh terdiri dari air, kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada anak lebih besar dari pada orang dewasa sehingga anak akan lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan kehilangan air dalam jumlah banyak (Adriani dan Bambang, 2012: 208). Kebutuhan air per hari pada anak balita, dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai berikut:Tabel 2.3 Kebutuhan Air Per hari Anak BalitaUmurKebutuhan sehari (ml/kg/BB/hari

1 tahun2-3 tahun4-5 tahun120-135115-125100-110

(Sumber: Nelson. 1983. Textbook of pediatrics. New York dalam kapita selekta kedokteran. 2000).

Kebutuhan gizi anak dalam bahan makanan untuk usia balita (1-3 tahun) dapat dilihat pada Tabel 2.4 sebagai berikut:Tabel 2.4 Kebutuhan Gizi Anak Usia 1-3 Tahun Per hariBahan MakananBerat (gram)Ukuran Rumah Tangga (URT)

Nasi2501 gelas

Maizena102 sendok makan

Biskuit202 potong

Daging502 potong kecil

Telur501 butir

Tempe502 potong

Sayuran1001 gelas

Pisang1002 buah

Susu bubuk306 sendok makan

Minyak202 sendok makan

Gula pasir303 sendok makan

Bahan makanan di atas mengandung 1300 kalori(Sumber: Soenardi, 2010: 15).

Sementara kebutuhan gizi anak usia balita (4-5 tahun), dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut:Tabel 2.5 Kebutuhan Gizi Anak Usia 4-5 tahun Per hariBahan MakananBerat (gram)Ukuran Rumah Tangga (URT)

Nasi 3002 gelas

Daging 1002 potong

Telur 501 butir

Tempe 502 potong sedang

Kacang hijau101 sendok makan

Buah 2002 buah pisang

Sayuran 1002 mangkuk

Gula pasir252 sendok makan

Minyak 101 sendok makan

Susu 400 ml2 gelas

Bahan makanan di atas mengandung 1500 kalori (Sumber: Soenardi, 2010: 15).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Anak BalitaFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola makan anak balita antara lain sebagai berikut:2.5.1 Faktor ekonomiVariabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan pangan. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas (Sulistyoningsih, 2011: 52).2.5.2 Faktor sosial budayaPantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya atau kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung nasehat yang dianggap baik atau pun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi (Sulistyoningsih, 2011: 52).2.5.3 Pendidikan ibuTingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang tinggi dapat mempunyai pengetahuan gizi yang tinggi pula (Atmarita, 2004: 30). Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang pendidikannya tinggi, karena sekalipun pendidikannya rendah jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap harus dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Depkes, 2002: 9).2.5.4 Pengetahuan gizi ibuIbu rumah tangga yang memiliki pengetahun gizi yang baik akan memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi oleh anggota keluarganya. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orangtua, khususnya ibu merupakan salahsatu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak balita. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi anak balita, cara pemberian makan anak balita dan jadwal pemberian makan pada anak balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Sediaoetama, 2008:8).2.5.5 Pekerjaan ibuPekerjaan orangtua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang dibelanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga. Orangtua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperlihatkan dan mengasuh anaknya. Pada umumnya di daerah pedesaan anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudara sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orangtua tidak bekerja (Sediaoetama, 2008: 8).2.5.6 Media massa dan lingkunganPola makan anak juga dipengaruhi media massa dan lingkungan (guru dan teman sebaya). Anak-anak selalu ingin mencoba makanan yang diiklankan oleh media televisi. Pengaruh teman sebaya juga menjadi lebih besar terhadap makanan yang mereka konsumsi karena anak usia balita lebih banyak menghabiskan waktunya bermain bersama temannya. Anak yang biasa makan bersama keluarga mempunyai asupan, energi, serat, kalsium, folat, zat besi dan vitamin yang lebih tinggi. Anak juga akan mengkonsumsi sayur dan buah lebih banyak (Sulistyoningsih, 2011: 87).Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam membentuk pola makan anak balita yang baik adalah menciptakan situasi lingkungan yang nyaman. Hal ini dapat meningkatkan gairah makan yang membuat anak menyukai makanan yang disajikan. Waktu makan sebaiknya sudah mulai disesuaikan dengan waktu makan keluarga dan anak diajak makan bersama-sama dengan anggota keluarga lain. Dengan demikian, anak akan menghabiskan porsi makan yang seharusnya. Waktu makan yang tidak teratur akan banyak sekali mempengaruhi nafsu makan anak (Adriani dan Bambang, 2012: 194).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis PenelitianPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis (Arifin, 2008: 16).3.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, pada bulan Juni sampai dengan November 2014 meliputi masa persiapan (survei lokasi, penyusunan proposal, pengolahan data dan penulisan skripsi).

3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita berumur 1-5 tahun yang ada di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, berjumlah 38 orang.3.3.2 SampelPenentuan sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel yaitu sebanyak 38 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa kuesioner tertutup. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :1. Melakukan pengumpulan data melalui kuesioner tertutup. Isi kuesioner berkenaan dengan pola makan anak balita berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari 3 pilihan jawaban (option) dengan menggunakan skala interval, dimana setiap jawaban yang benar diberi nilai 3, jawaban kurang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai 1 (Riduwan, 2008: 14).2. Melakukan wawancara langsung dengan responden.

3.5 Teknik Analisis DataAnalisis data dengan menggunakan rumus Persentase sebagai berikut:

Keterangan:P = PersentaseX = Jumlah jawaban yang benar yang dipilih respondenN = Jumlah seluruh pertanyaan(Nursalam, 2003 dalam Munifatul 2009: 35).Selanjutnya menurut Arikunto (2005: 342), jawaban yang benar diinterpretasikan ke dalam kriteria sebagai berikut:a. Tingkat pengetahuan baik, apabila diperoleh nilai 76-100%b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila diperoleh nilai 56-75%c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila diperoleh nilai< 56%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi PenelitianGampong Lameue Raya terletak di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, dengan luas area 350 ha, jumlah penduduk sebanyak 615 orang (180 KK). Laki-laki berjumlah 299 orang, perempuan 316 orang, dan ibu yang memiliki anak balita berumur 1-5 tahun berjumlah 38 orang.

4.2 Data Umum Responden

4.2.1 Umur IbuBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukandi Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, maka diperoleh data mengenai umur ibu. Berikut dapat dilihat jumlah ibu berdasarkan kelompok umur pada Tabel 4.1 berikut:Tabel 4.1 Distribusi Ibu di Gampong Lameue RayaKecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok UmurNoKelompok UmurJumlahPersentase (%)

120 tahun12,6

221 30 tahun1950

3> 31 tahun1847,4

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.1, menunjukkan kelompok umur ibu terbanyak adalah pada umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 19 orang (50%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada umur 20 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,6%).

4.2.2 Pendidikan IbuBerdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai pendidikan ibu. Berikut dapat dilihat jumlah ibu berdasarkan kelompok pendidikan pada Tabel 4.2 berikut:Tabel 4.2 Distribusi Ibu di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok PendidikanNoKelompok PendidikanJumlahPersentase (%)

1SD410,5

2SMP1539,5

3SMA1334,2

4Perguruan Tinggi615,8

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.2, menunjukkan kelompok pendidikan ibu terbanyak adalah pada tingkat SMP yaitu sebanyak 15 orang (39,5%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada tingkat SD yaitu sebanyak 4 orang (10,5%).4.2.3 Pekerjaan IbuBerdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai pekerjaan ibu. Berikut dapat dilihat jumlah ibu berdasarkan kelompok pekerjaan pada Tabel 4.3 berikut:Tabel 4.3 Distribusi Ibu di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok Pekerjaan NoKelompok PekerjaanJumlahPersentase (%)

1Ibu Rumah Tangga1026,3

2Petani1642,1

3Karyawan swasta12,6

4Pegawai Negeri Sipil37,9

5Lain-lain821,1

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.3, menunjukkan kelompok pekerjaan ibu terbanyak adalah pada petani yaitu sebanyak 16 orang (42,1%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada karyawan swasta yaitu sebanyak 1 orang (2,6%).4.2.4 Penghasilan IbuBerdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai penghasilan ibu. Berikut dapat dilihat jumlah ibu berdasarkan kelompok penghasilan pada Tabel 4.4 berikut:Tabel 4.4 Distribusi Ibu di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok PenghasilanNoKelompok PenghasilanJumlahPersentase (%)

1< Rp 1.000.000,- 2463,2

2Rp 1.000.000,- s/d 2.000.000,-1128,9

3> Rp 3.000.000,-37,9

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.4, menunjukkan kelompok penghasilan ibu terbanyak adalah pada < Rp 1.000.000,- yaitu sebanyak 24 orang (28,9%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada > Rp 3.000.000,- yaitu sebanyak 3 orang (7,9%).4.2.5 Suku/Asal IbuBerdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai suku/asal ibu. Berikut dapat dilihat jumlah ibu berdasarkan kelompok suku/asal pada Tabel 4.5 berikut:Tabel 4.5 Distribusi Ibu di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok Suku/AsalNoKelompok Suku/asalJumlahPersentase (%)

1Aceh3592,11

2Batak25,26

3Jawa12,63

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.5, menunjukkan kelompok suku/asal ibu terbanyak adalah pada suku Aceh yaitu sebanyak 35 orang (92,11%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada suku Jawa yaitu sebanyak 1 orang (2,63%).

4.3 Data Umum Anak Balita

4.3.1 Umur Anak BalitaBerdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai umur anak balita. Berikut dapat dilihat jumlah anak balita berdasarkan kelompok umur pada Tabel 4.6 berikut:Tabel 4.6 Distribusi Anak Balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok UmurNoKelompok UmurJumlahPersentase (%)

11 th 3 th2257,9

23 th 1 bln 5 th1642,1

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.6, menunjukkan kelompok umur balita terbanyak adalah pada umur 1 tahun sampai 3 tahun yaitu sebanyak 22 orang (57,9%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada umur 3 tahun 1 bulan sampai 5 tahun yaitu sebanyak 16 orang (42,1%).4.3.2 Jenis Kelamin Anak BalitaBerdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai jenis kelamin anak balita. Berikut dapat dilihat jumlah anak balita berdasarkan kelompok jenis kelamin pada Tabel 4.7 berikut:Tabel 4.7 Distribusi Anak Balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Kelompok Jenis KelaminNoKelompok Jenis KelaminJumlahPersentase (%)

1Laki-laki2052,6

2Perempuan1847,4

Jumlah38100

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2014)Berdasarkan Tabel 4.7, menunjukkan kelompok jenis kelamin anak balita terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 20 orang (52,6%), sedangkan yang paling sedikit terdapat perempuan yaitu 18 orang (47,4%).

4.4 Analisis Data4.4.1 Tingkat PengetahuanBerdasarkan analisis data, maka dapat dinyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie secara keseluruhan, dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Distribusi Ibu di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Berdasarkan Tingkat PengetahuanNoTingkat PengetahuanJumlahPersentase (%)

1Baik513,16

2Cukup1539,47

3Kurang1847,37

Jumlah38100

(Sumber: Analisis Data Penelitian, 2014)Berdasarkan Tabel 4.8, menunjukkan pengetahuan ibu terbanyak adalah pada tingkat kurang yaitu sebanyak 18orang (47,37%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada tingkat baik yaitu sebanyak 5 orang (13,36%).Analisis data untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, digunakan analisis data Persentase. Secara lengkap perhitungan Persentase tingkat pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 (Lampiran 4).

4.4.2 Hasil WawancaraBerdasarkan hasil wawancara dengan ibu-ibu yang memiliki anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pola makan anak balita, diperoleh data sebagai berikut: Pertanyaan nomor 1. Apakah yang dimaksud dengan pola makan bergizi seimbang? Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa hanya beberaparesponden menjawab dengan tepat, yaitu pola makan bergizi seimbang adalah pola makan yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, sedangkan sebagian responden menjawab kurang tepat pengertian pola makan bergizi seimbang adalah makanan Empat Sehat Lima Sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pola makan bergizi seimbang masih kurang baik.Pertanyaan nomor 2. Jenis makanan jajanan seperti apa yang diberikan untuk anak balita? Untuk pertanyaan ini hampir semua responden menjawab: jenis makanan jajanan yang diberikan untuk anak balita seperti snack, biskuit, cokelat, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang jenis makanan jajanan untuk anak balita masih kurang baik.Pertanyaan nomor 3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pemberian makan kepada anak balita? Untuk pertanyaan ini hampir semua responden menjawab kurang tepat, yaitu responden menjawab yang diperhatikan dalam pemberian makan kepada anak balita adalah nilai gizi dan jenis makanan yang disukai oleh anak balita. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian makan kepada anak balita masih kurang baik.Pertanyaan nomor 4.Apa yang dimaksud dengan makanan selingan? Untuk pertanyaan ini hampir semua responden menjawab dengan tepat, yaitu makanan selingan adalah makanan yang diberikan kepada anak pada waktu antara makan pagi dan makan siang dan antara pemberian makan siang dan makan malam.Hal ini menunjukkan pengetahuan ibu tentang pengertian makanan selingan sudah baik.Pertanyaan nomor 5. Bagaimana usaha ibu menjaga pola makan yang sehat untuk anak balita? Untuk pertanyaan ini hampir semua responden menjawab dengan kurang tepat, responden menjaga pola makan yang sehat untuk anak balita dengan cara membiasakan anak makan 3 kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan pengetahuan ibu tentang pola makan yang sehat masih kurang baik.

4.5PembahasanPenelitian ini telah dilakukan di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dengan jumlah responden sebanyak 38 orang yang dikhususkan bagi ibu-ibu yang mempunyai balita berumur 1-5 tahun. Ditinjau dari gambaran umum karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, dan suku/asal responden, maka jumlah responden yang terbanyak adalah berumur 21-30 tahun sebanyak 19 orang (50%), berpendidikan SMP sebanyak 15 orang (39,5%), memiliki pekerjaan sebagai petani sebanyak 16 orang (42,1%), memiliki penghasilan kurang dari Rp 1.000.000,- sebanyak 24 orang (63,2%), dan berasal dari suku Aceh sebanyak 35 orang (92,11%).Berdasarkan hasil penilaian kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ibu di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie memiliki pengetahuan kurang tentang pola makan anak balita. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah responden sebanyak 5 orang (13,16%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 15 orang (39,47%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (47,37%), apabila ditinjau dari tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamatan SMP sebanyak 15 orang (39,5%).Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003: 97), bahwa pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan. Responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi tentang pola makan yang diberikan oleh petugas kesehatan, sebaliknya responden yang tingkat pendidikannya rendah akan mendapat kesulitan untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka kurang memahami tentang pola makan anak balita. Penyediaan bahan makanan dan menu yang tepat untuk anak balita dalam meningkatkan status gizi anak balita akan terwujud apabila ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Seseorang yang hanya tamatan SD (Sekolah Dasar) belum tentu tidak mampu dalam menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi untuk anak balitanya dibandingkan orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, karena apabila ibu rajin mendengarkan informasi dan selalu turut serta dalam penyuluhan gizi tidak mustahil pengetahuan gizi ibu akan bertambah dan menjadi lebih baik. Hanya saja perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan ibu dan mudah tidaknya ibu menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperolehnya (Lestariningsih, 2000: 69). Azwar (2007: 30) mengatakan, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, minat, intelegensi, media massa, pengalaman, sosial budaya, lingkungan, penyuluhan, dan informasi.Dalam penelitian ini, sebagian besar umur responden 21-30 tahun sebanyak 19 orang (50%). Usia tersebut menunjukkan usia yang matang dan dewasa. Menurut Kozier dkk (2010: 4), usia 20-40 tahun merupakan masa dewasa muda. Pada usia ini berfokus pada diri sendiri dan keluaga, perubahan kognitif dan psikologis yang terjadi cukup besar sehubungan dengan pendidikan dan pekerjaan.Orangtua muda cenderung kurang pengetahuan dan pengalaman dalam merawat anak sehingga mereka umumnya merawat anak didasarkan pada pengalaman orangtua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingan sendiri dari pada kepentingan anaknya sehingga kualitas dan kuantitas perawatan anak kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock dalam Gabriel, 1998: 8).Pekerjaan responden yang sebagian besar adalah petani sebanyak 16 orang (42,1%) menyebabkan waktu ibu lebih banyak di ladang untuk bekerja sehingga waktu untuk bersama anak lebih sedikit dan perhatian kepada anak juga berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sediaoetama (2008: 8) mengatakan bahwa, orangtua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperlihatkan dan mengasuh anaknya. Pada umumnya di daerah pedesaan, anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudara sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orangtua tidak bekerja.Responden dalam penelitian ini bersuku Aceh sebanyak 35 orang (92,11%), suku Batak sebanyak 2 orang (5,26%) dan suku Jawa sebanyak 1 orang (2,63%). Dalam hal pola makan anak balita, tidak ada suatu perbedaan antara pola makan yang diterapkan kepada anak balita oleh ibu yang berasal dari suku Aceh, Jawa dan Batak.Pola makan yang teratur dan bergizi seimbang harus diperkenalkan sejak dini kepada anak agar anak terhindar dari status gizi yang tidak baik. Pola makan yang baik belum tentu makanannya terkandung asupan gizi yang benar. Banyak anak balita yang memiliki pola makan baik tetapi tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang. Pola makan yang baik harus dibarengi dengan pola gizi seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan diperoleh melalui makanan sehari-hari (Laksmi, 2008: 6).

BAB V PENUTUP

5.1 SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang pola makan anak balita di Gampong Lameue Raya Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie pada kategori kurang.

5.2 SaranBerdasarkan simpulan di atas, perlu ditingkatkan kegiatan penyuluhan pengetahuan tentang pola makan anak balita, agar ibu-ibu lebih memperhatikan pola makan yang baik kepada anak balitanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi,. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Azwar, Saifudin. 2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.

Arifin, Zainal. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendikia.Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.Atmarita. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Depkes (Departemen Kesehatan Republik Indonesia). 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Gabriel, Angelica. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa Cikarawang, Bogor. (pdf). Skripsi. FKM USU, Medan, (Online), (http://repository.ipb.ac.id., diakses 25 Mei 2014).

Imam, Saeful dan kawan-kawan. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT Gramedia.

Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.

Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Komsatiningum. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Pola Konsumsi Pangan Anak Balita di Desa Meger Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. (Pdf). Skripsi. PT UNS Semarang, (Online), (http://repository.usu.ac.id., diakses 15 Mei 2014).Laksmi, Sri Wayan. 2008. Hubungan Antara Pola Makan dengan Status Gizi Anak Balita Di Sai Study Group. Denpasar, Bali. (pdf). Jurnal Keperawatan, (Online), Volume 1, No.1, (http://ejournal.unsrat.ac.id., diakses 12 Juli 2014).

Lestariningsih. 2000. Gizi Prima Bayi dan Balita, Seri Ayah Bunda. Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda.

Munifatul, Maemunah. 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita di Wilayah Posyandu Kelurahan III Desa Kelurahan Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. (pdf). Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Depkes Malang, (Online), (https://andigayo.files.wordpress.com., 21 Mei 2014).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Proverawati, Atikah dan Asfuah, Siti. 2009.Buku AjarGizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riduwan. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.Santoso, Soegeng dan Ranti, Lies Anne. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sediaoetama, Djaeni Achmad. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Dian Rakyat.Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Indonesia.

Soenardi, Tuti. 2010. Makanan Selingan Balita. Jakarta: Gramedia Putaka Utama.Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistijiani, Agus Dina. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa Swara.

Sutomo, Budi dan Dwi Yanti Anggraini. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta: Demedia.

Uripi. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Seimbang Pada Balita. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Waluyo, Kusno. 2010. Memahami Gizi untuk Bayi dan Anak. Bandung: PT Puri Delco.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Jakarta: LIPI.