27
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik (siswa) dengan lingkungnnya, sehingga terjadi perubahan prilaku (Mulyasa, 2005).,sedangkan Marhaeni (2006) mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang terprogram dalam desain FEE (facilitating, empowering, enabling ), untuk membuat siswa belajar secara aktif. Pengertian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik yang belajar dan pendidik yang membantu proses belajar tersebut. Pembelajaran Kontekstual menurut Elaine B. Johnson (2007: 67) mengungkapkan bahwa CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Sementara itu, Bandono (2008) mengungkapkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Sedangkan, The washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (Nurhadi, 2004: 12) mengungkapkan bahwa pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah- masalah real yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

(siswa) dengan lingkungnnya, sehingga terjadi perubahan prilaku (Mulyasa,

2005).,sedangkan Marhaeni (2006) mengatakan bahwa pembelajaran adalah

kegiatan yang terprogram dalam desain FEE (facilitating, empowering, enabling ),

untuk membuat siswa belajar secara aktif. Pengertian di atas menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik yang belajar dan

pendidik yang membantu proses belajar tersebut.

Pembelajaran Kontekstual menurut Elaine B. Johnson (2007: 67)

mengungkapkan bahwa CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan

menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka

pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial

dan budaya mereka. Sementara itu, Bandono (2008) mengungkapkan bahwa

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang

holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar

dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks

pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan

yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif

pemahamannya. Sedangkan, The washington State Consortium for Contextual

Teaching and Learning (Nurhadi, 2004: 12) mengungkapkan bahwa pengajaran

kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat,

memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam

berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan

yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa

menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-

masalah real yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

6

sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, siswa dan selaku pekerja.

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual menekankan berpikir tingkat tinggi,

transfer pengetahuan melalui disiplin ilmu, dan mengumpulkan, menganalisis dan

mensintesiskan informasi dan data dari berbagai sumber dan sudut pandang. Dari

pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah

konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit

demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Untuk

mencapai tujuan ini, menurut Elaine B. Johnson (Nurhadi, 2004: 13-14) ada

delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual yaitu sebagai

berikut:

a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Siswa

dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam

mengembangkan minatnya secara individu, orang yang dapat bekerja sendiri atau

bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.

b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work) Siswa

membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada

dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan anggota masyarakat.

c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning) Siswa melakukan

pekerjaan yang signifikan; ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada

hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatya

nyata.

d. Bekerja sama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa

bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana

mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

7

e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) Siswa dapat

menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif; dapat

menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan

menggunakan logika dan bukti-bukti.

f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)Siswa

memelihara pribadinya; mengetahui, memberi perhatian,memiliki harapanharapan

yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.

g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Siswa mengenal dan

mencapai standar yang tinggi; mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa

untuk mencapainya.

h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment) Siswa

menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu

tujuan yang bermakna. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual menurut

Nurhadi (2004: 20- 21) yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai

berikut:

a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental

siswa (developmentally). Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang

digunakan untuk mengajar harus didasarkan kepada kondisi sosial, emosional dan

perkembangan intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual

lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi

perhatian di dalam merencanakan pembelajaran.

b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent

learninggroups) Siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-

kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).

Kemampuan itu merupakanbentuk kerjasama yang diperlukan oleh orang dewasa

di tempat kerja dan kontekslain. Jadi, siswa diharapkan untuk berperan aktif.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

8

c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-

regulated learning) Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-

regulated learning) memiliki tiga karakteristik umum, yaitu kesadaran berpikir,

penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan.

d. Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of students) Di kelas guru

harus mengajar siswa dengan berbagai keragaman, misalnya latar belakang suku

bangsa, status sosial-ekonomi, bahasa utama yang dipakai di rumah, dan berbagai

kekurangan yang mungkin mereka miliki. Dengan demikian, guru diharapkan

dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya.

e. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelegences) Dalam melayani siswa

di kelas, guru harus memadukan berbagai strategi pendekatan pembelajaran

kontekstual sehingga pengajaranakan efektif bagi siswa dengan berbagai

intelegensinya.

f. Menggunakan teknik-teknik bertanya (questioning) untuk meningkatkan

pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan

berpikir tingkat tinggi

g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment) Penilaian autentik

mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa,

daripada hanya sekadar hafalan informasi aktual.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran yang telah

diungkapkan di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah upaya

penataan lingkungan (fisik, sosial, kultur dan fsikologis) yang bersifat eksternal

(datang dari luar pebelajar) serta sengaja dirancang atau didesain (terprogram)

sehingga memberikan suasana tumbuh dan berkembangnya proses belajar.

2.1.2 Landasan Pembelajaran Kontekstual

Komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran

kontekstual di kelas adalah kontruktivisme (CONSTRUCTIVISM), bertanya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

9

(QUESTIONING), menemukan (INQUIRY), masyarakat belajar (LEARNING

COMMUNITY), pemodelan (MODELING), refleksi (REFLECTION) dan penilaian

sebenarnya (AUTHENTIC ASSEMENT). Kelas dapat dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika menerapkan komponen-komponen tersebut dalam

pembelajarannya (Nurhadi, 2004:31-51). Kontruktivisme adalah proses

membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada

pencairan dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Bertanya adalah

menggali kemampuan, membangkitkan motivasi dan merangsang keingintahuan

siswa. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Refleksi adalah proses mengendapkan

pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau

peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian nyata adalah proses

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar siswa yang diarahkan

pada proses belajar bukan hasil belajar.

(Sanjaya, 2006:118-122). Dalam komponen kontruktivisme sebagai filosofi

dapat dikembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya. Dengan demikian siswa belajar sedikit demi sedikit dari

konteks terbatas, siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Pemahaman yang

mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna. Komponen

inkuiri sebaga strategi belajar dapat dilaksanakan untuk mencapai kompetensi yang

diinginkan. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan

merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok. Diawali dengan

pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep / fenomena. Dalam hal ini

mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis. Komponen

bertanya sebagai keahlian dasar yang dikembangkan, bertanya sebagai alat belajar

mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Mendorong siswa untuk mengetahui

sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, digunakan untuk

menilai kemampuan siswa berfikir kritis dan melatih siswa untuk berfikir kritis.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

10

Komponen masyarakat belajar sebagai penciptaan lingkungan belajar yaitu

menciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok. Dalam

hal ini berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama dengan

orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan

belajar sendiri. Komponen permodelan, model sebagai acuan pencapaian

kompetensi yaitu menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran (benda-benda,

guru, siswa lain, karya inovasi dll). Membahasakan gagasan yang dipikirkan,

mendemonstrasi bagaimana menginginkan siswa untuk belajar, dan melakukan apa

yang diinginkan agar siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan agar

siswa melakukannya. Komponen refleksi sebagai langkah akhir dari belajar yaitu

melakukan refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini mereka

belajar sesuatu. Dalam hal ini refleksi berarti cara-cara berpikir tentang apa yang

telah dipelajari. Menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas dan

pengalaman. Mencatat apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide baru.

Komponen penilaiannya sebenarnya dalah melakukan penilaian yang sebenarnya

dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Dalam hal ini mengukur

pengetahuan dan keterampilan siswa. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan

atau pengalaman. Tugas-tugas yang kontekstual dan relevan. Proses dan produk

kedua-duanya dapat diukur.

Jadi dalam pembelajaran kontekstual berarti melaksanakan komponen-

komponen atau aspek-aspek pembelajaran kontekstual, dalam hal ini guru

memegang peranan penting dalam menciptakan pembelajaran yang

menggairahkan atau menyenangkan sehingga guru harus kreatif memilih metode

pembelajaran yang efektif dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian

besar siwa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil guru dikatakan berhasil apabila

pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa kea

rah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

11

2.1.3 Pengertian Pembelajaran kontekstual

Nurhadi (2005: 5) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan ketujuh

komponen utama pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya,

menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya atau

authentic assessment.

Suherman, Erman (2003: 3) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual adalah pembelajaran yang mengambil (menstimulasikan,

menceritakan berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan

sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat kedalam konsep yang dibahas.

Istiqomah, Lailatul (2009: 30) menyampaikan pembelajaran kontekstual

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada

penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi

dan data dari berbagai sumber.

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan.

Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan

pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi

siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam

pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep

yang menaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswadengan konteks materi

tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa

belajar.

Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya upaya membuat

belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan agar siswa mudah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

12

menerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan dan pengetahuan serta

dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan

produktif. Untuk mencapai usaha tersebut segala komponen pembelajaran harus

dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual.

Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih

menekankan pada authentic assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan.

Alwasih, Chaedar (2002:289) berpendapat bahwa keuntungan penilaian autentik

bagi siswa antara lain: (1) mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman

materi akademik mereka, (2) mengungkapkan dan memperkuat penguasaan

kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya,

mengani teknologi, dan berfikir secara sistematis, (3) menhubungkan

pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat

luas, (4) mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat

mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi,

dan menghubungkan sebab akibat, (5) menerima tanggung jawab dan membuat

pilihan, (6) berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan

tugas, dan (7) belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri. Jenis penilaian

autentik yaitu portofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara

lengkap.

Depdiknas, 2002 menyampaikan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-

hari. Selain itu pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep tentang

pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar

dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam

kegiatan belajar mengajar yang dituntut dalam pelajaran. Pendekatan kontekstual

ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

13

kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas

guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru

lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk

menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Pendekatan kontekstual

ini perlu diterapkan mengingat bahwa selama ini pendidikan masih didominasi

oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus

dihapalkan. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa

menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa

diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan menghapal.

Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang

membantu guru untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata,

dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang didapatnya dengan

kehidupan mereka sehari-hari. Nurhadi (2004: 13) menyatakan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia

nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual

adalah pembelajaran yang memotivasi siswa untuk menghubungkan antara

pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar dengan kehidupan mereka

sehari-hari, yang bermanfaat bagi mereka untuk memecahkan suatu masalah di

lingkungan sekitarnya. Sehingga pembelajaran yang diperoleh siswa lebih

bermakna.

Dari uraian tentang pengertian dan karakteristik pembelajaran konsektual

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsektual memenuhi syarat sebagai

pembelajaran efektif pada bidang studi IPA. Pembelajaran kontekstual juga dapat

meningkatkan peran siswa dalam proses belajar mengajar. Serta pembelajaran

kontekstual dapat memotivasi siswa untuk menghubunngkan pengetahuan yang

mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mereka berhasil

menghubungkan pengetahuan yang mereka tersebut, diharapkan mereka berhasil

menghubungkan tersebut dan mereka dapat menerapkan pengetahuan tersebut

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

14

untuk memecahkan masalah pribadi maupun masalah di lingkungan sekitarnya.

Sehingga pembelajaran yang mereka lakukan lebih bermakna dan sesuai dengan

kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

2.1.4 Penerapan Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA

langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual di kelas adalah

sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2. Laksanakan sebanyak mungkin kegiatan menemukan (inkuri) untuk semua

topik.

3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)

5. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Pembelajaran IPAyang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah

seperti yang disebutkan di atas, akan membantu siswa belajar secara bermakna.

Konsep-konsep materi yang dipelajari akan lebih tahan lama ada di benak siswa,

karena mereka belajar melalui bekerja dan menemukan sendiri. Dalam

pembelajaran kontekstual guru tidak secara langsung memberikan generalisasi

suatu konsep atau prinsip yang dipelajari siswa, tetapi guru melibatkan siswa

dalam proses mendapatkannya. Guru menyusun situasi belajar sedemikian rupa

sehingga siswa belajar bagaimana bekerja dengan data untuk membuat

kesimpulan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

15

2.1.5 Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri

2.1.5.1 Landasan Pemikiran Pembelajaran Inkuiri

Pendekatan inkuiri pada dasarnya adalah menggunakan pendekatan

konstruktivistik, di mana setiap siswa sebagai subyek belajar, dibebaskan untuk

menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang

telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena, ide, atau informasi baru

yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses belajar mahasiswa telah

membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus ditambah, dimodifikasi,

diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang diperoleh dalam

proses belajar.

Siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapatnya secara bebas tanpa

ada rasa takut akan terjadi kesalahan. Semakin banyak mahasiswa yang berani

mengemukakan pendapat, dapat diartikan bahwa pendekatan inkuiri dalam proses

pembelajaran di kelas dapat meningkatkan partisipasi siswa.Proses belajar tidak

dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan

seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak dipisahkan dari aktivitas di mana

pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan, serta dari

komunitas budaya di mana pengetahuan didesiminasikan dan diterapkan. Dalam

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini siswa akan dihadapkan pada suatu

permasalahan yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati, yang pada akhirnya

dapat meningkatkan pemahaman konsep mata kuliah dalam kegiatan

pembelajaran. Secara logika apabila siswa meningkat partisipasinya dalam

kegiatan pembelajaran, maka secara otomatis akan meningkatkan pemahaman

konsep materi pembelajaran, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan

prestasi belajar.

1.1.5.2. Pengertian Inkuiri

Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa

yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan

aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin

tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

16

masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:196) bahwa “Metode

inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

suatu permasalahan yang dipertanyakan”.

Sementara itu menurut Sagala (2004:34) yang mendefenisikan metode

inkuiri sebagai berikut: Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang

berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan

sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih

banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

Sedangkan Piaget (Mulyasa,2008:108) mendefenisikan metode inkuiri

sebagai berikut: Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada

situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan

mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan

penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang

ditemukan peserta didik lain.

Sedangkan menurut Aziz (2007:92) memiliki defenisi lain mengenai

pengertian metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: Metode

inkuiri adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu

siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber

agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa.

Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-

masalah dalam kehidupannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang

telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode

inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen

sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan

sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan

pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah

sebagai berikut:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

17

1. Merumuskan masalah

2. Mengamati atau observasi

3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya

4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audien yang lain.

2.1.5.3 Penerapan Pendekatan Inkuiri

Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), para

ahli menyarankan menciptakan iklim pembelajaran sains yang kondusif. Melalui

pembelajaran sains di sekolah dasar siswa dilatih untuk berpikir, membuat konsep

ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan. Selain itu juga melalui

pembelajaran sains diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan nilai yang positif

serta memupuk rasa cinta kepada alam sekitar dan keagungan Tuhan Yang Maha

Esa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Patta Bundu (2007:18)

bahwaPembelajaran sains merupakan wahana bagi siswa untuk memiliki

kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan

konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; dan dari segi sikap dan nilai siswa

diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya,

bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja

sama dan mandiri, sera mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar

sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha esa.

Untuk mewujudkan keinginan pembelajaran Sains di Sekolah Dasar

yang tertuang di dalam kurikulum, guru harus mampu menjadi fasilitator

dalam pembelajaran sains yang mampu menciptakan pembelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswanya sehingga siswa

mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali

berbagai potensi dan keberanian ilmiah.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

18

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains, yang sampai

sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah

metode inkuiri. Dalam penerapan metode inkuiri untuk pembelajaran sains di

sekolah dasar, guru memiliki peranan yang sangat penting. Sebagaimana yang

dikemukakan Gulo (2002:86) Seorang guru akan memiliki beberapa peran

dalam menerapkan metode inkuiri, yaitu:

a) Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan

gairah berpikir.

b) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam

proses berpikir siswa.

c) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka

perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.

d) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di

dalam kelas. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa

pada tujuan yang diharapkan.

e) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

f) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai

dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri Adapun teknik penggunaan

metode inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut :

Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk

diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai

metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sanjaya (2006:2008) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa

keunggulan, diantaranya:

1. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga

pembelajaran akan lebih bermakna.

2. Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

19

3. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah

proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.

4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya,

siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat

oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Selain mempunyai kelebihan metode inkuiri yang memiliki kelemahan atau

kekurangan adalah:

1. Metode inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau

kognitif dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional

dari proses belajar mengajar.

2. Metode ini tidak efektif bagi kelas bersiswa banyak karena setiap siswa

mungkin membutuhkan waktu banyak dari guru untuk menuntunnya.

3. Harapan akan hasil penyelidikan mungkin tidak terpenuhi atau

mengecewakan terutama bagi guru yang sudah terbiasa dengan perencanaan

dan pengajaran tradisional.

4. Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia.

Jadi Metode inkuiri ini bertujuan untuk menolong siswa dalam

mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan serta

mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan satu masalah. Penggunaan

metode inkuiri dalam pembelajaran Biologi besar manfaatnya dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan penggunaan metode inkuiri

dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja

atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dapat mengembangkan bakat

dan kecakapan individunya. Dengan pelaksanaan metode inkuiri diharapkan bagi

siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil

belajar yang maksimal.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

20

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2007:3), “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar manajemen sistem

penyelenggaraan makanan institusi merupakan tingkat kemampuan yang dapat

dikuasai dari materi yang telah diajarkan mencakup tiga kemampuan

sebagaimana diungkapkan oleh bloom di dalam Sudjana (2007:22-32).

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

penilaian

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab tahu reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah psikomotor meliputi motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran

atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dan diiringi oleh perubahan tingkah laku

yang lebih baik lagi.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 :250-251), hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

21

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan

alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan

tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek

kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif

digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa

dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar

observasi.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tentang pengertian hasil belajar,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses

kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa

aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu

tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang

menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek

psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa

dalam mengikuti pembelajaran.

2.1.7 IPA

2.1.7.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal

ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

22

menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai

proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan

proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.

Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri

khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah

merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara

satu dengan lainnya. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.

a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan

lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur

seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun

dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,

eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi

dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain.

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan

bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen

dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih

lanjut (Depdiknas, 2006).

IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk

dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur

pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,

penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,

pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan

kesimpulan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

23

2.1.7.2. Karakteristik IPA

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Oleh karena itu, karakteristik belajar IPA meliputi:

a. Hampir semua indera, seluruh proses berpkir, dan berbagai gerakan otot.

b. Berbagai teknik (cara), seperti observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.

c. Alat bantu pengamatan untuk memperoleh data yang obyektif, sesuai sifat

IPA yang mengutamakan obyektivitas.

d. Kegiatan temu ilmiah, mengunjungi objek, studi pustaka, dan penyusunan

hipotesis untuk mempeloleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar

obyektif.

e. Proses aktif, artinya belajar IPA merupakan suatu yang harus dilakukan

siswa, bukan suatu yang dilakukan untuk siswa.

2.1.7.3. Tujuan IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

24

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.7.4. Ruang Lingkup IPA

1. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.7.5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk

meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap

ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip

pembelajaran yang tepat. Asy’ari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa

prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

25

1. Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to

do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya

dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya

diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang

alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya

menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar

mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be,

artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat

membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya.

Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi

dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan

toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.

2. Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena

pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam

sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa

ingin tahu lebih banyak.

3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam

mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu

dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang

mereka miliki dengan struktur kognitifnya.

4. Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA

memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi.

Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip

IPA yang baru.

5. Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini

agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Pembelajaran IPA perlu dilakukan

secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau

kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

26

7. Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi

pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun

kegiatan yang bersifat motorik.

Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang

kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan

menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.

2.2 Kajian Yang Relevan

Zahara, Laxmi. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri

Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C MTs

Al-Maarif 02 Singosari. Skripsi, Jurusan Fisika. Program Studi Pndidikan Fisika,

Falkutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

Pembimbing (I) Dra. Endang Purwaningsih, M.Si. (II) Drs. Yudyanto, M.Si.Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menerapakan pemebelajaran

kontekstual model inkuiri terbimbing, nilai rata-rata kognitif dan nilai rata-rata

psikomotorik siswa kelas VIII-C mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke

siklus III hingga mencapai ketuntasan belajar yang diterapkan oleh seklah. Nilai

rata-rata afektif kelas VIII-C mengalami peningkatan siklus I sampai siklus III

namaun mencapai standar yang diterapkan oleh sekolah. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa, pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing dapat

meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII-C Al-Maarif 02.

Laelah Nur. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 03 Kaliprau

Pemalang. Skripsi, Jurusan Pendidikan GuruSekolah Dasar, FIP UNNES.

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Di SD Negeri 03

Kaliprau proses pembelajaran IPA belum dapat mengoptimalkan Hasil belajar dan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, terutama kelas V. Sehingga prestasi

belajar yang diperoleh rendah sesuai keterangan guru yang menyatakan bahwa

Kriteria Ketuntasan Minimal hanya sebesar 60%. Hal yang melatar belakangi

rendahnya prestasi belajar siswa kelas v salah satunya Metode pembelajaran yang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

27

digunakan guru belum bervariasi, guru hanya menggunakan metode caramah.

Sedangkan Pembelajaran yang diinginkan siswa adalah yang langsung dengan

siswa sendiri yang menemukan konsep materi tersebut. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran mengenai materi cahaya guru menerapkan pembelajaran kontekstual

dengan pendekatan inkuiri dengan tujuan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat

meningkat. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari

dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas

V SD Negeri 03 Kaliprau semester 2 tahun ajaran 2009/2010. Jenis data yang

diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data Kualitatif meliputi

aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Data Kuantitatif meliputi

Hasil tes formatif siswa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas

siswa mengalami peningkatan siklus 1 sebesar 61% dan siklus 2 sebesar 85%

siswa yang memiliki nilai sekurang-kurangnya dengan kategori cukup, sedangkan

hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 32,55% pada siklus 1 dan 95,34%

siklus 2 siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dari paparan

hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual dengan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran mengenai materi cahaya.

Luthfin, Ahmad. 2009. Penerapan Model Inkuiri Induktif dengan

Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Prestasi

Belajar Siswa Kelas X SMA Ardjuna Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika

FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Eddy Supramono. (II)

Drs. Subani. Perkembangan teknologi dan pengetahuan itu menuntut penggantian

kurikulum yang terdahulu dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP

). KTSP diberlakukan di SMA Ardjuna akan tetapi pembelajaran fisika disana

mengutamakan model ceramah. Hal tersebut menjadikan siswa jenuh dan

konsentrasi belajarnya berkurang sehingga prestasi belajar dan keterampilan

proses siswa rendah. Hakekat Pembelajaran dalam KTSP menuntut siswa untuk

mengembangkan kemampuan ketrampilan proses. Tampak siswa kelas X SMA

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

28

Ardjuna Malang prestasi belajarany rendah dibawah 5 dan salah dalam

mengoprasikan dan memegang ala, hal ini menunjukkan keterampilan prosesnya

masih renda. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran yang menuntut keterlibatan

siswa secara aktif yakni model pembelajaran inkuiri induktif dengan pendekatan

kontekstual untuk meningkatkan ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa.

Tujuan pada penelitian adalah untuk mengetahui penerapan model inkuiri induktif

untuk meningkakan ketrampilan proses dan prestasi belajar serta untuk

mengetahui besarnya peningkatan ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa

kelas X SMA Ardjuna Malang Penelitian yang dilakukan adalah penelitian

tindakan kelas. Model pembelajaran ini dilakukan dua siklus dengan siklus

pertama dilakukan pada bahasan Asas Black dengan durasi waktu 4x45 menit

untuk dua kali pertemuan. Siklus II dilakukan pada bahasan perpindahan kalor

dengan lama pembelajaran 4x45 menit untuk dua kali pertemuan. Keterlaksanaan

pembelajaran pada siklus I 64% meningkat menjadi 92% pada siklus II.

Berdasarkan data hasil observasi didapatkan skor ketercapaian keterampilan

proses 55% pada siklus I dan meningkat menjadi 88% pada siklus II. Berdasarkan

skor tersebut dapat diperoleh besarnya peningkatan ketrampilan proses dari siklus

I sampai siklus II sebesar 29%. Persentase siswa yang mencapai SKM untuk 47%

pada siklus I dan meningkat menjadi 80% pada siklus II. Berdasarkan data

tersebut tampak peningkatan pada prestasi belajar siswa dari siklus I sampai

siklus II besarnya peningkatannya adalah 33%. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa model inkuiri induktif dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan

ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Ardjuna Malang.

Astri setiawati. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas maret

Surakarta. Implikasi inkuiri tergadap hasil belajar biologi SMA Negeri 2 surakarta

tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut : 1)

terdapat pengaruh yang signifikan pengunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil

belajar ranah kognitif ; 2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengunaan

pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif ; 3) terdapat pengaruh yang

signifikan pengunaan yang paling efektif adalah pendekatan modefed free inkuiri.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

29

Suyoto: Keefektifan Model Inkuiri pada Pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar. Tesis. Yogyakarta Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta,

2009.Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi hasil

belajar siswa aspek (kognitif, afektif dan sosial) pada mata pelajaran IPA Sekolah

Dasar antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran

konvensional. Hasil ini didasarkan pada prosedur Tests of Between-Subjects

Effects dengan melihat probabilitas F hitung yang secara umum lebih kecil 0,05;

(2) terdapat perbedaan keefektifan pada rencana dan pelaksanaan pembelajaran

berdasarkan penilaian kepala sekolah dan guru IPA antara kelompok konvensional

dengan kelompok inkuiri. Hasil ini didasarkan pada nilai kategori efektif (17.5 -

22.75) dan sangat efektif (22.75 – 28); dan (3) terdapat perbedaan keefektifan

pada proses kegiatan pembelajaran pada aspek afektif dan aspek sosial

berdasarkan penilaian siswa dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada model pembelajaran konvensional

pada Sekolah Dasar.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah

yang penting. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar

IPA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual

inkuiri. Sedangkan pada kelas kontrol akan dilakukan pembelajaran seperti biasa

guru mengajar atau konvensional. Untuk soal pretest akan diambil dari alat

evaluasi yang telah diuji coba pada kelas uji coba. Hasil pretest di kelas

eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji beda rata-rata dan harus menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Kemudian setelah dilakukan

pembelajaran kontekstual inkuiri di kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional di kelas kontrol maka hasil belajar dari kedua kelompok tersebut di

lakukan uji beda rata-rata hasil posttest untuk melihat apakah ada pengaruh yang

signifikan dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual inkuiri. Kerangka

berpikir ini dapat dilihat dalam bagan alur kerangka berpikir berikut ini:

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

30

Gambar 2.1

Alur kerangka berfikir

Penelitian ini akan membandingkan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen di mana kelas kontrol menggunakan metode ceramah yang sudah

biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelas eksperimen menggunaakan model

pembelajaran inkuiri. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol adalah sama. Untuk pretest diambil dari alat evaluasi pada kelas uji

coba dan hasil pretest kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Kelas

Kontrol Pre Test

Pembelajaran

menggunakan

metode

konvensional

Post Test

Hasil pre test

tidak boleh ada

perbedaan yang

signifikan

Uji beda hasil pos

test apakah ada

pengaruh yang

signifikan dengan

penggunaan model

pembelajaran inkuiri

Kelas

Eksperimen

Pre Test

Pembelajaran

menggunakan

model

pembelajaran

inkuiri

Post Test

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 Hakikat ......authentic assessment) Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan bepikir kompleks seorang siswa, daripada

31

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sementara

dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual

tipe inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada kelas V SDN 03

Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang tahun pelajaran 2011/2012