24
17 BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PERKARA PERCERAIAN A. Pengertian, Dasar Hukum dan Alasan Perceraian 1. Pengertian Perceraian Perceraian berasal dari kata cerai, yang berarti pisah dan talak, kata cerai berarti berpisah, sedang kata talak artinya sama dengan cerai. Kata mentalak berarti menceraikan. 1 Jadi kata talak sama artinya dengan cerai atau menceraikan istilah talak, dan cerai itu dalam bahasa Indonesia sudah umum dipakai oleh masyarakat Indonesia dengan arti yang sama. Talak berasal dari kata yang berarti (melepaskan). 2 Jadi mentalak istri berarti melepaskan isteri dari ikatan perkawainan. Perceraian dalam bahasa Arab disebut “talak” atau “furqah”. Adapun talak berarti “membuka ikatan”, membatalkan perjanjian, sedangkan furgah berarti “bercerai”, lawan dari “berkumpul” kemudian dua kata itu dipahami oleh para ahli fiqh sebagai istilah yang berarti perceraian antara suami isteri. 3 1 W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, hlm. 20, 998. 2 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku Ilmiah dan Keagamaan, 1984, hlm. 532. 3 Kamal Mukhtar, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Yogyakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm. 156.

BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

17

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG PERKARA PERCERAIAN

A. Pengertian, Dasar Hukum dan Alasan Perceraian

1. Pengertian Perceraian

Perceraian berasal dari kata cerai, yang berarti pisah dan talak,

kata cerai berarti berpisah, sedang kata talak artinya sama dengan cerai.

Kata mentalak berarti menceraikan.1 Jadi kata talak sama artinya dengan

cerai atau menceraikan istilah talak, dan cerai itu dalam bahasa Indonesia

sudah umum dipakai oleh masyarakat Indonesia dengan arti yang sama.

Talak berasal dari kata ��������� ��� ���� yang berarti��� ��� ������

�� ������ (melepaskan).2 Jadi mentalak istri berarti melepaskan isteri dari

ikatan perkawainan.

Perceraian dalam bahasa Arab disebut “talak” atau “furqah”.

Adapun talak berarti “membuka ikatan”, membatalkan perjanjian,

sedangkan furgah berarti “bercerai”, lawan dari “berkumpul” kemudian

dua kata itu dipahami oleh para ahli fiqh sebagai istilah yang berarti

perceraian antara suami isteri.3

1 W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976,

hlm. 20, 998. 2Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Unit

Pengadaan Buku Ilmiah dan Keagamaan, 1984, hlm. 532. 3Kamal Mukhtar, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Yogyakarta: Bulan

Bintang, 1993, hlm. 156.

Page 2: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

18

Sayid Sabiq dalam bukunya Fiqh al-Sunnah, menjelaskan

bahwa talak menurut istilah syara’ adalah: “melepaskan tali perkawinan

dan mengakhiri hubungan perkawinan suami istri”4

Di dalam UU No. 1 Tahun 1974, dan BW tidak disebutkan apa

yang dimaksud dengan perceraian, hanya pengertian perceraian itu

dijumpai dalam pasal 117 Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden

Nomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang

pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab putusnya perkawinan

dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, 131.5

2. Dasar Hukum Perceraian

Islam mensyariatkan agar perkwainan itu dilaksanakan selama-

lamanya, diliputi oleh rasa kasih sayang dan saling mencintai. Islam juga

mengharamkan perkawinan yang tujuannya untuk sementara waktu yang

tertentu sekedar untuk melepaskan hawa nafsu saja.6

Syari’at yang dibangun Islam di atas dalam kenyataannya, hal

tersebut tidaklah mudah diwujudkan. Dalam melaksanakan kehidupan

rumah tangga tidak mustahil apabila akan terjadi salah paham antara

suami isteri, salah satu atau keduanya tidak melaksanakan kewajiban,

tidak saling percaya dan sebagainya, sehingga menyebabkan

ketidakharmonisan dalam rumah tangga dikarenakan tidak dapat

4Sayid Sabiq,Fiqh al-Sunnah, Jilid II, Beirut: Daar al-Fikr, 1992, hlm. 206 5Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia,

Jakarta: Gema Insani Press, 1994, hlm. 112. 6Kamal Mukhtar, Op.cit, hlm. 157.

Page 3: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

19

dipersatukan lagi persepsi dan visi antara keduanya, keadaan seperti ini

adakalanya dapat diatasi dan diselesaikan, sehingga hubungan suami

isteri baik kembali. Namun adakalanya tidak dapat diselesaikan atau

didamaikan. Bahkan kadang-kadang menimbulkan kebencian dan

pertengkaran yang berkepanjangan.

Ketika ikatan perkawinan sudah tidak mampu lagi untuk

dipertahankan, rumah tangga yang mereka bina tidak lagi memberi rasa

damai terhadap pasangan suami isteri, maka Islam mengatur tata cara

untuk menyelesaikan dari keadaan seperti itu yang disebut dengan talak

atau perceraian. Ketentuan Perceraian itu didasarkan pada al-Qur’an dan

al-Hadits.

a. Dasar Al-Qur’an perceraian sebagai berikut :

������������������������������������ ��� !������"#$�%�&��'()*+�

Artinya : “Keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunianya, dan Allah Maha Kuat (karunianya) lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. al-Nisa’: 130).7

Ayat di atas menjelaskan jika memang perceraian harus

ditempuh sebagai alternatif atau jalan terakhir, maka Allah akan

mencukupkan karunianya kepada masing-masing keduanya.(suami

istri).Walaupun pasangan suami istri sudah di akhiri dengan

perceraian, namun Islam tetap memberikan jalan kembali bila kedua

belah pihak menghendakinya, dengan catatan talak yang di lakukan

7Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989,

hlm 144.

Page 4: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

20

bukan bain kubro, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah

ayat 249 sebagai berikut :

��%��,�- %.���/�� ��,�0�%��1���. ��2�&��"#3 45&��'678+� Artinya : “Talak (yang dapat dirujuk) dua kali setelah itu boleh

rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara baik.” (Q.S. al-Baqarah: 249).8

Ayat di atas menerangkan bahwa ketentuan talak yang

masih dapat dirujuk oleh suami adalah sebanyak dua kali, maka

apabila suami mentalak lagi (ketiga kalinya) maka tidak halal lagi

baginya (suami) untuk merujuk isterinya lagi, kecuali si isteri telah

menikah lagi dengan orang lain dan telah bercerai.9 Sebagaimana

firman Allah dalam surat al-Thalaq ayat 65 :

��3��&���9:�����;.��&��<94�1�$�%�&��=�4����>���5�&���;��"#2�&��'?@+� Artinya : “Hai Nabi, Apabila kamu menceraikan isteri-isterimu

maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar).” (Q.S. al-Thalaq: 65).10

Ayat di atas menjelaskan ketentuan waktu mentalak yaitu

ketika si isteri dalam keadaan suci dan belum dicampuri atau

dinamakan talak suni.

b. Al- Hadist

�A�B�C D����<���.� ��������E����;�B�����F�� �B��,������5B��B���G&�>��B�H�I&���,�� �B�JK%1�=�������B����A�L����J9����;B

8Ibid., hlm. 55. 9Muhammad Ali al-Sabuni, Rawa’I al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, T.tp: Dar al-Fikr, t.th.,

hlm. 321. 10Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 655.

Page 5: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

21

.�A����;�%��&�=M��;�N� ��1�O ��=�������B����A�L����J9���J�41�� ;�G��1�P�����Q5������$�R�������,�G%���KSE��=M� ;.�=M�C �T.�=M

$�%�&���;&���.�����E�T5����� ���A�&��3��&�"�

Artinya : “Diriwayatkan dari Ibn Umar r.a. Katanya, “Sesungguhnya dia telah menceraiakn isterinya dalam keadaan haid, kasus itu terjadi pada zaman Rasulullah S.a.w., kemudian masalah itu dinyatakan oleh Umar bin Khattab kepada rasulullah s.a.w., lalu berliau bersabda “Perintahkan supaya dia rujuk (kembali kepada isterinya, kemudian menahannya sampai isterinya suci, kemudian haid lagi, kemudian suci lagi, kemudian apabila ia mau, dia dapat menahannya atau menceraikannya, asal dia mencampurinya, itulah tempo iddah yang diperintahkan oleh Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung bagi wanita yang diceraikan”.11

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 dan PP Nomor 9

tahun 1975 hanya mengatur perceraian secara umum yaitu pada pasal

38 tentang sebab-sebab putusanya perkawinan, pasal 39 jo pasal 14-

36 PP Nomor 9 tahun 1975 mengatur tentang tata cara perceraian, dan

pasal 41 mengatur tentang akibat putusnya perceraian. Sedangkan

Perceraian di Indonesia secara umum diatur dalam undang undang

Nomor 1 tahun 1974 pasal 38 – 44, PP Nomor 9 tahun 1975 pasal 14

– 36, dan Kompilasi Hukum Islam pasal 113 sampai dengan pasal

148.

3. Alasan-alasan Perceraian

Setiap pasangan pada mulanya mengharapkan sebuah rumah

tangga yang ideal, abadi namun harapan itu kadangkala tidak dapat

11Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Kitab at-Thalaq, Bab Sunnah Talak, Beirut: Dar Al-Fikr,

t.th., hlm. 268.

Page 6: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

22

terealisasi, dan diakhiri dengan perceraian. Tentunya ada beberapa faktor

yang menyebabkan perceraian. Dari faktor-faktor tersebut dapat

dijadikan alasan bagi mereka untuk mengajukan perceraian ke

Pengadilan Agama, karena dalam pasal 39 UU No. 1 tahun 1974

disebutkan bahwa “Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan,

bahwa suami isteri itu tidak dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri.12

Adapun alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk bercerai

telah dirinci secara limitatif dalam menjelaskan pasal 39 ayat (2) UU

No. 1 tahun 1974 jo pasal 19 PP 9 tahun 1975 yang terdiri dari :

a. Salah satu pihak pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya

yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain tanpa alasan yang sah atau karena

hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami isteri.

12Undang-undang Perkawinan, Surabaya: Penerbit Artha Perkasa Nusantara, t.th., hlm 55

Page 7: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

23

f. Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.13

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116 selain

secara lengkap memuat alasan-alasan cerai seperti tersebut di atas, dan

ada alasan lain yang ditambahkan yaitu :

a. Suami melanggar ta’lik talak.

b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan

dalam rumah tangga.14

Ta’lik talak adalah hal- hal atau syarat syarat yang diperjanjikan

itu, yang apabila terlanggar oleh si suami terbukalah kesempatan

mengambil inisiatif untuk talak oleh pihak si istri kalau dia menghendaki

demikian itu.15 mengenai isi dari ta,lik talak adalah sebagai berikut :

Sesudah akad nikah, saya …. bin … berjanji dengan sesungguh

hati. bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami,

dan akan saya pergauli istri saya bernama … binti … dengan baik

(muasyarah bi al-ma’ruf) menurut ajaran syariat Islam.

Selanjutnya saya mengucapkan sighot taklik talak atas isri saya

sebagai berikut

Sewaktu waktu saya :

a. Meninggalkan istri saya tersebut dua tahun berturut turut,

13 Ibid., hlm33 14Abdul Gani Abdullah, op. cit., hlm. 111. 15Sayuti Talib,Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: Penerbit UI, 1986, hlm. 106

Page 8: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

24

b. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya,

c. Atau saya menyakiti badan /jasmani istri saya itu,

d. Atau saya membiarkan (tidak memperdilikan )istri saya itu enam

bulan lamanya.

Kemudian istri saya tidak ridla dan mengadukan halnya kepada

pengadilan agama, atau petugas yang di beri hak mengurus pengaduan

itu, dan pengaduannya dibenarkan serta di terima oleh pengadilan atau

petugas tersebut, dan istri saya itu membayar uang sebesar 1.000, (seribu

rupiah )sebagai iwadl (pengganti ) kepada saya, maka jatuhlah talak saya

kepadanya kepada pengadilan atau petugas tersebut tadi saya kuasakan

untuk menerima uang iwadl (pengganti) itu dan kemudian

memberikannya untuk ibadah sosial.16

Tambahan kedua alasan ini sangat tepat apabila dihubungkan

dengan konteks perceraian ditinjau dari hukum Islam, penambahan ini

tidak berlebihan dan tidak bertentangan dengan ketentuan pasal 1 tahun

1974 juga pasal 14 PP No. 9 tahun 1975. Dan alasan-alasan cerai yang

disebut di atas bukan bersifat kumulatif, namun bersifat alternatif,

pemohon dapat memilih salah satu diantaranya sesuai dengan fakta yang

mengenainya dalam kangkreto.

Sekiranya pemohon mengajukan alasan yang komulatif tidak

dilarang, dan jika demikian halnya tidak wajib bagi pemohon untuk

16 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm

155-156.

Page 9: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

25

membuktikan setiap alasan, salah satu alasan saja dapat dibuktikan,

sudah cukup menjadi dasar pertimbangan untuk mengabulkan

permohonan.17

Lain halnya dalam fiqih Islam, perceraian dapat di lakukan

walaupun tanpa adanya sebab yang mendasar antara kedua belah pihak

yang berperkara (suami istri). asalkan salah satu pihak bersikeras untuk

bercerai.

B. Jenis-Jenis Perkara

Untuk memulai dan menjelaskan pemeriksaan persengketaan

perkara perdata yang terjadi diantara para pihak, salah satu pihak yang

bersengketa harus mengajukan permintaan pemeriksaan kepada pengadilan.

Hal ini ditegaskan pasal 55 UU No. 7 tahun 1989, menurut pasal

tersebut, tiap pemeriksaan perkara di pengadilan, dimulai sesudah diajukan

suatu “permohonan” atau “gugatan”. Kemudian berdasarkan permohonan atau

gugatan pihak-pihak yang berperkara dipanggil untuk menghadiri

pemeriksaan di sidang pengadilan.

Bertitik tolak dari ketentuan pasal 55 UU No.7 tahun 1989,

dihubungkan dengan penjelasan pasal 60 UU No.7 1989, di lingkungan

Peradilan Agama dikenal dua sifat atau corak mengajukan permintaan

pemeriksaan perkara kepada pengadilan yang pertama disebut “permohonan”

17M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama UU Nomor 7

tahun 1989, Jakarta: PT. Garuda Metropolitan Press, 1990, hlm. 233.

Page 10: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

26

yang kedua disebut “gugatan”. Dalam bahasa sehari-hari sering disebut

gugatan sehingga dikenal “gugatan permohonan dan gugat biasa”.18

1. Permohonan

Permohonan dalam bahasa hukum Islam disebut al-dakwah kata

dakwah ini rupanya dipergunakan pula sebagai tuntutan pidana, dapat

diketahui, dakwa perdata atau dakwa pidana tergantung dengan bentuk

kalimat.

Dalam tata hukum Indonesia, kata gugatan atau permohonan

hanya dipakai dalam kaitan acara perdata, lagi pula dibedakan maksud

dan artinya.

Apa yang dituntut penggugat disebut gugatan, sedangkan apa

yang diminta oleh pemohon disebut permohonan.19

Adapun bagi orang yang memohon disitu disebut dengan istilah

“pemohon” atau “introductif reguest” (Belanda) atau “alUMudda’y”

(Arab).

Untuk peradilan perdata yang menyelesaikan perkara

permohonan seperti di atas, disebut Jurisdictio valuntaria atau peradilan

yang tidak sesungguhnya. Dikatakan peradilan yang tidak sesungguhnya

karena pengadilan diketika itu sebenarnya hanya menjalankan fungsi

executive power.

18Ibid., hlm. 185. 19Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003, hlm. 61.

Page 11: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

27

Karena peradilan yang tidak sesungguhnya maka produk

pengadilan adalan penetapan atau beschikking (Belanda) atau Al Isbat

(Arab).

Termohon sebenarnya dalam arti “asli” bukanlah sebagai pihak

tetapi hanya perlu dihadirkan di depan sidang untuk didengar

keterangannya untuk kepentingan pemeriksaan, karena termohon

memiliki atau mempunyai hubungan hukum langsung dengan pemohon.

Jadi dalam arti asli, termohon tidak imperatif hadir di depan sidang seperti

halnya tergugat, artinya sekalipun termohon tidak hadir bila mana

permohonannya cukup beralasan (terbukti) maka permohonannya akan

dikabulkannya dan kalau tidak terbukti akan ditolak.20

Bentuk dan isi surat permohonan pada prinsipnya adalah tidak

mempunyai lawan, lain dengan surat gugatan, tetapi sebagaimana di

ketahui bahwa di muka Pengadilan Agama ada perkara yang sepertinya

voluntaria tetapi kenyataannya adalah contetiosa, sehingga dalam

keadaan seperti ini, walaupun namanya permohonan namun bentukya

seperti gugatan.

Surat permohonan dalam pengertian asli supaya di buat sesuai

dengan prinsipnya, yaitu tidak ada lawan, itulah yang pokok. jadi

bentuknya tidak jauh dari surat gugatan, tapi tidak ada lawan. dengan

demikian identitas, pihak, hanyalah pemohon saja, bagian positanya

20Roihan A. Rasyid, op.cit., hlm. 57.

Page 12: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

28

adalah tentang situasi hukum atau peristiwa hukum yang di jadikan dasar

terhadap apa yang di mohonkan oleh pemohon dalam bagian petita.

Jadi secara nyata perbedaan inti surat gugatan dan surat

permohonan adalah: Bahwa pada surat permohonan tidak di jumpai

kalimat ”berlawanan dengan” kalimat“ Duduk perkaranya “dan kalimat

“permintaan membayar biaya perkara pada pihak lawan “21

Mengenai perkara permohonan, dan gugatan. Dalam perkara

perceraian di Pengadilan Agama telah di kenal dua corak. Yaitu

permohonan talak, dan gugat cerai. Namun setelah terbitnya Undang-

undang No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, istilah tersebut telah

berubah menjadi istilah baru. Adapun perubahan tersebut adalah, Pertama

permohonan talak di ganti dengan istilah cerai talak, yang kedua gugat

cerai di ganti dengan istilah cerai gugat.

Mengingat kompetensi relatif yang ada, Perubahan istilah ini

memang ada benarnya, sebab dengan istilah baru ini Pengadilan Agama

dapat memecahkan masalah berdasarkan putusan Pengadilan Agama

sesuai dengan hukum Islam. adapun bentuk pertama yang di sebut cerai

talak adalah, pemecahan perkawinan atau perceraian dalam bentuk talak

yang datang dari pihak suami, sedangkan cerai gugat ialah pemecahan

perkawinan atau perceraian yang di ajukan oleh pihak istri. Memang

21 Ibid., hlm. 64.

Page 13: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

29

hasilnya sama sama perceraian. Tapi prosedur dan prosesnya menurut

hukun Islam adalah berbeda .22

2. Gugatan

Gugatan menurut syara’ ialah memberi tahu bahwa (penggugat)

mempunyai hak tertentu, begitu pula syarat bagi setiap gugatan

hendaknya diajukan secara terperinci apa yang digugatnya, sehingga tidak

dianggap sah gugatan kecuali dengan adanya dalil atau bukti yang jelas

tentang hak itu.23

Penggugat adalah orang yang menuntut sesuatu hak, apabila dia

menghentikan gugatan berarti dia telah melepaskan haknya, sedang

tergugat ialah orang yang dituntut dengan suatu hak, apabila dia diam dia

belum terbebaskan dari gugatan.24

Jadi penggugat ialah orang yang menuntut hak perdatanya ke muka

pengadilan perdata, penggugat ini disebut aiser (Belanda) atau al Muda’I

(Arab). Penggugat mungkin sendiri dan mungkin gabungan dari beberapa

orang sehingga muncullah istilah penggugat satu, penggugat dua, dan

penggugat tiga dan seterusnya, penggugat dapat memakai kuasa sehingga

ditemui istilah kuasa penggugat satu, dan seterusnya, lawan dari penggugat

disebut tergugat, atau gedagde (belanda) atau al mudaa alaih (Arab)

gabungan penggugat atau tergugat seperti di atas di sebut kumulasi subyektif

22 M. Yahya harahap, Op.cit, hlm .207. 23Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Kompilasi Hukum Acara Islam,

Jakarta: Depag RI, 1994, hlm. 97-98. 24 Ibid., hlm. 100.

Page 14: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

30

artinya subyek hukum yang tergabung dalam berperkara. Sedangkan suatu

perkara perdata yang terdiri dari dua pihak yaitu penggugat dan tergugat yang

berlawanan, disebut jurisdictio contentiosa atau peradilan yang sesungguhnya,

karena peradilan yang sesungguhnya maka produk pengadilan adalah putusan

atau vonis (Belanda) atau al qada’u (Arab).25 Adapun bentuk dan isi surat

gugatan secara garis besar nya terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Identitas Pihak-pihak.

Identitas pihak pihak memuat nama berikut gelar atau alias atau

julukan, bin/bintinya, umur, agama, peker jaan, tempat tinggal terakhir

dan statusnya sebagai penggugat/tergugat.

2. Fakta fakta atau hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak,

biasa di sebut bagian posita (jamak ) atau petitum (tunggal )

Dalam bagian ini hendaknya singkat, kronologis dan jelas tepat

dan sepenuhnya terarah untuk mendukung isi tuntutan. Kalimat pertama

daribagian posita berbunyi :”duduk perkaranya.”yang diletakkan dala

baris tersendiri ditengah tengah. Kalimat terakhir dalam bagian positanya

biasanya di dahului oleh kalimat “ berdasar kan uraian di atas, dengan

segala kerendahan hati penggugat mohon kepada pengadilan agama

untuk “ susudah kaliat ini, gugatan masuk ke bagian petita.

3. Isi tuntutan yang biasa di sebut bagian “petitum “.

Butir pertama dari bagian petita selalu tentang formal perkara,

belum boleh langsung ke loncat ke materi perkara butir pertama ini

25 Roihan A. Rasyid, Op.cit, hlm. 57.

Page 15: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

31

berbunyi momohon agar Pengadilan Agama menerima gugatan

penggugat; butir terakhir dari bagian petita selalu tentang permintaan

agar pihak lawan selalu di bebankan biaya perkara.26

Perbedaan antara permohonan dan gugatan adalah sebagai berikut:

1. Pada permohonan tidak ada pihak termohon yang secara langsung

memberikan jawaban bantahan atau tantangan permohonan terhadap

pemohon. Sebagai contoh adalah permohonan pembatalan perkawinan

sebagai mana tersebut dalam pasal 25 Undang-Undang Perkawinan atau

permohonan pengesahan nikah (bagi perkawinan yang dilakukan sebelum

berlakunya Undang-Undang Perkawinan).

Sedangkan gugatan terdapat dua pihak yang berhadapan satu

sama lainnya yaitu penggugat dan tergugat, tergugat dapat secara langsung

mengemukakan jawaban-jawaban bantahan dan tantangan terhadap

gugatan penggugat Bahkan dia berhak pula mengajukan gugatan

rekonvensi (gugatan balasan) sebagai contoh ada gugatan nafkah dari

isteri kepada suaminya.

2. Permohonan disesuaikan dengan suatu ketetapan (beschikking)

pengadilan, sedang gugatan disesusikan dengan putusan (vonis)

pengadilan, kecuali permohonan pembatalan perkawinan yang harus

diputus oleh pengadilan dan disesuaikan dengan suatu putusan (pasal 37

dan 38 PP Nomor 9 tahun 1975).

26 Ibid., hlm 62-63

Page 16: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

32

3. Bandingan terhadap ketetapan pengadilan dapat diajukan oleh pihak-pihak

yang berkepentingan yang secara langsung merasa dirugikan oleh

ketetapan tersebut. Sedang bandingan hanya dapat diajukan oleh pihak

penggugat atau tergugat yang tidak puas dengan vonis pengadilan

tersebut.27 Akan tetapi dari beberapa uraian di artas untuk dilingkungan

peradilan Agama, dalam perkara-perkara perkawinan, walaupun

disebutkan “pemohon” atau “termohon” atau permohonan tidaklah mutlak

selalu berarti perkara volunturea sepenuhnya seperti teori umum Hukum

Acara Perdata memahaminya sebagai kontentiosa ataukah sebagai

volunturia, harus melihat konteks.28

Begitu pula dalam hal penetapan dalam bentuk murni volunteria di

lingkungan peradilan agama ada beberapa jenis perkara dibidang

perkawinan yang produk pengadilan agama berupa penetapan, ada

pemohon dan termohon, tetapi ternyata bukan penetapan dalam bentuk

volunturia murni, sehingga penetapan disitu harus dianggap putusan,

pemohon dan termohon harus dianggap sebagai penggugat dan tergugat

sehingga dalam hal ini teori umum penetapan tidak berlaku melainkan

diberlakukan teori umum.29

27Departemen Bimbaga Islam, Pedoman Tata Laksana B adan Peradilan Agama, Jilid I,

Jakarta : Depag RI, 1979, hlm. 128. 28 Roihan A.Rasyid, Op.cit, hlm. 58. 29 Ibid., hlm. 205.

Page 17: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

33

C. Tata cara gugatan di Pengadilan Agama

Tata cara mengajukan gugatan perceraian di Pengadilan Agama

adalah sebagai berikut:

1. Penggugat atau kuasanya datang ke kantor kelurahan untuk memperoleh

surat keterangan tempat tinggal dari lurah (Peraturan Menteri Agama No.

3/1975 pasal 3).

2. Penggugat atau kuasanya dengan membawa surat keterangan lurah datang

ke pengadilan agama untuk mengajukan gugatannya tertulis atau lisan

kepada panitera sekaligus membayar perskotnya

3. Penggugat dan tergugat atau masing-masing kuasanya menghadiri sidang

berdasarkan surat panggilan panitia.

4. Majelis hakim memeriksa perkara dengan tahapan-tahapan sidang.30

5. Putusan Pengadilan Agama (vonis) dalam hal taklik talak atau perkara

tidak diterima atau ditolak atau digugurkan oleh majelis hakim atau

dicabut dalam persidangan, pengadilan agama mengeluarkan penetapan.

6. Penggugat wajib membuktikan kebenaran dari isi gugatannya berdasarkan

alat-alat bukti, surat-surat, saksi-saksi, pengakuan salah satu pihak (HIR)

pasal 16.

7. Kepada penggugat dan tergugat diberikan salinan putusan Pengadilan

Agama.

30Maksud tahapan-tahapan sidang adalah: pembacaan surat gugatan, jawaban tergugat,

replik penggugat, replik tergugat, pemeriksaan alat-alat bukti penggugat dan tergugat dan kesimpulan penggugat dan tergugat dan putusan hakim. HIR pasal 131 dan 132.

Page 18: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

34

8. Kepada penggugat dan tergugat diberikan surat keterangan bahwa putusan

Pengadilan Agama telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkrah

van gewijsde).

9. Untuk perkara perceraian Pengadilan Agama meminta pengukuhan kepada

PN atas putusannya, akan tetapi tidak berlaku setelah diundang dengan

undang-undang No. 7 tahun 1989.

10. Pihak yang memang perkara yang ada hubungannya dengan hak

kebendaan dengan bantuan pengadilan agama dapat meminta eksecutoir

verklaring kepada pengadilan negeri.31

D. Putusan Perceraian

Sebagaimana diketahui bahwa produk Pengadilan Agama,

penetapan dan putusan. Namun untuk pembahasan kali ini adalah tentang

produk peradilan agama yang berbentuk putusan sebagaimana gugat

contentiosa dimana menurut penjelasan pasal 60 Undang–ndang No 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama diproduksi penyelesaian atau setlement yang

berbentuk putusan.32 Jadi putusan, adalah perbuatan hakim sebagai penguasa

atau pejabat negara yang bersangkutan untuk meneliti dan memeriksanya.33

31 M. Idris Romulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Agama Pengadilan

Agama, Jakarta: Ind Hill Co, 1991, hlm. 205-206.

32 M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 307. 33 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 2002,

hlm. 202.

Page 19: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

35

Keputusan menurut bahasa sebagaimana yang dikatakan oleh al-

Kamil al-Haj Ibrahim, bahwa: keputusan atau al-Qadha dibaca bermad

(panjang) artinya adalah menyemprunakan sesuatu danmenetapkan

hukumnya, menyelesaikannya dan memutuskannya.34

Jenis-jenis putusan sebagaimana pasal 185 ayat 1 HIR (pasal 196

ayat 1 RBg) membedakan putusan akhir danputusan yang bukan akhir.

Putusan ini ada yang bersifat menghukum (condemnatoir) ada yang bersifat

menciptakan (conshitutif) dan ada pula yang bersifat menerangkan atau

menyatakan (declaratoir).

1. Condemnatoir

Putusan condemnatoir adalah putusan yang bersifat menghukum

pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi, di dalam putusan

condemnatoir diakhiri hukuman semacam itu hanya terjadi hubungan

dengan perikatan yang bersumber pada persetujuan atau undang-undang,

yang prestasinya dapat terdiri dari memberi, berbuat dan tidak berbuat,

pada mulanya putusan condemnatoir itu berisi hukuman untuk membayar

sejumlah uang. Karena dengan putusan condemnatoir itu tergugat,

diwajibkan untuk memenuhi perstasi maka hak dari pada penggugat yang

tidak ditetapkan itu dapat dilaksanakan dengan paksa (execution forcee),

jadi putusan condemnatoir kecuali mempunyai kekuatan mengikat juga

memberi atas hak eksekutarial kepada penggugat yang berarti memberi

34 Pendapat tersebut di kutip dalam Kompilasi Hukum Acara Islam ,halaman ,283.

Page 20: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

36

hak kepada penggugat yang berarti memberi hak kepada penggugat untuk

menjalankan putusan secar paksa melalui pengadilan.35

Putusan peradilan perdata Pengadilan Agama adalah peradilan

perdata, selalu memuat perintah dari pengadilan kepada pihak yang kalah

untuk melakukan sesuatu, atau untuk berbuat sesuatu, atau untuk

melepaskan sesuatu, menghukum sesuatu, jadi doktrin vonis selalu

bersifat condemnatoir artinya menghukum, atau juga bersifat constitutoir

artinya menciptakan, 36 jadi perlu diperhatikan bahwa setiap gugat yang

bersifat contentiosa pada prinsipnya akan menjadikan putusan pengadilan

yang bersifat condemnatoir dan berkekuatan eksekutorial.

Untuk lebih jelas memahami keputusan pengadilan yang

berbentuk putusan yang bersifat condemnatoir dan eksekutoir, salah satu

cirinya adalah bersifat contradiktoir.

Maksudnya adalah tata cara pemeriksaan perkara dilakukan

dengan cara jawab menjawab secara timbal balik, atau dengan kata lain

bahwa dalam pemeriksaan terjadi dialog langsung dalam bentuk replik

dan duplik. Dan kepada penggugat dihukumi kewajiban untuk

membuktikan dalil gugat, begitu pula sebaliknya kepada tergugat

kemudian kepada para pihak diberi hak untuk mengajukan kongklusi atau

kesimpulan.37Oleh karena apabila asas ini dilanggar, maka undang-

undang memberi pengecualian tentang putusan pengadilan, sebagaimana

35Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 221. 36 Roihan A. Rasyid, op.cit., hlm. 193. 37 M. Yahya Harahap, loc.cit.

Page 21: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

37

yang kita kenal yaitu: putusan verstek (putusan di luar hadir) dan putusan

gugur.

a. Putusan verstek adalah putusan dimana tergugat tidak datang setelah

dipanggil dengan patut, baik dirinya sendiri atau kuasa sahnya.

Tentang kapan boleh dijatuhkan putusan verstek ada yang

berpendapat bahwa putusan verstek harus dijatuhkan pada hari sidang

pertama, yang mendasarkan pada kata-kata “ton dage dienende”

dalam pasal 124 HIR (pasal 149 RBg) yang diartikan sebagai hari

sidang pertama, sebaliknya ada yang berpendapat bahwa kata-kata

“ten dage dienende” dapat pula diartikan “ten dage dat de zaak dient”

yang berarti tidak hanya sidang pertama saja, pasal 126 HIR (pasal

150 RBg) memberi kelonggaran untuk dipanggil sekali lagi.38

Begitu pula peradilan agama, bahwa panggilan untuk kedua

kalinya sangat dianjurkan, sebab ada kemungkinan panggilan tersebut

kurang benar atau tidak sampai, misalnya kepada kepala desa atau

lurah lupa untuk menyampaikan. Dalam berbagai kitab tentang

hukum Islam memutuskan verstek diperbolehkan dan putusan verstek

itu disebut al-qadha’u ala al-qhaib. Kebolehan itu didasarkan pada

sabda Rasulullah s.a.w., riwayat Bukhari dan Muslim, dari Aisyah r.a

yang berbunyi:

��J9���A�B����!��A,��3� ���V5�B�W�,���<�W�X��W&���VSD�B��B���-�TR�QN�����!���,��������J9����W&�41�=�������B����A�L��� � ,��&������YZX����[����,�A!���A��!�����V4!�&�����A����[�

38 Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 102.

Page 22: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

38

����������/� �&��,��&������\ZX�J�41�]̂ ��N����G&�>�A1�A�B�Q;1����BG��,�G�!�"�

Artinya : Dari Aisyah ia berkata: Hindun binti Utbah isteri Abu

Sufyan datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata, Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang jujur, ia tidak memberi kepada saya nafkah yang mencukupi bagi diri saya dan anak saya, kecuali dari apa yang saya ambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya, apakah saya berdosa yang demikian itu ? Maka sabda rasulullah ambillah dari hartanya apa yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang patut.

Putusan Rasulullah kepada Hindun ini tanpa dihadiri oleh

Abu Sufyan dan Abu Sufyan itu jauh diperantauan, karenanya

dijadikan landasan bolehnya memutus tanpa dihadiri tergugat

(verstek).39� Adapun bila gugatan tidak bersandarkan hukum, yaitu

apabila peristiwa sebagai dasar tuntutan tidak membenarkan tuntutan,

maka gugatan akan dinyatakan tidak diterima (niet ont van kelijk

verklaard) N.O. Jika gugatan itu tidak beralasan, yaitu bila tidak

diajukan peristiwa-peristiwa yang membenarkan tuntutan, maka

gugatan akan ditolak, putusan tidak diterima bermaksud menolak

gugatan di luar pokok perkara, sedang penolakan merupakan putusan

setelah dipertimbangkan mengenai pokok perkara, pada putusan tidak

diterima, tetapi di dalam praktek sekarang ini tidak jarang putusan

tidak dapat diterima dimintakan banding, sedang dalam penolakan

tidak terbuka kesempatan untuk mengajukan gugatan tersebut untuk

kedua kalinya kepada hakim yang sama (nebis in idem).

39Roihan A. Rasyid, op.cit., hlm. 103.

Page 23: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

39

Oleh karena putusan tidak diterima / N.O,. itu dimaksudkan

menolak gugatan di luar pokok perkara yang berarti bahwa hakim

belum memeriksa pokok perkara, sedangkan dalam putusan

“menolak” hakim sudah memberi pokok perkara, maka logikanya

dalam satu putusan tidak dimungkinkan berisi diktum “tidak

diterima” dan sekaligus juga menolak.40

b. Putusan gugur

Atau putusan digugurkan yaitu apabila penggugat atau

kuasa sahnya tidak hadir meskipun sudah dipanggil dengan patut,

sedangkan tergugat hadir. Penggugat yang tidak hadir ini disebut

dalam kitab fiqih dengan istilah “al-muda al-mudai al-qadha’u al-

masquf”.41

Mengenai penyaksian ikrar talak apabila telah lewat enam

bulan terhitung sejak ditetapkannya hari penyaksian ikrar talak suami,

atau wakilnya tidak hadir juga, sedangkan ia telah dipanggil secara

patut maka kekuatan penetapan bagi penyaksian ikrar talak tersebut

menjadi gugur, dalam hal ini suami tidak boleh lagi mengajukan ikrar

talak dengan alasan yang sama.42

2. Deklaratoir

Putusan deklaratoir adalah putusan yang isinya bersifat

menerangkan atau menyatakan apa yang sah, misalnya bahwa anak yang

40Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 102-103. 41 M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 306. 42Kompilasi Hukum Acara Islam, op.cit, hlm. 4.

Page 24: BAB II 2100159library.walisongo.ac.id/.../7/...306-BAB+II+2-9.pdfNomor 1 tahun 1990) yaitu: Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang mengadili salah satu sebab

40

menjadi sengketa adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang

sah.43

Putusan deklaratoir adalah hasil dari penetapan yang muncul

sebagai produk pengadilan atas permohonan pemohon yang tidak

berlawanan, maka diktum penetapan tidak akan berbunyi menghukum,

melainkan hanya bersifat deklaratoir atau menciptakan (konstituoir).44Jadi

ciri-ciri dari penetapan yang muncul sebagai produk pengadilan atas

permohonan adalah :

a. Merupakan gugatan secara sepihak, pihaknya terdiri dari pemohon,

tidak ada pihak lain yang ditarik sebagai tergugat.

b. Tidak ditujukan untuk menyelesaikan suatu sengketa, tujuannya hanya

untuk menetapkan suatu keadaan atau status tertentu bagi diri

pemohon.

c. Ciri selanjutnya amar gugat permohonan bersifat deklaratoir, adapun

diantara putusan yang bersifat deklaratoir adalah putusan yang

menolak gugatan

Jadi asas yang melekat pada putusan penetapan hanyalah

melekat pada pemohon, yang kebenarannya tidak menjangkau orang lain.

Sehingga nilai kekuatan pembuktian penetapan tidak mempunyai

kekuatan eksutorial.45

43 Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 222. 44Roihan A. Rasyid, op.cit., hlm. 203. 45 M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 306.