Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang saling
berhubungan yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama
agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat
mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. Usaha kesehatan
sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong
murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya
dilakukan di ruang kesehatan suatu sekolah. Dalam pengertian lain, UKS adalah usaha
untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta
didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu
(integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta
didik sebagai subjek dan bukan hanya objek.
Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat
pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS
dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk
anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
1
mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang
Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan
Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
Upaya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dilakukan lewat Tri Program UKS, yakni
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sisi mata uang. Keduanya tak
terpisahkan, merupakan bagian dari Indikator pembangunan Manusia (IPM) atau secara
internasional disebut Human Development Index (HDI). Indikator ini memperlihatkan
sebaik apa mutu sumber daya manusia di suatu Negara. Bahkan secara hukum
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan adalah hak anak dan wajib
dipenuhi oleh masyarakat dan Negara. Jumlah peserta didik yang mencapai 60 juta
menjadikan sekolah sebagai kekuatan kunci untukmemenuhi hak dan kebutuhan generasi
muda Indonesia. UKS mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk menumbuhkan
kesadaran hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. UKS dapat
dimanfaatkan menjadi perpanjangan tangan bagi program kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
2
gizi, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pengobatan, promosi kesehatan
dan berbagai upaya kesehatan lain.
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu
tindakan melalui Pembinaan Kegiatan Usaha Sekolah (UKS). Dalam hal penyusunan
laporan pelatihan pengembangan diri, penulis mengangkat satu topik sesuai dengan
kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu : ”Upaya Strategis Untuk Meningkatkan Kualitas
Manusia Indonesia Melalui Program Pendidikan Dan Kesehatan Sekolah“.
B. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan
UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat
dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat,
meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk
lingkungan.
3
BAB II
PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
BAGI GURU SEKOLAH DASAR (SD)
A. Waktu Pelaksanaan Dan Penyelenggara Kegiatan
Waktu Pelaksanaan dan Penyelenggara Kegiatan Pembinaan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) bagi guru Sekolah Dasar (SD) Tingkat Kota Administrasi Jakarta Timur
yaitu, pada Tanggal 14 – 16 November 2011 yang diselenggarakan oleh Suku Dinas
Pendidikan Dasar Kota Administrasi Jakarta Timur.
B. Jenis Kegiatan
Pembinaan dan Pengembangan UKS di Sekolah/Satuan Pendidikan Luar Sekolah
dilaksanakan melalui Tiga Program Pokok yang meliputi Pendidikan Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat. Untuk
mendukung Pelaksanaan Tiga Program Pokok UKS di Sekolah/Satuan Pendidikan Luar
Sekolah diperlukan Program Penduduk yang meliputi Ketenagaan, Pendanaan, Sarana
Prasarana, dan Penelitian dan Pengembangan. Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dilaksanakan oleh Tim UKS yang terdiri atas :
1. Tim Pembina UKS Pusat
2. Tim Pembina UKS Propinsi
3. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota
4. Tim Pembina UKS Kecamatan
5. Tim Pelaksana UKS di sekolah
4
Adapun tugas Tim Pelaksana UKS adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan Tiga Program Pokok (UKS) yang terdiri dari Pendidikan Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat sesuai ketentuan
dan pedoman yang telah ditetapkan oleh Pembinaan UKS.
2. Menjalin kerjasama dengan orang tua murid, instansi lain dan masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan UKS.
3. Menyusun program, melaksanakan penilaian/evaluasi dan menyampaikan laporan
kepada Tim Pembina UKS Kecamatan.
4. Melaksanakan ketatausahaan Tim Pelaksana UKS Sekolah.
Daftar Materi Pembinaan UKS Bagi Guru Sekolah Dasar (SD) Tingkat Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun Aggaran 2011
NO JUDUL MATERI JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
MANAJEMEN UKS
PHBS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
KESEHATAN ORGAN REPRODUKSI
GIZI
WARUNG/KANTIN SEKOLAH
P3K
4 JP
4 JP
3 JP
3 JP
3 JP
3 JP
4 JP
JUMLAH 24 JP
5
C. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah
1. Promotif
a. Penyuluhan pembinaan sarana keteladanan di sekolah
b. Penyuluhan dan pembinaan kebersihan perorangan peserta didik
c. Mengembangkan kemampuan peserta didik melalui kegiatan “Dokter Kecil”
dengan fokus pelatihan pada :
Keterampilan mengamati dan memelihara kebersihan
perorangan dan lingkungan.
Keterampilan mengamati status kesehatan, seperti
mengukur dan mencatat tinggi badan dan berat badan.
Keterampilan P3K.
Keterampilan P3P, khususnya penanganan diare.
Keterampilan menginformasikan tentang pentingnya dan
manfaat Imunisasi.
2. Preventif
a. Penyaringan kesehatan pada peserta didik baru masuk atau kelas 1.
b. Pemeriksaan kesehatan periodik
Peserta didik kelas 1 dan bukan kelas 1.
Pengawasan terhadap keadaan air.
c. Kuratif dan Rehabilitatif
o Pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah.
o Rujukan medik untuk mengurangi derita sakit, kasus kecelakaan,
keracunan atau kondisi yang membahayakan dan kasus penyakit khusus.
6
o Penanganan kasus anemi gizi.
3. Manajemen
a. Forum komunikasi terpadu antar kegiatan Puskesmas berupa :
Pertemuan perencanaan dan penyusunan
program kerja pelayanan kesehatan dalam rangka UKS.
Pertemuan periodik tiap triwulan sekali
dalam rangka pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan
dalam rangka UKS.
Pertemuan antar puskesmas dan sekolah.
b. Sekolah di kunjungi minimal 1 kali/ 1 Tahun oleh kegiatan pokok puskesmas
berupa :
Kegiatan penyuluhan kesehatan
Kegiatan pembinaan kesehatan
lingkungann
Kegiatan penyaringan kesehatan
Kegiatan kesehatan gigi dan mulut
Kegiatan imunisasi
Kegiatan pembinaan penjaja
makanan
Kegiatan pemantauan status gizi dan
lain-lain.
D. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah
7
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan
kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di
sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara
terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh
karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan,
bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang
berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber
daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi
Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada
tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu
bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena
itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan
masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber
daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang
lebih keras lagi.
8
BAB III
UPAYA STRATEGIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
MANUSIA INDONESIA MELALUI PROGRAM
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SEKOLAH
A. Pendidikan Berkualitas
Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dan terpadu meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Promotif adalah peningkatan penyuluhan dan
latihan keterampilan pelayanan kesehatan. Preventif adalah layanan kesehatan untuk
mencegah sebelum timbulnya penyakit. Kuratif adalah penyembuhan penyakit yang
diderita. Rehabilitasi adalah pemulihan pada keadaan kesehatan awal dari penyakit yang
telah diderita. Pelayanan kesehatan lingkungan sekolah untuk menciptaan lembaga
pendidikan yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran.
B. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat
mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku
9
tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak,
gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas,
dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga
memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya
perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan
mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan
adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat
seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini,
disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau
lingkungan masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri.
Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas sehingga tidak
bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih
menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station, sehingga
mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan
beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan
fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan
baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan
memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas,
menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya.
Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi
sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik
yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi
10
segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta
didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak
dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala
untuk keberhasilan belajarnya.
C. Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dan Kesehatan Sekolah
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik
dan jiwanya tersebut sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan
meningkatkan kesehatan peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan
menciptakan lingkungan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui UKS.
Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting
Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga “a health setting for living, learning
and working” dengan tujuan (goal) “Help School Become Health Promoting Schools.”
Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat
yang dapat meningkatkan atau mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.
D. Kesehatan Gigi Dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%
penduduk Indonesia, sebab gigi memiliki sifat “progresif” yaitu apabila tidak dirawat dan
diobati akan mengakibatkan makin parah dan bersifat “Irreversibble” yaitu apabila ada
jaringan yang sudah rusak tidak akan dapat tumbuh kembali (SKKRT, 1995). Hal inilah
yang sangat kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat sehingga angka kesehatan
gigi tiap tahunnya hampir selalu menglami penurunan.
11
Pada umumnya 77,2 % penduduk telah melakukan sikat gigi, tetapi hanya 8,1 %
dari jumlah tersebut yang melakukan sikat gigi sesuai dengan anjuran program yaitu sikat
gigi setelah makan pagi dan sebelu tidur malam. (Depkes RI,1999). Selain kesadaran
untuk menjaga kesehatan gigi sejak usia dini, dari ternyata kesadaran untuk
mememriksakan kesehatan gigi pun masih terbilang cukup rendah. Padahal pemerintah
mentargetkan standart kesehatan gigi paling tidak mengalami perkembangan sekitar
60,41% dari standart Nasional yang harus dicapai sekitar 80%. (Rencana Kegiatan
Program Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 1999 – 2000). Mengetahui dari itu
peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu program pokok
Puskesmas di dalam pelayanan promotif dan preventiv terutama ditujukan pada
kelompok ibu hamil, ibu menyusui, anak pra sekolah dan anak Sekolah Dasar di dalam
tujuan meningkatkan derajat kesehatan gigi. Pendidikan dan pengenalan terhadap tentang
tata cara membersihkan gigi dan mulut perlu diberikan, sebab pendidikan ini merupakan
upaya awal dalam pencegahan terjadinya penyakit pada gigi (karies) dan jaringan
sekitarnya , dengan mengingat pada prinsip pencegahan lebih dari pengobatan.
E. Program Perbaikan Gizi
Proses riwayat terjadinya penyakit pada masalah gizi (gizi kurang) melalui
berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya interaksi antara penjamu, sumber penyakit
dan lingkungan. Ketidakseimbangan antara ketiga faktor ini, misalnya terjadi
ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh. Akibat kekurangan zat gizi, naka simpanan zat gizi
dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung
lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.
12
Proses ini berlanjut sehingga menyebabkan malnutrisi, walaupun hanya ditandai dengan
penurunan berat badan dan pertumbuhan terlambat.
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi
pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode
siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact). Masa kehamilan merupakan
periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang
yang sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Akan tetapi
perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan juga jauh
sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.
Masa balita merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan badan yang cukup pesat
sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi disetiap kilo gram berat badannya. Dalam
keadaan seperti ini anak balita justru paling mengalami kekurangan gizi sehingga anak
balita merupakan kelompok umur yang rentan menderita kekurangan gizi.
F. Layanan Warung / Kantin Sekolah
Layanan kantin atau kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan siswa atau personil sekolah. Good (1959) dalam bukunya Dictionary of Education mengatakan bahwa: “cafetaria a room or building in which public school pupuils or college student select prepared food and serve themselves”. Kantin sekolah adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin.
William H. Roe dalam bukunya School Business Management menyebutkan beberapa
tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di sekolah :
1. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik
atau sehat
2. Memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata
13
3. Menganjurkan kebersihan dan kesehatan
4. Menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan
bersama
5. Menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku
di masyarakat
6. Memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik
7. Menunjukkan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri
8. Menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebersihannya dan kesehatannya.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah dapat berfungsi untuk :
1. Membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan
yang sehat, bergizi, dan praktis
2. Mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang
3. Untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa
4. Memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan
seseorang
5. Memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata
6. Mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang
berlaku di masyarakat
7. Sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan
tempat menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang baik hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut ini :
14
1. Kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan keuntungan
di sekolah;
2. Program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari program
sekolah secara keseluruhan
3. Harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli siswa
4. Penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat
5. Gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat mempengaruhi
keefektivan operasi dan koordinasi program-program kantin
6. Personil-personil kantin harus bertanggung jawab atas makanan yang bergizi dan
menarik, serta menjamin selera pembeli
7. Memberikan kebijaksanaan keuangan (korting) dapat mendorong berkembangnya
program kantin, karena dapat menarik pembeli
8. Program kantin harus menyeimbangkan antara kapasitas makanan dan harga,
begitu juga gizi.
Terkait dengan bentuk pelayanan kantin sekolah, terdapat 3 (tiga) alternatif
bentuk layanan, yaitu :
1. Self service system. Sistem pelayanan dimana pembeli melayani dirinya sendiri
makanan yang diingini;
2. Wait service system. Sistem pelayanan dimana pembeli menunggu dilayani oleh
petugas kantin sesuai dengan pesanan;
3. Tray service system. Sistem pelayanan dimana pembeli dilayani petugas kantin,
dan penyajian makanannya dengan menggunakan baki atau nampan.
15
Kantin sekolah memberikan peluang untuk mengembangkan tingkah laku dan
kebiasaan positif di kalangan siswa. Hal-hal berikut dapat diperhitungkan oleh kepala
sekolah untuk memperbaiki lingkungan kantin sekolah :
1. Menentukan prosedur untuk menutup dan membuka kantin atau kapan anak-anak
memasuki dan meninggalkan kantin
2. Memperhatikan semua perilaku murid dalam kantin
3. Menyusun suatu aturan pembayaran yang tidak merugikan kantin
4. Membuat pengaturan tempat duduk yang serasi
5. Menentukan aturan-aturan bagi perilaku anak-anak di meja makan
6. Mengatur dekorasi, seperti: lukisan, poster-poster kesehatan
7. Menyajikan musik selama jam makan siang
8. Mengatur anak-anak yang makan siang dengan membawa makanan sendiri,
menyusun prosedur pengembalian talam atau tempat makanan dan pada saat
meninggalkan ruangan makan
Dengan dimikian, keberadaan kantin di sekolah, tidak hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan makan dan minum siswa semata, namun juga dapat dijadikan
sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling
menghargai, disiplin dan nilai-nilai lainnya. Di sinilah letak arti penting manajemen
kantin sekolah sebagai salah satu substansi manajemen sekolah.
16
BAB IV
KEBIJAKAN DALAM PENINGKATAN IMPLEMENTASI
PROGRAM UKS
A. Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program UKS
Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS)
melalui program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui
pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor
terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah
sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah
yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan
karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain
itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya
proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya
kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai
bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah
17
sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan
pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung
lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup
dan pasar sekolah yang aman.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu :
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu
peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di
masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi
dan air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh
negatif dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola
asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman,
adanya dukungan masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta
dapat mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan
fisik, mental dan sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan
pelatihan untuk guru maupun orang tua.
18
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di
sekolah, yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi,
serta pengobatan sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas
setempat, dan mengadakan program-program makanan begizi dengan memperhatikan
‘keamanan’ makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan
atau meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf
sekolah termasuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan
lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan
berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk seluruh peserta didik. Terakhir.
kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk
alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat,
dengan cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara
lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
B. Pendekatan Life Skills Education Atau Pendidikan Kecakapan Hidup
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan
promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan
kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan
mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat
19
memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi
pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara
menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif,
bahagia, dan bermartabat. WHO atau (World Health Organization) mendefinisikan
kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan
berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai
tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu
seseorang menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun
keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang
sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup
yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang
untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan
masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu
learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau
learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk
hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini,
kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup (personal learning to
be), kecakapan hidup sosial (learning live with others), kecakapan hidup akademik
(learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri
(self awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik
20
mempraktekkan kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri,
mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih
sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi
kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama
(collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk membantu peserta
didik mengembangkan hubungan yang positif, secara konstruktif mengelola emosi dan
meningkatkan partisipasi dalam kegiatan yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan
akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan
akademik penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah,
teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga
pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau
kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan
kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional
penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut
oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki
kesehatan jasmani dan rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam
lingkungan apa pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua
sumber daya secara optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan
kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses
belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat.
Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi
21
situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan
hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama
dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan
meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.
C. Kebijakan dalam Peningkatan Implementasi Program UKS
Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik, maka
program peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat akan terus
dilaksanakan. Sehingga dapat terbentuk peserta didik yang sehat dan bugar serta sekolah
yang memenuhi standar sekolah sehat. Cara yang dilakukan adalah mengoptimalkan
berbagai upaya pengembangan sekolah sehat antara lain dilakukan upaya peningkatan
kemampuan profesionalisme guru dan tenaga pendidik melalui berbagai pelatihan,
bimbingan dan penyuluhan, serta upaya-upaya sosialisasi dan implementasi di bidang
UKS, pendidikan kesehatan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan jasmani dan
kebugaran jasmani.
Mengefektifkan pengkajian dan pengembangan pendidikan antara lain dengan
lebih memfokuskan upaya pengkajian dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup
sehat, melaksanakan evaluasi yang sesuai dengan upaya peningkatan kualitas jasmani dan
pengembangan sekolah sehat. Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan program
22
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan pengkajian dan
pengembangan bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi dalam rangka upaya
peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Meningkatkan kegiatan
analisis kajian kesegaran jasmani, pendidikan jasmani dan pendidikan rekreasi yang
dapat bermanfaat langsung bagi peserta didik, tenaga kependidikan dan masyarakat serta
menunjang peningkatan mutu pendidikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan kesehatan berbasis kesehatan dengan program Usaha Kesehatan
Sekolah atau pelaksanaan sekolah sehat ini, diharapkan menjadi bagian dari
pelaksanaan pendidikan, bukan hanya dilingkungan sekolah tetapi dilingkungan
tempat tinggal.
2. Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat
pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain.
3. Meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan
keterampilan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk
lingkungan.
23
4. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
5. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi
sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta
didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademik.
B. Saran
1. Pendidikan kesehatan ini diharapkan tidak hanya diberikan pada saat mata
pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat
mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik.
2. Melaksanakan penyuluhan secara kontinyu tentang, pendidikan dan kebiasaan
hidup bersih melalui program sekolah sehat terhadap peserta didik, orang tua
maupun warga masyarakat.
3. Pembina UKS diharapkan melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah
dilakukan melalui penyajian pendidikan yang lebih menekankan peran aktif
peserta didik melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan,
permainan, dan penugasan.
4. Keberhasilan pendidikan kesehatan ditentukan dengan adanya keteladanan dan
dorongan dari kepala sekolah, guru, pegawai sekolah, dan orang tua.
24
5. Keberhasilan pendidikan kesehatan juga ditentukan adanya hubungan guru
dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di sekolah
hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.
25