31
6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Arti Penting Penentuan Batas Landas Kontinen Kenyataan yang menunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya waktu, jumlah penduduk di seluruh dunia akan semakin bertambah menimbulkan potensi terjadinya kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh keadaan bumi yang relatif tetap dan tidak mengalami pertambahan dalam aspek keruangan dan kewilayahan. Ini berarti kedua aspek tersebut akan menjadi komoditi yang sangat langka di kemudian hari. Dengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. Berbagai macam kasus perebutan wilayah darat telah terjadi di beberapa tempat baik dalam lingkup kecil maupun dalam lingkup yang besar. Beberapa cara penyelesaian juga telah diambil antara pihak yang bersengketa, dari mulai jalan damai sampai dengan jalan peperangan senjata yang mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit. Dengan melihat contoh yang terjadi pada wilayah darat tersebut, maka segala sesuatu yang mendukung kepastian suatu wilayah atas wilayah laut harus dipersiapkan dan ditentukan dengan jelas dan tegas sehingga memiliki kepastian hukum dan diakui oleh semua pihak. Landas Kontinen merupakan salah satu dari wilayah laut yang ketentuan penetapannya telah diatur dalam Konvensi Hukum Laut International (UNCLOS) dan telah banyak diratifikasi oleh beberapa negara yang memiliki wilayah laut. Pasal 76 ayat 4 (a) (i) dan ayat 7 dalam konvensi ini menjelaskan bahwa garis batas Landas Kontinen merupakan suatu garis yang ditarik melebihi 200 mil laut dari garis pangkal dari mana laut teritorial diukur dengan cara menarik garis-garis lurus (yang tidak melebihi 60 mil laut panjangnya), dengan menghubungkan titik-titik tetap terluar dengan ketebalan endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak terdekat antara titik tersebut dengan kaki

BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

  • Upload
    vancong

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Arti Penting Penentuan Batas Landas Kontinen

Kenyataan yang menunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya waktu,

jumlah penduduk di seluruh dunia akan semakin bertambah menimbulkan potensi

terjadinya kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh keadaan bumi yang

relatif tetap dan tidak mengalami pertambahan dalam aspek keruangan dan

kewilayahan. Ini berarti kedua aspek tersebut akan menjadi komoditi yang sangat langka

di kemudian hari. Dengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah

sangat memungkinkan untuk terjadi kelak.

Berbagai macam kasus perebutan wilayah darat telah terjadi di beberapa tempat

baik dalam lingkup kecil maupun dalam lingkup yang besar. Beberapa cara

penyelesaian juga telah diambil antara pihak yang bersengketa, dari mulai jalan damai

sampai dengan jalan peperangan senjata yang mengakibatkan korban jiwa yang tidak

sedikit. Dengan melihat contoh yang terjadi pada wilayah darat tersebut, maka segala

sesuatu yang mendukung kepastian suatu wilayah atas wilayah laut harus dipersiapkan

dan ditentukan dengan jelas dan tegas sehingga memiliki kepastian hukum dan diakui

oleh semua pihak.

Landas Kontinen merupakan salah satu dari wilayah laut yang ketentuan

penetapannya telah diatur dalam Konvensi Hukum Laut International (UNCLOS) dan

telah banyak diratifikasi oleh beberapa negara yang memiliki wilayah laut. Pasal 76 ayat

4 (a) (i) dan ayat 7 dalam konvensi ini menjelaskan bahwa garis batas Landas Kontinen

merupakan suatu garis yang ditarik melebihi 200 mil laut dari garis pangkal dari mana

laut teritorial diukur dengan cara menarik garis-garis lurus (yang tidak melebihi 60 mil

laut panjangnya), dengan menghubungkan titik-titik tetap terluar dengan ketebalan

endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak terdekat antara titik tersebut dengan kaki

Page 2: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

7

lereng kontinen. Dari definisi tersebut maka aspek geologi dalam menentukan ketebalan

endapan juga akan menjadi penting guna penentuan batas Landas Kontinen.

2.2 Landas Kontinen Dalam Perspektif Hukum Internasional

Dalam perspektif Hukum Internasional, pengertian Landas Kontinen tercantum

dalam Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS). Landas Kontinen yang semula berasal

dari istilah geologi ini mengalami perubahan yang sangat mendasar setelah masuk ke

dalam perbendaharaan istilah hukum. Berikutnya akan diuraikan tentang Landas

Kontinen berdasarkan UNCLOS yang juga mengalami perkembangan sejalan dengan

perkembangan Hukum Laut Internasional. Pada kenyataannya telah diselenggarakan

tiga kali Konferensi PBB tentang Hukum Laut, yaitu pada tahun 1958, tahun 1960 dan

terakhir tahun 1982. Hanya saja, penyelenggaraan Konferensi PBB tentang Hukum Laut

pada tahun 1960 tidak menghasilkan kesepakatan baru. Dengan demikian, perubahan

hasil konferensi dalam bentuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS)

mengalami perkembangan langsung yang berarti pada tahun 1982 setelah dibahas

sebelumnya pada tahun 1958, termasuk di dalamnya perkembangan tentang

permasalahan Landas Kontinen.

2.2.1 Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS 1958

Banyaknya klaim yang dilakukan oleh berbagai negara terkait dengan sumber daya alam

laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi merupakan pemicu masuknya konsep

Landas Kontinen dalam UNCLOS 1958. Oleh karena itu setiap negara berkeinginan

untuk memiliki wilayah laut yang seluas-luasnya dengan mengeluarkan pengumuman

sepihak atas wilayah laut yang dianggap merupakan bagian dari negara tersebut. Hal ini

berpotensi menimbulkan konflik akibat tumpang tindihnya daerah klaim, sehingga

untuk mencari penyelesaiannya maka masalah tersebut dibawa ke Konferensi PBB

tentang Hukum Laut yang pertama yang diselenggarakan di Jenewa, Swiss dari tanggal

24 Februari sampai 27 April 1958.

Dalam UNCLOS 1958, klaim negara pantai atas Landas Kontinen diakui mencapai

kedalaman hingga 200 meter atau lebih sampai kedalaman air yang memungkinkan

Page 3: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

8

eksploitasi sumber-sumber alam dari daerah tersebut (Pasal 1 dan 2). Namun pengertian

Landas Kontinen berdasarkan UNCLOS 1958 ini sebenarnya mengandung

ketidakpastian yang tinggi, hal ini disebabkan oleh:

1. Tidak adanya penjelasan mengenai acuan penarikan garis kedalaman 200 meter atau

lebih, sehingga Landas Kontinen negara yang satu dapat berbeda dengan negara

yang lain, walaupun penetapan mengacu pada nilai kedalaman yang sama.

2. Kemampuan setiap negara pantai dalam melakukan eksploitasi sangat beragam, dan

hal ini jelas sekali hanya menguntungkan negara-negara pantai yang maju, dalam

pengertian menguasai teknologi eksploitasi laut dalam.

Di bawah ini disajikan gambar pembagian ruang negara pantai dalam UNCLOS 1958:

Gambar 2.1 Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS 1958 (Miranti, 2007)

Hal yang menarik dalam konvensi yang diratifikasi oleh Indonesia dengan

mengeluarkan UU No.1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia ini, adalah

pulau tanpa memandang besar atau kecilnya sepanjang memenuhi kriteria sebuah pulau

juga memiliki Landas Kontinen seperti halnya benua. Padahal sebenarnya dari segi

geologi pulau tidak memiliki Landas Kontinen, yang memiliki Landas Kontinen

hanyalah benua. Ini sesuai dengan namanya (ditinjau dari segi bahasa) yang sama

artinya dengan landas benua (continent = benua).

Page 4: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

9

2.2.2 Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS 1982

Pengertian mengenai Landas Kontinen pada UNCLOS 1982 mengacu pada ketentuan

yang terdapat dalam Pasal 76 ayat 1, yang menyatakan bahwa Landas Kontinen suatu

negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah

permukaan laut yang terletak di luar Laut Teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah

wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen, atau hingga suatu jarak 200

mil laut dari garis pangkal dari mana lebar Laut Teritorial diukur, dalam hal pinggiran

luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut.

Sementara dalam Pasal 76 ayat 2, disebutkan bahwa Landas Kontinen suatu negara

pantai tidak boleh melebihi batas-batas sebagaimana ditentukan dalam Pasal 76 ayat 4

hingga 6. Berdasarkan ketentuan ini, maka garis batas terluar Landas Kontinen

minimum adalah sejauh 200 mil laut dari garis pangkal, sementara garis batas terluar

Landas Kontinen maksimum mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 76

ayat 4 hingga 6, dalam hal pinggiran luar tepian kontinen melebihi jarak 200 mil laut

dari garis pangkal. Penentuan garis batas terluar Landas Kontinen apabila pinggiran luar

tepian kontinen melebihi jarak 200 mil laut dari garis pangkal, didasarkan pada :

1. Titik tetap terluar dengan ketebalan batu endapan (sedimentary rock) paling sedikit

sebesar 1% dari jarak terdekat antara titik tersebut dengan FOS (Ilustrasi mengenai

titik tetap terluar tersebut disajikan pada Gambar 2.2), atau

2. Jarak 60 mil laut dari FOS.

Gambar 2.2 Satu Persen Ketebalan Batu Endapan (Djunarsjah, 2004)

Page 5: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

10

Dalam tugas akhir ini hanya akan dibahas mengenai penarikan Landas Kontinen

berdasarkan ketebalan batuan sedimen 1%, oleh karena itu pembahasan mengenai

batuan sedimen akan dijelaskan juga nantinya.

Kedua pilihan dalam penarikan Landas Kontinen di luar 200 mil laut di atas juga

dibatasi lagi oleh ketentuan lain, yaitu:

1. Tidak diperbolehkan melebihi 350 mil laut dari garis pangkal tempat batas Laut

Teritorial diukur, atau

2. Tidak diperbolehkan melebihi 100 mil laut dari garis kedalaman (isobath) 2500 m.

Kombinasi kedua ketentuan tersebut dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 2.3 di bawah

ini:

Gambar 2.3 Kombinasi Faktor Pembatas Landas Kontinen

Lebih Dari 200 M (LPPM, 2004)

Dalam Konvensi Hukum Laut III faktor geologi sangat mendominasi dalam penentuan

substansi dan ruang lingkup dari Landas Kontinen tersebut. Hal ini terbukti dengan

digunakannya istilah-istilah geologi seperti, tepian kontinen (continental margin), lereng

kontinen (continental slope) dan lainnya yang secara khusus dibahas pada naskah

konvensi dalam pasal 76 sampai 85. Teknik-teknik pengukuran garis batas terluar

Page 6: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

11

Landas Kontinen juga menggunakan bantuan dari disiplin ilmu geologi ini. Hal ini

memang dapat dimaklumi, oleh karena secara historis konsep Landas Kontinen adalah

konsep dalam disiplin ilmu geologi dan dikembangkan oleh para ahli geologi. Demikian

pula mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang telah

sedemikian pesatnya jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun seribu sembilan

ratus lima puluhan (pada waktu disepakatinya Konvensi Hukum Laut 1958 termasuk

Konvensi tentang Landas Kontinen).

Dengan pendekatan geologi ini, dapatlah diketahui secara lengkap dan rinci mengenai

sifat fisik dari lautan pada umumnya, dasar laut, dan tanah dibawahnya pada khususnya.

Sementara peran dari aspek yuridis sendiri adalah perumusan dan upaya mempersatukan

kesepakatan yang telah dicapai oleh semua pihak serta pemberian kepastian hukum dan

rasa keadilan bersama.

Ilustrasi tentang berbagai kemungkinan batas terluar Landas Kontinen berdasarkan

UNCLOS 1982 dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4 Prinsip Penetapan Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS 1982

(IHO, 1993)

Page 7: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

12

2.3 Landas Kontinen Dalam Perspektif Geologi

Konsep Landas Kontinen dalam pengertian hukum seperti dijelaskan

sebelumnya, dibentuk oleh suatu kumpulan peraturan yang sangat berbeda dari

pengertian Landas Kontinen berdasarkan konsep geologi. Dalam pengertian geologi

yang ditegaskan pada Encyclopedia Americana (International Edition, Volume 7),

Landas Kontinen merupakan sebagian dasar lautan atau samudera, yaitu bagian yang

dangkal yang ditutupi oleh perairan, yang kedalamannya kurang dari 145-180 meter.

Sedangkan bagian lainnya (yang di sebelah luarnya) adalah continental slope, yakni

bagian dari dasar laut (ocean floor) yang secara relatif merupakan lereng yang curam

sepanjang tepi luar dari bagian yang dangkal tersebut. Bagian yang lebih luar lagi dari

dasar laut atau dasar samudera, disebut abyssal floor atau oceanic plain, yakni dasar laut

yang terletak pada kedalaman air laut 1800 meter.

Berdasarkan fakta geologi secara umum, topografi dasar laut mulai dari pantai

menurun ke dalam laut sampai akhirnya di suatu tempat, topografi tersebut jatuh curam

di kedalaman laut. Landas Kontinen biasanya tidak terlalu dalam, sehingga sumber-

sumber alam di lokasi tersebut dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang ada. Dasar

laut di banyak tempat dipisahkan dari tanah di pantai oleh lereng kontinen yang menurut

istilah geologi merupakan bagian dari kontinen itu sendiri. Lereng kontinen luasnya

berkisar beberapa ratus kilometer persegi dan mempunyai kedalaman sekitar 50 sampai

550 meter. Lereng kontinen di beberapa tempat menyimpan deposit minyak dan gas

bumi serta sebagai sumber daya alam hayati. Oleh karena itu, banyak negara pantai

yang menuntut eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam laut di Landas Kontinen

negaranya.

Permukaan bumi didominasi oleh dua bidang utama, yaitu kontinen dan dasar

laut dalam. Dua bidang ini dipisahkan oleh tepian kontinen yang terdiri dari landas

kontinen (continental shelf), lereng kontinen (continental slope) dan tanjakan kontinen

(continental rise). Bentuk tepian kontinen secara geologis dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu tipe Pasifik dan tipe Atlantik.

Page 8: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

13

Tepian kontinen tipe Pasifik disebut juga tipe seismik atau tipe aktif. Hal ini

disebabkan karena sepanjang jalur yang membatasi tepian kontinen di Pasifik dicirikan

oleh tingkat kegiatan gempa bumi yang tinggi dan pergeseran lempeng tektonik yang

aktif. Ciri umum tipe Pasifik adalah adanya palung laut (trench) di depan lereng

kontinen sebagai jalur kontak antar lempeng kontinen dengan lempeng samudera dan

palung tersebut memisahkan tepian kontinen dengan dasar laut dalam (ocean basin).

Tepian kontinen tipe Pasifik ini hanya terdiri dari landas kontinen dan lereng kontinen

yang mempunyai kemiringan terjal. Tipe Pasifik ini dapat dilihat dapat dilihat pada

Gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Landas Kontinen Tipe Pasifik (AGI, 1999)

Tepian kontinen tipe Atlantik disebut juga tipe aseismik atau tipe pasif, dengan

sifat gempa bumi dan pergeseran lempeng merupakan kebalikan dari tipe Pasifik. Ciri

umum tepian kontinen tipe Atlantik adalah dijumpainya lereng kontinen yang landai dan

lebar serta berhubungan dengan dataran pantai (coastal plain) yang luas. Tepian

kontinen tipe Atlantik tersusun dari landas kontinen, lereng kontinen dan punggungan

kontinen. Tipe Atlantik ini dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Landas Kontinen Tipe Atlantik (AGI, 1999)

Page 9: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

14

2.3.1 Teori Tektonik Lempeng

Landas Kontinen (Continental Shelf) merupakan bagian dari lempeng kontinen yang

dibentuk oleh material alamiah yang terdiri dari batuan dasar (basement rock) dan

endapan batuan sedimen (sedimentary rock) yang menumpang di atasnya. Pembentukan

Landas Kontinen ini berkaitan dengan gerakan kerak dan proses tektonik yang dialami

lempeng. Tektonik lempeng memberikan suatu latar belakang untuk memahami asal-

usul struktur geologi, terutama struktur regional. Analisis tektonik lempeng merupakan

dasar yang esensial untuk menafsirkan lingkungan dinamis yang menyebabkan

terjadinya pergerakan-pergerakan deformasional.

Menurut teori tektonik lempeng, bumi tidak merupakan kesatuan melainkan terpecah-

pecah menjadi beberapa bagian yang kemudian disebut lempeng bumi. Lempeng

disusun oleh litosfir, yakni material kerak dan selubung yang cukup tegar untuk dapat

menahan perbedaan tekanan yang sangat rendah sedemikian rupa sehingga tidak akan

sampai mengalir di bawah pengaruh tekanan tersebut. Bagian atas dari individu-individu

lempeng adalah kerak bumi, yang berupa kerak benua maupun kerak samudera. Kerak

samudera relatif tipis dengan ketebalan sekitar 4-9 km. Kerak itu terutama disusun oleh

batuan berkomposisi basaltik dan berdensitas cukup tinggi (densitas rata-ratanya adalah

2,9 g/cm3). Contoh kerak samudera ini adalah kerak pasifik yang menopang samudera

Pasifik. Sedangkan, kerak benua relatif tebal, dengan ketebalan sekitar 25-70 km, dan

disusun oleh batuan berkomposisi granitik yang berdensitas relatif rendah (densitas rata-

ratanya adalah 2,7 g/cm3). Contoh kerak benua ini adalah kerak Eurasia yang menopang

benua Asia dan Eropa. Penggambaran bumi menurut tektonik lempeng dapat dilihat

pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.7 Pembagian Bumi Menurut Teori Tektonik Lempeng

Page 10: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

15

Banyak peristiwa yang terjadi pada batas-batas lempeng dan pada tepi-tepi lempeng.

Batas-batas dan tepi-tepi lempeng biasanya merupakan tempat dimana deformasi

tektonik berlangsung dengan aktif. Deformasi tektonik lempeng yang ideal dapat

digambarkan sebagai kombinasi pergerakan lempeng secara translasi dan rotasi ini

dibagi menjadi 3 jenis pergerakan, yaitu:

1. Konvergensi

Pergerakan lempeng ini ditandai oleh pergerakan relatif yang menyebabkan

lempeng-lempeng yang berdampingan bergerak saling mendekat. Lempeng-

lempeng konvergen selalu berada dalam kompetensi untuk mendapatkan ruang.

Salah satu bentuk pergerakan akibat masalah ruang itu adalah penekukan dan

penunjaman salah satu lempeng ke bawah lempeng yang lain. Sebagai akibatnya,

batuan yang ada pada lempeng yang menunjam itu akan “tertelan” dan masuk ke

dalam bumi melalui proses yang disebut subduksi (subduction). Bentuk

pergerakan akibat masalah ruang yang lain adalah tumbukan (collision).

Lempeng-lempeng yang bertumbukan dapat dipandang keduanya sama-sama

mengambang pada posisi yang sama. Namun, karena lempeng-lempeng itu tidak

dapat menempati ruang yang sama, maka akan terjadi pemendekan salah satu atau

kedua bagian tubuh lempeng itu, baik pada skala lokal maupun regional.

Penggambaran gerak konvergen ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.8 Konvergensi: (a) Benua-Samudera, (b) Samudera-Samudera, (c)

Benua-Benua (Press and Siever ,1998)

Page 11: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

16

2. Divergensi

Pergerakan lempeng ini ditandai dengan pergerakan relatif yang menyebabkan

lempeng-lempeng yang berdampingan bergerak saling menjauh. Pergerakan

aktual dari lempeng-lempeng itu mungkin tepat tegak lurus, namun mungkin pula

miring. Apabila tidak ada kompensasi, maka pada tempat pemisahan lempeng itu

akan terbentuk sebuah retakan raksasa. Namun, kenyataannya, tempat yang

seharusnya menjadi retakan raksasa itu tidak ada karena setiap ruang yang kosong

akan diisi oleh intrusi batuan beku yang berasal dari dalam bumi. Ketika

mendingin, akumulasi batuan intrusi serta batuan vulkanik dan batuan sedimen

segar yang terakumulasi di tempat itu akan menjadi bagian dari litosfir.

Penggambaran gerak divergen ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.9 Divergensi: (a) Samudera, (b) Benua (Press and Siever ,1998)

3. Transformasi

Pergerakan lempeng ini terjadi pada batas transform yang adalah tempat satu

lempeng bersinggungan dengan lempeng lain yang berdampingan dengannya.

Zona-zona sesar yang curam dan shear zone mengabsorpsi efek-efek mekanis dari

tekanan yang dihasilkan selama terjadinya persinggungan. Material hasil

pergesekan itu dapat diakrasikan dari satu lempeng kepada lempeng yang lain,

sementara pergerakan lempeng-lempeng itu terus berlangsung, atau dapat pula

terkerat-kerat dan hancur. Penggambaran gerak transform ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Page 12: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

17

Gambar 2.10 Transformasi (Press and Siever ,1998)

2.3.2 Terminologi Geologi Batas Landas Kontinen

Dalam menentukan batas Landas Kontinen, berikut ini diuraikan beberapa terminologi

geologi (khususnya tektonik) yang mengacu pada American Geological Insitute, 1999:

a. Kontinen (Continent)

Kontinen adalah suatu pengertian dalam teori tektonik lempeng yang mengacu

kepada suatu mandala geologi yang mencakup daratan (dry land) dan kelanjutan

alamiah daratan hingga ke dasar laut. Kerak/lempeng kontinen (continental

crust/plate) dibedakan dari kerak/lempeng lautan berdasarkan posisi dan

karakteristiknya. Terutama terlihat jelas di daerah saling berbatasan pada zona

subduksi (subduction zone). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut :

Gambar 2.11 Daerah Batas Antara Kerak/Lempeng Lautan Dengan Kontinen

(AGI, 1999)

Page 13: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

18

Daerah kontinen ini dibagi oleh beberapa bagian, yaitu:

• Tepian Kontinen/Garis Batas Jalur Kontak (Continental Margin),

• Landas Kontinen (Continental Shelf),

• Daerah Perbatasan Kontinen (Continental Borderland),

• Lereng Kontinen (Continental Slope),

• Tanjakan Kontinen (Continental Rise).

Untuk lebih jelas beberapa bagian dari kontinen ini, dapat dilihat pada Gambar

2.12 di bawah ini:

Gambar 2.12 Beberapa Bagian Dari Mandala Tepian Kontinen (AGI, 1999)

b. Pulau (Insular)

Pengertian pulau dalam sebuah mandala geologi adalah daratan yang muncul

tersendiri dari dasar laut dan dapat dipakai sebagai titik acuan dalam admisnistrasi

kewilayahan. Beberapa bentuk dari pulau, yaitu :

• Insular Shelf (Landas Pulau)

• Insular Slope (Lereng Pulau)

Penggambaran bentuk pulau dapat dilihat pada Gambar 2.13 berikut ini:

Page 14: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

19

Gambar 2.13 Bentuk Pulau (AGI, 1999)

c. Endapan (Deposit)

Pengertian endapan adalah material alamiah yang diendapkan dalam sebuah

cekungan (basin) geologi menurut kaidah ruang dan waktu. Tipe, bentuk dan waktu

pengendapan dapat dipakai sebagai acuan dalam penetapan kelanjutan alamiah

suatu daratan hingga ke dasar laut. Beberapa bentuk dari endapan tersebut, yaitu:

• Terrigenous Deposit,

Sedimen pada laut dangkal yang terdiri dari pengikisan/erosi material yang

berasal dari daratan.

• Hemipelagic Deposit,

Sedimen pada laut dalam yang lebih dari 25% bagiannya lebih kasar daripada

sedimen terrigenous, sedimen volcanogenic dan sedimen neritic-asal, yang

berdiameter tidak lebih dari 5 mm. Sedimen seperti ini biasanya terakumulasi

dekat tepian kontinen dan dataran abyssal yang bersebelahan dengannya.

• Pelagic Deposit.

Sedimen laut yang bagiannya diperoleh dari kontinen, yang menandakan

adanya deposisi suspensi mineral yang terdistribusi melewati air laut yang

dalam.

Page 15: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

20

2.3.3 Jenis Landas Kontinen

Berdasarkan tektonik dan iklim, Landas Kontinen dibagi menjadi enam kategori utama

[Shepard, 1977], yaitu:

a. Glaciated Shelves

Landas Kontinen yang dicirikan oleh endapan dan bentuk-bentuk lahan glacial

terutama sejak zaman es (kuarter).

b. Shelves with Elongate Sand Ridges

Landas Kontinen yang dicirikan oleh terdapatnya serangkaian perbukitan pasir

(sand ridges) dengan asosiasi endapan penciri berupa ripples sampai sand waves.

c. Shelves Off Large Deltas

Landas Kontinen yang dicirikan oleh berkembangnya delta-delta besar pada

paparan akibat pengaruh tektonik dan iklim yang tenang.

d. Shelves with Coral Reefs

Landas Kontinen yang dicirikan oleh endapan karbonat yang melimpah dan terjadi

pada laut tropis.

e. Shelves Bordered by Rocky Banks and Islands

Landas Kontinen yang dicirikan oleh kehadiran pulau-pulau atau perbukitan

bawah laut pada perbatasan landas dengan lereng kontinen.

f. Shelves Related to Plate Tectonics

Landas Kontinen yang dicirikan oleh lebaran yang sempit dan umumnya terbentuk

pada tepian kontinen aktif yang ditandai dengan kehadiran tumbukan antar

lempeng di sekitarnya.

Terdapat sedikitnya empat faktor yang mengendalikan karakteristik sedimen yang

berupa pola tekstur dan komposisinya pada Landas Kontinen [Bouma et al, 1998], yaitu:

a. Reworking sedimen terdahulu,

b. Fluktuasi musiman transportasi sedimen,

c. Topografi dasar laut,

d. Pola arus laut regional.

Pembahasan berikutnya akan menjelaskan mengenai sedimen ini dan proses

pembentukannya menjadi batuan sedimen dengan lebih rinci.

Page 16: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

21

2.4 Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)

Batuan sedimen adalah material padat yang terbentuk dari hasil akumulasi

material lain sebagai hasil proses pelapukan fisik, kimiawi dan biologis dari batuan

dasar, termasuk pemotongan kulit (shell) atau kerangka cangkang dari organisme laut.

Material hasil proses pelapukan secara tetap akan terkikis dari batuan induknya,

kemudian mengalami pengangkutan dan diendapkan. Karena proses pelapukan batuan,

transportasi dan pengendapan material hasil proses pelapukan terus berlangsung, maka

material sedimen dapat dijumpai dimana-mana. Adapun jenis endapan (sedimen)

berdasarkan proses terjadinya, yaitu [Hutabarat dan Evans, 1985] :

- Sedimen Lithogenous (Fisik)

Jenis sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Partikel batu-

batuan diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai

lautan, penyebarannya kemudian ditentukan terutama oleh sifat-sifat fisik dari

partikel-partikel itu sendiri, khususnya oleh lamanya partikel tersebut tinggal

melayang-layang di lapisan (kolom) air. Partikel-partikel yang berukuran besar

cenderung lebih cepat tenggelam dan menetap daripada yang berukuran lebih kecil.

Oleh sebab itu, pasir akan segera diendapkan begitu sampai di laut dan cenderung

mengumpul di daerah dekat daratan (pantai), sementara endapan lumpur dan tanah

liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan kebanyakan akan mengendap pada Landas

Kontinen (Continental Shelf) dan karena itu partikel-partikel yang berukuran paling

kecil cenderung diendapkan jauh pada dasar laut yang dalam.

- Sedimen Biogenous (Biologis)

Sisa-sisa rangka dari organisme hidup juga akan membentuk endapan partikel-

partikel halus yang dinamakan ooze, yang biasanya mengendap pada daerah-daerah

yang letaknya jauh dari pantai. Sedimen yang digolongkan berdasarkan asal dan

macam bahan yang telah bergabung dalam kulit/rangka organisme tersebut dibagi

menjadi dua tipe utama, yaitu:

4. Tipe Calcareous, terdiri dari:

o Globerigina Ooze, yaitu endapan yang menutupi 35% bagian permukaan

dasar laut, yang relatif banyak dijumpai di daerah-daerah panas dunia.

Page 17: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

22

o Pteropod Ooze, yaitu endapan yang menutupi hanya 1% bagian permukaan

dasar laut, walaupun terkadang endapan ini telah bercampur dengan ooze dari

jenis yang lain.

5. Tipe Siliceous, terdiri dari:

o Diatom Ooze, yaitu endapan yang banyak dijumpai di daerah-daerah yang

lebih dingin yang bersalinitas rendah, seperti di daerah Lautan Hindia yang

terletak pada bagian paling selatan. Endapan ini menutupi 9% bagian

permukaan dasar laut.

o Radiolaria Ooze, yaitu endapan yang menutupi 1-2% permukaan dasar laut.

o Red Clay Ooze, yaitu endapan yang banyak dijumpai di bagian Timur Lautan

Hindia.

- Sedimen Hydrogenous (Kimiawi)

Jenis sedimen ini dibentuk dari hasil reaksi kimia dalam air laut. Reaksi kimia yang

terjadi di sini bersifat sangat lambat, sehingga untuk membuat bentuk sebuah

gumpalan (nodule) yang besar, diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan

proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule telah terkubur di dalam

sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai di

Lautan Pasifik daripada di Lautan Atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat

kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur nodule-nodule yang terjadi di Lautan

Pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan di Lautan Atlantik.

2.4.1 Karakteristik Sedimen

Material sedimen memiliki karakteristik tertentu, beberapa karakteristik yang penting

yaitu:

• Densitas (Massa Jenis)

adalah ukuran yang menyatakan besarnya massa sedimen dalam setiap satuan

volume. Komposisi sebagian besar sedimen yang tersebar di bumi kita adalah kuarsa

yang memiliki massa jenis sekitar 2.650kg/m3.

• Diameter (Ukuran Butir)

adalah suatu ukuran yang menggambarkan besar kecilnya material sedimen. Jika

kepingan sedimen dianggap sebagai bola, maka parameter penting yang mewakilinya

Page 18: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

23

adalah diameter. Diameter dan densitas perlu diketahui supaya dapat memperkirakan

besarnya gaya yang diperlukan untuk mengangkat sedimen dari dasar perairan.

Berdasarkan ukuran diameter, sedimen dapat digolongkan menjadi :

Lumpur (Mud) yang berdiameter < 0,0625 mm

Pasir (Sand) yang berdiameter 0,0625-1 mm

Kerikil (Gravel) yang berdiameter > 1 mm

Klasifikasi di atas mengikuti kriteria Wenworth [Wenworth, 1922], yang dapat dilihat

pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Skala Wentworth

No Ukuran Jenis Sedimen Jenis Batuan 1. 256 mm Boulder Aediment gravel

Rock Rudites

(conglomerat,breccias)

2. 64 mm Cobbles 3. 4 mm Pebbles 4. 2 mm Granules 5. 1 mm Very Coarse Sand

Sediment Sand Rock Sandstones (arenites,wackes)

6. ½ mm Coarse Sand 7. ¼ mm Medium sand 8. 1/8 mm Fine Sand 9. 1/16 mm Very Fine Sand 10. 1/64 mm Silt Sediment Mud

Rock Lutites (mudrocks) 11. 1/256 mm Clay

Beberapa jenis sedimen dapat dilihat pada Gambar 2.14:

Gambar 2.14 Jenis Sedimen

Page 19: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

24

• Kecepatan Jatuh Sedimen

Kesetimbangan antara kecepatan jatuh dan gaya penggerak sedimen menentukan

keberadaan sedimen dalam air. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggerakkan

sedimen berbanding lurus dengan besarnya partikel sedimen. Semakin besar diameter

sedimen, semakin besar pula gaya yang diperlukan untuk menggerakkannya. Contoh

kecepatan jatuhnya/tenggelamnya sedimen ini pada kedalaman 4.000 meter,

berdasarkan hasil perhitungan yaitu [Hutabarat dan Evans, 1985]:

Partikel pasir, dengan kecepatan jatuh sedimen sekitar 1,8 hari

Partikel lumpur, dengan kecepatan jatuh sedimen 185 hari

Partikel tanah liat, dengan kecepatan jatuh sedimen 51 tahun

Selain tiga karakteristik di atas, para ahli geologi dan sedimentologi mempunyai

beberapa parameter lain untuk menciri sedimen. Parameter-parameter tersebut misalnya:

bentuk, porositas, komposisi, dan pengurutan.

2.4.2 Sifat Sedimen

Setiap sedimen memiliki sifat tertentu karena adanya pengaruh suatu gaya pada partikel-

partikel sedimen. Adapun sifat tersebut, terbagi dalam dua jenis, yaitu:

• Sifat Kohesif

Sifat kohesif sedimen adalah sifat sedimen yang dipengaruhi oleh gaya yang terjadi

akibat interaksi antar-partikel (gaya elektrostatik). Sifat kohesif dimiliki oleh partikel

sedimen yang lebih kecil ukurannya dari 0,0625 mm (lumpur) serta dimiliki juga

oleh campuran antara partikel sedimen yang sangat halus dan kasar. Partikel sedimen

yang sangat halus (lumpur) memiliki berat yang sangat kecil. Ringannya partikel

sedimen mengakibatkan gaya yang terjadi karena interaksi antar-partikel menjadi

lebih dominan dibanding gaya gravitasi. Sedimen yang kohesif cenderung untuk

saling tarik menarik dan bergabung membentuk butiran yang lebih besar yang

disebut flok. Peristiwa pembentukan flok disebut sebagai flokulasi. Kecenderungan

pembentukan flok meningkat di air yang asin (muara atau laut) dan di perairan yang

aktivitas biologisnya tinggi. Flok dapat memiliki diameter yang jauh lebih besar dari

pasir namun cenderung memiliki densitas yang lebih rendah. Rendahnya densitas flok

Page 20: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

25

disebabkan oleh ruang-ruang kosong yang terbentuk saat flokulasi dan adanya bahan-

bahan organik.

• Sifat Non-Kohesif

Sifat non-kohesif adalah sifat sedimen yang sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

Semakin besar ukuran butir sedimen (pasir atau kerikil), semakin besar pula gaya

gravitasi yang bekerja. Pada umumnya, sifat non-kohesif dimiliki oleh partikel

sedimen yang ukurannya lebih besar dari 1 mm (pasir dan kerikil).

2.4.3 Transportasi Sedimen (Sediment Transport)

Partikel sedimen yang diam di dasar perairan memiliki sifat bertahan untuk tidak

bergerak. Sifat tersebut disebabkan karena pengaruh gaya gravitasi dan gesekan dengan

dasar perairan. Namun, sedimen yang ada di daerah pantai hingga daerah laut dalam,

secara terus menerus juga mengalami proses transportasi (pengangkutan). Adalah

tekanan geser yang terbangkitkan oleh arus dapat menimbulkan gaya angkat dan gaya

geser untuk menggerakkan partikel sedimen yang diam, sehingga terangkut dari satu

tempat ke tempat yang lain. Pengangkutan sedimen ini terjadi jika tekanan geser dasar

lebih besar daripada gaya gravitasi dan gaya gesekan. Gambar 2.15 di bawah ini

memperlihatkan proses pengangkutan sedimen tersebut:

Gambar 2.15 Transportasi Sedimen

Page 21: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

26

Setiap partikel sedimen memiliki tekanan geser kritis yang sebanding dengan densitas

dan diameternya. Tekanan geser kritis itu adalah tekanan geser maksimum yang terjadi

pada saat partikel sedimen akan mulai bergerak. Jika partikel sedimen itu bergerak maka

yang terjadi adalah erosi. Erosi pada suatu dasar perairan dapat tidak terjadi jika arus

yang melewatinya tidak lagi memiliki kapasitas angkut, meskipun tekanan geser

dasarnya lebih besar dari tekanan geser dasar kritisnya. Erosi dapat pula tidak terjadi

jika material sedimen di dasar perairan tidak lagi tersedia.

Partikel sedimen akan terus bergerak selama gaya angkatnya sama dengan atau lebih

besar dari gaya gravitasi yang bekerja. Atau, selama tekanan geser dasar yang bekerja

pada partikel sedimen yang bergerak sama dengan atau lebih besar dari tekanan geser

dasar kritisnya. Jika tekanan geser dasar yang bekerja pada partikel sedimen yang

bergerak lebih kecil dari tekanan geser kritisnya, maka sedimen akan mulai berhenti

bergerak. Proses partikel sedimen yang mulai berhenti bergerak, jatuh ke dasar dan

kemudian diam di dasar perairan disebut sebagai deposisi. Berkurangnya tekanan geser

dasar dapat terjadi karena melambatnya kecepatan arus.

Partikel sedimen bergerak dengan suatu kelajuan tertentu, banyaknya massa sedimen

yang terangkut melalui satu satuan luas dalam setiap satuan waktu inilah yang disebut

laju angkutan sedimen. Jika konsentrasi sedimen dan kecepatan arus diketahui, maka

laju angkutan sedimen dapat dihitung. Laju angkutan sedimen di satu titik pengamatan

ditentukan sebagai produk (perkalian) antara konsentrasi sedimen dengan kecepatan

arus di titik tersebut. Sedimen yang bergerak ini juga memiliki cara pergerakan yang

dibedakan menjadi dua, yaitu:

• Angkutan Dasar (Bed Load)

adalah cara pergerakan sedimen dengan kontak yang berkesinambungan dengan

dasar perairan. Bentuk kontak itu dapat berupa: menggelinding, meluncur atau

melompat-lompat. Tinggi angkutan dasar didefinisikan sebagai jarak dari dasar

perairan sampai tinggi rata-rata lompatan maksimum partikel sedimen. Partikel

sedimen yang kasar (pasir kasar dan kerikil) cenderung bergerak sebagai angkutan

dasar.

Page 22: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

27

• Angkutan Tersuspensi (Suspended Load)

Angkutan tersuspensi adalah cara pergerakan sedimen tanpa kontak dengan dasar

perairan. Pada angkutan tersuspensi, partikel-partikel sedimen melayang-layang di

kolom air. Partikel sedimen yang halus (pasir halus dan lumpur) cenderung bergerak

sebagai angkutan tersuspensi. Penggambaran cara pergerakan sedimen ini

digambarkan pada Gambar 2.16 di bawah ini:

Gambar 2.16 Cara Pergerakan Sedimen

Total sedimen yang terangkut dalam kolom air merupakan penjumlahan dari

angkutan dasar dan angkutan tersuspensi ini yang terakumulasi dengan membentuk

lapisan di dasar laut dengan nilai ketebalan dan konsentrasi tertentu. Pengukuran

terhadap ketebalan dan konsentrasi ini dapat dilakukan dengan beberapa metode dan

salah satu metode tersebut adalah metode seismik. Penjelasan mengenai metode

seismik ini juga akan dibahas lebih rinci pada tulisan ini.

Material sedimen yang telah dibahas di atas, setelah diendapkan akan mengalami

kompaksi. Lama kelamaan endapan ini akan tersemenkan oleh mineral yang

mengkristal di pori-pori antar butiran sehingga membentuk batuan sedimen. Para ahli

geologi mengestimasikan bahwa jumlah batuan sedimen hanya sekitar 5% volume dari

batuan penyusun kerak bumi atau sekitar 16 km lapisan terluar dari kerak bumi. Tetapi

kepentingan dari batuan sedimen ini jauh lebih besar dari jumlahnya yang hanya 5%.

Apabila mengambil contoh batuan di permukaan bumi, maka mayoritas terbesar adalah

Page 23: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

28

batuan sedimen, karena 75% permukaan bumi ini ditutupi oleh batuan sedimen. Jadi

batuan sedimen merupakan lapisan yang relatif tipis yang menyusun kerak bumi bagian

terluar, karena batuan sedimen terbentuk di permukaan bumi.

Karena batuan sedimen terakumulasi di permukaan bumi, maka batuan

sedimen umumnya menunjukkan proses-proses yang terjadi dimasa lalu pada

permukaan bumi. Jadi batuan sedimen dapat menunjukkan kondisi lingkungan dimasa

lalu dimana partikel-partikel sedimen tersebut diendapkan, juga mekanisme

transportasinya. Selanjutnya batuan sedimen juga dapat mengandung fosil yang

merupakan kunci dalam mempelajari keadaan geologi dimasa lalu, sehingga para ahli

geologi dapat menceritakan sejarah bumi ini dengan detail.

Batuan sedimen juga banyak yang mempunyai arti ekonomis. Batubara sebagai

contoh dikelompokkan dalam batuan sedimen. Juga sumber energi yang penting,

minyak bumi dan gas alam dijumpai berasosiasi dengan batuan sedimen. Demikian juga

beberapa mineral ekonomis seperti besi, aluminium, mangan dapat dijumpai berasosiasi

dengan batuan sedimen.

2.5 Survey Seismik Laut

Survey seismik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan konfigurasi

batuan bawah permukaan dalam bentuk rekaman, dengan menggunakan gelombang

akustik yang merambat pada medium kerak bumi (gelombang seismik). Hasil rekaman

yang diperoleh dari survei ini disebut dengan penampang seismik yang dapat dilihat

pada Gambar 2.17 berikut:

Gambar 2.17 Penampang Seismik

Page 24: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

29

Karakteristik rambatan gelombang seismik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

- Medium Perambatan

Sifat-sifat fisika medium sangat mempengaruhi penjalaran gelombang seismik.

Sesuai dengan keadaan medium, energi gelombang seismik dapat dibiaskan,

dipantulkan, ditransmisikan dan diserap.

- Pelemahan (Atenuasi)

Gelombang seismik yang menjalar melalui suatu medium akan mengalami

pelemahan berupa pengurangan energi. Terjadinya pengurangan energi ini

disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Pengembangan geometris,

2. Penyerapan (Absorpsi),

3. Pemecahan energi pada bidang antar lapisan.

2.5.1 Metode Survey Seismik

Dalam survey seismik dikenal dua metode, yaitu:

• Metode Seismik Pantul (Refleksi)

Dengan metode ini struktur dari formasi bawah permukaan dipetakan lewat

perhitungan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang seismik. Seismik refleksi

meliputi pengukuran dua kali waktu perjalanan gelombang seismik, dari sumber dan

dipantulkan kembali ke penerima dengan batas kontras antar lapisan di bawah

permukaan sebagai bidang pantulnya. Variasi dalam waktu pemantulan dari tempat

satu dengan tempat lainnya dipermukaan biasanya mengindikasikan ciri-ciri struktur

lapisan dibawahnya. Berikut merupakan penggambaran dari metode ini:

Gambar 2.18 Metode Seismik Pantul

Page 25: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

30

Kekuatan dari batas kontras antara dua lapisan dapat dideterminasi dengan amplitudo

dari sinyal pantul. Sinyal pantul dapat dideteksi dipermukaan dengan menggunakan

susunan hidrophone dengan frekuensi tinggi. Setiap formasi lapisan yang berbeda

karakteristik fisikanya menghasilkan sesuatu yang berbeda pula gelombang yang

dihasilkannya.

Selain itu metode ini juga memungkinkan untuk menghasilkan peta struktur dari

beberapa horizon geologi, tetapi horizon tersebut biasanya tidak dapat diidentifikasi

tanpa informasi geologi seperti yang dihasilkan pada sumur pemboran. Data refleksi

yang dihasilkan dari metode ini juga dapat digunakan untuk mendeterminasi

kecepatan rata-rata dari gelombang seismik antara sumber gelombang dengan

reflektor (bidang pantulan). Dengan metode ini juga, dapat dipetakan beberapa

bentuk atau kenampakan seperti antiklin, sesar, salt dome, dan reefs. Beberapa

kenampakan tersebut biasanya berasosiasi dengan akumulasi gas dan minyak.

.

• Metode Seismik Bias (Refraksi)

Metode seismik refraksi didasarkan kepada pengukuran waktu perjalanan dari

gelombang seismik yang dibiaskan di batas antara lapisan bawah permukaan, dengan

kecepatan yang berbeda. Energi seismik yang ada dihasilkan atau didapatkan dari

sumber gelombang seismik yang dibawa oleh kapal survey. Gambar metode refraksi

ini digambarkan di bawah ini:

Gambar 2.19 Metode Seismik Bias

Page 26: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

31

Dalam metode refraksi, instrumen yang mendeteksi rekaman sinyal seismik, berada

pada posisi yang jaraknya dari titik penembakan lebih besar dibandingkan dengan

kedalaman horizon yang akan dipetakan, atau dapat dikatakan, semakin jauh jarak

antar dua titik dipermukaan dalam metode refraksi, akan menghasilkan kedalaman

horizon yang lebih besar dibawah permukaan. Gelombang seismik harus mengalami

perjalanan horizontal yang besar di sepanjang bumi, dan waktu yang dibutuhkan

untuk perjalanan sejauh jarak dari sumber ke penerima, memberi informasi tentang

kecepatan dan kedalaman dari formasi bawah permukaan, sepanjang penyebarannya.

Metode refraksi cocok untuk digunakan pada struktur yang cepat rambatnya pada

lapisan tersebut sangat cepat, seperti dibagian atas atau bagian bawah dari batu

gamping. Metode refraksi juga berguna dalam memetakan atau melihat kenampakan

diapirik seperti kubah garam. Selain itu aplikasi dari seismik refraksi yang utama

adalah untuk mendeterminasi kedalaman dari batuan dasar dan juga struktur batuan

dasar. Didasarkan pada ketergantungan dari kecepatan seismik dalam elastisitas dan

kerapatan dari material yang dilalui energi, survey seismik refraksi menampilkan

atau meliputi pengukuran dari kekuatan material dan selain itu dapat membantu

menaksir kematangan batuan dan kualitasnya.

Walaupun metode refraksi tidak memberikan banyak informasi atau data sebanyak

metode refleksi, dan tidak memberikan kenampakan struktur yang sejelas dan

seseksama metode refleksi, metode ini dapat menampilkan data kecepatan dari

lapisan refraksi, dan juga metode ini memungkinkan untuk mencakup area yang

diberikan, lebih cepat dan lebih ekonomis dibandingkan dengan metode refleksi.

2.5.2 Pengolahan Data Seismik

Pengolahan data seismik (pantul) terdiri dari beberapa tahapan. Adapun tujuan utama

pengolahan data seismik [Van Der Kruk, 2001] adalah:

• Meningkatkan signal to noise ratio (S/N),

• Memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan bentuk

gelombang sinyal,

Page 27: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

32

• Mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari

gelombang-gelombang permukaan),

• Memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri,

• Memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan.

Sementara skema dari pengolahan data seismik (pantul) tersebut dapat dilihat pada

Gambar 2.20 di bawah ini:

Gambar 2.20 Skema Pengolahan Data Seismik

Berikut ini secara singkat merupakan penjelasan dari tiap-tiap tahapan dari skema di

atas:

1. Field Tape

Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertentu.

Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan format : SEG-A,

SEG-B, SEG-C, SEG-D dan SEG-Y.

2. Demultiplex

Data seismik direkam yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita

magnetik lapangan sebelum diproses terlebih dahulu harus diubah susunannya.

Data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali

berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan

demultiplexing.

3. Gain Recovery

Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis dan

efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang direkam

mengalami penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh.

Untuk menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan pemulihan kembali energi

yang hilang sedemikian rupa sehingga pada setiap titik seolah-olah datang

Page 28: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

33

dengan jumlah energi yang sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic

Gain Control (AGC) sehingga nantinya menghasilkan kenampakan data seismik

yang lebih mudah diinterpretasi.

4. Editing dan Muting

Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk.

Muting adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan

sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya yang dapat

mengganggu data.

5. Koreksi Statik

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan

receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-olah ditempatkan pada datum

yang sama.

6. Dekonvolusi

Dekonvolusi dilakukan untuk memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks

akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses invers filter. Bumi

merupakan low pass filter yang baik sehingga sinyal impulsif diubah menjadi

wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu panjang

mengakibatkan turunnya resolusi seismik karena kemampuan untuk

membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang.

7. Analisis Kecepatan

Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai

untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul,

sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola.

Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan

hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum.

8. Koreksi Dinamik

Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot

point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common Depth

Point).

Page 29: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

34

9. Stacking

Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu kumpulan data yang

bertujuan untuk mempertinggi signal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya

dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu CDP dan

telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang

tajam dan bebas noise inkoheren. Gambar 2.21 di bawah ini merupakan proses

stacking tersebut:

Gambar 2.21 Stacking

10. Migrasi

Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada

posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal

ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan

kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak

lurus terhadap bidang permukaan terutama untuk bidang reflektor yang miring.

Gambar 2.22 di bawah ini menyajikan gambar penampang seismik sebelum dan

setelah migrasi:

Gambar 2.22 Penampang Seismik Sebelum dan Setelah Migrasi

2.5.3 Seismik Stratigrafi

Seismik stratigrafi merupakan dasar pendekatan secara geologi untuk menginterpretasi

data seismik. Pada pelaksanaan interpretasi seismik stratigrafi, pengamatan/evaluasi

yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut [Peter dan Mitchum, 1977]:

Page 30: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

35

• Analisis penampang horizon seismik (seismic sequence analysis)

Pekerjaan analisis sekuen seismik didasarkan pada pengenalan satuan-satuan

stratigrafi yang disusun oleh strata yang secara genetik saling berkaitan. Satuan itu

dinamakan sekuen pengendapan (depositional sequence). Batas atas dan batas bawah

sekuen pengendapan adalah bidang ketidakselarasan atau bidang keselarasan yang

korelatif dengan bidang ketidak-selarasan itu. Interval waktu yang direpresentasikan

oleh strata penyusun sekuen pengendapan mungkin berbeda dari satu tempat ke

tempat lain, namun semuanya itu masih berada pada batas-batas tertentu, yaitu dalam

selang waktu yang besarnya merupakan selisih antara dua bidang keselarasan yang

menjadi pembatasnya. Sekuen pengendapan, karena disusun oleh strata yang secara

genetik saling berkaitan, memiliki nilai kronostratigrafi (stratigrafi berdasarkan

urutan waktu) tersendiri. Karena itu, sekuen pengendapan merupakan kerangka ideal

untuk analisis stratigrafi.

• Analisis fasies seismik (seismic facies analysis)

Pekerjaan analisis fasies seismik mencakup penelusuran dan penafsiran geometri,

kesinambungan, amplitudo, frekuensi, dan interval velocity refleksi-refleksi seismik

yang ada dalam sekuen pengendapan serta pengenalan bentuk eksternal dan asosiasi

fasies seismik. Bila fasies-fasies seismiknya telah dapat dicandra dan dipetakan,

maka proses dan lingkungan pengendapan fasies tersebut akan dapat ditafsirkan.

Setelah itu, litologi dari setiap fasies seismik juga akan dapat ditafsirkan.

• Analisis perubahan relatif muka air laut (relative change of sea water face analysis)

Pekerjaan analisis perubahan relatif muka air laut mencakup pembuatan diagram

kronostratigrafi, pembuatan diagram siklus perubahan muka air laut berdasarkan data

regional, serta pembandingan diagram siklus perubahan muka air laut regional

dengan diagram perubahan muka air laut global. Kemiripan siklus regional dengan

siklus global sangat penting artinya dalam analisis seismik stratigrafi karena

memungkinkan diprediksikannya umur strata, waktu terbentuknya ketidakselarasan,

jenis litofasies, dan lingkungan purba. Perbedaan antara kurva regional dengan kurva

global mengindikasikan saat-saat terjadinya proses deformasi lokal atau

mengindikasikan adanya kekeliruan analisis.

Page 31: BAB II DASAR TEORI - · PDF fileDengan kenyataan-kenyataan tersebut maka kasus perebutan wilayah sangat memungkinkan untuk terjadi kelak. ... laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi

36

2.5.4 Peralatan Survei Seismik

Beragam peralatan diperlukan untuk mendapatkan hasil penggambaran lapisan sedimen

yang ada di dasar laut. Secara umum peralatan tersebut terdiri dari beberapa bagian,

yaitu :

• Sumber gelombang seismik, contoh: sparker, boomer, air-gun dan water gun.

Gambar 2.23 berikut ini merupakan gambar dari air-gun:

Gambar 2.23 Air Gun

• Alat penerima (streamer), terdiri dari beberapa elemen yang terpisah yang

dihubungkan satu sama lain. Ada empat macam elemen yang terdapat dalam suatu

sistem streamer, yaitu: elemen aktif (active elements), alat peredam (damping

device), pemberat (weight stand) dan sensor tekanan (pressure sensor). Gambar 2.24

di bawah ini merupakan gambar dari streamer tersebut:

Gambar 2.24 Streamer

• Alat pemrosesan data, terdiri atas Pre amplifier, Amplifier dan Filter.

• Alat perekam.