22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Medis 2.1.1 Pengertian Diabetes melitus adalah penyakit yang dalam tingkat yang nyata memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapati hiperglikemi atau glukosuria (Askandar, 1994). Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia karena difisiensi insulin atau ketidak adekuatan penggunaan insulin (Barbara Encyram, 1998). Diabetes melitus merupakan sydrom homeostatis gangguan energi yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan mengakibatkan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang: - Kebanyakan herediter - Ditandai dengan hiperglikemia dan glukosuria - Disertai/tidak disertai gejala akut/kronik - Sebagai akibat kekurangan insulin efektif dalam tubuh.

BAB II DM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Diabetes melitus adalah penyakit yang dalam tingkat yang nyata

memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapati

hiperglikemi atau glukosuria (Askandar, 1994).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak

dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan

hiperglikemia karena difisiensi insulin atau ketidak adekuatan penggunaan

insulin (Barbara Encyram, 1998).

Diabetes melitus merupakan sydrom homeostatis gangguan energi

yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan

mengakibatkan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal.

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang:

- Kebanyakan herediter

- Ditandai dengan hiperglikemia dan glukosuria

- Disertai/tidak disertai gejala akut/kronik

- Sebagai akibat kekurangan insulin efektif dalam tubuh.

Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, biasanya juga

disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf, dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2001).

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Kelenjar pankreas terdiri atas:

1. Sel asini : mensekresi enzim pencernaan

2. Pulau Langerhans, menghasilkan hormon:

Page 2: BAB II DM

- Sel Alfa : GLUCAGON

- Sel Beta : INSULIN

- Sel Delta : SOMASTOTATIN

- Sel PP : PANCREATIC POLYPEPTIDE

► Peran Insulin adalah anabolic action, meningkatkan laju penyimpanan

glukosa ke dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.

► Kadar menurun sesuai dg peningkatan usia dan kegemukan

► Pada beberapa penderita DM jumlahnya cukup, tapi tdk berfungsi dg baik

2.1.3 Etiologi

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi

dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya

memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap

sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai

kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain

agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan

karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan

kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh

autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik

dan mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian

peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan

jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang

terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

Page 3: BAB II DM

2.1.4 Patofisiologi

1. Diabetes Tipe I

Ganguan Sistem Imun

Destruksi Sel β

Produksi insulin jumlah dan kualitas ≠ cukup

DMT I (Diabetes Melitus Tergantung Insulin)

2. Diabetes Tipe II

Sekresi insulin oleh pankreas cukup

Kelainan pusat reseptor

Jumlah reseptor di

jaringan parenkim

Keterlambatan

Glukosa diabsorbsi

Insulin belum

memadai

Jumlah reseptor cukup

tapi reseptor jelek

Insulin tak efektif

3. Diabetes tipe lain

Kegagalan relatif sel β, resistensi insulin

Turunnya resistensi insulin untuk pengambilan glukosa

Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin

Disorientasi terhadap glukosa

2.1.5 Gejala klinik

- Akut : polifagi, polidipsi, poliuri.

- Gejala klinik yang lain yang sering adalah BB mula-mula naik lalu

turun, lemah badan, kesemutan, penglihatan kabur yang berubah-

ubah, nyeri otot sendi, kemampuan seksual berkurang.

Page 4: BAB II DM

2.1.6 Klasifikasi Diabetes Melitus dan Ganggguan Toleransi Glukosa

Menurut WHO 1985 :

A. Clinical Classes

I. DM

1. IDDM ( DM Type 1 ).

2. NIDDM ( DM Type 2 ).

3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.

4. MRDM

a. Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).

b. Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).

5. DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.

II. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).

III.Gestasional Diabetes Mielitus.

B. Statistical Risk Classes.

Kedua orang tuanya pernah menderita DM.

Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.

Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.

2.1.7 Kriteria Diagnosis DM

1. Diagnosis DM apabila :

a. Terdapat gejala-gejala DM ditambah dengan,

b. Salah satu dari GDP ≥ 126 mg/dl dan 2 j PP ≥ 200 mg/dl, atau

random GDA ≥ 200 mg/dl.

2. Diagnosis DM apabila :

a. Tidak terdapat gejala DM tetapi,

b. Terdapat dua dari GDP ≥ 126 mg/dl dan 2 j PP ≥ 200 mg/dl, atau

random GDA ≥ 200 mg/dl.

3. Diagnosis GTG apabila :

GDP < 126 mg/dl dan 2 j PP antara 140 – 199 mg/dl.

Page 5: BAB II DM

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Primer

a. Penyuluhan (Edukasi)

- Penyakit DM

- Makna/perlunya pengendalian/pemantauan DM

- Perlunya diit, aktivitas fisik (olahraga), dan obat-obatan

- Penyulit akut, kronis,dll.

b. Perencanaan makan (Diit DM, terapi nutrisi medik)

Dalam memberikan diit harus sesuai dengan 3J yaitu :

- J1 = Jumlah kalori yang diberikan harus dihabiskan

- J2 = Jadwal makan harus ditepati

- J3 = Jenis gula dan yang manis harus dihindari

Jumlah kalori sudah diperhitungkan, disesuaikan dengan

pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya stres akut, dan

kegiatan jasmani.

Jadwal makan kira-kira setiap 3 jam, dibedakan menjadi makanan

utama 3 kali dan makanan kecil 3 kali sehari.

Jenis diit disesuaikan dengan kondisi penderita.

c. Aktivitas fisik (olahraga/latihan jasmani)

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali

seminggu) selama + 30 menit.

Dianjurkan latihan jasmani yang bersifat aerobik, seperti jalan

kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dll.

Latihan jasmani selain untuk kebugaran jasmani juga untuk

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin.

2. Sekunder

a. Intervensi farmakologik (obat-obatan)

Pemberian obat-obatan tidak boleh meninggalkan diit dan aktivitas

fisik.

Page 6: BAB II DM

Obat untuk DM ada 2 macam:

1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Glibenklamid, glikazid, glipizid, glikuidon, glimepirid,

metformin, acarbose, glitazon.

2) Insulin

Insulin digunakan pada:

- DM tipe 1 (DM tergantung insulin)

- DM gestasional/DM dengan kehamilan yang tidak

terkkontrol dengan diit.

- DM dengan keadaan tertentu seperti penurunan berat badan

yang cepat, ketoaasidosis diabetik, stress berat (infeksi

sistemik, IMA, stroke, infeksi berat), gangguan fungsi

hati/ginjal yang berat, gagal dengan kombinasi OHO dosis

hampir maksimal, dll.

2.1.9 Komplikasi

1. Akut

Hipoglikemi, KAD (ketoasidosi diabetik), HKNK (Koma

Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik).

2. Kronis

- Makroangiopati

- Mikroangiopati

- Neuropati diabetika

- Komplikasi lain (gabungan):

Rentan infeksi

Kaki diabetic: gangren, selulitis

Disfungsi ereksi

2.2 WOC (terlampir)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Page 7: BAB II DM

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tanggal

masuk RS, diagnosa medis, dan nomor registrasi.

2. Keluhan Utama

Poliuria, polidipsi, polifagia.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Mula-mula polifagia, poliuria dan BB naik kemudian polidipsi,

poliuria dan BB turun yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, bahkan

dapat disusul dengan mual, muntah, koma dan keluhan lain.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya ada riwayat pankreatitis kronis/ glukosuria

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga

yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

6. Riwayat psikososial spiritual

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

7. Pemeriksaan

- Pemeriksaan umum

Kesadaran : composmentis sampai coma

Suhu : naik bila terjadi sepsis

RR : takipnea

Nadi : takikardia/menurun

TD : HT

- Pemeriksaan fisik

Kepala : Rambut tipis mudah rontok, sakit kepala, apakah

penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh,

gangguan penglihatan katarak retinopati, lidah terasa tebal,

gigi mudah rontok, bola mata cekung.

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid.

Page 8: BAB II DM

Pernafasan : pernafasan kusmaul, bila ada komplikasi

terdapat PJK, merasa kekuranagn oksigen, batuk dengan atau

tanpa sputum purulen, pada penderita DM mudah terjadi

infeksi.

Sirkulasi : Perfusi jaringan menurun, nadi perifer

lemah/berkurang, takikardia/nadi yang menurun/tak ada,

aritmia.

Abdomen : Terdapat polifagi, polidipsi, perubahan berat

badan, terjadi penurunan fungsi lambung, asites, mual, muntah,

dan distensi lambung.

Eliminasi : Perubahan pola berkemih (poliuri).

Intergumen : kulit kering, ulkus kulit, turgor kulit menurun,

adanya luka atau warna kehitaman bekas luka(gangren),

kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan

gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka.

Aktivitas/istirahat : Lemah, letih, sulit gerak, kebas dan

kesemutan pada ekstrimitas, kram otot, tonus otot menurun,

gangguan tidur dan istirahat, disorientasi dan koma, luka

ganggren.

Seksual : Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh

darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan

potensi sex, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi

dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

- Pemeriksaan laboratorium:

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDA ≥ 200 mg/dl, GDP ≥126

mg/dl dan 2j PP ≥ 200 mg/dl.

Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi).

Page 9: BAB II DM

Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :

hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata

( ++++ ).

Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan

antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, anoreksia, mual

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis, osmatik, (dari

hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebih.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,

penurunan fungsi lukosit, dan perubahan pola siskulasi

4) Resiko tinggi perubahan sensori perceptual berhubungan dengan

perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin

5) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,

insufisiensi insulin.

6) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka pangjang

progresif yang tidak dapat diobati

7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, progresis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

8) Ansietas berhubungan dengan penyakit, potensial komplikasi

9) Ganggguan integritas kulit sehubungan dengan mikroangiopati.

10) Gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh sehubungan dengan adanya

luka.

11) Potensial terjadi infeksi sekunder sehubungan dengan adanya luka.

12) Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kerumitan

dan kronisnya program yang dianjurkan.

Page 10: BAB II DM

13) Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi

raba, penurunan ketajaman penglihatan, dan episode hipoglikemia.

14) Pola nafas inefektif berhubungan dengan asidosis metabolic.

15) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, status kondisi yang

tidak memungkinkan.

2.3.3 Intervensi

1. Diagnosa keperawatan I

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

dalam waktu 3x24 jam.

Kriteria hasil :

- Mencerna jumlah kalori atau nutrien yang cukup

- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Menunjukkan BB stabil

- Klien mengetahui pentingnya nutrisi yang adekuat bagi dia

- Porsi makan dihabiskan

- Tidak lemas

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

a. Monitor intake makanan setiap

hari, apakah klien makan sesuai

dengan kebutuhannya.

b. Timbang berat badan setiap

hari atau sesuai dengan indikasi

c. Tentukan program diet

d. Observasi bising usus, catat

adanya nyeri abdomen, mual.

a. Memberikan informasi tentang

status gizi klien.

b. Mengkaji pemasukan yang

adekuat

c. Mengidentifikasi kekurangan

dan penyimpanan dari kebutuhan

terapeutik

d. Hiperglikemi dan gangguan

keseimbangan cairan dengan

menurunkan mobilitas/fungsi

lambung

Page 11: BAB II DM

e. Berikan makanan cair yang

mengandung nutrient dan

elektrolit dengan segera jika px

sdh dpt mentoleransi pemberian

cairan melalui oral.

f. Identifikasi makanan yang

disukai atau dikehendaki.

g. Libatkan keluarga dalam

perencanaan makan sesuai dengan

indikasi

h. Ciptakan suasana makan yang

menyenangkan misalnya makan

bersama teman atau keluarga.

i. Observasi tanda-tanda

hipoglikemi.

j. Lakukan pemeriksaan gula

darah.

k. Pantau pemeriksaan lab

(glukosa darah, aseton, pH,

HCO3).

l. Beri pengobatan insulin secara

teratur dengan metode IV secara

intermiten atau secara kontinyu.

e. Pemberian makanan melalui

oral lbh baik jika px sadar dan

fungsi GIT baik.

f. Jika makanan yang disukai px

dapat dimasukkan dalam

perencanaan makan, kerja sama

dpt diupayakan setelah pulang.

g. Memberi informasi pada

keluarga untuk memahami

kebutuhan nutrisi pasien

h. Agar klien merasa seperti

berada dirumah sendiri.

i. Jika px hipoglikemi secara

potensial dapat mengancam

kehidupan sehingga harus dikaji

dan ditangani secara cepat melalui

tindakanyang telah direncanakan.

j. Pemeriksaan gula darah lebih

akurat dari pada memantau gula

darah dlm urine.

k. Gula darah akan menurun

perlahan dengan penggantian

cairan dan terapi insulin yang

terkontrol.

l. insulin reguler mempunyai

awitan cepat dan dengan cepat

pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam

sel.

Page 12: BAB II DM

m. Berikan larutan glukosa,

misalnya dekstrosa dan setengah

normal salin.

n. Lakukan konsultasi dengan

ahli gizi.

o. Berikan diet kira-kira 60%

karbohidrat, 20% protein, dan

20% lemak dalam penataan

makan atau pemberian makanan

tambahan.

p. Berikan obat metaklopramid

(reglan) ; tetrasiklin.

m. Larutan glukosa ditambahkan

setelah insulin dan cairan

membawa gula darah kira-kira

250 mg/dl. Dengan metabolisme

karbohidrat mendekati normal,

perawatan harus diberikan untuk

menghindari terjadinya

hipoglikemi.

n. Sangat bermanfaat dalam

perhitungan dan penyesuaian diet

untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien.

o. Kompleks karbohidrat (seperti

jagung, wortel, brokoli, buncis,

gandum,dll) dapat menurunkan

kadar glukosa atau kebutuhan

insulin, menurunkan kadar

kolesterol darah dan

meningkatkan rasa kenyang.

p. Dapat bermanfaat dalam

mengatasi gejala yang

berhubungan dengan neuropati

otonom yang mempengaruhi

saluran cerna yang selanjutnya

meningkatkan pemasukan melalui

oral dan absorpsi zat makanan

(nutrien).

2. Diagnosa Keperawatan 2

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keadaan kekurangan

volume cairan dapat teratasi.dalam 3x24 jam.

Kriteria Hasil :

Page 13: BAB II DM

- tanda- tanda vital stabil

- nadi perifer dapat diraba

- turgor kulit baik

- CRT atau pengisian kapiler baik

- haluaran urin baik

- kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

a. Dapatkan riwayat pasien atau

orang terdekat sehubungan dengan

lamanya atau intensitas dari gejala

seperti muntah, pengeluaran urin

yang sangat berlebihan.

b. Pantau tanda-tanda vital adanya

perubahan TD ortostatik.

c. Observasi suhu, warna, atau

kelembabannya.

d. Observasi nadi perifer, pengisian

kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa.

e. Pantau masukan dan pengeluaran,

catat BJ urine.

f. Ukur BB setiap hari.

g. Pertahankan untuk memberikan

cairan paling sedikit 2500ml/hari

dalam batas yang dapat ditoleransi

a. Membantu dalam

memperkirakan kekurangan volume

total.

b. Hipovolemik

dapat dimanifestasikan oleh

Hipotensi dan takikardi.

c. Demam dengan

kulit yang kemerahan, kering,

mungkin sebagai cerminan dari

dehidrasi.

d. Merupakan

indicator dari tingkat dehidrasi atau

volume sirkulasi yang adekuat.

e. Memberikan

perkiraan kebutuhan akan cairan

pengganti fungsi ginjal dan

keefektifan dari terapi yang

diberikan.

f. Memberikan

hasil pengkajian yuang terbaik dari

status cairan yang sedang

Page 14: BAB II DM

jantung jika pemasukan cairan

melalui oral sudah dapat diberikan.

h. Catat hal-hal yang dilaporkan

seperti mual, nyeri abdomen,

muntah, dan distensi lambung.

i. Observasi adanya perasaan

kelelahan yang meningkat, edema,

peningkatan BB, nadi tidak teratur,

dan adanya distensi pada vaskuler.

j. Berikan terapi cairan sesuai

indikasi.

k. Pantau pemeriksaan laboratorium

seperti Ht, BUN (kreatinin),

osmolaritas darah, Na dan K.

l. Berikan K atau elektrolit yang lain

melalui IV dan atau melalui oral

sesuai indikasi.

m. Berikan bikarbonat jika PH <7.

berlangsung dan selanjutnya dalam

memberikan cairan pengganti.

g. Mempertahankan

hidrasi atau volume sirkulasi.

h. Kekurangan

cairan dan elektrolit megubah

motilitas lambung yang seringkali

akan menimbulkan muntah dan

secara potensial akan menimbulkan

kekurangan caiuran atau elektrolit.

i. Pemberian cairan

untuk perbaikan yang cepat mungkin

sangat berpotensi menimbulkan

kelebihan beban cairan.

j. Tipe dan jumlah

cairan tergantung pada derajat

kekurangan cairan dan respon pasien

secara individual.

k. Untuk

mengetahuai tingkat perkembangan

pasien.

l. Kalium harus

ditambahkan pada IV untuk

mencegah hipokalemia.

m. Diberikan dengan

hati-hati untuk membantu

memperbaiki asidosis pada adanya

Page 15: BAB II DM

hipotensi atau syok.

2.3.4 Implementasi

Sesuai intervensi

2.3.5 Evaluasi

Sesuai kriteria hasil