34
BAB I PENDAHULUAN Demam merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak. Balita khususnya, kerap mengalami demam karena pada dasamya, balita memang rentan terhadap infeksi virus seperti infeksi saluran pernapasan atas/ISPA (common coldlfln). Di lain pihak demam merupakan alasan terbanyak dari orangtua untuk membawa anak ke dokter. Demam juga kerap identik dengan peresepan polifarmasi dan peresepan antibiotik yang berlebihan. Demam sering menimbulkan kepanikan, bukan hanya orangtua tetapi juga tenaga medis. Dahulu kala, demam dianggap sebagai penyakit dan harus diatasi seketika. Penggunaan termometer dalam dunia klinis diperkenalkan pertama kali oleh Sanctorius pada abadke-17. Dua ratus tahun kemudian, Wunderlich memulai penelitian termometri medikal. Sejak saat itu, berakhirlah anggapan bahwa demam merupakan suatu penyakit; demam hanyalah bagian atau gejala dari suatu penyakit. Overmedikasi yang dialami anak ketika demam disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kepanikan dan tuntutan pasien, yang sebenarnya disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan demam. Kedua, keinginan dokter untuk sesegera mungkin melenyapkan demam sehingga seringkali.tata laksana demam tidak berdasarkan proses pengaturan suhu tubuh di otak dan patogenesis demam itu sendiri. Ketiga, iklan obat demam yang tidak sepenuhnya benar. Demam menurut American of Pediatric adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Bila diukur pada rektal >38 ºC (100,4 ºF), diukur pada oral >37,8 ºC dan bila diukur 1

BAB I referat anak

  • Upload
    stefani

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat anak

Citation preview

Page 1: BAB I referat anak

BAB I

PENDAHULUAN

Demam merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak. Balita khususnya, kerap mengalami demam karena pada dasamya, balita memang rentan terhadap infeksi virus seperti infeksi saluran pernapasan atas/ISPA (common coldlfln). Di lain pihak demam merupakan alasan terbanyak dari orangtua untuk membawa anak ke dokter. Demam juga kerap identik dengan peresepan polifarmasi dan peresepan antibiotik yang berlebihan. Demam sering menimbulkan kepanikan, bukan hanya orangtua tetapi juga tenaga medis.

Dahulu kala, demam dianggap sebagai penyakit dan harus diatasi seketika. Penggunaan termometer dalam dunia klinis diperkenalkan pertama kali oleh Sanctorius pada abadke-17. Dua ratus tahun kemudian, Wunderlich memulai penelitian termometri medikal. Sejak saat itu, berakhirlah anggapan bahwa demam merupakan suatu penyakit; demam hanyalah bagian atau gejala dari suatu penyakit.

Overmedikasi yang dialami anak ketika demam disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kepanikan dan tuntutan pasien, yang sebenarnya disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan demam. Kedua, keinginan dokter untuk sesegera mungkin melenyapkan demam sehingga seringkali.tata laksana demam tidak berdasarkan proses pengaturan suhu tubuh di otak dan patogenesis demam itu sendiri. Ketiga, iklan obat demam yang tidak sepenuhnya benar.

Demam menurut American of Pediatric adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Bila diukur pada rektal >38 ºC (100,4 ºF), diukur pada oral >37,8 ºC dan bila diukur melalui aksila > 37,2 ºC (99 ºF). Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C.

1

Page 2: BAB I referat anak

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Regulasi Suhu TubuhManusia mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif

konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan

dipertahankan suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi

kimia didalam tubuh kita. Misalnya kenaikan suhu 10 ºC bisa mempercepat

proses biologis 2-3 kalinya. Suhu inti manusia berfluktuasi +1 ºC dalam

kegiatan sehari-hari.

Konsep core temperature yaitu dianggap merupakan dua bagian

dalam soal pegaturan suhu yaitu: Bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar-

benar mempunyai suhu rata-rata 37ºC, yaitu diukur pada daerah (mulut, otot,

membrane tympani,vagina, esophagus).

1. Organ Pengatur Suhu Tubuh

Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipothalamus,

hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak.

Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan panas.

Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas

2. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh

Kulit –> Reseptor ferifer –> hipotalamus (posterior dan anterior) –>

Preoptikahypotalamus –> Nervus eferent –> kehilangan/pembentukan

panas.

3. Sumber Panas

a. MetabolismeKegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama dan

pembentukan/pemberian panas tubuh. Pembentukan panas dari

metabolisme dalam keadaan basal (BMR) + 70kcal/jam sedang

pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%.

b. Bila dalam keadaan dingin seseorang menggigil maka produksi

panas akan bertambah 5 kalinya.

2

Page 3: BAB I referat anak

4. Pelepasan Panas

Sebagian besar pembentukan panas di dalam tubuh dihasilkan di

organ dalam, terutama di hati, otak, jantung dan otot rangka selama

berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan

yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan

lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu laju hilangnya panas hampir

seluruhnya ditentukan oleh faktor:

a. Seberapa cepat panas dapat dikonduksi dari tempat adal panas

dihasilkan, yakni dari dalam inti tubuh ke kulit.

b. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke

lingkungan.

Beberapa cara yang menjelaskan mengenai panas yang hilang dari

kulit ke lingkungan meliputi:

a. Radiasi. 60% dari kehilangan panas total adalah melalui radiasi.

Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk

gelombang panas inframerah, suatu jenis gelombang

elektromagnetik. Semua benda yang tidak berada pada suhu nol

absolut memancarkan panas seperti gelombang tersebut. Tubuh

manusia menyebarkan panas ke segala penjuru. Gelombang

panas juga dipancarkan dari dinding ruangan dan benda-benda

lain ke tubuh. Bila suhu tubuh lebih besar dari suhu lingkungan

jumlah panas yang lebih besar akan dipancarkan keluar tubuh dari

pada dipancarkan ke tubuh.

b. Konduksi. Hanya sekitar 3% panas tubuh yang hilang melalui

konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda padat

seperti kursi dan tempat tidur. Sebaliknya kehilangan panas melalui

konduksi ke udara mencerminkan kehilangan panas tubuh yaang

cukup besar (kira-kira 15%) walaupun dalam keadaan normal.

c. Konveksi. Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan

molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang

3

Page 4: BAB I referat anak

diikat/dilekat menjadi pada tubuh akan dipanaskan (dengan melalui

konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang

lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran

panas.

d. Evaporasi. Penguapan dari tubuh merupakan salah satu jalan

melepaskan panas. Walau tidak  berkeringat, melalui kulit selalu

ada air berdifusi sehingga penguapan dari permukaan tubuh kita

selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat tidak

terasa) atau biasa disebut IWL (insensible water loss). Inspiration

perspiration melepaskan panas + 10 kcal/jam dari permukaan

panas dari metabolisme dikeluarkan kulit. Dari jalan pernafasan + 7

kcal/jam dengan cara evaporasi 20 - 25%.

2.2 Definisi DemamDemam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal

sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di

hipotalamus. Demam menurut American of Pediatric adalah kenaikan suhu

tubuh diatas normal. Bila diukur pada rektal >38 ºC (100,4 ºF), diukur pada

oral >37,8 ºC dan bila diukur melalui aksila > 37,2 ºC (99 ºF).

Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.

Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang

dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering

terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat.

Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu sirkardian (variasi

diurnal). Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00-06.00 dan

tertinggi pada awal malam hari pukul 16.00-18.00. Kurva demam biasanya

juga mengikuti pola diurnal ini. Suhu tubuh juga dipengaruhi oleh faktor

individu dan lingkungan meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan suhu

udara. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh

normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat

pengukuran

4

Page 5: BAB I referat anak

2.3 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuha. Oral

Termometer dimasukkan ke dalam mulut anak. Cara ini membutuhkan

kerjasama dengan anak yang sulit dilakukan sehingga jarang sekali

digunakan. Hasil pengukuran sering kali terganggu karena dipengaruhi oleh

suhu makanan/minuman yang ada dalam mulut. suhu tubuh normal dengan

pengukuran oral, menurut metode pengukuran canadian paediatric society

(2004) adalah 35,5 - 37,5 C.

b. Membran timpani

Suhu tubuh anak diukur dengan menggunakan termometer inframerah

yang dimasukkan ke dalam lubang telinga. membran timpani merupakan

tempat yang ideal untuk pengukuran suhu inti karena terdapat arteri yang

berhubungan dengan pusat termoregulasi (kemampuan tubuh

mempertahankan suhu dalam batas sehat tertentu). akan tetapi ada

beberapa kekurangan , yaitu perbedaan model termometer inframerah bisa

menyebabkan hasil yang bervariasi, lekukan lubang telinga juga memberikan

kesulitan untuk mencapai membran timpani, terutama pada bayi baru lahir.

Suhu tubuh normal dengan pengukuran membran timpani menurut metode

pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 35,8 - 38 C.

c. Rektal

Termometer dimasukkan ke dalam rektum anak. Cara ini dianggap

paling mendekati suhu sentral, namun ketika suhu sentral meningkat atau

menurun secara tiba-tiba , maka temperatur rektal berubah lebih lama dan

dapat berbeda dari temperatur sentral. Hasil pemeriksaan melalui rektal tidak

direkomendasikan pada pasien baru lahir ataupun pasien diare. Suhu tubuh

normal dengan pengukuran rektal menurut metode pengukuran canadian

paediatric society (2004) adalah 36,6 - 38 C.

d. Aksila

Cara ini adalah dengan termometer diselipkan di ketiak anak. Cara ini

mudah dilakukan dan nyaman bagi anak, hanya saja memiliki sensitivitas

5

Page 6: BAB I referat anak

yang bervariasi. pemeriksaan dengan cara aksila dipengaruhi oleh jenis

termometer, lama pengukuran dan suhu lingkungan. Biasanya suhu aksila

lebih rendah 0,5 derajat selcius daripada suhu rektal ataupun membran

timpani. suhu tubuh normal dengan pengukuran aksila menurut metode

pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 34,7 - 37,3 C.

2.4 Klasifikasi DemamMenurut World Health Organization terdapat empat kategori utama

bagi anak demam, yaitu:

Demam karena infeksi tanpa tanda lokal

Demam karena infeksi disertai tanda lokal

Demam disertai ruam

Demam lebih dari tujuh hari

Beberapa demam hanya ditemukan di beberapa daerah endemis

(misalnya malaria)

Tabel 2.1 Demam yang diserta tanda lokal

6

Page 7: BAB I referat anak

Tabel 2.2 Demam tanpa disertai tanda lokal

Tabel 2.3 Demam dengan ruam

7

Page 8: BAB I referat anak

Tabel 2.4 Demam > 7 hari

Persistent Pyrexia of Unknown Origin, istilah ini digunakan bila demam

tanpa localizing sign bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu

tersebut evaluasi di Rumah Sakit gagal mendeteksi penyebabnya.

Persistent Pyrexia of Unknown Origin atau lebih dikenal sebagai fever

unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung

selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah

investigasi 1 minggu di Rumah sakit.

Kelompok usia anak dengan demam

Kelompok bayi muda, 0 – 48 hari.

Demam pada anak usia < 28 hari (neonatus) dapat menyulitkan

dokter, karena tiga perempat dari yang menderita infeksi bakterial

klinisnya baik pada saat pemeriksaan. Infeksi bakteri terjadi pada 10 %

anak dengan demam pada usia 1-2 bulan, 13 % pada anak dibawah 1

bulan. Pada bayi dibawah 3 bulan, Infeksi saluran kemih merupakan

8

Page 9: BAB I referat anak

sepertiga dari seluruh kasus. Prevalensi bakteremia sekitar 2-3 %

pada semua bayi demam dengan usia dibawah 2 bulan.

Kelompok 2 – 36 bulan

Bayi demam pada usia ini tampilan klinisnya berada didaerah yang

‘abu – abu’ antara demam berarti SBI (seriuous bacterial illness) dan

demam berarti infeksi bila ada fokus yang jelas. Semua setuju pada

penderita dengan risiko tinggi harus MRS dan mendapat antibiotik

empiris.

Kelompok lebih dari 36 bulan

Anak diatas usia 3 tahun dapat memberikan gejala klinis yang lebih

jelas, seperti adanya kelainan anatomik ( mis, fokus pada paru) atau

kelainan fungsional seperti syok pada DHF. Anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang bermanfaat untuk mengambil

keputusan diberikan antibiotik atau tidak. Masalah khusus pada FUO

(Fever unknown origin), yaitu demam yang tidak diketahui

2.5Pola DemamPola Demam Penyakit

Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan

Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis

Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

Quotidian Malaria karena P.vivax

Double quotidian Kala azar,arthritis gonococcal , juvenile

rheumathoid arthritis,beberapa drug fever

(contoh karbamazepin)

Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

Demam rekuren Familial Mediterranean fever

Tabel 2.5 Pola demam

9

Page 10: BAB I referat anak

1. Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu

tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 ºC selama periode

24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak

signifikan.

Gambar 2.1 Demam kontinyu

2. Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak

mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5 ºC per 24 jam. Pola ini

merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek

pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Variasi diurnal

biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses

infeksi.

Gambar 2.2 Demam remiten

3. Demam intermiten, peningkatan suhunya terjadi pada waktu

tertentu dan kemudian kembali ke suhu normal, kemudian meningkat

kembali. Siklus tersebur berulang-ulang hingga akhirnya demam

10

Page 11: BAB I referat anak

teratasi, dengan variasi suhu diurnal >10 C. Ada beberapa subtype dari

demam intermiten, antara lain :

Demam quotidian : demam dengan periodisitas siklus setiap 24 jam,

khas pada malaria falciparum dan demam tifoid.

Gambar 2.3 Pola demam quotidian

Demam tertian : demam dengan periodisitas siklus setiap 48 jam, khas

pada malaria tertian (Plasmodium vivax).

Gambar 2.4 Demam remiten

Demam quartan : demam dengan periodisitas siklus setiap 72 jam,

khas pada malaria kuartana (Plasmodium malariae).

11

Page 12: BAB I referat anak

Gambar 2.5 Demam remiten

4. Demam septik, tipe demam ini suhu badan berangsur naik ke

tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat

di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan

berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang

normal dinamakan juga demam Hektik.

5. Demam bifasik, menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode

demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback

fever). Gambaran bifasik didapatkan pada beberapa penyakit, yaitu

leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever, dan

infeksi virus seperti influenza, poliomyelitis.

Gambar 2.6 Pola demam pada demam dengue

6. Relapsing fever dan demam periodik:

12

Page 13: BAB I referat anak

o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan

interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai

beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu

normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana

digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila

demam terjadi setiap hari ke-4).

Gambar 2.7 Pola demam malaria

7. Demam Belum TerdiagnosisYang diartikan dengan demam belum terdiagnosis (Fever of

Undiagnosed Origin) adalah suatu keadaan dimana seorang pasien

mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu

badan diatas 38,30C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun

telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan

sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya. FUO dapat dibagi

dalam 4 kelompok :

a) FUO Klasik

Penderita telah diperiksa di RS atau klinik selam 3 hari berturut-turut

tanpa dapat ditetapkan penyebab demam.

b) FUO Nosokomial

13

Page 14: BAB I referat anak

Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di RS dan

kemudian menderita demam > 38,30 C dan sudah diperiksa secara

intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.

c) FUO Neutropenik

Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil < 500 ul dengan demam

> 38,30 C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3 hari

tanpa hasil yang jelas.

d) FUO HIV

Penderita HIV yang menderita demam > 38,30 C selama 4 minggu

pada rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau

penderita dirawat di RS yang mengalami demam selama lebih dari 3

hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.

2.6Etiologi Demam Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non

infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,

jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan

demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis,

appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,

meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan

lain-lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara

lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam

chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang

pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis,

criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya

menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan

helmintiasis.

Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal

antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu

tinggi,

14

Page 15: BAB I referat anak

keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus

erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma

non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik,

difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat

mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi

selama ±1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi

penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti

perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau

gangguan lainnya.

2.7Patofisiologi DemamDemam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama

pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen

terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar

tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk

mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah

satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang

dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen

endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien.

Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.

Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,

neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen

endogen jika terstimulasi. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi

sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen

baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah

putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen

endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen

endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk

prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan

meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.

15

Page 16: BAB I referat anak

Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu

patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk

meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan

mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi

peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang

pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru

tersebut

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan

fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase

peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh

darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi

panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase

kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi

panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.

Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang

ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat sehingga

tubuh berwarna kemerahan

16

Page 17: BAB I referat anak

Gambar 2.8 Patogenesis Demam

2.8Diagnosis Demam1. Anamnesis

Pada tiap keluhan demam perlu ditanya berapa lama demam

berlangsung, karakteristik demam juga perlu ditanyakan. Apakah timbulnya

mendadak, remiten, intermitten atau kontinyu. Apakah terutama terjadi pada

malam hari atau berlangsung beberapa hari. Apakah pasien menggigil,

kejang, kesadaran menurun, sesak nafas, meracau, mengigau, mencret,

muntah atau terdapat manifestasi pendarahan. Serta juga perlu ditanyakan

riwayat imunisasi dan riwayat terpapar infeksi.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang teliti harus dilakukan secara regular. Semua

tanda-tanda vital merupakan petunjuk yang relevan. Suhu tubuh dapat diukur

dengan menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga dan ketiak.

17

Page 18: BAB I referat anak

Penggunaan termometer kaca berisi merkuri tidak lagi dianjurkan karena

dapat berbahaya dan juga meracuni lingkungan.

Pengukuran suhu mulut aman untuk dilakukan. Pengukuran ini

lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila). Pengukuran suhu

aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu perifer tubuh

yang sangat dipengeruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringat

sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu tubuh melalui anus atau rektal

cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling

sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman

bagi penderita. Pengukuran suhu melalui telinga ( infrared tympanic)

tidak dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab

liang telinga sempit dan basah.

Pemeriksaan fisik juga harus diperhatikan pada kulit, kelenjar

limfe, mata,dasar kuku, sistem kardiovaskuler, dada, abdomen, sistem

muskuloskletal dan sistem saraf. Pemeriksaan rektal membreikan manfaat

yang cukup mengesankan untuk kasus-kasus tertentu.13

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan dalam tahap awal adalah

pemeriksaan hematologi, pada infeksi bakteri akut dapat menunjukkan

pergeseran hitung jenis ke kiri, dengan atau tanpa leukositosis.

Pemeriksaan mencakup hitung darah lengkap, hitung jenis yang

dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat yang sensitif untuk

mengenali sel-sel eosinofil, bentuk sel darah yang muda, atau bentuk batang,

bentuk granulasi toksik dan badan dohle. Tiga bentuk sel darah yang terakhir

ini sugestif ke arah bakterial. Netropenia dapat terlihat pada sebagian infeksi

virus khususnya parvovirus B19, reaksi obat, SLE, penyakit typhoid,

dan penyakit infiltratif sumsum tulang, termasuk limfoma, leukimia,

tuberkulosis serta histoplasmosis. Limfositosis dapat terlihat pada penyakit

infeksi virus, typhoid, bruselosis, tuberkulosis. Limfosit atipikal terlihat banyak

18

Page 19: BAB I referat anak

penyakit virus, termasuk EBV (Epstein-Bar), sitomegalovirus, HIV, dengue,

rubella, morb i l l i , varisella, hepatitis virus,  serum sickness dan

toksoplasmosis. Monositosis terdapat  pada tifoid, tuberkulosis,

bruselosis dan limfoma. Eosinofilia dapat ditemukan pada reaksi obat

hipersensitivitas, penyakit Hodgkin, insufisiensi adrenal, dan infeksi metazoa

tertentu. Jika keadaan demam tampak lama dan berat, sediaan apus

harus diperiksa dengan cermat dan pemeriksaan LED harus dilakukan.

Urinalisis dengan sedimen urine harus dilakukan. Cairan sendi harus

diperiksa untuk menemukan kristal. Biopsi sumsung tulang (bukan aspirasi

biasa) untuk pemeriksaan histopatologi (disamping pemeriksaan kultur)

diperlukan kalau terdapatkemungkinan infiltrasi sumsum tulang oleh kuman

patogen atau sel tumor.

b. Mikrobiologi

Pemeriksaan sputum (pengecatan gram, BTA, kultur) diperlukan untuk

setiap pasien yang menderita demam dan batuk-batuk. Pemeriksaan kultur

darah dan cairan abnormal serta urin diperlukan kalau keadaan demam

tersebut lebih dari penyakit virus yang terjadi tanpa komplikasi. Cairan

serebrospinal harus diperiksa dan dikultur bila terdapat meningitis, nyeri

kepala berat atau status mental.

c. Radiologi

Pembuatan foto toraks merupakan bagian dari pemeriksaan untuk

setiap penyakit demam yang signifikan, seperti adanya gangguan pada paru.

19

Page 20: BAB I referat anak

Gambar 2.9 Algoritma Demam FUO

Gambar 2.10 Algoritma diagnosis demam pada anak

20

Page 21: BAB I referat anak

2.9 Penatalaksanaan DemamDemam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi

fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus.

Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh

yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam.

Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu:

non-farmakologi dan farmakologi. Akan tetapi, diperlukan penanganan

demam secara langsung oleh dokter apabila penderita dengan umur

<3 bulan dengan suhu rektal >38°C, penderita dengan umur 3-12

bulan dengan suhu >39°C, penderita dengan suhu >40,5°C, dan

demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam (Kaneshiro &

Zieve, 2010)

1. Non Farmakologis

Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari

penatalaksanaan demam:

]Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi

dan beristirahat yang cukup.

Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada

saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu

berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut

sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.

Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres

hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan

kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan

meningkatkan kembali suhu inti

2. Farmakologis

21

Page 22: BAB I referat anak

Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)

adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat

bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek

kerja yang lama (Graneto, 2010). Pada anak-anak, dianjurkan untuk

pemberian parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak

dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom

Reye pada anak-anak.

Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai

pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam.

Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian

antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri

apabila memungkinkan (Graneto, 2010).

Paracetamol (Asetaminofen)

Paracetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek

antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek

antiinflamasi paracetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia

lebih dikenal dengan nama Paracetamol.

Efek analgetik Paracetamol serupa dengan salisilat yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyari ringan sampai sedang.

Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga

juga berdasarkan efek sentral. Paracetamol merupakan penghambat

prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung

tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan

keseimbangan asam basa.

Paracetamol diberikan secara oral, penyerapan dihubungkan

dengan tingkat pengosongan perut, konsentrasi darah puncak

biasanya tercapai dalam 30-60 menit. Paracetamol sedikit terikat pada

protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzimmikrosomal

hati dan diubah menjasi sulfat dan glikoronida asetaminofen, yang

seraca farmakologis tidak aktif. Waktu paruh asetaminofen adalah 2-3

22

Page 23: BAB I referat anak

jam dan relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dosis yang dapat

diberikasn 10 – 15 mg/kgBb/kali.

Reaksi alergi terhadap paracetamol jarang terjadi. Manifestasi

berupa urtikaria atau eritema dan gejala yang lebih berat berupa

demam dan lesi pada mukosa.

Ibuprofen

Ibuprofen adalah turunan sederhana dari asam fenilpropionat.

Obat ini bersifat analgetik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu

kuat. Efek analgetiknya sama dengan aspirin. Efek antiinflamasinya

terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari.

Absorbsi ibuprofen dengan cepat melalui lambung dan kadar

maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam

plasma sekitar 2 jam. 99% ibuprofen terikat dalam plasma. Kira-kira

90% dari dosis yang diabsorbsi akan diekskresi melalui urin sebagai

metabolit/konjugat.

Efek antiinflamasi dan analgetik melaluimekanisme

pengurangan prostaglandin. Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg

sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan

secara individual. Dosis dapat diberikan 5 – 10 mg/kgBb/kali.

Salisilat

Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari

keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgetik (terhadap

rasa sakit atau nyeri), antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin juga

memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam

tempo lama untuk mencegah serangan jantung.

Efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang

meningkat, hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam

sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag

selama proses inflamasi).

23

Page 24: BAB I referat anak

Aspirin merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam,

namun tidak direkomendasikan untuk anak. Karena efek sampingnya

merangsang lambung dan dapat menngakibatkan perdarahan usus

maka tidak dianjurkan untuk demam ringan. Dosis yang dapat

diberikan 10 – 15 mg/kgBb/kali.

Antipiretik Steroid

Steroid memiliki efek antipiretik, pasien yang mendapat

pengobatan steroid jangka panjang akan mengalami penurunan

demam atau bebas demam dalam respon terhadap infeksi, seperti

sepsis. Umumnya penekanan demam berlangsung sampai 3 hari

setelah penghentian steroid. Efek antipiretik disebabkan pengurangan

produksi Interleukin-1 oleh makrofag, supresi aktivitas limfosit dan

respon inflamasi local, serta menghambat pelepasan prostaglandin.

24

Page 25: BAB I referat anak

DAFTAR PUSTAKA

1. El-Radhi AS, Caroll J, Klein N. Fever. Dalam : El-Radhi SA, Klein N, penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisike-9. Berlin: Springer-Verlag; 2009.h.1-24.

2. Fisher RG, Boyce TG. Fever and Shock Syndrome. Dalam: Fisher RG, Boyce TG, penyunting. Moffet’s Pediatric Infectious Disease: A problem-oriented approach. Edisi ke-4. New York: Lippincott William &Wilkins; 2005.h.318-73.

3. Avner JR. Acute Fever. Pediatr Rev 2009;30:5-13.

4. Del Bene VE. Temperature. Dalam: Wakker HK, Hall WD, Hurst JW, penyunting. Clinical mothods: The History, physical and laboratory examinations. Edisi ke-3. :Butterworths;1990.h.990-3.

5. Powel KR. Fever. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.h.

6. Cunha BA. The clinical significance of fever patterns. Inf Dis Clin NorthAm 1996;10:33-44

7. Woodward TE. The fever patterns as a diagnosis aid. Dalam: MackowickPA, penyunting. Fever: Basic mechanisms and management. Edisi ke-2.Philadelphia: Lippincott-Raven;1997.h.215-36

8. Nelwan R. H. H. Demam. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilild III.Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2009.p.2767-72

9. Nainggolan L, Widodo D. Demam, Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Dalam: Widodo D, Pohan HT, editors. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI; 2004.p.1-10

10. Gelfand JA, Dinarello CA, Wolff SM. Perubahan Suhu Tubuh. Dalam: Isselbacher, Braunwald, Wilson, et al, editors. Harrison’s Prinsip-Prinsip IlmuPenyakit Dalam. Volume 1. Edisi 13. Yogyakarta: EGC; 1999.p97-107

11. Ganong, WF. Review of Medical Physiology. Twenty-first edition. 2003. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

25

Page 26: BAB I referat anak

12. Porth C, Gaspard KJ. Essentials of Pathophysiology: Concept of Altered Health States, 2nd. 2006. USA: Lippincott Williams & Wilkins, Bk&CD-Rom edition.

13. Diane DA, Marsha LC, Ken E. et al. Handbook of Signs & Symptoms, 4th EditionCopyright. 2010. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

14. Michael JN. Medical Pharmacology at a Glance. Forth Edition. 2002.UK: Blackwell Science

26