56
39 BAB II ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN SEPADAN Hasil pengamatan berdasarkan delapan majalah Alo Indonesia yang diteliti ditemukan adanya representasi fonem konsonan bA dan bI yang berbeda. Pengalihaksaraan konsonan yang ditemukan dalam majalah AI ada empat (4) varian. Varian pengalihaksaraan konsonan tersebut berdasarkan daerah titik artikulasi bunyi konsonan, yaitu (1) alih aksara bunyi konsonan sepadan, (2) alih aksara bunyi konsonan berdekatan, (3) alih aksara bunyi konsonan berbeda, dan (4) alih aksara gugus dan deret konsonan. Konsonan dalam bI memiliki bentuk kesepadanan dengan konsonan yang ada dalam bA. Bentuk kesepadanan kedua bahasa ini biasanya memiliki sifat dan titik artikulasi yang sama persis. Hal inilah yang mendasari pemilihan kategori konsonan sepadan dalam pembahasan ini. Konsonan sepadan yang ditemukan dalam majalah AI ada sepuluh (10) konsonan, yaitu <b> < >, <h> < >, <r> < >, <f> < >, <q> < >, <k> < >, <l> < >, <m> < >, <n> < >, dan <h> < >. Berikut ini uraian bentuk grafem bI yang memiliki kesamaan titik artikulasi dengan bA yang terdapat dalam majalah AI. A. Representasi Grafem <b> Grafem < > Grafem <b> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Kedua konsonan ini memiliki kesamaan karakteristik fonologis sehingga dapat dikatakan sebagai konsonan sepadan. Fonem /b/ dalam bI bersifat bilabial, hambat, dan

BAB II ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN SEPADAN · pedoman transliterasi Arab-Latin MAMPK. Penulisan grafem < > dalam bA dapat dilafalkan menjadi bunyi [b] dalam bI. Bunyi [b] dalam

Embed Size (px)

Citation preview

39

BAB II

ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN SEPADAN

Hasil pengamatan berdasarkan delapan majalah Alo Indonesia yang diteliti

ditemukan adanya representasi fonem konsonan bA dan bI yang berbeda.

Pengalihaksaraan konsonan yang ditemukan dalam majalah AI ada empat (4)

varian. Varian pengalihaksaraan konsonan tersebut berdasarkan daerah titik

artikulasi bunyi konsonan, yaitu (1) alih aksara bunyi konsonan sepadan, (2) alih

aksara bunyi konsonan berdekatan, (3) alih aksara bunyi konsonan berbeda, dan

(4) alih aksara gugus dan deret konsonan.

Konsonan dalam bI memiliki bentuk kesepadanan dengan konsonan yang

ada dalam bA. Bentuk kesepadanan kedua bahasa ini biasanya memiliki sifat dan

titik artikulasi yang sama persis. Hal inilah yang mendasari pemilihan kategori

konsonan sepadan dalam pembahasan ini. Konsonan sepadan yang ditemukan

dalam majalah AI ada sepuluh (10) konsonan, yaitu <b> < >, <h> < >,

<r> < >, <f> < >, <q> < >, <k> < >, <l> < >, <m> < >,

<n> < >, dan <h> < >. Berikut ini uraian bentuk grafem bI yang memiliki

kesamaan titik artikulasi dengan bA yang terdapat dalam majalah AI.

A. Representasi Grafem <b> Grafem < >

Grafem <b> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Kedua

konsonan ini memiliki kesamaan karakteristik fonologis sehingga dapat dikatakan

sebagai konsonan sepadan. Fonem /b/ dalam bI bersifat bilabial, hambat, dan

40

bersuara. Adapun fonem konsonan / / dalam bA bersifat bilabial, hambat, dan

bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <b> yang dilambangkan

menjadi grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <b> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

6 Bantul Ba>ntu>l E.106h.16

7 Buru Bu>ru> E.106h.7

8 Bintaro Bi>nta>ru> E.110h.62

Grafem <b> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

9 Sukabumi Su>ka>bu>mi> E.113h.26

Grafem <b> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

10

Sumba Su>mba> E.111h.12

Sumba Sumba> E.107h.6

Tabel 13. Grafem <b> Grafem < >

Grafem <b> yang terdapat pada tabel 13 menunjukkan representasi

penulisan grafem < >. Representasi grafem <b> menjadi < > ini sesuai dengan

pedoman transliterasi Arab-Latin MAMPK. Penulisan grafem < > dalam bA

dapat dilafalkan menjadi bunyi [b] dalam bI. Bunyi [b] dalam tabel 13 yang

berada di awal, tengah, dan akhir silabel selalu diikuti bunyi mad. Bunyi [b] yang

diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 8 ‘Bintaro’ < >. Bunyi [b] yang

41

diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada kata ‘Buru’ < > dan ‘Sukabumi’

< >. Adapun bunyi [b] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata

‘Bantul’ < > dan ‘Sumba’ < >.

B. Representasi Grafem <h> Grafem < >

Grafem <h> digunakan untuk merepresentasikan grafem < >. Kedua

konsonan ini memiliki sifat bunyi yang sama. Fonem / / dan fonem /h/ adalah

konsonan frikatif (geser), faringal, dan tidak bersuara. Berikut adalah contoh yang

menunjukkan representasi grafem <h> dengan grafem < >.

Grafem <h> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

11 Yohanna

Yembise Yu>chna>n

Ya>mbi>si> E.110h.11

Tabel 14. Grafem <h> Grafem < >

Pada tabel 14 menunjukkan bahwa grafem <h> direpresentasikan dengan

grafem < >. Penulisan grafem < > yang diubah menjadi grafem <h> ini sudah

lazim digunakan orang Indonesia. Hal ini dikarenakan pelafalan fonem / / dan /h/

bagi penutur nonArab itu sama (Kharusi, Nafla S. dan Amel Salman, 2011: 19).

Menurut Hadi (2015: 69) pelafalan fonem / / ini berubah menjadi /h/ setelah

terserap ke dalam bI. Pada penelitian ini, bentuk representasi fonem /h/ dengan / /

hanya ditemukan di posisi tengah silabel.

42

C. Representasi Grafem <r> Grafem < >

Grafem <r> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Fonem /r/ selalu

direpresentasikan dengan bunyi [r] di semua posisi pada kosakata. Fonem / / dan

fonem /r/ memiliki kesamaan karakteristik bunyi. Kedua fonem ini merupakan

konsonan apiko-alveolar, getar, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang

menunjukkan adanya representasi grafem <r> dengan grafem < > dalam majalah

AI.

Grafem <r> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

12 Rambitan Ra>mbi>ta>n E.107h.7

13 Roro Kidul Ru>ru> Ki>du>l E.109h.16

Grafem <r> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

14 Korea Ku>riya>

E.106h.57;

E.107h.19

Grafem <r> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

15 Tidore Ti>du>ra> E.106h.6

Tabel 15. Grafem <r> Grafem < >

Pada tabel 15 menunjukkan bahwa grafem <r> direpresentasikan dengan

grafem < > ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, dan akhir silabel.

Penggunaan grafem <r> menjadi grafem < > telah sesuai dengan pedoman

transliterasi MAMPK. Penulisan fonem / / selalu diikuti bunyi vokal panjang bA

(mad). Bunyi [r] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 12 ‘Rambitan’

43

< >. Bunyi vokal [o] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi [u:] dan

ditulis dengan huruf / /. Sebagai contoh yaitu pada contoh 13 ‘Roro’ < >.

Bunyi vokal [e] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi [i:] dan ditulis dengan

huruf / /. Adapun contoh bunyi [r] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata

‘Korea’ < > dan ‘Tidore’ < >.

D. Representasi Grafem <f> Grafem < >

Grafem <f> secara umum direpresentasikan dengan bunyi [f]. Fonem /f/

dan fonem / / merupakan fonem konsonan sama-sama bersifat labio-dental,

frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <f>

dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <f> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

16 Ferry

Mursyidan Fi>ri> Mursyida>n E.110h.11

17 Flores Flu>ri>s E.107h.6;

E.111h.12

Grafem <f> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

18 Martafons Ma>rta>fu>ns E.106h.6

19 Afrika Afri>qiya> E.106h.10

Tabel 16. Grafem <f> Grafem < >

Tabel 16 menunjukkan bahwa grafem <f> dapat direpresentasikan menjadi

grafem < >. Representasi grafem <f> menjadi grafem < > sesuai dengan

pedoman transliterasi MAMPK. Menurut Hadi (2015: 58) fonem /f/ merupakan

44

fonem pinjaman dan bukan fonem asli bI. Penggunaan fonem ini dapat ditemukan

pada posisi awal dan tengah silabel. Kedua fonem ini memiliki titik artikulasi

yang sama sehingga pelafalan kosakata pada tabel 16 dapat terbaca dengan jelas.

E. Representasi Grafem <q> Grafem < >

Fonem /q/ merupakan fonem konsonan serapan dari bahasa asing. Fonem

/q/ jarang digunakan dalam penyebutan sebuah kosakata asli bI. Fonem /q/ dalam

bI termasuk konsonan pungutan dari bA sehingga sifat bunyi yang dimiliki sama

dengan fonem / /. Fonem tersebut termasuk konsonan dorso-uvular, hambat, dan

tidak bersuara. Berikut ini contoh kasus penulisan grafem <q> yang

direpresentasikan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <q> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

20 Gendang

Beleq Ji>nda>nj Bi>li>q E.106h.14

Tabel 17. Grafem <q> Grafem < >

Tabel 17 menunjukkan contoh grafem <q> yang direpresentasikan dengan

grafem < >. Penulisan grafem <q> menjadi grafem < > pada penelitian ini sudah

sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Pada contoh 20 tersebut

merupakan salah satu istilah kebudayaan yang terdapat di pulau Lombok.

Penulisan fonem /q/ pada kata ‘Beleq’ merupakan bentuk penggunaan dialek khas

masyarakat Lombok. Hal ini menyebabkan kata ‘Beleq’ dalam bA ditulis < >.

45

F. Representasi Grafem <k> Grafem < >

Grafem <k> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Grafem /k/ dan

fonem / / adalah konsonan yang bersifat dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara.

Berikut ini contoh yang menunjukkan grafem <k> yang direpresentasikan dengan

grafem < >.

Grafem <k> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

21 Kalimantan Ka>li>mantan E.110h.22

22 Kauman Ka>wma>n E.113h.16

Grafem <k> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

23 Pekalongan Bi>ka>lu>nja>n E.110h.17

Grafem <k> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

24 Maluku Ma>lu>ku> E.106h.6

25 Demak Di>ma>k E.113h.18

Tabel 18. Grafem <k> Grafem < >

Tabel 18 menunjukkan bahwa penulisan grafem <k> direpresentasikan

dengan grafem < >. Penggunaan grafem tersebut sesuai dengan pedoman

transliterasi MAMPK. Penggunaan fonem ini dapat ditemukan di semua posisi,

baik di awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan grafem < > pada tabel 18

tersebut merupakan bunyi [k] asli, bukan merupakan bunyi [k] yang berasal dari

fonem /q/. Fonem konsonan / / yang berada di akhir silabel terdapat pada kata

‘Demak’ < >. Adapun penulisan fonem konsonan / / di awal dan tengah

silabel selalu diikuti vokal panjang bA (mad). Bunyi [k] yang diikuti bunyi mad

46

[a:] terdapat pada kata ‘Kalimantan’ < >, ‘Kauman’ < >, dan

‘Pekalongan’ < >. Bunyi fonem [k] yang diikuti mad [u:] terdapat pada

contoh 24 ‘Maluku’ < >.

G. Representasi Grafem <l> Grafem < >

Grafem <l> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Grafem <l>

selalu direpresentasikan dengan bunyi [l] di semua posisi pada kosakata. Fonem

/l/ dan fonem / / memiliki kesamaan karakteristik bunyi, yaitu sebagai konsonan

apiko-alveolar, lateral, dan bersuara. Menurut Verhaar (2006: 35) fonem /l/

termasuk konsonan sampingan. Tempat artikulasi konsonan sampingan adalah

antara ujung lidah dan lengkung kaki gigi. Berikut ini adalah contoh representasi

grafem <l> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <l> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

26 Lampung La>mbu>nj E.107h.19;

E.110h.23

27 Legon Li>ju>n E.109h.8

28 Lombok Lu>mbu>k

E.107h.6;

E.111h.12, h.13,

h.14

Grafem <l> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

29 Sulawesi Su>la>wi>si> E.110h.19, h.20,

h.22; E.113h.32

30 Jusuf Kalla Yu>su>f Ka>la> E.110h.6, h.8,

h.21, h.36

31 Yasonna

Laoly Ya>su>na> Lau>li> E.110h.11

47

Grafem <l> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

32 Sunan

Ampel Su>na>n Ambi>l E.113h.18

33 Bedugul Bidu>ju>l E.110h.18

Tabel 19. Grafem <l> Grafem < >

Pada tabel 19 menunjukkan bahwa grafem <l> direpresentasikan dengan

grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir

silabel. Representasi grafem <l> menjadi grafem < > dalam penelitian ini sudah

sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem < > di awal dan

tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal panjang bA (mad). Bunyi fonem [l] yang

diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata ‘Legon’ < > dan ‘Laoly’ < >.

Bunyi fonem /l/ yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 28 ‘Lombok’

< >. Adapun bunyi fonem [l] yang diikuti oleh bunyi mad [a:] terdapat pada

kata ‘Lampung’ < >, ‘Sulawesi’ < >, dan ‘Kalla’ < >. Grafem < >

yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Ampel’ < > dan ‘Bedugul’

< >.

H. Representasi Grafem <m> Grafem < >

Grafem <m> dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem < >.

Grafem <m> selalu direpresentasikan dengan bunyi [m] di semua posisi pada

kosakata. Fonem /m/ dan fonem / / memiliki kesamaan karakteristik bunyi.

Keduanya termasuk konsonan bilabial, nasal, dan bersuara. Berikut ini adalah

48

contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <m> dengan grafem < >

dalam majalah AI.

Grafem <m> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

34 Madura Ma>du>ra>

E.107h.16;

E.109h.13;

E.113h.32

35 Moramo Mu>ra>mu> E.108h.14

Grafem <m> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

36 Sudirman Su>di>rma>n E.110h.9

Grafem <m> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

37 Batam Ba>ta>m E.109h.21

Tabel 20. Grafem <m> Grafem < >

Pada tabel 20 menunjukkan bahwa grafem <m> direpresentasikan dengan

grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir

silabel. Penggunaan grafem <m> menjadi grafem < > ini sesuai dengan pedoman

transliterasi MAMPK. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu

diikuti bunyi vokal bA (mad). Bunyi [m] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat

pada contoh 34 ‘Madura’ < > dan contoh 36 ‘Sudirman’ < >. Bunyi

[m] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh contoh 35 ‘Moramo’

< >. Adapun grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada contoh 37

‘Batam’< >.

49

I. Representasi Grafem <n> Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <n>.

Fonem /n/ selalu direpresentasikan dengan bunyi [n] di semua posisi pada

kosakata. Fonem /n/ dan fonem / / memiliki kesamaan karakteristik bunyi

sebagai konsonan apiko-alveolar, sengau (nasal), dan bersuara. Bunyi sengau

dihasilkan dari proses penutupan arus udara ke luar melalui rongga mulut yang

terjadi antara ujung lidah dan ceruk (Verhaar, 2006: 35). Berikut ini adalah contoh

representasi grafem <n> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <n> di Awal Silabel

No. BI BA Transliterasi Sumber

38 Banda Neira Ba>nda> Ni>ra> E.106h.6

39 Narmada Na>rma>da> E.107h.7;

E.111h.12

Grafem <n> di Tengah Silabel

No. BI BA Transliterasi Sumber

40 Senayan City Sina>ya>n Si>ti> E.112h.21

41 Kartini Ka>rti>ni> E.109h.10

42 Konawe Ku>na>wi> E.108h.14

Grafem <n> di Akhir Silabel

No. BI BA Transliterasi Sumber

43 Jimbaran Ji>mba>ra>n E.110h.17

Tabel 21. Grafem <n> Grafem < >

Pada tabel 21 menunjukkan bahwa grafem <n> direpresentasikan menjadi

grafem < >. Representasi grafem <n> menjadi grafem < > tersebut sudah sesuai

dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem <n> menjadi grafem

< > ini ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah maupun akhir silabel.

Penulisan fonem / / di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal panjang

50

bA (mad). Bunyi [n] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Narmada’

< >, ‘Senayan’ < >, dan ‘Konawe’ < >. Adapun bunyi [n] yang

diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 38 ‘Neira’ / / dan contoh 41 ‘Kartini’

< >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada contoh 43

‘Jimbaran’ < >.

J. Representasi Grafem <h> Grafem < >

Grafem < > digunakan untuk merepresentasikan grafem <h>. Fonem /h/

selalu direpresentasikan dengan bunyi [h] di semua posisi pada kosakata. Fonem

/h/ dan fonem / / termasuk sebagai konsonan glotal, frikatif, dan tidak bersuara.

Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <h>

dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <h> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

44 Hangawera Ha>nja>wi>ra> E.106h.8

45 Halmahera Ha>lma>hi>ra> E.106h.6

46 Dani Hilan Da>ni> Hi>la>n E.109h.15

Grafem <h> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

47 Soeharto Su>ha>rtu> E.107h.28;

E.108h.9

Grafem <h> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

48 Tanah Lot Ta>na>h Lu>t E.110h.18

49 Muaralabuh Muwa>ra>la>bu>h E.109h.13

Tabel 22. Grafem <h> Grafem < >

51

Pada tabel 22 menunjukkan bahwa grafem <h> direpresentasikan dengan

grafem < >. Representasi grafem <h> menjadi grafem < > tersebut sudah

sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem <h> menjadi

grafem < > ini ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, maupun akhir

silabel. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi

vokal bA (mad). Bunyi fonem [h] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata

‘Hangawera’ < >, ‘Halmahera’ < >, dan ‘Soeharto’ < >. Adapun

bunyi fonem [h] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 46 ‘Hilan’

< >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Tanah’

< > dan ‘Muaralabuh’ < >.

Konsonan sepadan pada penelitian ini tidak mengalami adanya perubahan

bunyi dalam pelafalannya. Hal ini terjadi karena bunyi konsonan-konsonan

sepadan antara bI dan bA memiliki karakteristik bunyi yang sama. Representasi

bunyi konsonan dari bI ke bA dalam penelitian ini juga sesuai dengan pedoman

transliterasi MAMPK, meskipun pedoman transliterasi MAMPK merujuk pada

pola tranliterasi Arab-Latin, sedangkan pada penelitian ini merujuk pada pola

transliterasi Latin-Arab.

52

BAB III

ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN BERDEKATAN

Analisis kedua yaitu mengenai alih aksara konsonan yang memiliki

kemiripan titik artikulasi. Kemiripan bunyi konsonan ini telah disesuaikan

menurut karakteristik yang dimilikinya. Kategori mirip dalam hal ini dianggap

sama dengan istilah berdekatan. Pemilihan kata berdekatan dianggap lebih cocok

pada pembahasan ihwal ini. Berikut ini uraian bentuk variasi bunyi fonem

konsonan bI yang memiliki kedekatan titik artikulasi dengan bA yang terdapat

dalam majalah AI.

Konsonan bI memiliki titik artikulasi yang berdekatan dengan beberapa

konsonan bA. Hal ini menyebabkan konsonan bI yang direpresentasikan ke

grafem bA menjadi bervariasi. Konsonan bI yang titik artikulasinya berdekatan

dengan bA yaitu <p> < >, <t> < >, <j> <dj> < >, <d> < >, <dh>

< >, <s> < >, <s> < >, <t> < >, <p> < >, dan <k> < >.

Konsonan yang berdekatan dalam hal ini, maksudnya apabila suatu konsonan

yang memiliki titik artikulasi sama tetapi cara artikulasi dan keadaan pita

suaranya berbeda, begitu pula sebaliknya. Berikut ini pemaparan analisis masing-

masing konsonan tersebut.

53

A. Representasi Grafem <p> Grafem < >

Grafem <p> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Representasi

fonem /p/ dengan fonem / / dalam hal ini terjadi proses pergeseran bunyi

konsonan. Menurut Zuvara (2008: 55) bergesernya konsonan tersebut adalah

konsonan yang mirip dengan konsonan yang digantinya. Pergeseran yang terjadi

pada fenomena ini termasuk pergeseran konsonan bilabial tidak bersuara /p/

menjadi bilabial bersuara / /. Ihwal perubahan bunyi konsonan tidak bersuara

menjadi bersuara ini sesuai dengan perubahan bunyi Crowley, yaitu terjadi

penguatan bunyi. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <p> yang

dilambangkan dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <p> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

50 Pawon Ba>wun E.113h.9

51 Puan

Maharani Bu>wa>n Maharani> E.110h.11

52 Papua Ba>buwa> E.111h.7, h.49

Grafem <p> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

53 Purba

Hutapea Bu>rba> Hu>ta>biya> E.112h.23

54 Jepara Ji>ba>ra> E.106h.57

Tabel 23. Grafem <p> Grafem < >

Berdasarkan tabel 23, terjadi kasus penguatan bunyi konsonan tidak

bersuara /p/ menjadi bunyi konsonan bersuara / /. Penguatan bunyi merupakan

54

perubahan dari bunyi-bunyi yang lemah menjadi bunyi yang kuat (Hadi, 2015:

57). Hal ini terjadi karena di dalam bA tidak terdapat konsonan yang mewakili

grafem <p>. Untuk itu, penggunaan grafem < > dalam kasus ini dijadikan

sebagai representasi grafem <p> dalam bI. Penulisan fonem / / ini dapat dibaca

menjadi bunyi [p] di posisi awal dan tengah silabel. Pada kasus ini, grafem <p>

yang dilambangkan dengan grafem < > selalu diikuti fonem vokal panjang (mad)

dalam bA. Bunyi [p] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 50 ‘Pawon’

< > dan contoh 54 ‘Jepara’ < >. Bunyi [p] yang diikuti bunyi mad [i:]

terdapat pada contoh 53 ‘Hutapea’ < >. Adapun bunyi [p] yang diikuti bunyi

mad [u:] terdapat pada contoh 51 ‘Puan’ < > dan contoh 52 ‘Papua’ < >.

B. Representasi Grafem <t> Grafem < >

Grafem <t> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem

konsonan / / dalam bA bersifat apiko-alveolar, hambat, dan tidak bersuara.

Adapun Fonem /t/ dalam bI bersifat apiko-dental, hambat, dan tidak bersuara.

Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <t> yang dilambangkan dengan

grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <t> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

55 Timor Ti>mu>r E.107h.6, h.8

56 Tambora Ta>mbu>ra> E.107h.6, h.8

57 Tuti

Alawiyah Tu>ti> ‘alawiyah E.113h.28

55

Grafem <t> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

58 Mataram Ma>ta>ra>m E.107h.6;

E.113h.14

59 Pattimura Ba>ti>mu>ra> E.106h.6

60 Banten Ba>ntin

E.107h.19;

E.110h.16, h.17;

E.112h.8, h.9,

h.21, h.33

Tabel 24. Grafem <t> Grafem < >

Pada tabel 24 menunjukkan adanya bentuk representasi grafem <t> yang

dilambangkan dengan grafem < >. Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi [t]

di posisi awal dan tengah silabel. Bunyi [t] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat

pada contoh 56 ‘Tambora’ < > dan 58 ‘Mataram’ < >. Bunyi [t] yang

diikuti mad [i:] terdapat pada kata ‘Timor’ < >, ‘Banten’ / / dan ‘Pattimura’

< >. Adapun bunyi [t] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 57 ‘Tuti’

< >.

C. Representasi Grafem <j> dan <dj> Grafem < >

Fonem /j/ dalam bI selalu direpresentasikan dengan bunyi [j]. Penulisan

grafem <j> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /j/ memiliki sifat

medio-palatal, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / memiliki sifat apiko-

palatal, afrikatif, dan bersuara. Menurut Muslich (2014: 109) ejaan fonemik /dj/

digunakan untuk melambangkan fonem konsonan /j/. Berikut ini merupakan

56

bentuk representasi grafem <j> dan <dj> yang dilambangkan dengan grafem < >

dalam majalah AI.

Grafem <j> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

61 Jayabaya Ja>ya>ba>ya> E.112h.23

62

Jawa Ja>wa> E.110h.16, h.23;

E.111h.21;

E.112h.27;

Jawa Ja>wa> E.113h.8

63

Jokowi Ju>kuwi> E.110h.13

Jokowi Ju>ku>wi> E.110h.9;

E.112h.17

Grafem <j> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

64

Rinjani Rinja>ni> E.107h.6

Rinjani Ri>nja>ni> E.107h.7

Rinjani Ri>nja>ni> E.107h.7;

E.111h.2

Grafem <dj> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

65 Djangga

Lubis Janjgha Lu>bi>s E.112h.60

Grafem <dj> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

66 Susi

Pudjiastuti Su>si> Bu>ji>astu>ti> E.110h.11

67 Bambang

Brodjonegoro Ba>mba>nj

Bu>ru>ju>ni>ju>ru> E.110h.11

68 Padjadjaran Ba>ja>ja>ra>n E.111h.22;

E.112h.23

69 Tedjo Edhy

Purdjianto Ti>ju> i>di>

Bu>rjiya>ntu> E.110h.11

Tabel 25. Grafem <j> dan <dj> Grafem < >

57

Pada tabel 25 menunjukkan bentuk representasi grafem <j> dan <dj> yang

dilambangkan dengan grafem < >. Bunyi [j] hanya dapat menduduki di posisi

awal dan tengah kata saja. Bunyi [j] tidak dapat menduduki di posisi akhir kata.

Seperti contoh dalam tabel 25, bahwa setiap bunyi fonem [ ] selalu diikuti vokal

panjang dalam bA (mad), baik di awal maupun tengah kata. Bunyi [j] yang diikuti

oleh bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Jayabaya’ < >, ‘Jawa’ < >, dan

‘Rinjani’ < >. Adapun bunyi [j] yang diikuti oleh bunyi mad [u:] terdapat

pada contoh 63 ‘Jokowi’ < >.

Bunyi fonem [dj] memiliki perkembangan sejarah yang sama dengan

bunyi fonem [tj]. Penggunaan ejaan fonem konsonan [dj] dan [tj] dalam bI

diresmikan pada tahun 1947 (Kurniawan, 2010: 8). Penulisan grafem <dj> yang

berada di awal silabel tidak serta merta diikuti oleh fonem vokal panjang bA

(mad), seperti pada contoh 65 ‘Djangga’ < >. Adapun grafem <dj> yang

berada di tengah silabel selalu diikuti oleh fonem vokal panjang bA (mad). Bunyi

[j] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 66 ‘Pudjiastuti’ < >

dan contoh 69 ‘Purdjianto’ < >, bunyi [j] yang diikuti bunyi mad [u:]

terdapat pada contoh 67 ‘Brodjonegoro’ < >, dan bunyi [j] yang diikuti

bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 68 ‘Padjadjaran’ < >.

D. Representasi Grafem <d> Grafem < >

Grafem <d> dapat dilambangkan dengan grafem < >. Fonem / / adalah

konsonan apiko-alveolar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem /d/ adalah

konsonan apiko-palatal, hambat, dan bersuara. Fonem /d/ dapat direpresentasikan

58

dengan bunyi [d] apabila berposisi di awal dan tengah silabel. Fonem /d/ juga

dapat direpresentasikan dengan bunyi [d] dan [t] apabila berposisi di akhir silabel

(Chaer, 2009: 79). Perubahan yang terjadi pada kasus bunyi [d] dan [t] tersebut

dipengaruhi oleh lingkungan, Verhaar (2006: 85) menyebutnya dengan netralisasi.

Berikut adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <d> dengan grafem

< >.

Grafem <d> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

70 Diponegoro Di>bu>ni>ju>ru> E.108h.10

71 Dompu Du>mbu> E.106h.7;

E.111h.13, h.15

72 Denpasar Di>nba>sa>r E.111h.18

Grafem <d> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

73 Udayana U>da>ya>na> E. 111h.17

74 Medan Mi>da>n

E.106h.10;

E.110h.16;

E.112h.55

Grafem <d> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

75

Ubud ‘U>bu>d E.110h.17

Ubud Ubu>d E.110h.17

Tabel 26. Grafem <d> Grafem < >

Fonem / / dalam bI dapat digunakan untuk merepresentasikan bunyi [d]

apabila fonem / / berada di posisi awal dan tengah silabel. Pada tabel 26 tersebut

menunjukkan bahwa setiap fonem / / yang berada di posisi awal dan tengal silabel

selalu diikuti oleh vokal panjang (mad(. Bunyi [d] yang diikuti bunyi mad [a:]

terdapat pada contoh 73 ‘Udayana’ < > dan contoh 74 ‘Medan’ < >.

59

Bunyi [d] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 70 ‘Diponegoro’

< >. Bunyi vokal [e] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi vokal [i:],

dapat dilihat pada contoh 72 ‘Denpasar’ < >. Bunyi [d] yang diikuti bunyi

mad [u:] terdapat pada contoh 71 ‘Dompu’ < >.

Fonem / / dalam bA juga dapat direpresentasikan dengan bunyi [t] apabila

fonem / / berada di akhir silabel. Hal ini seperti yang terdapat pada contoh 75

‘Ubud’ < > diakhiri dengan fonem / / dan pelafalan katanya adalah [ubut].

Fonem / / dalam bA yang direpresentasikan dengan bunyi [d] di akhir kata pada

penelitian ini tidak ditemukan. Ihwal perubahan bunyi akhir fonem pada kata

‘Ubud’ termasuk bentuk netralisasi.

E. Representasi Grafem <dh> Grafem < >

Grafem <dh> merupakan fonem yang dimiliki oleh bI. Grafem <dh> dapat

direpresentasikan dengan grafem < >. Menurut Verhaar (2006: 48) fonem

konsonan /dh/ termasuk konsonan apiko-palatal, hambat, dan bersuara. Hadi

(2015: 77) menyebutkan bahwa fonem konsonan /dh/ bersifat nonempatik setelah

terserap ke bI. Penggunaan grafem <dh> ini ditemukan dalam nama diri orang

Indonesia. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi

grafem <dh> dengan grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <dh> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

76 Dewa Dharu Di>wa> Da>ru> E.109h.10

60

Grafem <dh> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

77

Susilo

Bambang

Yudhoyono

Su>si>lu> Ba>mba>nj

Yu>du>yu>nu>

E.108h.21, h.22;

E.110h.9;

E.112h.34

Tabel 27. Grafem <dh> Grafem < >

Pada tabel 27 menunjukkan bahwa representasi grafem <dh> yang

dilambangkan dengan grafem < >. Bunyi [dh] termasuk bunyi konsonan letupan.

Konsonan letupan fonem [dh] ini dihasilkan pada artikulasi antara ujung lidah

dan langit-langit keras (Verhaar, 2006: 34). Fonem / / yang berposisi di awal dan

tengah silabel sama-sama diikuti oleh huruf vokal dalam bA (mad). Bunyi [dh]

yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 76 ‘Dharu’ < >. Adapun

bunyi [dh] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 77 ‘Yudhoyono’

< >. Bunyi [u:] dalam bA digunakan sebagai bentuk representasi bunyi

vokal [o] dalam bI. Sebagaimana penggunaan fonem /dh/ pada kata ‘Dharu’ dan

‘Yudhoyono’ merupakan pengaruh bahasa asalnya, yaitu bahasa Jawa. Hal ini

menyebabkan sifat fonem /dh/ termasuk konsonan letupan.

F. Representasi Grafem <s> Grafem < >

Grafem <s> yang terdapat dalam majalah AI direpresentasikan dengan

grafem < >. Fonem /s/ memiliki sifat sebagai konsonan lamino-alveolar, frikatif,

dan tidak bersuara. Adapun fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif,

61

dan tidak bersuara. Berikut ini merupakan bentuk representasi grafem <s> dengan

grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <s> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

78 Sanur Sa>nu>r E.110h.17

79 Soeharto Su>ha>rtu> E.107h.28;

E.108h.9

80 Surabaya Su>ra>ba>ya>

E.110h.17,

h.36;

E.112h.40;

E.113h.29

Grafem <s> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

81 Makassar Maka>sa>r

E.107h.26;

E.108h.22;

E.109h.18

Grafem <s> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

82 Sunan Kudus Su>na>n Ku>du>s E.113h.18

83 Andalas Anda>la>s E.111h.8

Tabel 28. Grafem <s> Grafem < >

Pada tabel 28 menunjukkan bahwa grafem < > dapat ditemukan di semua

posisi, baik di awal, tengah, dan akhir silabel. Bunyi [s] yang diikuti bunyi mad

[a:] terdapat pada contoh 78 ‘Sanur’ < > dan 81 ‘Makassar’ < >. Bunyi

[s] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 79 ‘Soeharto’ < > dan

62

80 ‘Surabaya’ < >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada

kata ‘Kudus’ < > dan ‘Andalas’ < >.

G. Representasi Grafem <s> Grafem < >

Grafem <s> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Pada majalah AI

ditemukan bahwa grafem <s> direpresentasikan dengan grafem < > pada posisi

awal silabel. Menurut Junanah (2010: 47) fonem / / berubah menjadi fonem /s/

karena daerah artikulasi keduanya sama-sama frikatif. Fonem konsonan / /

termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif, tidak bersuara, dan konsonan empatik

(Hadi, 2015: 74). Setelah terserap ke dalam bI, konsonan / / berubah menjadi

konsonan /s/ yang bersifat kebalikan dari konsonan / /. Konsonan empatik juga

sering disebut konsonan faringal (Chacra, 2007: 6). Berikut ini contoh yang

menunjukkan grafem <s> yang direpresentasikan dengan grafem < >.

Grafem <s> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

84 Solo Shu>lu> E.108h.22;

E.110h.13

Tabel 29. Grafem <s> Grafem < >

Pada tabel 29, penulisan grafem <s> direpresentasikan dengan grafem

< > dapat ditemukan di awal silabel. Penulisan grafem <s> yang

direpresentasikan dengan grafem < > pada contoh tersebut diikuti oleh vokal

panjang bA (mad). Bunyi vokal [o] dalam bI direpresentasikan dengan bunyi [u:]

dalam bA dan dilambangkan dengan fonem / /. Sebagai contoh seperti yang

terlihat pada kata 84 ‘Solo’ < >.

63

H. Representasi Grafem <t> Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <t>. Pada

majalah AI ditemukan bahwa grafem <t> direpresentasikan dengan grafem < > di

semua posisi. Fonem / / dalam bA termasuk fonem konsonan empatik, hambat,

pangkal gigi, dan tidak bersuara (Hadi, 2015: 77). Setelah terserap ke dalam bI,

fonem / / berubah menjadi fonem konsonan /t/ dengan sifat yang berkebalikan

dengan fonem / /. Konsonan empatik merupakan konsonan yang ditemukan

dalam bahasa-bahasa Semit yang bersifat apikal tetapi memiliki artikulasi

sekunder, sering terjadi di daerah faring (Carr, 2008: 49). Berikut ini contoh yang

menunjukkan grafem <t> direpresentasikan dengan grafem < >.

Grafem <t> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

85 Tokyo Thu>ki>yu> E.109h.20

Grafem <t> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

86 Sumatera Su>mathirah

E.107h.19;

E.108h.12;

E.110h.16, h.22

Grafem <t> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

87 Haryadi

Suyuti Ha>rya>di>

Su>yu>thi> E.113h.15

Tabel 30. Grafem <t> Grafem < >

Pada tabel 30 menunjukkan bahwa grafem <t> dapat direpresentasikan

dengan grafem < >. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kedekatan artikulasi

antara fonem /t/ dan fonem / /. Contoh 85 ‘Tokyo’, pada dasarnya grafem <t>

dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Akan tetapi, karena grafem <t>

64

tersebut terpengaruh oleh vokal setelahnya yaitu vokal /o/, maka konsonan yang

terdekat dengan konsonan tersebut adalah fonem / /. Hal ini menyebabkan

penulisan kata ‘Tokyo’ dalam bA ditulis menjadi < >. Bunyi fonem / / yang

diikuti bunyi vokal [e] yang direpresentasikan dengan vokal [i] terdapat pada

contoh 86 ‘Sumatera’ < >. Adapun bunyi fonem / / yang diikuti bunyi vokal

[i] terdapat pada contoh 87 ‘Suyuti’ < >.

I. Representasi Grafem <p> Grafem < >

Grafem < > ini dapat mewakili penggunaan grafem <p>. Hal ini

dikarenakan dalam bA tidak memiliki konsonan bunyi [p]. Fonem /p/ merupakan

fonem asli yang dimiliki bI (Hadi, 2015: 58). Fonem /p/ memiliki sifat sebagai

konsonan bilabial, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem / / termasuk

konsonan labio-dental, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk

representasi grafem <p> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam

majalah AI.

Grafem <p> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

88 Pontianak Fu>ntiya>nak E.113h.26

89 Praya Fra>ya> E.111h.19

Tabel 31. Grafem <p> Grafem < >

Tabel 31 menunjukkan bahwa grafem <p> dapat direpresentasikan dengan

grafem < > di posisi awal silabel. Pada kasus ini terjadi pergeseran konsonan /p/

menjadi fonem / / dalam bA (Zuvara, 2008: 57). Bergesernya konsonan tersebut

65

dikarenakan adanya kedekatan daerah artikulasi. Hal inilah yang menyebabkan

konsonan hambat bilabial /p/ bergeser menjadi / / konsonan frikatif labio-dental.

Sebagai contoh yaitu pada ‘Pontianak’ dalam bA ditulis menjadi < > dan

‘Praya’ ditulis menjadi < >.

J. Representasi Grafem <k> Grafem < >

Grafem <k> dapat direalisaikan dengan fonem / /. Grafem <k>

merupakan konsonan dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem / /

memiliki sifat dorso-uvular, hambat, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk

representasi grafem <k> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam

majalah AI.

Grafem <k> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

90 Afrika Afri>qiya> E.106h.10

91 Edi Marzuki

Nalapraya I>di> Marzu>qi>

Na>la>bra>ya> E.112h.25

Grafem <k> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

92 Pondok

Indah Mall Funduq Indah

Mu>l E.112h.21

Tabel 32. Grafem <k> Grafem < >

Tabel 32 menunjukkan bahwa grafem <k> dapat direpresentasikan dengan

grafem < >. Penulisan grafem <k> dengan grafem < > dalam bA dapat

66

ditemukan dalam penulisan nama diri dan nama tempat. Fonem / / yang telah

diserap ke dalam bI berubah menjadi fonem /k/ menimbulkan terjadinya variasi

pengucapan dan penulisan (Hadi, 2015: 85). Penggunaan fonem ini dapat

ditemukan pada posisi tengah dan akhir silabel. Penggunaan fonem / / dalam

merepresentasikan grafem <k> pada contoh 90 ‘Afrika’ < > dipengaruhi oleh

lingkungan bahasa Inggris. Kata ‘Afrika’ dalam bahasa Inggris ditulis Africa.

Sementara itu, fonem / / yang terdapat pada contoh 92 ‘Pondok’ merupakan

pengaruh dari bahasa Arab sehingga ditulis menjadi Funduqun. Adapun kata

funduqun dalam bahasa Indonesia berarti pondok atau hotel (Baalbaki, Munir dan

Rohi Baalbaki , 2006: 695).

67

BAB IV

ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN BERBEDA

A. Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab yang Berbeda

Kategori bunyi konsonan selanjutnya yaitu konsonan yang memiliki titik

artikulasi berbeda. Titik artikulasi yang dimiliki konsonan bI tentunya tidak sama

atau tidak sepadan dengan konsonan yang dimiliki bA. Perbedaan titik artikulasi

tersebut dikarenakan karakteristik kedua sifat bahasa yang berbeda. Bahasa

Indonesia memiliki jumlah konsonan yang lebih sedikit dari pada bA. Terlebih

lagi, dalam bI terdapat beberapa konsonan khas yang dalam bA tidak ditemukan

bunyi konsonan tersebut. Berikut ini pemaparan analisis bunyi konsonan bI dan

bA yang berbeda titik artikulasinya dalam majalah AI.

Perbedaan titik artikulasi fonem konsonan bI dan bA terlihat mencolok

manakala digunakan dalam sebuah kosakata. Titik artikulasi pada bunyi konsonan

menjadi penentu utama dalam hal perbedaan antara konsonan bI dan bA.

Penggunaan fonem konsonan bA dalam merepresentasikan konsonan bI juga

dapat mengakibatkan perubahan bunyi fonem konsonan menjadi bunyi fonem

vokal. Bentuk pengalihaksaraan bunyi konsonan berbeda yang ditemukan dalam

penelitian ini ada empat (4), yaitu <th> < >, <ch> < >, <a> < >, dan

<ch> < >. Perbedaan konsonan-konsonan tersebut akan diuraikan lebih rinci

pada pembahasan berikut ini.

68

1. Representasi Grafem <th> Grafem < >

Pada majalah AI ditemukan adanya penggunaan grafem <th> dengan

grafem < >. Fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, hambat, dan tidak

bersuara. Menurut Verhaar (2006: 70) fonem [t] dan [th] disebut alofon-alofon

dari fonem /t/. Perbedaan alofonemis yang terjadi pada fonem /t/ dipengaruhi

oleh lingkungan alofon tersebut. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem

<th> yang dilambangkan menjadi grafem < > dalam majalah AI.

Grafem <th> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

93 Thamrin Ta>mri>n E.108h.10;

E.112h.15, h.13

94 Thailand Ta>ila>nd E.113h.9

Grafem <th> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

95 Artha Gading

Mall Arta> Ja>di>nj Mu>l E.112h.21

Tabel 33. Grafem <th> Grafem < >

Pada tabel 33 menunjukkan adanya representasi grafem <th> yang

dilambangkan dengan grafem < >. Berdasarkan pengaruh lingkungan yang

terjadi pada fonem /t/, bunyi [t] di awal kata yang diikuti vokal pelafalannya

seperti mengandung bunyi /h/, sehingga pelafalan bunyinya menjadi [th]. Hal

itu seperti yang terlihat pada contoh 93 ‘Thamrin’ < > dan contoh 94

‘Thailand’ < >. Sementara itu, fonem /t/ yang tidak di awal kata

pelafalannya menjadi bunyi [t], seperti pada contoh 95 ‘Artha’ < >.

69

2. Representasi Grafem <ch> Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <ch>.

Grafem <ch> yang dimaksudkan pada pembahasan ini bukan konsonan bA

asli. Representasi grafem <ch> dengan grafem < > biasanya disesuaikan

dengan cara pelafalan kosakata tersebut. Penggunaan grafem < > ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Grafem <ch> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

96 Andrinof

Chaniago Anadiri>nu>fu

Sya>niya>ghu> E.110h.11, h.22

Tabel 34. Grafem <ch> Grafem < >

Pada tabel 34 menunjukkan bahwa grafem <ch> yang direpresentasikan

dengan grafem < > hanya berposisi di awal silabel. Fonem / / dalam contoh

tersebut diikuti oleh bunyi vokal panjang bA (mad). Penulisan fonem /ch/

dengan / / disesuaikan pada pelafalan kosakata tersebut. Menurut Gazali

(2014b) huruf / / memiliki kedekatan fonetis dengan fonem /c/. Fonem / /

tersebut merupakan bunyi dari langit-langit keras dengan sifat geseran tidak

bersuara (Ryding, 2005: 14). Penggunaan fonem / / dalam melambangkan

grafem <ch> ini dipengaruhi oleh fonem /c/ dalam bahasa Inggris. Bahasa

Inggris melafalkan bunyi /c/ dengan [si:]. Representasi fonem /c/ dalam bahasa

Inggris kuno dilambangkan dengan /ch/ (Wikipedia.org, 18 Mei 2016).

70

3. Representasi Grafem <a> Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <a>.

Fonem / / ini bersifat faringal, frikatif, dan bersuara. Pada ihwal ini terjadi

perubahan status dari fonem konsonan / / berubah menjadi fonem vokal /a/.

Penyesuaian fonem vokal ke fonem konsonan dalam bA terjadi karena

disesuaikan dengan pengucapan orang Arab (Zuvara, 2008: 88). Berikut adalah

contoh yang menunjukkan representasi grafem <a> dengan grafem < > dalam

majalah AI.

Grafem <a> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

97 Pagar Alam Ba>ja>r ‘A>lam E.108h.12

Tabel 35. Grafem <a> Grafem < >

Tabel 35 menunjukkan adanya kasus penulisan grafem <a> yang

direpresentasikan dengan grafem < >. Contoh 97 merupakan bentuk proper

name yang berupa kosakata sebuah tempat. Penulisan kata ‘Alam’ dalam bA

diwujudkan dengan menggunakan fonem / /, bukan menggunakan huruf alif

sehingga kata ‘Alam ‘ dalam bA ditulis menjadi < >.

4. Representasi Grafem <ch> Grafem < >

Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <ch>.

Pada majalah AI ditemukan bahwa grafem <ch> yang direpresentasikan dengan

grafem < > pada posisi awal silabel. Berikut ini contoh yang menunjukkan

grafem <ch> direpresentasikan dengan grafem < >.

71

Grafem <ch> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

98 Yuddy

Chrisnandi Yu>di> Kri>sna>dzi> E.110h.11

Tabel 36. Grafem <ch> Grafem < >

Tabel 36 menunjukkan bahwa grafem <ch> dapat direpresentasikan

dengan grafem < >. Penggunaan fonem / / ini dikarenakan pelafalan fonem

/ch/ mirip dengan fonem / /. Hal ini menyebabkan grafem <ch> pada contoh

98 ‘Chrisnandi’ dalam bA ditulis dengan fonem < > menjadi < >.

Grafem <ch> ini jarang ditemukan dalam penggunaan kosakata asli bI.

B. Konsonan Bahasa Indonesia yang Tidak Dimiliki Bahasa Arab

Jumlah huruf konsonan dalam bI lebih sedikit daripada konsonan dalam

bA. Bahasa Indonesia memiliki dua puluh dua fonem konsonan. Sementara itu,

jumlah fonem konsonan dalam bA ada dua puluh delapan (Chacra, 2007: 1).

Bahasa Indonesia memiliki beberapa konsonan yang tidak dimiliki oleh bA.

Konsonan-konsonan tersebut di antaranya adalah grafem <c>, <g>, <ng>, dan

<ny>. Grafem-grafem yang dimiliki bI tersebut akan diuraikan lebih lanjut

pada pembahasan berikut ini.

1. Grafem <c>

Grafem <c> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk

merepresentasikan dalam bA, grafem <c> dapat diwakili dengan beberapa

72

huruf konsonan dalam bA. Huruf-huruf bA tersebut di antaranya seperti grafem

< >, < >, < >, dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan

tersebut.

a. Representasi Grafem <c> Grafem < >

Grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/

dalam bI memiliki karakteristik sebagai konsonan medio-palatal, hambat,

dan tidak bersuara. Adapun fonem konsonan / / termasuk konsonan apiko-

dental, frikatif, dan bersuara. Kedua fonem tersebut memiliki perbedaan

karakteristik yang sangat mencolok. Berikut ini adalah contoh yang

menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >.

Grafem <c> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

99 Pecatu Bi>tsa>tu> E.111h.11

Tabel 37. Grafem <c> Grafem < >

Pada tabel 37 menunjukkan bahwa grafem <c> dapat

direpresentasikan dengan grafem < >. Penggunaan grafem < > ini hanya

ditemukan dalam posisi di tengah silabel. Penulisan grafem <c> dengan

grafem < > pada contoh 99 ‘Pecatu’ < > merupakan pengaruh dari

bahasa Bali. Bunyi /ca/ dalam penulisan aksara Bali digunakan untuk

melambangkan bunyi /c/ dan /t∫/ (Wikipedia.com, 10 Mei 2016).

b. Representasi Grafem <c> Grafem < >

Grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/

dalam bI merupakan konsonan medio-palatal, hambat, dan tidak bersuara.

73

Adapun fonem konsonan / / dalam bA termasuk konsonan apiko-alveolar,

frikatif, dan tidak bersuara. Kedua fonem tersebut sama-sama sebagai

konsonan tidak bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan

representasi grafem <c> dengan grafem < >.

Grafem <c> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

100 Cisarua Si>sarwa> E.113h.52

Tabel 38. Grafem <c> Grafem < >

Pada tabel 38 menunjukkan bahwa grafem <c> dapat

direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <c> dengan

grafem < > pada kata ‘Cisarua’ < > dipengaruhi oleh bahasa Sunda.

Cisarua merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan Jawa Barat.

Berdasarkan tabel 38, representasi grafem <c> dengan grafem < > hanya

ditemukan di posisi awal silabel.

c. Representasi Grafem <c> Grafem < >

Grafem <c> dalam bA juga dapat direpresentasikan dengan grafem

< >. Fonem /c/ dalam bI merupakan konsonan medio-palatal, hambat, dan

tidak bersuara. Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan

konsonan apiko-palatal, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah

contoh yang menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >

pada majalah AI.

74

Grafem <c> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

101 Cibubur Syi>bu>bu>r E.110h.9

102 Cianjur Syi>anju>r E.109h.11, h.15

Grafem <c> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

103 Ancol Ansyu>l

E.112h.12, h.13,

h.21;

E.113h.56

104 Puncak Bu>nsya>k E.110h.17, h.56

105 Kerinci Kiri>nsyi> E.109h.12, h.14

Tabel 39. Grafem <c> Grafem < >

Pada tabel 39 menunjukkan bahwa grafem <c> dalam bA dapat

direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <c> dengan

grafem < > dapat ditemukan di posisi awal dan akhir silabel. Adanya

representasi fonem /c/ dalam bA pada kasus ini disebabkan oleh cara

pelafalan kosakata tersebut (Ridwan, Muhammad dan Haryati, 2015: 145).

Pelafalan fonem /c/ cenderung dipengaruhi oleh fonetis bahasa Inggris yang

terdengar dengan bunyi [si] (Gazali, 2014b). Hal ini menjadikan

representasi grafem <c> pada kasus ini diwakili dengan fonem / /.

Bunyi [c] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 104

‘Puncak’ < >. Bunyi [c] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 103

‘Ancol’ < >. Bunyi [c] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata

‘Cibubur’ < >, ‘Cianjur’ < >, dan ‘Kerinci’ < >.

75

d. Representasi Grafem <c> Grafem < >

Grafem <c> dalam bA juga direpresentasikan dengan grafem < >.

Menurut Gazali (2014b) silabel / / terdiri dari fonem / / dan / / yang

secara umum untuk mentransliterasikan silabel /ch/ bukan /c/ tunggal.

Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <c>

dengan grafem < >.

Grafem <c> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

106 Cengkareng Tsyi>nka>ri>nj E.108h.8

107 Cirebon Tsyi>ri>bu>n E.109h.19

108 Carangsari Tsya>ranjsa>ri> E.111h.11

Grafem <c> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

109 Aceh

Atsyi>h E.111h.9

Atsyi>h E.111h.9

A>tsyi>h E.111h.9

Grafem <c> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

110 Kerinci Ki>ri>ntsya> E.109h.13

Tabel 40. Grafem <c> Grafem < >

Tabel 40 menunjukkan bentuk representasi grafem <c> dengan

grafem < >. Penelitian ini menemukan adanya grafem < > yang berada

di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan

grafem < > pada kasus ini disesuaikan dengan bahasa asalnya. Hal itu

76

terlihat pada contoh 109 ‘Aceh’ < > dan contoh 110 ‘Kerinci’

< >. Kata ‘Aceh’ berasal dari bahasa Persia dan dieja ‘Achei’

(Rosmanuddin, 2015). Adapun kata ‘Kerinci’ berasal dari bahasa Tamil,

yaitu ‘Kurintji’ yang berarti bunga kurinji (anak-qinchi.blogspot.com, 11

Mei 2016). Hal ini menjadikan penulisan grafem <c> dalam bA

direpresentasikan dengan grafem < >. Bunyi [c] yang diikuti mad [i:]

terdapat pada contoh 106 ‘Cengkareng’ < > dan contoh 107

‘Cirebon’ < >. Adapun bunyi [c] yang diikuti mad [a:] terdapat pada

contoh 108 ‘Carangsari’ < >.

2. Grafem <g>

Grafem <g> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk

merepresentasikan dalam bA, grafem <g> dapat diwakili dengan grafem < >

dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan tersebut.

a. Representasi Grafem <g> Grafem < >

Grafem <g> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >.

Fonem /g/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-

velar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / merupakan konsonan apiko-

palatal, afrikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan

representasi grafem <g> dengan grafem < >.

77

Grafem <g> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

111 Garut Ja>ru>t E.106h.12, h.24;

E.110h.62

112 Gambir Ja>mbi>r E.108h.9

113 Gresik Jri>si>k E.108h.33

Grafem <g> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

114 Bogor Bu>ju>r

E.107h.14;

E.109h.15;

E.110h.17

115 Legian Li>jiya>n E.110h.17;

E.111h.10

116 Legon Li>ju>n E.109h.10

Grafem <g> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

117 Salatiga Sa>la>ti>ja> E.106h.57

118 Berastagi Bira>sta>ji> E.106h.11

Bira>sta>ja> E.110h.16

Tabel 41. Grafem <g> Grafem < >

Tabel 41 menunjukkan bahwa grafem <g> dapat direpresentasikan

dengan grafem < >. Penggunaan grafem < > pada kasus ini ditemukan di

semua posisi dalam suatu kosakata. Penggunaan fonem / / dalam

merepresentasikan grafem <g> dipengaruhi oleh penggunaan dialek (Gazali,

2014a). Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi /ga/ apabila setelah

fonem / / diikuti huruf mad alif / / /a:/ seperti pada kata ‘Salatiga’

< >, ‘Garut’ < >, dan ‘Gambir’ < >. Fonem / / dapat

78

dilafalkan menjadi bunyi /gi/ apabila setelah fonem / / diikuti huruf / / /i:/

seperti pada contoh 115 ‘Legian’ < > dan contoh 118 ‘Berastagi’

< >. Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi /gu/ apabila setelah

fonem / / diikuti huruf / / seperti pada contoh 114 ‘Bogor’ < > dan

contoh 116 ‘Legon’ < >. Adapun contoh bunyi [g] di awal silabel

terdapat pada kata ‘Gresik’ < >.

b. Representasi Grafem <g> Grafem < >

Grafem <g> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >.

Fonem /g/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-

velar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / merupakan konsonan dorso-

velar, frikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan

representasi grafem <g> dengan grafem < >.

Grafem <g> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

119 Gili Air Ghi>li> A>ir E.107h.6

120 Gamelan Gha>mi>la>n E.109h.10

Grafem <g> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

121 Bogor Bu>ghu>r

E.110h.56;

E.112h.34, h.50;

E.113h.52

122 Agung

Nugroho

Aju>nj

Nu>ghru>hu> E.109h.30

Tabel 42. Grafem <g> Grafem < >

Tabel 42 menunjukkan bentuk representasi grafem <g> menjadi

grafem < >. Titik artikulasi kedua fonem ini sama-sama dorso-velar.

79

Menurut Junanah (2010: 85) fonem /g/ memiliki alofon [gh] apabila

berposisi di awal dan tengah silabel yang diikuti vokal. Adanya alofon [gh]

tersebut dikarenakan pengaruh dari bahasa Jawa. Sebagai contoh yaitu pada

contoh 120 ‘Gamelan’ < > dan contoh 121 ‘Bogor’ < >. Pelafalan

bunyi /ga/ dalam bahasa Jawa termasuk bunyi /ga/ tebal sehingga pelafalan

vokal /a/ seperti berbunyi vokal /o/. Fonem / / diikuti bunyi mad [i:]

terdapat pada contoh 119 ‘Gili’ < >. Bunyi fonem /g/ pada contoh 112

‘Nugroho’ dilafalkan tebal sehingga dalam bA ditulis menjadi < >.

3. Grafem <ng>

Grafem <ng> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA.

Untuk merepresentasikan dalam bA, grafem <ng> dapat diwakili dengan

beberapa grafem bA. Grafem tersebut adalah < >, < >, < >, dan < >.

Berikut adalah uraian masing-masing konsonan bA tersebut.

a. Representasi Grafem <ng> Grafem < >

Grafem <ng> termasuk konsonan nasal (sengau). Fonem /ŋ/ dalam

bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, nasal, dan

bersuara. Adapun konsonan / / merupakan konsonan dorso-velar, frikatif,

dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi

grafem <ng> dengan grafem < >.

80

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

123 Walisongo Wa>li>su>ghu> E.112h.10, h.27

124 Kadilangu Ka>di>la>ghu> E.113h.18

Tabel 43. Grafem <ng> Grafem < >

Penggunaan grafem < > untuk merepresentasikan grafem <ng>

didasari adanya kesamaan titik artikulasi kedua fonem tersebut. Kedua

fonem ini sama-sama konsonan dorso-velar. Pada tabel 43 menunjukkan

adanya representasi grafem <ng> dengan grafem < > ditemukan di posisi

akhir silabel. Contoh 123 ‘Walisongo’ < > dan contoh 124

‘Kadilangu’ < > merupakan kosakata yang berasal dari kawasan Jawa

Tengah. Penulisan grafem <ng> yang terdiri dari grafem <n> dan <g>

dalam bA diwakili dengan grafem < > ini dimaksudkan untuk

mempermudah penulisannya dalam teks Arab. Hal ini mengingat bahwa

grafem <ng> secara fonetis dilambangkan dengan /ŋ/ sehingga penulisannya

dalam bA dapat diwakili dengan satu fonem yaitu fonem / /.

b. Representasi Grafem <ng> Grafem < >

Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan

dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /.

Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal,

dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan apiko-palatal, afrikatif, dan

bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem

<ng> dengan grafem < >.

81

Grafem <ng> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

125 Ngurah Rai Nju>ra>h Ra>i E.111h.11

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

126 Manggar Ma>njja>ru E.107h.10, h.11

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

127 Belitung Bili>tu>nj E.107h.10

Bi>li>tu>nj E.107h.11

128 Semarang Sima>ranj E.113h.8, h.24

Sima>ra>nj E.113h.15, h.27

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

129 Katang Ka>ta>nj E.109h.9

Tabel 44. Grafem <ng> Grafem < >

Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng>

ditemukan di semua posisi silabel. Menurut Zuvara (2008: 63) grafem <ng>

dan < > memiliki kedekatan dalam hal artikulasi, yaitu nasal (sengau).

Sifat sengau ini lebih cenderung karena pengaruh sifat fonem / /. Pemilihan

grafem < > untuk merepresentasikan grafem <ng> merupakan bentuk

umum pengalihaksaraan dalam bA. Hal ini dapat dilihat pada tabel 44,

grafem <ng> digunakan di awal, tengah, dan akhir silabel. Hal tersebut

tentunya berbeda dengan bentuk representasi fonem /ŋ/ lainnya yang hanya

ditemukan di sebagian posisi silabel saja.

82

Fonem /ŋ/ yang berada di awal silabel pada contoh 125 diikuti oleh

mad /u:/ untuk merepresentasikan contoh 125 ‘Ngurah’ sehingga dalam bA

ditulis menjadi Nju>ra>h < >. Fonem /ŋ/ yang berada di posisi tengah

silabel pada tabel 44 yaitu contoh 126 ‘Manggar’ < >. Pada kata

‘Manggar’, grafem < > dan grafem < > ditulis berdampingan sesuai

bahasa aslinya. Hanya saja, pada grafem < > tidak diikuti bunyi mad yang

menandakan bunyi vokal. Adapun fonem / / diikuti bunyi mad [a:] sebagai

bunyi vokal [a]. Grafem < > yang berada di posisi di akhir silabel tidak

mengalami kendala, karena grafem <ng> selalu direpresentasikan dengan

< > seperti kata ‘Belitung’ < >, ‘Semarang’ < >, dan ‘Katang’

< >.

c. Representasi Grafem <ng> Grafem < >

Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan

dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /.

Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal,

dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan dorso-velar, frikatif, dan

bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem

<ng> dengan grafem < >.

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

130 Hong Kong Hu>ngh Ku>ngh E.108h.27;

E.109h.17

131 Minangkabau Mi>na>nghka>bu> E.107h.3

83

Grafem <ng> di Akhir Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

132 Serang Si>ra>ngh E.112h.9

Tabel 45. Grafem <ng> Grafem < >

Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> dalam

bA dapat ditemukan di posisi tengah dan akhir silabel. Penggabungan huruf

/ / dan / / menjadi fonem / / jika dilihat berdasarkan karakteristik fonem

konsonan tersebut, maka fonem / / memiliki kemiripan sifat dengan fonem

/ŋ/ dalam bI. Berdasarkan tabel 45 fonem / / yang berposisi di tengah

silabel selalu diikuti oleh fonem konsonan. Sebagai contoh yaitu contoh 130

‘Hong Kong’ < > dan contoh 131 ‘Minangkabau’ < >. Pada

contoh 130 dan contoh 131 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

penghilangan huruf konsonan setelah direpresentasikan ke bA. Fonem / /

yang berposisi di akhir silabel seperti pada contoh 132 ‘Serang’ < >

tidak mengalami kendala.

d. Representasi Grafem <ng> Grafem < >

Grafem <ng> dalam bA dapat direpresentasikan menggunakan

grafem < >. Fonem /ŋ/ memiliki sifat sebagai konsonan dorso-velar, nasal,

dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /. Fonem / / termasuk

konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan

dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Penggunaan grafem < > sebagai

representasi grafem <ng> dapat ditemukan dalam majalah AI. Berikut ini

contoh penggunaan grafem < > sebagai lambang dari grafem <ng>.

84

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

133 Sengkol Si>nku>l E.107h.7

134 Lengkuas Li>nkuwa>s E.107h.10,

h.11

135 Minangkabau Mi>na>nka>bu>

E.107h.13,

h.18;

E.109h.23;

E.110h.16

136 Sangkuriang Sa>nku>riya>nj E.109h.16

Tabel 46. Grafem <ng> Grafem < >

Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> hanya

ditemukan di posisi tengah silabel. Grafem < > sesuai tabel 46

dipengaruhi oleh huruf konsonan setelahnya. Kosakata dalam tabel 46

menunjukkan bahwa setelah fonem /ŋ/ selalu diikuti oleh fonem konsonan

/k/. Hal ini menyebabkan penulisan grafem <ng> dalam bA

direpresentasikan seperti bacaan tajwid bunyi ikhfa’. Pada bunyi ikhfa’

terjadi karena adanya huruf / / bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’ yaitu

huruf / / sehingga pada kasus grafem <ng> ditulis menjadi grafem < >.

Penulisan kosakata pada tabel 46 tersebut disesuaikan juga dengan

cara pelafalannya, yaitu menggunakan hukum bacaan ikhfa’. Ihwal

penulisan grafem < > seperti bunyi bacaan ikhfa’ yang merepresentasikan

grafem <ng> pada kasus ini sesuai dengan perubahan bunyi Crowley, yakni

asimilasi. Menurut Kridalaksana (2008: 20) asimilasi adalah perubahan

bunyi yang mengakibatkan bunyi lain di dekatnya menjadi mirip atau sama.

Contoh asimiliasi terdapat pada kata ‘Sengkol’ < >, ‘Lengkuas’

< >, ‘Minangkabau’ < >, dan ‘Sangkuriang’ < >. Pada

85

contoh-contoh tersebut bunyi /ŋ/ direpresentasikan dengan fonem / /

karena dipengaruhi huruf konsonan /k/ setelahnya sehingga fonem / /

dapat digunakan untuk mewakili palafalan fonem /ŋ/ dan /k/ dalam satu

kosakata.

e. Representasi Grafem <ng> dengan Cara Geminasi

Bentuk pengalihaksaraan grafem <ng> dalam bA dapat dilakukan

dengan cara geminasi. Geminasi menurut Al-Khuli (1982: 103) merupakan

bentuk penggabungan dua huruf konsonan yang sama menjadi satu huruf.

Abbas et al. (2011: 5) juga berpendapat sama seperti Al-Khuli bahwa

geminasi dapat terjadi pada suatu deret konsonan. Geminasi pada konsonan

Arab tidak ditulis dengan huruf rangkap tetapi ditulis dengan diakritik

berupa tasydid (Kharusi, Nafla S. dan Amel Salman, 2011: 18).

Representasi bunyi fonem /ŋ/ dengan cara geminasi ditemukan pada majalah

AI dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini.

Grafem <ng> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

137 Hinggi Hi>nji> E.106h.8

138 Inggrid

Kansil Injri>d Ka>nsi>l E.112h.40

139 Senggigi Singhi>ji> E.107h.8

140 Nanggu Na>nghu> E.111h.14

Tabel 47. Grafem <ng> dengan Cara Geminasi

Bentuk representasi grafem <ng> dengan cara geminasi dapat terjadi

pada grafem <ng> yang diikuti grafem <g> setelahnya. Grafem <ng> yang

86

direpresentasikan dalam bA seperti pada tabel 47 menunjukkan bahwa

grafem <ng> tetap direpresentasikan seperti grafem <ng> dalam bI. Namun,

representasi grafem <g> dalam bA yang mengikuti grafem <ng> pada tabel

47 tidak ditulis kembali. Hal inilah yang menjadikan adanya geminasi pada

deret konsonan /ŋg/. Seperti yang terlihat pada kata ‘Hinggi’ < >,

‘Inggrid’ < >, ‘Senggigi’ < >, dan ‘Nanggu’ < >. Semua contoh

tersebut dalam bahasa Arab ditunjukkan dengan cara geminasi, yaitu

penggabungan grafem <g> menjadi grafem <ng>.

4. Grafem <ny>

a. Representasi Grafem <ny> Grafem < >

Grafem <ny> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA.

Grafem <ny> dalam bA diwakili dengan menggunakan grafem < >. Fonem

/ñ/ dalam bI termasuk konsonan medio-palatal, nasal, dan bersuara. Fonem

/ / terdiri dari konsonan / / dan / /. Fonem / / merupakan konsonan apiko-

alveolar, nasal, dan bersuara. Adapun fonem / / adalah dorso-velar,

semivokal, dan bersuara. Penggunaan fonem /ñ/ jarang ditemukan dalam bA

(Ridwan, Muhammad dan Haryati, 2015: 146). Berikut ini contoh grafem

<ny> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam majalah AI.

87

Grafem <ny> di Awal Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

141 Nyale Nya>li> E.106h.7

142 Nyamplungan

Nya<mbu>lu>nja>n E.109h.9

Nya<bu>lu>nja>n E.109h.9

143 Nyelanding Nyla>ndi>nj E.110h.19

Grafem <ny> di Tengah Silabel

No. bI bA Transliterasi Sumber

144 Lunyuk Lu>nyu>k E.106h.8

145 Seminyak Si>mi>nya>k E.110h.17

146 Anyar Anya>r E.112h.9

147 Anyer Anyir E.112h.9

Tabel 48. Grafem <ny> Grafem < >

Representasi grafem <ny> dalam bA dengan grafem < > hanya

dapat ditemukan di awal dan tengah silabel. Penggunaan grafem < > dalam

merepresentasikan grafem <ny> berdasarkan tabel 48 merupakan bentuk

penyesuaian dengan fonem asal dari bunyi /ñ/. Fonem /ñ/ merupakan

dwihuruf yang terdiri dari fonem /n/ dan /y/. Fonem /ñ/ dalam bA

dilambangkan dengan dua huruf konsonan yaitu fonem / / dan fonem / /

yang ditulis menjadi grafem < >.

Grafem < > yang diikuti bunyi mad [a:] di awal silabel terdapat

pada kata ‘Nyale’ < >, ‘Nyamplungan’ < >, dan ‘Nyelanding’

< >. Adapun grafem < > yang diikuti bunyi mad [a:] di tengah silabel

88

terdapat pada contoh 145 ‘Seminyak’ < > dan contoh 146 ‘Anyar’

< >. Grafem < > yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 144

‘Lunyuk’ < >

89

BAB V

ALIH AKSARA GUGUS DAN DERET KONSONAN

A. Alih Aksara Gugus Konsonan

Gugus fonem dalam bI ditandai dengan adanya dua huruf fonem

yang berbeda dalam satu silabel atau suku kata (Chaer, 2009: 83). Akan

tetapi, dalam bA tidak mengenal adanya gugus konsonan. Hal ini

dikarenakan fonem konsonan bA selalu diikuti dengan bunyi vokal

(harakat). Namun, pada penelitian ini ditemukan adanya representasi

gugus konsonan bI yang direpresentasikan dalam bA. Penulisan gugus

konsonan bA ini disesuaikan dengan cara pengucapan pada kosakata bI.

Berikut ini merupakan bentuk representasi gugus konsonan dari fonem-

fonem bI ke bA yang terdapat dalam majalah AI.

Gugus Konsonan /br/

No. bI bA Transliterasi Sumber

148 Bromo Bru>mu> E.110h.17

Gugus Konsonan /pr/

No. bI bA Transliterasi Sumber

149 Pratikno Ba>ra>ti>knu> E.110h.11

150 Priyono Briyu>nu> E.113h.26

Gugus Konsonan /pl/

No. bI bA Transliterasi Sumber

151 Pluit Blu>it E.112h.60

90

Gugus Konsonan /tr/

No. bI bA Transliterasi Sumber

152 Trawangan

Tra>wa>nja>n E.107h.7

Trawa>ngha>n E.107h.6

153 Tri Rismaharini Tri>

Ri>sma>ha>ri>ni> E.112h.40

Gugus Konsonan /dr/

No. bA bI Transliterasi Sumber

154 Sunan Drajat Su>na>n Dra>ja>t E.113h.18

155

Indroyono

Soesilo

Indru>yu>nu>

Su>si>lu> E.110h.11

Gugus Konsonan /sr/

No. bI bA Transliterasi Sumber

156 Sriwijaya Sri>wi>ja>ya> E.107h.11

Gugus Konsonan /mr/

No. bI bA Transliterasi Sumber

157 Mrican Mri>tsya>n E.109h.9

Tabel 49. Alih Aksara Gugus Konsonan

Pada tabel 49 menunjukkan adanya beberapa kasus alih aksara gugus

konsonan dalam bA. Penulisan gugus konsonan dalam bA ditentukan

berdasarkan pola suku kata (silabel). Menurut Holes (2004: 49-50) pola suku

kata dalam bA terbagi menjadi dua, yaitu (1) silabe terbuka: Cv atau Cv: dan

(2) silabel tertutup: CvC, Cv:C, CvCC, dan Cv:CC. Adapun pola suku kata bI

91

ada sebelas, yakni (1) V, (2) VK, (3) KV, (4) KVK, (5) KVKK, (6) KVKKK,

(7) KKV, (8) KKVK, (9) KKKV, (10) KKKVK, (11) KKVKK (Hadi, 2015:

30).

Gugus konsonan pada tabel 49 secara ortografis direpresentasikan

dengan pola KKV:. Pola KKV: tersebut tidak terdapat dalam pola suku kata

bA, melainkan salah satu pola suku kata dalam bI. Pola silabel dalam tabel 49

sebagian besar berasal dari bahasa asing. Hal ini dikarenakan pola silabel pada

contoh tersebut sebagian besar berpola KKV, yakni dua buah konsonan

beruntun. Menurut Chaer (2009: 59) untuk mengubah ke pola silabel asli bI

maka pada pola KKV tersebut harus disisipi bunyi [∂]. Sebagai contoh, kata

149 [Pratikno] menjadi [P∂ratikno]. Seperti yang diketahui bahwa pola silabel

dalam bA selalu menghadirkan bunyi vokal (harakat). Hal ini dapat dilihat

ketika melafalkan kosakata bA. Gugus konsonan berdasarkan tabel 49 hanya

ditemukan di awal dan tengah silabel. Pada penelitian ini ditemukan penulisan

gugus fonem bA yang ditulis dengan pola suku kata KKV: seperti pola suku

kata dalam bahasa asalnya yaitu bahasa Indonesia.

Gugus konsonan yang ditemukan dalam majalah AI sebagian besar

merupakan gugus konsonan dengan perpaduan fonem /r/ dan /l/ di posisi

konsonan kedua. Kedua konsonan ini merupakan konsonan yang bersifat

apiko-alveolar bersuara. Pengartikulasian dengan apiko-alveolar ini dilakukan

dengan cara ujung lidah menyentuh bagian gusi atas. Pengucapan fonem /r/ dan

/l/ ini merupakan bentuk pengucapan bunyi tersulit yang dilakukan oleh anak

kecil ketika sedang belajar berbicara.

92

Gugus konsonan bA yang ditemukan dalam majalah AI hanya

merupakan bentuk pengalihan gugus konsonan bI ke dalam aksara Arab. Pada

pengalihaksaraan latin ke Arab hanya ditulis biasa tanpa diberi diakritik

khusus. Padahal sifat aksara latin (bI) dengan aksara Arab (huruf hijaiyah)

memiliki perbedaan dalam tata cara menulis. Perbedaan mencolok yang terlihat

yaitu huruf hijaiyah selalu ditulis dari kanan, sedangkan aksara latin ditulis dari

sebelah kiri. Seharusnya penulisan gugus konsonan dalam bA disesuaikan

dengan sifat yang dimilikinya, yaitu dengan menambahkan diakritik (harakat)

atau bunyi vokal panjang (mad) [i:]. Bunyi mad [i:] dalam bA dapat

direpresentasikan dengan fonem / / setelah fonem konsonan. Bentuk

penghadiran bunyi vokal panjang dalam tabel 49 dapat dilihat pada contoh 149.

Pada contoh 149 ‘Pratikno’, gugus konsonan /pr/ direpresentasikan dalam bA

menjadi / /. Pada kata ‘Pratikno’ penulisan gugus konsonan bA

direpresentasikan dengan menghadirkan bunyi vokal [a:] di antara fonem / /

dan / /.

B. Alih Aksara Deret Konsonan

Deret konsonan dalam bI identik dengan adanya dua buah fonem

konsonan yang berderet. Chaer (2009: 83) mendefinisikan deret konsonan

sebagai dua fonem yang berbeda, berada dalam silabel berbeda, meskipun

letaknya berdampingan. Sebaliknya, dalam bA tidak mengenal adanya istilah

deret konsonan. Namun, deret konsonan dalam bI pada dasarnya ada yang

berasal dari bA, seperti kata muslim, bahlul, takbir, dsb (Chaer, 2009: 85).

93

Pada penelitian ini ditemukan adanya bentuk deret konsonan dalam bA yang

disepadankan dengan teori deret konsonan yang dimiliki dalam bI. Contoh

deret konsonan tersebut dalam dilihat pada tabel berikut ini.

Deret Konsonan /bl/

No. bI bA Transliterasi Sumber

158 Seblat Si>bla>t E.109h.12

Deret Konsonan /km/

159 Cikmas Tsyi>kma>s E.109h.10

Deret Konsonan /mb/

160 Ambon Ambu>n E.106h.6

161 Kembar Ki>mba>r E.109h.9

162 Sumbing Su>mbi>ngh E.113h.10

163 Tanimbar Ta>ni>mba>r E.106h.8

Deret Konsonan /mp/

164 Ampel Ambi>l E.113h.18

165 Ciampea Tsyi>’amibiya> E.108h.26

Deret Konsonan /nd/

166 Kendari Ki>nda>ra> E.108h.14

167 Sindoro Si>ndu>ru> E.113h.10

168 Tayandu Ta>ya>ndu> E.106h.8

Deret Konsonan /nj/

169 Cianjur Syi>anju>r E.109h.11,

h.15

94

Deret Konsonan /nt/

170 Pontianak Fu>ntiya>nak E.113h.26

Deret Konsonan /rt/

171 Kartini Ka>rti>ni> E.110h.25

172 Martafons Ma>rta>fu>ns E.106h.8

Deret Konsonan /ngg/

173 Manggar Ma>njja>r E.107h.10,

h.11

174 Hinggi Hi>nji> E.106h.8

Tabel 50. Alih Aksara Deret Konsonan

Deret konsonan dalam bA pada tabel 50 merupakan deret konsonan

yang mengacu pada bI. Meskipun demikian, penulisan secara ortografis pada

tabel 50 tersebut menunjukkan bahwa antara deret konsonan bI dan bA sama,

dalam penulisannya sama-sama tidak disisipi harakat maupun mad. Distribusi

deret konsonan yang ditemukan dalam majalah AI hanya terletak di posisi

tengah kata. Secara umum, bentuk deret konsonan yang ditemukan dalam bA

hanyalah pengalihaksaraan biasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab tanpa

ada perubahan ataupun penyesuaian sifat bahasa sasaran.