Upload
coeb-smart
View
24
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis
2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit yang dalam tingkat yang nyata
memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapati
hiperglikemi atau glukosuria (Askandar, 1994).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak
dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
hiperglikemia karena difisiensi insulin atau ketidak adekuatan penggunaan
insulin (Barbara Encyram, 1998).
Diabetes melitus merupakan sydrom homeostatis gangguan energi
yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan
mengakibatkan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal.
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang:
- Kebanyakan herediter
- Ditandai dengan hiperglikemia dan glukosuria
- Disertai/tidak disertai gejala akut/kronik
- Sebagai akibat kekurangan insulin efektif dalam tubuh.
Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, biasanya juga
disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2001).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Kelenjar pankreas terdiri atas:
1. Sel asini : mensekresi enzim pencernaan
2. Pulau Langerhans, menghasilkan hormon:
- Sel Alfa : GLUCAGON
- Sel Beta : INSULIN
- Sel Delta : SOMASTOTATIN
- Sel PP : PANCREATIC POLYPEPTIDE
► Peran Insulin adalah anabolic action, meningkatkan laju penyimpanan
glukosa ke dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
► Kadar menurun sesuai dg peningkatan usia dan kegemukan
► Pada beberapa penderita DM jumlahnya cukup, tapi tdk berfungsi dg baik
2.1.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
2.1.4 Patofisiologi
1. Diabetes Tipe I
Ganguan Sistem Imun
Destruksi Sel β
Produksi insulin jumlah dan kualitas ≠ cukup
DMT I (Diabetes Melitus Tergantung Insulin)
2. Diabetes Tipe II
Sekresi insulin oleh pankreas cukup
Kelainan pusat reseptor
Jumlah reseptor di
jaringan parenkim
Keterlambatan
Glukosa diabsorbsi
Insulin belum
memadai
Jumlah reseptor cukup
tapi reseptor jelek
Insulin tak efektif
3. Diabetes tipe lain
Kegagalan relatif sel β, resistensi insulin
Turunnya resistensi insulin untuk pengambilan glukosa
Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
Disorientasi terhadap glukosa
2.1.5 Gejala klinik
- Akut : polifagi, polidipsi, poliuri.
- Gejala klinik yang lain yang sering adalah BB mula-mula naik lalu
turun, lemah badan, kesemutan, penglihatan kabur yang berubah-
ubah, nyeri otot sendi, kemampuan seksual berkurang.
2.1.6 Klasifikasi Diabetes Melitus dan Ganggguan Toleransi Glukosa
Menurut WHO 1985 :
A. Clinical Classes
I. DM
1. IDDM ( DM Type 1 ).
2. NIDDM ( DM Type 2 ).
3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
4. MRDM
a. Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
b. Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
5. DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
II. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).
III.Gestasional Diabetes Mielitus.
B. Statistical Risk Classes.
Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.1.7 Kriteria Diagnosis DM
1. Diagnosis DM apabila :
a. Terdapat gejala-gejala DM ditambah dengan,
b. Salah satu dari GDP ≥ 126 mg/dl dan 2 j PP ≥ 200 mg/dl, atau
random GDA ≥ 200 mg/dl.
2. Diagnosis DM apabila :
a. Tidak terdapat gejala DM tetapi,
b. Terdapat dua dari GDP ≥ 126 mg/dl dan 2 j PP ≥ 200 mg/dl, atau
random GDA ≥ 200 mg/dl.
3. Diagnosis GTG apabila :
GDP < 126 mg/dl dan 2 j PP antara 140 – 199 mg/dl.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Primer
a. Penyuluhan (Edukasi)
- Penyakit DM
- Makna/perlunya pengendalian/pemantauan DM
- Perlunya diit, aktivitas fisik (olahraga), dan obat-obatan
- Penyulit akut, kronis,dll.
b. Perencanaan makan (Diit DM, terapi nutrisi medik)
Dalam memberikan diit harus sesuai dengan 3J yaitu :
- J1 = Jumlah kalori yang diberikan harus dihabiskan
- J2 = Jadwal makan harus ditepati
- J3 = Jenis gula dan yang manis harus dihindari
Jumlah kalori sudah diperhitungkan, disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya stres akut, dan
kegiatan jasmani.
Jadwal makan kira-kira setiap 3 jam, dibedakan menjadi makanan
utama 3 kali dan makanan kecil 3 kali sehari.
Jenis diit disesuaikan dengan kondisi penderita.
c. Aktivitas fisik (olahraga/latihan jasmani)
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali
seminggu) selama + 30 menit.
Dianjurkan latihan jasmani yang bersifat aerobik, seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dll.
Latihan jasmani selain untuk kebugaran jasmani juga untuk
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin.
2. Sekunder
a. Intervensi farmakologik (obat-obatan)
Pemberian obat-obatan tidak boleh meninggalkan diit dan aktivitas
fisik.
Obat untuk DM ada 2 macam:
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Glibenklamid, glikazid, glipizid, glikuidon, glimepirid,
metformin, acarbose, glitazon.
2) Insulin
Insulin digunakan pada:
- DM tipe 1 (DM tergantung insulin)
- DM gestasional/DM dengan kehamilan yang tidak
terkkontrol dengan diit.
- DM dengan keadaan tertentu seperti penurunan berat badan
yang cepat, ketoaasidosis diabetik, stress berat (infeksi
sistemik, IMA, stroke, infeksi berat), gangguan fungsi
hati/ginjal yang berat, gagal dengan kombinasi OHO dosis
hampir maksimal, dll.
2.1.9 Komplikasi
1. Akut
Hipoglikemi, KAD (ketoasidosi diabetik), HKNK (Koma
Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik).
2. Kronis
- Makroangiopati
- Mikroangiopati
- Neuropati diabetika
- Komplikasi lain (gabungan):
Rentan infeksi
Kaki diabetic: gangren, selulitis
Disfungsi ereksi
2.2 WOC (terlampir)
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk RS, diagnosa medis, dan nomor registrasi.
2. Keluhan Utama
Poliuria, polidipsi, polifagia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Mula-mula polifagia, poliuria dan BB naik kemudian polidipsi,
poliuria dan BB turun yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, bahkan
dapat disusul dengan mual, muntah, koma dan keluhan lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya ada riwayat pankreatitis kronis/ glukosuria
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial spiritual
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Pemeriksaan
- Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis sampai coma
Suhu : naik bila terjadi sepsis
RR : takipnea
Nadi : takikardia/menurun
TD : HT
- Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut tipis mudah rontok, sakit kepala, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh,
gangguan penglihatan katarak retinopati, lidah terasa tebal,
gigi mudah rontok, bola mata cekung.
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid.
Pernafasan : pernafasan kusmaul, bila ada komplikasi
terdapat PJK, merasa kekuranagn oksigen, batuk dengan atau
tanpa sputum purulen, pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
Sirkulasi : Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah/berkurang, takikardia/nadi yang menurun/tak ada,
aritmia.
Abdomen : Terdapat polifagi, polidipsi, perubahan berat
badan, terjadi penurunan fungsi lambung, asites, mual, muntah,
dan distensi lambung.
Eliminasi : Perubahan pola berkemih (poliuri).
Intergumen : kulit kering, ulkus kulit, turgor kulit menurun,
adanya luka atau warna kehitaman bekas luka(gangren),
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka.
Aktivitas/istirahat : Lemah, letih, sulit gerak, kebas dan
kesemutan pada ekstrimitas, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur dan istirahat, disorientasi dan koma, luka
ganggren.
Seksual : Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh
darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan
potensi sex, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
- Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDA ≥ 200 mg/dl, GDP ≥126
mg/dl dan 2j PP ≥ 200 mg/dl.
Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi).
Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata
( ++++ ).
Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, anoreksia, mual
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis, osmatik, (dari
hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebih.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lukosit, dan perubahan pola siskulasi
4) Resiko tinggi perubahan sensori perceptual berhubungan dengan
perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin
5) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,
insufisiensi insulin.
6) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka pangjang
progresif yang tidak dapat diobati
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, progresis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
8) Ansietas berhubungan dengan penyakit, potensial komplikasi
9) Ganggguan integritas kulit sehubungan dengan mikroangiopati.
10) Gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh sehubungan dengan adanya
luka.
11) Potensial terjadi infeksi sekunder sehubungan dengan adanya luka.
12) Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kerumitan
dan kronisnya program yang dianjurkan.
13) Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi
raba, penurunan ketajaman penglihatan, dan episode hipoglikemia.
14) Pola nafas inefektif berhubungan dengan asidosis metabolic.
15) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, status kondisi yang
tidak memungkinkan.
2.3.3 Intervensi
1. Diagnosa keperawatan I
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria hasil :
- Mencerna jumlah kalori atau nutrien yang cukup
- Menunjukkan tingkat energi biasanya
- Menunjukkan BB stabil
- Klien mengetahui pentingnya nutrisi yang adekuat bagi dia
- Porsi makan dihabiskan
- Tidak lemas
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap
hari, apakah klien makan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Timbang berat badan setiap
hari atau sesuai dengan indikasi
c. Tentukan program diet
d. Observasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen, mual.
a. Memberikan informasi tentang
status gizi klien.
b. Mengkaji pemasukan yang
adekuat
c. Mengidentifikasi kekurangan
dan penyimpanan dari kebutuhan
terapeutik
d. Hiperglikemi dan gangguan
keseimbangan cairan dengan
menurunkan mobilitas/fungsi
lambung
e. Berikan makanan cair yang
mengandung nutrient dan
elektrolit dengan segera jika px
sdh dpt mentoleransi pemberian
cairan melalui oral.
f. Identifikasi makanan yang
disukai atau dikehendaki.
g. Libatkan keluarga dalam
perencanaan makan sesuai dengan
indikasi
h. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.
i. Observasi tanda-tanda
hipoglikemi.
j. Lakukan pemeriksaan gula
darah.
k. Pantau pemeriksaan lab
(glukosa darah, aseton, pH,
HCO3).
l. Beri pengobatan insulin secara
teratur dengan metode IV secara
intermiten atau secara kontinyu.
e. Pemberian makanan melalui
oral lbh baik jika px sadar dan
fungsi GIT baik.
f. Jika makanan yang disukai px
dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerja sama
dpt diupayakan setelah pulang.
g. Memberi informasi pada
keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien
h. Agar klien merasa seperti
berada dirumah sendiri.
i. Jika px hipoglikemi secara
potensial dapat mengancam
kehidupan sehingga harus dikaji
dan ditangani secara cepat melalui
tindakanyang telah direncanakan.
j. Pemeriksaan gula darah lebih
akurat dari pada memantau gula
darah dlm urine.
k. Gula darah akan menurun
perlahan dengan penggantian
cairan dan terapi insulin yang
terkontrol.
l. insulin reguler mempunyai
awitan cepat dan dengan cepat
pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam
sel.
m. Berikan larutan glukosa,
misalnya dekstrosa dan setengah
normal salin.
n. Lakukan konsultasi dengan
ahli gizi.
o. Berikan diet kira-kira 60%
karbohidrat, 20% protein, dan
20% lemak dalam penataan
makan atau pemberian makanan
tambahan.
p. Berikan obat metaklopramid
(reglan) ; tetrasiklin.
m. Larutan glukosa ditambahkan
setelah insulin dan cairan
membawa gula darah kira-kira
250 mg/dl. Dengan metabolisme
karbohidrat mendekati normal,
perawatan harus diberikan untuk
menghindari terjadinya
hipoglikemi.
n. Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
o. Kompleks karbohidrat (seperti
jagung, wortel, brokoli, buncis,
gandum,dll) dapat menurunkan
kadar glukosa atau kebutuhan
insulin, menurunkan kadar
kolesterol darah dan
meningkatkan rasa kenyang.
p. Dapat bermanfaat dalam
mengatasi gejala yang
berhubungan dengan neuropati
otonom yang mempengaruhi
saluran cerna yang selanjutnya
meningkatkan pemasukan melalui
oral dan absorpsi zat makanan
(nutrien).
2. Diagnosa Keperawatan 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keadaan kekurangan
volume cairan dapat teratasi.dalam 3x24 jam.
Kriteria Hasil :
- tanda- tanda vital stabil
- nadi perifer dapat diraba
- turgor kulit baik
- CRT atau pengisian kapiler baik
- haluaran urin baik
- kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
a. Dapatkan riwayat pasien atau
orang terdekat sehubungan dengan
lamanya atau intensitas dari gejala
seperti muntah, pengeluaran urin
yang sangat berlebihan.
b. Pantau tanda-tanda vital adanya
perubahan TD ortostatik.
c. Observasi suhu, warna, atau
kelembabannya.
d. Observasi nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa.
e. Pantau masukan dan pengeluaran,
catat BJ urine.
f. Ukur BB setiap hari.
g. Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi
a. Membantu dalam
memperkirakan kekurangan volume
total.
b. Hipovolemik
dapat dimanifestasikan oleh
Hipotensi dan takikardi.
c. Demam dengan
kulit yang kemerahan, kering,
mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.
d. Merupakan
indicator dari tingkat dehidrasi atau
volume sirkulasi yang adekuat.
e. Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang
diberikan.
f. Memberikan
hasil pengkajian yuang terbaik dari
status cairan yang sedang
jantung jika pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan.
h. Catat hal-hal yang dilaporkan
seperti mual, nyeri abdomen,
muntah, dan distensi lambung.
i. Observasi adanya perasaan
kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi tidak teratur,
dan adanya distensi pada vaskuler.
j. Berikan terapi cairan sesuai
indikasi.
k. Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti Ht, BUN (kreatinin),
osmolaritas darah, Na dan K.
l. Berikan K atau elektrolit yang lain
melalui IV dan atau melalui oral
sesuai indikasi.
m. Berikan bikarbonat jika PH <7.
berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
g. Mempertahankan
hidrasi atau volume sirkulasi.
h. Kekurangan
cairan dan elektrolit megubah
motilitas lambung yang seringkali
akan menimbulkan muntah dan
secara potensial akan menimbulkan
kekurangan caiuran atau elektrolit.
i. Pemberian cairan
untuk perbaikan yang cepat mungkin
sangat berpotensi menimbulkan
kelebihan beban cairan.
j. Tipe dan jumlah
cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon pasien
secara individual.
k. Untuk
mengetahuai tingkat perkembangan
pasien.
l. Kalium harus
ditambahkan pada IV untuk
mencegah hipokalemia.
m. Diberikan dengan
hati-hati untuk membantu
memperbaiki asidosis pada adanya
hipotensi atau syok.
2.3.4 Implementasi
Sesuai intervensi
2.3.5 Evaluasi
Sesuai kriteria hasil