18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pelajaran IPA Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan. (Samatowa, 2010:5) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Objektif artinya sesuai dengan kenyataan yang ada/ sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indera. Menurut H.W. Fowler dalam Trianto (2012:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. 2.1.1.2 Tujuan Pelajaran IPA Tujuan dari pelajaran IPA di SD seperti yang tersirat dalam (Permendiknas, 2007:149) yaitu bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

  • Upload
    lycong

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Pelajaran IPA

Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana

siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa

harus memiliki kemampuan proses penemuan. (Samatowa, 2010:5) Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan proses penemuan. IPA melatih anak berpikir

kritis dan objektif. Objektif artinya sesuai dengan kenyataan yang ada/

sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indera.

Menurut H.W. Fowler dalam Trianto (2012:136), IPA adalah

pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan

dedukasi.

2.1.1.2 Tujuan Pelajaran IPA

Tujuan dari pelajaran IPA di SD seperti yang tersirat dalam

(Permendiknas, 2007:149) yaitu bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

7

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

Dari pendapat di atas, tujuan pembelajaran IPA Sekolah Dasar yaitu

untuk memahami dan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam,

mempelajari gejala alam, memecahkan masalah yang ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari, dan melestarikan alam serta memupuk rasa cinta

terhadap alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.1.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan

tercantum dalam taksonomi Bloom bahwa diharapkan dapat memberikan

pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran.

Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan

konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara

garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan

memperdalam lebih lanjut, melihat adanya keterangan serta keteraturannya.

Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan memberikan keterampilan

(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan

dan apresiasi.

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto

(2012:143) mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA

diharapkan dapat memberikan anatara lain:

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2)

Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling ketergantungan,

dan hubungan antara sains dan teknologi, 3) Keterampilan dan

kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

8

dan melakukan observasi, 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptik,

kritis, sensitive, obyektif, jujur, terbuka, benar dan dapat bekerja

sama, 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir

analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan

prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, dan 6)

Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam

teknologi.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk

SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu: Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BSNP

(2007:13)

Berdasarkan pemaparan tentang pembelajaran IPA di SD, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA

harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara

mengerjakan atau melakukan hal yang dapat membantu siswa memahami

fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses belajar mengajar IPA

lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa

dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan

sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif

terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

9

2.1.2 Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (murid

sebagai fasilitas dan penjelas) merupakan salah satu tipe dari model

pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Menurut

Rusman (2012:202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok bersifat heterogen. Model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining diartikan bahwa siswa belajar mempresentasikan

ide atau pendapat pada teman/ siswa lain dan meminta siswa lain untuk

menjadi narasumber terhadap semua teman di kelasnya. Gagasan dasar dari

model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah bagaimana

guru mampu menyajikan atau mendemonstrasikan materi di depan siswa

lalu memberikan mereka kesempatan untuk menjelaskan kepada teman-

temannya.

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan

model pembelajaran yang mudah digunakan dalam rangka memperoleh

keaktifan siswa. Khususnya dalam pembelajaran di kelas secara

keseluruhan, tanggung jawab siswa secara individu, dan memberikan

kesempatan pada siswa lain untuk bertindak sebagai seorang pengajar/

penjelas materi serta memfasilitasi proses belajar terhadap siswa lain. Model

pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara, menyampaikan ide,

gagasan atau pendapatnya sendiri serta memotivasi semua siswa untuk aktif.

Menurut (Taniredja, dkk. 2011:110) model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining adalah “model pembelajaran, siswa/ peserta

mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya”.

Menurut Trianto (2007:52), model pembelajaran kooperatif tipe

Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

Model pembelajaran kooperatif dengan tipe ini memulai pembelajarannya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

10

dengan penyampaian tujuan pembelajaran, pencapaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Menurut Purnitawati (2011) Model pembelajaran SFE (Student

Facilitator and Expalining) menekankan pada pembelajaran yang

mengaktifkan siswa dan penyajian materi yang dilakukan dengan

menghubungkan kegiatan sehari-hari dan lingkungan siswa.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model

pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil berjumlah anggota

tiap kelompok 4-5 siswa untuk dapat memberikan kesempatan kepada

siswa/ peserta dalam mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta

lainnya dengan menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa

melalui penyajian materi yang dilakukan. Sehingga siswa dapat

menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari di lingkungan siswa.

Menurut Agus Suprijono (2009:128), langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining yaitu:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

siswa sesuai rencana pembelajaran, dengan cara menyampaikan

sedikit ringkasan materi serta menghubungkan dengan gambaran

silabus pembelajaran.

2. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi;

Guru menyajikan materi yang akan dipelajari saat itu dengan

cara menampilan gambar dan video, siswa memperhatikan serta

mencatat hal penting yang berkaitan dengan materi. Setelah selesai,

guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara

heterogen. Guru membimbing diskusi siswa untuk saling berukar

pikiran/ pendapat.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

11

3. Memberikan kesempatan siswa/ peserta untuk menjelaskan

kepada peserta lainnya baik melalui bagan/ peta konsep

maupun lainnya;

Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa

lainnya tentang hasil diskusi bersama kelompok. Sedangkan siswa

lainnya boleh bertanya atau menanggapi.

4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa;

Ketika siswa presentasi, siswa lain mengajukan pertanyaan,

menanggapi, atau menambah pendapat mereka. Sementara guru

mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali sebagai

kesimpulan diskusi perkelompok. Informasi yang tidak akurat, ide

yang kurang tepat atau ide yang dijelaskan hanya sebagian,

miskonsepsi dapat ditangani oleh guru langsung, sehingga tidak

memunculkan kesan bahwa pendapat siswa keliru/salah.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu;

Guru menjelaskan keseluruhan materi yang telah dipelajari

pada kesimpulan tahap akhir, agar siswa lebih memahami materi

yang telah dibahas pada saat itu.

6. Penutup.

Menurut Hidayanti, Chrisan Nur (Purnitawati:2011) dalam setiap

pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentunya

memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini beberapa kelebihan model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu:

a. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain,

b. Siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya

sehingga dapat lebih memahami materi tersebut,

c. Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit,

d. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran

dilakukan dengan demonstrasi,

e. Melatih siswa untuk menjadi guru,

Karena siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi

penjelasan guru yang telah dia dengar,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

12

f. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam

menjelaskan materi ajar,

g. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide

atau gagasan.

Hidayati, Chrisan Nur (Purnitawati:2011) beberapa kelemahan tentang

model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu sebagai

berikut:

a. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja

yang tampil,

b. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang

diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang

kurang aktif,

c. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

melalukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya

karena keterbatasan waktu pembelajaran),

d. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau

menerangkan materi ajar secara ringkas.

Cara mengatasi kekurangan tersebut adalah dengan memberikan suatu

percobaan yang berbeda kepada siswa sehingga semua siswa mendapatkan

kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya dan tidak ada siswa yang

pasif.

2.1.3 Keaktifan

Selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, siswa dituntut

untuk selalu aktif mengikuti kegiatan apapun yang menyangkut kegiatan

belajar. Hal itu untuk menunjang keberhasilan siswa dalam proses belajar

dan mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya hasil tes tertulis saja

yang harus mendapatkan nilai yang baik namun dalam proses pembelajaran

potensi keaktifan siswa juga harus dikembangkan.

Menurut (Yusmiati, 2010:10) “siswa aktif adalah siswa yang terlibat

secara fisik, psikis, intelektual dan emosional secara terus menerus dalam

proses pembelajaran”.

Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik fisik

maupun mental dalam pembelajaran (Hollingsworth & Lewis, 2008: viii).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

13

Dalam hal ini keaktifan bagi siswa diharapkan mampu menjalankan

kegiatan dengan maksimal sehingga pada akhirnya hasil yang diperoleh

mempunyai manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

hanya rutin mengikuti kegiatan sekolah.

Menurut Dimyati (2009) keaktifan sebagai “primus motor” dalam

kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu

aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Dalam hal memproses

dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar/ siswa

dituntut aktif secara fisik (visual, lisan, mendengar, dan gerak), intelektual,

dan emosional. Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

Usman (2011) meliputi aktivitas visual yang meliputi membaca, menulis,

melakukan eksperimen, dan demonstrasi. Aktivitas lisan meliputi bercerita,

membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi. Aktivitas lisan meliputi

bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, dan menyanyi. Aktivitas

mendengaran meliputi mendengarkan penjelasan guru, ceramah,

pengarahan. Aktivitas mendengarkan meliputi mendengarkan penjelasan

guru, ceramah, pengarahan. Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari,

melukis dan aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah,

membuat surat. Setiap jenis aktivitas tersebut memiliki bobot yang berbeda

tergantung pada tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar

mengajar.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya keterlibatan

dalam bentuk fisik seperti duduk melingkar, mengerjakan/ melakukan

sesuatu, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses analisis, analogi,

komparasi, penghayatan, yang kesemuanya merupakan keterlibatan siswa

dalam hal psikis dan emosi (Sugandi, 2007:75).

Selain itu, Usman (2011) juga mengemukakan bahwa keaktifan

meliputi interkasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya.

Interaksi tersebut memiliki berbagai macam pola interaksi diantaranya:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

14

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, keaktifan siswa

adalah siswa yang terlibat secara fisik, psikis, intelektual, dan emosional

secara terus menerus untuk memproses dan mengolah perolehan belajarnya

dengan harapan mampu menjalankan kegiatan dengan maksimal sehingga

hasil yang diperoleh mempunyai manfaat yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang hanya rutin mengikuti kegiatan sekolah.

G G

M M M

Pola guru-siswa

Komunikasi sebagai aksi

(satu arah)

M M

M

Pola guru-siswa-guru

Ada balikan (feedback) bagi

guru, tidak ada interaksi antar

siswa

(komunikasi sebagai interaksi)

G

M M

M

Pola guru-siswa-siswa

Ada balikan bagi guru siswa

saling belajar satu sama lain

Pola guru-siswa, siswa-guru, siswa-

siswa

Interaksi optimal antara guru

dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa (komunikasi sebagai

transaksi, multiarah).

G

M

M M

M

Gambar 1

Berbagai interaksi dalam pembelajaran

G

M

M M M M

Pola melingkar

Setiap siswa mendapat giliran

untuk mengemukakan sambutan

atau jawaban, tidak diperkenankan

berbicara dua kali apabila setiap

siswa belum mendapat giliran.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

15

Menurut Sudjana (2010:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk

pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah, yaitu siswa

dapat mengerjakan soal/ permasalahan, dengan mengerjakan

LKS.

h. Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang

dihadapinya.

Berdasarkan ciri-ciri keaktifan menurut Sudjana di atas, maka dapat

diambil delapan indikator yaitu:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

Maksud dari indikator ini adalah siswa ikut serta dalam

proses pembelajaran seperti mendengarkan, memperhatikan,

mencatat hal-hal penting, mengutarakan pendapat.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah

Semua siswa turut aktif dalam menyelesaikan masalah pada

saat guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi.

c. Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya

Siswa bertanya kepada teman atau guru jika belum

memahami apa yang harus dilakukan/ maksud permasalahan

yang hendak dipecahkan bersama kelompok.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk

pemecahan masalah.

Siswa berusaha mencari informasi/ cara yang bisa digunakan

dalam menyelesaikan permasalahan dalam teks berita/ soal melalui

membaca teks berita, menyusun puzzle, dan membaca informasi

dari buku.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

16

e. Melaksanakan diskusi kelompok

Siswa bersama kelompok bekerjasama untuk menyusun

puzzle dan menyelesaikan masalah yang disajikan.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya

Siswa menilai kemampuan dirinya yaitu dengan mencoba

mendiskusikan permasalahan yang disajikan.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah,

Siswa dapat memecahkan masalah yang telah didiskusikan

bersama kelompok.

h. Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang dihadapinya

Siswa menerapkan apa yang telah diperoleh dalam

pembelajaran dan diskusi dengan cara bertanya, menanggapi,

menyanggah, menambahkan pendapat pada saat ada teman yang

presentasi.

2.1.4 Hasil belajar

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Anggapan dasar tersebut diperoleh melalui proses pengajaran yang optimal

dengan memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara

proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk

menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk

dari pengajaran itu.

Sudjana (2011:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Menurut Agus Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan-ketrampilan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2011)

membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan;

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

17

(2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing

golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Hasil belajar menurut Hamalik (2009) adalah “bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut”. Hasil belajar

merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut

mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka

waktu tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan kecakapan

aktual (actual ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potensial

ability) yaitu kemampuan dasar yang dimiliki individu untuk mencapai

prestasi.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) pasal 58, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar

peserta didik secara berkesinambungan.

Dilihat dari tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar, maka dalam

pelaksanaan penilaian guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian

hasil belajar sebagai berikut (Sudjana, 2006):

(a) Valid/ sahih artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik

harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam

standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan

standar kompetensi lulusan. Penilaian valid adalah menilai apa

yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai

untuk mengukur kompetensi, (b) objektif artinya penilaian hasil

belajar siswa hendaknya tidak dipengaruhi oleh subjektivitas

penilai. Perbedaan latar belakang, agama, sosial ekonomi,

budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional, (c)

transparan/ terbuka artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik

dalam prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan hasil belajar dapat diketahui secara

umum baik oleh siswa, instansi terkait, maupun masyarakat.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseoang

setelah melakukan usaha-usaha belajar. Selanjutnya yang dimaksud dengan

hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil tes evaluasi yang diambil dari

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

18

mata pelajaran IPA kelas IV di SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun

2014/2015.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah bukti usaha yang dicapai siswa berupa pengetahuan, keterampilan,

sikap dalam memahami serta menyelesaikan permasalahan dan juga

kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman

belajaranya dengan ketentuan harus valid (sahih), objektif, transparan.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Indah lestari (2014) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh

Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Hasil

Belajar IPA Kelas V” penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat perbedaan

yang sigifikan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran SFE (Student Facilitator and

Explaining) dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

pembelajaran konvensional, yang dapat dubuktikan dengan (thitung = 8,044

> ttabel = 2,000) didapat rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran IPA

kelas V yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SFE (Student

Facilitator and Explaining) lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan

model konvensional (82,19 > 67,2). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran SFE (Student Facilitator and Explaining)

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan

Kediri Kabupaten Tabanan.

Ni Nyoman Eka Laksmini, dkk (2014) melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Model Student Facilitator And Explaining terhadap Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I” penelitian ini menghasilkan bahwa

(1) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan mean (M) = 23,55

termasuk dalam kategori sangat tinggi, (2) hasil belajar siswa yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

19

mengikuti model pembelajaran konvensional dengan mean (M) = 18,7

termasuk dalam kategori tinggi, (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPA antara siswa yang diajari dengan menggunakan model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional kelas V SD

Negeri di Desa Tukadsumaga kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng

tahun pelajaran 2013/2014 (thitung = 5,323 > ttabel =2,000).

Pande Md. Ayu Wiratningsih, dkk (2014) melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Student Facilitator and Explaining Berbantuan

Peta Konsep terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Gugus Igusti Ngurah

Rai” penelitian ini menghasilkan bahwa hasil analisis data, diperoleh thit =

6,76 dan ttab = 2,000 dengan demikian thit = 6,76 > ttab = 2,000, berarti

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang belajar

dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berbantuan

media peta konsep dengan siswa yang belajar secara konvensional. Rata-

rata nilai hasil belajar PKn siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol yaitu 0,67>0,42. Hal tersebut menunjukkan bahwa

model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berbantuan media

peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD

Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.

Dari beberapa hasil penelitian sebagaimana yang sudah dijelaskan,

menunjukkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran yang efektif dan

penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan

keberhasilan siswa dalam belajar. Pada penelitian ini menekankan pada

pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining sebagai upaya peningkatan keaktian dan hasil belajar siswa.

Untuk memperjelas persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka disajikan

Tabel 1 berikut:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

20

Tabel 1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No Nama

Peneliti

Tahun Variabel Penelitian

Hasil Penelitian Pembelajaran

Student

Facilitator and

Explaining

Hasil

Belajar

IPA

1. Indah

Lestari

2014 Menunjukkan bahwa model

pembelajaran SFE (Student

Facilitator and Explaining)

berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa kelas V SD

Gugus 1 Kecamatan Kediri

Kabupaten Tabanan.

2. Ni Nyoman

Eka

Laksmini,

dkk

2014 Menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar

IPA antara siswa yang

diajari dengan

menggunakan model

pembelajaran Student

Facilitator and Explaining

dan siswa yang mengikuti

pembelajaran

menggunakan model

pembelajaran

konvensional kelas V SD

Negeri di Desa

Tukadsumaga kecamatan

Gerokgak Kabupaten

Buleleng tahun pelajaran

2013/2014

3. Pande Md.

Ayu

Wiratningsi

h, dkk

2014 Menunjukkan bahwa

model pembelajaran

Student Facilitator and

Explaining berbantuan

media peta konsep

berpengaruh terhadap hasil

belajar PKn siswa kelas V

SD Gugus I Gusti Ngurah

Rai Denpasar Timur

Tahun Pelajaran

2013/2014.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

21

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Persamaannya

yaitu penelitian Indah Lestari tahun 2014, Ni Nyoman Eka Laksmini, dkk

tahun 2014, Pande Md. Ayu Wiratningsih, dkk tahun 2014, dan penelitian ini

sama-sama menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining. Variabel hasil belajar pada penelitian Indah Lestari tahun 2014,

dan Ni Nyoman Eka Laksmini, dkk tahun 2014 adalah hasil belajar IPA sama

dengan penelitian ini. Sedangkan perbedaannya yaitu ketiga penelitian tidak

menggunakan variabel keaktifan, dan variabel hasil belajar pada penelitian

Pande Md. Ayu Wiratningsih, dkk tahun 2014 adalah hasil belajar PKn.

2.3 Kerangka Pikir

Untuk dapat memperoleh keterampilan dan ilmu pendidikan dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui

pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk

membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat

melalui hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang

maksimal/ sesuai harapan, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

peran guru dalam proses pembelajaran, model yang digunakan saat

pembelajaran berlangsung, sarana dan prasarana yang mendukung materi

pembelajaran.

Dalam pembelajaran IPA, tujuan dari IPA sendiri adalah untuk

memahami dan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam, mempelajari

gejala alam, memecahkan masalah yang ditemukan di dalam kehidupan

sehari-hari, dan melestarikan alam serta memupuk rasa cinta terhadap alam

semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran IPA adalah

pembelajaran yang tidak menuntut hafalan, tetapi pengajaran yang banyak

memberikan latihan untuk mengembangkan cara berfikir yang sehat dan

masuk akal berdasarkan kaidah-kaidah IPA. Guru perlu menciptakan

pembelajaran yang mengacu kearah pemecahan masalah aktual yang

dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, agar proses belajar mengajar

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

22

dapat menciptakan suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek

belajar yang berkembang secara aktif. Oleh sebab itu diperlukan model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk memancing keaktifan pada diri

siswa, misal model pembelajaran yang dapat memancing/ menimbulkan

tingkat keaktifan siswa adalah model Student Facilitator and Explaining,

kegiatan pada model pembelajaran Student Facilitator and Explaining lebih

menekankan pada aktivitas keaktifan siswa selama proses diskusi

berlangsung. Keaktifan yang dimaksud adalah (keaktifan secara kognitif,

afektif, dan psikomotorik), sehingga masing-masing siswa/ kelompok dapat

berbicara, menyampaikan ide, gagasan atau pendapatnya sendiri serta

memotivasi semua siswa menggunakan model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining. Selain guru hanya sebagai fasilitator

(mendampingi dan membimbing siswa), guru juga hanya memberikan

materi sederhana untuk dipecahkan siswa agar lebih kompleks, setelah itu

guru bertugas meluruskan pendapat siswa ketika berpendapat keliru.

Sehingga pembelajaran akan hidup untuk diskusi mengenai topik

permasalahan yang diberikan, dan kelas tidak akan monoton.

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka pikir penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16084/2/T1_292011110_BAB II... · Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh

23

Gambar 2 Alur Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining tidak

efektif meningkakan keaktifan dan hasil belajar pada mata

pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga semester II

tahun 2014/2015 dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional.

Ha : Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining efektif

meningkakan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA

siswa kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun

2014/2015 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Pembelajaran IPA Kelas

IV Semester II

Konvensional

(mencatat, diskusi

biasa, serta

pemberian tugas dan

latihan).

Student Facilitator And

Explaining Evaluasi

Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa

Kel. Kontrol Kel. Eksperimen