45
23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga, awan dan bintang-bintang. Marthin Luther 1483-1546 2. Ekoteologi Istilah ekoteologi atau yang biasa disebut juga dengan Teologi Lingkungan, sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang merupakan gabungan antara pokok- pokok pemikiran dari ilmu Ekologi, suatu cabang dalam ilmu Biologi dan Teologi. Ketika Ekologi ini dibicarakan dalam kaitannya dengan Teologi, maka seringkali bahasan ini sangat berhubungan erat dengan masalah moral. Permasalahan ekologi memang umumnya terkait dengan krisis moral dalam usaha memahami ciri saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungan hidup. Ini menyangkut cara tentang bagaimanakah seharusnya manusia bersikap terhadap lingkungannya. 1 Munculnya pemikiran tentang ekoteologi ini menunjukkan adanya kesadaran umum dalam diri manusia bahwa selama ini telah terjadi kesalahan berkenaan dengan sikap dasar manusia terhadap lingkungan hidup. 2 Ekoteologi berasal dari kata ekologi dan teologi. Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel, seorang ahli ilmu hayat dalam pertengahan dasawarsa 1860- 1 William Chang, Moral Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 31 2 William Chang, Moral Lingkungan Hidup, . . . 31-32

BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

23

BAB II

Ekoteologi dan Revolusi Hijau

Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab.

Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga, awan dan bintang-bintang.

Marthin Luther

1483-1546

2. Ekoteologi

Istilah ekoteologi atau yang biasa disebut juga dengan Teologi Lingkungan,

sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang merupakan gabungan antara pokok-

pokok pemikiran dari ilmu Ekologi, suatu cabang dalam ilmu Biologi dan Teologi.

Ketika Ekologi ini dibicarakan dalam kaitannya dengan Teologi, maka seringkali

bahasan ini sangat berhubungan erat dengan masalah moral. Permasalahan ekologi

memang umumnya terkait dengan krisis moral dalam usaha memahami ciri saling

ketergantungan antara manusia dengan lingkungan hidup. Ini menyangkut cara

tentang bagaimanakah seharusnya manusia bersikap terhadap lingkungannya.1

Munculnya pemikiran tentang ekoteologi ini menunjukkan adanya kesadaran umum

dalam diri manusia bahwa selama ini telah terjadi kesalahan berkenaan dengan sikap

dasar manusia terhadap lingkungan hidup.2

Ekoteologi berasal dari kata ekologi dan teologi. Istilah ekologi pertama kali

digunakan oleh Haeckel, seorang ahli ilmu hayat dalam pertengahan dasawarsa 1860-

1 William Chang, Moral Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 31 2 William Chang, Moral Lingkungan Hidup, . . . 31-32

Page 2: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

24

an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos

yang berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harafiah ekologi adalah ilmu tentang

makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah

tangga makhluk hidup.3 Istilah teologi dalam bahasa Yunani adalah theologia. Istilah

ini berasal dari gabungan dua kata theos yang berarti Allah dan logos yang berarti

logika. Jadi, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan

dengan keyakinan beragama. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa ekoteologi merupakan ilmu yang mempelajari interrelasi antara Tuhan dengan

alam semesta demi terciptanya keseimbangan dan pola relasi yang saling menghargai

antara manusia dengan alam.

Jika dilihat dari sudut pandang agama maka dapat dikatakan bahwa agama

hampir tidak pernah menyinggung aspek ekologi, padahal lingkungan adalah masalah

yang sangat mendasar dalam kehidupan kita. Hans Kung menegaskan bahwa agama

yang baik adalah agama yang menjaga dan melestarikan, bukan menghancurkan dan

memusnahkan kemanusiaan. Corak teologi yang hanya mengurus Tuhan belaka dan

melupakan persoalan bumi, tidak akan bertahan lama. Masa depan agama akan

ditentukan sejauh mana ia bermanfaat untuk kehidupan manusia di bumi. Ekoteologi

menandai babak baru dalam relasi antara teologi dan ekologi. Paradigma ekoteologi

telah mulai diadopsi oleh masyarakat dunia sejak tahun 1970-an, namun mulai

populer di akhir abad ke-20. Konferensi Stockholm di Swedia yang digelar pada 1972

menjadi tonggak diterimanya paradigma ekoteologi. Ekoteologi muncul sebagai

3 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan

(Jakarta:Djambatan,1991), 19.

Page 3: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

25

reaksi terhadap penafsiran Alkitab yang membenarkan tindakan pengeksploitasian

alam secara semena-mena oleh manusia sehingga berdampak pada krisis ekologi.

Era 60-an dan 70-an dianggap sebagai masa lahirnya kesadaran ekologis

manusia. Sebab pada tahun-tahun inilah mulai terjadinya krisis ekologis di seluruh

dunia dan terjadinya eksploitasi alam yang besar-besaran.4 Oleh sebab itulah kritik-

kritik berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia terhadap alam mulai

bermunculan. Bahkan kritik-kritik yang bermunculan tersebut ternyata juga diarahkan

kepada gereja dan kekristenan, yang dianggap sebagai biang keladi kerusakan alam

yang selama ini telah terjadi. Seorang yang paling terkenal berkenaan dengan

kritiknya terhadap gereja dan kekristenan tersebut adalah Lynn Townsend White, Jr.,

dengan tulisannya berjudul The Historical Roots of Our Ecologic Crisis. Dalam

artikelnya ini, White menunjukkan bahwa pada saat ini, ketika teknologi telah

berkembang dengan pesat, memungkinkan manusia untuk menghancurkan dan

mengeksploitasi lingkungan secara habis-habisan. Ia menunjukkan bahwa mentalitas

Revolusi Industri, yang menganggap bumi hanyalah sumber daya untuk konsumsi

manusia, itu sesungguhnya jauh lebih tua dari aktualitas mesin, yang ternyata berakar

dari kekristenan abad pertengahan. Menurut White, apa yang telah dilakukan orang

terhadap alam itu sangat tergantung dari apa yang sedang manusia pikirkan tentang

diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan segala hal di lingkungan mereka.5

4 A. Sunarko dan A. Eddy Kristiyanto, Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi (Yogyakarta :

Kanisius, 2008), 138 5 http://www.bookrags.com/wiki/Lynn_Townsend_White,_Jr., Diunduh pada tgl. 15 Juni

2017. Pkl. 16.27WIB

Page 4: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

26

2.1 Manusia, Alam dan Lingkungan

Douglas John Hall seorang teolog berkebangsaan Kanada memberikan tiga

paradigma utama berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam yakni: pertama,

manusia di atas alam. Kedua, manusia di dalam alam dan ketiga, manusia bersama

alam.6

1. Paradigma hubungan manusia di atas alam mau menjelaskan bahwa manusia

itu sebagai penguasa alam semesta. Pemikiran atau pandangan ini sebenarnya

merupakan pandangan tradisional yang masih dipegang teguh oleh manusia,

sehingga dengan adanya pandangan ini manusia bertindak seenaknya demi

mensejahterakan kehidupannya tanpa mau memperlakukan alam sebagai

teman.

2. Paradigma hubungan manusia di dalam alam, mau menjelaskan bahwa

manusia adalah satu di antara banyaknya makhluk hidup lain yang berada di

dalam alam

3. Paradigma hubungan manusia bersama alam, mau menjelaskan bahwa

manusia hidup bersama dengan alam memperlakukan alam tidak sesuka hati

tetapi menjadikan alam sebagai ciptaan yang juga mempunyai tempat di

dalam karya penciptaan Allah.7

Eka Darmaputera juga mengemukakan tiga hal mengenai hubungan manusia

dengan alam yaitu: Pertama, orang memandang alam sebagai ruang kuasa-kuasa yang

6 Doglas John Hall, The Steward a Biblical Symbol Come of Age dalam buku Polifonik Bukan

Monofonik karangan Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo (salatiga: satya Wacana, 2015), 102 7 Makalah disampaikan Pdt Ebenheizer I. Nuban Timo dalam kegiatan diskusi kampus antara

UKSW dan UIN yang mengusung tema: Embbeding Eco-Spirituality upaya mencari titik temu

Agama-agama Melaksanakan Mandat Merawat Bumi, di UKSW pada tanggal 06 Juni 2017

Page 5: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

27

menakutkan sehingga manusia harus tunduk kepada alam dan menghormatinya

seperti dengan menggunakan sesajen. Kedua, alam dipandang sebagai obyek dan

manusia mengambil peran sebagai subyek. Ketiga, Manusia dan alam sama-sama

dipandang sebagai dua subyek yang saling mempengaruhi sehingga dapat dibangun

hubungan yang selaras.8 Hal ini ditinjau dari pandangan masyarakat tradisional.

Malcolm Brownlee melihat hubungan manusia dengan alam pada era modern di mana

manusia berusaha menguasai dan menggunakan alam seperti pada pandangan kedua

di atas. Perkembangan ilmu teknologi menjadikan alam bukan lagi sesuatu yang

sakral, melainkan sebagai obyek penelitian untuk diselidiki dan digarap.9 Pandangan

Kristen tentang hubungan manusia dengan alam di mana pada satu segi manusia

merupakan bagian dari alam yang adalah sama ciptaan Tuhan, namun di pihak lain

manusia diciptakan berbeda dari makhluk hidup lainnya. Seharusnya sikap manusia

terhadap alam ialah seperti dalam Kejadian 2: 15 “TUHAN Allah mengambil

manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan

memelihara taman itu.” Karena itu sikap yang tepat ialah manusia perlu untuk

menghargai alam. Dari ketiga paradigma mengenai hubungan manusia dengan alam,

tidak dapat dipungkiri bahwa paradigma pertama masih menjadi paradigma favorit

bagi manusia sebagai umat Allah, sebagai ciptaan yang diberikan mandat penuh

untuk menguasai alam ciptaan. Namun paradigma ketiga merupakan paradigma yang

8 Eka Darmaputera, Pancasila and the Search for Identity and Modernity in Indonesian

Society (Ph. D, dissertation, Boston College and Andover Newton Theological School, Newton Center,

Massachusetts, 1982) 263-264. 9 Brownlee Malcolm, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan. (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2001) 152-156.

Page 6: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

28

sebenarnya diharapkan oleh Allah bahwa manusia sebaiknya hidup bersama dengan

alam bahkan bukan saja dengan alam tetapi dengan semua ciptaan yang ada.

2.2 Kesetaraan Manusia dan Alam

Dalam kehidupan masyarakat yang masih tradisional manusia dan alam sederajat

tingkatannya, artinya bahwa mereka berasal dari satu sumber dan sama-sama

diciptakan. Hubungan tersebut pada akhirnya merupakan sebuah hubungan

kontinuitas, bahwa tidak dapat dipungkiri ketika di dalam alam manusia hanyalah

bagian terkecil yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Manusia berusaha menyesuaikan

diri dengan kehidupannya bersama alam, dengan cara menyesuaikan diri dengan

musim pertanian dan tidak berani menganggu lingkungan kecuali melalui proses

ritual. Pada waktu itu, alam dianggap sebagai sesuatu yang sakral, yang dapat

berperilaku kejam apalagi diperlakukan dengan sembarangan. Inilah yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat tradisional.10 Konsep masyarakat tradisional ini sudah

mulai hilang di beberapa tempat, alam tidak lagi setara dengan manusia, alam tidak

lagi menjadi yang ditakutkan sebaliknya alam menjadi yang tertindas dan menderita.

Manusia tidak lagi memedulikan keberadaan alam.

2.3 Manusia Menguasai dan Mengksploitasi Alam

Perkembangan teknologi yang semakin maju memungkinkan manusia dapat

mengubah lingkungan alamnya dengan sesuka hati mengubah lingkungan alamiah

menjadi lingkungan buatan demi dan untuk mempertahankan kehidupannya. Makin

tinggi kebudayaan manusia makin beragam kebutuhannya, akan tetapi kebutuhan

10 Robert P. Borong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet.2, 2000). 26

Page 7: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

29

manusia tidak dapat dipisahkan dari keinginan hidupnya. Akibat dari semua itu

bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan digunakan untuk menguasai dan

mengeksploitasi lingkungan alam. Dalam semua kegiatan yang menguasai itu, alam

dikorbankan dan dijadikan objek untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan manusia. Kekuasaan manusia yang semakin besar atas lingkungan ditandai

dengan populasi manusia yang semakin bertambah menjadi salah satu penyebab

penting mengapa eksploitasi terhadap lingkungan semakin marak terjadi.11

Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia sebagai yang sudah

berpengetahuan tinggi mengakibatkan alam menjadi tidak ramah dan rusak.

2.4 Alam Menguasai dan Mengeksploitasi Manusia

Pada akhirnya, ini bukan lagi manusia yang mengusai alam ataupun manusia

setara dengan alam, sebaliknya alam yang menguasai dan mengeksploitasi manusia.

Manusia dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

menghancurkan alam, tetapi harus diingat bahwa secara tidak sadar alam yang

mengeksploitasi dan merusak manusia. Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana alam

memberikan keindahannya baik di darat maupun di laut, binatang-binatang yang

memiliki keunikkan tersendiri membuat manusia semakin merasa bahwa alam terlalu

indah untuk tidak dinikmati. Hal ini berkaitan dengan psikologi manusia modern.

Eric Fromm, dalam bukunya yang berjudul Fear of Freedom, menulis tentang

bagaimana psikologis manusia juga menjadi faktor mengapa manusia menjadi brutal

dan berlaku sewenang-wenang terhadap alam. Pada intinya bahwa manusia sendiri

11 Robert P. Borong, Etika Bumi Baru, . . . 31-33

Page 8: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

30

tidak mampu menaklukkan alam yang ada. Manusia tidak dapat mencegah datangnya

bencana alam, tsunami ataupun gempa bumi. Teknologi maupun pengetahuan

manapun tidak mampu menandingi ganasnya alam yang mulai tidak selaras dan

setara dengan manusia.12 Artinya bahwa alam menyimpan kekuatannya sendiri yang

seringkali tidak dapat diketahui oleh manusia atau bahkan oleh alat secanggih apapun

yang diciptakan oleh manusia.

2.5 Pendamaian dengan Alam Semesta

Pendamaian yang dilakukan oleh Allah pada hakikatnya tidak hanya berfokus

pada pendamaian kepada manusia yang telah berbuat salah, akan tetapi juga

diarahkan kepada alam semesta. Dalam kisah penciptaan, alam semesta adalah tempat

di mana manusia pertama itu hidup. Alam semesta diciptakan dengan begitu

sempurna dan ditata oleh Allah agar manusia dapat hidup dengan sebaik-baiknya.13

Pada awalnya hubungan manusia dengan alam adalah hubungan yang begitu ramah,

seperti ibu dan anak atau bahkan sebagai sahabat karib. Ketika manusia jatuh dalam

dosa alam seketika menjadi tidak ramah lagi. Ada jembatan yang membuat manusia

tidak lagi dapat dengan bebas memasuki taman Eden yang telah dijadikan sebagai

tempat tinggal manusia yang begitu sempurna dalam pandangan Allah.

Tidak sampai di situ bahwa pada akhirnya dengan semakin majunya zaman,

teknologi, dan ilmu pengetahuan modern yang semakin berkembang mengakibatkan

seorang professor Biologi dari Ausralia bernama Charles Birch 14 mengatakan bahwa

12 Eric Fromm, Fear Of Freedom (London/Melbourne: 1964), 154. 13 Lihat Kejadian 1:1-31 14 Andreas A. Yewangoe, Pendamaian (Jorjakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 184

Page 9: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

31

manusia modern itu seperti Brontosaurus (yakni binatang purba), yang karena

keadaan alam yang berubah, maka tidak mungkin lagi ia dapat menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan tempat ia tinggal dan pada akhirnya akan musnah. Manusia juga

akan tiba pada keadaan yang demikian, apabila ia tidak waspada akan bahaya yang

mengancamnya sebagai akibat kesalahannya sendiri

Pendamaian yang dimaksud seperti yang dijelaskan Yewangoe dalam bukunya

tentang Pendamaian,15 yakni ada bagian-bagian dari ayat Alkitab yang paling tidak

berusaha mengajak umat manusia untuk menghormati alam semesta dalam hal ini

penghormatan terhadap tanah, misalnya kebiasaan Tahun Sabat dan Tahun Yobel

menurut Imamat 25, yaitu: pertama, membiarkan tanah (yang sudah diusahakan) tetap

tinggal kosong sehingga orang-orang miskin, orang-orang asing dan binatang-

binatang dapat menikmati apa yang tumbuh sendiri tanpa usaha manusia. Kedua,

penghapusan hutang-hutang yang dibuat selama enam tahun dan pemulihan segala

hak milik yang dijual selama enam tahun kepada pemiliknya yang mula-mula, dan

ketiga, pembebasan dari segala hamba-hamba yang dibeli dalam enam tahun

sebelumnya.

Terkadang pendamaian dengan alam semesta sering dimaknai dalam konsep

pendamaian yang begitu rumit. Padahal, pendamaian dengan alam semesta dapat

dilakukan oleh setiap umat manusia dalam konteks yang sederhana, seperti misalnya

sebagai petani harus mampu menjaga tanah dari penggunaan pupuk kimia yang

terlalu berlebihan.

15 Yewangoe, . . . 206

Page 10: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

32

2.6 Teologi Penciptaan

Upaya pendasaran teologi terhadap lingkungan hidup mengalami perjalanan yang

panjang. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat dari para teolog. Beberapa

teolog memandang Kejadian 1:26-28 sebagai dasar teologi dari hubungan manusia

dan lingkungan hidupnya. Terhadap teks ini, ada beberapa catatan penting yang harus

diperhatikan supaya teks ini tidak dijadikan sebagai dasar untuk upaya pengrusakan

lingkungan hidup secara tidak bertanggung jawab. Pertama, kata “berkuasa” perlu

dimengerti berdasarkan konteks terdekat Kejadian 1. Artinya kata tersebut dipahami

dalam kaitan dengan konsep tentang berkat (ayat 28a) dan pembagian antara manusia

dan binatang tanpa adanya saling membunuh. Kata “berkuasa” (raddah) di sini tidak

boleh dimengerti sebagai kesewenang-wenangan atau perlakuan keras dan kasar,

melainkan lebih sebagai tugas untuk memelihara dan mengurus. Hal tersebut sesuai

pula dengan Raja atau Gembala Timur Tengah Kuno yang memang bertugas

mengatur dan mengupayakan agar rakyatnya hidup dalam damai dan sejahtera.16

Berikutnya, kata “menaklukkan” (kabbas) tidak boleh dimengerti secara negatif

tetapi harus dimengerti secara positif (mengolah dan mengerjakan). Jika Kejadian 1

dimengerti seperti ini, maka kejadian 1 tidak bisa dijadikan dasar untuk

membenarkan tindakan eksploitasi alam secara tidak bertanggung jawab. Manusia

berdasarkan Kejadian 1 harus lebih dilihat sebagai wakil Allah, wazir atau kalifah

yang bertanggung jawab atas bumi dan segala makhluknya.17 Lebih lanjut, Jurgen

16 Adrianus Sunarko, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi: Perhatian pada Lingkungan

(Kanisius. 2008:Yogyakarta), 33. 17 Adrianus Sunarko, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi, . . . 34

Page 11: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

33

Moltmann menyampaikan kritik terhadap upaya penafsiran ulang Kejadian 1 karena

menurutnya masih terlalu antroposentris. Memang sudah ditegaskan bahwa tugas

manusia adalah memelihara dan bukan merusak alam. Namun demikian, pusat

perhatian tetap diberikan kepada manusia. Dunia dilihat sebagai milik manusia.

Karena itu, Moltmann menegaskan bahwa mahkota karya penciptaan sebenarnya

bukan manusia melainkan sabat, yaitu kegembiraan Allah atas segala karya ciptaan-

Nya sendiri yang baik.18

Dalam perspektif hubungan antara sains dan iman serta teologi, Moltmann

menegaskan bahwa teologi penciptaan perlu memandang dunia sungguh sebagai

ciptaan Allah. Hanya dengan demikian ciri antroposentris pandangan kristiani tentang

realitas dapat direlatifkan. Konsep tersebut memuat empat unsur berikut: pertama,

sebagai ciptaan dunia ini bukan sesuatu yang ilahi dan karena itu tidak perlu

disembah, dunia juga bukan sesuatu yang jahat pada dirinya sendiri, sehingga tidak

perlu ditakuti. Kedua, bila dunia dipahami sebagai ciptaan maka relasi dikotomis

subjek-objek dalam sains dapat diatasi. Baik realitas yang merupakan objek sains

maupun manusia dengan subjektivitasnya adalah ciptaan Allah. Akal budi dan

kehendak manusia juga bersifat kontingen dan karena itu tidak boleh dimutlakkan.

Ketiga, Allah adalah pencipta surga dan bumi, segala yang kelihatan maupun yang

tidak kelihatan. Realitas yang diketahui manusia (melalui sains) tidaklah mutlak

melainkan hanyalah sebagian saja dari realitas. Bahkan, manusia sendiri sebagai

subjek sains hanyalah bagian dari ciptaan yang kelihatan. Penegasan bahwa dunia

18 Adrianus Sunarko, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi, . . . 35

Page 12: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

34

adalah ciptaan Allah menolak klaim saintisme tentang keluasan makna realitas.

Keempat, dasar Alkitab yang diusulkan Moltmann untuk paham dunia sebagai

ciptaan adalah yang berbunyi: “sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk

menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah

ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri tetapi oleh kehendak

Dia, yang telah menaklukkannya, tetapidalam pengharapan, karena makhluk itu

sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk dalam

kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Roma 8:19-21.

Teks Roma 8:19-21 lebih dekat dengan keprihatinan yang hidup dalam

masyarakat kontemporer, masyarakat yang mengalami dunianya dengan penuh

kekhawatiran, tetapi sekaligus dengan harapan, karena seluruh makhluk telah

ditakhlukkan kepada kesia-siaan tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu

sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam

kemuliaan anak-anak Allah. Moltman menekankan Sabat sebagai akhir dan puncak

dari penciptaan (bukan penciptaan manusia).19 Pemikiran Moltman ini didukung oleh

pendapat Robert P. Borrong yang mengatakan bahwa kita perlu memelihara

lingkungan hidup kita sebagai ungkapan syukur pada Allah Sang Pencipta yang telah

mengaruniakan lingkungan dengan segala kekayaan di dalamnya untuk menopang

hidup kita dan yang membuat hidup kita aman dan nyaman. Hal tersebut sebagai

tanda syukur kita atas pembaruan dan penebusan yang telah dilakukan Allah melalui

19 Adrianus Sunarko, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi, . . . 36

Page 13: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

35

pengorbanan Yesus Kristus. Maka, memelihara lingkungan tidak lain merupakan

ibadah kita kepada Allah.20

Lebih lanjut Fred Van Dyke, dalam bukunya Beetwen Earth and Heaven,

mengemukakan bahwa kita perlu memahami kembali lingkungan sebagai anugerah

penciptaan atau creation dari Allah kepada manusia sebagai bagian dari tradisi

sejarah kekristenan yang harus diketahui dan dimaknai kembali. Sejarah tradisi

tentang penciptaan tersebut merupakan landasan dasar kita dalam memahami makna

dan value atau nilai-nilai yang mengarahkan orang percaya untuk dapat

bertanggungjawab dengan alam ciptaan Allah. Tanpa sejarah dari tradisi-tradisi

kekristenan ini, orang percaya tidak akan tahu di mana posisinya sekarang berada

dalam membahas tentang masalah masalah lingkungan.21

Fred Van Dyke mencoba menghubungkan antara apa yang dipercayai dalam

iman Kristen lewat tradisi-tradisi yang ada dan memandang lingkungan sebagai

bagian dari pelayanan, karena ini merupakan bagian dari pengajaran gereja, baik

teologinya, sejarah dan praktik kehidupan orang percaya di masa lalu dan terhadap

keprihatinannya saat ini, sebagai bentuk pelayanan gereja yang mewujudkan misi

Allah di dunia lewat lingkungan melalui komunitas gereja itu sendiri terhadap

dunia.22 Artinya bahwa ada hubungan antara kepercayaan dan tradisi dalam

memandang lingkungan, sehingga harus ada tindakan yang dilakukan bukan hanya

20 Robert P. Borrong. Etika Lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen. Jurnal pelita

zaman; Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman, volume 13 No. 1 (1998). 21 Fred Van Dyke, Heaven and Earth Christian Perspective on Environmental Protection

(Santa Barbara California: Praeger, 2010), Vii-Viii. 22 Fred Van Dyke, Heaven and Earth Christian Perspective on Environmental Protection, . . .

20-23

Page 14: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

36

soal percaya semata. Oleh karenanya, penekanan yang pertama terkait dengan

intrinsic value atau nilai dari dalam diri terhadap bahaya kerusakan lingkungan dan

perubahan iklim yang berkaitan dengan aktivitas manusia.23

3. Pandangan para Ekoteolog

Dalam bagian ini penulis mencoba memasukkan beberapa pemikiran dari para

ekoteolog berkaitan dengan pandangan mereka tentang ekologi dan manusia.24

3.1 Lynn White Jr

Tulisannya yang paling terkenal adalah The Historical Roots of Our Ecological

Crisis, mengemukakan bahwa permasalahan lingkungan sebenarnya berkaitan dengan

paham Yahudi Kristiani akan Allah Pencipta dalam kitab Kejadian pasal 1, di mana

ajaran Kekristenan tentang manusia sebagai makhluk yang diberikan kuasa untuk

bertanggungjawab atas segala ciptaan yang Allah ciptakan. Selain itu, krisis

lingkungan hidup juga disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Sebenarnya jauh sebelum White mengemukakan pandangannya, sudah ada terlebih

dahulu seorang ilmuan bernama Harvey Cox’s yang berpendapat bahwa ada kaitan

antara sekularisasi dengan paham penciptaan dalam Alkitab di mana ada pemisahan

alam dari Allah dan membedakan manusia dari alam.25 White begitu mengecam ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Barat yang mengubah karakter

23 Fred Van Dyke, Heaven and Earth Christian Perspective on Environmental Protection, . . .

2 24 J. Sudarminta & S.P. Lili Tjahjadi, Dunia, manusia dan Tuhan (Jogjakarta: Kanisius,

2008), 29-44 25 J. Sudarminta & S.P. Lili Tjahjadi, Dunia, manusia dan Tuhan, . . . 29-30

Page 15: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

37

manusia26 sebagai penjaga “Kebun Anggur Allah” menjadi seorang penguasa dengan

mandat penuh dari Allah untuk menguasai tanpa pernah menyadari bahwa alam dan

manusia adalah satu kesatuan. Dalam tulisannya yang terkenal itu, White

mengemukakan dua hal, yakni:

Teknologi dan Ilmu Pengetahuan dari Tradisi Barat

White melihat bahwa pengaruh atau tradisi dari Barat yang terdiri dari teknologi

dan ilmu pengetahuan menjadi salah satu pemicu kerusakan lingkungan. Negara-

negara maju seperti Cina, Jepang, dan Nigeria mengakui bahwa teknologi yang

mereka kembangkan menjadi sukses itu karena pengaruh teknologi yang berasal dari

Barat. Pada akhir abad ke-15, keunggulan teknologi di Eropa sedemikian rupa

sehingga negara-negara kecil yang saling bermusuhan bisa mengalahkan seluruh

dunia, menaklukkan, menjarah, dan mengkloning. Lambang keunggulan teknologi ini

adalah kenyataan bahwa Portugal, salah satu negara bagian yang paling lemah di

negara Barat, dapat berubah menjadi nyonya di Hindia Timur dan juga bahwa

teknologi Vasco da Gama dan Albuquerque dibangun dengan empirisme murni,

sedikit sekali mendapat dukungan atau inspirasi dari ilmu pengetahuan.27

Dalam pemahaman Vernakular sekarang ini, ilmu pengetahuan modern

seharusnya dimulai pada tahun 1543. Ketika Copernicus dan Vesalius menerbitkan

karya besar mereka, tradisi sains Barat yang khas, sebenarnya dimulai pada abad ke-

11 dengan sejumlah besar terjemahan karya ilmiah Arab dan Yunani di Latin. Ilmu

26 Lynn White, The Historical RootsOf Our Ecologic Crisis (New York: Harper and Row,

1974), 2 27 White, . ., 2

Page 16: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

38

pengetahuan dan teknologi serta gerakan ilmiah memulai usaha mereka, dengan

tujuan memperoleh karakter dan mencapai dominasi dunia di abad pertengahan, tetapi

satu hal yang terlupakan bahwa sifat atau dampaknya terhadap ekologi tidak dapat

diklaim atau dicurigai tanpa menguji asumsi dan perkembangan abad pertengahan.28

Eksploisitas sains dan teknologi berakar pada pandangan antroposentris tradisi

Yudeo-Kristiani yang menganggap bahwa manusia dan alam adalah dua hal yang

berbeda. Posisi yang berbeda ini meletakkan manusia lebih tinggi dari alam, oleh

karenanya manusia berhak menguasai alam tersebut. Argumentasi White kemudian

menekankan bahwa penyebab makin massif, dramatis, serta kompleksnya kerusakan

lingkungan adalah ketika cara pandang yang antroposentris itu kemudian didukung

oleh berbagai penemuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang terbukti

lebih banyak bersifat destruktif terhadap alam.29

Pandangan Abad Pertengahan tentang Manusia dan Alam

Sampai saat ini, pertanian merupakan hal yang utama dalam kehidupan

masyarakat dunia, bahkan dalam masyarakat yang sudah "maju". Oleh karenanya,

setiap perubahan metode pengolahan tanah sangat penting. Awalnya pembajakan

tanah hanya dilakukan oleh binatang, yakni oleh dua ekor lembu, biasanya hanya

membantu menggaruk tanah agar lebih mudah ketika hendak ditanam. Namun

demikian, seiring dengan berjalannya waktu, proses ini mengalami perubahan,

misalnya: di tanah yang cukup terang dan iklim semi kering di Timur Dekat dan

Mediterania, kegiatan bertani yang tradisional ini bekerja dengan baik, tetapi bajak

28 White, . ., 3 29 Lynn White, Jr., The Historical Roots of Our Ecological Crisis, dalam Jurnal Science,

(New York: Harvard University Center, Vol.155 No.3767, 1967), 1205

Page 17: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

39

seperti itu akan tidak sesuai dengan iklim basah dan tanah yang sering lengket di

Eropa Utara. Pada bagian akhir abad ke-7 setelah Kristus, bagaimanapun, beberapa

petani Eropa Utara menggunakan jenis bajak yang sama sekali baru, dilengkapi pisau

vertikal untuk memotong garis alur, bagian horizontal untuk diiris di bawah pohon,

dan papan cetakan untuk membaliknya. Gesekan bajak ini dengan tanah begitu besar

sehingga biasanya tidak dibutuhkan dua melainkan delapan ekor lembu. Pada

awalnya, hal ini memang membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun demikian, sistem bertani yang dilakukan bukan lagi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, sebaliknya hanya kepada bagaimana teknologi baru membantu

masyarakat agar tidak perlu lagi bersusah payah. Hubungan manusia dengan tanah

sangat berubah. Dahulu memang manusia bagian dari alam namun sekarang manusia

adalah pengeksploitasi alam. Di tempat lain di dunia ini, para petani mengembangkan

penerapan pertanian yang serupa. Pertanyaan White adalah apakah kebetulan bahwa

teknologi modern, dengan kekejaman terhadap alam, sebagian besar telah dihasilkan

oleh keturunan petani-petani kecil di Eropa utara ini?30

Selanjutnya White memberikan pertanyaan pada satu sisi, yakni: “Apa pendapat

orang Kristen tentang hubungan mereka dengan lingkungan?” Sementara banyak

mitologi dunia memberikan cerita tentang penciptaan, mitologi Yunani-Romawi

sama sekali tidak koheren dalam hal ini. Seperti Aristoteles, para intelektual Barat

kuno menyangkal bahwa dunia yang terlihat memiliki awal. Memang, gagasan

tentang sebuah permulaan tidak mungkin dilakukan dalam kerangka gagasan siklus

30 White, . . . 4

Page 18: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

40

waktu mereka. Sebaliknya, agama Kristen yang diwarisi dari Yudaisme tidak hanya

merupakan konsep waktu yang tidak berulang dan linier namun juga merupakan kisah

penciptaan yang mencolok. Secara bertahap, Tuhan yang penuh kasih dan telah

menciptakan terang dan kegelapan, tubuh surgawi, bumi dan semua tanaman, hewan,

burung, dan ikannya. Akhirnya, Tuhan telah menciptakan Adam dan Hawa menjaga

manusia agar tidak kesepian. Manusia menamai semua binatang sehingga

menciptakan dominasinya atas mereka. Tuhan merencanakan semua ini secara

eksplisit untuk keuntungan dan peraturan manusia; tidak ada barang dalam

penciptaan fisik yang memiliki tujuan untuk tidak melayani kebutuhan manusia dan

walaupun tubuh manusia terbuat dari tanah liat, dia bukan hanya bagian dari alam;

dia diciptakan menurut gambar Allah. Apa yang dapat kita lakukan berkaitan dengan

ekologi tergantung pada gagasan kita tentang hubungan manusia-alam. Ilmu dan

teknologi tidak akan mengeluarkan kita dari krisis ekologi saat ini sampai kita

menemukan agama baru, atau memikirkan kembali pemikiran lama kita.31

3.2 Sallie McFague

Sallie McFague, satu-satunya teolog perempuan yang berbicara tentang

pentingnya membangun teologi Kristen yang ramah kepada alam, mengusung model

yang keempat, yaitu teologi kenosis. Teologi kenosis adalah teologi yang difokuskan

pada kisah inkarnasi Yesus Kristus ke dalam dunia. Teologi yang dikembangkan oleh

McFague ini tidak memandang Allah sebagai Pencipta yang terpisah dari dunia dan

31 White, . . . 6

Page 19: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

41

ciptaanNya.32 Allah telah berinkarnasi dan menjadi bagian dari dunia di dalam diri

Yesus Kristus, Allah menyatu dengan dunia. Oleh karena itu, Allah dan dunia adalah

kesatuan.33 Akibatnya adalah ciptaan harus melihat dunia sebagai bagian dari “tubuh

Allah,” walaupun Allah tidak bisa dibatasi hanya dalam dunia saja tetapi Allah dapat

diidentifikasi lewat ciptaanNya. Berbeda dengan White, McFague memandang bahwa

alam semesta sebagai tubuh dari roh Ilahi (the body of God), baginya ada hubungan

yang saling berkaitan antara manusia dengan makhluk hidup lain yang ada di dalam

dunia ini. Metafor roh oleh McFague dipilih di atas self, mind, heart, will, soul,

hikmat dan logos sehingga baginya metafor ini akan sangat eksklusif jika dikaitkan

dengan manusia. Kiasan roh dimaksudkan bahwa mungkin saja Allah tidak pertama-

tama dipandang sebagai sumber dan pemberi daya.34 Dalam eko-teologi Mcfague,

Allah yang telah hadir dalam Yesus Kristus adalah Allah pencipta, pecinta dan

pemelihara.35 Mcfague dan The Body Of God yang menjadi kekhasan ekoteologinya

intinya mau menegaskan bahwa manusia dan alam semesta adalah juga merupakan

bagian dari tubuh Allah yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Sebagai satu

kesatuan tentunya manusia dan alam semesta diberikan oleh Allah “roh” agar mampu

hidup secara berdampingan dan tidak saling melukai.

32 Sallie McFague, Blessed are the Consumers: Climate Change and the Practice of

Restraint. (Fortress Press: Kindle Edition, 2013), 173 33 Sallie McFague, . . , 171-172 34 J. Sudarminta & S.P. Lili Tjahjadi, Dunia, manusia dan Tuhan. , , , 35 35 Sallie McFague, Models of God: Theology for an Ecological, Nuclear Age, (Philadelphia:

Fortress Press, 1987).

Page 20: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

42

3.3 Denis Edwards

Pandangannya mengenai kehadiran Roh yang menghidupkan alam semesta. Roh

yang begitu konkrit hadir sebagai nafas kehidupan yang tidak saja diberikan kepada

manusia tetapi kepada ciptaan yang lain. Di samping itu, ekoteologi Edwards

bertujuan untuk memulihkan keanekaragaman ciptaan yang berkelimpahan sebagai

ekspresi diri yang ilahi, tetapi serentak menghindari pandangan romantisme yang buta

akan pergulatan, penderitaan dan kematian dalam ciptaan. Roh adalah kehadiran

Allah dalam ciptaan itu sendiri dan kehadiran ciptaan dalam kehidupan ilahi

(hubungan timbal balik), yang dipahami sebagai daya penciptaan yang terus menerus

memberi kehidupan dalam segala keterbatasan, roh yang juga menciptakan segalanya

dan mengantarnya kepada persekutuan dengan Allah merupakan dasar hubungan satu

sama lain di antara makhluk hidup yang lainnya. Di dalam roh segala makhluk adalah

bagian dari manusia dan manusia adalah bagian dari ciptaan yang lainnya. Hubungan

yang sangat erat dan intim setiap makhluk dengan Allah melalui Roh yang

menghidupkan, menyatukan dan mendorong semuanya kepada penggenapan dan juga

menjadi peringatan bagi manusia yang sekarang dalam posisi dapat meniadakan

sekian banyak makhluk ciptaan, menjadi peringatan untuk lebih menghormati

martabat dan kehidupan seluruh ciptaan.36

Edwards, melihat peristiwa penciptaan sebagai proses yang masih terus menerus

berlangsung dengan pengawalan dari Roh Allah sendiri. Roh Kudus berfungsi di

dalam dunia sebagai yang menyertai ciptaan dan merangkul ciptaan menuju sebuah

36 J. Sudarminta & S.P. Lili Tjahjadi, Dunia, manusia dan Tuhan. , , ,39-41

Page 21: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

43

kesinambungan. Roh Kudus menderita bersama ciptaan yang menderita dan memberi

kekuatan kepada ciptaan. Menurut Edwards, Roh Kudus memainkan peran penting

karena “di dalam roh, segala makhluk adalah bagian dari kita, dan kita bagian dari

mereka, bersama-sama dihidupkan oleh satu Roh yang merangkum semua”. Roh

menyatukan ciptaan dengan penciptaNya dalam persekutuan yang saling memelihara.

3.4 Aldo Leopold (1887-1948)

Seorang Ekoteolog yang berasal dari Amerika Utara, menulis tentang Etika

Tanah. Leopold menulis tentang bagaimana kepedulian tidak saja ditujukan kepada

manusia tetapi juga kepada tanaman, hewan, air dan tanah. Menurut Leopold, sebuah

tindakan pantas dikatakan baik apabila jika tindakan itu melestarikan ciptaan. Selain

Leopold, ada beberapa ekoteolog yang berasal dari Amerika Utara seperti Arne Naess

dengan tulisannya tentang Deep Ecology yang menyusun sebuah platform dan

memberikan penegasan bahwa manusia maupun ciptaan lainnya (nonhuman)

memiliki nilai intrinsik; keanekaragaman hayati yang memiliki nilai pada dirinya

sendiri. Naess menegaskan bahwa demi memperbaiki lingkungan hidup, perlu

dilakukan pengubahan kebijakan dalam bidang ekonomi, teknologi dan stuktur-

struktur ideologis.37

3.5 John B. Cobb

Tulisan Cobb yang terkenal yakni is it to late? A Theology of Ecology,

mengungkapkan bahwa lingkungan hidup telah mengalami kerusakan yang menurut

37 Al. Purwa Hadiwardoyo, MSF, Teologi Ramah Lingkungan: Sekilas tentang Ekoteologi

Kristiani (Jogjakarta: Kanisius, 2015), 53-54

Page 22: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

44

para ahli akan sangat membahayakan kehidupan di masa depan. Lanjutnya bahwa

alam sendiri merupakan sebuah sistim yang saling berkaitan satu dengan yang lain,

dan terdiri dari banyak unsur, ketika satu unsur rusak maka itu akan mempengaruhi

unsur yang lain. kerusakan lingkungan pada akhirnya hanya dapat ditanggulangi

dengan perubahan sikap dasar manusia sebagai “agen resmi” terhadap alam semesta

baik perubahan dalam pola pikir maupun tingkah laku yang mempengaruhi orang

lain.38 Banyak yang menganggap bahwa kerusakan lingkungan hanya dapat diatasi

dengan teknologi canggih, tetapi banyak orang juga lupa bahwa tidak semua

teknologi canggih dapat menyelesaikan semua permasalahan lingkungan, sebaliknya

teknologi canggih cenderung menjadikan alam sebagai objek untuk dirombak.

Kerusakan lingkungan hanya dapat diatasi jika ada perubahan visi dan misi tentang

alam, tentang posisi manusia yang cenderung antroposentisme. Lebih lanjut Coob

mengajak umat manusia agar belajar dari masyarakat primitif dan budaya Timur,

yakni orang Indian di mana mereka melihat manusia sebagai bagian integral dari

alam. Kalau pandangan orang Israel yang agak memisahkan manusia dari ciptaan-

ciptaan nonhuman, pandangan Cina sebaliknya. Namun demikian, pandangan Cina

kuno tidak lagi dapat diamalkan lagi oleh masyarakat dewasa ini yang menandakan

bahwa masyarakat primitif juga memiliki kelemahan di mana mereka sering merasa

bersalah saat menggunakan alam untuk kepentingan mereka dan budaya Timur sering

cenderung pasif, kurang aktif, kreatif sehingga di satu pihak pandangan barat juga

dapat dikombinasikan dengan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat, dipihak

38 Hadiwardoyo, . . . 40

Page 23: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

45

lain budaya timur tidak perlu meninggalkan tradisi atau kearifan lokal yang

dimiliki.39

3.6 Simone Morandini

Morandini dalam bukunya yang berjudul Theologia ed Ecologia yang diterbitkan,

mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960 sudah ada kesadaran akan rusaknya

lingkungan hidup. Menanggapi rusaknya lingkungan hidup, Perserikatan Bangsa-

bangsa menyelenggarakan Konferensi tentang lingkungan hidup di Stckholm.

Sementara, para teolog Kristen tidak tinggal diam, mereka juga berusaha keras

bagaimana caranya agar dapat mengembangkan ekoteologinya dan menyanggah

Lynn White seorang teolog yang mati-matian menyalahkan narasi alkitab dalam

Kejadian 1 tentang manusia dan segala mandat yang diberikan oleh Allah sebagai

seorang penguasa alam semesta.40

3.7 Leonardo Boff

Seorang Ekoteolog Amerika Serikat dalam pandangannya tentang lingkungan,

Boff membela semua makhluk yang tertindas baik manusia maupun alam.

Menurutnya, manusia hanya boleh menggunakan alam sejauh hal itu sungguh perlu

hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yakni sandang, pangan dan papan, ia

begitu mengecam antroposentrisme dan androsentrisme. Boff menawarkan agar

nafsu kekuasaan diganti dengan hormat terhadap kehidupan, namun demikian Boff

39 Hadiwardoyo, . . . 43-44 40 Hadiwardoyo, . . . 80-81

Page 24: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

46

tetap menitikberatkan kepada keadilan manusia yang harus tetap didahulukan

dibandingkan keadilan bagi ciptaan-ciptaan nonhuman.41

4. Revolusi Hijau42

Revolusi hijau atau revolusi agrarian yaitu suatu perubahan cara bercocok tanam

dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas

pertanian. Definisi lain menyebutkan revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-

bijian dari penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari varietas gandum, padi,

jagung yang membawa dampak tingginya hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah

meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit

unggul. Selain itu juga bahwa Revolusi hijau adalah perpanjangan tangan dari

kemajuan ilmu pengetahuan di bidang pemuliaan tanaman. Gagasan revolusi hijau

sebenarnya dimulai dari hasil penelitian Norman Borlaug, peneliti dari Amerika

Serikat yang bekerja di Meksiko. Pada tahun 1960-an, Borlaug merakit varietas

gandum yang responsif terhadap pupuk namun hasilnya belum memuaskan.

Kemudian Borlaug menyilangkan varietas gandum lokal Meksiko dengan varietas

asal Jepang yang pendek (dwarfi) untuk menghasilkan tanaman yang dapat

memanfaatkan pupuk lebih efisien. Varietas gandum temuannya kala itu mampu

mengatasi kelaparan di negara-negara sedang berkembang pada tahun 1960-an.

Varietas gandum ajaib tersebut dikembangkan secara luas oleh petani Meksiko, India,

dan Pakistan. Pada tahun 1970, Borlaug menerima hadiah Nobel di Bidang pangan.

41 Hadiwardoyo, . . . 55 42 https://herydotus.wordpress.com/2012/01/25/revolusi-hijau-revolusi-agraria/, diunduh pada

tanggal 25 Februari 2017, Pkl. 15.40WIB

Page 25: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

47

Keberhasilan Borlaug dalam merakit varietas gandum menarik perhatian para peneliti

di International Rice Research Institute (IRRI) yang kemudian berhasil pula

menciptakan padi ajaib IRS dan IR8. Inilah tonggak sejarah revolusi hijau.43

Revolusi hijau tidak terlepas dari berbagai kritikan, terutama dari pakar lingkungan,

ekonomi, maupun sosial. Kritikan tersebut berkaitan dengan terjadinya degradasi

lingkungan akibat penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan, perlunya irigasi

karena penggunaan air yang lebih banyak, menurunnya biodiversitas akibat hilangnya

berbagai varietas lokal, patahnya berbagai ketahanan genetik terhadap hama dan

penyakit, teknologi yang hanya dinikmati oleh petani berpendapatan tinggi karena

lebih mampu mengadakan input untuk memperoleh hasil tinggi dari varietas unggul

baru yang diintroduksikan.44 Artinya revolusi hijau mendatangkan beberapa hal yang

merugikan kehidupan petani dan juga lingkungan. Lingkungan hidup menjadi rusak

seperti yang tercantum dalam UU No 32 tahun 2009 tentang kriteria kerusakan

lingkungan yang mencakup ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati

lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap

melestarikan fungsinya.45

4.1 Latar Belakang Munculnya Revolusi hijau

Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas

Robert Malthus (1766–1834) yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan

43 Sriani Sujiprihati dan Muhamad Syukur, Pemuliaan Tanaman dalam Merevolusi Revolusi

Hijau (Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB), 264 44 PC Kesavan & MS Swaminathan, From Green Revolution to Evergreen Revolution:

Pathways and Terminologies. (Current Sci. 91:2, 2006), 145- 146. 45 http://www.unhas.ac.id/pplh/wpcontent/uploads/2012/12/UU_2009_32PPLH_1.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/2999/3/2TA12223.pdf, diunduh pada Rabu, 13 Desember 2017, Pkl.

07.04WIB

Page 26: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

48

adalah masalah yang dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya

pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian. Pengaruh tulisan

Robert Malthus tersebut, yaitu: pertama, gerakan pengendalian pertumbuhan

penduduk dengan cara pengontrolan jumlah kelahiran dan kedua, gerakan usaha

mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.46

Pemerintah Indonesia sangat antusias menyambut penemuan teknologi baru

melalui program Revolusi Hijau. Kebijakan Revolusi Hijau dilatar belakangi oleh

suatu kelangkaan beras di pasaran yang terjadi di kota-kota besar ini merupakan salah

satu masalah yang belum teratasi sejak kemerdekaan Indonesia diumumkan.

Kebijakan ini bertujuan untuk menyebarluaskan cara-cara bertani yang baik. Namun,

kurangnya dana dan tenaga ahli, serta kegagalan panen pada 1955 menyebabkan

program ini gagal. Revolusi Hijau merupakan usaha pemerintah era Presiden

Soeharto untuk meningkatkan produksi pertanian. Hal ini direalisasikan oleh

pemerintah melalui intensifikasi pertanian dengan memperkenalkan cara-cara bertani

yang dianggap efektif untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya beras bagi

Indonesia. Melalui program Revolusi Hijau ini produktifitas di bidang pertanian

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hanya dalam kurun waktu 14 tahun

pelaksanaannya, produksi padi di Indonesia bisa dipompa dari 1,8 ton per hektar

46 Thomas Malthus, An Essay on the Principle of Population: An Essay on the Principle of

Population, as it Affects the Future Improvement of Society with Remarks on the Speculations of Mr.

Godwin, M. Condorcet, and Other Writer (London: Printed for J. Johnson, in St. Paul’s Church-Yard,

1798), 6-13

Page 27: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

49

menjadi 3,01 ton per hektar, dan puncaknya adalah tercapainya swasembada beras

pada tahun 1984.47

4.2 Perkembangan Revolusi Hijau

Revolusi hijau dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat hancurnya lahan

pertanian. Penelitian disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundation di Meksiko,

Filipina, India, dan Pakistan. IMWIC atau International Maize and Wheat

Improvement Centre merupakan pusat penelitian di Meksiko. Sedangkan di Filipina,

IRRI atau International Rice Research Institute berhasil mengembangkan bibit padi

baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8. Pada tahun 1970 dibentuk

CGIAR atau Consultative Group for International Agriculture Research yang

bertujuan untuk memberikan bantuan kepada berbagai pusat penelitian

international.48 Pada tahun 1970 juga, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

di Indonesia mendapatkan hadiah nobel karena gagasannya mencetuskan revolusi

hijau dengan mencari jenis tanaman biji-bijian yang bentuknya cocok untuk

mengubah energi surya menjadi karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi subur

dengan tanaman yang tahan terhadap hama penyakit. Upaya meningkatkan

produktivitas pertanian antara lain dengan cara sebagai berikut: Pertama, pembukaan

areal pertanian dengan pengolahan tanah. Kedua, mekanisme pertanian dengan

penggunaan alat-alat pertanian modern seperti bajak dan mesin penggiling. Ketiga,

penggunaan pupuk-pupuk baru. Keempat, penggunaan metode yang tepat untuk

47 Khudori, Ironi Negeri Beras. (Yogyakarta: Insis Press, 2008), 10. 48 John Pontius, Awal Pengembangan Revolusi Hijau (Prisma, No.2 Tahun XXIV, 1995), 62

Page 28: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

50

memberantas hama, misalnya dengan alat penyemprot hama, penggunaan pestisida,

herbisida, dan fungisida.49

Perkembangan Revolusi Hijau juga berpengaruh terhadap kehidupan pertanian di

Indonesia. Upaya peningkatan produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut:

1. Intensifikasi Pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan

menerapkan formula pancausaha tani (pengolahan tanah, pemilihan bibit

unggul, pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama).

2. Ekstensifikasi Pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian

dengan memperluas lahan pertanian, biasanya di luar Pulau Jawa.

3. Diversifikasi Pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian

dengan cara penganekaragaman tanaman, misal dengan sistem tumpang

sari (di antara lahan sawah ditanami kacang panjang, jagung, dan

sebagainya).

4. Rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan

cara pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian

yang sudah kritis.50

49 Sumarno (Profesor Riset pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan),

Teknologi Revolusi Hijau Lestari untuk Ketahanan Pangan Masa Depan. Makalah ini disampaikan

pada Seminar Nasional Sumber Daya Lahan Pertanian, Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan

Pertanian. Bogor, 14-15 September 2006. Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2 -2007, 136 50 Revolusi Hijau, Perkembangan Teknologi dan industrialisasi serta Ekonomi masyarakat

Indonesia pada Masa Orde Baru dalam :

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uac=8&ved=0ah

UKEwicvtHx2ujVAhUUR48KHeXlDBYQFgg4MAI&url=https%3A%2%2Fcenterformunawareducat

ion.files.wordpress.com%2F2013%2F06%2Frevolusi-hijau-perkembangan-tekonologi-dan-

Page 29: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

51

4.3 Bahaya Masuknya Revolusi Hijau

Peningkatan produksi pangan secara drastis akibat penemuan varietas baru hasil

pemuliaan tanaman dengan produktivitas tinggi, habitus kerdil, dan responsif

terhadap pupuk N tinggi menandai terjadinya revolusi hijau. Revolusi hijau ini di

Indonesia pernah membawa keberhasilan pencapaian swasembada pangan pada tahun

1984. Contoh varietas padi hasil revolusi hijau di Indonesia dimulai antara lain

dengan padi IR atau PB tahun 1960-an. Pemuliaan padi pada masa permulaan

revolusi hijau di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan padi dengan hasil tinggi

(high yielding varieties—HYV) dengan ideotype:

1. Berdaun tebal, pendek, dan tegak,

2. Malai pendek dan kuat,

3. Anakan banyak, anakan produktif tinggi,

4. Respons terhadap pemupukan N tinggi,

5. Indeks panen tinggi.51

Meskipun revolusi hijau menyebabkan peningkatan produksi pangan banyak

negara berkembang, tanpa diikuti dengan pengelolaan dan perluasan lahan yang

memadai, revolusi hijau juga dianggap banyak membawa dampak negatif. Dampak

negatif revolusi hijau itu tidak hanya pada sektor pertanian saja, melainkan juga

melimbas ke lingkungan hidup (ekosistem secara luas), kelestarian alam dan makhluk

perkembangan industrialisasi-serta-ekonomi-masyarakat-indonesia-pada-masa-

orba.doc&usg=AFQjCNH1GjH6brldxVe-ptDrSQJQKiDh7w, diunduh pada tgl. 21 Agustus 2017, Pkl.

23.16WIB 51 Pandangan Mengenai Revolusi Hijau Lestari (Evergreen Revolution) G.A. Wattimena,

anggota DGB, IPB dalam:

http://novelgro.com/assets/brochure/Pandangan_Mengenai_Revolusi_Hijau_Lestari.pdf, diunduh pada

tgl, 21 Agustus 2017, Pkl. 23.24WIB

Page 30: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

52

hidup, serta paradigma budaya pertanian itu sendiri. Ditinjau dari peningkatan

produktivitas dan produksi pertanian, khususnya bahan pangan, revolusi hijau

merupakan jawaban bagi pembangunan pertanian abad XX, selain itu masuknya

revolusi hijau mengakibatkan sebagian masyarakat tani berperilaku secara instan

artinya bahwa tidak mau bersabar menunggu hasil panen, juga mengubah pola

perilaku masyarakat dalam hal mengolah lahan pertanian. Dampak lain yang

ditimbulkan akibat masuknya revolusi hijau yakni: pertama, petani bergantung pada

sarana berasal dari luar usaha tani yang harus dibeli. Kedua, petani terbiasa dengan

hutang untuk menyediakan sarana produksi, ketiga apabila terjadi kegagalan panen

akan berakibat kerugian yang besar bagi petani. Keempat, musim tanam dan panen

yang bersamaan dalam satu wilayah luas menjadikan harga jual menjadi jatuh pada

saat panen. Kelima, usaha produksi padi menjadi usaha bisnis, dalam arti hasil panen

gabah seluruhnya dijual, tidak lagi diperuntukkan bagi persediaan pangan keluarga

setahun. Keenam, petani padi menjadi pembeli beras guna kebutuhan pangan sehari-

hari. Ketujuh, perbedaan luas pemilikan lahan antar petani membentuk senjang

ekonomi-sosial yang menjadi lebih kentara dan Kedelapan, timbul anggapan bahwa

Revolusi Hijau hanya menguntungkan petani yang lahannya luas.52

Banyak negara yang sedang berkembang terlepas dari ancaman kelaparan.

Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan tanaman pangan, seperti IRRI di

Filipina, berperan besar dalam upaya penghindaran kelaparan dunia, yang merupakan

52 Sumarno, Teknologi Revolusi Hijau Lestari untuk Ketahanan Pangan Nasional di Masa

Depan, Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2 – 2007. Makalah ini disampaikan pada Seminar Nasional

Sumber Daya Lahan Pertanian, Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor, 14-15

September 2006.

Page 31: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

53

misi utama keberadaan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Namun,

penggunaan HYV ternyata mendesak varietas-varietas lokal. Penanaman HYV

secara meluas telah mengurangi bahkan menghilangkan keberadaan varietas-varietas

lokal. Contoh kasus yang sangat memprihatinkan terjadi di Bangladesh, yang

sebelumnya memiliki tidak kurang dari 200 varietas padi lokal. Dengan penggalakan

HYV, hanya tersisa lima varietas unggul yang semuanya varietas introduksi. Itu

artinya varietas padi lokal Bangladesh punah terdesak oleh HYV. Demikian juga

yang terjadi di Chambodia. Revolusi hijau yang dipengaruhi perang saudara

berkepanjangan telah menghilangkan kemampuan bercocok tanam padi bagi sebagian

rakyat Chambodia. Sebelum perang berkecamuk, rakyat Chambodia telah terbiasa

dengan bercocok tanam padi lokal yang sangat erat terkait dengan kondisi ekosistem

pertanian setempat. Setelah perang selesai, petani Chambodia diberi HYV yang

berbeda karakternya dengan padi-padi lokal sebelum perang. Akibatnya, petani

Chambodia kehilangan kemampuan bercocok tanam padi lokalnya, sehingga lama

kelamaan varietas padi lokal punah karena tidak ada yang membudidayakan lagi.

Keterdesakan varietas lokal menyebabkan menurunnya keanekaragaman genetik.

Padahal keanekaragaman genetik adalah modal utama dalam pemuliaan tanaman.

Selain keanekaragaman genetik tanaman yang bermanfaat mengalami erosi,

sebaliknya populasi tanaman pertanian lama kelamaan menjadi rentan terhadap hama

dan penyakit. Gejala ini, pada tanaman padi di Indonesia, ditunjukkan dengan

meledaknya hama wereng dan virus tungro pada tahun 1980-an. Revolusi hijau yang

disertai dengan penerapan teknologi maju untuk mempertahankan daya dukung lahan

Page 32: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

54

membawa dampak negatif tersendiri terhadap lingkungan dan ekosistem pertanian.

Penggunaan pupuk an-organik dan pestisida buatan pabrik lama-kelamaan

mengganggu kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Polusi zat kimia pertanian

menjadi masalah tersendiri meskipun tujuannya baik, yaitu untuk mempertahankan

daya dukung lahan untuk memproduksi tanaman. Penggunaan pestisida nonselektif

menyebabkan semakin hilangnya musuh alami hama dan penyakit. Dampak negatif

revolusi hijau di negara-negara berkembang mengakibatkan tingkat ketergantungan

yang semakin tinggi terhadap input dan teknologi pertanian dari negara-negara maju.

Kondisi ini akhirnya melahirkan konsep-konsep budi daya tanaman yang lebih ramah

kepada lingkungan, terutama dalam konsep pertanian organik dan pertanian terpadu.53

Program revolusi hijau juga telah mengubah bentuk sosial masyarakat di

pedesaan. Semula masyarakat pedesaan hidup dengn sistem komunal, saling bantu

dan gotong royong kemudian berubah memasuki sistem kapitalis yang lebih

mengedepankan modal dan berorientasi produksi. Para petani pedesaan yang pada

umumnya menganut teguh moral ekonomi sebagai prinsip hidup dan memegang erat

tradisi komunal kemudian berubah pendiriannya menjadi berpihak kepada ekonomi

rasional. Rezim Soeharto memanfaatkan perubahan ini untuk mendukung

kekuasannya dengan mengundang investor untuk membangun sektor industri dengan

menjual buruh berupah murah. Para buruh ini datang dari pedesaan karena kehilangan

pekerjaan atau kehilangan tempat usaha atau tanah sebagai akibat dari program

revolusi hijau. Pada konteks inilah, sebenarnya peran tersembunyi yang dimainkan

53 Ir. Winarso Drajad Widodo, M.S.,Ph.D dalam Modul Dasar-dasar Budidaya Tanaman,29-

30

Page 33: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

55

revolusi hijau untuk mendukung sektor industri. Dengan demikian, program revolusi

hijau ini digunakan sebagai katup pengaman kekuasaan Soeharto dari potensi protes,

perlawanan atau revolusi dari masyarakat yang telah kehilangan pekerjaaan,

kehilangan lapangan usaha, berpendapatan dan berupah rendah yang disebabkan

karena perubahan kebijakan pada sektor pertanian, dari pertanian tradisional ke

pertanian modern.54

Dengan demikian, petani menjadi bagian korban pembangunan. Kapitalisasi

dalam bidang pertanian sebagai implikasi dari pelaksanaan revolusi hijau ini justru

menyebabkan petani kaya menjadi lebih kaya dan petani miskin menjadi lebih

miskin, karena banyak kemudian petani kecil yang kehilangan tanahnya. Program-

program yang ditimbulkan dari proses industrialisasi pertanian ini secara sistematis

telah menyingkirkan petani kecil pemilik tanah dan menimbulkan ketimpangan

penguasaan tanah yang cukup tinggi. Dengan lahan yang sempit, para buruh tani

lebih mengandalkan kegiatan berburuh dalam mencukupi keluarganya. Kondisi ini

nampaknya akan semakin parah mengingat perkembangan riil upah buruh pertanian

cenderung konstan atau menurun, sementara kebufuhan hidup terus bertambah.55

4.4 Pestisida : Agenda Revolusi Hijau

Pestisida mulai diperkenalkan pertama kalinya oleh bangsa Cina pada tahun 900

M, dengan memakai senyawa arsenat. Berkembangnya pestisida di kalangan bangsa

54 Mujahidin Imam Fahmid, Gagalnya Politik Pangan Di Bawah Rezim Orde BAru, Kajian

Ekonomi Politik Pangan di lndonesia (Jakarta: Yayasan Studi Perkotaan (Sandi Kota) dan Institute For

Social and Political Economic Issues (ISPEI), 2004), 7 55 Araf Al dan Puryadi Awan, Perebutan Kuasa Tanah (Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama,

2002), 47

Page 34: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

56

Cina, menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah lebih maju di bidang pertanian, hal ini

dibuktikan dengan kenyataan mengenai pengenalan pestisida yang pertama kali

dilakukan oleh manusia karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat

ini masih bertahan cukup lama, sekalipun tidak dapat dipungkiri bahwa hama-hama

sudah menunjukkan gejala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak sengaja, banyak

penemuan yang mulai dikembangkan, misalnya racun tembakau yang mulai

diperkenalkan kepada masyarakat mulai tahun 1960 di Eropa. Pada waktu itu, metode

yang digunakan masih sangat sederhana sebab perkembangan teknologi belum begitu

banyak. Tembakau direndam di dalam air selama satu hari satu malam, kemudian air

rendaman yang ada digunakan untuk menyemprot atau disiramkan kepada tanaman,

dan ternyata racun nikotin tersebut cukup efektif sebagai obat sekaligus racun

pembunuh hama. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di daratan Eropa, di Malaysia

dan sekitarnya misalnya, orang lebih mengenal bubuk pohon deris yang mengandung

bahan aktif rorenon sebagai zat pembunuh. Bubuk atau bahan ini dihasilkan dari

golongan tanaman Legiminosae yakni Deris Eliptica.56

Semenjak ditemukannya bahan-bahan aktif yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

perkembangan pestisida semakin berkembang. Berbagai upaya dilakukan guna

mendapatkan jenis-jenis pestisida yang baru dan maanfaat yang lebih baik lagi dalam

mengatasi hama pada tanaman serta lebih ampuh. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri

bahwa pestisida yang dihasilkan tidaklah merupakan satu-satunya obat mujarab yang

paling ampuh untuk mengatasi hama tanaman, seiring dengan berkembangnya dunia

56 Isvasta Ekha, Dilema Pestisida: Tragedi Revolusi Hijau (Jogjakarta: Kanisius, 1988), 26

Page 35: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

57

teknologi, mendorong manusia untuk terus dan terus mencari berbagai pestisida

untuk membantu membasmi hama tanaman. Sehingga pada tahun 1874, seorang

bernama Zidler dari Jerman menciptakan Dichloro Diphenyl Trichloretane (DDT)

yang merupakan sebuah babak baru dari perkembangan industri pestisida di dunia57.

Pada akhirnya manusia (petani) mulai menggantungkan diri pada “obat yang sakti

ini” yakni pestisida yang merupakan akibat dari industri yang semakin berkembang.

Sisi negatif dari pestisida ini yang menurut saya tidak diketahui oleh masyarakat pada

umumnya, sehingga jumlah permintaan semakin betambah banyak.

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian

dan kehutanan pada tahun 1986 tercatat 371 formulasi yang telah terdaftar dan

diijinkan penggunaannya dan 38 formulasi yang baru mengalami proses pendaftaran

ulang, sehingga ada 215 bahan aktif yang sudah terdaftar serta beredar di lingkungan

para petani. Dalam bidang pengendalian hama tanaman, kita masih mengandalkan

penggunaan pestisida. Oleh karena itu kebutuhan akan pestisida setiap tahunnya

selalu meningkat. Pada tahun 1979 pengadaan pestisida bersubisidi dan non subsidi

untuk tanaman pangan dan perkebunan adalah 9.166 ton/kiloliter sedangkan pada

tahun 1985 naik menjadi 38.837 ton/kiloliter. Pestisida yang digunakan lebih banyak

pada tanaman pangan daripada tanaman perkebunan58 pada akhirnya tidak dapat

dipungkiri bahwa penggunaan pestisida akan terus bertambah selama belum adanya

57 Isvasta Ekha, Dilema Pestisida: Tragedi Revolusi Hijau, . . . 27 58 Perbandingan itu mulai terbalik, di mana untuk sekarang penggunaan pestisida digunakan

semakin merata baik untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan bahkan tanaman yang akan dijual

untuk kebutuhan sehari-hari.

Page 36: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

58

alternatif atau cara untuk mengendalikan hama.59 Hal lain yang mengkhawatirkan

adalah penggunaan pestisida yang masih tinggi dan masih meningkat pada beberapa

sistem tanam. Data dari California menunjukkan bahwa dari tahun 1991 sampai 1995

pemakaian pestisida meningkat dari 161 menjadi 212 juta pon bahan aktif. Kenaikan

ini bukan karena kenaikan areal tanam, karena luas tanaman di seluruh negara bagian

tetap sama selama periode ini. Sebagian besar kenaikannya terutama pada pestisida

beracun, banyak di antaranya terkait dengan kanker, yang digunakan pada tanaman

seperti stroberi dan anggur.60

Di Amerika Latin misalnya, penggunaan pestisida pada umumnya meningkat,

terutama pada sistim produksi berskala besar. Penjualan pestisida meningkat dua kali

lipat di wilayah ini antara tahun 1976 dan 1980, melebihi prediksi industri. Dampak

ekologis pertanian modern ada secara terus-menerus di Amerika Serikat dan Amerika

Latin 125 pertumbuhan konsumsi, baik melalui impor dan produksi dalam negeri,

sepanjang tahun 1980an. Bagian Amerika Latin dari pasar pestisida global, saat ini

sekitar 10 persen, terus mengalami kerutan. Brasil sendiri menyumbang hampir 50

persen dari jumlah total di wilayah tersebut, diikuti oleh Meksiko, Argentina, dan

Kolombia. Dari tahun 1980 sampai 1986, penjualan pestisida meningkat secara

dramatis di Brasil dan Argentina. Jika tren saat ini terus berlanjut, biaya untuk

pengendalian hama kimia Amerika Latin diperkirakan mencapai US $ 3,97 miliar

oleh Tahun 2000. Penggunaan pestisida yang meningkat tersebut telah menyebabkan

59 Subiyakno Sudarmo, Pestisida (Jokjakarta: Kanisius, 1991), 9 60 Miguel A. Altieri and Clara Ines Nicholls dalam tulisan Ecological Impacts of Modern

Agriculture in the United States and Latin America, 124

Page 37: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

59

banyak korban jiwa. Tingkat keracunan pestisida yang dilaporkan sendiri dari survei

di Amerika Latin mencapai sekitar 13 persen pekerja pertanian per tahun. Racun

pestisida di kalangan anak-anak di bawah usia 18 tahun menyumbang sekitar 10-20

persen dari semua keracunan. Beberapa penelitian yang dilakukan di seluruh wilayah

ini secara mengejutkan mengkonfirmasi risiko yang meluas yang dihadapi paparan

pestisida pada pekerja pertanian dan keluarga mereka.61

4.4.1 Jenis-jenis Pestisida

Dalam buku pestisida tanaman yang ditulis oleh Subiyakto Sudarmo62, pestisida

dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan asal katanya, seperti:

Akarisida, yang berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata akari yang

artinya kutu. Fungsi dari pestisida jenis ini yakni untuk membunuh kutu

pada daun tumbuhan,

Herbisida, yang berasal dari bahasa latin herba yang artinya tanaman

setahun. Jenis pestisida ini berfungsi untuk membunuh gulma atau

tumbuhan pengganggu

Insektisida, yang berasal dari bahasa latin insectum yang artinya potongan,

keratin, segmen tubuh yang fungsinya untuk membunuh serangga.

Predisida, yang berasal dari bahasa Yunani praeda yang artinya

pemangsa, berfungsi untuk membunuh predator.

61 Miguel A. Altieri and Clara Ines Nicholls, Ecological Impacts of Modern Agriculture in the

United States and Latin America, 125 62 Subiyakno Sudarmo, Pestisida Tanaman (Jogjakarta: Kanisius, 1988), 21

Page 38: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

60

Mollusisida, yang berasal dari bahasa Yunani molluscus yang artinya

berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput atau

keong

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan

mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan

organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih

tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari

dan tidak mudah terurai.63

Selain itu juga ada beberapa bahan kimia yang biasanya digunakan oleh para

petani, yang tidak menggunakan akhiran sida:

Defoliant yakni zat yang digunakan untuk menggugurkan daun supaya

memudahkan panen,

Zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk mmeperlambat, menghentikan

atau juga mempercepat pertumbuhan tanaman.

Repellen yakni zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau hama.

Desinfestan merupakan zat yang berfungsi untuk membasmi hama,

gulma, tikus dan organism pengganggu lainnya.

Inhibitor merupakan zat yang digunakan untuk menekan pertumbuhan

batang dan tunas.64

Pada kesimpulannya bahwa jenis-jenis pestisida yang penulis sebutkan di atas

membawa dampak buruk bagi kehidupan ekosistem dan lingkungan khususnya dalam

63 E.G. Sa’id, Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua. Agrotek, Vol.

2(1). 1994. IPB, Bogor, hal 71-72. 64 Subiyakno Sudarmo, Pestisida Tanaman, . . 23-23

Page 39: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

61

lingkungan pertanian. Tidak hanya berdampak negatif atau buruk bagi manusia, tetapi

yang lebih parahnya lagi berdampak buruk bagi ekosistem tanah sebagai tempat

hidup makhluk hidup lainnya. Masing-masing pestisida dengan kemampuannya

membasmi hama ataupun hewan pengganggu tumbuhan, akan berdampak negatif

ketika digunakan dengan tidak bertanggungjawab dan mengikuti aturan yang telah

ditentukan.

4.4.2 Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 Tentang Peredaran,

Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.65

Dalam rangka melindungi keselamatan manusia dan juga sumber-sumber

kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati serta agar supaya penggunaan

pestisida dapat digunakan dengan lebih efektif maka peraturan tentang peredaran,

penyimpnana dan penggunaan pestisida diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7

Tahun 1973:

Setiap pestisida harus didaftarkan kepada menteri pertanian melalui Komisi

Pestisida untuk dimintakan ijin penggunaannya,

Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diijinkan oleh

Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan,

Pestisida yang penggunaannya telah terdaftar dan atau dijinkan oleh Menteri

Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan

yang ditetapkan dalam ijin pestisida itu,

65 PP No. 7 Th. 1973 ttg Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan

Pestisida.pdf

Page 40: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

62

Setiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi

keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat keputusan Menteri

Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan di dalam pendaftaran dan ijin masing-masing pestisida.

Sedangkan menurut The United States Federal Enviromental Pesticide Control

Act, bahwa:

Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus

untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga,

binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri,

jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau

jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya

atau dengan kata lain semua zat atau campuran zat yang

digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau

pengering tanaman.66

Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua

zat kimia dan bahan lain serta jasad mahkluk hidup yang telah lama mati dan virus

yang dipergunakan untuk menjaga tumbuhan agar tetap tumbuh dengan subur dan

menghasilkan panen yang banyak. Menurut penulis bahwa pestisida di satu sisi

memberikan pengaruh yang positif tetapi juga pengaruh yang negatif. Pengaruh yang

positif yakni: pertama, memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang

merusak tanaman atau hasil pertanian. Dalam hal ini peranan pestisida menjadi teman

bagi para petani, yang membantu dalam menjaga tanaman sehingga hasil panen dapat

melimpah. Kedua, memberantas gulma pengganggu tanah atau tanaman. Kehadiran

pestisida pada akhirnya membantu para petani agar tidak lagi bersusah payah untuk

mencabut rumput ataupun membersihkan gulma atau tanaman pengganggu dengan

66 Dalam Subiyakno Sudarmo, Pestisida , . . .16

Page 41: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

63

menggunakan alat tradisional, sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan petani

dapat dengan cepat menyiapkan lahan ataupun bibit untuk menanam, dan ketiga,

mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan.

Pengaruh positif inilah yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh para petani

guna menjaga tanaman.

Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yakni:

pertama, bahwa pestisida digunakan adalah untuk mengatur atau merangsang

pertumbuhan tanaman agar cepat tumbuh. Tanaman dipaksa agar tumbuh dengan

cepat tanpa memperhatikan kualitas hasil tanaman. Kedua, pestisida digunakan untuk

memberantas atau mencegah hama liar pada ternak dan hewan peliharaan. Ketiga,

pestisida digunakan untuk memberantas atau mencegah binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang dilindungi, dengan

penggunaan pada tanaman atau air dan keempat, pestisida merupakan racun yang

dapat mematikan makhluk hidup, sehingga dalam penggunaannya dapat memberikan

pengaruh yang buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan secara umum.

Salah satu contoh, pestisida yang disemprotkan dapat mencemari udara dan apabila

terkena langsung paparan sinar matahari dapat ikut terbawa angin dan ketika dihirup

oleh manusia maupun makhluk lain dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar atau 75% aplikasi pestisida dilakukan

dengan cara disemprotkan, baik itu untuk mematikan hama ataupun untuk

membersihkan kebun sebelum ditanam.

Page 42: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

64

Beberapa penelitian telah dilakukan yang mengidentifikasi berbagai kemungkinan

yang diakibatkan dari penggunaan pestisida yakni:67 pertama, keracunan terhadap

Manusia. Keracunan pestisida secara kronik maupun akut dapat terjadi pada pemakai

dan pekerja yang berhubungan langsung dengan pestisida, misalnya petani, pengecer

pestisida, pekerja gudang pestisida dan lain-lain. keracunan tersebut terjadi karena

kontaminasi melalui mulut atau saluran pencernaan, kulit dan juga pernafasan.

Kedua, keracunan terhadap ternak dan hewan piaraan. Keracunan pada ternak

maupun hewan yang dipelihara (sebagain besar di ladang atau kebun) dapat terjadi

secara langsung dan tidak langusng. Secara langsung mungkin pestisida digunakan

untuk melawan penyakit pada ternak, sedangkan secara tidak langsung digunakan

untuk membunuh serangga hama atau serangga lainnya, hal ini dapat terjadi ketika

hewan peliharaan secara tidak langsung memakan bahan yang mengandung racun

atau zat kimia tersebut. Ketiga, keracunan terhadap satwa liar. Penggunaan

pestisida yang tidak bijaksana dan berlebihan dapat menimbulkan keracunan yang

berakibat kematian pada satwa atau binanatang liar seperti burung, lebah, serangga

penyerbuk yang binatang lainnya yang hidup di alam bebas. Keracunan tersebut dapat

terjadi secara langsung karena terjadi kontak dengan pestisida, maupun secara tidak

langsung karena melalui rantai makanan. Keempat, keracunan terhadap tanaman.

Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada tanaman dapat

mengkibatkan kerusakan pada tanaman.

67 Subiyakno Sudarmo, Pestisida , . . . 99-102

Page 43: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

65

Hal ini dapat terjadi karena penggunaan formulasi atau takaran pestisida yang

mengandung bahan aktif tertentu, dosis yang berlebihan atau mungkin pada saat

penyemprotan suhu atau cuaca terlalu panas apalagi dilakukan pada siang hari, dan

Kelima, keracunan terhadap Tanah. Pestisida sebagai racun, tidak hanya

berdampak negatif bagi manusia, makhluk hidup lain dan juga mikro-organisme

tetapi juga berdampak buruk bagi tanah. Terkadang manusia lupa bahwa, akibat

tindakannya yang hanya mementingkan keberlangsungan hidupnya, lingkungan

sendiri menjadi rusak. Tanah yang sering terkena pestisida akan mengakibatkan: (a)

meningkatnya salinitas dan water logging; (b) perubahan status hara dalam tanah,

gejala kekurangan hara, peningkatan toksisitas tanah; (c) pembentukan lapisan keras

bawah tanah (hardpan); dan (d) peningkatan serangan hama dan penyakit dan

kerusakan tanaman.68 Menurut data WHO69 bahwa pestisida yang disemprotkan ke

tanah hanya untuk membunuh hama atau gulma pengganggu tanaman, ada beberapa

pestisida yang mungkin hanya jatuh ke permukaan tanah saja, tetapi ada jenis

pestisida yang mengendap di dalam tanah yang memakan habis unsur hara dan

membunuh cacing tanah. Tanah yang terkena pestisida secara terus-menerus akan

menjadi kering dan tidak sehat, sehingga harus selalu disiram agar tetap basah, tanah

akan menjadi lebih keras sehingga akan menghambat pertumbuhan akar tanaman.

Tanah yang tidak disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas yang lebih baik,

dan mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan

68 Pingali, P.L; M. Hossain, and R.V. Gerpacio. Asian rice bowls: the returning crisis?. IRRI

and CAB International, 1997. 69 World Health Organization in 2000, Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan (Hazardaous Chemicals in Human dan Enviromental Health. (Ed.Bahasa Indonesia)

Palupi Widiastuti dan Monica Ester, 27

Page 44: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

66

kemampuan tanah dalam menahan air Hal ini diketahui memiliki dampak positif

terhadap hasil pertanian di musim kering. Kadar organik yang rendah juga

meningkatkan kemungkinan pestisida meninggalkan lahan dan menuju perairan,

karena bahan organik tanah mampu mengikat pestisida. Bahan organik tanah juga

bisa mempercepat proses pelapukan bahan kimia pestisida.70 Hal, ini yang tidak

diketahui oleh sebagian besar masyarakat tani sehingga praktek penggunaan pestisida

yang melebihi takaran masih menjadi fenomena menarik yang tetap terlihat. Ini

menjadi poin penting yang akan dibahas oleh penulis berkaitan dengan bagaimana

ekoteologi memandang pengaruh revolusi hijau terhadap gaya bertani yang ramah

lingkungan.

Kesimpulan: menurut saya sekalipun sudah ada aturan yang mengatur tentang

keberadaan, peredaran dan penggunaan pestisida maupun bahan kimia lain tetapi

ketika tidak diikuti dengan pemahaman yang baik dari masyarakat maka yang akan

terjadi adalah penggunaan pestisida akan semakin tidak bertanggungjawab. Sebagian

besar bahaya yang ditimbulkan adalah bahaya negatif dan mengancam tidak saja

keberlangsungan hidup manusia tetapi juga keberlangsungan makhluk hidup lainnya.

Sehingga penggunaan pestisida harus diimbangi dengan pengetahuan masyarakat

tani, tingkat pendidikan dapat menentukan apakah para petani selama ini paham atau

sebaliknya. Hal sederhana yang terjadi ketika masyarakat masih tetap

mempertahankan kegiatan bertani dengan penggunaan pestisida dengan dosis tinggi

70 Maksuk Ikhsan, Environmental Health Risk Analysis to Pesticides Exposure in

Agricultural Area dalam Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27

September 2014, 716

Page 45: BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau · 2018. 8. 24. · 23 BAB II Ekoteologi dan Revolusi Hijau . Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi juga di pohon-pohon, bunga-bunga,

67

adalah tanah tempat di mana manusia hidup tidak akan ramah ataupun bersahabat.

Manusia lupa bahwa ia sendiri berasal dari tanah dan sudah semestinya ia

memperlakukan tanah sebagai sahabat karib ataukah bahkan sebagai orangtua yang

memberikan kehidupan.