Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
DASAR TEORI
Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai
acuan dalam merancang bangun antena. Teori-teori yang digunakan dalam membuat
skripsi ini adalah WLAN, teori umum mengenai antena, parameter antena, antena
mikrostrip, antena mikrostrip patch persegi panjang, teknik pencatuan, antena
mikrostrip array, penyesuaian impedansi, dan T-Junction 50 Ohm.
2.1. WLAN
Sistem komunikasi wireless merupakan sistem komunikasi yang menggunakan
media udara sebagai jalur komunikasi untuk mengirimkan sinyal pada setiap tujuannya.
Sistem wireless menggunakan suatu gelombang radio atau gelombang elektromagnetik
sebagai jalur komunikasinya.
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang cepat dipengaruhi perkembangan
karakteristik masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi, mencari pelayanan yang
fleksibel, mudah dan memuaskan serta mengejar efisiensi di segala aspek. Maka
industri menawarkan jaringan Local Area Network (LAN). Local Area Network (LAN)
adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan bersama di dalam satu area tertentu
yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor atau gedung. Jaringan komputer
adalah sekelompok komputer otonom yang saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat
berbagi informasi, program-program, penggunaan bersama perangkat keras seperti
printer, hard disk, dan sebagainya. Tetapi LAN yang ada masih menggunakan media
transmisi berupa kabel, maka semakin berkembangnya teknologi digunakan teknologi
wireless pada teknologi LAN.
Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi
pengembangan dari sistem komunikasi nirkabel yang digunakan untuk komunikasi data.
Sistem koneksi WLAN adalah dengan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk
mengirim dan menerima data lewat media udara. WLAN adalah jaringan lokal yang
meliputi daerah satu gedung, satu kantor, satu wilayah, dan sebagainya, yang tidak
menggunakan media transmisi kabel. Dengan komunikasi jaringan yang menggunakan
media tanpa kabel, maka diharapkan WLAN dapat meminimalkan kebutuhan untuk
5
komunikasi menggunakan kabel. WLAN dapat mengkombinasikan proses komunikasi
antar pengguna data yang aktif bergerak.
Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio, dimana
saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan 5 GHz yang
bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi 2,4 GHz digunakan
oleh 802.11b/g merupakan standar dari protokol IEEE 802.11b untuk wireless fidelity
(wifi). Organisasi internasional International Telecomunication Union (ITU) membagi
wifi menjadi 14 saluran [1]. Frekuensi saluran dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Saluran wifi [1]
Channel
Number
Lower Frequency
(MHz)
Center Frequency
(MHz)
Upper Frequency
(MHz)
1 2401 2412 2423
2 2406 2417 2428
3 2411 2422 2433
4 2416 2427 2438
5 2421 2432 2443
6 2426 2437 2448
7 2431 2442 2453
8 2436 2447 2458
9 2441 2452 2463
10 2446 2457 2468
11 2451 2462 2473
12 2456 2467 2478
13 2461 2472 2483
14 2473 2484 2495
2.2. Antena
Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pemancar
energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai penerima
energi itu dari ruang bebas. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa
memancarkan dan menerima gelombang elektromagnetik. Antena sebagai pemancar
(transmitting antenna) adalah sebuah pengubah gelombang teruntun di dalam saluran
transmisi menjadi gelombang elektromagnetik yang merambat di ruang bebas.
6
Sedangkan sebagai alat penerima (receiving antenna), antena berfungsi mengubah
gelombang elekromagnetik di ruang bebas menjadi gelombang teruntun di dalam
saluran transmisi. Karena merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi dan
udara, maka antena harus memiliki sifat yang sesuai (matching) dengan saluran
pencatunya. Antena juga dianggap berfungsi secara resiprokal, artinya karakteristik dari
antena adalah sama saat dipakai sebagai antena pemancar ataupun saat dipakai sebagai
antena penerima [3].
Saluran transmisi adalah media yang berfungsi merambatkan energi gelombang
elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak
berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang seragam sepanjang
saluran itu. Jika saluran ini dihubungsingkat maka akan muncul gelombang berdiri yang
disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan gelombang yang dipantulkan.
Jika gelombang datang sama besar dengan gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan
gelombang berdiri murni.
2.3. Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip didefinisikan sebagai salah satu jenis antena yang mempunyai
bentuk seperti bilah/potongan yang mempunyai ukuran sangat tipis/kecil.
Gambar 2.1. Struktur dari sebuah antena mikrostrip
Struktur dasar antena mikrostrip terdiri atas patch peradiasi, dielektrik substrat
dan ground plane seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Masing-masing bagian
mempunyai fungsi sebagai berikut.
7
a. Patch
Elemen peradiasi (patch) terbuat dari logam dan memiliki ketebalan tertentu dan
berfungsi untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik. Patch terletak paling atas
dari keseluruhan sistem antena. Jenis logam yang biasa digunakan adalah tembaga
dengan konduktivitas 5,8 x 107 S/m. Bentuk patch bisa bermacam-macam, lingkaran,
persegi, persegi panjang, segitiga, ataupun cincin seperti Gambar 2.2 [2].
Gambar 2.2. Bentuk Patch [2]
b. Dielektrik substrat
Elemen substrat (substrate) berfungsi sebagai bahan dielektrikum dari antena
mikrostrip yang membatasi elemen peradiasi dengan elemen pentanahan. Elemen ini
memiliki jenis yang bervariasi yang dapat digolongkan berdasarkan nilai permitivitas
relatif 𝜀𝑟 dan ketebalan . Kedua nilai tersebut mempengaruhi frekuensi kerja,
bandwidth, dan juga efisiensi dari antena yang akan dibuat. Ketebalan substrat jauh
lebih besar daripada ketebalan logam peradiasi. Semakin tebal substrat maka bandwidth
akan semakin meningkat tetapi akan berpengaruh terhadap timbulnya gelombang
permukaan (surface wave) [2]. Beberapa bahan dielektrik ditunjukkan pada Tabel 2.2.
8
Tabel 2.2. Nilai Permitivitas Relatif Beberapa Bahan Dielektrik
Bahan Dielektrik Nilai Permitivitas Relatif (εr)
Epoxy 4,1 – 4,4
Alumunia 9,8
Material sintetik – Teflon 2,08
Material komposit – Duroid 2,2 – 10,8
Ferimagnetik – Ferrite 9-16
Semikonduktor – Silikon 11,9
Fiberglass 4,882
c. Ground plane
Bidang pentanahan (ground plane) berfungsi sebagai pembumian bagi sistem
antena mikrostrip. Elemen pentanahan ini umumnya memiliki jenis bahan yang sama
dengan elemen peradiasi yaitu berupa logam tembaga.
Untuk kinerja antena yang baik, biasanya substrat dibuat tebal dengan
permitivitas relatif yang rendah. Hal ini akan menghasilkan efisiensi dan radiasi yang
lebih baik serta bandwidth yang lebih lebar, namun akan menambah ukuran dari antena
itu sendiri. Oleh sebab itu, kejelian dalam menetapkan spesifikasi, ukuran, dan unjuk
kerja akan menghasilkan antena mikrostrip yang mempunyai ukuran yang sesuai
dengan unjuk kerja yang masih dalam batas toleransi.
Beberapa keuntungan dari antena mikrostrip adalah [4] :
1. Mempunyai bobot yang ringan dan volume yang kecil.
2. Konfigurasi yang low profile sehingga bentuknya dapat disesuaikan dengan
perangkat utamanya.
3. Biaya fabrikasi yang murah sehingga dapat dibuat dalam jumlah yang besar.
4. Mendukung polarisasi linear dan sirkular.
5. Dapat dengan mudah diintegrasikan dengan microwave integrated circuits
(MICs).
6. Kemampuan dalam menyediakan dual frequency dan triple frequency.
9
Namun, antena mikrostrip juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu [4] :
1. Bandwidth yang sempit.
2. Efisiensi yang rendah.
3. Penguatan yang rendah.
4. Memiliki rugi – rugi hambatan (ohmic loss) pada pencatuan antena array.
5. Memiliki daya (power) yang rendah.
6. Timbulnya gelombang permukaan (surface wave).
2.4. Model Cavity
Untuk analisis antena mikrostrip digunakan metode cavity. Metode ini
merepresentasikan ruang antara patch dengan bidang pentanahan sebagai cavity yang
dibatasi oleh konduktor elektrik (pada bidang atas dan bawah) dan dinding magnetik
(pada sisi-sisinya). Ketika mikrostrip diberi energi gelombang elektromagnetik, maka
akan terjadi distribusi muatan seperti yang terlihat pada bagian atas dan bawah dari
permukaan elemen peradiasi (patch) dan pada bagian atas bidang pentanahan (ground
plane). Distribusi muatan ini diatur dengan dua mekanisme yaitu mekanisme aktraktif
dan mekanisme repulsif [4]. Mekanisme aktraktif mengendalikan distribusi muatan
pada bagian di antara patch dan bidang pentanahan, atau dengan kata lain mengatur
konsentrasi distribusi muatan di bagian bawah patch. Mekanisme repulsif terjadi antara
muatan yang terdapat pada bagian bawah patch yang memberikan aksi untuk menekan
sebagian muatan dari bagian bawah patch menuju ke sekeliling bagian patch dan
terakhir sampai ke bagian patch peradiasi. Proses perpindahan muatan tersebut
menimbulkan kerapatan arus di bagian atas 𝐽𝑡 dan bawah 𝐽𝑏 patch, seperti yang
diilustrasikan Gambar 2.3 berikut [4].
Gambar 2.3. Distribusi muatan dan densitas arus pada patch mikrostrip [4]
10
Semakin kecil nilai height-to-weight ratio 𝑊 , maka mekanisme atraktif
mendominasi. Sehingga mengakibatkan arus yang mengalir dari bawah patch menuju
ke tepi patch yang berakhir di permukaan patch semakin berkurang. Dapat diasumsikan
bahwa besarnya arus yang mengalir ke atas permukaan patch adalah nol, sehingga tidak
menyebabkan adanya medan magnetik tangensial pada sisi-sisi patch. Keempat sisi-sisi
antena dapat dimodelkan menyerupai permukaan konduktor yang sempurna. Sehingga
distribusi medan magnetik dan medan listrik yang terdapat pada patch peradiasi tidak
terganggu. Akan tetapi pada praktiknya, komponen tangensial dari medan magnetik
tidak akan nol tetapi memiliki nilai yang sangat kecil dan dinding sisi antena bukan
merupakan konduktor magnetik yang sempurna melainkan berupa material substrat.
Sekecil apapun nilai height-to-weight ratio 𝑊 , dengan metode cavity maka
diharapkan masih ada arus yang mengalir dipermukaan patch. Saat timbul arus ini,
maka pada bagian sisi patch akan timbul medan tambahan yang dapat dianalisis sebagai
perluasan patch peradiasi (fringing effect).
2.5. Parameter Umum Antena Mikrostrip
Kinerja dan daya guna suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter-parameter
antena tersebut. Beberapa dari parameter tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Parameter-parameter antena yang biasanya digunakan untuk menganalisis suatu antena
adalah impedansi masukan, Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), return loss,
bandwidth, keterarahan, dan penguatan.
2.5.1. Impedansi Masukan
Impedansi masukan adalah perbandingan antara tegangan dan arus pada terminal
masukan pada ranah frekuensi. Impedansi masukan ini bervariasi untuk nilai posisi
tertentu. Impedansi masukan antena dapat dirumuskan dengan Persamaan (2.1) sebagai
berikut [2] :
𝑍𝐴 = 𝑅𝐴 + 𝑗𝑋𝐴 2.1
Dengan 𝑍𝐴 adalah impedansi antena, 𝑅𝐴 adalah resistansi antena dan 𝑋𝐴 adalah
reaktansi antena. Nilai resistansi antena ditunjukkan dengan Persamaan (2.2) sebagai
berikut :
𝑅𝐴 = 𝑅𝑟 + 𝑅𝐿 (2.2)
11
Nilai resistansi antena (𝑅𝐴) terbagi menjadi dua komponen, yaitu resistansi radiasi
antena (𝑅𝑟) dan loss resistance (𝑅𝐿).
Resistansi radiasi antena menunjukkan resistansi yang digunakan untuk
meradiasikan gelombang elektromagnetik, sedangkan loss resistance menunjukkan
resistansi rugi-rugi antena. Loss resistance antena menyebabkan berkurangnya daya
gelombang teradiasi akibat adanya panas. Loss resistance tidak diinginkan pada desain
antena. Kondisi matching terjadi ketika besar impedansi masukan antena sama dengan
impedansi karakteristik saluran transmisi.
2.5.2. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave)
maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min), yang terjadi pada saluran karena tidak
matching. Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu
tegangan yang dikirimkan 𝑉0+ dan tegangan yang direfleksikan 𝑉0
− [5].
Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut
sebagai koefisien refleksi tegangan Γ , ditunjukkan pada Persamaan (2.3) sebagai
berikut :
𝛤 = 𝑉0
−
𝑉0+ =
𝑍1 − 𝑍2
𝑍1 + 𝑍2 (2.3)
Dengan 𝑍1 adalah impedansi beban (load) dan 𝑍2 adalah impedansi saluran lossless.
Koefisien refleksi tegangan 𝛤 memiliki nilai kompleks, yang
merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus
yang sederhana, ketika bagian imajiner dari 𝛤 adalah nol, maka :
a. 𝛤 = -1, refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.
b. 𝛤 = 0, tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.
c. 𝛤 = 1, refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.
Untuk mencari nilai VSWR dengan Persamaan (2.4) sebagai berikut :
𝑆 = 𝑉 𝑚𝑎𝑥
𝑉 𝑚𝑖𝑛
=1 + 𝛤
1 − 𝛤 (2.4)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 𝑆 = 1 yang berarti
tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini
pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang
diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤ 2.
12
2.5.3. Return Loss
Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang
direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss dapat terjadi
karena tidak adanya kesesuaian di antara saluran transmisi dengan impedansi masukan
beban antena. Sehingga tidak semua daya diradiasikan melainkan ada yang dipantulkan
kembali. Return loss dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.5) sebagai
berikut :
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 20 𝑙𝑜𝑔 𝛤 (2.5)
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh
untuk nilai VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan
tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata
lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan
untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau
tidak. Hubungan antara parameter VSWR dan return loss tersebut ditunjukkan pada
Persamaan (2.6) sehingga return loss dapat dicari sebagai berikut :
𝛤 =−𝑆 + 1
−𝑆 − 1 (2.6)
2.5.4. Bandwidth
Pada umumnya antena dirancang untuk dapat bekerja pada sekitar frekuensi
resonan yang diinginkan. Berarti ada bandwidth yang terbatas dimana rancangan antena
dapat beroperasi. Bandwidth antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi di mana
kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi
masukan, polarisasi, beamwidth, gain, efisiensi, VSWR, return loss) memenuhi
spesifikasi standar yang ditentukan [2]. Gambar 2.4 menunjukkan rentang frekuensi
yang menjadi bandwidth antena.
13
Gambar 2.4. Rentang Frekuensi yang menjadi bandwidth
Besarnya bandwidth dapat dinyatakan dalam nilai presentase dengan
menggunakan Persamaan (2.7) sebagai berikut :
𝐵𝑊 = 𝑓𝐻 − 𝑓𝐿
𝑓𝐶× 100% 2.7
Dengan :
𝑓𝐻 = frekuensi tertinggi
𝑓𝐿 = frekuensi terendah
𝑓𝐶 = frekuensi tengah
2.5.5. Keterarahan (Directivity)
Keterarahan dari sebuah antena dapat didefinisikan sebagai perbandingan
intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata
pada semua arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah daya yang
diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4π. Jika arah tidak ditentukan, arah intensitas
radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan ini dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan (2.8) berikut ini [2] :
𝐷 = 𝑈
𝑈0=
4𝜋𝑈
𝑃𝑟𝑎𝑑 2.8
Dan jika arah ini tidak ditentukan, keterarahan terjadi pada intensitas radiasi maksimum
yang didapat dengan Persamaan 2.9 berikut :
𝐷𝑚𝑎𝑥 = 𝐷0 =𝑈𝑚𝑎𝑥
𝑈0=
4𝜋𝑈𝑚𝑎𝑥
𝑃𝑚𝑎𝑥 2.9
14
Dengan :
D = keterarahan
𝐷𝑚𝑎𝑥 = keterarahan maksimum
U = intensitas radiasi
𝑈𝑚𝑎𝑥 = intensitas radiasi maksimum
𝑈0 = intensitas radiasi pada sumber isotropic
𝑃𝑟𝑎𝑑 = daya total radiasi
2.5.6. Penguatan (Gain)
Penguatan atau gain antena berkaitan dengan keterarahan atau directivity, yaitu
merupakan suatu besaran yang berhubungan dengan efisiensi dari antena dan
kemampuan direksionalnya [2].
Ada dua jenis penguatan pada antena, yaitu penguatan absolut (absolute gain)
dan penguatan relatif (relative gain). Penguatan absolut pada sebuah antena
didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas radiasi pada arah tertentu terhadap
intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena teradiasi secara
isotropik. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya yang diradiasikan secara
isotropik sama dengan daya yang diterima oleh antena dibagi dengan 4π. Penguatan
absolut dapat dihitung dengan Persamaan (2.10) [2] :
𝐺𝑎𝑖𝑛 = 4𝜋𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙= 4𝜋
𝑈(𝜃, ∅)
𝑃𝑖𝑛 (2.10)
Penguatan relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara perolehan daya pada
sebuah arah dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan
juga. Daya masukan harus sama di antara kedua antena itu. Akan tetapi, antena referensi
merupakan sumber isotropik dan lossless 𝑃𝑖𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑙𝑒𝑠𝑠 . Antena referensi biasanya
berbentuk dipole, horn atau lainnya yang gain-nya dapat dihitung atau telah diketahui.
Secara umum dapat dihubungkan sebagai berikut [2] :
𝐺 =4𝜋𝑈(𝜃, ∅)
𝑃𝑖𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑙𝑒𝑠𝑠 (2.11)
15
2.5.7. Pola Radiasi
Pola radiasi pada sebuah antena didefinisikan sebagai sebuah fungsi matematis
atau sebuah gambaran grafis dari komponen-komponen radiasi sebuah antena. Pola
radiasi biasanya digambarkan dalam daerah medan jauh dan ditunjukkan sebuah fungsi
koordinat direksional. Pola radiasi (radiation pattern) menggambarkan kuat medan
yang dipancarkan di berbagai arah dari antena, pada jarak yang konstan. Pola radiasi
adalah pola penerimaan antena. Ada beberapa macam pola radiasi [2] :
Pola Isotropik
Antena isotropik didefinisikan sebagai sebuah antena tanpa rugi-rugi secara
hipotesis yang mempunyai radiasi sama besar ke setiap arah.
Pola Directional
Antena yang mempunyai pola radiasi atau pola menerima gelombang
elektromagnetik yang lebih efektif pada arah-arah tertentu saja.
Pola Radiasi Lobe
Bagian-bagian dari pola radiasi ditunjukkan sebagai lobe-lobe yang bisa
diklasifikasikan menjadi main lobe, side lobe, back lobe. Main lobe adalah lobe
yang memiliki arah radiasi maksimum. Side lobe adalah lobe selain main lobe,
sedangkan back lobe adalah lobe yang arahnya 1800 dengan main lobe. Side lobe
dan back lobe merupakan minor lobe yang keberadaannya tidak diharapkan.
Gambar 2.5. Bidang Pola Radiasi Antena [2]
16
2.5.8. Frekuensi Resonansi
Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja antena
di mana pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara maksimal. Pada
umumnya frekuensi resonansi menjadi acuan menjadi frekuensi kerja antena.
2.6. Antena Mikrostrip Patch Persegi Panjang
Patch berbentuk persegi panjang adalah bentuk yang paling banyak dipakai.
Bentuk ini bentuk yang paling mudah dianalisis. Berikut ini adalah perhitungan untuk
merancang antena mikrostrip berbentuk patch persegi panjang [2].
Untuk menentukan lebar patch 𝑊 digunakan Persamaan (2.12) :
𝑊 =𝑐
2𝑓𝑜
2
𝜀𝑟 + 1 (2.12)
𝑊 merupakan lebar patch, 𝑐 adalah kecepatan cahaya di ruang bebas yaitu
sebesar 3×108 m/s, 𝑓𝑜 adalah frekuensi resonansi antena, dan 𝜀𝑟 adalah permitivitas
relatif bahan substrat. Untuk menentukan panjang patch 𝐿 diperlukan parameter ∆𝐿
yang merupakan pertambahan panjang patch akibat adanya fringing effect. Pertambahan
panjang ∆𝐿 tersebut dirumuskan dengan Persamaan (2.13) [2] :
∆𝐿 = 0,412 ∙ 𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 + 0,3
𝑊
+ 0,264
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 − 0,258 𝑊
+ 0,8 (2.13)
Dengan adalah tebal substrat, dan 𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 adalah permitivitas relatif efektif yang
dirumuskan dengan Persamaan (2.14) [2] :
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 =𝜀𝑟 + 1
2+
𝜀𝑟 − 1
2
1
1 + 12𝑊
(2.14)
Dan panjang patch efektif yang dapat dirumuskan dengan Persamaan (2.15) :
𝐿𝑒𝑓𝑓 =𝑐
2𝑓𝑜 𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓
(2.15)
Maka panjang patch 𝐿 diberikan oleh Persamaan (2.16) :
𝐿 = 𝐿𝑒𝑓𝑓 − 2∆𝐿 (2.16)
Metode cavity yang digunakan akan menyebabkan pertambahan panjang patch
akibat adanya fringing effect yang ditunjukkan pada Persamaan (2.13). Dilihat dari
17
Persamaan (2.12) dan (2.15) nilai dari frekuensi resonansi berbanding terbalik dengan
nilai panjang dan lebar patch. Sehingga untuk mendapatkan frekuensi kerja yang tinggi
dibutuhkan luas elemen peradiasi yang lebih kecil.
Perbandingan lebar saluran mikrostrip dengan ketebalan substrat 𝑊
merupakan parameter yang berkaitan langsung dengan parameter impedansi
karakteristik dan permitivitas relatif. Salah satu parameter yang menjadi persyaratan
dalam merancang suatu antena adalah impedansi karakteristik 𝑍𝑜 . Hal ini terkait
dengan impedance matching antara saluran mikrostrip tersebut dengan saluran
pencatunya. Dalam rangka memenuhi kesesuaian dengan parameter yang ada, perlu
dilakukan perhitungan untuk parameter terkait.
Apabila diketahui dimensi saluran mikrostrip, nilai 𝑍𝑜 dapat dihitung dengan
cara [5] :
𝑍𝑜 =
60
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓
ln 8
𝑊+
4
𝑊 𝑊 ≤ 1
120𝜋
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 𝑊
+ 1,393 + 0,667 ln 𝑊
+ 1,44 𝑊 ≥ 1
(2.17)
Dengan 𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 adalah permitivitas relatif efektif. Sedangkan apabila impedansi
karakteristik yang diinginkan maupun permitivitas relatif telah diketahui, perhitungan
dimensi saluran mikrostripnya adalah sebagai berikut [5] :
𝑊
=
8𝑒𝐴
𝑒2𝐴 − 2
𝑊
< 2
2
𝜋 𝐵 − 1 − ln 2𝐵 − 1 +
𝜀𝑟 − 1
𝜀𝑟 ln 𝐵 − 1 + 0,39 −
0,61
𝜀𝑟
𝑊
> 2
(2.18)
Dengan 𝜀𝑟 adalah permitivitas relatif, 𝑊 adalah lebar substrat dan adalah tebal
substrat [5] :
𝐴 =𝑍𝑜
60
𝜀𝑟 + 1
2+
𝜀𝑟 − 1
𝜀𝑟 + 1 0,23 +
0,11
𝜀𝑟 (2.19)
𝐵 = 60𝜋2
𝑍𝑜 𝜀𝑟
(2.20)
18
Sedangkan untuk menentukan panjang saluran pencatu 𝐿𝑓 dari panjang
gelombang 𝜆𝑜 dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝜆𝑜 =𝑐
𝑓𝑜 (2.21)
Dengan 𝜆𝑜 merupakan panjang gelombang di ruang bebas, dan 𝜆𝑔 adalah panjang
gelombang pada bahan.
𝜆𝑔 =𝜆𝑜
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓
(2.22)
Maka panjang saluran pencatu 𝐿𝑓 dapat dihitung dengan Persamaan (2.23) sebagai
berikut :
𝐿𝑓 =𝜆𝑔
4 (2.23)
Untuk mendapatkan nilai impedansi masukan yang kita inginkan, dapat digunakan
insert feed pada saluran pencatuan. Perhitungan untuk mendapatkan panjang insert feed
dapat disederhanakan dalam bentuk Persamaan (2.24). Persamaan ini valid untuk nilai
𝜀𝑟 dari 2 sampai 10 [7].
𝑌𝑜 = 10−4 0,001699𝜀𝑟7 + 0,13761𝜀𝑟
6 − 6,1783𝜀𝑟5 + 93,187𝜀𝑟
4 − 682,69𝜀𝑟3
+ 2561,9𝜀𝑟2 − 4043𝜀𝑟 + 6697
𝐿
2 (2.24)
2.7. Teknik Pencatuan
Teknik feed atau pencatuan adalah teknik yang digunakan untuk
menghubungkan mikrostrip dengan saluran transmisi lainnya, umumnya yang
dihubungkan adalah bagian patch antena. Patch dapat dicatu dengan berbagai macam
metode. Ada beberapa metode antara lain metode kontak langsung (contacting method)
dan metode kontak tak langsung (non-contacting method). Dalam contacting method
daya dicatu secara langsung ke patch peradiasi menggunakan elemen penghubung
seperti saluran mikrostrip. Sedangkan non-contacting method, kopling medan
elektromagnetik dilakukan untuk mentransfer daya antar saluran mikrostrip dan patch
peradiasi.
Metode-metode tersebut mempunyai beberapa teknik dalam pencatuan.
Contacting method dilakukan dengan teknik microstrip line dan coaxial feed. Non-
contacting method dilakukan dengan teknik aperture coupling dan proximity coupling.
19
2.7.1. Microstrip Line Feed
Pada microstrip line feed konduktor disambungkan langsung dengan bagian tepi
patch, yaitu pada strip konduktor. Lebar dari strip konduktor lebih kecil dari lebar patch
peradiasi. Cara realisasi tipe pencatuan ini adalah bagian konduktor dihubungkan secara
langsung dengan bagian tepi patch mikrostrip. Tipe pengaturan pencatuan semacam ini
mempunyai keuntungan yaitu pencatuan dapat diberikan pada substrat yang sama.
Tujuan memberikan potongan menjorok (inset) ke dalam patch adalah untuk
menyesuaikan impedansi saluran dengan patch tanpa memerlukan elemen penyesuai
tambahan. Hal ini dapat diperoleh melalui pengaturan posisi inset yang benar. Dari
penjelasan tersebut maka dapat lebih jelasnya dilihat pada Gambar 2.6. Metode ini
menawarkan skema pencatuan yang mudah selain kemudahan dalam proses fabrikasi
dan pemodelan untuk mendapatkan kesesuaian impedansi.
Gambar 2.6. Microstrip Line Feed [2]
2.7.2. Coaxial Feed
Coaxial feed atau probe feed adalah teknik yang dilakukan dengan cara
menghubungkan konduktor bagian dalam dari kabel koaksial dihubungkan dengan
elemen peradiasi, dan konduktor bagian luar dari kabel koaksial dihubungkan dengan
bidang pentanahan (ground plane) seperti terlihat pada Gambar 2.7.
Kelebihan metode pencatuan seperti ini adalah pencatuan dapat diletakkan pada
setiap lokasi di dalam patch yang diinginkan untuk mendapatkan matching impedansi
dari antena. Akan tetapi metode ini mempunyai kekurangan yaitu bandwidth yang
sempit dan kesulitan dalam pemodelan.
20
Gambar 2.7. Coaxial feed [2]
2.7.3. Aperture Coupling
Pada tipe pencatuan ini elemen peradiasi dan bagian pencatu terpisah dengan
bidang pentanahan (ground plane) seperti pada Gambar 2.8. Kopling antara elemen
peradiasi antena (patch) dan saluran pencatu (line feed) dibuat melalui slot atau
aperture.
Gambar 2.8. Aperture Coupling [2]
Celah kopling biasanya diposisikan di tengah pada bagian bawah patch,
sehingga mengurangi cross-polarization yang disebabkan struktur yang simetris. Untuk
mengoptimalkan radiasi dari patch, biasanya digunakan bahan dengan permitivitas
relatif yang berbeda untuk lapisan/substrat bagian atas dan bawah. Kekurangan dari
metode ini terletak pada teknik pencatuan yang sulit untuk difabrikasi dikarenakan
lapisan ganda (multiple layer) yang tentunya juga menambah ketebalan antena.
21
2.7.4. Proximity Coupling
Metode pencatuan semacam ini disebut juga skema kopling elektromagnetik.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9 dua bahan dielektrik digunakan sehingga saluran
pencatu berada di antara kedua substrat dan bagian elemen peradiasi berada di substrat
bagian atas. Kelebihan dari metode ini adalah bandwidth yang lebih lebar daripada
teknik pencatuan yang lain. Untuk optimasi antena dapat digunakan media dielektrik
yang berbeda.
Gambar 2.9. Proximity Coupling [2]
Matching dapat diperoleh dengan mengatur panjang saluran pencatu dan
perbandingan lebar saluran pencatu trerhadap lebar elemen peradiasi. Adapun
kekurangan yang paling mendasar dari metode ini adalah kesulitan dalam hal
fabrikasinya, dikarenakan penggunaan dua lapisan dielektrik yang betul-betul
memerlukan ketelitian dalam penyusunannya.
2.8. Antena Mikrostrip Array
Pada umumnya antena mikrostrip dengan patch elemen tunggal memiliki pola
radiasi yang sangat lebar, dan menghasilkan keterarahan dan gain yang kurang baik.
Sedangkan pada beberapa aplikasinya diperlukan antena dengan keterarahan yang baik
dan gain yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan karakteristik tersebut, maka antena
mikrostrip disusun dengan beberapa konfigurasi. Susunan antena ini sering disebut
antena susun (array) [2].
Antena mikrostrip array adalah antena yang tersusun dari beberapa patch yang
identik. Medan total dari antena array ditentukan oleh penjumlahan vektor dari medan
yang diradiasikan oleh elemen tunggal. Ada beberapa konfigurasi antena array, antara
22
lain linear, circular dan planar. Antena array linear adalah antena array dengan titik
pusat array berada pada satu garis lurus. Antena array circular adalah antena array
dengan elemen array terletak pada suatu lingkaran dengan radius tertentu. Antena array
planar adalah antena array dengan susunan elemen array membentuk sebuah area yang
berbentuk kotak. Masing masing memiliki keuntungan, misal antena array linear
memilki kelebihan dalam hal perhitungan dan tidak terlalu rumit dalam teknik
pencatuan sedangkan antena array planar memiliki kelebihan dalam pengaturan dan
pengendalian pola radiasi. Gambar 2.10 menunjukkan bentuk susunan antena array.
Gambar 2.10. Antena array (a). Linear (b). Circular (c). Planar
23
2.9. Penyesuaian Impedansi (Impedance Matching)
Dalam perrancangan dibutuhkan penyesuaian impedansi (impedance matching).
Suatu jalur dikatakan matching jika karakteristik impedansi 𝑍𝑜 = 𝑍𝐿 atau dengan kata
lain tidak ada refleksi yang terjadi pada ujung saluran beban. 𝑍𝑜 merupakan
karakteristik impedansi beban. Beban berupa antena atau rangkaian yang mempunyai
impedansi ekuivalen 𝑍𝐿. Saat kondisi matching, salauran transmisi dapat mentransfer
daya secara sempurna, dan daya yang hilang pada saluran minimum, serta dapat
mengurangi amplitude dan phase error [5].
Metode pencatuan secara langsung sulit untuk mencapai kondisi matching. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu cara untuk mendapatkan kondisi yang matching, yaitu
dengan cara menambahkan transformator 𝜆 4 , pemberian single stub dan double stub.
Gambar 2.11 menunjukkan bentuk susunan transformator 𝜆 4 untuk memperoleh
impedance matching.
Gambar 2.11. Pemberian transformator 𝜆 4 untuk memperoleh impedance matching
Transformator 𝜆 4 adalah teknik impedance matching dengan cara memberikan
saluran transmisi dengan impedansi 𝑍𝑇 di antara dua saluran yang tidak matched.
Panjang saluran transmisi transformatot 𝑍𝑇 sebesar 𝐿𝑓 =1
4 𝜆𝑔 , dengan 𝜆𝑔 adalah
panjang gelombang pada bahan dielektrik yang besarnya dapat dihitung dengan
Persamaaan (2.25).
𝜆𝑔 =𝜆0
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓
(2.25)
Dengan adalah panjang gelombang pada ruang bebas. Nilai impedansi 𝑍𝑇 dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.26).
𝑍𝑇 = 𝑍𝑜 𝑍𝐿 (2.26)
24
2.10. T-Junction 50 Ohm
T-Junction merupakan sebuah teknik power divider yang umum digunakan pada
konfigurasi antena array [2]. Gambar 2.12 menunjukkan bentuk T-Junction yang umum
digunakan pada konfigurasi antena array.
Gambar 2.12. T-Junction 50 Ohm
Pada proses perancangan antena, untuk mendapatkan impedansi masukan 50 Ω
dari saluran sebesar 50 Ω digunakan T-Junction 50 Ω yang dapat meminimalisasi
jumlah transformasi.
2.11. Prosedur Pengukuran Antena
Untuk mengetahui parameter-parameter antena, perlu dilakukan pengukuran.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui nilai VSWR, return loss, gain dan pola radiasi
dari antena yang telah dirancang. Pada skripsi ini digunakan network analyzer, spectrum
analyzer dan function generator untuk mengetahui hasil pengukuran parameter antena.
2.11.1. Pengukuran Port Tunggal
Pengukuran port tunggal adalah metode pengukuran antena uji tanpa melibatkan
antena lain. Sehingga hanya satu antena uji yang diukur dengan network analyzer. Cara
untuk pengukuran port tunggal adalah dengan memasang antena pada salah satu port,
port 1 maupun port 2. Parameter-parameter antena yang dapat diukur dengan metode
pengukuran port tunggal antara lain VSWR, return loss, frekuensi resonansi, bandwidth
dan impedansi masukan. Konfigurasi pengukuran port tunggal ditunjukkan pada
Gambar 2.13.
25
Gambar 2.13. Konfigurasi Pengukuran Port Tunggal
2.11.2. Pengukuran Pola Radiasi
Pola radiasi merupakan visualisasi radiasi dan penerimaan antena. Secara umum
pola radiasi digambarkan dalam daerah medan jauh, karena pada medan jauh distribusi
medan angular tidak tergantung pada besarnya jarak antena. Jarak minimum medan jauh
antara antena pengirim dan penerima dinyatakan sebagai berikut [3]:
𝑟𝑚𝑖𝑛 ≥ 2𝐷2
𝜆𝑜 (2.27)
Pengukuran pola radiasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur spectrum
analyzer dan function generator dengan mengacu pada jarak minimum pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan cara menempatkan antena uji pada spectrum analyzer
untuk melihat besar daya yang diterima dari daya yang dipancarkan oleh function
generator. Antena pemancar menggunakan antena yang memiliki frekuensi kerja yang
sama dengan antena hasil perancangan. Sudut penerima diubah-ubah dari 0º hingga
360º dengan interval 10º. Pengukuran dilakukan pada frekuensi resonan antena.
Konfigurasi peralatan ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14. Rangkaian peralatan pada pengukuran pola radiasi
26
2.11.3. Pengukuran Gain
Pengukuran gain dilakukan pada frekuensi resonan antena uji. Dengan
tersedianya antena dengan gain yang terstandar (antena referensi), maka dapat
dilakukan pengukuran perbandingan untuk menentukan gain dari antena lain. Metode
ini disebut metode perbandingan gain. Konfigurasi peralatan ditunjukkan pada Gambar
2.15.
Gambar 2.15. Rangkain peralatan pada pengukuran gain antena
Antena hasil fabrikasi digunakan sebagai antena pemancar (transmiter) maupun
sebagai antena penerima (receiver). Karena daya terima berbanding lurus dengan gain,
atau dengan perhitungan logaritma [3].
𝑃𝑟 𝑑𝐵𝑚 = 𝐺 𝑑𝐵 + 𝐾 (2.28)
Maka
𝑃𝑟1 𝑑𝐵𝑚 = 𝐺1 𝑑𝐵 + 𝐾 (2.29)
𝐾 = 𝑃𝑟1 𝑑𝐵𝑚 − 𝐺1 𝑑𝐵 (2.30)
Pada pengukuran kedua
𝑃𝑟2 𝑑𝐵𝑚 = 𝐺2 𝑑𝐵 + 𝐾 (2.31)
𝐺2 𝑑𝐵 = 𝑃𝑟2 𝑑𝐵𝑚 − 𝐾 (2.32)
Sehingga didapatkan rumus untuk mendapatkan gain antena uji pada Persamaan (2.33)
sebagai berikut :
𝐺2 𝑑𝐵 = 𝑃𝑟2 𝑑𝐵𝑚 − 𝑃𝑟1 𝑑𝐵𝑚 + 𝐺1 𝑑𝐵 (2.33)
Dengan :
𝐺2 = Gain antena uji (dB)
𝐺1 = Gain antena standar/antena referensi (dB)
𝑃𝑟2 = Daya yang diterima antena uji (dBm)
𝑃𝑟1 = Daya yang diterima antena referensi (dBm)