Upload
suprianto
View
149
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak pelumas umumnya berasal dari minyak bumi. Minyak bumi
ini pertama kali dikenal di daerah Mesopotamia. Pengeboran minyak
bumi pertama kali dilakukan sekitar tahun 1885 oleh Aeilko Jans
Zifiker. Pada abab ke 18 terjadi perkembangan mesin-mesin. Mesin
tersebut memerlukan pelumasan sehingga minyak bumi mulai
diproduksi sebagai minyak pelumas sejak tahun 1850-an di Amerika,
Canada, Rusia dan Rumania. Pada awal tahun 1920-an produksi
minyak pelumas dari minyak bumi semakin dikembangkan.
Pelumas adalah zat kimia yang umumnya cairan, diberikan
diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas
berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua
permukaan yang berhubungan. Minyak lumas merupakan salah satu
dari empat fase benda yang volumenya tetap dalam kondisi suhu dan
tekanan tetap. Dari empat fase zat, minyak lumas termasuk golongan
fluida yang mana di sebut zat cair. Minyak lumas mempunyai
kekentalan yang berbeda-beda, Kekentalan pelumas diklasifikasikan
secara khusus oleh International Organization for Standardization.
Pada suhu mesin yang tinggi kekentalan minyak lumas cenderung
turun dan oli mengalami pemuaian volume, sebaliknya bila suhu
mesin rendah maka kekentalan oli cenderung meningkat, dan oli
mengalami penyusutan volume. Oli mengalami perubahan volume bila
terjadi perubahan temperatur. Volume suatu zat berhubungan dengan
besarnya massa jenis zat tersebut. Jika volume V bergantung pada
temperatur, maka massa jenis r juga bergantung pada temperatur.
Sesuai penjelasan teori diatas, maka fakta yang terjadi pada kapal
MV. Era Merah Putih pada saat kapal beroperasi di daerah offshore
laut jawa, pada hari Kamis, 28 Maret 2012, ketika itu temperatur
minyak lumas pada mesin induk mengalami kenaikan temperatur
melebihi batas normal sehingga alarm temperatur tinggi minyak lumas
berbunyi. yang mana kemungkinan naiknya temperatur minyak lumas
di akibatkan oleh beberapa faktor khususnya pada media dan alat
mekanik yang mengalami penurunan kinerja sehingga perubahan
temperatur naik secara berangsur-angsur. Dari hasil penyeledikan
bahwa hal tersebut mengakibatkan rusaknya bagian-bagian mesin
induk sehingga kapal tersebut penting melakukan perbaikan dan
tentunya kapal tidak dapat beroperasi, dari hasil identifikasi kedepan
maka perusahaan mengalami kerugian.
Menurut Jackson and Morton (2003), Minyak lumas bisa
didenfinisikan sebagai tahanan fluida yang berubah bentuk. Yang
mana seharusnya gesekan molekular dalam dan molekul pada fluida
menghasilkan panas oleh pengaruh tahanan geseskan. Tingginya
viskositas maka lebih cenderung kearah pelumasan hydrodynamic.
Tentunya tipe minyak pelumas, air dan temperatur itu sangat penting.
Temperatur bisa naik melalui sirkulasi pelumas yang tidak cukup
untuk menghilangkan panas atau penyuplaian panas yang tidak
cukup.
Pengalaman dari kejadian tersebut di atas sehingga penulis
tertarik untuk meneliti sistem pelumasan pada mesin induk yang
mempunyai variabel yaitu: antara kondisi minyak lumas sebagai
variabel bebas terhadap kinerja mesin induk sebagai variabel terikat.
Dari variabel tersebut di atas maka perlu diteliti untuk diketahui
pengaruhnya terhadap pengoprasian mesin induk yang berdampak
kepada tidak beroperasinya kapal sehingga peneliti sangat tertarik
meneliti judul : Analisa Naiknya Temperatur Minyak Lumas Shell
Rimula R3 MV 15W-40 Terhadap Mesin Induk Caterpillar Type
3516b di MV. Era Merah Putih.
2
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan
untuk merinci masalah yang bersifat spesifik yang berkaitan dengan
judul yang dibahas.
Hal ini untuk mengarahkan kegiatan penelitian pada objek yang
sebenarnya. maka penulis memperjelas dengan melalui pertanyaan
di dalam rumusan masalah yaitu
Faktor-faktor apa yang menyebabkan naiknya temperatur minyak
lumas Shell Rimula R3 MV 15W-40 pada mesin induk Caterpillar
3516b ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengurai dampak naiknya temperatur minyak lumas dan
penyebab naiknya temperatur minyak lumas pada mesin induk.
2. Mengurai perubahan yang muncul akibat naiknya temperatur
minyak lumas pada mesin induk.
3. Menkaji sistem pendingin air laut pada L.O Cooler.
D. Manfaat Penelitian
Hal-hal yang akan bermanfaat setelah penelitian dilaksanakan :
Isi kegunaan penelitian bisa berupa :
1. Manfaat teoritis (keilmuan)
a. Memperluas pengetahuan penulis dalam masalah sistem
pelumasan, temperatur minyak pelumas, viskositas, serta alat
mekanis dan sistem-sistem mesin yang ada pada motor induk
di atas kapal.
b. Sebagai bahan kajian lanjutan untuk peneliti selanjutnya.
c. Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang
relevan.
3
2. Manfaat praktis (pemecahan masalah)
a. Memberikan referensi bagi perusahaan serta transportasi laut
yang bertenaga pendorong mesin diesel, khususnya sistem
pelumasan pada motor induk.
b. Sebagai bahan masukan bagi crew khususnya pada engineer
yang berkerja di atas kapal sebagai perwira dan sekalipun pada
transportasi darat yang bekerja sebagai mekanik dimana
berkaitan tentang mesin penggerak dan mempunyai sistem
pelumasan.
c. Sebagai dasar pendekatan dan perbandingan bagi kalangan
industri perkapalan dan perusahaan pelayaran. Untuk
memperhitungkan lebih detail tentang perubahan temperatur
minyak lumas sehingga bagi operator bekerja lebih efektif dan
efesien dan kapal selanjutnya lebih baik dari kami yang teliti.
E. Hipotesis
Naiknya Temperatur Minyak Lumas Shell Rimula R3 MV 15W-
40 Pada Mesin Induk Caterpillar Type 3516b di MV. Era Merah
Putih, diduga karena :
1. Kurangnya perpindahan panas yang terjadi pada
Lubricating Oil Cooler sehingga temperatur masuk dan keluar
tidak sesuai dengan nilai temperatur yang ditetapkan pada
kondisi normal.
2. Tekanan pendingin air laut berkurang sehingga
pendinginan kurang maksimal.
4