Upload
lycong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1.1 Pelajaran IPA
Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana
siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa
harus memiliki kemampuan proses penemuan. (Samatowa, 2010:5) Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan proses penemuan. IPA melatih anak berpikir
kritis dan objektif. Objektif artinya sesuai dengan kenyataan yang ada/
sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indera.
Menurut H.W. Fowler dalam Trianto (2012:136), IPA adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan
dedukasi.
2.1.1.2 Tujuan Pelajaran IPA
Tujuan dari pelajaran IPA di SD seperti yang tersirat dalam
(Permendiknas, 2007:149) yaitu bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
7
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs.
Dari pendapat di atas, tujuan pembelajaran IPA Sekolah Dasar yaitu
untuk memahami dan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam,
mempelajari gejala alam, memecahkan masalah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, dan melestarikan alam serta memupuk rasa cinta
terhadap alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.1.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan
tercantum dalam taksonomi Bloom bahwa diharapkan dapat memberikan
pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran.
Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan
konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara
garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan
memperdalam lebih lanjut, melihat adanya keterangan serta keteraturannya.
Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan memberikan keterampilan
(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan
dan apresiasi.
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto
(2012:143) mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA
diharapkan dapat memberikan anatara lain:
1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2)
Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan
konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling ketergantungan,
dan hubungan antara sains dan teknologi, 3) Keterampilan dan
kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah
8
dan melakukan observasi, 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptik,
kritis, sensitive, obyektif, jujur, terbuka, benar dan dapat bekerja
sama, 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir
analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan
prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, dan 6)
Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam
teknologi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk
SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu: Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BSNP
(2007:13)
Berdasarkan pemaparan tentang pembelajaran IPA di SD, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA
harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara
mengerjakan atau melakukan hal yang dapat membantu siswa memahami
fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses belajar mengajar IPA
lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa
dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan
sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
9
2.1.2 Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (murid
sebagai fasilitas dan penjelas) merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Menurut
Rusman (2012:202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok bersifat heterogen. Model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining diartikan bahwa siswa belajar mempresentasikan
ide atau pendapat pada teman/ siswa lain dan meminta siswa lain untuk
menjadi narasumber terhadap semua teman di kelasnya. Gagasan dasar dari
model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah bagaimana
guru mampu menyajikan atau mendemonstrasikan materi di depan siswa
lalu memberikan mereka kesempatan untuk menjelaskan kepada teman-
temannya.
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan
model pembelajaran yang mudah digunakan dalam rangka memperoleh
keaktifan siswa. Khususnya dalam pembelajaran di kelas secara
keseluruhan, tanggung jawab siswa secara individu, dan memberikan
kesempatan pada siswa lain untuk bertindak sebagai seorang pengajar/
penjelas materi serta memfasilitasi proses belajar terhadap siswa lain. Model
pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara, menyampaikan ide,
gagasan atau pendapatnya sendiri serta memotivasi semua siswa untuk aktif.
Menurut (Taniredja, dkk. 2011:110) model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining adalah “model pembelajaran, siswa/ peserta
mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya”.
Menurut Trianto (2007:52), model pembelajaran kooperatif tipe
Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Model pembelajaran kooperatif dengan tipe ini memulai pembelajarannya
10
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, pencapaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Menurut Purnitawati (2011) Model pembelajaran SFE (Student
Facilitator and Expalining) menekankan pada pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dan penyajian materi yang dilakukan dengan
menghubungkan kegiatan sehari-hari dan lingkungan siswa.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model
pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil berjumlah anggota
tiap kelompok 4-5 siswa untuk dapat memberikan kesempatan kepada
siswa/ peserta dalam mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta
lainnya dengan menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa
melalui penyajian materi yang dilakukan. Sehingga siswa dapat
menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari di lingkungan siswa.
Menurut Agus Suprijono (2009:128), langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa sesuai rencana pembelajaran, dengan cara menyampaikan
sedikit ringkasan materi serta menghubungkan dengan gambaran
silabus pembelajaran.
2. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi;
Guru menyajikan materi yang akan dipelajari saat itu dengan
cara menampilan gambar dan video, siswa memperhatikan serta
mencatat hal penting yang berkaitan dengan materi. Setelah selesai,
guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara
heterogen. Guru membimbing diskusi siswa untuk saling berukar
pikiran/ pendapat.
11
3. Memberikan kesempatan siswa/ peserta untuk menjelaskan
kepada peserta lainnya baik melalui bagan/ peta konsep
maupun lainnya;
Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya tentang hasil diskusi bersama kelompok. Sedangkan siswa
lainnya boleh bertanya atau menanggapi.
4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa;
Ketika siswa presentasi, siswa lain mengajukan pertanyaan,
menanggapi, atau menambah pendapat mereka. Sementara guru
mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali sebagai
kesimpulan diskusi perkelompok. Informasi yang tidak akurat, ide
yang kurang tepat atau ide yang dijelaskan hanya sebagian,
miskonsepsi dapat ditangani oleh guru langsung, sehingga tidak
memunculkan kesan bahwa pendapat siswa keliru/salah.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu;
Guru menjelaskan keseluruhan materi yang telah dipelajari
pada kesimpulan tahap akhir, agar siswa lebih memahami materi
yang telah dibahas pada saat itu.
6. Penutup.
Menurut Hidayanti, Chrisan Nur (Purnitawati:2011) dalam setiap
pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentunya
memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini beberapa kelebihan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu:
a. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain,
b. Siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya
sehingga dapat lebih memahami materi tersebut,
c. Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit,
d. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran
dilakukan dengan demonstrasi,
e. Melatih siswa untuk menjadi guru,
Karena siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi
penjelasan guru yang telah dia dengar,
12
f. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam
menjelaskan materi ajar,
g. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide
atau gagasan.
Hidayati, Chrisan Nur (Purnitawati:2011) beberapa kelemahan tentang
model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu sebagai
berikut:
a. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja
yang tampil,
b. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang
diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang
kurang aktif,
c. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
melalukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya
karena keterbatasan waktu pembelajaran),
d. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau
menerangkan materi ajar secara ringkas.
Cara mengatasi kekurangan tersebut adalah dengan memberikan suatu
percobaan yang berbeda kepada siswa sehingga semua siswa mendapatkan
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya dan tidak ada siswa yang
pasif.
2.1.3 Keaktifan
Selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, siswa dituntut
untuk selalu aktif mengikuti kegiatan apapun yang menyangkut kegiatan
belajar. Hal itu untuk menunjang keberhasilan siswa dalam proses belajar
dan mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya hasil tes tertulis saja
yang harus mendapatkan nilai yang baik namun dalam proses pembelajaran
potensi keaktifan siswa juga harus dikembangkan.
Menurut (Yusmiati, 2010:10) “siswa aktif adalah siswa yang terlibat
secara fisik, psikis, intelektual dan emosional secara terus menerus dalam
proses pembelajaran”.
Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik fisik
maupun mental dalam pembelajaran (Hollingsworth & Lewis, 2008: viii).
13
Dalam hal ini keaktifan bagi siswa diharapkan mampu menjalankan
kegiatan dengan maksimal sehingga pada akhirnya hasil yang diperoleh
mempunyai manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
hanya rutin mengikuti kegiatan sekolah.
Menurut Dimyati (2009) keaktifan sebagai “primus motor” dalam
kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu
aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Dalam hal memproses
dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar/ siswa
dituntut aktif secara fisik (visual, lisan, mendengar, dan gerak), intelektual,
dan emosional. Contoh kegiatan fisik tersebut telah dikemukakan oleh
Usman (2011) meliputi aktivitas visual yang meliputi membaca, menulis,
melakukan eksperimen, dan demonstrasi. Aktivitas lisan meliputi bercerita,
membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi. Aktivitas lisan meliputi
bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, dan menyanyi. Aktivitas
mendengaran meliputi mendengarkan penjelasan guru, ceramah,
pengarahan. Aktivitas mendengarkan meliputi mendengarkan penjelasan
guru, ceramah, pengarahan. Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari,
melukis dan aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah,
membuat surat. Setiap jenis aktivitas tersebut memiliki bobot yang berbeda
tergantung pada tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya keterlibatan
dalam bentuk fisik seperti duduk melingkar, mengerjakan/ melakukan
sesuatu, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses analisis, analogi,
komparasi, penghayatan, yang kesemuanya merupakan keterlibatan siswa
dalam hal psikis dan emosi (Sugandi, 2007:75).
Selain itu, Usman (2011) juga mengemukakan bahwa keaktifan
meliputi interkasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya.
Interaksi tersebut memiliki berbagai macam pola interaksi diantaranya:
14
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, keaktifan siswa
adalah siswa yang terlibat secara fisik, psikis, intelektual, dan emosional
secara terus menerus untuk memproses dan mengolah perolehan belajarnya
dengan harapan mampu menjalankan kegiatan dengan maksimal sehingga
hasil yang diperoleh mempunyai manfaat yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang hanya rutin mengikuti kegiatan sekolah.
G G
M M M
Pola guru-siswa
Komunikasi sebagai aksi
(satu arah)
M M
M
Pola guru-siswa-guru
Ada balikan (feedback) bagi
guru, tidak ada interaksi antar
siswa
(komunikasi sebagai interaksi)
G
M M
M
Pola guru-siswa-siswa
Ada balikan bagi guru siswa
saling belajar satu sama lain
Pola guru-siswa, siswa-guru, siswa-
siswa
Interaksi optimal antara guru
dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa (komunikasi sebagai
transaksi, multiarah).
G
M
M M
M
Gambar 1
Berbagai interaksi dalam pembelajaran
G
M
M M M M
Pola melingkar
Setiap siswa mendapat giliran
untuk mengemukakan sambutan
atau jawaban, tidak diperkenankan
berbicara dua kali apabila setiap
siswa belum mendapat giliran.
15
Menurut Sudjana (2010:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah, yaitu siswa
dapat mengerjakan soal/ permasalahan, dengan mengerjakan
LKS.
h. Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang
dihadapinya.
Berdasarkan ciri-ciri keaktifan menurut Sudjana di atas, maka dapat
diambil delapan indikator yaitu:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
Maksud dari indikator ini adalah siswa ikut serta dalam
proses pembelajaran seperti mendengarkan, memperhatikan,
mencatat hal-hal penting, mengutarakan pendapat.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
Semua siswa turut aktif dalam menyelesaikan masalah pada
saat guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi.
c. Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
Siswa bertanya kepada teman atau guru jika belum
memahami apa yang harus dilakukan/ maksud permasalahan
yang hendak dipecahkan bersama kelompok.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah.
Siswa berusaha mencari informasi/ cara yang bisa digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan dalam teks berita/ soal melalui
membaca teks berita, menyusun puzzle, dan membaca informasi
dari buku.
16
e. Melaksanakan diskusi kelompok
Siswa bersama kelompok bekerjasama untuk menyusun
puzzle dan menyelesaikan masalah yang disajikan.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya
Siswa menilai kemampuan dirinya yaitu dengan mencoba
mendiskusikan permasalahan yang disajikan.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah,
Siswa dapat memecahkan masalah yang telah didiskusikan
bersama kelompok.
h. Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang dihadapinya
Siswa menerapkan apa yang telah diperoleh dalam
pembelajaran dan diskusi dengan cara bertanya, menanggapi,
menyanggah, menambahkan pendapat pada saat ada teman yang
presentasi.
2.1.4 Hasil belajar
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Anggapan dasar tersebut diperoleh melalui proses pengajaran yang optimal
dengan memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara
proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk
menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk
dari pengajaran itu.
Sudjana (2011:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Menurut Agus Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan-ketrampilan.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2011)
membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan;
17
(2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing
golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Hasil belajar menurut Hamalik (2009) adalah “bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut”. Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut
mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka
waktu tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan kecakapan
aktual (actual ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potensial
ability) yaitu kemampuan dasar yang dimiliki individu untuk mencapai
prestasi.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 58, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
Dilihat dari tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar, maka dalam
pelaksanaan penilaian guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian
hasil belajar sebagai berikut (Sudjana, 2006):
(a) Valid/ sahih artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik
harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam
standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan
standar kompetensi lulusan. Penilaian valid adalah menilai apa
yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai
untuk mengukur kompetensi, (b) objektif artinya penilaian hasil
belajar siswa hendaknya tidak dipengaruhi oleh subjektivitas
penilai. Perbedaan latar belakang, agama, sosial ekonomi,
budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional, (c)
transparan/ terbuka artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik
dalam prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan hasil belajar dapat diketahui secara
umum baik oleh siswa, instansi terkait, maupun masyarakat.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseoang
setelah melakukan usaha-usaha belajar. Selanjutnya yang dimaksud dengan
hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil tes evaluasi yang diambil dari
18
mata pelajaran IPA kelas IV di SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun
2014/2015.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah bukti usaha yang dicapai siswa berupa pengetahuan, keterampilan,
sikap dalam memahami serta menyelesaikan permasalahan dan juga
kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman
belajaranya dengan ketentuan harus valid (sahih), objektif, transparan.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Indah lestari (2014) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Hasil
Belajar IPA Kelas V” penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat perbedaan
yang sigifikan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran SFE (Student Facilitator and
Explaining) dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional, yang dapat dubuktikan dengan (thitung = 8,044
> ttabel = 2,000) didapat rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran IPA
kelas V yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SFE (Student
Facilitator and Explaining) lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan
model konvensional (82,19 > 67,2). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran SFE (Student Facilitator and Explaining)
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan
Kediri Kabupaten Tabanan.
Ni Nyoman Eka Laksmini, dkk (2014) melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Student Facilitator And Explaining terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I” penelitian ini menghasilkan bahwa
(1) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan mean (M) = 23,55
termasuk dalam kategori sangat tinggi, (2) hasil belajar siswa yang
19
mengikuti model pembelajaran konvensional dengan mean (M) = 18,7
termasuk dalam kategori tinggi, (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA antara siswa yang diajari dengan menggunakan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional kelas V SD
Negeri di Desa Tukadsumaga kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng
tahun pelajaran 2013/2014 (thitung = 5,323 > ttabel =2,000).
Pande Md. Ayu Wiratningsih, dkk (2014) melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Student Facilitator and Explaining Berbantuan
Peta Konsep terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Gugus Igusti Ngurah
Rai” penelitian ini menghasilkan bahwa hasil analisis data, diperoleh thit =
6,76 dan ttab = 2,000 dengan demikian thit = 6,76 > ttab = 2,000, berarti
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang belajar
dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berbantuan
media peta konsep dengan siswa yang belajar secara konvensional. Rata-
rata nilai hasil belajar PKn siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol yaitu 0,67>0,42. Hal tersebut menunjukkan bahwa
model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berbantuan media
peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD
Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dari beberapa hasil penelitian sebagaimana yang sudah dijelaskan,
menunjukkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran yang efektif dan
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan
keberhasilan siswa dalam belajar. Pada penelitian ini menekankan pada
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining sebagai upaya peningkatan keaktian dan hasil belajar siswa.
Untuk memperjelas persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka disajikan
Tabel 1 berikut:
20
Tabel 1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
No Nama
Peneliti
Tahun Variabel Penelitian
Hasil Penelitian Pembelajaran
Student
Facilitator and
Explaining
Hasil
Belajar
IPA
1. Indah
Lestari
2014 Menunjukkan bahwa model
pembelajaran SFE (Student
Facilitator and Explaining)
berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa kelas V SD
Gugus 1 Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan.
2. Ni Nyoman
Eka
Laksmini,
dkk
2014 Menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar
IPA antara siswa yang
diajari dengan
menggunakan model
pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
dan siswa yang mengikuti
pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran
konvensional kelas V SD
Negeri di Desa
Tukadsumaga kecamatan
Gerokgak Kabupaten
Buleleng tahun pelajaran
2013/2014
3. Pande Md.
Ayu
Wiratningsi
h, dkk
2014 Menunjukkan bahwa
model pembelajaran
Student Facilitator and
Explaining berbantuan
media peta konsep
berpengaruh terhadap hasil
belajar PKn siswa kelas V
SD Gugus I Gusti Ngurah
Rai Denpasar Timur
Tahun Pelajaran
2013/2014.
21
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Persamaannya
yaitu penelitian Indah Lestari tahun 2014, Ni Nyoman Eka Laksmini, dkk
tahun 2014, Pande Md. Ayu Wiratningsih, dkk tahun 2014, dan penelitian ini
sama-sama menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining. Variabel hasil belajar pada penelitian Indah Lestari tahun 2014,
dan Ni Nyoman Eka Laksmini, dkk tahun 2014 adalah hasil belajar IPA sama
dengan penelitian ini. Sedangkan perbedaannya yaitu ketiga penelitian tidak
menggunakan variabel keaktifan, dan variabel hasil belajar pada penelitian
Pande Md. Ayu Wiratningsih, dkk tahun 2014 adalah hasil belajar PKn.
2.3 Kerangka Pikir
Untuk dapat memperoleh keterampilan dan ilmu pendidikan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui
pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat
melalui hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal/ sesuai harapan, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
peran guru dalam proses pembelajaran, model yang digunakan saat
pembelajaran berlangsung, sarana dan prasarana yang mendukung materi
pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPA, tujuan dari IPA sendiri adalah untuk
memahami dan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam, mempelajari
gejala alam, memecahkan masalah yang ditemukan di dalam kehidupan
sehari-hari, dan melestarikan alam serta memupuk rasa cinta terhadap alam
semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran IPA adalah
pembelajaran yang tidak menuntut hafalan, tetapi pengajaran yang banyak
memberikan latihan untuk mengembangkan cara berfikir yang sehat dan
masuk akal berdasarkan kaidah-kaidah IPA. Guru perlu menciptakan
pembelajaran yang mengacu kearah pemecahan masalah aktual yang
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, agar proses belajar mengajar
22
dapat menciptakan suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek
belajar yang berkembang secara aktif. Oleh sebab itu diperlukan model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memancing keaktifan pada diri
siswa, misal model pembelajaran yang dapat memancing/ menimbulkan
tingkat keaktifan siswa adalah model Student Facilitator and Explaining,
kegiatan pada model pembelajaran Student Facilitator and Explaining lebih
menekankan pada aktivitas keaktifan siswa selama proses diskusi
berlangsung. Keaktifan yang dimaksud adalah (keaktifan secara kognitif,
afektif, dan psikomotorik), sehingga masing-masing siswa/ kelompok dapat
berbicara, menyampaikan ide, gagasan atau pendapatnya sendiri serta
memotivasi semua siswa menggunakan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining. Selain guru hanya sebagai fasilitator
(mendampingi dan membimbing siswa), guru juga hanya memberikan
materi sederhana untuk dipecahkan siswa agar lebih kompleks, setelah itu
guru bertugas meluruskan pendapat siswa ketika berpendapat keliru.
Sehingga pembelajaran akan hidup untuk diskusi mengenai topik
permasalahan yang diberikan, dan kelas tidak akan monoton.
Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka pikir penelitian ini adalah
sebagai berikut:
23
Gambar 2 Alur Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining tidak
efektif meningkakan keaktifan dan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga semester II
tahun 2014/2015 dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
Ha : Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining efektif
meningkakan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA
siswa kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga semester II tahun
2014/2015 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran IPA Kelas
IV Semester II
Konvensional
(mencatat, diskusi
biasa, serta
pemberian tugas dan
latihan).
Student Facilitator And
Explaining Evaluasi
Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa
Kel. Kontrol Kel. Eksperimen