19
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler dalam Trianto (2010:136) adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini antara kumpulan fakta yang ada, metode ilmiah dan sikap ilmiah saling berkesinambungan. Oleh karena itu IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam sekitar. Dalam kegiatan mencari tahu tentang alam tersebut dilakukan secara sistematis dengan tindakan yang berusaha mencari tahu apa yang ada, baik sebuah pengetahuan yang harus dipelajari, sebuah fakta yang harus dibuktikan kebenarannya maupun berupa prinsip atau konsep yang perlu diaplikasikan dalam pemahaman tentang alam hingga menghasilkan sebuah penemuan yang berarti dan berguna. Dalam pembelajaran tentang alam tersebut perlu dilakukan pengamatan yang seksama guna menghasilkan suatu penemuan yang berarti tersebut. Pengamatan yang dilakukan terhadap alam dapat bermula dari pengamatan tentang suatu gejala alam yang terjadi. Bisa dari suatu gejala alam yang sederhana yang sering kita lihat ataupun yang saat ini sedang terjadi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam . Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu pengetahuan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu

    pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara

    sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

    fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu

    penemuan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler dalam

    Trianto (2010:136) adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang

    berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas

    pengamatan dan deduksi.

    Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136)

    adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam

    penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

    Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh

    adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini antara kumpulan fakta

    yang ada, metode ilmiah dan sikap ilmiah saling berkesinambungan.

    Oleh karena itu IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan

    dengan alam sekitar. Dalam kegiatan mencari tahu tentang alam tersebut

    dilakukan secara sistematis dengan tindakan yang berusaha mencari tahu apa

    yang ada, baik sebuah pengetahuan yang harus dipelajari, sebuah fakta yang

    harus dibuktikan kebenarannya maupun berupa prinsip atau konsep yang perlu

    diaplikasikan dalam pemahaman tentang alam hingga menghasilkan sebuah

    penemuan yang berarti dan berguna. Dalam pembelajaran tentang alam tersebut

    perlu dilakukan pengamatan yang seksama guna menghasilkan suatu penemuan

    yang berarti tersebut. Pengamatan yang dilakukan terhadap alam dapat bermula

    dari pengamatan tentang suatu gejala alam yang terjadi. Bisa dari suatu gejala

    alam yang sederhana yang sering kita lihat ataupun yang saat ini sedang terjadi di

  • 7

    sekitar kita. Gejala alam yang terjadi tersebut bisa disebut fakta. Fakta yang

    saling berhubungan menimbulkan pertanyaan dan keinginan dari seseorang untuk

    mencari dan menemukan jawaban atas sebab adanya fakta tersebut. Usaha untuk

    mencari tahu jawaban tersebut dikenal dengan sikap ilmiah yang dilakukan

    dengan dasar keilmuan dan menggunakan metode keilmuan pula. Dalam proses

    berjalannya antara metode dan sikap ilmiah tersebut berkesinambungan dan

    saling mendukung untuk menuju jawaban atas pertanyaan sebelumnya bahkan

    dapat menghasilkan sebuah penemuan yang berguna. Jadi IPA merupakan

    kegiatan mencari tahu tentang alam, baik berupa fakta, konsep atupun prinsip

    sampai pada kegiatan menemukan yang dilakukan secara sistematis.

    2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

    2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD

    Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada pemberian

    pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA

    sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

    menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta

    mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

    Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas

    (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman

    belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep

    IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana(BSNP, 2006:161).

    Hamdani(2010:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran adalah

    sebagai berikut :

    1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

    2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

    3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

    4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

  • 8

    5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

    6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik, maupun psikologi.

    7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 8) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

    Trianto (2010:142) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA secara khusus

    sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana tercantum dalam

    taksonomi bloom bahwa:

    “diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan

    tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah

    pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk

    kehidupan sehari-hari.Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang

    ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat

    adanya keterangan serta keteraturannya.Di samping itu, pembelajaran IPA

    diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan

    sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.”

    Oleh karena itu pembelajaran IPA yang diberlakukan pada dunia

    pendidikan SD ditekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada

    siswanya.Hal tersebut sesuai dengan karakter siswa SD yang belajar secara

    kongkrit dan langsung. Pembelajaran secara langsung diharapkan dapat

    membantu mengembangkan kemampuan yang dimilki oleh siswa dalam mencari

    tahu informasi tentang alam melalui usaha siswa untuk menjelajahi dan

    memahami alam disekitar mereka yang bisa dilakukan secara

    ilmiah.Pembelajaran IPA di SD dilaksanakan dengan cara inkuiri ilmiah yaitu

    melalui kemampuan berpikir siswa untuk menemukan, mereka akan berusaha

    memaksimalkan kemampuan berpikirnya untuk menemukan jawaban atas

    permasalahan ilmiah yang terjadi sehingga kemampuan berpikirnya berkembang.

    Bahkan mereka akan bekerja dalam sebuah tindakan mencari tahu jawaban

    permasalahan dengan sikap keilmuan sebagai wujud pengembangan kecakapan

    dan keterampilnya dalam hidup. Pembelajaran yang terjadi merupakan kegiatan

    belajar yang saling berhubungan antara Sains yang terjadi di lingkungan tempat

    siswa berada yang didukung dengan perkembangan teknologi yang dibuat oleh

    masyarakat dan berdampak pada masyarakatpula.Pada pelaksanaannya dirancang

  • 9

    dengan pengalaman belajar langsung yang menerapkan konsep-konsep IPA dan

    mengembangkan sikap bekerja secara ilmiah.

    Kegiatan pembelajaran memiliki ciri adanya perencanaan sebelumnya

    yang dalam pelaksanaanya disadari oleh para pelaku pembelajaran yaitu guru dan

    siswa.Pembelajaran yang terjadi harus mampu menarik perhatian siswa sehingga

    motivasinya dalam belajar meningkat.Pemilihan bahan belajar yang tepat dapat

    menimbulkan rasa tertantang dari dalam diri siswa untuk mengetahui lebih jauh

    tentang bahan pembelajaran tersebut. Pemilihan dan penggunaan alat bantu

    belajar yang tepat seperti alat peraga yang sesuai dengan bahan belajar dan usia

    siswa dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa akanmemperhatikan apa

    yang disampaikan guru.Situasi lingkungan tempat belajar siswa harus benar-benar

    diperhatikan keamanan dan kenyamanannya. Ketika situasi tempat belajar mereka

    tidak terganggu, maka kegiatan belajar siswa akan berjalan dengan lancar.

    Seorang guru juga harus memperhatikan kondisi dari siswanya.Keadaan fisik

    siswa berpengaruh penting pada penerimaan akan materi pembelajaran yang

    disampaikan oleh guru. Ketika seorang siswa dalam kondisi sehat secara fisik,

    maka ia memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan memperhatikan gurunya.

    Namun jika seorang siswa dalam kondisi kurang sehat fisiknya, tentu ia akan

    merasa malas untuk memperhatikan dan mendengarkan gurunya. Selain itu

    kondisi psikologi dari siswa juga berpengaruh pada proses pembelajaran. Siswa

    yang memiliki beban pikiran atau permasalahan akan sulit menerima materi

    belajar karena otaknya sudah dipenuhi dengan permasalahan lain. Misalnya saja

    seorang siswa yang bermasalah akibat kedua orangtuanya berceraiakan berbeda

    daya tangkapnya dengan siswayang hubungan kedua orangtuanya baik-baik saja.

    Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana psikologi seorang anak

    dalam keadaan tenang untuk siap belajar.Pembelajaran yang terjadi harus

    menumbuhkan keaktifan siswasehinggasiswa mampu memaksimalkan

    kemampuannya baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.Dalam kegiatan

    pembelajaran diberlakukan factor sengaja untuk merubah tingkah laku siswa

    kearah positif.

  • 10

    Pembelajaran IPA yang diharapkan dapat memberikan efek positif berupa

    pengetahuan bagi siswa yang berawal dari belum tahu menjadi tahu.Pengetahuan

    tersebut dapat digunakan sebagai modal bagi siswa untuk menghadapi kehidupan

    sehari-hari, untuk memahami dan mempelajari lebih dalam tentang peristiwa-

    peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pembelajaran tersebut juga diharapkan dapat

    mengembangkan ketrampilan siswa dalam mempergunakan alat tertentu,

    mengolah bahan bahkan menciptakan suatu alat. Selain itu diharapkan siswa

    mampu bersikap secara ilmiah dalam mempelajari IPA yang memungkinkan

    siswa untuk mampu menanggapi permasalah IPA yang mungkin muncul ataupun

    sedang terjadi dengan bijaksana.

    2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

    Menurut BNSP (2006:162) tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar

    peserta didik memiliki kemampuansebagai berikut:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkankeberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaatdan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi danmasyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilanproses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkanmasalah dan membuat keputusan.

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga danmelestarikan lingkungan alam.

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannyasebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasaruntuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Dari tujuan pembelajaran yang diutarakan tersebut, diharapkan siswa

    dapat memiliki rasa yakin kepada alam yang diciptakan Tuhan sebagai wujud

    kebesaran Tuhan.Melalui rasa yakin tersebut, siswa juga bisa mengembangkan

    pengetahuan dan pemahamanannya tentang alam dengan landasan konsep-konsep

    IPA yang dimengertinya untuk diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain

    itu, dapat menimbulkan rasa penasaran dan keingintahuan siswa tentang alam dan

    sekitarnya. Kemudian siswa berusaha mencari tahu dan menyelidiki apa yang

  • 11

    membuatnya penasaran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi.

    Dari kemampuannya memecahkan masalah, siswa dapat meningkatkan rasa

    kesadarannya untuk mencintai lingkungannya melalui sikap menjaga, memelihara

    dan melestarikan alam ciptaan Tuhan, bahkan tidak berusaha merusak alam

    sebagai wujud rasa menghargai suatu ciptaan Tuhan.Pembelajaran yang

    diharapkan adalah kegiatan pembelajaran yang dimulai dari keadaan belum tahu

    hingga siswa memperoleh pengetahuan kemudian dapat mengembangkan

    kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya hingga siswa mampu bersikap

    untuk menghargai dan memelihara lingkungan sekitarnya dengan cara yang

    bijaksana.

    2.1.3 Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

    2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

    Nurhadi dalam Rusman (2010:189) mengemukakan bahwa pembelajaran

    kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

    mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

    mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

    dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

    masyarakat. Sedangkan menurut Rusman (2010:193) model pembelajaran ini

    memiliki tujuh prinsip yang dapat dikembangkan yaitu: (1) konstruktivisme

    (contructivism); (2) menemukan (inquiry); (3) bertanya (questioning); (4)

    masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan (modelling); (6) refleksi

    (reflection); (7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).

    Peneliti memilih prinsip inkuiri karena metode ini membimbing siswa

    untuk aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dalam rangka menemukan

    informasi melalui hasil mencari tahu oleh siswa itu sendiri.

    Menurut Rusman (2010:193) mengemukakan bahwa:

    “Prinsip inkuiri merupakan upaya menemukan yang akan memberikan

    penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-

    kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari

    mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan

    sendiri.Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran merupakan

    hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama

  • 12

    diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan

    pemberian dari guru.”

    Menurut Sanjaya (2006:196) metode inkuiri adalah suatu metode

    pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

    untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang

    dipertanyakan. Sedangkan menurut Sagala (2004:34) metode inkuiri merupakan

    metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah

    pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses

    pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas

    dalam memecahakan masalah.

    Menurut Piaget dalam Mulyasa (2008:108) berpendapat bahwa:

    “Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada

    situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar

    melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta

    menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

    membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan

    peserta didik yang lain.”

    Sesuai pendapat ahli di atas dapat dikaji bahwa pembelajaran inkuiri

    adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan makna

    suatu materi pelajaran dengan proses mencari tahu jawaban dari suatu

    permasalahan dengan hasil kreatifitas berpikir siswa sehingga mudah untuk

    diingat dan dipahami oleh siswa. Dalam proses mencari tahu tersebut yang

    menjadi subyek belajar adalah siswa yang dibelajarkan untuk aktif dalam kegiatan

    pembelajaran. Sikap aktif yang ditunjukkan siswa dapat berupa rasa ingin tahunya

    dengan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban atas pertanyaannya, siswa dapat

    menemukan jawaban pertanyaannya dan siswa dapat menghubungkan penemuan

    jawaban atas pertanyaannya dengan penemuan yang lainnya. Pembelajaran

    metode inkuiri ini mengajaksiswa untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran

    yang aktif dan kreatif dalam rangka menemukan sendiri tentang suatu fakta,

    konsep dan prinsip dengan mencari tahu apa yang ada di alam.

  • 13

    2.1.3.2 Komponen Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

    Metode pembelajaran inkuiri memiliki 5 komponen seperti yang

    dikemukakan oleh Garbon (2005:23), yaitu

    1. Question : pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembukaan yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman

    siswa akan suatu fenomena.

    2. Student Engangement : dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam

    mempelajari suatu konsep.

    3. Cooperative interaction : siswa diminta untk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok dan mendiskusikan berbagai gagasan.

    4. Performance evaluation : dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat suatu produksi yang dpaat menggambarkan

    pengetahuannya yang sedang dipecahkan. Melalui produk ini, guru

    melakukan evaluasi.

    5. Variety of resources : siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar. Misalnya buku teks, website, video, televisi, poster, wawancara

    dengan ahli dan lain sebagainya.

    Komponen-komponen di atas merupakan hal yang penting bagi kegiatan

    pembelajaran inkuiri.Dalam pembelajaran inkuiri, guru harus mengajukan sebuah

    pertanyaan sebagai bahan acuan untuk menarik rasa ingin tahu siswa dan sebagai

    langkah awal adanya suatu permasalahan yang harus dicari jawabannya.Selain itu,

    siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai sikap untuk mencarai tahu

    tentang jawaban dari maslah tersebut.Setelah itu juga terdapat aktivitas untuk

    berkelompok dan berdiskusi sebagai wujud berbagi gagasan antara siswa dengan

    siswa maupun siswa dengan guru.Kemudian diharapkan ada produk yang

    dihasilkan dari kegiatan berdiskusi dan berkelompok tersebut sebagai bukti

    penemuan dan bahan penilaian guru.Dalam mencari jawaban tersebut terdapat

    sumber belajar yang digunakan bukan hanya alam sekitar tapi bisa menggunakan

    buku, video dan lain sebagainya.

    2.1.3.3 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

    Dalam pelaksanaan aplikasi metode inkuiri di dalam kelas, ada

    prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru supaya penggunaan metode

    inkuiri dapat terlaksana secra maksimal sesuai perencanaan awal.Menurut Sanjaya

  • 14

    (2006:199) prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam

    penggunaan metode inkuiri, yaitu:

    1. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan

    berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada hasil

    belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu kriteria

    keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode

    inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasaai materi

    pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan

    menemukan sesuatu.

    2. Prinsip interaksi Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun

    interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan.

    Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai

    pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan

    kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

    3. Prinsip bertanya Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan

    metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan

    kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu,

    kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat

    diperlukan, baik bertanya untik melacak maupun bertanya untuk menguji

    kemampuan.

    4. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya untuk mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar

    adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan seluruh otak, baik

    otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak

    neokortek.

    5. Prinsip keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

    berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan

    kebenarannya.Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah menyediakan ruang

    untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan

    hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang

    diajukan.

    Prinsip-prinsip tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru dengan

    seksama demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus mampu

    mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam aktivitasnya untuk

    menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Bukan hanya sekedar siswa tahu

    tentang materi pembelajaran tetapi siswa mampu beraktivitas untuk mencari dan

    menemukan.Prinsip interaksi berperan sebagai penghubung antara siswa dengan

  • 15

    guru ataupun siswa dengan siswa bahkan siswa dengan lingkungan.Kemampuan

    guru dalam bertanya sangat diperlukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

    Sehingga memicu siswa untuk berpikir mencarai jawaban atas pertanyaan yang

    diutarakan guru. Diharapkan siswa mampu berpikir untuk mengembangkan

    otaknya dalam mencarai dan menemukan jawaban. Adanya prinsip keterbukaan

    sangat penting, karena dalam hal ini siswa bisa mengemukakan apa yang

    ditemukannya kepada temanya atau guru dan diperlukan pembuktian atas

    kebenaran dari penemuannya.

    2.1.3.4 Langkah –langkah PembelajaranModel Pembelajaran CTL Metode

    Inkuiri

    Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi

    dari tahapan pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak

    (dalam Trianto, 2007:141).Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

    Tabel 2.1

    Tahap Pembelajaran Inkuiri Menurut Eggen dan Kauchak

    Fase Perilaku Guru

    1.Menyajikan pertanyaan atau

    masalah

    Guru membimbing siswa

    mengidentifikasikan masalah dan masalah

    dituliskan di papan tulis. Guru membagi

    siswa dalam kelompok

    2.Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa

    untuk curah pendapat dalam membentuk

    hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

    menentukan hipotesis yang relevan dengan

    permasalahan dan memprioritaskan

    hipotesis mana yang menjadi prioritas

    penyelidik.

    3.Merancang

    percobaan/pengamatan

    Guru memberikan kesempatan pada siswa

    untuk menentukan langkah-langkah yang

    sesuai dengan hipotesis yang akan

    dilakukan. Guru membimbing siswa

    mengurutkan langkah-langkah percobaan.

    4.Melakukan percobaan untuk

    memperoleh informasi

    Guru membimbing siswa mendapatkan

    informasi melalui percobaan

    5.Mengumpulkan dan

    menganalisa data

    Guru memberi kesempatan pada tiap

    kelompok untuk menyajikan hasil

  • 16

    pengolahan data yang terkumpul.

    6.Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

    kesipulan.

    Sudjana (dalam Trianto, 2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan yang

    ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu:

    (1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa; (2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah

    hipotesis;

    (3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan;

    (4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan (5) mengaplikasikan kesimpulan.

    Dalam pembelajaran inkuiri harus terdapat beberapa tahapan yaitu adanya

    permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai modal awal

    untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi penasaran dan muncul rasa

    ingin tahu tentang apa jawaban dari pertanyaan tersebut. Dalam mengajukan

    pertanyaan kepada siswa, hendaknya guru membimbing siswa untuk memahami

    permasalahan yang diajukan. Guru harus mampu mengomunikasikan pertanyaan

    dalam bentuk kalimat yang baik yang dapat dipahami siswa sehingga tidak

    menimbulkan kebingungan bagi siswa. Pertanyaan tersebut memerlukan jawaban.

    Jawaban dari pertanyaan tersebut yang dapat memicu siswa untuk berpendapat

    sebagai jawaban sementara yang belum tentu kebenarannya atau disebut hipotesis.

    Agar mendapatkan jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut, maka perlu

    diadakan percobaan atau penelitian yang dirancang dengan baik oleh siswa dan

    guru yang mengandung banyak informasi yang perlu diketahui siswa. Dalam

    melakukan percobaan atau penelitian perlu mencari informasi baik berupa data

    ataupun fakta tentang perihal materi yang bersangkutan dengan pertanyaan

    sebelumnya. Dari percobaan tersebut dihasilkan data yang kemudian akan

    dianalisis siswa bersama guru untuk mendapatkan kesimpulan jawaban akan

    permasalahan awal. Setelah didapat kesimpulan dari percobaan, maka akan dapat

    diketahui jawaban yang sebenarnya yang menjadi pertanyaan pada awal kegiatan

    belajar.

  • 17

    Berikut ini langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode inkuiri

    berdasarkan standar proses yaitu :

    Tabel 2.2

    Pembelajaran Inkuiri Sesuai Standart Proses

    No Kegiatan

    1. Kegiatan Awal

    Salam pembuka.

    Absensi

    Menanyakan kesiapan belajar pada anak

    Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan.

    2. Kegiatan Inti

    Eksplorasi

    Guru menyampaikan peta konsep tentang materi yang akan dibelajarkan.

    Guru bertanya jawab dengan siswa berkaitan tentang materi yang akan dibelajarkan sesuai dengan apa yang diketahui siswa.

    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

    Siswa bersama kelompok diberikan kesempatan luas untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing – masing dan guru

    berperan sebagai fasilitator.

    Elaborasi

    Siswa bersama kelompok melakukan penyelidikan untuk menemukan cara – cara baru penyelesaian masalah yang sedang

    dibahas. Siswa dapat mengumpulkan data dari permasalahan

    yang dibahas.

    Secara bersama kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang ditemukannya di depan kelas.

    Siswa lain atau kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari presentasi didepan kelas.

    Konfirmasi

    Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja yang dilakukan siswa.

    Guru memberikan konfirmasi perihal kegiatan yang sudah dilakukan siswa.

    Dengan bimbingan guru, siswamengkomunikasikanpengalamannya dalam melaksanakan

    tugas kelompok dan melakukan evaluasi kinerja masing – masing

    kelompok, sebagai refleksi selama mengikuti pembelajaran.

    Guru memberikanmotivasi kepada siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi dalam pembelajaran.

  • 18

    3. Kegiatan Akhir

    Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.

    Siswa mengerjakan soal evaluasi dari guru.

    Siswa melakukan kegiatan tindak lanjut.

    2.1.4 Hasil Belajar

    2.1.4.1 Pengertian Belajar

    Slameto (2010:2) mengungkapkan pengertian belajar ialah suatu proses

    usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

    yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

    interaksi dengan lingkungannya.

    Nana Sudjana (2005:2) mengungkapkan, belajar mengajar sebagai suatu

    proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan. Yakni tujuan pengajaran

    (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar.

    Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

    Gambar 2.1

    Diagram Hubungan Tiga Unsur Belajar

    Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman

    belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil

    belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil

    belajar. Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian

    dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh

    mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa

    dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka

    menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Sedangkan garis (b)

    Tujuan instruksional

    Pengalaman

    belajar (proses

    belajar-

    mengajar)

    Hasil belajar

    a c

    b

  • 19

    merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar

    dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

    2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

    Nana Sudjana (2005:3) mengemukakan bahwa:

    “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

    laku.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

    mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.Oleh sebab itu

    dalam penilaian hasil belajar, peranan instruksional yang berisi rumusan

    kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi

    unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.”

    Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

    setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley dalam Nana

    Sudjana (2005:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan

    kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

    Gagne dalam Nana Sudjana (2005:22) membagi lima kategori hasil

    belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi

    kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan dalam sistem

    pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun

    tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S.

    Bloom dalam Suprijono (2009:6) yaitu ada tiga ranah (domain) hasil belajar,

    yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain tersebut adalahsebagaiberikut:

    a. RanahKognitif Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

    menjelaskan, meringkas, contoh), application(menerapkan), analysis

    (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

    merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

    b. RanahAfektif Receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing

    (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

    c. RanahPsikomotor Initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknis, fisik,

    sosial, manajerial dan intelektual.

  • 20

    Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di antara ketiga

    ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

    sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi

    bahan pengajaran.Dimana ketiga ranah tersebut menurut Srini M. Iskandar

    (1996:96) ranah kognitif tetap mendapat penekanan khusus dalam pembelajaran

    meskipun pakar-pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif dan

    psikomotor. Menurut Bloom ada 6 tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif

    yaitu:

    1) Pengetahuan tentang fakta-fakta dan psrinsip-prinsip, pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide).

    2) Menerapkan fakta dan ide pada situasi baru. 3) Analisa (memecahkan/ membagi konsep dalam bagian-bagiannya

    kemudian melihat hubungannya satu sama lain),

    4) Sintesa (mengumpulkan fakta dan ide). 5) Evaluasi (menentukan nilai dari fakta dan ide).

    Ranah kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman secara intelektual

    dimana pengetahuan dan pemahaman ini dapat diukur menggunakan tes tertulis

    dengan memperhatikan tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif seperti yang

    telah dipaparkan.Sedangkan ranah afektif menurut Bloom dalam Srini M.

    Iskandar (1996:107) ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap,

    nilai, dan apresiasi.Hal ini erat hubungaannya dengan perasaan murid terhadap

    pelajaran IPA dan bagaimana perasaan mempengaruhi mereka.Cara terbaik

    untuk menilai sikap dan perasaan (afektif) siswa adalah mengamati secara

    langsung pada waktu mereka bekerja atau pada waktu mereka bermain dengan

    sesama murid, dan tidak hanya ketika guru mengajar.

    Srini M. Iskandar (1996:109) mengemukakan bahwa dalam ranah

    psikomotor menekankan keterampilan-keterampilan motorik atau keterampilan

    menangani benda-benda atau alat-alat pada waktu melakukan kegiatan

    percobaan IPA.Untuk ranah psikomotor, guru dapat membuat bagan untuk

    mengklasifikasi tujuan pembelajaran karena guru mempunyai banyak

    kesempatan untuk mengamati keterampilan siswa dalam menangani alat-alat

    atau benda-benda percobaan.Untuk penilaian atau asesmen obyektif, spesifik,

  • 21

    dan dapat diamati, guru dapat membuat daftar pengamatan kinerja siswa dan

    skala penilaiannya.

    Hasil belajar merupakan hasil dari pengalaman belajar seseorang yang

    berupa perubahan tingkah laku meliputi ranah kognitif, afektif dan

    psikomotorik.Dimana hasil belajar tersebut pada setiap siswa berbeda satu dengan

    lainnya tergantung kemampuan dan kecakapan masing-masing.

    2.1.4.3 Pentingnya Hasil Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar

    Dimyati dan Mudjiono (2009:200) mengemukakan tentang pentingnya

    hasil belajar dalam proses belajar mengajar bahwa:

    “Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai

    belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil

    belajar. Dari pengertian ini, maka tujuan utamanya adalah untuk

    mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

    mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.Dimana tingkat

    keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa

    huruf atau kata atau simbol.”

    Dari pendapat tersebut dapat diperhatikan jika hasil belajar merupakan

    suatu proses untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran

    melalui penilaian ataupun pengukuran hasil belajar yang ditandai dengan skala

    nilai. Jelas bahwa hasil belajar merupakan hal yang penting dalam proses

    pembelajaran sebagai pengukuran tingkat keberhasilan suatu kegiatan

    pembelajaran. Hasil belajar tercermin dari seluruh aspek kepribadian siswa baik

    afektif, kognitif dan psikomotorik. Apabila semua aspek tersebut dapat tercapai,

    maka dapat dikatakan tujuan pembelajaran tercapai. Supaya hasil belajar

    diketahui, maka perlu diadakan evaluasi terhadap hasil belajar. Setelah itu dapat

    dilakukan kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Nana Sudjana

    (2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau

    kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau

    dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka

    menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Sehingga dapat

    dimengerti jika tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari penilaian hasil

    belajar.Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa yang mengalami perubahan pada

  • 22

    akhir kegiatan pembelajaran.Perubahan perilaku yang dievaluasi bukan hanya

    pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

    2.2 Kajian Penelitian

    Berpijak dari telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan

    sebuah penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan.

    Penelitian oleh Ria Nur Apriani (2012), dalam skripsi berjudul “Penerapan Model

    Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan

    Hasil Belajar IPA Materi Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan”,

    kesimpulan yang dapat ditarik bahwa penerapan Model Pembelajaran CTL

    meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil analisis siklus pertama menunjukkan

    peningkatan hasil belajar IPA mencapai 73,36% pada siklus I, pada siklus II

    meningkat menjadi 88,80% dan pada siklus III meningkat menjadi 90,80%.

    Penelitian yang dilakukan oleh Army Maulani Aries (2013) yang

    berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran CTL untuk Meningkatkan Minat dan

    Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Pada siklus I

    minat siswa mencapai 54,17%, pada siklus II mencapai 95,83%. Sedangkan hasil

    belajar yang dihasilkan untuk mencapai KKM pada siklus I sebanyak 58,33% dan

    pada siklus II mencapai 91,67%.

    Dari kedua hasil penelitian diatas, bahwa pembelajaran dengan menerapkan

    metode pembelajaran CTL dapat meningkatkanhasil belajar siswa. Oleh karena

    itu, peneliti juga optimis bahwa pada penelitian ini dengan menggunakan model

    pembelajaran CTL metode inkuiri juga akan berhasil untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPAdi SDN Kaliwungu 02 Kecamatan

    Kaliwungu Kabupaten Semarang.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Penyebab permasalahan dalam pembelajaran IPA adalah seharusnya siswa

    belajar dengan cara konkrit dan langsung mengingat anak-anak usia SD

  • 23

    mempunyai kebutuhan untuk belajar dengan cara nyata dan langsung. Meskipun

    lingkungan belajar untuk pembelajaran IPA ada dan nyata, namun kenyataannya

    pelaksanaan pembelajaran yang terjadi siswa tidak aktif untuk belajar secra

    langsung tentang alam sekitarnya. Pembelajaran yang terlaksana hanya sekedar

    hafalan saja, hanya mendengarkan penjelasan guru secara konvesional. Hal ini

    membuat siswa kurang tertarik dan bosan dengan pelajaran IPA. Selain itu

    berdampak pada rendahnya nilai pelajaran IPA siswa kelas 5 SD Kaliwungu 02

    Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang masih banyak di bawah KKM.

    Pemecahan masalah dari kejadian tersebut adalah guru harus mampu

    mencari solusi untuk menjadikan pembelajaran IPA menjadi kegiatan belajar yang

    menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Sesuai dengan karakter siswa SD yang

    belajra secara konkrit dan langsung, maka pembelajaran yang dilaksanakan

    seharusnya merupakan pembelajaran yang konkrit yang sesuai dengan keadaan

    lingkungan siswa. Kemudian pembelajaran secara langsung yang berarti siswa

    mengalami sendiri proses belajar untuk mencari tahu dan mendapat jawaban

    pemasalahan yang mereka hadapi. Dalam penelitian ini akan digunakan model

    pembelajran CTL metode inkuiri. Melalui metode ini akan dilaksanakan kegiatan

    pembelajaran dimana siswa akan bekerja dengan cara mengemukakan hipotesanya

    dari permasalahan yang ada, kemudian akan mempersiapkan dan merancang

    percobaan/pengamatan, lalu siswa akan melakukan percobaan/pengamatan,

    kemudian mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat kesimpulan akhir

    dari apa yang telah mereka peroleh dalam kegiatan pembelajaran.

    Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

    CTL metode Inkuiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam pembelajarannya siswa dapat

    belajar dengan cara mencari dan menemukan jawaban atas suatu permasalahan

    secara lebih aktif di alam. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran tentang

    alam dan sekitarnya, tentang cara mencari tahu di alam yang bukan hanya sekedar

    fakta, konsep dan prinsip tetapi diharapkan dapat menemukan. Demikian pula

    metode inkuiri merupakan cara belajar dengan mencari tahu jawaban dari suatu

    permasalahan sehingga siswa dapat menemukan jawabannya.

  • 24

    Dari hasil mencari tahu dan menemukan tersebut, akan terjadi

    peningkatan hasil belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran yaitu mata pelajaran

    IPA. Karena metode inkuiri adalah metode inovatif yang mengajak siswa untuk

    aktif dalam kegiatan pembelajaran. Diharapkan siswa dapat mengenang apa yang

    dipelajarinya dalam kegiatan pembelajaran yang aktif tersebut. Kegiatan

    pembelajaran yang penuh keaktifan akan membuat siswa lebih mudah mengingat

    apa yang dipelajarinya. Untuk meningkatkan minat siswa harus diterapkan cara

    yang tepat dalam proses pembelajaran yaitu melalui metode inkuiri.

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat

    diajukan hipotesis tindakan yaitu

    1. Diduga, penerapan metode pembelajaran CTL metode inkuiri dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 semester

    2 SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.

    2. Diduga, melalui penerapan metode pembelajaran CTL metode inkuiri dapat

    meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2

    SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang

    dengan langkah-langkah pengajuan masalah berupa pertanyaan, kemudian

    siswa mengemukakan hipotesisnya, lalu merancang percobaan, melakukan

    percobaan untuk mendapatkan informasi, mengumpulkan dan menganalisa

    dan membuat kesimpulan. Melalui pembelajaran inkuiri tersebut diharapkan

    siswa akan lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat

    memahami materi pelajaran. Siswa dapat lebih memaksimalkan

    kemampuannya untuk mencari jawaban permasalahan dan menemukan

    jawabannya juga dapat lebih memahami materi pembelajaran. Diharapkan

    model pembelajaran CTL metode inkuiri dapat digunakan sebagai usaha

    perbaikan atau tindakan yang dapat memperbaiki permasalahan hasil belajar

    siswa yang rendah.