Upload
muhyi-afifa
View
2.275
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 1/80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pergeseran paradigma sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi
ke sistem desentralisasi memberikan implikasi terhadap perubahan sistem
manajemen pembangunan daerah. Otonomi daerah merupakan suatu
konsep yang menekankan pada aspek kemandirian daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat c
menyatakan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu yang harus dipersiapkan
oleh masing-masing daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan
otonomi. Beberapa konsekuensi yang harus dipersiapkan oleh daerah
antara lain : Pertama, kemampuan sumber daya manusia, khususnya
Sumber Daya Manusia Aparatur Daerah yang harus memiliki
keterampilan baik secara teknik maupun wawasan intelektual yang luas
dan diharapkan dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
sesuai dengan kreativitas dan daya inovasi yang tinggi.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 2/80
2
Kedua, kemampuan sumber-sumber keuangan daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, karena selama ini
sektor-sektor pembiayaan pembangunan daerah pada umumnya masih
sangat bergantung pada pemerintah pusat. Namun dengan
diberlakukannya otonomi daerah, maka pembiayaan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah harus diusahakan oleh
pemerintah daerah otonom, sedangkan subsidi dari pemerintah pusat
hanya bersifat sebagai pelengkap, karenanya pemerintah daerah otonom
harus mampu menggali berbagai potensi sumber daya daerah sehingga
dapat menopang pembangunan dan penyelenggaraan pada daerah yang
bersangkutan.
Ketiga, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
memperlancar pekerjaan, kegiatan pemerintahan dan pembangunan
daerah, Keempat organisasi dan manajemen faktor ini tidak kalah
pentingnya dengan ketiga faktor tersebut diatas karena penyelenggaraan
pemerintahan daerah sangat ditentukan oleh berjalannya fungsi-fungsi
manajemen dalam menjalankan kegiatan pemerintahan.
Sedangkan Gunawan Sumodiningrat (1999:34), mengemukakan
tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan
daerah yaitu (1) bentuk kontribusi riil dari daerah yang diharapkan oleh
pemerintah pusat dalam proses pembangunan dasar, (2) aspirasi
masyarakat daerah itu sendiri terutama yang terefleksi pada prioritas
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 3/80
3
pembangunan daerah, (3) keterkaitan antara daerah dalam tata
perekonomian makro dan politik.
Terkait dengan hal diatas, proses pembelajaran ulang demokrasi
bagi desa melalui UU No. 22/1999, yang dinilai menghidupkan kembali
ruh demokrasi di desa, ternyata tidak dapat berlangsung lama.
Berlakunya UU No. 32/2004 yang memundurkan demokrasi di desa
menyebabkan ditutupnya kembali katup demokrasi di desa. Spirit
demokrasi dalam UU No. 22/1999 yang menghidupkan parlemen desa,
telah dipasung oleh UU No. 32/2004. Desa kembali dimaknai sekedar
sebagai saluran administratif kewenangan negara lewat kabupaten/kota,
tanpa memiliki daya tawar terhadap berbagai kebijakan negara. Berbagai
pemaksaan proyek pusat, distorsi pemberian SLT, penggusuran, dan
sebagainya merupakan contoh aktual yang dapat ditunjukkan.
PP No. 72 /2005 tentang Desa ternyata dinilai lebih longgar dalam
melakukan desentralisasi kekuasaan terhadap desa. PP tersebut kembali
menghidupkan peran BPD sebagai parlemen desa untuk melakukan
pengawasan terhadap kebijakan desa. Meskipun demikian, tentu saja
sebagai suatu peraturan pelaksanaan dari UU No. 32/2004, PP itu tidak
banyak mampu menawarkan paradigma baru dalam menghidupkan
kembali demokrasi di desa.
Di tinjau dari sudut aliran pertanggungjawaban (legal
accountability) penyelenggaraan pemerintahan desa oleh Kepala Desa
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 4/80
4
versi UU No. 32/2004 maupun PP No. 72/2005, terlihat sangat kentara
adanya tarikan ke atas. Pasal 15 ayat (2) PP No. 72/2005 menyebutkan
bahwa Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota. Tanggung
jawab Kepala Desa kepada BPD hanya dalam bentuk penyampaian
laporan keterangan pertanggungjawaban, dan kepada masyarakat hanya
menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa.
Selain itu, menyangkut sistem perencanaan di desa terlihat pula
belum adanya kehendak negara untuk membangun pola local self
planning di desa. Pasal 63 PP No. 72/2005 Desa masih mengikuti jejak
UU No. 32/2004, yang menempatkan perencanaan desa sebagai satu
kesatuan dengan sistem perencanaan pembangunan daerah
kabupaten/kota. Sementara itu, pasal 150 UU No. 32/2004 telah
menegaskan bahwa sistem perencanaan daerah merupakan satu kesatuan
dengan perencanaan pembangunan nasional. Apabila ditarik garis lurus
untuk menghubungkan substansi pengaturan mengenai perencanaan di
desa, daerah dan pusat, terlihat sangat jelas yang dibangun adalah model
perencanaan terpusat (centralized planning). Sentralisasi perencanaan
semacam itu sebenarnya justru mengingkari hakekat otonomi daerah,
yang seharusnya terus mengalir menjadi otonomi desa dan akhirnya
menjadi otonomi rakyat.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 5/80
5
Grand Strategi Implementasi Otonomi Daerah (Dalam Koridor UU
No. 32/2004) yang dikeluarkan oleh Depdagri pada tahun 2005,
memperlihatkan sangat minimnya komitmen Depdagri untuk
menghidupkan kembali hakekat demokrasi desa. Grand Strategi versi
Depdagri tersebut lebih banyak memperbincangkan kebijakan otonomi
daerah pada level Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.
Menyikapi realitas kebijakan otonomi daerah yang ambivalen
terhadap demokrasi desa, desa hanya dapat mengharapkan adanya power
sharing dari kabupaten dan pengendoran tarikan sentralisasi melalui
perluasan pemberian tugas pembantuan (medebewind) dari provinsi.
Langkah itu perlu ditempuh dengan diberikan legal framework melalui
Perda provinsi ataupun kabupaten/kota. Tumbuhnya demokrasi pada
level desa, sebenarnya menjadi sarana pembelajaran demokrasi yang
sangat bernilai untuk mendorong menguatnya kehidupan demokrasi di
kabupaten/kota, provinsi dan akhirnya negara.
Pelaksanaan otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat
desa untuk lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga
desa, termasuk dalam hal ini adalah mengatur dan mengurus Anggaran
dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes), Pendapatan Asli Desa (PADes)
sebagai salah satu sumber anggaran penerimaan atau pendapatan desa
memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan desa dan
tentunya bagi pelaksanaan otonomi desa.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 6/80
6
Permasalahan tersebut diatas hanya sebagian dari berbagai
permasalahan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat di Indonesia
terkait dengan Pendapatan Asli Desa dalam kerangka otonomi desa.
Dalam hal ini salah satunya adalah pemerintah dan masyarakat desa
Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Banyak potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh desa
Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember, namun potensi-
potensi tersebut belum digunakan dan dikembangkan secara maksimal
untuk pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi ini sangat disayangkan mengingat pelaksanaan otonomi
desa menuntut kreatifitas dan kemandirian desa untuk mengatur rumah
tangganya sendiri termasuk dalam hal pengaturan keuangan dan
kelembagaan desa. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat desa Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember
untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi dan sumber
keuangan salah satunya adalah dengan membuat strategi bagi penguatan
kelembagaan pemerintah desa dalam peningkatan pendapatan asli desa
untuk pelaksanaan otonomi desa.
Berangkat dari hal-hal diatas, yang mendorong penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul : ´IMPLEMTASI UNDANG-
UNDANG NO.32/2004 jo PERATURAN PEMERINTAH NO 72
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 7/80
7
TAHUN 2005 TERHADAP KELEMBAGAAN PEMERINTAH DESA
DALAM RANGKA MENUNJANG PELAKSANAAN OTONOMI DESAµ
(Studi Kasus : Desa Glundengan Kec. Wuluhan Kabupaten Jember).
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian
agar penelitian tersebut dapat terfokus dan terencana. Berdasarkan uraian
latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
1. Apakah penguatan kelembagaan pemerintah desa yang ada di desa
Glundengan Kecamatan Wuluhan sudah sesuai dengan UU
No.32/2004?
2. Apakah pengaturan desa sudah sejalan dengan PP 72 tahun 2005 ?
3.
Apa faktor pendorong dan penghambat dalam penguatan
kelembagaan pemerintah desa di desa Glundengan Kecamatan
Wuluhan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan suatu hasil yang dikehendaki dari suatu
kegiatan termasuk penelitian, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tujuan penulisan skripsi ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.3.1 Tujuan Khusus
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 8/80
8
Tujuan khusus penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui penguatan kelembagaan pemerintah desa yang ada
di desa Glundengan Kecamatan Wuluhan , antara lain :
a. Aspek-Aspek Kelembagaan Desa yang dipersiapkan/diperbaiki
dalam rangka otonomi Desa.
b. Stuktur dan Mekanisme kerja lembaga Desa, serta hubungan
antara lembaga desa dalam memperkuat otonomi Desa.
c. Kemampuan pembiayaan desa.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam
penguatan kelembagaan pemerintah desa Glundengan Kecamatan
Wuluhan.
1.4 Metode Penelitian
Metode dalam melakukan suatu penelitian merupakan ciri khas
dari ilmu untuk mendapatkan suatu kebenaran hukum. Metode berarti
penyelidikan yang berlangsung menurut rencana tertentu. Metode ilmiah
memiliki peranan yang penting dalam penulisan suatu karya ilmiah.
Metode yang tepat diharapkan dapat memberikan alur pemikiran secara
berurutan dalam usaha pencapaian pengkajian. Pada penulisan skripsi ini
akan dipergunakan metode-metode tertentu dengan maksud agar
penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan untuk suatu karya
tulis yang bersifat ilmiah dan juga bermaksud memberikan pengertian
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 9/80
9
yang jelas dan sistematik dari uraian skripsi ini. Adapun metode
penulisan yang dipergunakan pendekatan sebagai berikut:
14.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yakni
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji norma hukum positif.1 Dalam
arti bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji
peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan
kenyataan dan permasalahan yang ada.
1.4.2 Pendekatan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini apabila pendekatan yang digunakan
tidak tepat, maka bobot penelitian akan menjadi tidak akurat sehingga
kebenarannya dapat digugurkan. Sebagai upaya untuk menjawab
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini digunakan pendekatan
perundang-undangan (statute approach), yaitu model pendekatan dimana
penulis melakukan telaah terhadap semua perundang-undangan dan
regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani.2
Dalam hal ini terkait dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pemerintahan desa.
1 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, Hal. 29 2
Ibid, Hal. 93
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 10/80
10
1.4.3 Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum dalam penelitian adalah subyek darimana
bahan hukum dapat diperoleh dan digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang ada. Sumber bahan hukm meliputi :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif, artinya mempunyai ototritas. Bahan-bahan hukum primer
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-
putusan.3 Dalam penulisan skripsi ini beberapa bahan hukum primer
yang dipergunakan adalah :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
2.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daera
4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat Dalam Penataan Ruang
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah
3Ibid, Hal. 141
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 11/80
11
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada
Daerah;
12. Permendagri No.32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi
Desa
13. Permendgari No.4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan
Kekayaan desa
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan
Status Desa Menjadi Kelurahan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 12/80
12
16. Permendagri No.30 Tahun 2006 ttg penyerahan urusan yang
menjadi kewenangan kab/kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa
17. Permendagri No. 29 Tahun 2006 ttg pedoman, pembentukan dan
mekanisme penyusunan peraturan desa dan peraturan Kepala desa
18. Permendagri No.35 thn 2007 ttg tata cara pelaporan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang
Badan Usaha Milik Desa
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang
hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal
hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.4 Dalam hal ini
diantaranya buku literatur hukum yang terkait dengan penegakan hukum
serta sosiologi hukum.
c. Bahan Non Hukum
Dalam penelitian hukum untuk keperluan akademis bahan-bahan
non hukum dapat membantu. Salah satu bahan non hukum adalah
4Ibid, Hal. 141
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 13/80
13
wawancara. Hasil wawancara pejabat yang paling punya kewenangan
pun bukan merupakan bahan hukum primer karena hasil wawancara
tidak bersifat autoritatif. Akan tetapi hasil wawancara tersebut dapat
dimaksudkan sebagai bahan non hukum untuk memperoleh keterangan-
keterangan dalam memecahkan permasalahan hukum yang ada.
1.4.4 Metode Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam penulisan skripsi menggunakan studi kepustakaan, yaitu
metode pengumpulan bahan hukum yang dilakukan dengan cara
membaca dan mempelajari bahan-bahan pustaka berkaitan dengan materi
permasalahan yang akan dikaji. Bahan-bahan tersebut berupa peraturan
perundang-undangan dan penelusuran melalui literatur hukum yang
relevan dengan permasalahan.
1.4.5 Analisis Bahan Hukum
Penulis melakukan penelitian hukum dengan menggunakan
langkah-langkah antara lain, mengidentifikasi fakta hukum dan
mengeliminir hal-hal yang tidak relevan untuk menetapkan isu hukum
ynag hendak dipecahkan, melakukan telaah atas isu hukum yang
diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan, kemudian
menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu
hukum, serta memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah
dibangun dalam kesimpulan. Langkah-langkah ini sesuai dengan karakter
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 14/80
14
ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan.5 Dengan
demikian maka dapat dicapai tujuan yang diinginkan dalam penulisan
skripsi ini yakni menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat,
sehingga dari permasalahan tersebut didapat kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5Ibid, Hal 171
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 15/80
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumusan Pengaturan Desa Dalam UUD 45 Amandemen
Pengaturan tentang konsep desa memang tidak disebutkan secara
jelas dalam pasal 18 tentang pemerintahan daerah. Hanya secara singkat
dapat ditemukan dalam pasal 18 B ayat (2) yang berbunyi ´Negara
mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak ² hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip kesatuan negara republik
Indonesia yang diatur dalam Undang Undangµ.
Pengaturan tentang desa tidak diatur secara implisit dalam
konstitusi. Hal ini merupakan salah satu kelemahan pembentukan
konstitusi amandemen yang parsial. Dipihak lain pengaturan tentang
desa dapat menimbulkan interpretasi liar penyusunnya. Penafsiran yang
liar ini sudah diperkirakan dan menjadi kekhawatiran para pemerhati
otonomi khususnya tentang desa.
Desa diakui dalam penjelasan UUD 45 dimana disebutkan bahwa
Indonesia terdir dari kurang lebih 250 zelfbesturende landschappen dan
volksgemeenschappen dengan sebutan desa di jawa dan bali, nagari
(minangkabau), dusun dan marga dan banyak sebutan lainnya yang
sejenis, dimana daerah ² daerah tersebut memiliki susunan masyarakat
asli dan dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 16/80
16
Amandemen terhadap pasal 18 yang dijadikan sebagai landasan
hukum penyelenggaraan otonomi daerah ternyata masih banyak
persoalan yang krusial. Pola hubungan antara pusat dan daerah
seharusnya tegas menjadi materi muatan konstitusi. Persoalan krusial
yang dianggap tidak tuntas dalam pengaturan pasal 18 UUD 1945
amandemen antara lain :
1. Pembagian kewenangan.
Hal ini sangat penting dijamin dalam konstitusi, dengan demikian
konflik kewenangan dapat teratasi serta dapat tercegahnya pemerintah
pusat memaksakan kompetensi otonomi pada daerah dengan dalih
menjaga keutuhan negara kesatuan. Dalam praktek selama ini pembagian
kewenangan diserahkan kepada pembentuk UU yang selalu sarat dengan
kepentingan politik hukum pemegang kekuasaan.
Pembagian kewenangan antara pusat dan daerah merupakan
masalah yang penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Seharusnya diperjelas hubungan antara pusat dan daerah. Diluar batas
kewenangan pusat secara bertahap dan konsisten harus diserahkan
kepada daerah propinsi maupun kabupaten/kota untuk dijadikan
kewenangan rumah tangga daerah. Pembagian kewenangan seharusnya
menjadi materi muatan konstitusi, bukan merupakan materi muatan UU,
sehingga jelas konsepsi otonomi luas dalam kerangka negara kesatuan.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 17/80
17
Tidak cukup daerah hanya diberi hak menetapkan peraturan
daerah saja. Pada Tap MPR No. III/2000, perda sebagai peraturan untuk
melaksanakan aturan hukum yang lebih tinggi dan menampung kondisi
khusus yang bersifat lokal. Seharusnya daerah diberi hak untuk mengatur
tata hukumnya sendiri. Hal ini merupakan konsekuensi dari pemberian
otonomi luas kepada daerah. Bentuk hukum yang hanya peraturan
daerah bagi daerah membuat kuantitas beban perda sangat berat, di sisi
lain kondisi ini menimbulkan berkurangnya fleksibilitas dan kreatifitas
eksekutif daerah. Di daerah diperlukan tata hukum daerah yang
setidaknya meliputi perda yang setingkat dengan UU, Peraturan
Pemerintah Daerah (PPD) setingkat dengan Peraturan Pemerintah dan
Keputusan Kepala Daerah setingkat dengan Keputusan Presiden. Bentuk
tata susunan peraturan perundang undangan ini seharusnya juga
merupakan substansi konstitusi, termasuk penghargaan terhadap
pluralisme hukum.
Perwujudan bahwa setiap masyarakat dengan sendirinya memiliki
sistem hukum yang mengatur pergaulan anggota masyarakatnya dapat
terealisasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terulangnya pengalaman
buruk unifikasi hukum nasional yang mengarah pada sistem hukum
tunggal. Karena secara sosiologis dan kultural hal ini sangat bertentangan
dengan kemajemukan bangsa Indonesia. Hukum harus diciptakan dalam
konteks masyarakatnya, tanpa mempertimbang- kan hal ini dengan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 18/80
18
sungguh-sungguh, maka niscaya politik akan sulit mencapai tujuannya,
jika tidak gagal dalam pembentukannya, maka akan gagal dalam
pelaksanaannya atau penerapannya.
2. Pengaturan Hubungan Keuangan termasuk pengelolaan Sumber Daya
Alam
Pengaturan hubungan keuangan termasuk pengelolaan sumber
daya nasioanal seharusnya juga menjadi materi muatan konstitusi. Justru
pengelolaan ini yang oleh daerah dituntut pembagiannya secara adil dan
memberikan kesejahteraan bagi daerah. Dalam realita yang ada selama
ini, terjadi pemusatan kekuasaan ekonomi pada pusat yang menimbulkan
kesenjangan di daeah (jakarta dengan luar jakarta, jawa dan luar jawa).
2.1.1. Letak Kedudukan Pemerintahan Desa
UUD hanya menetapkan dua tingkatan daerah otonom, yang
disebut dengan propinsi dan dibagi lagi dalam daerah kabupaten dan
kota. Pembagian ini dimaksudkan untuk menjalankan otonomi daerah.
Desa bukan termasuk daerah otonom, tetapi dalam peraturan perundang
undangan selanjutnya disebutkan memiliki hak untuk mengatur
kewenangan yang bersifat asli. Konsekuensi dari pengaturan ini, maka
desa diserahkan pengaturannya kepada kabupaten. Dalam UU
No.32/2004 pasal 200 menyebutkan bahwa dalam pemerintahan daerah
kab/kota dibentuk pemerintahan desa yang mengandung maksud bahwa
desa dibentuk/lahir dan merupakan bagian inheren dari pemerintah
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 19/80
19
kabupaten/kota, namun otonom. Dengan demikian maka kedudukan
desa berada dalam rumah tangga kab/kota. Hal ini membingungkan
karena kab/kota sebagai satuan pemerintah otonom dapat melahirkan
suatu pemerintahan yang otonom juga. Ini tidak sesuai dengan rumusan
pasal 18 ayat (1) yang menyebutkan bahwa NKRI dibagi atas daerah
propinsi yang kemudian dibagi lagi atas daerah kab/kota. Istilah dibagi
merupakan hierarki dan bersifat vertikal.
Hal ini jelas berbeda jika dibandingkan dengan UU No. 5 tahun
1979 yang menempatkan desa langsung berada di bawah camat
menunjukkan posisi yang jelas, bahwa desa langsung ditempatkan berada
di bawah kontrol pemerintah pusat. Menimbulkan pertanyaan apakah
sebaiknya desa tidak diatur secara tersendiri dalam UU khusus tentang
desa yang terlebih dahulu diberi posisi yang jelas dalam konstitusi
mengingat desa dalam sejarahnya adalah pemerintahan asli, eksis dan
dihormati warganya dengan adat khasnya.
Pada kenyataannya, sekarang terjadi banyak disharmonisasi antara
hubungan kepala desa beserta perangkatnya dengan BPD, antara
pemerintahan desa dengan pemerintahan kabupaten. Perda yang dibuat
oleh kabupaten yang mengatur tentang desa tidak dapat serta merta
diterima oleh pemerintah desa.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 20/80
20
2.1.2. Tidak adanya hubungan hierarkis antara daerah propinsi dengan
kab/kota.
Hal ini sering ditafsirkan salah bahwa seolah ada pemutusan
hirarkhis pemerintahan. Tidak ada hubungan hirarkhis mengandung
maksud bahwa daerah kota/kabupaten bukan bawahan daerah propinsi.
Masing-masing daerah itu memiliki kewenangan yang berbeda dan
masing-masing kewenangan itu diperoleh dari negara. Daerah propinsi
mengurusi kewenangan lintas sedang daerah kota/kabupaten mengurusi
kewenangan yang bukan kewenangan pusat dan propinsi. Jadi antara
daerah propinsi dan daerah kota/kabupaten adalah sejajar. Terkadang
penyebutan otonomi bertingkat memberi kesan salah seolah terdapat
tingkatan-tingkatan daerah otonom. Kewenangan pengawasan dan
pembinaan yang dimiliki Gubernur terhadap daerah kota/kabupaten
bukan sekali-kali menempatkan daerah kota/kabupaten dibawah daerah
propinsi, tetapi merupakan konsekuensi gubernur merangkap sebagai
perangkat pemerintah. Persoalan yang menjadi penting dalam kerangka
ini adalah kemauan kerja sama saling koordinasi untuk tercapainya
sinergis antara daerah propinsi dan kota/kabupaten.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 21/80
21
2.2. Pengaturan desa dalam UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
2.2.1. Perspektif Umum.
Pemerintahan Desa tidak diatur secara eksplisit dalam UUD 1945.
Satu pihak ini merupakan kelemahan hasil amandemen UUD yang
parsial, dipihak lain pengaturan pemerintahan desa akan menjadi
penafsiran liar penyusunnya. Penafsiran liar ini sudah sejak awal
diperkirakan dan menjadi kekhawatiran kita semua. Dan, sekarang itu
semua terjadi, pengaturan desa dalam UU No. 32/2004 merupakan set
back otonomi desa kemasa Orba yang dilakukan oleh pemikir yang
berpola neo Orba.
Pemerintahan Desa berdasar UU No. 32/2004 berbeda secara
mendasar dengan Pemerintahan Desa berdasar UU No. 22/1999.
Perbedaan itu terletak pada letak kedudukan, kewenangan, hubungan
keuangan, sistem pemerintahannya, dan pengaturan perangkatnya.
Pengaturan desa yang tergambar dalam UU No. 32/2004 memperlihatkan
kuatnya kontrol pemerintah, dan mereduksi demokratisasi pemerintahan
desa. Ini mengingatkan pada situasi pengaturan desa berdasar UU No.
5/1979. Situasi ini tidak terlepas dari semangat pemerintah yang kembali
memperkuat kontrolnya dengan berbagai pengawasan terhadap
pelaksanaan otonomi daerah.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 22/80
22
Pengaturan desa saat kembali dilakukan dalam satu undang-
undang dengan pemerintahan daerah sebagaimana Undang-undang No
22 tahun 1999. Teknik pengaturan seperti ini membawa konsekuensi pada
keberadaan desa yang kurang menonjol dan desa menjadi bagian dari
pemerintahan daerah dengan penamaan Undang-Undang Pemerintahan
Daerah. Hal ini bertentangan dengan semangat yang terkandung dalam
Pasal 18B UUD 1945 bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa.
Menurut Jimly Asshiddiqie (2002: 24) yang dimaksud sebagai satuan
pemerintahan daerah disini adalah satuan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kota, atau pemerintahan desa yang bersifat khusus atau
istimewa, misalnya sistem pemerintahan desa di Provinsi Sumatera Barat
yang disebut dengan nagari dan di beberapa daerah lain berkembang
sistem pemerintahan desa yang bersifat khas, khusus ataupun istimewa.
Dalam konteks yang demikian seharusnya pemerintahan desa
diatur dalam ketentuan undang-undang tersendiri sebagai satuan
pemerintahan otonom yang hidup dan berkembang berdasarkan asal-
usulnya jauh sebelum republik ini lahir. Seharusnya negara mengakui
eksistensi pemerintahan desa dengan otonomi asli desa yang dimiliki
melalui suatu undang-undang tersendiri. Namun untuk mencegah
sejarah buruk pengaturan desa melalui sebuah undang-undang tersendiri
yang akhirnya menimbulkan penyeragaman desa sebagaimana UU No. 5
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 23/80
23
tahun 1979, maka materi muatan undang-undang desa harus bersifat
umum yang menyerahkan pengaturan lebih lanjut kepada daerah melalui
Perda. Pengaturan ini akan menjamin pluralistik kekhasan sistem
pemerintahan desa.
2.2.2. Kedudukan Pemerintahan Desa
Pasal 200 ayat (1), menyatakan ´Dalam pemerintahan daerah
kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desaµ Penggunaan istilah
´dibentukµ ini menegaskan bahwa pemerintah desa merupakan sub
sistem atau bagian dari pemerintah kabupaten/kota, karenanya ia
menjalankan sebagian kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Dalam
undang-undang ini desa merupakan satuan pemerintah yang ada dalam
pemerintah kabupaten/kota. Ini berbeda dengan istilah yang digunakan
dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan ´Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota««.µ. Pemakaian istilah
´dibagi atas daerah-daerahµ menunjukkan selain menghormati daerah
otonom juga menegaskan adanya hubungan pemerintah pusat dan daerah
bersifat hirarkhis dan vertikal. Jadi memang berbeda model hubungan
pusat dan daerah berdasarkan Pasal 18 UUD 1945 dengan model
hubungan Kabupaten/kota dengan desa berdasar UU No. 32/2004.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 24/80
24
Pengaturan ini selanjuatnya harus dilakukan secara hati-hati,
karena dalam kapasitas tertentu desa akan berubah menjadi pemerintahan
administrasi kabupaten yang sebelumnya berdasarkan UU 22/1999
otonomi desa sudah tumbuh dan berjalan. Kontrol pemerintah
kabupaten/kota terhadap desa semakin kuat dengan pengaturan Pasal
200 ayat (3) bahwa ´Desa di kabupaten/kota secara bertahap dapat
diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan
prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa yang
ditetapkan dengan Perdaµ. Istilah ´secara bertahapµ di gunakan lebih
awal dari istilah ´dapatµ memberi gambaran semangat pasal ini
mengarahkan bentuk pemerintahan administrasi kelurahan untuk
merubah pemerintahan desa secara bertahap.
Persoalan peralihan ini perlu mendapat kajian yang mendalam
dalam penyusunan PP yang sekarang sedang dipersiapkan pemerintah.
Klausul ´atas usulan dan prakarsa Pemerintah Desa dan BPDµ sebaiknya
dicarikan mekanisme agar masih ada kontrol masyarakat mengingat
bahwa BPD tidak lagi dipilih secara langsung. Misalnya, usulan
perubahan bisa diajukan bila 90 % penduduk desa telah menyetujuinya
melalui suatu referendum yang diselenggarakan secara bebas. Ini untuk
mencegah timbulnya kesewenang-wenangan peralihan akibat hilangnya
lembaga kontrol representasi rakyat dalam sistem pemerintahan desa
berdasar UU 32/2004. Di dalam praktek desa-desa yang telah beralih
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 25/80
25
statusnya menjadi kelurahan berdampak kecuali hancurnya hak-hak
tradisionil rakyat juga hilangnya kekayaan desa melalui berbagai
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Kelurahan
yang diserahi mengelola eks aset desa sebagaimana diatur dalam Pasal
201 ayat (2) kedudukannya sangat lemah karena kelurahan adalah
pemerintah administrasi yang sangat berbeda dengan desa otonom.
2.2.3. Kewenangan Pemerintahan Desa
Terdapat empat sumber urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 206. Penjabarannya
harus hati-hati, karena terjadi ketidaksinkronan terutama pasal 206 ayat
(1) dengan Pasal 200. Pasal 206 ayat (1) menjelaskan salah satu
kewenangan desa adalah urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal-usul desa. Jenis urusan ini jelas bukan urusan
karena penyerahan dari pemerintah kabupaten/kota. Padahal dalam
pasal 200 dinyatakan bahwa ´dalam pemerintahan daerah
kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desaµ. Istilah pemerintahan
daerah menunjukkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersumber
dari asas desentralisai dan tugas pembantuan. Dengan demikian dalam
pemerintahan desa yang dibentuk ada urusan yang tidak bersumber
kepada pembentuknya.
Selain itu ada urusan yang menjadi kewenangan desa karena
penyerahan dari kabupaten/kota dan ada pula yang berasal dari tugas
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 26/80
26
pembantuan. Adanya kedua jenis sumber ini sebenarnya menunjukkan
bahwa desa merupakan satuan pemerintahan otonom yang berada di luar
sistem pemerintahan daerah. Ketentuan ini tidak selaras dengan pasal 200
ayat (1) yang menyatakan dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota
dibentuk pemerintahan desa. Artinya pembentuk undang-undang ini
tidak memiliki content draf yang utuh tentang sosok pemerintahan desa
yang dirumuskan.
2.2.4. Sistem Pemerintahan Desa
Satuan pemerintahan otonom akan berjalan demokratis bila
terjamin checks & balances antara pemerintah dan lembaga perwakilan
sebagai representasi rakyat. Terdapat beberapa kelemahan dalam
pengaturan sistem pemerintahan desa di dalam UU No. 32/2004.
Pertama, tidak diaturnya sistem pertanggung jawaban kepala desa
di dalam batang tubuh UU No. 32/2004. Sistem pertanggung jawaban
kepala desa ditemukan di dalam penjelasan umumnya. ´Kepala Desa
pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat Desa yang dalam tata
cara dan prosedur pertanggung jawabannya disampaikan kepada Bupati
atau Walikota melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa,
Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggung
jawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok
pertanggung jawabannya««µ Pengaturan semacam ini tidak tepat,
karena penjelasan pada hakekatnya bukanlah norma, namun merupakan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 27/80
27
penjelasan dari norma sehingga terhindar dari makna ganda. Apabila
normanya tidak ada maka tidak mungkin ada penjelasan. Dalam teknis
drafting pengaturan seperti ini salah fatal.
Kedua, tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda
berdasarkan Peraturan Pemerintah (Pasal 208). Ketentuan ini cukup
berbahaya mengingat undang-undang tidak secara definitif menentukan
tugas dan kewajiban kepala desa. Pengaturan semacam ini memberi ´cek
kosongµ pada pemerintah melalui PP. Di lain pihak BPD mempunyai
fungsi yang sangat terbatas berdasarkan pasal 209 yaitu menetapkan
perdes bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat. Dalam formulasi pengaturan yang semacam itu maka akan
sangat sulit terjadi check and balances system dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, karena kewenangan kepala desa sangat elastis dengan
menyerahkan pengetuannya kepada Perda yang berpedoman PP,
sedangkan fungsi BPD sangat rigid karena ditentukan dalam Undang-
undang secara terbatas.
Badan Permusyawaratan Desa dalam UU No. 32/2004 memiliki
fungsi bersama Kepala Desa menetapkan Perdes dan sebagai penampung
dan penyalur aspirasi. Ini berbeda sama sekali dengan BPD model UU No.
22/1999 yang memiliki peran pengawasan terhadap pemerintah desa.
Cara pembentukannya pun berbeda, BPD tidak lagi dipilih rakyat secara
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 28/80
28
langsung, namun ditetapkan dengan cara musyawarah. Tata cara
pembentukan, fungsi, dan peran BPD model UU 32/2004 akan mereduksi
demokratisasi di tingkat desa. Bagaimana mungkin suatu badan yang
dibentuk bukan sebagai representasi rakyat bisa menjalankan fungsi
legislasi.
Dalam kondisi yang demikian maka langkah yang lebih tepat
dilakukan adalah merevisi terlebih dahulu UU No. 32/2004 dengan
mengatur mekanisme pertanggung jawaban kepala desa di dalam batang
tubuh dan secara definitif menentukan tugas dan kewajiban/tanggung
jawab kepala desa dalam UU untuk menghindari kekuasaan yang besar
kepala desa berdasarkan aturan yang lebih rendah dari undang-undang.
Tumbuhnya pemerintahan totaliter di desa sebagaimana dampak UU No.
5 tahun 1979 perlu dihindari karena pada waktu itu posisi kepala desa
sangat sentral dengan menempati posisi ketua LMD sekaligus sebagai
eksekutif.
2.2.5. Pengaturan Perangkat Desa
Perangkat desa yang diatur berdasarkan UU No. 32/2004 sangat
berbeda dengan pengaturan dalam UU No. 22/1999. Perangkat desa
berdasarkan UU No. 32/2004 terdiri dari sekretaris desa dan perangkat
desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Kalau yang dimaksud PNS itu adalah PNS
Kabupaten/Kota yang ditempatkan di desa maka ini akan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 29/80
29
membingungkan sistem kepegawaian. Dalam penataan kepegawaian
antara daerah otonom telah dilakukan pengaturan masing-masing sesuai
dengan kebutuhan. Kalau mekanisme pengangkatan atau penunjukan
PNS Sekdes dari pemerintah kabupaten/kota sebagaimana mekanisme
yang berlaku pada kepala kelurahan maka akan mereduksi otonomi yang
dimiliki desa. Sebaiknya mekanismenya adalah proses seleksi
penerimaan CPNS sekdes sehingga ada nilai kompetitif. Bahkan dalam
rangka menuju aparat pemerintah desa harusnya mulai dipikirkan aparat
desa adalah PNS Pemerintah Desa yang memiliki persyaratan dan aturan
kepegawaian tersendiri. Pemilihan dilakukan terhadap jabatan politis saja
seperti Kepala Desa, Dusun dan BPD.
2.3. Pengaturan Desa berdasarkan PP 72/2005
Prinsip dasar yang menjadi landasan pemikiran PP no 72/2005
tentang pengaturan desa adalah :
a) Keanekaragaman, dimana pola penyelenggaraan pemerintahan serta
pembangunan desa tetap menghormati sistem nilai yang berlaku di
masyarakat setempat namun tetap memperhatikan sistem hukum
nasional, dalam hal ini konstitusi menjamin bahwa negara mengakui
dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan berkembang sesuai
dengan prinsip-prinsip NKRI.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 30/80
30
b) Partisipasi, bahwa penyelenggataan pemerintahan dan pembangunan
desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat dengan
tujuan masyarakat merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab serta
kebersamaan sebagai sesama warga desa.
c) Otonomi asli, kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan
mengurus masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan nilai
budaya yang berkembang di masyarakat namun harus
diselenggarakan dengan administrasi pemerintahan negara sesuai
dengan perkembangan jaman.
d) Demokratisasi, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa harus
mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi melalui BPD
dan lembaga kemasayarakatan sebagai mitra pemerintah desa.
e)
Pemberdayaan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan desa
dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat desa melalui penetapan program, kebijakan, dan kegiatan
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan.
Dalam peraturan pemerintah no 72 tahun 2005 tentang Pokok
Pokok Pengaturan Desa sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang
Undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu
substansinya mengatur tentang desa terdapat beberapa poin penting yang
menjadi landasan pengaturan tentag desa, yaitu :
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 31/80
31
1. Perubahan status desa.
Atas prakarsa pemerintah desa bersama BPD dengan
memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Kekayaan desa
menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan
untuk kepentingan masyarakat setempat. Dalam perencanaan,
pemanfaatan, dan pengelolaan melibatkan masyarakat kelurahan.
2. Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan desa.
Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
desa. Urusan pemeirntah yang menjadi kewenangan kab/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa. Tugas pembantuan dari
pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kab/kota. Urusan
pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang undangan
diserahkan kepada desa.
3. Pemerintahan desa.
Terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri
dari sekretaris desa yang diisi dari PNS dengan persyaratan:
a) berpendidikan paling rendah SMU atau sederajat,
b) mempunyai pengetahuan teknis tentang pemerintahan,
c) berkemampuan di bidang administrasi dan perkantoran,
d) berpengalaman di bidang keuangan, administrasi dan
perencanaan,
e) memahami sosial budaya dan kultur masyarakat,
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 32/80
32
f) bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
Perangkat desa lainnya yaitu sekretariat desa, pelaksana teknis
lapangan dan unsur kewilayahan.
4. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan.
Kepala desa berkewajiban menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati/walikota. Kepala
desa memberikan laporan pertanggung jawaban penyelenggaraan
pemerintahan desa kepada BPD. Memberikan informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.
5. Kedudukan keuangan kepala desa dan perangkat desa.
Kepala desa dan perangkat desa diberi penghasilan tetap setiap
bulannya dan tunjangan lainnya. Penghasilan tetap minimal sesuai
dengan UMR minimum kab/kota. Penghasilan ini tidak termasuk
sekretaris desa yang berstatus PNS.
6. Badan Perwakilan Desa.
Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD
adalah perwakilan penduduk desa setempat berdasarkan keterwakilan
wilayah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat. Anggota
BPD terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka
agama dan tokoh atau pemuka masyarakat. Masa jabatan anggota BPD
adalah 6 tahun dan dapat diangkat kembali. Jumlah anggota BPD antara 5
sampai 11 orang tergantung jumlah penduduk desa yang sangkutan.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 33/80
33
BPD berwenang membahas rancangan peraturan desa bersama
kepala desa. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
desa dan keputusan kepala desa. Mengusulkan pengangkatan dan
pemberhentian kepala desa.
Membentuk panitia pemilihan kepala desa. Menggali, menampung,
menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Menyusun tata tertib BPD.
7. Peraturan Desa.
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundangan
yang lebih tinggi. Dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan
atau peraturan perundang undangan yang lebih tinggi. Peraturan desa
dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundangan
undangan. Disampaikan kepala desa kepada bupati/walikota melalui
camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan.
8. Ketentuan Peralihan.
Masa jabatan kepala desa yang ada pada saat ini tetap berlaku
sampai habis masa jabatannya. Anggota BPD yang ada pada saat ini tetap
menjalankan tugas sampai yang bersangkutan habis masa jabatannya.
Sekretaris desa yang ada selama ini yang bukan PNS secara
bertahap akan diangkat menjadi PNS yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersendiri.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 34/80
34
2.4. Posisi Strategis Desa Dalam Pelaksananan Otomoi Daerah
2.4.1. Tinjauan Tentang Konsep Otonomi Desa
OTONOMI Desa menempatkan Desa menjadi ujung tombak
perjalanan panjang untuk menyejahterakan masyarakat. Kemajuan yang
diraih lebih tampak dibandingkan dengan era sebelum UU No 22/1999,
yang kemudian disempurnakan dengan UU No 32/ 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Kemampuan membangun dan memberikan
pelayanan oleh pemkab/pemkot meningkat tajam. Meskipun demikian,
belum seluruhnya mampu mendorong tumbuh-kembangnya kemajuan
serta pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat mayoritas masih diam. Bahkan di banyak desa, sama
sekali tidak berdaya, baik pemikiran, finansial, maupun dalam
mewujudkan keinginan untuk membangun serta mencukupi kebutuhan
dirinya sendiri. Selama empat tahun pelaksanaan otda, tiap tahun
kemampuan daerah untuk membangun dapat mencapai paling tidak dua
kali dibandingkan dengan sebelumnya. Penanganan aspirasi masyarakat
dalam skala kecil - tetapi riil dan detail yang menjangkau seluruh pelosok
daerah masih tetap butuh penanganan serius.
Ketidakberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa terjadi
karena minimnya sumber pembiayaan desa, sehingga power-nya sangat
terbatas. Dalam Pasal 212 ayat (3) UU No 32/ 2004, sumber pendapatan
itu diatur secara jelas, seperti pendapatan asli desa, bagi hasil pajak
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 35/80
35
daerah dan retribusi daerah, bagian dari dana perimbangan pusat dan
daerah yang diterima. Masih ada sumber lain yaitu bantuan dari
pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemkab/pemkot, serta hibah dan
sumbangan dari pihak ketiga.
Salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Provinsi adalah
memberikan standardisasi dan arahan. Khusus aspek finansial, arahan
tersebut sangat tidak memadai. Bahkan dalam UU No 22/ 1999 maupun
UU 32/2004 belum tertuang secara nyata apa yang standar dan
terstruktur. Akibatnya, alokasi dana dari kabupaten / kota ke desa jumlah
nominal maupun persentasenya berbeda, dan mulainya pun berbeda. Ada
daerah yang mulai memberikan dana perimbangan kabupaten/kota ke
desa sejak 2001, ada pula yang baru digulirkan tahun 2003. Realitas ini
menyulitkan ruang gerak pemerintah desa dalam melaksanakan
otonominya. Ada daerah yang telah membuat perda tentang dana
perimbangan kabupaten/kota dengan persentase tertentu dari dana
alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD)-nya. Ada yang
setinggi-tingginya 2% dari DAU dan 10% PAD tertentu, bahkan ada yang
tanpa standar dan lain sebagainya. Dari pusat maupun provinsi, bahkan
belum terpikirkan untuk memberikan dana perimbangan kepada desa,
sehingga dari sisi desa, kabupaten dipandang masih sentralistik, apalagi
provinsi dan pusat. Akibatnya, desa tetap menjadi pemerintahan yang
berotonomi tetapi sangat miskin sumber pendapatan, terutama yang
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 36/80
36
berasal dari pemerintahan tingkat atasnya. Otda bermaksud
meningkatkan peran serta masyarakat dalam membangun daerahnya
menuju kemandirian. Hal ini membutuhkan partisipasi seluas-luasnya
dari seluruh lapisan masyarakat, dan dimungkinkan bila pemberdayaan
masyarakat seluruh lapisan dilaksanakan. Dan lapisan yang paling perlu
diberdayakan adalah yang tinggal di desa.
Hal itu dimungkinkan bila kemampuan finansial di desa dapat
ditingkatkan, sekaligus diberi kewenangan yang luas dengan
mendelegasikan sebagian kewenangan secara konkret. Peningkatan
finansial ini dapat bersumber dari:
a) Dana perimbangan kabupaten ke desa yang bersumber dari dana
alokasi khusus yang selama ini digunakan untuk pembangunan.
Kalau digunakan secara keseluruhan akan mengurangi
kemampuan pemkab/ pemkot dalam membangun dan melayani
masyarakat. Dengan besaran misalnya setinggi-tingginya 5 % dari
DAU dan 10% dari PAD kabupaten/ kota, PAD tertentu, karena di
kabupaten/ kota ada PAD tetapi kembali 100% untuk pelayanan
masyarakat langsung seperti PAD yang berasal dari RSU Daerah,
PAD seperti ini sifatnya hanya transitoirs (mampir) saja.
b) Dana perimbangan provinsi ke desa, yang bersumber dari sebagian
dana alokasi umum yang diterima provinsi, ditambah dengan
sebagian PAD provinsi, dengan persentase tertentu misalnya 5%
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 37/80
37
dari DAU provinsi dan 5% dari PAD provinsi. Ketiga, langsung
mendapatkan dari pemerintah pusat dengan mengalokasikan
sebagian lagi dari pendapatan dalam negeri di luar yang telah
digunakan untuk DAU kabupaten/ kota dan provinsi. Keempat,
desa sekaligus diberi pelimpahan kewenangan tertentu untuk
mendapatkan retribusi. Dengan penguatan dari sisi finansial dan
kewenangan, kreativitas desa akan tumbuh untuk menyelesaikan
persoalan lingkungannya. Dalam hal ini kabupaten menangani
kewenangan atau persoalan antar desa dan pengawasan yang
bersifat preventif dan represif. Maka akan tumbuh secara mendasar
di tingkat akar rumput pemberdayaan masyarakat di berbagai sisi,
baik ekonomi, ketersediaan sarana/prasarana, dan belanja lainnya.
Otda yang telah memasuki tahun kesebelas ini ditandai dengan
pemberian otonomi yang tidak sekadar tradisional kepada desa.
Kemajuan desa diharapkan bisa dipercepat sejalan dengan kemajuan
kabupaten dan kota. Sejak diberlakukannya UU No.5/1979 tentang
Pemerintahan Desa, Pemerintah Pusat memegang kendali sentral untuk
mengatur desa. Ekstrimnya, seluruh kebutuhan masyarakat desa
dipenuhi dan dicukupi oleh pemerintah pusat, meskipun pada
kenyataannya pemerintah pusat tidak pernah berhasil. Alih-alih mencapai
kemajuan, masyarakat desa justru terjerumus dalam ketidak-berdayaan.
Sendi-sendi kekuatan internal masyarakat desa banyak yang hancur
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 38/80
38
karena ´kehendak baikµ pemerintah pusat untuk mencukupi dan
memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Karena semua kebutuhan
pembangunan desa diambil alih oleh pemerintah pusat, maka semangat
kerja, gotong ² royong dan keswadayaan masyarakat desa hancur dan
hilang. Terlalu banyak contoh untuk menggambarkan kondisi kehancuran
daya/kekuatan internal masyarakat desa. Otonomi desa yang sebelum
diberlakukannya UU No.5/1979 tampak menonjol dalam keragaman
budaya lokalnya, berubah menjadi keseragaman yang sangat
bertentangan dengan karakter pluralitas masyarakat Indonesia.
Buktinya, meski di setiap kabupaten telah disusun Peraturan
Daerah (Perda) tentang berbagai pengaturan mengenai desa, masih terlalu
banyak orang desa termasuk kepala desa dan BPD tidak mampu
mencerna dan memaknai isi materi perda-perda yang mengatur tentang
dirinya. Sebut saja bahwa desa mendapat bagian perolehan dana
perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah daerah,
mereka (orang desa ini) tidak banyak mengetahui. Pendek kata jika
seorang kepala desa ditanya kalau desanya pada tahun lalu menerima
sejumlah uang dari Pemerintah Kabupaten (katakan sebesar 15 juta sesuai
dengan kenyataan), dari pos anggaran yang mana uang itu berasal,
jawaban kepala desa hampir dapat dipastikan tidak tahu. Apalagi jika
ditunjukkan bahwa sesungguhnya perda-perda tentang desa yang pada
sebagian besar kabupaten disusun pada tahun 2000 atau 2001, perda-
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 39/80
39
perda itu semestinya, secara legal formal, batal demi hukum. Pasalnya
adalah perda-perda tentang desa yang disusun sebelum 2002 harus
direvisi dan disesuaikan de-ngan Peraturan Pemerintah (PP) No.76/2001
tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa yang terbit pada
November 2001. PP No.76/2001 ini menggantikan Kepmendagri
No.64/1999 yang banyak dirujuk oleh pemerintah kebupaten dalam
menyusun Perda-perda tentang desa. Kemampuan orang desa untuk
membaca aturan-aturan hukum yang berimplikasi pada hak dan
kewajiban yang mereka memiliki masih sangat kurang.
Era reformasi masih berlangsung, kabinet-kabinet pemerintah
datang silih berganti. Seiring dengan pergantian-pergantian kabinet
pemerintah, tata aturan perundangan juga berganti-ganti. Tidak
ketinggalan UU No.22/1999 yang baru berjalan 5 tahun telah diganti
dengan UU No.32/2004. Hal pengaturan me-ngenai desa masih
digabungkan dengan pengaturan mengenai pemerintahan daerah.
Setahun kemudian, terbitlah PP No.72/2005 tentang Desa. Kelahiran PP
No.72/2005 ini relatif tergolong cepat atau lebih cepat dibandingkan
dengan PP-PP lain yang diamanatkan oleh UU No.32/2004.
PP No.72/2005 lebih jauh merinci berbagai hal pe-ngaturan
mengenai desa. Secara substansial, isi materi PP No.72/2005 lebih baik
dari pada muatan materi pengaturan mengenai desa pada UU
No.32/2004, utamanya adalah dalam hal pelaksanaan demokrasi di
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 40/80
40
masyarakat desa. Demikian pula mengenai hak-hak desa untuk
memperoleh dana pembangunan juga semakin dirinci dan ditegaskan.
Juga mengenai urusan-urusan pemerintahan yang dilimpahkan menjadi
kewenangan desa mendapatkan penjelasan yang lebih rinci, meskipun
masih harus dielaborasi lebih jauh sehingga dapat dilaksanakan di
lapangan. Tidak ketinggalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pelembagaan atau institusionalisasi proses-proses pembangunan di desa,
di dalam PP No.72/2005 juga mendapatkan tekanan yang cukup
memadai karena sebelumnya tidak (belum) pernah diatur.
Kewenangan - kewenangan desa yang diatur dalam Bab III pasal 7
² 10, Keuangan desa dan Sumber-sumber Pendapatan Desa yang diatur
dalam Bab VII pasal 67 ² 81, serta Perencanaan Pembangunan Desa yang
diatur dalam Bab VI pasal 63 ² 66, merupakan 3 (tiga) komponen
pengaturan pemberdayaan masyarakat dan desa yang secara kondusif
dapat mening-katkan daya tawar masyarakat desa terhadap kebijakan-
kebijakan pembangunan dari pemerintah kabupaten dan provinsi.
Persoalannya adalah bagaimana sekarang masyarakat desa sendiri
memahami dan memaknai ketiga komponen pengaturan desa itu yakni
Kewenangan, Keuangan dan Perencanaan Pembangunan, dapat
disinergikan dan dilaksanakan di lapangan. Paling sedikit PP No.72/2005
ini telah memberikan koridor hukum bagi pengembangan pemberdayaan
masyarakat dan desa. Lebih lanjut, masyarakat dan pemerintah desa
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 41/80
41
harus mampu mencermati proses-proses serta substansi materi
pengaturan tentang desa dari peme-rintahan di atasnya yaitu
Kabupaten/Kota. Koridor-koridor hukum dalam pengaturan
pemerintahan desa yang telah diberikan oleh PP No.72/2005 harus dapat
dijaga dan lebih diperjelas pengaturannya dalam penyusunan Peraturan
Daerah.
2.4.2. Tinjauan Tentang Konsep Kelembagaan Pemerintah Desa
Konseptualisasi pembangunan dari desa berangkat dari
pemahaman bahwa desa merupakan unit masyarakat yang terorganisir
dan telah teruji dalam mengurusi dirinya sendiri. Konsep ini popular
dengan istilah otonomi asli. Desa merupakan level pemerintah terendah
dinegara kita dan memiliki ciri khas yang sangat unik. Bahkan seorang
sosiolog ekonom Belanda yang bernama Boeke (1924) terinspirasi dengan
kondisi dinamika masyarakat desa di Indonesia yang tidak ditemui di
Negara lain sehingga melahirkan satu teori ´dualisme ekonomiµ suatu
teori klasik yang menjelaskan bagaimana pranata social desa yang
tradisional maupun menjalankan prinsip ² prinsip ekonomi modern tanpa
kehilangan jati diri. Ciri khas desa yang unik tersebut semakin
menguatkan asumsi kita bahwa strategi pembangunan dari desa
merupakan strategi pembangunan yang dapat menyelaraskan antara
tujuan pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi dan tercapainya
stabilisasi pemerintahan.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 42/80
42
Tujuan analisis terhadap aspek kelembagaan desa baik pelayanan
public aparatur desa dan juga tentang struktur sumber keuangan desa ²
APBDes / PADes adalah untuk mengetahui potensi desa dalam rangka
mendapatkan data ² data tentang apa saja yang diurus melalui desa.
Selain dilakukannya analisis tentang apa saja yang diurus melalui desa,
dalam hal ini juga dilakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja
yang menjadi pungutan desa selama ini.
Dalam rangka pemikiran inilah hendaknya dikembangkan gagasan
mengenai perlunya devolusi kewenangan dan anggaran daerah ² desa
sebagai suatu agenda yang urgen termasuk di dalamnya menyangkut
dana perimbangan daerah ² desa (Alokasi Dana Desa/ADD) merupakan
salah satu unsurnya.
Kiranya devolusi kewenangan dan anggaran sudah barang tentu
bukan menyangkut gagasan ekonomis (semata) tetapi juga sebenarnya
bermuatan politis sebagaimana dalam Juliantara (2002), karena selain
menyangkut nilai financial juga dalam dinamika selanjutnya akan
memberikan dukungan bagi proses politik dan upaya pembaharuan desa.
Destruksi politik masa lalu tentunya menumbuhkan sebuah proses
rehabilitasi yang memadai dan untuk ini diperlukan support energi yang
cukup besar untuk suatu perubahan sumber daya desa yang terkuras
keluar perlu ´dikembalikanµ dan prinsip pemerataan yang hilang perlu
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 43/80
43
juga segera diwujudkan agar tidak menjadi wacana politik semata. Dana
perimbangan daerah ² desa akan memungkinkan beberapa hal penting :
a) Meningkatkan kemampuan desa untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat setempat yang demikian akan memicu
kepercayaan masyarakat pada pemerintahan desa.
b) Meningkatkan kemampuan desa untuk memperbaiki infrastruktur
desa yang memang menjadi tanggung jawab desa, sehingga dapat
meningkatkan akses masyarakat terhadap berbagai aspek termasuk
akses informasi, dan ;
c) Memungkinkan desa untuk membuat perencanaan mandiri
berdasarkan dana alokasi yang ada, sehingga lebih memungkinkan
proses perencanaan dari bawah ; serta
d)
Membuka kemungkinan yang lebih besar untuk masyarakat
melakukan kontrol terhadap penyelenggaran pemerintahan
sehingga bisa memberikan konstribusi bagi proses demokratisasi
yang lebih luas.
2.4.3. Tinjauan Tentang Partisipasi dan Pemberdayaan Pemerintah dan
Masyarakat
Kebijakan pembangunan tentang partispasi dan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat desa
diarahkan pada upaya membina terlaksananya tata ekonomi dan tata
masyarakat guna mencapai masyarakat yang adil dan makmur
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 44/80
44
berdasarkan Pancasila. Untuk itu kebijakan pembangunan masyarakat
desa pada penanganan bidang pembangunan desa dan bidang pembinaan
desa, meliputi :
1) Pembangunan diarahkan pada upaya mewujudkan terlaksananya
pembangunan desa yang seimbang dibidang sosial ekonomi untuk
mempertinggi tingkat penghidupan rakyat dengan jalan
memperbesar produksi dan pendapatan melalui swadaya
masyarakat desa berdasarkan azas kekeluargaan secara masal,
integral dan terkoordinasi.
2) Dalam bidang pembinaan masyarakat desa diarahkan pada upaya
membina gerak pembangunan, meletakkan dasar-dasar dan syarat-
syarat yang mendorong agar pembangunan desa dapat
dilaksanakan menurut garis-garis dan prinsip-prinsip masyarakat
adil dan makmur.
2.4.4. Tinjauan Tentang Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan pembangunan di sektor lembaga publik
didefinisikan sebagai seluruh perencanaan, pembuatan struktur dan
petunjuk-petunjuk baru dalam penataan kembali haluan organisasi yang
meliputi :
a. Membuat, mendukung dan memperkokoh hubungan normative
dan pola-pola yang aktif.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 45/80
45
b. Pembentukan fungsi-fungsi dan jasa yang dihargai oleh
masyarakat.
c. Penciptaan fasilitas yang menghubungkan antara tehnologi baru
dengan lingkungan sosial.
Beberapa konsep riset yang dihasilkan oleh Inter-University Riset
program tentang pembangunan lembaga, yang menghasilkan 3 (tiga)
katagori dasar analisa yaitu :
a) Istilah lembaga merupakan suatu variabel yang menerangkan
prilaku lembaganya sendiri. Didalamnya terdapat sub katagori
seperti kepemimpinan, doktrin, program, sumber daya dan
struktur internal.
b) Istlilah tersebut menerangkan transaksi yang terdapat dalam sub
katagori seperti : kemampuan memperoleh dukungan untuk
mengatasi hambatan yang akan datang dan pemindahan norma-
norma serta nilai.
c) Analisa lingkaran atau mata rantai kelembagaan yang
menunjukkan saling ketergantungan antara lembaga dan bagian-
bagian yang relevan dalam masyarakat serta pendayagunaan dan
memfungsikan dari segi normative (Freed W. Rigg, 1986 : 132-13).
d) Pelibatan dimensi modal sosial dalam penciptaan tatakelola
(governance) pemerintahan desa menjadi sangat penting, karena
kesediaan suatu kebudayaan untuk menerima perubahan akan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 46/80
46
menjadi lebih besar jikalau perubahan itu tidak menimbulkan
kesukaran besar dalam penyesuaiannya ke dalam susunan yang
lama.(Soedjatmoko, 1984: 14)
e) Proses desentralisasi di Indonesia bisa disebut sebagai proses
penciptaan budaya politik yang baru, yang harus merupakan
penjelmaan dari suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan
yang dibimbing dengan kesadaran. Jika kebudayaan setempat bisa
menerima perubahan-perubahan ke arah desentralisasi yang tepat,
maka perubahan-perubahan di dimensi lain akan lebih mudah
terjadi, yaitu perubahan substansi dan perubahan struktur.
f) Social capital-based village autonomy (otonomi desa berbasis
modal sosial) merupakan skema yang coba ditawarkan, dimana
tongak dasar bagi pengembangan otonomi desa adalah penguatan
modal sosial masyarakat desa. Modal sosial sebenarnya sudah ada
dan berkembang subur di dalam masyarakat desa. Kegiatan merti
dusun misalnya, merupakan kegiatan nyata yang dapat
membangun dan menumbuhkembangkan modal sosial di desa.
Tingkatan kepercayaan satu sama lain dapat terlihat ketika mereka
menyiapkan acara tersebut. Adanya kerelaan yang sangat besar
untuk memberikan sebagian pendapatan untuk menyiapkan sajian
bersama. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang telah diberikan
pada acara tersebut memiliki nuansa ´ibadahµ, dan Allah akan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 47/80
47
membalas dengan hasil panen yang lebih baik di tahun berikutnya.
Pada saat itulah modal sosial muncul, kapasitas bertindak dan
fasilitas produksi meningkat. Kegiatan merti dusun ibarat sumber
energi bagi masyarakat desa. Masyarakat melakukan kegiatan
bersama tersebut karena adanya dorongan kebutuhan akan
´energiµ baru untuk melakukan aktivitas yang lebih baik di masa
mendatang. Pada saat modal sosial aktif, maka akan memfasilitasi
tujuan anggota kelompok maupun kelompok secara keseluruhan.
Modal sosial dapat membekas secara laten dalam kelompok dan
muncul sebagai energi potensial.
Dalam kaitan dengan penguatan modal sosial di desa sebagai basis
perubahan-perubahan di tingkat desa, maka komponen-komponen modal
sosial yang dikuatkan meliputi jaringan kerja sosial, norma sosial, dan
sanksi. Di dalam jaringan kerja sosial, masyarakat desa dikuatkan akses
terhadap informasi. Di dalam norma sosial, aturan-aturan yang berlaku di
dalam masyarakat desa (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis)
dikuatkan agar menghasilkan hubungan timbal balik yang positif,
munculnya harapan bagi kerjasama, kepercayaan, dan perilaku positif.
Adapun di dalam sanksi, masyarakat mentaati hukuman bagi
pelanggaran dan penghargaan bagi kepatuhan.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 48/80
48
2.5. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa
2.5.1. Perluasan Kewenangan Desa
Masyarakat desa tidak mengenal adanya perbedaan antara ´publik
dan privatµ seperti yang lazim diadakan dalam hukum di dunia Barat
yang asalnya dari hukum Romawi. Hukum adat yag mengatur tiga
bidang kehidupan rakyat di desa tersebut di atas (hukum sipil-sosial,
hukum pemerintahan dan hukum keagamaan atau kepercayaan)
merupakan suatu rangkaian peraturan yang tali temali dan tidak mungkin
dipisahkan yang satu dari yang lain. Dengan menyebut desa sebagai
susunan asli , maka desa merupakan ´persekutuan sosial, ekonomi,
politik, dan budayaµ yang berbeda hakekatnya dengan sebuah
´persekutuan administrasiµ sebagaimana yang dimaksudkan dengan
pemerintahan desa dalam berbagai peraturan perundangan yang
ada.(Kartohadikoesoemo, 1965: 281)
Rincian kewenangan desa tersebut juga sekaligus memperlihatkan
bahwa desa adalah ´sekedar kepanjangan tangan dari pemerintah
kabupaten dan kecamatanµ. Seluruh kewenangan yang dilaksanakan oleh
desa tersebut merupakan sebagian kecil dari kewenangan yang ditangani
Pemerintah Daerah Kabupaten.
Dengan demikian, telah terjadi ´penghilangan sebagian besar hak
masyarakat desaµ untuk mengelola dirinya sendiri, tidak saja dari aspek,
politik tetapi juga hukum , ekonomi, dan bahkan sosial budaya.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 49/80
49
Penghilangan sebagian besar hak tersebut dilakukan melalui peraturan
negara yang mempersempit ´hak masyarakat desaµ dari berbagai dimensi
kehidupan menjadi hanya ´persekutuan administrasiµ atau
penyelenggaraan pemerintahan desa belaka.
Perluasan kewenangan desa merupakan hal yang tidak bisa
ditunda lagi. Dengan adanya perluasan kewenangan desa, maka desa
akan berpeluang untuk memperluas partisipasi masyarakatnya dan pada
akhirnya desa akan dapat membangun dan mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki.
2.5.2. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa
Penggunaan istilah lembaga pemerintahan desa bisa mengacu
tidak saja organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu,
tetapi juga mengandung pola perilaku masyarakat desa yang mapan.
Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak
hanya menunjuk pada pemerintah desa saja (yang mencakup kepala desa
dan perangkat desa) tetapi juga menyangkut badan-badan desa yang lain,
seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa
maupun badan ekonomi desa. Hal ini sebagai konsekwensi dari hasil
rujukan terhadap makna governance.
Pada arti yang pertama, lembaga dipahami sebagai aturan main
dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antarindividu anggota
masyarakat. Dengan demikian lembaga desa merupakan suatu bentuk
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 50/80
50
tatanan masyarakat desa dengan basis nilai tertentu. Lembaga desa
merupakan hasil proses sosial-historis masyarakat desa bersangkutan.
Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi
dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat desa bersangkutan; yang
dengan demikian bersifat unik, khas dan lokal.
Adapun pada arti kedua, lembaga diartikan sebagai organisasi,
dimana karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan,
orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja.
Berdasarkan pemahaman ini, maka lembaga desa akan meliputi lembaga
yang bersifat formal (yaitu lembaga-lembaga versi pemerintah yang
dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan di desa dan non-formal (lembaga-lembaga
versi masyarakat; yang merupakan hasil bentukan masyarakat desa
sebagai bagian dari upaya untuk menyelesaikan persoalan yang mereka
hadapi).
Dalam uraian berikut dikaji dua upaya yang sebaiknya
dikembangkan guna mendorong atau memperkuat kelembagaan desa,
sehingga dapat menjadi kekuatan masyarakat desa dalam memberikan
respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di
desa, yang berarti memperkuat otonomi desa. Kedua upaya tersebut
menyangkut perubahan dan penguatan Struktur, dan kedua menyangkut
pola rekruitmen para pamong desa.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 51/80
51
Untuk perubahan struktur pemerintahan desa dilakukan dengan
dua model. Model pertama adalah mengembalikan lembaga-lembaga
adat, khususnya untuk luar Jawa, untuk berperan kembali dalam
penyelenggaraan pemerintahan di desa. Bagi desa-desa di Jawa yang pada
dasarnya memang merupakan desa asli (territoriale), maka sebaiknya
skema ini juga dipakai. Sebagaimana sudah disampaikan bahwa sebutan
lembaga desa juga terkait erat dengan fungsi yang diembannya. Oleh
sebab itu penghidupan kembali lembaga-lembaga desa yang lama
dimaksudkan bukan untuk bernostalgia, tetapi lebih untuk
mengembalikan hak asal usul masyarakat desa setempat untuk mengurus
diri mereka sendiri. Sebelum tahun 1966, masyarakat desa (umumnya di
Jawa Tengah) mengenal berbagai sebutan lembaga pemerintahan desa
seperti lurah atau penatus, kamitua, carik, ulu-ulu, modin atau kayim,
jokoboyo, bekel, dan bayan. Masing-masing memiliki fungsi spesifik, yang
menuntut dedikasi dari pelaku tetapi jauh dari motif-motif ekonomis.
Semua yang dilakukan akan memberikan penghargaan, lebih bersifat
sosial-religi dibandingkan ekonomis. Pengakuan dan penghormatan dari
masyarakat desa setempat memberikan kebanggaan dibandingkan
dengan bayaran uang.
Bagi desa-desa baru, hasil penggabungan ataupun pemecahan
desa, sebaiknya membangun struktur baru. Meskipun demikian, bukan
hal yang mudah melepaskan diri dari adat yang selama ini dikukuhi,
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 52/80
52
meskipun sebuah desa sudah dipecah ataupun digabung. Oleh sebab itu
struktur pemerintahan desa sebaiknya juga disusun sendiri oleh
masyarakat desa setempat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan desa.
Melihat kendali bagi desa-desa bentukan baru ada di tangan bupati
(pemerintah kabupaten), maka tetap ditempuh kebijakan daerah
kabupaten yang tidak seragam menyangkut struktur pemerintahan desa.
Dasar asumsinya, setiap desa memiliki kondisi dan situasi sosial, ekonomi
dan budaya yang berbeda.
Titik kritis dari setiap organisasi atau lembaga adalah di
rekruitmen. Hasil rekruitmen merupakan titik kritis bagi menguat atau
melemahnya sistem yang ada. Sebagaimana dalam sistem tubuh, dimana
jantung adalah organ dalam tubuh yang berfungsi memompa darah ke
seluruh tubuh, maka demikian pula posisi pola rekruitmen dalam sistem
pemerintahan desa. Jika hasil rekruitmen justru mendapat ´darah rusakµ
(keliru memilih), maka bisa diprediksi ´darahµ yang beredar dalam sistem
pemerintahan desa juga rusak.
Pemilihan langsung lurah (kepala desa) yang selama ini berjalan
selain bisa menghasilkan pemimpin pilihan masyarakat desa sendiri, juga
merepresentasikan kemandirian desa. Hanya saja intervensi dari
pemerintah supra desa (pusat, provinsi maupun kabupaten) melalui
surat-surat edaran dan peraturan daerah semestinya dikurangi sesedikit
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 53/80
53
mungkin. Dengan ruang gerak yang diperluas, maka kemungkinan
masyarakat desa melakukan inovasi dan partisipasi menjadi tinggi.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 54/80
54
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Penguatan Kelembagaan Desa di Desa Glundengan Kecamatan
Wuluhan Kabupaten Jember
3.1.1 Fungsi Dan Peranan Kelembagaan Desa Di Desa Glundengan
Peranan kelembagaan desa (pemerintah desa, badan
permusyawaratan desa, dan lembaga kemasyarakatan desa) dalam rangka
penyusun dan implementasi kebijakan yang berkaitan dengan
pembangunan, pemerintahan, pengembangan kemasyarakatan, saat ini
semakin menguat dibandingkan era tahun-tahun sebelumnya. Perubahan
ini sejalan tuntutan dan kebutuhan perubahan paradigma pembangunan
dan pemerintahan, baik dalam lingkungan intra dan ekstra sosial.
Untuk memaksimalkan peran dan fungsi dari kelembagaan
pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan publik maka
Pemerintah Desa Glundengan telah berupaya melaksanakan penguatan
kelembagaan dengan menerapkan aturan yang terdapat dalamUU No.
No. 32 Tahun 2004, PP 72 Tahun 2005 misalnya dinyatakan bahwa desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 55/80
55
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1). Urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan desa mencakup:
a) urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
desa
b) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa
c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
d) urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa (Pasal 7 PP 72/2005).
Dalam bagian penjelasan pasal tersebut dinyatakan yang dimaksud
dengan kewenangan berdasarkan hak asal-usul desa adalah hak untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
asal usul, adat istiadat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah mengidentifikasi
jenis kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan mengembalikan
kewenangan tersebut, yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan
identifikasi, pembahasan dan penetapan jenis-jenis kewenangan yang
diserahkan pengaturannya kepada desa, seperti kewenangan di bidang
pertanian, pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan,
perindustrian dan perdagangan, perkoperasian, ketenagakerjaan,
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 56/80
56
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, pekerjaan umum,
perhubungan, lingkungan hidup, perikanan, politik dalam negeri dan
administrasi publik, otonomi desa, perimbangan keuangan, tugas
pembantuan, pariwisata, pertanahan, kependudukan, kesatuan bangsa
dan perlindungan masyarakat, perencanaan, penerangan/informasi dan
komunikasi.
3.1.2. Penguatan Modal Sosial Desa
Pelibatan dimensi modal sosial dalam penciptaan tatakelola
(governance) pemerintahan desa menjadi sangat penting, karena
kesediaan suatu kebudayaan untuk menerima perubahan akan menjadi
lebih besar jikalau perubahan itu tidak menimbulkan kesukaran besar
dalam penyesuaiannya ke dalam susunan yang lama.(Soedjatmoko, 1984:
14)
Proses desentralisasi di Indonesia bisa disebut sebagai proses
penciptaan budaya politik yang baru, yang harus merupakan penjelmaan
dari suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang dibimbing
dengan kesadaran. Jika kebudayaan setempat bisa menerima perubahan-
perubahan ke arah desentralisasi yang tepat, maka perubahan-perubahan
di dimensi lain akan lebih mudah terjadi, yaitu perubahan substansi dan
perubahan struktur.
Otonomi desa berbasis modal sosial ( social capital-based village autonomy)
merupakan skema yang dipilih pemerintah desa Glundengan, dimana
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 57/80
57
tongak dasar bagi pengembangan otonomi desa adalah penguatan modal
sosial masyarakat desa. Modal sosial sebenarnya sudah ada dan
berkembang subur di dalam masyarakat desa. Kegiatan merti dusun
misalnya, merupakan kegiatan nyata yang dapat membangun dan
menumbuhkembangkan modal sosial di desa. Tingkatan kepercayaan
satu sama lain dapat terlihat ketika mereka menyiapkan acara tersebut.
Adanya kerelaan yang sangat besar untuk memberikan sebagian
pendapatan untuk menyiapkan sajian bersama.
Pada saat itulah modal sosial muncul, kapasitas bertindak dan
fasilitas produksi meningkat. Kegiatan merti dusun ibarat sumber energi
bagi masyarakat desa. Masyarakat desa Glundengan melakukan kegiatan
bersama tersebut karena adanya dorongan kebutuhan akan ´energiµ baru
untuk melakukan aktivitas yang lebih baik di masa mendatang. Pada saat
modal sosial aktif, maka akan memfasilitasi tujuan anggota kelompok
maupun kelompok secara keseluruhan. Modal sosial dapat membekas
secara laten dalam kelompok dan muncul sebagai energi potensial.
Dalam kaitan dengan penguatan modal sosial di desa sebagai basis
perubahan-perubahan di tingkat desa, maka komponen-komponen modal
sosial yang dikuatkan meliputi jaringan kerja sosial, norma sosial, dan
sanksi. Di dalam jaringan kerja sosial, masyarakat desa dikuatkan akses
terhadap informasi. Di dalam norma sosial, aturan-aturan yang berlaku di
dalam masyarakat desa (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis)
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 58/80
58
dikuatkan agar menghasilkan hubungan timbal balik yang positif,
munculnya harapan bagi kerjasama, kepercayaan, dan perilaku positif.
Adapun di dalam sanksi, masyarakat mentaati hukuman bagi
pelanggaran dan penghargaan bagi kepatuhan.
3.1.3. Perluasan Kewenangan Desa
Seperti pada umumnya masyarakat desa, sebagian besar penduduk
desa Glundengan tidak mengenal adanya perbedaan antara ´publik dan
privatµ seperti yang lazim diadakan dalam hukum di dunia Barat yang
asalnya dari hukum Romawi. Hukum adat yag mengatur tiga bidang
kehidupan rakyat di desa tersebut di atas (hukum sipil-sosial, hukum
pemerintahan dan hukum keagamaan atau kepercayaan) merupakan
suatu rangkaian peraturan yang tali temali dan tidak mungkin dipisahkan
yang satu dari yang lain. Dengan menyebut desa sebagai susunan asli ,
maka desa merupakan persekutuan sosial, ekonomi, politik, hukum dan
budaya.
Rincian kewenangan desa tersebut juga sekaligus memperlihatkan
bahwa desa adalah ´sekedar kepanjangan tangan dari pemerintah
kabupaten dan kecamatanµ. Seluruh kewenangan yang dilaksanakan oleh
desa tersebut merupakan sebagian kecil dari kewenangan yang ditangani
Pemerintah Daerah Kabupaten.
Dengan demikian, telah terjadi ´penghilangan sebagian besar hak
masyarakat desaµ untuk mengelola dirinya sendiri, tidak saja dari aspek,
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 59/80
59
politik tetapi juga hukum , ekonomi, dan bahkan sosial budaya.
Penghilangan sebagian besar hak tersebut dilakukan melalui peraturan
negara yang mempersempit ´hak masyarakat desaµ dari berbagai dimensi
kehidupan menjadi hanya ´persekutuan administrasiµ atau
penyelenggaraan pemerintahan desa belaka.
Perluasan kewenangan desa merupakan hal yang tidak bisa
ditunda lagi. Dengan adanya perluasan kewenangan desa, maka desa
akan berpeluang untuk memperluas partisipasi masyarakatnya dan pada
akhirnya desa akan dapat membangun dan mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki.
3.1.4. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa
Penggunaan istilah lembaga pemerintahan desa bisa mengacu
tidak saja organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu,
tetapi juga mengandung pola perilaku masyarakat desa yang mapan.
Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak
hanya menunjuk pada pemerintah desa saja (yang mencakup kepala desa
dan perangkat desa) tetapi juga menyangkut badan-badan desa yang lain,
seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa
maupun badan ekonomi desa.
Pada arti yang pertama, lembaga dipahami sebagai aturan main
dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antar individu anggota
masyarakat. Dengan demikian lembaga desa merupakan suatu bentuk
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 60/80
60
tatanan masyarakat desa dengan basis nilai tertentu. Lembaga desa
merupakan hasil proses sosial-historis masyarakat desa bersangkutan.
Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi
dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat desa bersangkutan; yang
dengan demikian bersifat unik, khas dan lokal.
Adapun pada arti kedua, lembaga diartikan sebagai organisasi,
dimana karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan,
orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja.
Berdasarkan pemahaman ini, maka lembaga desa akan meliputi lembaga
yang bersifat formal (yaitu lembaga-lembaga versi pemerintah yang
dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan di desa dan non-formal (lembaga-lembaga
versi masyarakat; yang merupakan hasil bentukan masyarakat desa
sebagai bagian dari upaya untuk menyelesaikan persoalan yang mereka
hadapi).
Terdapat dua upaya yang dikembangkan Pemerintah desa
Glundengan guna mendorong atau memperkuat kelembagaan desa,
sehingga dapat menjadi kekuatan masyarakat desa dalam memberikan
respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di
desa, yang berarti memperkuat otonomi desa. Upaya tersebut
menyangkut dua permasalahan mendasar yaitu:
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 61/80
61
1. perubahan dan penguatan Struktur
2. pola rekruitmen para pamong desa.
Untuk perubahan struktur pemerintahan desa di desa Glundengan
dilakukan dengan dua model. Model pertama adalah mengembalikan
lembaga-lembaga adat. Penghidupan kembali lembaga-lembaga desa
yang lama dimaksudkan bukan untuk bernostalgia, tetapi lebih untuk
mengembalikan hak asal usul masyarakat desa setempat untuk mengurus
diri mereka sendiri. Sebelum tahun 1966, masyarakat desa Glundengan
mengenal berbagai sebutan lembaga pemerintahan desa seperti lurah atau
penatus, kamitua, carik, ulu-ulu, modin atau kayim, jokoboyo, bekel, dan
bayan. Masing-masing memiliki fungsi spesifik, yang menuntut dedikasi
dari pelaku.
3.2. Instrumen Penguatan Kelembagaan desa Melalaui Penyusunan
dan Pelaksanaan APBDes
3.2.1. Penyusunan dan Pelaksanaan APBDes
Secara garis besar, sesuai dengan UU 32/2004 dan PP 72/2005,
dapat dijelaskan bahwa peraturan Desa, termasuk APBDes, ditetapkan
oleh Kepala Desa bersama BPD. Peraturan Desa dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peraturan Desa merupakan
penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa
setempat. Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 62/80
62
umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Proses penyusunan Peraturan Desa di desa Glundengan dibentuk
berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan,
seperti partisipatif, transparansi, akuntablitas, penegakan hukum,
manfaat, efisiensi, dan efektifitas. Masyarakat berhak memberikan
masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau
pembahasan Rancangan Peraturan Desa. Peraturan Desa disampaikan
oleh Kepala Desa Glundengan kepada Bupati Jember melalui Camat
sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah ditetapkan.
Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa Glundegan
telah menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala
Desa. Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa disusun
agar tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Desa dan Peraturan
Kepala Desa Glundengan dimuat dalam Berita Daerah. Pemuatan
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Sekretaris
Daerah. Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa disebarluaskan oleh
Pemerintah Desa.
Rancangan Peraturan Desa Glundengan tentang APB Desa
Glundengan yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh
Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 63/80
63
kepada Bupati Jember untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati/Walikota
terhadap Rancangan Peraturan Desa disampaikan paling lama 20 (dua
puluh) hari kepada Kepala Desa. Apabila hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa Glundengan
akan menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
Glundengan menjadi Peraturan Desa.
Tata cara penyusunan dan pelaksanaan APBDes desa Glundengan secara
detil dan sistematis sudah berdasarkan UU 32/2004 dan PP 72/2005.
Untuk lebih memperjelas alur prosesnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Gambar. 1 Alur Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Perdes APBDes
(1)
(3)
(5)
(4)
(2)
INPUT
Tuntutan dan
Dukungan
PROSES
Atau
KONVERSI
PELAK-
SANAAN
APBDes
EVALUASI
CHECKING
REPRESIF
OUTPUT
APBDes
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 64/80
64
Pada tahap (1) input, dilakukan 2 kegiatan terpisah. Eksekutif yang
terdiri dari Kepala desa Glundegan , sekdes, kaur-kaur, kepala dusun,
dan lembaga kemasyarakatan desa melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan APBDes desa Glundengan tahun lalu (tahun berjalan) dan
melakukan proyeksi untuk penyusunan APBDes tahun mendatang.
Sedangkan BPD melakukan kegiatan yang sama yakni melakukan
evaluasi terhadap hasil pengawasan APBDes tahun lalu (tahun berjalan)
dan melakukan proyeksi untuk APBDes tahun mendatang. Forum BPD
desa Glundengan ini selain dihadiri oleh pimpinan dan anggota, juga
mengundang kehadiran lembaga kemasyarakatan desa yang terdiri dari
minimal Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat
(LPM). Masyarakat secara personal, baik berasal dari tokoh bisnis, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan tokoh poltik desa dapat memberikan saran
serta masukan pada tahap ini baik kepada pemerintah desa dan atau
forum BPD berkaitan dengan rancanagan APBDes desa Glundengan.
Pada tahap (2), proses atau konversi, mulailah diadakan
pembahasan rancangan APBDes desa Glundengan. Kepala desa
Glundengan dan jajarannya menyampaikan rencangan APBDes dan
melakukan pembahasan bersama BPD desa Glundengan dalam sebuah
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 65/80
65
forum pertemuan. Pertemuan ini dapat dilakukan lebih dari sekali untuk
menyempurnakan APBDes, baik pada perkiraan pos penerimaan ataupun
pos belanja desa.
Pada tahap (3), ouput, kepala desa Glundengan bersama BPD
menetapkan peraturan desa dan keputusan ini dibacakan serta
ditandatangani bersama dalam suatu forum pertemuan bertempat di balai
desa.
Pada tahap (4), evaluasi, rancangan APBDes desa Glundengan
harus dikonsultasikan kepada pemerintah daerah atasan. Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDes desa Glundengan yang telah disetujui
bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa desa Glundengan paling
lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati Jember
untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati terhadap Rancangan Peraturan
Desa disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kepada Kepala Desa.
Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud melampaui batas waktu
dimaksud, Kepala Desa desa Glundengan akan menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa.
Pada tahap (5), pelaksanaan APBDes, maka selanjutnya Kepala
Desa desa Glundengan akan menetapkan Peraturan Kepala Desa
dan/atau Keputusan Kepala Desa untuk melaksanakan APBDes.
Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa disusun dengan
muatan yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 66/80
66
peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa desa Glundengan
dimuat dalam Berita Daerah. Pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan
Kepala Desa desa Glundengan dilakukan oleh Sekretaris Daerah.
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa selanjutnya disebarluaskan
oleh Pemerintah Desa. Pelaksanaan APBDes ini dlakukan oleh kepala
desa, sekretaris desa, BPD, dan lembaga kemasyarakatan desa.
Pengawasan APBDes ini secara formal dilakukan oleh BPD, namun
masyarakat luas pun dapat melakukan pengawasan sebagaimana dijamin
dalam PP 72/2005.
3.2.2. Peran Kelembagaan Desa di desa Glundengan dalam Menyusun dan
Melaksanakan APBDes
a. Lingkup Kelembagaan Desa
Kelembagaan desa yang dimaksud adalah lembaga, pihak, atau
institusi yang berada di desa Glundengan yang berasal dari unsur
eksekutif, legislatif, dan masyakat yang terlibat dalam penyusunan,
pelaksanaan, dan pengawasan APBDes. Kelembagaan desa ini meliputi:
a) pemerintah desa
b) badan permusyawaratan desa (BPD)
c) lembaga kemasyarakatan; dan
d) tokoh masyarakat, aktor, shareholders, atau person.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 67/80
67
Hal ini sejalan dengan pendapat AAGN Ari Dwipayana (2003),
bahwa peta governance di desa terdiri dari:
1) kepala desa dan perangkat desa mewakili negara;
2) badan permusyawaratan desa mewakili masyarakat politik;
3) isntitusi sosial, organisasi sosial, dan warga masyarakat mekaliki
masyarakat sipili; dan
4) pelaku dan organisasi ekonomi mewakili masyarakat ekonomi.
b. Peran Pemerintah Desa Glundengan dalam Menyusun dan
Melaksanakan APBDes
Pemerintah desa Glundengan terdiri atas kepala desa dan
perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, kaur-kaur,
dan kepala wilayah (kadus) (UU No. 32 Tahun 2004). Perananan
pemerintah desa dalam menyusun dan melaksankan APBDes adalah
pelaksanaan dari tugas, fungsi, kewenangan, hak, dan kewajiban yang
dimiliki pemerintah desa dalam hal pelaksanaan pembangunan di desa,
khususnya yang berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan APBDes.
Kepala Desa Glundengan, selaku unsur pelaksana pemerintah desa
telah melakukan peran strategis seuai dengan PP 72/2005 sebagai berikut:
a) menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa;
b) mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 68/80
68
c) menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang
telah disetujui bersama BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa
paling lama 3 (tiga) hari--kepada Bupati/Walikota untuk
dievaluasi;
d) melaksanakan APBDes melalui penetapan keputusan desa atau
keputusan kepala desa;
e) mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; dan
f) menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
c. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Glundengan
dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes
BPD Desa Glundengan telah berperan dalam menyusun dan
melaksanakan APBDes berdasarkan PP 72/2005 adalah sebagai berikut:
a. mengevaluasi hasil pengawasan APBDes Desa Glundengan tahun
lalu dengan melibatkan kelembagaan desa serta masyarakat;
b. menampung aspirasi, saran, dan masukan masyarakat berkaitan
dengan peraturan desa khususnya rancangan APBDes Desa
Glundengan;
c. membahas rancangan peraturan desa mengenai APBDes Desa
Glundengan yang disampaikan oleh kepala desa; dan
d. melaksanakan pengawasan terhadap jalannya APBDes Desa
Glundengan.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 69/80
69
d. Peran Lembaga Kemasyarakatan Desa Glundengan dalam
Menyusun dan Melaksanakan APBDes
Lembaga kemasyarakatan meliputi Rukun Tetangga, Rukun
Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, lembaga
pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain. Lembaga kemasyarakatan
mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa Glundengan dan
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Peran
lembaga kemasyarakatan dalam penyusunan dan pelaksanaan APBDes
Desa Glundengan meliputi :
a) menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;
b) melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif;
c) menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong
dan swadaya masyarakat;
d) menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam
rangka pemberdayaan masyarakat;
e) menumbuhkembangan dan menggerakan prakarsa, partisipasi,
serta swadaya gotongroyong masyarakat;
f) memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
g) memberdayakan hak politik masyarakat.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 70/80
70
Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari
anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan
kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan
implementasi dari Pasal 89-96 PP 72/2005. Hubungan kerja antara
lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif. Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan
dapat bersumber dari:
a) swadaya masyarakat;
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
c) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
d) bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota;
e) bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
e. Peran Serta Anggota Masyarakat Desa Glundengan Dalam
Menyusun Dan Melaksanakan Apbdes
Peran anggota masyarakat desa dalam menyusun dan
melaksanakan APBDes di desa desa Glundengan, telah sesuai dengan PP
72/2005 yaitu:
a) mengajukan usul, saran, dan apirasi kepada kepala desa atau
forum BPD;
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 71/80
71
b) melaksanakan pengawasan personal terhadap pelaksanaan
APBDes;
c) menumbuhkembangkan semangat memanfaatkan, memelihara,
dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa.
3.2.3. Strategi Pengembangan Peningkatan Peranan Kelembagaan Desa
desa Glundengan
Melihat keterbatasan kewenangan desa, dana, sumber daya, dan
kedudukan organisasional yang ambivalen antara organisasi pemerintah
(desa) formal dengan lembaga kemasyarakatan, maka pemerintahan desa
Glundengan menerapkan strategi pengembangan peningkatan peranan
kelembagaan desa yang dilakukan di era otonomi daerah sekarang ini
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan (tata kepemimpinan)
y Kapasitas kepemimpinan kepala desa/BPD
y Kematangan pengikut/masyarakat
y Situasi dan kondisi hubungan pemerintahan desa
y Visi dan misi yang diemban
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa (tata
pemerintahan)
a. Pemerintah Desa (termasuk lembaga kemasyarakatan desa)
y Kewenangan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 72/80
72
y Organisasi
y Personil
y Keuangan
y Perlengkapan
y Perencanaan
y Pengawasan
y Dokumentasi
b. BPD
y Fungsi agrergasi dan artikulasi
y Fungsi legislasi
3. Meningkatkan kapasitas sumber daya sosial (tata kemasyarakatan)
a. Sumber daya manusia (pendidikan, kesehatan, dan daya beli
masyarakat)
b. Sumber daya sosial politik (meliputi partisipasi politik masyarakat,
stabilitas keamanan dan ketertiban, eksistensi lembaga
kemasyarakatan)
c. Sumber daya sosial ekonomi (meliputi infrastruktur dan
suprastruktur ekonomi desa, aktivitas ekonomi pedesaan)
d. Sumber daya sosial budaya (meliputi kesenian dan lembaga
kesenian, adat dan lembaga adat)
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 73/80
73
e. Sumber daya sosial agama (toleransi kehidupan beragama, sarana
ibadah)
Peningkatan Peranan Kelembagaan Desa di desa Glundengan terus
dilakukan secara efektif. Hal ini terlihat dengan jelas dalam penyusunan
dan pelaksanaan Kebijakan Desa yang senantiasa menmfungsikan seluruh
struktur organisasi pemerintahan desa sesuai tupoksinya masing-masing
serta mengikut sertakan peran masyarakat secara maksimal. Kebijakan ini
dilaksanakan sesuai Undang-undang No 32/2004 dan PP 72/2005
tentang desa.
3.3. Faktor Internal dan Eksternal Penghambat Penguatan Peranan
Kelembagaan Desa Menyusun dan Melaksanakan Kebijakan Desa
Upaya menciptakan pemerintahan desa Glundengan yang baik dan
sesuai dengan amanah dalam Undang-undang No 32/2004 dan PP
72/2005 senantiasa dilaksanakan secara maksimal oleh berbagai
komponen dala struktur organiasi pemerintahan desa. Namun demikian
seperti pada umunya pemerintahan desa di wilayah kabupaten Jember
selalu terdapat kendala yang disebabkan faktor internal dan faktor
eksternal.
Beberapa hal yang menjadi faktor penghambat internal penguatan
kelembagaan desa dalam menyusun dan mengimplementasikan berbagai
program dan kebijakan desa antara lain meliputi:
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 74/80
74
a) Kualitas sdm di desa Glundengan yang sebagian besar
berketerampilan rendah, termasuk sebagian yang terlibat dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa;
b) kelembagaan di tingkat desa Glundengan belum sepenuhnya
tertata dengan baik;
c) pemahaman tugas pokok dan fungsi dari aparatur desa di desa
Glundengan yang masih tergolong rendah;
d) lemahnya kemampuan perencanaan di desa Glundengan dan
masih bersifat parsial;
e) terbatasnya alokasi anggaran/dana, yang berakibat terbatasnya
operasional program/kegiatan;
f) sarana dan pra sarana penunjang mobilitas operasional terbatas;
g)
pengelolaan administrasi dan pendokumentasian yang masih
minim;
h) masih rendahnya pemanfaatan iptek dan tekonologi tepat guna
dalam usaha ekonomi perdesaan;
i) rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan;
j) kepemilikan lahan yang makin sempit; (k) rendahnya tingkat
pelayanan prasarana dan sarana perdesaan.
Sedangkan faktor lain yan menjadi hambatan eksternal adalah:
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 75/80
75
a) lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan
perdesaan;
b) masih lemahnya koordinasi antarsektor;
c) dinamika masyarakat yang selalu berubah, termasuk tingginya
dinamika sektor ekonomi;
d) terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas;
e) lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral
maupun spasial;
f) timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan
antardaerah;
g) tingginya resiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku
usaha di perdesaan;
h)
meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis
bagi peruntukan lain;
i) meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup;
j) lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 76/80
76
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Upaya Pemerintah Desa desa Glundengan dalam melakukan
penguatan kelembagaan telah berjalan dengan baik dan maksimal.
Proses penyusunan APBDes yang melibatkan seluruh potensi desa
baik dalam yang terlibat langsung dalam tata pemerintahan desa
ataupun dalam bentuk pengwasan dan menerima masukan dari
berbagai kalangan masyarakat desa glundengan adalah bukti
kongkret bahwa roda pemeritahan desa sudah dijalankan sesuai
undang-undang dan peraturan yang berlaku dengan tetap tidak
meninggalkan kekayaan adat istiadat yang terdapat di didesa
Glundengan.
2. Terdapatnya beberapa masalah yang menjadi kendala dalam
upaya penguatan kelembagaan tidak menjadi halangan bagi
pemerintahan desa glundengan untuk terus berbenah menciptakan
Pemerintahan Desa yang baik dan berwibawa.
4.2 Saran
1. Penguatan kelembagaan yang dilakukan oleh seluruh komponen
struktur Pemerintahan Desa di desa Glundengan harus senantiasa
dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh potensi desa.
Penguatan kelembagaan desa disamping harus terus diupayakan
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 77/80
77
merujuk pada undang-undang dan peraturan yang berlaku juga
harus senantiasa di sinergikan dengan kekayaan adat istiadat dan
budaya desa glundengan sehingga dengan demikian
pembangunan desa akan tetap mengarah pada pembangunan yang
berbasis budaya. Hal ini akan menyebabkan pemabngunan akan
mudah mendapat respon dan dukungan darimasyarakat.
2. Upaya lain yang perlu dilakukan dalam upaya peningkatan
kelembagaan desa di desa Glundengan adalah dengan cara
melakukan studi banding ke daerah lain yang dinilai mempuanyai
tingkat keberhasilan lbih tinggi dibandingkan desa Glundengan.
3. Untuk meningkatkan SDM masyarakat desa Glundengan
Pemerintah desa perlu mengadakan kerjasama dengan perguruan
tinggi-perguruan tinggi yang ada di kabupaten Jember untuk
menyelenggarakan seminar, kajian ilmiah atau penerapan
tekhnologi tepat guna dan segala yang berhubungan dengan upaya
mengeksplorasi potensi desa Gludengan untuk kesejahteraan
masyarakat baikuntuk sekarang ataupun dimasa yang akan datang.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 78/80
78
DAFTAR BACAAN
a. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daera
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Daerah;
Permendagri No.32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi Desa
Permendgari No.4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan
desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 79/80
79
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan
Status Desa Menjadi Kelurahan
Permendagri No.30 Tahun 2006 ttg penyerahan urusan yang menjadi
kewenangan kab/kota yang diserahkan pengaturannya kepada
desa
Permendagri No. 29 Tahun 2006 ttg pedoman, pembentukan dan
mekanisme penyusunan peraturan desa dan peraturan Kepala desa
Permendagri No.35 thn 2007 ttg tata cara pelaporan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan
Usaha Milik Desa
b. Buku
Jabal Tarik Ibrahim. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Jan Breman, ´The Javanese Village and Early Colonial Stateµ, Makalah
disampaikan pada Lokakarya Sejarah Sosial-Ekonomi Pedesaan,
Cipayung, 22-24 Januari 1979.
Lance Castles, ed. 1988. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
terjemahan. Jakarta: LP3ES.
Prijono Tjiptoherijanto dan Yumiko M. Prijono. 1983. Demokrasi di
Pedesaan Jawa. Jakarta, Sinar Harapan.Soerjono Soekanto. 1986. Kedudukan Kepala Desa sebagai Hakim
Perdamaian. Jakarta: Rajawali.
««««««««««.. 1981. Meninjau Hukum Adat Indonesia. Jakarta:
Rajawali.
5/12/2018 skripsi pendahuluan pemeritahandesa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-pendahuluan-pemeritahandesa 80/80
80
Soetandyo Wignjosoebroto. 1995. Dari Hukum Kolonial ke Hukum
Nasional: Suatu Kajian tentang Dinamika Sosial-Politik Dalam
Perkembangan Hukum Selama Satu Setengah Abad di Indonesia.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soetardjo Kartohadikoesoemo. 1965. Desa. Bandung: Sumur.