80
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran paradigma sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi memberikan implikasi terhadap perubahan sistem manajemen pembangunan daerah. Otonomi daerah merupakan suatu konsep yang menekankan pada aspek kemandirian daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat c menyatakan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu yang harus dipersiapkan oleh masing-masing daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi. Beberapa konsekuensi yang harus dipersiapkan oleh daerah antara lain : Pertama, kemampuan sumber daya manusia, khususnya Sumber Daya Manusia Aparatur Daerah yang harus memiliki keterampilan baik secara teknik maupun wawasan intelektual yang luas dan diharapkan dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan kreativitas dan daya inovasi y ang tinggi.

skripsi pendahuluan pemeritahandesa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 1/80

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang 

Pergeseran paradigma sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi

ke sistem desentralisasi memberikan implikasi terhadap perubahan sistem

manajemen pembangunan daerah. Otonomi daerah merupakan suatu

konsep yang menekankan pada aspek kemandirian daerah untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebagaimana yang

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat c

menyatakan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu yang harus dipersiapkan

oleh masing-masing daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan

otonomi. Beberapa konsekuensi yang harus dipersiapkan oleh daerah

antara lain : Pertama, kemampuan sumber daya manusia, khususnya

Sumber Daya Manusia Aparatur Daerah yang harus memiliki

keterampilan baik secara teknik maupun wawasan intelektual yang luas

dan diharapkan dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

sesuai dengan kreativitas dan daya inovasi yang tinggi.

Page 2: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 2/80

Kedua, kemampuan sumber-sumber keuangan daerah untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, karena selama ini

sektor-sektor pembiayaan pembangunan daerah pada umumnya masih

sangat bergantung pada pemerintah pusat. Namun dengan

diberlakukannya otonomi daerah, maka pembiayaan pembangunan dan

penyelenggaraan pemerintahan daerah harus diusahakan oleh

pemerintah daerah otonom, sedangkan subsidi dari pemerintah pusat

hanya bersifat sebagai pelengkap, karenanya pemerintah daerah otonom

harus mampu menggali berbagai potensi sumber daya daerah sehingga

dapat menopang pembangunan dan penyelenggaraan pada daerah yang

bersangkutan.

Ketiga, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

memperlancar pekerjaan, kegiatan pemerintahan dan pembangunan

daerah, Keempat organisasi dan manajemen faktor ini tidak kalah

pentingnya dengan ketiga faktor tersebut diatas karena penyelenggaraan

pemerintahan daerah sangat ditentukan oleh berjalannya fungsi-fungsi

manajemen dalam menjalankan kegiatan pemerintahan.

Sedangkan Gunawan Sumodiningrat (1999:34), mengemukakan

tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan

daerah yaitu (1) bentuk kontribusi riil dari daerah yang diharapkan oleh

pemerintah pusat dalam proses pembangunan dasar, (2) aspirasi

masyarakat daerah itu sendiri terutama yang terefleksi pada prioritas

Page 3: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 3/80

pembangunan daerah, (3) keterkaitan antara daerah dalam tata

perekonomian makro dan politik.

Terkait dengan hal diatas, proses pembelajaran ulang demokrasi

bagi desa melalui UU No. 22/1999, yang dinilai menghidupkan kembali

ruh demokrasi di desa, ternyata tidak dapat berlangsung lama.

Berlakunya UU No. 32/2004 yang memundurkan demokrasi di desa

menyebabkan ditutupnya kembali katup demokrasi di desa. Spirit

demokrasi dalam UU No. 22/1999 yang menghidupkan parlemen desa,

telah dipasung oleh UU No. 32/2004. Desa kembali dimaknai sekedar

sebagai saluran administratif kewenangan negara lewat kabupaten/kota,

tanpa memiliki daya tawar terhadap berbagai kebijakan negara. Berbagai

pemaksaan proyek pusat, distorsi pemberian SLT, penggusuran, dan

sebagainya merupakan contoh aktual yang dapat ditunjukkan.

PP No. 72 /2005 tentang Desa ternyata dinilai lebih longgar dalam

melakukan desentralisasi kekuasaan terhadap desa. PP tersebut kembali

menghidupkan peran BPD sebagai parlemen desa untuk melakukan

pengawasan terhadap kebijakan desa. Meskipun demikian, tentu saja

sebagai suatu peraturan pelaksanaan dari UU No. 32/2004, PP itu tidak

banyak mampu menawarkan paradigma baru dalam menghidupkan

kembali demokrasi di desa.

Di tinjau dari sudut aliran pertanggungjawaban (legal

accountability) penyelenggaraan pemerintahan desa oleh Kepala Desa

Page 4: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 4/80

versi UU No. 32/2004 maupun PP No. 72/2005, terlihat sangat kentara

adanya tarikan ke atas. Pasal 15 ayat (2) PP No. 72/2005 menyebutkan

bahwa Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota. Tanggung

  jawab Kepala Desa kepada BPD hanya dalam bentuk penyampaian

laporan keterangan pertanggungjawaban, dan kepada masyarakat hanya

menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa.

Selain itu, menyangkut sistem perencanaan di desa terlihat pula

belum adanya kehendak negara untuk membangun pola local self

planning di desa. Pasal 63 PP No. 72/2005 Desa masih mengikuti jejak

UU No. 32/2004, yang menempatkan perencanaan desa sebagai satu

kesatuan dengan sistem perencanaan pembangunan daerah

kabupaten/kota. Sementara itu, pasal 150 UU No. 32/2004 telah

menegaskan bahwa sistem perencanaan daerah merupakan satu kesatuan

dengan perencanaan pembangunan nasional. Apabila ditarik garis lurus

untuk menghubungkan substansi pengaturan mengenai perencanaan di

desa, daerah dan pusat, terlihat sangat jelas yang dibangun adalah model

perencanaan terpusat (centralized planning). Sentralisasi perencanaan

semacam itu sebenarnya justru mengingkari hakekat otonomi daerah,

yang seharusnya terus mengalir menjadi otonomi desa dan akhirnya

menjadi otonomi rakyat.

Page 5: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 5/80

Grand Strategi Implementasi Otonomi Daerah (Dalam Koridor UU

No. 32/2004) yang dikeluarkan oleh Depdagri pada tahun 2005,

memperlihatkan sangat minimnya komitmen Depdagri untuk

menghidupkan kembali hakekat demokrasi desa. Grand Strategi versi

Depdagri tersebut lebih banyak memperbincangkan kebijakan otonomi

daerah pada level Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

Menyikapi realitas kebijakan otonomi daerah yang ambivalen

terhadap demokrasi desa, desa hanya dapat mengharapkan adanya power

sharing dari kabupaten dan pengendoran tarikan sentralisasi melalui

perluasan pemberian tugas pembantuan (medebewind) dari provinsi.

Langkah itu perlu ditempuh dengan diberikan legal framework melalui

Perda provinsi ataupun kabupaten/kota. Tumbuhnya demokrasi pada

level desa, sebenarnya menjadi sarana pembelajaran demokrasi yang

sangat bernilai untuk mendorong menguatnya kehidupan demokrasi di

kabupaten/kota, provinsi dan akhirnya negara.

Pelaksanaan otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat

desa untuk lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga

desa, termasuk dalam hal ini adalah mengatur dan mengurus Anggaran

dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes), Pendapatan Asli Desa (PADes)

sebagai salah satu sumber anggaran penerimaan atau pendapatan desa

memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan desa dan

tentunya bagi pelaksanaan otonomi desa.

Page 6: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 6/80

Permasalahan tersebut diatas hanya sebagian dari berbagai

permasalahan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat di Indonesia

terkait dengan Pendapatan Asli Desa dalam kerangka otonomi desa.

Dalam hal ini salah satunya adalah pemerintah dan masyarakat desa

Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Banyak potensi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh desa

Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember, namun potensi-

potensi tersebut belum digunakan dan dikembangkan secara maksimal

untuk pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi ini sangat disayangkan mengingat pelaksanaan otonomi

desa menuntut kreatifitas dan kemandirian desa untuk mengatur rumah

tangganya sendiri termasuk dalam hal pengaturan keuangan dan

kelembagaan desa. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan

masyarakat desa Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember

untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi dan sumber

keuangan salah satunya adalah dengan membuat strategi bagi penguatan

kelembagaan pemerintah desa dalam peningkatan pendapatan asli desa

untuk pelaksanaan otonomi desa.

Berangkat dari hal-hal diatas, yang mendorong penulis untuk

melakukan penelitian dengan judul : ´IMPLEMTASI UNDANG-

UNDANG NO.32/2004 jo PERATURAN PEMERINTAH NO 72

Page 7: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 7/80

TAHUN 2005 TERHADAP KELEMBAGAAN PEMERINTAH DESA

DALAM RANGKA MENUNJANG PELAKSANAAN OTONOMI DESAµ

(Studi Kasus : Desa Glundengan Kec. Wuluhan Kabupaten Jember).

1.2  Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian

agar penelitian tersebut dapat terfokus dan terencana. Berdasarkan uraian

latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan

pokok permasalahan yang diteliti sebagai berikut :

1.  Apakah penguatan kelembagaan pemerintah desa yang ada di desa

Glundengan Kecamatan Wuluhan sudah sesuai dengan UU

No.32/2004?

2.  Apakah pengaturan desa sudah sejalan dengan PP 72 tahun 2005 ?

3. 

Apa faktor pendorong dan penghambat dalam penguatan

kelembagaan pemerintah desa di desa Glundengan Kecamatan

Wuluhan?

1.3  Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan suatu hasil yang dikehendaki dari suatu

kegiatan termasuk penelitian, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Tujuan penulisan skripsi ini meliputi tujuan umum dan tujuan

khusus.

1.3.1  Tujuan Khusus

Page 8: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 8/80

Tujuan khusus penulisan skripsi ini adalah :

1.  Untuk mengetahui penguatan kelembagaan pemerintah desa yang ada

di desa Glundengan Kecamatan Wuluhan , antara lain :

a.  Aspek-Aspek Kelembagaan Desa yang dipersiapkan/diperbaiki

dalam rangka otonomi Desa.

b.  Stuktur dan Mekanisme kerja lembaga Desa, serta hubungan

antara lembaga desa dalam memperkuat otonomi Desa.

c.  Kemampuan pembiayaan desa.

2.  Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam

penguatan kelembagaan pemerintah desa Glundengan Kecamatan

Wuluhan.

1.4  Metode Penelitian

Metode dalam melakukan suatu penelitian merupakan ciri khas

dari ilmu untuk mendapatkan suatu kebenaran hukum. Metode berarti

penyelidikan yang berlangsung menurut rencana tertentu. Metode ilmiah

memiliki peranan yang penting dalam penulisan suatu karya ilmiah.

Metode yang tepat diharapkan dapat memberikan alur pemikiran secara

berurutan dalam usaha pencapaian pengkajian. Pada penulisan skripsi ini

akan dipergunakan metode-metode tertentu dengan maksud agar

penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan untuk suatu karya

tulis yang bersifat ilmiah dan juga bermaksud memberikan pengertian

Page 9: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 9/80

yang jelas dan sistematik dari uraian skripsi ini. Adapun metode

penulisan yang dipergunakan pendekatan sebagai berikut:

14.1  Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yakni

penelitian yang difokuskan untuk mengkaji norma hukum positif.1 Dalam

arti bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji

peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan

kenyataan dan permasalahan yang ada.

1.4.2  Pendekatan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini apabila pendekatan yang digunakan

tidak tepat, maka bobot penelitian akan menjadi tidak akurat sehingga

kebenarannya dapat digugurkan. Sebagai upaya untuk menjawab

permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini digunakan pendekatan

perundang-undangan (statute approach), yaitu model pendekatan dimana

penulis melakukan telaah terhadap semua perundang-undangan dan

regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani.2 

Dalam hal ini terkait dengan peraturan perundang-undangan di bidang

pemerintahan desa.

1 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, Hal. 29 2

Ibid, Hal. 93 

Page 10: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 10/80

10 

1.4.3  Sumber Bahan Hukum 

Sumber bahan hukum dalam penelitian adalah subyek darimana

bahan hukum dapat diperoleh dan digunakan untuk memecahkan

permasalahan yang ada. Sumber bahan hukm meliputi :

a.  Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai ototritas. Bahan-bahan hukum primer

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-

putusan.3 Dalam penulisan skripsi ini beberapa bahan hukum primer

yang dipergunakan adalah :

1.  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

2. 

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

3.  Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daera

4.  Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

5.  Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta

Masyarakat Dalam Penataan Ruang

6.  Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah

3Ibid, Hal. 141

Page 11: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 11/80

11

7.  Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

8.  Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

9.  Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada

Daerah;

12. Permendagri No.32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi

Desa

13. Permendgari No.4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan

Kekayaan desa

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang

Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan

Status Desa Menjadi Kelurahan

Page 12: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 12/80

12 

16. Permendagri No.30 Tahun 2006 ttg penyerahan urusan yang

menjadi kewenangan kab/kota yang diserahkan pengaturannya

kepada desa

17. Permendagri No. 29 Tahun 2006 ttg pedoman, pembentukan dan

mekanisme penyusunan peraturan desa dan peraturan Kepala desa

18. Permendagri No.35 thn 2007 ttg tata cara pelaporan dan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang

Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang

Badan Usaha Milik Desa

b.  Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang

hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal

hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.4 Dalam hal ini

diantaranya buku literatur hukum yang terkait dengan penegakan hukum

serta sosiologi hukum.

c.  Bahan Non Hukum

Dalam penelitian hukum untuk keperluan akademis bahan-bahan

non hukum dapat membantu. Salah satu bahan non hukum adalah

4Ibid, Hal. 141

Page 13: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 13/80

13 

wawancara. Hasil wawancara pejabat yang paling punya kewenangan

pun bukan merupakan bahan hukum primer karena hasil wawancara

tidak bersifat autoritatif. Akan tetapi hasil wawancara tersebut dapat

dimaksudkan sebagai bahan non hukum untuk memperoleh keterangan-

keterangan dalam memecahkan permasalahan hukum yang ada.

1.4.4  Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penulisan skripsi menggunakan studi kepustakaan, yaitu

metode pengumpulan bahan hukum yang dilakukan dengan cara

membaca dan mempelajari bahan-bahan pustaka berkaitan dengan materi

permasalahan yang akan dikaji. Bahan-bahan tersebut berupa peraturan

perundang-undangan dan penelusuran melalui literatur hukum yang

relevan dengan permasalahan.

1.4.5  Analisis Bahan Hukum

Penulis melakukan penelitian hukum dengan menggunakan

langkah-langkah antara lain, mengidentifikasi fakta hukum dan

mengeliminir hal-hal yang tidak relevan untuk menetapkan isu hukum

ynag hendak dipecahkan, melakukan telaah atas isu hukum yang

diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan, kemudian

menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu

hukum, serta memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah

dibangun dalam kesimpulan. Langkah-langkah ini sesuai dengan karakter

Page 14: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 14/80

14 

ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan.5 Dengan

demikian maka dapat dicapai tujuan yang diinginkan dalam penulisan

skripsi ini yakni menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat,

sehingga dari permasalahan tersebut didapat kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

5Ibid, Hal 171

Page 15: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 15/80

15 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumusan Pengaturan Desa Dalam UUD 45 Amandemen

Pengaturan tentang konsep desa memang tidak disebutkan secara

  jelas dalam pasal 18 tentang pemerintahan daerah. Hanya secara singkat

dapat ditemukan dalam pasal 18 B ayat (2) yang berbunyi ´Negara

mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta

hak ² hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip kesatuan negara republik

Indonesia yang diatur dalam Undang Undangµ.

Pengaturan tentang desa tidak diatur secara implisit dalam

konstitusi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan pembentukan

konstitusi amandemen yang parsial. Dipihak lain pengaturan tentang

desa dapat menimbulkan interpretasi liar penyusunnya. Penafsiran yang

liar ini sudah diperkirakan dan menjadi kekhawatiran para pemerhati

otonomi khususnya tentang desa.

Desa diakui dalam penjelasan UUD 45 dimana disebutkan bahwa

Indonesia terdir dari kurang lebih 250 zelfbesturende landschappen dan

volksgemeenschappen dengan sebutan desa di jawa dan bali, nagari

(minangkabau), dusun dan marga dan banyak sebutan lainnya yang

sejenis, dimana daerah ² daerah tersebut memiliki susunan masyarakat

asli dan dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Page 16: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 16/80

16 

Amandemen terhadap pasal 18 yang dijadikan sebagai landasan

hukum penyelenggaraan otonomi daerah ternyata masih banyak

persoalan yang krusial. Pola hubungan antara pusat dan daerah

seharusnya tegas menjadi materi muatan konstitusi. Persoalan krusial

yang dianggap tidak tuntas dalam pengaturan pasal 18 UUD 1945

amandemen antara lain :

1. Pembagian kewenangan.

Hal ini sangat penting dijamin dalam konstitusi, dengan demikian

konflik kewenangan dapat teratasi serta dapat tercegahnya pemerintah

pusat memaksakan kompetensi otonomi pada daerah dengan dalih

menjaga keutuhan negara kesatuan. Dalam praktek selama ini pembagian

kewenangan diserahkan kepada pembentuk UU yang selalu sarat dengan

kepentingan politik hukum pemegang kekuasaan.

Pembagian kewenangan antara pusat dan daerah merupakan

masalah yang penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

Seharusnya diperjelas hubungan antara pusat dan daerah. Diluar batas

kewenangan pusat secara bertahap dan konsisten harus diserahkan

kepada daerah propinsi maupun kabupaten/kota untuk dijadikan

kewenangan rumah tangga daerah. Pembagian kewenangan seharusnya

menjadi materi muatan konstitusi, bukan merupakan materi muatan UU,

sehingga jelas konsepsi otonomi luas dalam kerangka negara kesatuan.

Page 17: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 17/80

17 

Tidak cukup daerah hanya diberi hak menetapkan peraturan

daerah saja. Pada Tap MPR No. III/2000, perda sebagai peraturan untuk

melaksanakan aturan hukum yang lebih tinggi dan menampung kondisi

khusus yang bersifat lokal. Seharusnya daerah diberi hak untuk mengatur

tata hukumnya sendiri. Hal ini merupakan konsekuensi dari pemberian

otonomi luas kepada daerah. Bentuk hukum yang hanya peraturan

daerah bagi daerah membuat kuantitas beban perda sangat berat, di sisi

lain kondisi ini menimbulkan berkurangnya fleksibilitas dan kreatifitas

eksekutif daerah. Di daerah diperlukan tata hukum daerah yang

setidaknya meliputi perda yang setingkat dengan UU, Peraturan

Pemerintah Daerah (PPD) setingkat dengan Peraturan Pemerintah dan

Keputusan Kepala Daerah setingkat dengan Keputusan Presiden. Bentuk

tata susunan peraturan perundang undangan ini seharusnya juga

merupakan substansi konstitusi, termasuk penghargaan terhadap

pluralisme hukum.

Perwujudan bahwa setiap masyarakat dengan sendirinya memiliki

sistem hukum yang mengatur pergaulan anggota masyarakatnya dapat

terealisasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terulangnya pengalaman

buruk unifikasi hukum nasional yang mengarah pada sistem hukum

tunggal. Karena secara sosiologis dan kultural hal ini sangat bertentangan

dengan kemajemukan bangsa Indonesia. Hukum harus diciptakan dalam

konteks masyarakatnya, tanpa mempertimbang- kan hal ini dengan

Page 18: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 18/80

18 

sungguh-sungguh, maka niscaya politik akan sulit mencapai tujuannya,

  jika tidak gagal dalam pembentukannya, maka akan gagal dalam

pelaksanaannya atau penerapannya.

2.  Pengaturan Hubungan Keuangan termasuk pengelolaan Sumber Daya

Alam

Pengaturan hubungan keuangan termasuk pengelolaan sumber

daya nasioanal seharusnya juga menjadi materi muatan konstitusi. Justru

pengelolaan ini yang oleh daerah dituntut pembagiannya secara adil dan

memberikan kesejahteraan bagi daerah. Dalam realita yang ada selama

ini, terjadi pemusatan kekuasaan ekonomi pada pusat yang menimbulkan

kesenjangan di daeah (jakarta dengan luar jakarta, jawa dan luar jawa).

2.1.1. Letak Kedudukan Pemerintahan Desa

UUD hanya menetapkan dua tingkatan daerah otonom, yang

disebut dengan propinsi dan dibagi lagi dalam daerah kabupaten dan

kota. Pembagian ini dimaksudkan untuk menjalankan otonomi daerah.

Desa bukan termasuk daerah otonom, tetapi dalam peraturan perundang

undangan selanjutnya disebutkan memiliki hak untuk mengatur

kewenangan yang bersifat asli. Konsekuensi dari pengaturan ini, maka

desa diserahkan pengaturannya kepada kabupaten. Dalam UU

No.32/2004 pasal 200 menyebutkan bahwa dalam pemerintahan daerah

kab/kota dibentuk pemerintahan desa yang mengandung maksud bahwa

desa dibentuk/lahir dan merupakan bagian inheren dari pemerintah

Page 19: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 19/80

19 

kabupaten/kota, namun otonom. Dengan demikian maka kedudukan

desa berada dalam rumah tangga kab/kota. Hal ini membingungkan

karena kab/kota sebagai satuan pemerintah otonom dapat melahirkan

suatu pemerintahan yang otonom juga. Ini tidak sesuai dengan rumusan

pasal 18 ayat (1) yang menyebutkan bahwa NKRI dibagi atas daerah

propinsi yang kemudian dibagi lagi atas daerah kab/kota. Istilah dibagi

merupakan hierarki dan bersifat vertikal.

Hal ini jelas berbeda jika dibandingkan dengan UU No. 5 tahun

1979 yang menempatkan desa langsung berada di bawah camat

menunjukkan posisi yang jelas, bahwa desa langsung ditempatkan berada

di bawah kontrol pemerintah pusat. Menimbulkan pertanyaan apakah

sebaiknya desa tidak diatur secara tersendiri dalam UU khusus tentang

desa yang terlebih dahulu diberi posisi yang jelas dalam konstitusi

mengingat desa dalam sejarahnya adalah pemerintahan asli, eksis dan

dihormati warganya dengan adat khasnya.

Pada kenyataannya, sekarang terjadi banyak disharmonisasi antara

hubungan kepala desa beserta perangkatnya dengan BPD, antara

pemerintahan desa dengan pemerintahan kabupaten. Perda yang dibuat

oleh kabupaten yang mengatur tentang desa tidak dapat serta merta

diterima oleh pemerintah desa.

Page 20: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 20/80

20 

2.1.2. Tidak adanya hubungan hierarkis antara daerah propinsi dengan

kab/kota.

Hal ini sering ditafsirkan salah bahwa seolah ada pemutusan

hirarkhis pemerintahan. Tidak ada hubungan hirarkhis mengandung

maksud bahwa daerah kota/kabupaten bukan bawahan daerah propinsi.

Masing-masing daerah itu memiliki kewenangan yang berbeda dan

masing-masing kewenangan itu diperoleh dari negara. Daerah propinsi

mengurusi kewenangan lintas sedang daerah kota/kabupaten mengurusi

kewenangan yang bukan kewenangan pusat dan propinsi. Jadi antara

daerah propinsi dan daerah kota/kabupaten adalah sejajar. Terkadang

penyebutan otonomi bertingkat memberi kesan salah seolah terdapat

tingkatan-tingkatan daerah otonom. Kewenangan pengawasan dan

pembinaan yang dimiliki Gubernur terhadap daerah kota/kabupaten

bukan sekali-kali menempatkan daerah kota/kabupaten dibawah daerah

propinsi, tetapi merupakan konsekuensi gubernur merangkap sebagai

perangkat pemerintah. Persoalan yang menjadi penting dalam kerangka

ini adalah kemauan kerja sama saling koordinasi untuk tercapainya

sinergis antara daerah propinsi dan kota/kabupaten.

Page 21: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 21/80

21

2.2. Pengaturan desa dalam UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah

2.2.1. Perspektif Umum.

Pemerintahan Desa tidak diatur secara eksplisit dalam UUD 1945.

Satu pihak ini merupakan kelemahan hasil amandemen UUD yang

parsial, dipihak lain pengaturan pemerintahan desa akan menjadi

penafsiran liar penyusunnya. Penafsiran liar ini sudah sejak awal

diperkirakan dan menjadi kekhawatiran kita semua. Dan, sekarang itu

semua terjadi, pengaturan desa dalam UU No. 32/2004 merupakan set

back otonomi desa kemasa Orba yang dilakukan oleh pemikir yang

berpola neo Orba.

Pemerintahan Desa berdasar UU No. 32/2004 berbeda secara

mendasar dengan Pemerintahan Desa berdasar UU No. 22/1999.

Perbedaan itu terletak pada letak kedudukan, kewenangan, hubungan

keuangan, sistem pemerintahannya, dan pengaturan perangkatnya.

Pengaturan desa yang tergambar dalam UU No. 32/2004 memperlihatkan

kuatnya kontrol pemerintah, dan mereduksi demokratisasi pemerintahan

desa. Ini mengingatkan pada situasi pengaturan desa berdasar UU No.

5/1979. Situasi ini tidak terlepas dari semangat pemerintah yang kembali

memperkuat kontrolnya dengan berbagai pengawasan terhadap

pelaksanaan otonomi daerah.

Page 22: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 22/80

22 

Pengaturan desa saat kembali dilakukan dalam satu undang-

undang dengan pemerintahan daerah sebagaimana Undang-undang No

22 tahun 1999. Teknik pengaturan seperti ini membawa konsekuensi pada

keberadaan desa yang kurang menonjol dan desa menjadi bagian dari

pemerintahan daerah dengan penamaan Undang-Undang Pemerintahan

Daerah. Hal ini bertentangan dengan semangat yang terkandung dalam

Pasal 18B UUD 1945 bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-

satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa.

Menurut Jimly Asshiddiqie (2002: 24) yang dimaksud sebagai satuan

pemerintahan daerah disini adalah satuan pemerintahan daerah provinsi,

kabupaten dan kota, atau pemerintahan desa yang bersifat khusus atau

istimewa, misalnya sistem pemerintahan desa di Provinsi Sumatera Barat

yang disebut dengan nagari dan di beberapa daerah lain berkembang

sistem pemerintahan desa yang bersifat khas, khusus ataupun istimewa.

Dalam konteks yang demikian seharusnya pemerintahan desa

diatur dalam ketentuan undang-undang tersendiri sebagai satuan

pemerintahan otonom yang hidup dan berkembang berdasarkan asal-

usulnya jauh sebelum republik ini lahir. Seharusnya negara mengakui

eksistensi pemerintahan desa dengan otonomi asli desa yang dimiliki

melalui suatu undang-undang tersendiri. Namun untuk mencegah

sejarah buruk pengaturan desa melalui sebuah undang-undang tersendiri

yang akhirnya menimbulkan penyeragaman desa sebagaimana UU No. 5

Page 23: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 23/80

23 

tahun 1979, maka materi muatan undang-undang desa harus bersifat

umum yang menyerahkan pengaturan lebih lanjut kepada daerah melalui

Perda. Pengaturan ini akan menjamin pluralistik kekhasan sistem

pemerintahan desa.

2.2.2. Kedudukan Pemerintahan Desa

Pasal 200 ayat (1), menyatakan ´Dalam pemerintahan daerah

kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari

pemerintah desa dan badan permusyawaratan desaµ Penggunaan istilah

´dibentukµ ini menegaskan bahwa pemerintah desa merupakan sub

sistem atau bagian dari pemerintah kabupaten/kota, karenanya ia

menjalankan sebagian kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Dalam

undang-undang ini desa merupakan satuan pemerintah yang ada dalam

pemerintah kabupaten/kota. Ini berbeda dengan istilah yang digunakan

dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan ´Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota««.µ. Pemakaian istilah

´dibagi atas daerah-daerahµ menunjukkan selain menghormati daerah

otonom juga menegaskan adanya hubungan pemerintah pusat dan daerah

bersifat hirarkhis dan vertikal. Jadi memang berbeda model hubungan

pusat dan daerah berdasarkan Pasal 18 UUD 1945 dengan model

hubungan Kabupaten/kota dengan desa berdasar UU No. 32/2004.

Page 24: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 24/80

24 

Pengaturan ini selanjuatnya harus dilakukan secara hati-hati,

karena dalam kapasitas tertentu desa akan berubah menjadi pemerintahan

administrasi kabupaten yang sebelumnya berdasarkan UU 22/1999

otonomi desa sudah tumbuh dan berjalan. Kontrol pemerintah

kabupaten/kota terhadap desa semakin kuat dengan pengaturan Pasal

200 ayat (3) bahwa ´Desa di kabupaten/kota secara bertahap dapat

diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan

prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa yang

ditetapkan dengan Perdaµ. Istilah ´secara bertahapµ di gunakan lebih

awal dari istilah ´dapatµ memberi gambaran semangat pasal ini

mengarahkan bentuk pemerintahan administrasi kelurahan untuk

merubah pemerintahan desa secara bertahap.

Persoalan peralihan ini perlu mendapat kajian yang mendalam

dalam penyusunan PP yang sekarang sedang dipersiapkan pemerintah.

Klausul ´atas usulan dan prakarsa Pemerintah Desa dan BPDµ sebaiknya

dicarikan mekanisme agar masih ada kontrol masyarakat mengingat

bahwa BPD tidak lagi dipilih secara langsung. Misalnya, usulan

perubahan bisa diajukan bila 90 % penduduk desa telah menyetujuinya

melalui suatu referendum yang diselenggarakan secara bebas. Ini untuk

mencegah timbulnya kesewenang-wenangan peralihan akibat hilangnya

lembaga kontrol representasi rakyat dalam sistem pemerintahan desa

berdasar UU 32/2004. Di dalam praktek desa-desa yang telah beralih

Page 25: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 25/80

25 

statusnya menjadi kelurahan berdampak kecuali hancurnya hak-hak

tradisionil rakyat juga hilangnya kekayaan desa melalui berbagai

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Kelurahan

yang diserahi mengelola eks aset desa sebagaimana diatur dalam Pasal

201 ayat (2) kedudukannya sangat lemah karena kelurahan adalah

pemerintah administrasi yang sangat berbeda dengan desa otonom.

2.2.3. Kewenangan Pemerintahan Desa

Terdapat empat sumber urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 206. Penjabarannya

harus hati-hati, karena terjadi ketidaksinkronan terutama pasal 206 ayat

(1) dengan Pasal 200. Pasal 206 ayat (1) menjelaskan salah satu

kewenangan desa adalah urusan pemerintahan yang sudah ada

berdasarkan hak asal-usul desa. Jenis urusan ini jelas bukan urusan

karena penyerahan dari pemerintah kabupaten/kota. Padahal dalam

pasal 200 dinyatakan bahwa ´dalam pemerintahan daerah

kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desaµ. Istilah pemerintahan

daerah menunjukkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersumber

dari asas desentralisai dan tugas pembantuan. Dengan demikian dalam

pemerintahan desa yang dibentuk ada urusan yang tidak bersumber

kepada pembentuknya.

Selain itu ada urusan yang menjadi kewenangan desa karena

penyerahan dari kabupaten/kota dan ada pula yang berasal dari tugas

Page 26: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 26/80

26 

pembantuan. Adanya kedua jenis sumber ini sebenarnya menunjukkan

bahwa desa merupakan satuan pemerintahan otonom yang berada di luar

sistem pemerintahan daerah. Ketentuan ini tidak selaras dengan pasal 200

ayat (1) yang menyatakan dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota

dibentuk pemerintahan desa. Artinya pembentuk undang-undang ini

tidak memiliki content draf yang utuh tentang sosok pemerintahan desa

yang dirumuskan.

2.2.4. Sistem Pemerintahan Desa

Satuan pemerintahan otonom akan berjalan demokratis bila

terjamin checks & balances antara pemerintah dan lembaga perwakilan

sebagai representasi rakyat. Terdapat beberapa kelemahan dalam

pengaturan sistem pemerintahan desa di dalam UU No. 32/2004.

Pertama, tidak diaturnya sistem pertanggung jawaban kepala desa

di dalam batang tubuh UU No. 32/2004. Sistem pertanggung jawaban

kepala desa ditemukan di dalam penjelasan umumnya. ´Kepala Desa

pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat Desa yang dalam tata

cara dan prosedur pertanggung jawabannya disampaikan kepada Bupati

atau Walikota melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa,

Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggung

  jawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok

pertanggung jawabannya««µ Pengaturan semacam ini tidak tepat,

karena penjelasan pada hakekatnya bukanlah norma, namun merupakan

Page 27: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 27/80

27 

penjelasan dari norma sehingga terhindar dari makna ganda. Apabila

normanya tidak ada maka tidak mungkin ada penjelasan. Dalam teknis

drafting pengaturan seperti ini salah fatal.

Kedua, tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin

penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda

berdasarkan Peraturan Pemerintah (Pasal 208). Ketentuan ini cukup

berbahaya mengingat undang-undang tidak secara definitif menentukan

tugas dan kewajiban kepala desa. Pengaturan semacam ini memberi ´cek

kosongµ pada pemerintah melalui PP. Di lain pihak BPD mempunyai

fungsi yang sangat terbatas berdasarkan pasal 209 yaitu menetapkan

perdes bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat. Dalam formulasi pengaturan yang semacam itu maka akan

sangat sulit terjadi check and balances system dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa, karena kewenangan kepala desa sangat elastis dengan

menyerahkan pengetuannya kepada Perda yang berpedoman PP,

sedangkan fungsi BPD sangat rigid karena ditentukan dalam Undang-

undang secara terbatas.

Badan Permusyawaratan Desa dalam UU No. 32/2004 memiliki

fungsi bersama Kepala Desa menetapkan Perdes dan sebagai penampung

dan penyalur aspirasi. Ini berbeda sama sekali dengan BPD model UU No.

22/1999 yang memiliki peran pengawasan terhadap pemerintah desa.

Cara pembentukannya pun berbeda, BPD tidak lagi dipilih rakyat secara

Page 28: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 28/80

28 

langsung, namun ditetapkan dengan cara musyawarah. Tata cara

pembentukan, fungsi, dan peran BPD model UU 32/2004 akan mereduksi

demokratisasi di tingkat desa. Bagaimana mungkin suatu badan yang

dibentuk bukan sebagai representasi rakyat bisa menjalankan fungsi

legislasi.

Dalam kondisi yang demikian maka langkah yang lebih tepat

dilakukan adalah merevisi terlebih dahulu UU No. 32/2004 dengan

mengatur mekanisme pertanggung jawaban kepala desa di dalam batang

tubuh dan secara definitif menentukan tugas dan kewajiban/tanggung

  jawab kepala desa dalam UU untuk menghindari kekuasaan yang besar

kepala desa berdasarkan aturan yang lebih rendah dari undang-undang.

Tumbuhnya pemerintahan totaliter di desa sebagaimana dampak UU No.

5 tahun 1979 perlu dihindari karena pada waktu itu posisi kepala desa

sangat sentral dengan menempati posisi ketua LMD sekaligus sebagai

eksekutif.

2.2.5. Pengaturan Perangkat Desa

Perangkat desa yang diatur berdasarkan UU No. 32/2004 sangat

berbeda dengan pengaturan dalam UU No. 22/1999. Perangkat desa

berdasarkan UU No. 32/2004 terdiri dari sekretaris desa dan perangkat

desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang

memenuhi persyaratan. Kalau yang dimaksud PNS itu adalah PNS

Kabupaten/Kota yang ditempatkan di desa maka ini akan

Page 29: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 29/80

29 

membingungkan sistem kepegawaian. Dalam penataan kepegawaian

antara daerah otonom telah dilakukan pengaturan masing-masing sesuai

dengan kebutuhan. Kalau mekanisme pengangkatan atau penunjukan

PNS Sekdes dari pemerintah kabupaten/kota sebagaimana mekanisme

yang berlaku pada kepala kelurahan maka akan mereduksi otonomi yang

dimiliki desa. Sebaiknya mekanismenya adalah proses seleksi

penerimaan CPNS sekdes sehingga ada nilai kompetitif. Bahkan dalam

rangka menuju aparat pemerintah desa harusnya mulai dipikirkan aparat

desa adalah PNS Pemerintah Desa yang memiliki persyaratan dan aturan

kepegawaian tersendiri. Pemilihan dilakukan terhadap jabatan politis saja

seperti Kepala Desa, Dusun dan BPD.

2.3. Pengaturan Desa berdasarkan PP 72/2005

Prinsip dasar yang menjadi landasan pemikiran PP no 72/2005

tentang pengaturan desa adalah :

a)  Keanekaragaman, dimana pola penyelenggaraan pemerintahan serta

pembangunan desa tetap menghormati sistem nilai yang berlaku di

masyarakat setempat namun tetap memperhatikan sistem hukum

nasional, dalam hal ini konstitusi menjamin bahwa negara mengakui

dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan berkembang sesuai

dengan prinsip-prinsip NKRI.

Page 30: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 30/80

30 

b)  Partisipasi, bahwa penyelenggataan pemerintahan dan pembangunan

desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat dengan

tujuan masyarakat merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab serta

kebersamaan sebagai sesama warga desa.

c)  Otonomi asli, kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan

mengurus masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan nilai

budaya yang berkembang di masyarakat namun harus

diselenggarakan dengan administrasi pemerintahan negara sesuai

dengan perkembangan jaman.

d)  Demokratisasi, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa harus

mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi melalui BPD

dan lembaga kemasayarakatan sebagai mitra pemerintah desa.

e) 

Pemberdayaan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan desa

dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat desa melalui penetapan program, kebijakan, dan kegiatan

yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan.

Dalam peraturan pemerintah no 72 tahun 2005 tentang Pokok

Pokok Pengaturan Desa sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang

Undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu

substansinya mengatur tentang desa terdapat beberapa poin penting yang

menjadi landasan pengaturan tentag desa, yaitu :

Page 31: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 31/80

31

1. Perubahan status desa.

Atas prakarsa pemerintah desa bersama BPD dengan

memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Kekayaan desa

menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan

untuk kepentingan masyarakat setempat. Dalam perencanaan,

pemanfaatan, dan pengelolaan melibatkan masyarakat kelurahan.

2. Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan desa.

Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

desa. Urusan pemeirntah yang menjadi kewenangan kab/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa. Tugas pembantuan dari

pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kab/kota. Urusan

pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang undangan

diserahkan kepada desa.

3. Pemerintahan desa.

Terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri

dari sekretaris desa yang diisi dari PNS dengan persyaratan:

a)  berpendidikan paling rendah SMU atau sederajat,

b)  mempunyai pengetahuan teknis tentang pemerintahan,

c)  berkemampuan di bidang administrasi dan perkantoran,

d)  berpengalaman di bidang keuangan, administrasi dan

perencanaan,

e)  memahami sosial budaya dan kultur masyarakat,

Page 32: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 32/80

32 

f)  bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

Perangkat desa lainnya yaitu sekretariat desa, pelaksana teknis

lapangan dan unsur kewilayahan.

4. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan.

Kepala desa berkewajiban menyampaikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati/walikota. Kepala

desa memberikan laporan pertanggung jawaban penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada BPD. Memberikan informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.

5. Kedudukan keuangan kepala desa dan perangkat desa.

Kepala desa dan perangkat desa diberi penghasilan tetap setiap

bulannya dan tunjangan lainnya. Penghasilan tetap minimal sesuai

dengan UMR minimum kab/kota. Penghasilan ini tidak termasuk

sekretaris desa yang berstatus PNS.

6. Badan Perwakilan Desa.

Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD

adalah perwakilan penduduk desa setempat berdasarkan keterwakilan

wilayah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat. Anggota

BPD terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka

agama dan tokoh atau pemuka masyarakat. Masa jabatan anggota BPD

adalah 6 tahun dan dapat diangkat kembali. Jumlah anggota BPD antara 5

sampai 11 orang tergantung jumlah penduduk desa yang sangkutan.

Page 33: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 33/80

33 

BPD berwenang membahas rancangan peraturan desa bersama

kepala desa. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan

desa dan keputusan kepala desa. Mengusulkan pengangkatan dan

pemberhentian kepala desa.

Membentuk panitia pemilihan kepala desa. Menggali, menampung,

menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Menyusun tata tertib BPD.

7. Peraturan Desa.

Merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundangan

yang lebih tinggi. Dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan

atau peraturan perundang undangan yang lebih tinggi. Peraturan desa

dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundangan

undangan. Disampaikan kepala desa kepada bupati/walikota melalui

camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan.

8. Ketentuan Peralihan.

Masa jabatan kepala desa yang ada pada saat ini tetap berlaku

sampai habis masa jabatannya. Anggota BPD yang ada pada saat ini tetap

menjalankan tugas sampai yang bersangkutan habis masa jabatannya.

Sekretaris desa yang ada selama ini yang bukan PNS secara

bertahap akan diangkat menjadi PNS yang ditetapkan berdasarkan

Peraturan Pemerintah tersendiri.

Page 34: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 34/80

34 

2.4. Posisi Strategis Desa Dalam Pelaksananan Otomoi Daerah

2.4.1. Tinjauan Tentang Konsep Otonomi Desa

OTONOMI Desa menempatkan Desa menjadi ujung tombak

perjalanan panjang untuk menyejahterakan masyarakat. Kemajuan yang

diraih lebih tampak dibandingkan dengan era sebelum UU No 22/1999,

yang kemudian disempurnakan dengan UU No 32/ 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Kemampuan membangun dan memberikan

pelayanan oleh pemkab/pemkot meningkat tajam. Meskipun demikian,

belum seluruhnya mampu mendorong tumbuh-kembangnya kemajuan

serta pemberdayaan masyarakat.

Masyarakat mayoritas masih diam. Bahkan di banyak desa, sama

sekali tidak berdaya, baik pemikiran, finansial, maupun dalam

mewujudkan keinginan untuk membangun serta mencukupi kebutuhan

dirinya sendiri. Selama empat tahun pelaksanaan otda, tiap tahun

kemampuan daerah untuk membangun dapat mencapai paling tidak dua

kali dibandingkan dengan sebelumnya. Penanganan aspirasi masyarakat

dalam skala kecil - tetapi riil dan detail yang menjangkau seluruh pelosok

daerah masih tetap butuh penanganan serius.

Ketidakberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa terjadi

karena minimnya sumber pembiayaan desa, sehingga power-nya sangat

terbatas. Dalam Pasal 212 ayat (3) UU No 32/ 2004, sumber pendapatan

itu diatur secara jelas, seperti pendapatan asli desa, bagi hasil pajak

Page 35: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 35/80

35 

daerah dan retribusi daerah, bagian dari dana perimbangan pusat dan

daerah yang diterima. Masih ada sumber lain yaitu bantuan dari

pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemkab/pemkot, serta hibah dan

sumbangan dari pihak ketiga.

Salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Provinsi adalah

memberikan standardisasi dan arahan. Khusus aspek finansial, arahan

tersebut sangat tidak memadai. Bahkan dalam UU No 22/ 1999 maupun

UU 32/2004 belum tertuang secara nyata apa yang standar dan

terstruktur. Akibatnya, alokasi dana dari kabupaten / kota ke desa jumlah

nominal maupun persentasenya berbeda, dan mulainya pun berbeda. Ada

daerah yang mulai memberikan dana perimbangan kabupaten/kota ke

desa sejak 2001, ada pula yang baru digulirkan tahun 2003. Realitas ini

menyulitkan ruang gerak pemerintah desa dalam melaksanakan

otonominya. Ada daerah yang telah membuat perda tentang dana

perimbangan kabupaten/kota dengan persentase tertentu dari dana

alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD)-nya. Ada yang

setinggi-tingginya 2% dari DAU dan 10% PAD tertentu, bahkan ada yang

tanpa standar dan lain sebagainya. Dari pusat maupun provinsi, bahkan

belum terpikirkan untuk memberikan dana perimbangan kepada desa,

sehingga dari sisi desa, kabupaten dipandang masih sentralistik, apalagi

provinsi dan pusat. Akibatnya, desa tetap menjadi pemerintahan yang

berotonomi tetapi sangat miskin sumber pendapatan, terutama yang

Page 36: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 36/80

36 

berasal dari pemerintahan tingkat atasnya. Otda bermaksud

meningkatkan peran serta masyarakat dalam membangun daerahnya

menuju kemandirian. Hal ini membutuhkan partisipasi seluas-luasnya

dari seluruh lapisan masyarakat, dan dimungkinkan bila pemberdayaan

masyarakat seluruh lapisan dilaksanakan. Dan lapisan yang paling perlu

diberdayakan adalah yang tinggal di desa.

Hal itu dimungkinkan bila kemampuan finansial di desa dapat

ditingkatkan, sekaligus diberi kewenangan yang luas dengan

mendelegasikan sebagian kewenangan secara konkret. Peningkatan

finansial ini dapat bersumber dari:

a)  Dana perimbangan kabupaten ke desa yang bersumber dari dana

alokasi khusus yang selama ini digunakan untuk pembangunan.

Kalau digunakan secara keseluruhan akan mengurangi

kemampuan pemkab/ pemkot dalam membangun dan melayani

masyarakat. Dengan besaran misalnya setinggi-tingginya 5 % dari

DAU dan 10% dari PAD kabupaten/ kota, PAD tertentu, karena di

kabupaten/ kota ada PAD tetapi kembali 100% untuk pelayanan

masyarakat langsung seperti PAD yang berasal dari RSU Daerah,

PAD seperti ini sifatnya hanya transitoirs (mampir) saja.

b)  Dana perimbangan provinsi ke desa, yang bersumber dari sebagian

dana alokasi umum yang diterima provinsi, ditambah dengan

sebagian PAD provinsi, dengan persentase tertentu misalnya 5%

Page 37: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 37/80

37 

dari DAU provinsi dan 5% dari PAD provinsi. Ketiga, langsung

mendapatkan dari pemerintah pusat dengan mengalokasikan

sebagian lagi dari pendapatan dalam negeri di luar yang telah

digunakan untuk DAU kabupaten/ kota dan provinsi. Keempat,

desa sekaligus diberi pelimpahan kewenangan tertentu untuk

mendapatkan retribusi. Dengan penguatan dari sisi finansial dan

kewenangan, kreativitas desa akan tumbuh untuk menyelesaikan

persoalan lingkungannya. Dalam hal ini kabupaten menangani

kewenangan atau persoalan antar desa dan pengawasan yang

bersifat preventif dan represif. Maka akan tumbuh secara mendasar

di tingkat akar rumput pemberdayaan masyarakat di berbagai sisi,

baik ekonomi, ketersediaan sarana/prasarana, dan belanja lainnya.

Otda yang telah memasuki tahun kesebelas ini ditandai dengan

pemberian otonomi yang tidak sekadar tradisional kepada desa.

Kemajuan desa diharapkan bisa dipercepat sejalan dengan kemajuan

kabupaten dan kota. Sejak diberlakukannya UU No.5/1979 tentang

Pemerintahan Desa, Pemerintah Pusat memegang kendali sentral untuk

mengatur desa. Ekstrimnya, seluruh kebutuhan masyarakat desa

dipenuhi dan dicukupi oleh pemerintah pusat, meskipun pada

kenyataannya pemerintah pusat tidak pernah berhasil. Alih-alih mencapai

kemajuan, masyarakat desa justru terjerumus dalam ketidak-berdayaan.

Sendi-sendi kekuatan internal masyarakat desa banyak yang hancur

Page 38: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 38/80

38 

karena ´kehendak baikµ pemerintah pusat untuk mencukupi dan

memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Karena semua kebutuhan

pembangunan desa diambil alih oleh pemerintah pusat, maka semangat

kerja, gotong ² royong dan keswadayaan masyarakat desa hancur dan

hilang. Terlalu banyak contoh untuk menggambarkan kondisi kehancuran

daya/kekuatan internal masyarakat desa. Otonomi desa yang sebelum

diberlakukannya UU No.5/1979 tampak menonjol dalam keragaman

budaya lokalnya, berubah menjadi keseragaman yang sangat

bertentangan dengan karakter pluralitas masyarakat Indonesia.

Buktinya, meski di setiap kabupaten telah disusun Peraturan

Daerah (Perda) tentang berbagai pengaturan mengenai desa, masih terlalu

banyak orang desa termasuk kepala desa dan BPD tidak mampu

mencerna dan memaknai isi materi perda-perda yang mengatur tentang

dirinya. Sebut saja bahwa desa mendapat bagian perolehan dana

perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah daerah,

mereka (orang desa ini) tidak banyak mengetahui. Pendek kata jika

seorang kepala desa ditanya kalau desanya pada tahun lalu menerima

sejumlah uang dari Pemerintah Kabupaten (katakan sebesar 15 juta sesuai

dengan kenyataan), dari pos anggaran yang mana uang itu berasal,

  jawaban kepala desa hampir dapat dipastikan tidak tahu. Apalagi jika

ditunjukkan bahwa sesungguhnya perda-perda tentang desa yang pada

sebagian besar kabupaten disusun pada tahun 2000 atau 2001, perda-

Page 39: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 39/80

39 

perda itu semestinya, secara legal formal, batal demi hukum. Pasalnya

adalah perda-perda tentang desa yang disusun sebelum 2002 harus

direvisi dan disesuaikan de-ngan Peraturan Pemerintah (PP) No.76/2001

tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa yang terbit pada

November 2001. PP No.76/2001 ini menggantikan Kepmendagri

No.64/1999 yang banyak dirujuk oleh pemerintah kebupaten dalam

menyusun Perda-perda tentang desa. Kemampuan orang desa untuk

membaca aturan-aturan hukum yang berimplikasi pada hak dan

kewajiban yang mereka memiliki masih sangat kurang.

Era reformasi masih berlangsung, kabinet-kabinet pemerintah

datang silih berganti. Seiring dengan pergantian-pergantian kabinet

pemerintah, tata aturan perundangan juga berganti-ganti. Tidak

ketinggalan UU No.22/1999 yang baru berjalan 5 tahun telah diganti

dengan UU No.32/2004. Hal pengaturan me-ngenai desa masih

digabungkan dengan pengaturan mengenai pemerintahan daerah.

Setahun kemudian, terbitlah PP No.72/2005 tentang Desa. Kelahiran PP

No.72/2005 ini relatif tergolong cepat atau lebih cepat dibandingkan

dengan PP-PP lain yang diamanatkan oleh UU No.32/2004.

PP No.72/2005 lebih jauh merinci berbagai hal pe-ngaturan

mengenai desa. Secara substansial, isi materi PP No.72/2005 lebih baik

dari pada muatan materi pengaturan mengenai desa pada UU

No.32/2004, utamanya adalah dalam hal pelaksanaan demokrasi di

Page 40: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 40/80

40 

masyarakat desa. Demikian pula mengenai hak-hak desa untuk

memperoleh dana pembangunan juga semakin dirinci dan ditegaskan.

  Juga mengenai urusan-urusan pemerintahan yang dilimpahkan menjadi

kewenangan desa mendapatkan penjelasan yang lebih rinci, meskipun

masih harus dielaborasi lebih jauh sehingga dapat dilaksanakan di

lapangan. Tidak ketinggalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

pelembagaan atau institusionalisasi proses-proses pembangunan di desa,

di dalam PP No.72/2005 juga mendapatkan tekanan yang cukup

memadai karena sebelumnya tidak (belum) pernah diatur.

Kewenangan - kewenangan desa yang diatur dalam Bab III pasal 7

² 10, Keuangan desa dan Sumber-sumber Pendapatan Desa yang diatur

dalam Bab VII pasal 67 ² 81, serta Perencanaan Pembangunan Desa yang

diatur dalam Bab VI pasal 63 ² 66, merupakan 3 (tiga) komponen

pengaturan pemberdayaan masyarakat dan desa yang secara kondusif

dapat mening-katkan daya tawar masyarakat desa terhadap kebijakan-

kebijakan pembangunan dari pemerintah kabupaten dan provinsi.

Persoalannya adalah bagaimana sekarang masyarakat desa sendiri

memahami dan memaknai ketiga komponen pengaturan desa itu yakni

Kewenangan, Keuangan dan Perencanaan Pembangunan, dapat

disinergikan dan dilaksanakan di lapangan. Paling sedikit PP No.72/2005

ini telah memberikan koridor hukum bagi pengembangan pemberdayaan

masyarakat dan desa. Lebih lanjut, masyarakat dan pemerintah desa

Page 41: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 41/80

41

harus mampu mencermati proses-proses serta substansi materi

pengaturan tentang desa dari peme-rintahan di atasnya yaitu

Kabupaten/Kota. Koridor-koridor hukum dalam pengaturan

pemerintahan desa yang telah diberikan oleh PP No.72/2005 harus dapat

dijaga dan lebih diperjelas pengaturannya dalam penyusunan Peraturan

Daerah.

2.4.2. Tinjauan Tentang Konsep Kelembagaan Pemerintah Desa

Konseptualisasi pembangunan dari desa berangkat dari

pemahaman bahwa desa merupakan unit masyarakat yang terorganisir

dan telah teruji dalam mengurusi dirinya sendiri. Konsep ini popular

dengan istilah otonomi asli. Desa merupakan level pemerintah terendah

dinegara kita dan memiliki ciri khas yang sangat unik. Bahkan seorang

sosiolog ekonom Belanda yang bernama Boeke (1924) terinspirasi dengan

kondisi dinamika masyarakat desa di Indonesia yang tidak ditemui di

Negara lain sehingga melahirkan satu teori ´dualisme ekonomiµ suatu

teori klasik yang menjelaskan bagaimana pranata social desa yang

tradisional maupun menjalankan prinsip ² prinsip ekonomi modern tanpa

kehilangan jati diri. Ciri khas desa yang unik tersebut semakin

menguatkan asumsi kita bahwa strategi pembangunan dari desa

merupakan strategi pembangunan yang dapat menyelaraskan antara

tujuan pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi dan tercapainya

stabilisasi pemerintahan.

Page 42: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 42/80

42 

Tujuan analisis terhadap aspek kelembagaan desa baik pelayanan

public aparatur desa dan juga tentang struktur sumber keuangan desa ²

APBDes / PADes adalah untuk mengetahui potensi desa dalam rangka

mendapatkan data ² data tentang apa saja yang diurus melalui desa.

Selain dilakukannya analisis tentang apa saja yang diurus melalui desa,

dalam hal ini juga dilakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja

yang menjadi pungutan desa selama ini.

Dalam rangka pemikiran inilah hendaknya dikembangkan gagasan

mengenai perlunya devolusi kewenangan dan anggaran daerah ² desa

sebagai suatu agenda yang urgen termasuk di dalamnya menyangkut

dana perimbangan daerah ² desa (Alokasi Dana Desa/ADD) merupakan

salah satu unsurnya.

Kiranya devolusi kewenangan dan anggaran sudah barang tentu

bukan menyangkut gagasan ekonomis (semata) tetapi juga sebenarnya

bermuatan politis sebagaimana dalam Juliantara (2002), karena selain

menyangkut nilai financial juga dalam dinamika selanjutnya akan

memberikan dukungan bagi proses politik dan upaya pembaharuan desa.

Destruksi politik masa lalu tentunya menumbuhkan sebuah proses

rehabilitasi yang memadai dan untuk ini diperlukan support energi yang

cukup besar untuk suatu perubahan sumber daya desa yang terkuras

keluar perlu ´dikembalikanµ dan prinsip pemerataan yang hilang perlu

Page 43: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 43/80

43 

  juga segera diwujudkan agar tidak menjadi wacana politik semata. Dana

perimbangan daerah ² desa akan memungkinkan beberapa hal penting :

a)  Meningkatkan kemampuan desa untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat setempat yang demikian akan memicu

kepercayaan masyarakat pada pemerintahan desa.

b)  Meningkatkan kemampuan desa untuk memperbaiki infrastruktur

desa yang memang menjadi tanggung jawab desa, sehingga dapat

meningkatkan akses masyarakat terhadap berbagai aspek termasuk

akses informasi, dan ;

c)  Memungkinkan desa untuk membuat perencanaan mandiri

berdasarkan dana alokasi yang ada, sehingga lebih memungkinkan

proses perencanaan dari bawah ; serta

d) 

Membuka kemungkinan yang lebih besar untuk masyarakat

melakukan kontrol terhadap penyelenggaran pemerintahan

sehingga bisa memberikan konstribusi bagi proses demokratisasi

yang lebih luas.

2.4.3. Tinjauan Tentang Partisipasi dan Pemberdayaan Pemerintah dan

Masyarakat

Kebijakan pembangunan tentang partispasi dan pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat desa

diarahkan pada upaya membina terlaksananya tata ekonomi dan tata

masyarakat guna mencapai masyarakat yang adil dan makmur

Page 44: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 44/80

44 

berdasarkan Pancasila. Untuk itu kebijakan pembangunan masyarakat

desa pada penanganan bidang pembangunan desa dan bidang pembinaan

desa, meliputi :

1)  Pembangunan diarahkan pada upaya mewujudkan terlaksananya

pembangunan desa yang seimbang dibidang sosial ekonomi untuk

mempertinggi tingkat penghidupan rakyat dengan jalan

memperbesar produksi dan pendapatan melalui swadaya

masyarakat desa berdasarkan azas kekeluargaan secara masal,

integral dan terkoordinasi.

2)  Dalam bidang pembinaan masyarakat desa diarahkan pada upaya

membina gerak pembangunan, meletakkan dasar-dasar dan syarat-

syarat yang mendorong agar pembangunan desa dapat

dilaksanakan menurut garis-garis dan prinsip-prinsip masyarakat

adil dan makmur.

2.4.4. Tinjauan Tentang Penguatan Kelembagaan

Penguatan kelembagaan pembangunan di sektor lembaga publik

didefinisikan sebagai seluruh perencanaan, pembuatan struktur dan

petunjuk-petunjuk baru dalam penataan kembali haluan organisasi yang

meliputi :

a.  Membuat, mendukung dan memperkokoh hubungan normative

dan pola-pola yang aktif.

Page 45: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 45/80

45 

b.  Pembentukan fungsi-fungsi dan jasa yang dihargai oleh

masyarakat.

c.  Penciptaan fasilitas yang menghubungkan antara tehnologi baru

dengan lingkungan sosial.

Beberapa konsep riset yang dihasilkan oleh Inter-University Riset

program tentang pembangunan lembaga, yang menghasilkan 3 (tiga)

katagori dasar analisa yaitu :

a)  Istilah lembaga merupakan suatu variabel yang menerangkan

prilaku lembaganya sendiri. Didalamnya terdapat sub katagori

seperti kepemimpinan, doktrin, program, sumber daya dan

struktur internal.

b)  Istlilah tersebut menerangkan transaksi yang terdapat dalam sub

katagori seperti : kemampuan memperoleh dukungan untuk

mengatasi hambatan yang akan datang dan pemindahan norma-

norma serta nilai.

c)  Analisa lingkaran atau mata rantai kelembagaan yang

menunjukkan saling ketergantungan antara lembaga dan bagian-

bagian yang relevan dalam masyarakat serta pendayagunaan dan

memfungsikan dari segi normative (Freed W. Rigg, 1986 : 132-13).

d)  Pelibatan dimensi modal sosial dalam penciptaan tatakelola

(governance) pemerintahan desa menjadi sangat penting, karena

kesediaan suatu kebudayaan untuk menerima perubahan akan

Page 46: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 46/80

46 

menjadi lebih besar jikalau perubahan itu tidak menimbulkan

kesukaran besar dalam penyesuaiannya ke dalam susunan yang

lama.(Soedjatmoko, 1984: 14)

e)  Proses desentralisasi di Indonesia bisa disebut sebagai proses

penciptaan budaya politik yang baru, yang harus merupakan

penjelmaan dari suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan

yang dibimbing dengan kesadaran. Jika kebudayaan setempat bisa

menerima perubahan-perubahan ke arah desentralisasi yang tepat,

maka perubahan-perubahan di dimensi lain akan lebih mudah

terjadi, yaitu perubahan substansi dan perubahan struktur.

f)  Social capital-based village autonomy (otonomi desa berbasis

modal sosial) merupakan skema yang coba ditawarkan, dimana

tongak dasar bagi pengembangan otonomi desa adalah penguatan

modal sosial masyarakat desa. Modal sosial sebenarnya sudah ada

dan berkembang subur di dalam masyarakat desa. Kegiatan merti

dusun misalnya, merupakan kegiatan nyata yang dapat

membangun dan menumbuhkembangkan modal sosial di desa.

Tingkatan kepercayaan satu sama lain dapat terlihat ketika mereka

menyiapkan acara tersebut. Adanya kerelaan yang sangat besar

untuk memberikan sebagian pendapatan untuk menyiapkan sajian

bersama. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang telah diberikan

pada acara tersebut memiliki nuansa ´ibadahµ, dan Allah akan

Page 47: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 47/80

47 

membalas dengan hasil panen yang lebih baik di tahun berikutnya.

Pada saat itulah modal sosial muncul, kapasitas bertindak dan

fasilitas produksi meningkat. Kegiatan merti dusun ibarat sumber

energi bagi masyarakat desa. Masyarakat melakukan kegiatan

bersama tersebut karena adanya dorongan kebutuhan akan

´energiµ baru untuk melakukan aktivitas yang lebih baik di masa

mendatang. Pada saat modal sosial aktif, maka akan memfasilitasi

tujuan anggota kelompok maupun kelompok secara keseluruhan.

Modal sosial dapat membekas secara laten dalam kelompok dan

muncul sebagai energi potensial.

Dalam kaitan dengan penguatan modal sosial di desa sebagai basis

perubahan-perubahan di tingkat desa, maka komponen-komponen modal

sosial yang dikuatkan meliputi jaringan kerja sosial, norma sosial, dan

sanksi. Di dalam jaringan kerja sosial, masyarakat desa dikuatkan akses

terhadap informasi. Di dalam norma sosial, aturan-aturan yang berlaku di

dalam masyarakat desa (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis)

dikuatkan agar menghasilkan hubungan timbal balik yang positif,

munculnya harapan bagi kerjasama, kepercayaan, dan perilaku positif.

Adapun di dalam sanksi, masyarakat mentaati hukuman bagi

pelanggaran dan penghargaan bagi kepatuhan.

Page 48: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 48/80

48 

2.5. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa

2.5.1. Perluasan Kewenangan Desa

Masyarakat desa tidak mengenal adanya perbedaan antara ´publik

dan privatµ seperti yang lazim diadakan dalam hukum di dunia Barat

yang asalnya dari hukum Romawi. Hukum adat yag mengatur tiga

bidang kehidupan rakyat di desa tersebut di atas (hukum sipil-sosial,

hukum pemerintahan dan hukum keagamaan atau kepercayaan)

merupakan suatu rangkaian peraturan yang tali temali dan tidak mungkin

dipisahkan yang satu dari yang lain. Dengan menyebut desa sebagai

susunan asli , maka desa merupakan ´persekutuan sosial, ekonomi,

politik, dan budayaµ yang berbeda hakekatnya dengan sebuah

´persekutuan administrasiµ sebagaimana yang dimaksudkan dengan

pemerintahan desa dalam berbagai peraturan perundangan yang

ada.(Kartohadikoesoemo, 1965: 281)

Rincian kewenangan desa tersebut juga sekaligus memperlihatkan

bahwa desa adalah ´sekedar kepanjangan tangan dari pemerintah

kabupaten dan kecamatanµ. Seluruh kewenangan yang dilaksanakan oleh

desa tersebut merupakan sebagian kecil dari kewenangan yang ditangani

Pemerintah Daerah Kabupaten.

Dengan demikian, telah terjadi ´penghilangan sebagian besar hak

masyarakat desaµ untuk mengelola dirinya sendiri, tidak saja dari aspek,

politik tetapi juga hukum , ekonomi, dan bahkan sosial budaya.

Page 49: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 49/80

49 

Penghilangan sebagian besar hak tersebut dilakukan melalui peraturan

negara yang mempersempit ´hak masyarakat desaµ dari berbagai dimensi

kehidupan menjadi hanya ´persekutuan administrasiµ atau

penyelenggaraan pemerintahan desa belaka.

Perluasan kewenangan desa merupakan hal yang tidak bisa

ditunda lagi. Dengan adanya perluasan kewenangan desa, maka desa

akan berpeluang untuk memperluas partisipasi masyarakatnya dan pada

akhirnya desa akan dapat membangun dan mengembangkan potensi-

potensi yang dimiliki.

2.5.2. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa

Penggunaan istilah lembaga pemerintahan desa bisa mengacu

tidak saja organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu,

tetapi juga mengandung pola perilaku masyarakat desa yang mapan.

Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak

hanya menunjuk pada pemerintah desa saja (yang mencakup kepala desa

dan perangkat desa) tetapi juga menyangkut badan-badan desa yang lain,

seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa

maupun badan ekonomi desa. Hal ini sebagai konsekwensi dari hasil

rujukan terhadap makna governance.

Pada arti yang pertama, lembaga dipahami sebagai aturan main

dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antarindividu anggota

masyarakat. Dengan demikian lembaga desa merupakan suatu bentuk

Page 50: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 50/80

50 

tatanan masyarakat desa dengan basis nilai tertentu. Lembaga desa

merupakan hasil proses sosial-historis masyarakat desa bersangkutan.

Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi

dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat desa bersangkutan; yang

dengan demikian bersifat unik, khas dan lokal.

Adapun pada arti kedua, lembaga diartikan sebagai organisasi,

dimana karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan,

orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja.

Berdasarkan pemahaman ini, maka lembaga desa akan meliputi lembaga

yang bersifat formal (yaitu lembaga-lembaga versi pemerintah yang

dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan di desa dan non-formal (lembaga-lembaga

versi masyarakat; yang merupakan hasil bentukan masyarakat desa

sebagai bagian dari upaya untuk menyelesaikan persoalan yang mereka

hadapi).

Dalam uraian berikut dikaji dua upaya yang sebaiknya

dikembangkan guna mendorong atau memperkuat kelembagaan desa,

sehingga dapat menjadi kekuatan masyarakat desa dalam memberikan

respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di

desa, yang berarti memperkuat otonomi desa. Kedua upaya tersebut

menyangkut perubahan dan penguatan Struktur, dan kedua menyangkut

pola rekruitmen para pamong desa.

Page 51: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 51/80

51

Untuk perubahan struktur pemerintahan desa dilakukan dengan

dua model. Model pertama adalah mengembalikan lembaga-lembaga

adat, khususnya untuk luar Jawa, untuk berperan kembali dalam

penyelenggaraan pemerintahan di desa. Bagi desa-desa di Jawa yang pada

dasarnya memang merupakan desa asli (territoriale), maka sebaiknya

skema ini juga dipakai. Sebagaimana sudah disampaikan bahwa sebutan

lembaga desa juga terkait erat dengan fungsi yang diembannya. Oleh

sebab itu penghidupan kembali lembaga-lembaga desa yang lama

dimaksudkan bukan untuk bernostalgia, tetapi lebih untuk

mengembalikan hak asal usul masyarakat desa setempat untuk mengurus

diri mereka sendiri. Sebelum tahun 1966, masyarakat desa (umumnya di

  Jawa Tengah) mengenal berbagai sebutan lembaga pemerintahan desa

seperti lurah atau penatus, kamitua, carik, ulu-ulu, modin atau kayim,

 jokoboyo, bekel, dan bayan. Masing-masing memiliki fungsi spesifik, yang

menuntut dedikasi dari pelaku tetapi jauh dari motif-motif ekonomis.

Semua yang dilakukan akan memberikan penghargaan, lebih bersifat

sosial-religi dibandingkan ekonomis. Pengakuan dan penghormatan dari

masyarakat desa setempat memberikan kebanggaan dibandingkan

dengan bayaran uang.

Bagi desa-desa baru, hasil penggabungan ataupun pemecahan

desa, sebaiknya membangun struktur baru. Meskipun demikian, bukan

hal yang mudah melepaskan diri dari adat yang selama ini dikukuhi,

Page 52: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 52/80

52 

meskipun sebuah desa sudah dipecah ataupun digabung. Oleh sebab itu

struktur pemerintahan desa sebaiknya juga disusun sendiri oleh

masyarakat desa setempat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan desa.

Melihat kendali bagi desa-desa bentukan baru ada di tangan bupati

(pemerintah kabupaten), maka tetap ditempuh kebijakan daerah

kabupaten yang tidak seragam menyangkut struktur pemerintahan desa.

Dasar asumsinya, setiap desa memiliki kondisi dan situasi sosial, ekonomi

dan budaya yang berbeda.

Titik kritis dari setiap organisasi atau lembaga adalah di

rekruitmen. Hasil rekruitmen merupakan titik kritis bagi menguat atau

melemahnya sistem yang ada. Sebagaimana dalam sistem tubuh, dimana

  jantung adalah organ dalam tubuh yang berfungsi memompa darah ke

seluruh tubuh, maka demikian pula posisi pola rekruitmen dalam sistem

pemerintahan desa. Jika hasil rekruitmen justru mendapat ´darah rusakµ

(keliru memilih), maka bisa diprediksi ´darahµ yang beredar dalam sistem

pemerintahan desa juga rusak.

Pemilihan langsung lurah (kepala desa) yang selama ini berjalan

selain bisa menghasilkan pemimpin pilihan masyarakat desa sendiri, juga

merepresentasikan kemandirian desa. Hanya saja intervensi dari

pemerintah supra desa (pusat, provinsi maupun kabupaten) melalui

surat-surat edaran dan peraturan daerah semestinya dikurangi sesedikit

Page 53: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 53/80

53 

mungkin. Dengan ruang gerak yang diperluas, maka kemungkinan

masyarakat desa melakukan inovasi dan partisipasi menjadi tinggi.

Page 54: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 54/80

54 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.  Penguatan Kelembagaan Desa di Desa Glundengan Kecamatan

 Wuluhan Kabupaten Jember

3.1.1  Fungsi Dan Peranan Kelembagaan Desa Di Desa Glundengan

Peranan kelembagaan desa (pemerintah desa, badan

permusyawaratan desa, dan lembaga kemasyarakatan desa) dalam rangka

penyusun dan implementasi kebijakan yang berkaitan dengan

pembangunan, pemerintahan, pengembangan kemasyarakatan, saat ini

semakin menguat dibandingkan era tahun-tahun sebelumnya. Perubahan

ini sejalan tuntutan dan kebutuhan perubahan paradigma pembangunan

dan pemerintahan, baik dalam lingkungan intra dan ekstra sosial.

Untuk memaksimalkan peran dan fungsi dari kelembagaan

pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan publik maka

Pemerintah Desa Glundengan telah berupaya melaksanakan penguatan

kelembagaan dengan menerapkan aturan yang terdapat dalamUU No.

No. 32 Tahun 2004, PP 72 Tahun 2005 misalnya dinyatakan bahwa desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Page 55: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 55/80

55 

Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1). Urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a)  urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

desa

b)  urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa

c)  tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

d)  urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-

undangan diserahkan kepada desa (Pasal 7 PP 72/2005).

Dalam bagian penjelasan pasal tersebut dinyatakan yang dimaksud

dengan kewenangan berdasarkan hak asal-usul desa adalah hak untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

asal usul, adat istiadat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah mengidentifikasi

  jenis kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan mengembalikan

kewenangan tersebut, yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan

identifikasi, pembahasan dan penetapan jenis-jenis kewenangan yang

diserahkan pengaturannya kepada desa, seperti kewenangan di bidang

pertanian, pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan,

perindustrian dan perdagangan, perkoperasian, ketenagakerjaan,

Page 56: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 56/80

56 

kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, pekerjaan umum,

perhubungan, lingkungan hidup, perikanan, politik dalam negeri dan

administrasi publik, otonomi desa, perimbangan keuangan, tugas

pembantuan, pariwisata, pertanahan, kependudukan, kesatuan bangsa

dan perlindungan masyarakat, perencanaan, penerangan/informasi dan

komunikasi.

3.1.2. Penguatan Modal Sosial Desa

Pelibatan dimensi modal sosial dalam penciptaan tatakelola

(governance) pemerintahan desa menjadi sangat penting, karena

kesediaan suatu kebudayaan untuk menerima perubahan akan menjadi

lebih besar jikalau perubahan itu tidak menimbulkan kesukaran besar

dalam penyesuaiannya ke dalam susunan yang lama.(Soedjatmoko, 1984:

14)

Proses desentralisasi di Indonesia bisa disebut sebagai proses

penciptaan budaya politik yang baru, yang harus merupakan penjelmaan

dari suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang dibimbing

dengan kesadaran. Jika kebudayaan setempat bisa menerima perubahan-

perubahan ke arah desentralisasi yang tepat, maka perubahan-perubahan

di dimensi lain akan lebih mudah terjadi, yaitu perubahan substansi dan

perubahan struktur.

Otonomi desa berbasis modal sosial ( social capital-based village autonomy) 

merupakan skema yang dipilih pemerintah desa Glundengan, dimana

Page 57: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 57/80

57 

tongak dasar bagi pengembangan otonomi desa adalah penguatan modal

sosial masyarakat desa. Modal sosial sebenarnya sudah ada dan

berkembang subur di dalam masyarakat desa. Kegiatan merti dusun

misalnya, merupakan kegiatan nyata yang dapat membangun dan

menumbuhkembangkan modal sosial di desa. Tingkatan kepercayaan

satu sama lain dapat terlihat ketika mereka menyiapkan acara tersebut.

Adanya kerelaan yang sangat besar untuk memberikan sebagian

pendapatan untuk menyiapkan sajian bersama.

Pada saat itulah modal sosial muncul, kapasitas bertindak dan

fasilitas produksi meningkat. Kegiatan merti dusun ibarat sumber energi

bagi masyarakat desa. Masyarakat desa Glundengan melakukan kegiatan

bersama tersebut karena adanya dorongan kebutuhan akan ´energiµ baru

untuk melakukan aktivitas yang lebih baik di masa mendatang. Pada saat

modal sosial aktif, maka akan memfasilitasi tujuan anggota kelompok

maupun kelompok secara keseluruhan. Modal sosial dapat membekas

secara laten dalam kelompok dan muncul sebagai energi potensial.

Dalam kaitan dengan penguatan modal sosial di desa sebagai basis

perubahan-perubahan di tingkat desa, maka komponen-komponen modal

sosial yang dikuatkan meliputi jaringan kerja sosial, norma sosial, dan

sanksi. Di dalam jaringan kerja sosial, masyarakat desa dikuatkan akses

terhadap informasi. Di dalam norma sosial, aturan-aturan yang berlaku di

dalam masyarakat desa (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis)

Page 58: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 58/80

58 

dikuatkan agar menghasilkan hubungan timbal balik yang positif,

munculnya harapan bagi kerjasama, kepercayaan, dan perilaku positif.

Adapun di dalam sanksi, masyarakat mentaati hukuman bagi

pelanggaran dan penghargaan bagi kepatuhan. 

3.1.3. Perluasan Kewenangan Desa

Seperti pada umumnya masyarakat desa, sebagian besar penduduk

desa Glundengan tidak mengenal adanya perbedaan antara ´publik dan

privatµ seperti yang lazim diadakan dalam hukum di dunia Barat yang

asalnya dari hukum Romawi. Hukum adat yag mengatur tiga bidang

kehidupan rakyat di desa tersebut di atas (hukum sipil-sosial, hukum

pemerintahan dan hukum keagamaan atau kepercayaan) merupakan

suatu rangkaian peraturan yang tali temali dan tidak mungkin dipisahkan

yang satu dari yang lain. Dengan menyebut desa sebagai susunan asli ,

maka desa merupakan persekutuan sosial, ekonomi, politik, hukum dan

budaya.

Rincian kewenangan desa tersebut juga sekaligus memperlihatkan

bahwa desa adalah ´sekedar kepanjangan tangan dari pemerintah

kabupaten dan kecamatanµ. Seluruh kewenangan yang dilaksanakan oleh

desa tersebut merupakan sebagian kecil dari kewenangan yang ditangani

Pemerintah Daerah Kabupaten.

Dengan demikian, telah terjadi ´penghilangan sebagian besar hak

masyarakat desaµ untuk mengelola dirinya sendiri, tidak saja dari aspek,

Page 59: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 59/80

59 

politik tetapi juga hukum , ekonomi, dan bahkan sosial budaya.

Penghilangan sebagian besar hak tersebut dilakukan melalui peraturan

negara yang mempersempit ´hak masyarakat desaµ dari berbagai dimensi

kehidupan menjadi hanya ´persekutuan administrasiµ atau

penyelenggaraan pemerintahan desa belaka.

Perluasan kewenangan desa merupakan hal yang tidak bisa

ditunda lagi. Dengan adanya perluasan kewenangan desa, maka desa

akan berpeluang untuk memperluas partisipasi masyarakatnya dan pada

akhirnya desa akan dapat membangun dan mengembangkan potensi-

potensi yang dimiliki.

3.1.4. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa

Penggunaan istilah lembaga pemerintahan desa bisa mengacu

tidak saja organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu,

tetapi juga mengandung pola perilaku masyarakat desa yang mapan.

Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak

hanya menunjuk pada pemerintah desa saja (yang mencakup kepala desa

dan perangkat desa) tetapi juga menyangkut badan-badan desa yang lain,

seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa

maupun badan ekonomi desa.

Pada arti yang pertama, lembaga dipahami sebagai aturan main

dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antar individu anggota

masyarakat. Dengan demikian lembaga desa merupakan suatu bentuk

Page 60: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 60/80

60 

tatanan masyarakat desa dengan basis nilai tertentu. Lembaga desa

merupakan hasil proses sosial-historis masyarakat desa bersangkutan.

Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi

dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat desa bersangkutan; yang

dengan demikian bersifat unik, khas dan lokal.

Adapun pada arti kedua, lembaga diartikan sebagai organisasi,

dimana karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan,

orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja.

Berdasarkan pemahaman ini, maka lembaga desa akan meliputi lembaga

yang bersifat formal (yaitu lembaga-lembaga versi pemerintah yang

dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan di desa dan non-formal (lembaga-lembaga

versi masyarakat; yang merupakan hasil bentukan masyarakat desa

sebagai bagian dari upaya untuk menyelesaikan persoalan yang mereka

hadapi).

Terdapat dua upaya yang dikembangkan Pemerintah desa

Glundengan guna mendorong atau memperkuat kelembagaan desa,

sehingga dapat menjadi kekuatan masyarakat desa dalam memberikan

respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di

desa, yang berarti memperkuat otonomi desa. Upaya tersebut

menyangkut dua permasalahan mendasar yaitu:

Page 61: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 61/80

61

1.  perubahan dan penguatan Struktur

2.  pola rekruitmen para pamong desa.

Untuk perubahan struktur pemerintahan desa di desa Glundengan

dilakukan dengan dua model. Model pertama adalah mengembalikan

lembaga-lembaga adat. Penghidupan kembali lembaga-lembaga desa

yang lama dimaksudkan bukan untuk bernostalgia, tetapi lebih untuk

mengembalikan hak asal usul masyarakat desa setempat untuk mengurus

diri mereka sendiri. Sebelum tahun 1966, masyarakat desa Glundengan

mengenal berbagai sebutan lembaga pemerintahan desa seperti lurah atau

penatus, kamitua, carik, ulu-ulu, modin atau kayim, jokoboyo, bekel, dan

bayan. Masing-masing memiliki fungsi spesifik, yang menuntut dedikasi

dari pelaku.

3.2. Instrumen Penguatan Kelembagaan desa Melalaui Penyusunan

dan Pelaksanaan APBDes

3.2.1.  Penyusunan dan Pelaksanaan APBDes

Secara garis besar, sesuai dengan UU 32/2004 dan PP 72/2005,

dapat dijelaskan bahwa peraturan Desa, termasuk APBDes, ditetapkan

oleh Kepala Desa bersama BPD. Peraturan Desa dibentuk dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peraturan Desa merupakan

penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa

setempat. Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan

Page 62: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 62/80

62 

umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Proses penyusunan Peraturan Desa di desa Glundengan dibentuk

berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan,

seperti partisipatif, transparansi, akuntablitas, penegakan hukum,

manfaat, efisiensi, dan efektifitas. Masyarakat berhak memberikan

masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau

pembahasan Rancangan Peraturan Desa. Peraturan Desa disampaikan

oleh Kepala Desa Glundengan kepada Bupati Jember melalui Camat

sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari

setelah ditetapkan.

Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa Glundegan

telah menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala

Desa. Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa disusun

agar tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Desa dan Peraturan

Kepala Desa Glundengan dimuat dalam Berita Daerah. Pemuatan

Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Sekretaris

Daerah. Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa disebarluaskan oleh

Pemerintah Desa.

Rancangan Peraturan Desa Glundengan tentang APB Desa

Glundengan yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh

Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa

Page 63: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 63/80

63 

kepada Bupati Jember untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati/Walikota

terhadap Rancangan Peraturan Desa disampaikan paling lama 20 (dua

puluh) hari kepada Kepala Desa. Apabila hasil evaluasi sebagaimana

dimaksud melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa Glundengan

akan menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa

Glundengan menjadi Peraturan Desa.

Tata cara penyusunan dan pelaksanaan APBDes desa Glundengan secara

detil dan sistematis sudah berdasarkan UU 32/2004 dan PP 72/2005.

Untuk lebih memperjelas alur prosesnya dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar. 1 Alur Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Perdes APBDes

(1)

(3)

(5)

(4)

(2)

INPUT

Tuntutan dan

Dukungan

PROSES

Atau

KONVERSI

PELAK-

SANAAN

APBDes

EVALUASI

CHECKING

REPRESIF

OUTPUT

APBDes

Page 64: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 64/80

64 

Pada tahap (1) input, dilakukan 2 kegiatan terpisah. Eksekutif yang

terdiri dari Kepala desa Glundegan , sekdes, kaur-kaur, kepala dusun,

dan lembaga kemasyarakatan desa melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan APBDes desa Glundengan tahun lalu (tahun berjalan) dan

melakukan proyeksi untuk penyusunan APBDes tahun mendatang.

Sedangkan BPD melakukan kegiatan yang sama yakni melakukan

evaluasi terhadap hasil pengawasan APBDes tahun lalu (tahun berjalan)

dan melakukan proyeksi untuk APBDes tahun mendatang. Forum BPD

desa Glundengan ini selain dihadiri oleh pimpinan dan anggota, juga

mengundang kehadiran lembaga kemasyarakatan desa yang terdiri dari

minimal Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK), Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat

(LPM). Masyarakat secara personal, baik berasal dari tokoh bisnis, tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan tokoh poltik desa dapat memberikan saran

serta masukan pada tahap ini baik kepada pemerintah desa dan atau

forum BPD berkaitan dengan rancanagan APBDes desa Glundengan.

Pada tahap (2), proses atau konversi, mulailah diadakan

pembahasan rancangan APBDes desa Glundengan. Kepala desa

Glundengan dan jajarannya menyampaikan rencangan APBDes dan

melakukan pembahasan bersama BPD desa Glundengan dalam sebuah

Page 65: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 65/80

65 

forum pertemuan. Pertemuan ini dapat dilakukan lebih dari sekali untuk

menyempurnakan APBDes, baik pada perkiraan pos penerimaan ataupun

pos belanja desa.

Pada tahap (3), ouput, kepala desa Glundengan bersama BPD

menetapkan peraturan desa dan keputusan ini dibacakan serta

ditandatangani bersama dalam suatu forum pertemuan bertempat di balai

desa.

Pada tahap (4), evaluasi, rancangan APBDes desa Glundengan

harus dikonsultasikan kepada pemerintah daerah atasan. Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDes desa Glundengan yang telah disetujui

bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa desa Glundengan paling

lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati Jember

untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati terhadap Rancangan Peraturan

Desa disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kepada Kepala Desa.

Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud melampaui batas waktu

dimaksud, Kepala Desa desa Glundengan akan menetapkan Rancangan

Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa.

Pada tahap (5), pelaksanaan APBDes, maka selanjutnya Kepala

Desa desa Glundengan akan menetapkan Peraturan Kepala Desa

dan/atau Keputusan Kepala Desa untuk melaksanakan APBDes.

Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa disusun dengan

muatan yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan

Page 66: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 66/80

66 

peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.

Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa desa Glundengan

dimuat dalam Berita Daerah. Pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan

Kepala Desa desa Glundengan dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa selanjutnya disebarluaskan

oleh Pemerintah Desa. Pelaksanaan APBDes ini dlakukan oleh kepala

desa, sekretaris desa, BPD, dan lembaga kemasyarakatan desa.

Pengawasan APBDes ini secara formal dilakukan oleh BPD, namun

masyarakat luas pun dapat melakukan pengawasan sebagaimana dijamin

dalam PP 72/2005.

3.2.2.  Peran Kelembagaan Desa di desa Glundengan dalam Menyusun dan

Melaksanakan APBDes

a.  Lingkup Kelembagaan Desa

Kelembagaan desa yang dimaksud adalah lembaga, pihak, atau

institusi yang berada di desa Glundengan yang berasal dari unsur

eksekutif, legislatif, dan masyakat yang terlibat dalam penyusunan,

pelaksanaan, dan pengawasan APBDes. Kelembagaan desa ini meliputi:

a)  pemerintah desa

b)  badan permusyawaratan desa (BPD)

c)  lembaga kemasyarakatan; dan

d)  tokoh masyarakat, aktor, shareholders, atau person.

Page 67: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 67/80

67 

Hal ini sejalan dengan pendapat AAGN Ari Dwipayana (2003),

bahwa peta governance di desa terdiri dari:

1)  kepala desa dan perangkat desa mewakili negara;

2)  badan permusyawaratan desa mewakili masyarakat politik;

3)  isntitusi sosial, organisasi sosial, dan warga masyarakat mekaliki

masyarakat sipili; dan

4)  pelaku dan organisasi ekonomi mewakili masyarakat ekonomi.

b.  Peran Pemerintah Desa Glundengan dalam Menyusun dan

Melaksanakan APBDes

Pemerintah desa Glundengan terdiri atas kepala desa dan

perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, kaur-kaur,

dan kepala wilayah (kadus) (UU No. 32 Tahun 2004). Perananan

pemerintah desa dalam menyusun dan melaksankan APBDes adalah

pelaksanaan dari tugas, fungsi, kewenangan, hak, dan kewajiban yang

dimiliki pemerintah desa dalam hal pelaksanaan pembangunan di desa,

khususnya yang berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan APBDes.

Kepala Desa Glundengan, selaku unsur pelaksana pemerintah desa

telah melakukan peran strategis seuai dengan PP 72/2005 sebagai berikut:

a)  menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa;

b)  mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk

dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

Page 68: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 68/80

68 

c)  menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang

telah disetujui bersama BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa

paling lama 3 (tiga) hari--kepada Bupati/Walikota untuk

dievaluasi;

d)  melaksanakan APBDes melalui penetapan keputusan desa atau

keputusan kepala desa;

e)  mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; dan

f)  menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan.

c.  Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Glundengan

dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes

BPD Desa Glundengan telah berperan dalam menyusun dan

melaksanakan APBDes berdasarkan PP 72/2005 adalah sebagai berikut:

a.  mengevaluasi hasil pengawasan APBDes Desa Glundengan tahun

lalu dengan melibatkan kelembagaan desa serta masyarakat;

b.  menampung aspirasi, saran, dan masukan masyarakat berkaitan

dengan peraturan desa khususnya rancangan APBDes Desa

Glundengan;

c.  membahas rancangan peraturan desa mengenai APBDes Desa

Glundengan yang disampaikan oleh kepala desa; dan

d.  melaksanakan pengawasan terhadap jalannya APBDes Desa

Glundengan.

Page 69: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 69/80

69 

d.  Peran Lembaga Kemasyarakatan Desa Glundengan dalam

Menyusun dan Melaksanakan APBDes

Lembaga kemasyarakatan meliputi Rukun Tetangga, Rukun

Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, lembaga

pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain. Lembaga kemasyarakatan

mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa Glundengan dan

merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Peran

lembaga kemasyarakatan dalam penyusunan dan pelaksanaan APBDes

Desa Glundengan meliputi :

a)  menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;

b)  melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan

mengembangkan pembangunan secara partisipatif;

c)  menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong

dan swadaya masyarakat;

d)  menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam

rangka pemberdayaan masyarakat;

e)  menumbuhkembangan dan menggerakan prakarsa, partisipasi,

serta swadaya gotongroyong masyarakat;

f)  memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan

g)  memberdayakan hak politik masyarakat.

Page 70: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 70/80

70 

Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari

anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan

kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan

implementasi dari Pasal 89-96 PP 72/2005. Hubungan kerja antara

lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,

konsultatif dan koordinatif. Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan

dapat bersumber dari:

a)  swadaya masyarakat;

b)  Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

c)  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota

dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;

d)  bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/ Kota;

e)  bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.

e.  Peran Serta Anggota Masyarakat Desa Glundengan Dalam

Menyusun Dan Melaksanakan Apbdes

Peran anggota masyarakat desa dalam menyusun dan

melaksanakan APBDes di desa desa Glundengan, telah sesuai dengan PP

72/2005 yaitu:

a)  mengajukan usul, saran, dan apirasi kepada kepala desa atau

forum BPD;

Page 71: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 71/80

71

b)  melaksanakan pengawasan personal terhadap pelaksanaan

APBDes;

c)  menumbuhkembangkan semangat memanfaatkan, memelihara,

dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa.

3.2.3.  Strategi Pengembangan Peningkatan Peranan Kelembagaan Desa

desa Glundengan

Melihat keterbatasan kewenangan desa, dana, sumber daya, dan

kedudukan organisasional yang ambivalen antara organisasi pemerintah

(desa) formal dengan lembaga kemasyarakatan, maka pemerintahan desa

Glundengan menerapkan strategi pengembangan peningkatan peranan

kelembagaan desa yang dilakukan di era otonomi daerah sekarang ini

adalah sebagai berikut:

1.  Meningkatkan kapasitas kepemimpinan (tata kepemimpinan)

y  Kapasitas kepemimpinan kepala desa/BPD

y  Kematangan pengikut/masyarakat

y  Situasi dan kondisi hubungan pemerintahan desa

y  Visi dan misi yang diemban

2.  Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa (tata

pemerintahan)

a.  Pemerintah Desa (termasuk lembaga kemasyarakatan desa)

y  Kewenangan

Page 72: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 72/80

72 

y  Organisasi

y  Personil

y  Keuangan

y  Perlengkapan

y  Perencanaan

y  Pengawasan

y  Dokumentasi

b.  BPD

y  Fungsi agrergasi dan artikulasi

y  Fungsi legislasi

3.  Meningkatkan kapasitas sumber daya sosial (tata kemasyarakatan)

a.  Sumber daya manusia (pendidikan, kesehatan, dan daya beli

masyarakat)

b.  Sumber daya sosial politik (meliputi partisipasi politik masyarakat,

stabilitas keamanan dan ketertiban, eksistensi lembaga

kemasyarakatan)

c.  Sumber daya sosial ekonomi (meliputi infrastruktur dan

suprastruktur ekonomi desa, aktivitas ekonomi pedesaan)

d.  Sumber daya sosial budaya (meliputi kesenian dan lembaga

kesenian, adat dan lembaga adat)

Page 73: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 73/80

73 

e.  Sumber daya sosial agama (toleransi kehidupan beragama, sarana

ibadah)

Peningkatan Peranan Kelembagaan Desa di desa Glundengan terus

dilakukan secara efektif. Hal ini terlihat dengan jelas dalam penyusunan

dan pelaksanaan Kebijakan Desa yang senantiasa menmfungsikan seluruh

struktur organisasi pemerintahan desa sesuai tupoksinya masing-masing

serta mengikut sertakan peran masyarakat secara maksimal. Kebijakan ini

dilaksanakan sesuai Undang-undang No 32/2004 dan PP 72/2005

tentang desa.

3.3.  Faktor Internal dan Eksternal Penghambat Penguatan Peranan

Kelembagaan Desa Menyusun dan Melaksanakan Kebijakan Desa

Upaya menciptakan pemerintahan desa Glundengan yang baik dan

sesuai dengan amanah dalam Undang-undang No 32/2004 dan PP

72/2005 senantiasa dilaksanakan secara maksimal oleh berbagai

komponen dala struktur organiasi pemerintahan desa. Namun demikian

seperti pada umunya pemerintahan desa di wilayah kabupaten Jember

selalu terdapat kendala yang disebabkan faktor internal dan faktor

eksternal.

Beberapa hal yang menjadi faktor penghambat internal penguatan

kelembagaan desa dalam menyusun dan mengimplementasikan berbagai

program dan kebijakan desa antara lain meliputi:

Page 74: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 74/80

74 

a)  Kualitas sdm di desa Glundengan yang sebagian besar

berketerampilan rendah, termasuk sebagian yang terlibat dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa;

b)  kelembagaan di tingkat desa Glundengan belum sepenuhnya

tertata dengan baik;

c)  pemahaman tugas pokok dan fungsi dari aparatur desa di desa

Glundengan yang masih tergolong rendah;

d)  lemahnya kemampuan perencanaan di desa Glundengan dan

masih bersifat parsial;

e)  terbatasnya alokasi anggaran/dana, yang berakibat terbatasnya

operasional program/kegiatan;

f)  sarana dan pra sarana penunjang mobilitas operasional terbatas;

g) 

pengelolaan administrasi dan pendokumentasian yang masih

minim;

h)  masih rendahnya pemanfaatan iptek dan tekonologi tepat guna

dalam usaha ekonomi perdesaan;

i)  rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan;

 j)  kepemilikan lahan yang makin sempit; (k) rendahnya tingkat

pelayanan prasarana dan sarana perdesaan.

Sedangkan faktor lain yan menjadi hambatan eksternal adalah:

Page 75: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 75/80

75 

a)  lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan

perdesaan;

b)  masih lemahnya koordinasi antarsektor;

c)  dinamika masyarakat yang selalu berubah, termasuk tingginya

dinamika sektor ekonomi;

d)  terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas;

e)  lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral

maupun spasial;

f)  timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan

antardaerah;

g)  tingginya resiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku

usaha di perdesaan;

h) 

meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis

bagi peruntukan lain;

i)  meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup;

 j)  lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.

Page 76: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 76/80

76 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1.  Upaya Pemerintah Desa desa Glundengan dalam melakukan

penguatan kelembagaan telah berjalan dengan baik dan maksimal.

Proses penyusunan APBDes yang melibatkan seluruh potensi desa

baik dalam yang terlibat langsung dalam tata pemerintahan desa

ataupun dalam bentuk pengwasan dan menerima masukan dari

berbagai kalangan masyarakat desa glundengan adalah bukti

kongkret bahwa roda pemeritahan desa sudah dijalankan sesuai

undang-undang dan peraturan yang berlaku dengan tetap tidak

meninggalkan kekayaan adat istiadat yang terdapat di didesa

Glundengan.

2.  Terdapatnya beberapa masalah yang menjadi kendala dalam

upaya penguatan kelembagaan tidak menjadi halangan bagi

pemerintahan desa glundengan untuk terus berbenah menciptakan

Pemerintahan Desa yang baik dan berwibawa.

4.2  Saran

1.  Penguatan kelembagaan yang dilakukan oleh seluruh komponen

struktur Pemerintahan Desa di desa Glundengan harus senantiasa

dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh potensi desa.

Penguatan kelembagaan desa disamping harus terus diupayakan

Page 77: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 77/80

77 

merujuk pada undang-undang dan peraturan yang berlaku juga

harus senantiasa di sinergikan dengan kekayaan adat istiadat dan

budaya desa glundengan sehingga dengan demikian

pembangunan desa akan tetap mengarah pada pembangunan yang

berbasis budaya. Hal ini akan menyebabkan pemabngunan akan

mudah mendapat respon dan dukungan darimasyarakat.

2.  Upaya lain yang perlu dilakukan dalam upaya peningkatan

kelembagaan desa di desa Glundengan adalah dengan cara

melakukan studi banding ke daerah lain yang dinilai mempuanyai

tingkat keberhasilan lbih tinggi dibandingkan desa Glundengan.

3.  Untuk meningkatkan SDM masyarakat desa Glundengan

Pemerintah desa perlu mengadakan kerjasama dengan perguruan

tinggi-perguruan tinggi yang ada di kabupaten Jember untuk

menyelenggarakan seminar, kajian ilmiah atau penerapan

tekhnologi tepat guna dan segala yang berhubungan dengan upaya

mengeksplorasi potensi desa Gludengan untuk kesejahteraan

masyarakat baikuntuk sekarang ataupun dimasa yang akan datang.

Page 78: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 78/80

78 

DAFTAR BACAAN

a.  Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daera

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat

Dalam Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Daerah;

Permendagri No.32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi Desa

Permendgari No.4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan

desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Page 79: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 79/80

79 

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang

Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan

Status Desa Menjadi Kelurahan

Permendagri No.30 Tahun 2006 ttg penyerahan urusan yang menjadi

kewenangan kab/kota yang diserahkan pengaturannya kepada

desa

Permendagri No. 29 Tahun 2006 ttg pedoman, pembentukan dan

mekanisme penyusunan peraturan desa dan peraturan Kepala desa

Permendagri No.35 thn 2007 ttg tata cara pelaporan dan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang

Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan

Usaha Milik Desa

b.  Buku

  Jabal Tarik Ibrahim. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang.

  Jan Breman, ´The Javanese Village and Early Colonial Stateµ, Makalah

disampaikan pada Lokakarya Sejarah Sosial-Ekonomi Pedesaan,

Cipayung, 22-24 Januari 1979.

Lance Castles, ed. 1988. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,

terjemahan. Jakarta: LP3ES.

Prijono Tjiptoherijanto dan Yumiko M. Prijono. 1983. Demokrasi di

Pedesaan Jawa. Jakarta, Sinar Harapan.Soerjono Soekanto. 1986. Kedudukan Kepala Desa sebagai Hakim

Perdamaian. Jakarta: Rajawali.

««««««««««.. 1981. Meninjau Hukum Adat Indonesia. Jakarta:

Rajawali.

Page 80: skripsi pendahuluan pemeritahandesa

5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 80/80

80 

Soetandyo Wignjosoebroto. 1995. Dari Hukum Kolonial ke Hukum

Nasional: Suatu Kajian tentang Dinamika Sosial-Politik Dalam

Perkembangan Hukum Selama Satu Setengah Abad di Indonesia.

 Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soetardjo Kartohadikoesoemo. 1965. Desa. Bandung: Sumur.